Lp Hfmd Revisi

30
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HAND, FOOT AND MOUTH DISEASE (HFMD) 1. Konsep Medis 1.1 Pengertian Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau kaki, tangan dan mulut (KTM) adalah penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi khusus pada ekstremitas bagian bawah. Penyebab paling sering adalah coxackievirus, bagian dari picornaviridae family (Jayakar, e-journal 2009) Hand, foot and mouth disease adalah exandemateus (penyakit virus dengan gejala ringan pada anak-anak dengan demam kontinue atau remiten yang berlangsung selama 3 hari) yang tidak teratur. Sering terjadi pada anak-anak atau pada dewasa yang disebabkan oleh virus coxackie A16. Pada beberapa kasus disebabkan oleh coxackie virus A15dan AIO dan yang lebih jarang lagi tipe A6, B2, dan enterovirus 71 (Yirdiz Batirbaygil, 1988) Hand, foot and mouth disease atau penyakit tangan, kaki dan mulut adalah penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem dan vesikel di mulut dan eksanthem dan vesikel di tangan dan kaki (Kow Tong Chen, dkk; 2008) 1

Transcript of Lp Hfmd Revisi

Page 1: Lp Hfmd Revisi

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

HAND, FOOT AND MOUTH DISEASE (HFMD)

1. Konsep Medis

1.1 Pengertian

Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau kaki, tangan dan mulut (KTM)

adalah penyakit virus dengan tanda-tanda klinis yang jelas pada mulut dan lesi

khusus pada ekstremitas bagian bawah. Penyebab paling sering adalah

coxackievirus, bagian dari picornaviridae family (Jayakar, e-journal 2009)

Hand, foot and mouth disease adalah exandemateus (penyakit virus dengan

gejala ringan pada anak-anak dengan demam kontinue atau remiten yang

berlangsung selama 3 hari) yang tidak teratur. Sering terjadi pada anak-anak atau

pada dewasa yang disebabkan oleh virus coxackie A16. Pada beberapa kasus

disebabkan oleh coxackie virus A15dan AIO dan yang lebih jarang lagi tipe A6,

B2, dan enterovirus 71 (Yirdiz Batirbaygil, 1988)

Hand, foot and mouth disease atau penyakit tangan, kaki dan mulut adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain dengan

ujud kelainan yang khas yaitu enanthem dan vesikel di mulut dan eksanthem dan

vesikel di tangan dan kaki (Kow Tong Chen, dkk; 2008)

Menurt Widodo Judarwanto (2009) Penyakit KTM (kaki, tangan dan mulut)

adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam

familli Picorna Viridae (Pico= kecil) genus enterovirus (Non Polio). Penyakit

yang dapat disebabkan oleh kelompok virus ini diantaranya:

- Vesicular stomatitisdengan exanthem (KTM): Cox-16, EV 71

- Vesicular pharyngitis (Herpangina)- EV 70

- Acute lymphonodular pharyngitis- Cox A-10

1.2 Epidemiologi dan penularan penyakit

Menurut Widodo Judarwanto (2009) epidemiologi penyakit KTM adalah

sebagai berikut:

1) Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi pada musim panas. KTM

adalah penyakit yang umum atau biasa dan sering terjadi pada masyarakat

1

Page 2: Lp Hfmd Revisi

yang crowded atau padat dengan higiene, sanitasi yang burukdan menyerang

anak-anak usia 2 minggu-5 tahun (kadang samapai 10 tahun). Orang dewasa

umumnya kebal terhadap enterovirus. Selama terjadi peningkatan infeksi EV

71 dalam jumlah yang banyak, seseorang akan mengalami penurunan anti

bodi.

2) Penularannya bisa terjadi secara horisontal transmision yaitu dari anak ke

anak atau pun dari ibu ke fetus (Jayakar, e-journal: 2009). Penyebarannya

dapat melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet

aerosol, pilek, air liur (saliva), tinja, vesikel, atau ekskreta. Sedangkan

penularan secara tidak langsung melalui barang handuk, baju, peralatan

makan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi tersebut.Penyakit ini

tidak meiliki vektor namun ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoak.

3) Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena

KTM lagi oleh virus strain atau enterovirus lainnya. Menurut Kow-Ton-Cen,

pada saat terserang oleh EV71 dalam jumlah yang banyak seseorang akan

mengalami penurunan antibodi.

4) Masa inkubasi penyakit ini termasuk pendek yaitu antara 2-5 hari atau 2-6

hari. Gejala sistemik muncul dalam 24-48 jam, lesi tersebar pada kulit dan

mukosa oral. Exandem akan muncul dengan makula, kemudian berubah

menjadi papula dan vesikulalesi ini tersebar dalam 10-14 hari (Yirdiz

Batirbaygil, 1988).

1.3 Penyebab

HFMD/KTM disebabkan oleh beberapa virus yang berbeda yang

sebelumnya termasuk dalam enterovirus (Health and Human services agensy).

Yang paling sering adalah Coxackie Virus 16 dan kadang-kadang enterovirus

71atau enterovirus yang lain.Yang termasuk didalam entero virus adalah

rhinovirus, Cardiovirus, Aphtoviru. Di dalam jenis aphtovirus. (Widodo

Judarwanto; 2009).

1.4 Patofisiologi

Penyebaran virus terjadi melalui kontak dengan cairan oral atau nasal,

materi fekal maupun droplet aerosol (fekal-oral atau oral-oral rute). Virus

implantasi ke mukosa bucal oral (pipi bagian dalam) dan tengorokan dan

2

Page 3: Lp Hfmd Revisi

bereplikasi di daerah tersebut kemudian menyebar ke usus (ileum) dan

bereplikasi di usus, dari usus virus invasi ke darah dan kelenjar getah bening

dalam 24 jam menuju organ target. Terjadi viremia dan menyebar ke mukosa

mulut, dan seluruh tubuh termasuk tangan dan kaki. Pada hari ke 7 setelah

terinfeksi virus, tubuh membentuk antibodi meningkat dan virus tereliminasivirus

dikeluarkan melalui feses (Jayakar, E-jurnal: 2009; JabatanKesehatan Negeri

Serawak: 2006).

Enterovirus 71 merupakan virus yang menyerang neuropati. Batang otak

merupakan organ target untuk diinfeksi oleh virus ini. Tandanya sama dengan

akut flaxid paralisis walaupun tidak menyerang percabangan neuron motorik

tetapi melalui mekanisme neuropatological. Kemungkinan ada 2 rute yaitu virus

masuk melalui central nervus sistem (CNS) dan melalui perpindahan dari darah

ke blood brain barier (BBB) atau ditransmisikan dari CNS menuju ke syaraf

perifer melalui axon.

Edema paru dapat terjadi pada anak-anak yang terserang enterovirus 71

terjadi brainstem ensephalitis, dimana akan diaktifkan sitokin abnormal sebagai

respon terhadap inflamasi. Sitokin yang abnormal ini akan menyebabkan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah seperti yang terjadi pada akut

inflamatori distress sindrom (ARDS) (Kow-Tong Cen, dkk, 2008).

1.5 Manifestasi klinis

Menurut CaliforniaHealth and Human Services Agensy dan Jayakar, E-

journal: (2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu 12-36 jam, yaitu

sebagai berikut:

1) Diawali dengan demam dengan suhu 38,30C dengan durasi 2-3 hari

2) Exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral)

3) Nyeri telan atau pharingitis

4) Kehilangan nafsu makan

5) Pilek dan gejala seperti flu

6) Malaise.

7) Muncul bintik-bintik merah kecil didalam mulut

dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah. Bintik merah disertai lepuhan atau

luka/lesi.

3

Gambar 1. Lokasi lesi

Page 4: Lp Hfmd Revisi

8) Papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak gatal pada kulit dapat terjadi di

tangan, kaki dan bokong kadang-kadang terjadi di lengan dan betis. Papulo

vesikel yang tidak gatal ditangan kanan dan kaki. Penyakit ini akan membaik

dalam 7-10 hari.

Ciri-ciri lesi pada tangan dan kaki (Yirdiz Batirbaygil, 1988):

1) Bentuknya seperti macula berukuran 3-10mm, yang mana akan berubah

dengan cepat menjadi vesikula.

2) Tanda ini lebih nampak pada falang distal di jari-jari dan ulna dan akan

timbul nyeri.

3) Pada kaki timbul pada pinggir kaki lateral.

Menurut dr. Widodo Judarwanto (2009) Gejala dan tanda bahaya sebagai berikut:

Hiperpireksiasuhu lebih dasri 390C.

Demam tidak turun-turun (prolong fever).

Tachicardia (jantung berdenyut cepat).

Tachipnea atau apnea.

Tidak ingin makan, muntah atau diare sehingga kekurangan cairan atau

dehidrasi.

Lethargi atau lemah dan kesadaran menurun.

Nyeri pada leher, lengan dan kaki.

Kejang.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah Lengkap

Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan peningkatan jumlah

Leukosit>10.000 u/L

b. Pemeriksaan PCR (polimerase chain reaction) ditemukan ada peningkatan

c. Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di

mulut atau tenggorokkan, vesikel di kulit atau biopsi otak. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk deteksi virus, deteksi RNA dan serodiagnosis (Travira air,

2009).

4

Page 5: Lp Hfmd Revisi

2) Pemeriksaan Radiologi

MRI (Magnetic resonance Imaging): untuk mengetahui adanya barinstem

ensephalitis (Kow-Tong chen, dkk, 2008).

1.7 Penatalaksanaan

Menurut Judarwanto Widodo (2009) ada 2 penatalaksanaan bagi penderita

HFMD yaitu:

1) Farmakologi

a. Tidak ada pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang

tersedia.

b. Pengobatannya secara simptomatik.

Antiseptik diberikan di daerah mulut.

Pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya

paracetamol.

Pemberian anti biotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada

anak kecil, dehidrasi merupakan masalah utama karena anak tidak dapat

menyusui.

Pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan

mengatasi athralgia (Batir baygil, 1988).

c. Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah atau neonatus dapat

diberikan imuniglobulin IV (IgIV) pada pasien dengan immunocompromis

atau neonatus.

2) Suportif

a. Istirahat yang cukup.

b. Pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan nutrisi yang

optimal.

c. Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau dehidrasi dan lemah

atau komplikasi lain akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak yang lebih

mudah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit.

5

Page 6: Lp Hfmd Revisi

1.8 Komplikasi (Travira air, 2009)

Dalam keadaan daya tahan tubuh yang sangat rendah atau

immunocompromise dapat terjadi komplikasi yang berbahaya dan mengancam

jiwa. Namun hal ini sangat jarang terjadi, diantaranya komplikasi yang dapat

terajdi adalah:

- Meningitis atau infeksi otak (aseptik meningitis, meningitis serosa,/ non

bakterial).

- Encephalitis

- Myocarditis, ganguan jantung (Coxackie virus carditis) atau pericarditis

- Paralisis akut flaxid (seperti penyakit polio)

1.9 Pencegahan dan Pengendalian penyakit (Judarwanto Widodo, 2009)

1) Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat yang memiliki sanitasi yang

kurang baik. Pencegahan penyakit ini adalah dengan menjaga kebersihan

(higiene dan sanitasi) lingkungan perorangan seperti mencuci tangan,

peralatan makan yang tidak dicuci dangan baik, handuk dan pakaian yang

telah terkontaminasi dan digunakan secara bersamaan.

2) Perlu menggunakan universal precaution.

6

Page 7: Lp Hfmd Revisi

2. Konsep Keperawatan

1) Pengkajian

(1) Biodata

a. Usia: HFMD menyerang anak usia 2-5 tahun kadang sampai usia 10 tahun,

orang dewasa pun dapat mengalaminya namun kemungkinannya sangat

kecil (Judarwanto widodo, 2009).

b. Jenis kelamin: tidak ada perbedaa antara laki-laki dan perempuan

c. Lingkungan: penyakit ini sering terjadi pada musim panas dan pada

masyarakat yang padat penduduknya dengan sanitasi lingkungan hyang

buruk

(2) Riwayat Penyakit Sekarang

Demam dengan suhu 38,00Catau > 390C, nyeri telan (Pharingitis), nafsu

makan menurun, pilek atau flu, malaise, terdapat lesi di telapak tangan, kaki,

bibir, lidah, gusi, dan tenggorokkan seperti sariawan, takikardi, tachipnea atau

apnea, dehidrasi, letargie, kejang, muntah, diare (Jayakar, e- Jurnal, 2009;

Widodo Judarwanto, 2009).

(3) Riwayat penyakit dahulu

Dahulu ibu pernah mengalami HFMD saat hamil atau anak pernah

mengalami HFMD dapat terkena lagi dengan enterovirus lainnya.

(4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

Status gizi anak yang terserang HFMD sangat bervariasi. Kebanyakan dari

kasus yang ada/ ditemukan akan terjdi penurunan gizi dan terjadi

perubahan status gizi dikarenakan adanya lesi di mulutnya dan

tenggorokkan yang menyebabkan anak menjadi malas makan (Batir

baygil, 1988)

b. Pola pemenuhan kebutuhan higiene perseorangan

Perilaku yang berhubungan dengan keberasihan diri seperti mencuci

tangan setiap kali melakukan kegiatan atau bermain. Frekuensi mandi,

penggunaan handuk dan pakaian, alat makan, pakaian dan mainan (Travira

Air, 2009)

7

Page 8: Lp Hfmd Revisi

c. Pola pemenuhan kebutuhan eliminasi

Dalam keadaan yang berat anak dapat mengalami dehidrasi dan diare

(Widodo Judarwanto, 2009) hal ini akan menyebabkan gangguan pada

sistem Eliminasi urinedan sistem eliminasi alvi anak dapat mengalami

diare

d. Pola pemenuhan kebutuhan aktivitas istirahat

Anak usia toodler merupakan masa bermain. Saat sakit aktivitas bermain

dibatasi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, selan itu anak

mengalmai peningkatan suhu tubauh, anak menjadi gelisah, rewel, malaise

dan lethargi akibatnya anak cenderung gelisah sehingga kebutuhan tidur

tidak terpenuhi (Three Rivers 2009).

(5) Fase tumbuh kembang anak disesuaikan dengan usia anak, contoh anak usia 3

tahun (Wong, 2008)

1. Tahap psikoseksual (Freud): dalam fase anal-uretral

a. Aktivitas daerah anal (mengeluarkan tinja) menjadi sumber kepuasan

libido yang penting.

b. Mulai menunjukkan keakuannya.

c. Sikapnya egoistik.

d. Mulai belajar kenal dengan tubuhnya sendiri.

e. Tugas utama: latihan kebersihan (toilet training).

f. Sisa konflik menimbulkan kepribadian: anal retentive (menyimpan

atau menahan) dan anal eksklusive (bersuka ria)

2. Tahap psikososial (Erikson): Autonomi vs malu dan ragu-ragu

a. Perkembangan keterampilan motorik dan bahasa (dipelajari dari

lingkungan dan keuntungan yangdiperoleh dari kemampuannya untuk

mandiri).

b. Over protective, menuntut harapan yang terlalu tinggi menyebabkan

anak akan merasa malu-malu dan ragu-ragu.

3. Motorik kasar

a. Naik turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah.

b. Berlari dengan seimbang dengan langkah lebar

Menangkap obyek tanpa jatuh

8

Page 9: Lp Hfmd Revisi

Menendang bola tanpa gangguan keseimbangan

4. Motorik halus

1. Membangun menara dengan enam sampai tujuh kotak.

2. Menyusun dua atau lebih kotak menyerupai kereta.

3. Membalik halaman buku satu sekali waktu.

4. Dapat mencoret-coret pencil pada kertas

5. Sosialisasi

a. Tahap permainan paralel

b. Mempunyai lapang perhatian berlanjut

c. Mendorong orang untuk menunjukkan sesuatu pada mereka

d. Berpakaian sendiri dengan pakaian sendiri

e. Mempunyai cara sendiri untuk melakukan sesuatu

(6) Pemeriksaan fisik

Keadaan umum anak tampak sakit ringan sampai sedang, namun dalam

keadaan dapat juga tampak sakit berat. Anak tampaklemah, rewel, merah di

tangan kaki dan lesi di mulut dan tenggorokkan

1. Tanda-tanda vital: suhu tinggi 38,00C atau bisa> 390C, nadi tachikardi,

pernapasan terkadang normal, namun dalam keadaan gawat dapat terjadi

Tachipnea atau apnea, TD dapat normal dapat juga meningkat

2. Kepala: bentuk kepala normal,tidak ada nyeri tekan, pertumbuhan rambut

merata

3. Mata: sklera putih, konjungtiva merah (ini terjadi pada anak yang demam

tinggi), pada palpasikelenjar lakrimalis diperiksa adanya nyeri tekan/ tidak.

4. Hidung: inspeksi adanya sekret dan pernapasan cuping hidung

5. Mulut: terdapat macula, papula dan vesikel. Vesikel yang telah pecah

menyebabkan stomatitis. Tampak kemerahan pada pangkal lidah dan uvula

6. Leher: bentuk leher simetris, tidak ada bnejolan, tidak ada nyeri tekan

7. Dada: bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat suara nafas

tambahan/ ada suara nafas tambahan jika anak pilek berkepanjangan;Dapat

terjadi pernapasan cepat dan dalam jika anak mengalami edema paru

9

Page 10: Lp Hfmd Revisi

8. Perut: inspeksi normal ( tidak tegang, tidak icterus, tidak adanya pelebaran

pembuluh darah abdomen), BU normal 5-35x/menit atau meningkat bisa juga

menurun, pada palpasi tidak ada pembesaran hepar. Perkusi timpani.

9. Anggota gerak atas dan bawah

Inspeksi ada merah-merah di telapak tangan dan kaki, saat dipalpasi tidak ada

nyeri tekan . Lesi di telapak tangan dan kaki mulai dari bentuk macula

sampai vesikula. Pada keadaan berat lesi bisa sampai pada tungkai kaki.

10. Integumen: terdapat merah-merah di tangan dan kaki, bisa juga di lengan dan

betis dan di bokong

11. Genitalia: tidak mengalami kelainan/normal.

2) Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum

3) Hipertermi berhubungan dengan viremia

4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder

akibat demam

5) Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel

pada mukosa oral

6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis.

7) Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat

virus

8) Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang

pengetahuan orangtua tentang penyakit anak

9) Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan

actual akibat hospitalisasi, tindakan traumatik

10) Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD

(penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan

kurangnya informasi

10

Page 11: Lp Hfmd Revisi

Intervensi keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum

Tujuan: jalan napas anak kembali efektif selama diberikan perawatan dengan

kriteria hasil:

a. RR dalam batas normal (usia 3-4 tahun RR 20-30x/menit)

b. Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi

c. Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi

d. Produksi sputum berkurang

e. Batuk efektif

Intervensi:

1) Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan

tindakan yang akan dilakukan seperti memberikan nebulazer, suction atau

fisioterapi nafas

R/ jalan napas anak tidak efektif disebabkan oleh stasis atau penumpukan

sekret di jalan napas tersebut sehingga menghambat aliran udara yang masuk

ke paru. Selain itu penjelasan dapat menigkatkan pengetahuan orang tua

sehingga kooperatif dalam tindakan yang akan dilakukan

2) Anjurkan orang tua untuk memberi minum susu hangat atau air hangat

R/ uap panas yang diperoleh dari air hangat atau susu hangat dapat membantu

mengencerkan secret

3) Lakukan kolaborasi nebulizer dengan terapi mukolitik dan bronkodilator.

R/ mukolitik membantu mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat

melebarkan bronkus/jalan nafas.

4) Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret

R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan

membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.

5) Lakukan penghisapan/suction

R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada

pasien yang tidak mampu batuk efektif.

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antivirus atau agen

mukolitik atau broncodilator

11

Page 12: Lp Hfmd Revisi

R/ antivirus membantu menghambat replikasi virus di jalan napas.

7) Observasi RR, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum.

R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan

tindakan.

2. Hipertermi berhubungan dengan viremia

Tujuan: suhu tubuh anak normal setelah diberikan dengan kriteria hasil :

a. Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC)

b. Kulit tidak tampak kemerahan

c. Akral hangat

d. Nadi normal (70-110x/menit)

Intervensi:

1) Jelaskan kepada orang tua penyebab demam dan tindakan yang akan dilakukan

untuk mengatasi demam.

R/ penyebab demam adalah proses infeksi dimana ada reaksi perlawanan

pertahanan tubuh terhadap virus yang masuk sehingga memicu terjadinya

peningkatan suhu tubuh selain itu pengetahuan yang cukup dapat membantu

orang tua lebih kooperatif dalam tindakan yang dilakukan.

2) Berikan kompres dengan menggunakan air hangat

R/ kompres air hangat membantu melebarkan pembuluh darah sehingga

meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi

3) Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat.

R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.

4) Anjurkan orang tua untuk menggunakan kipas angin atau meningkatkan suhu

AC

R/ membantu pengeluaran panas secra konveksi

5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antivirus dan antipiretik (10-

15mg/kgBB)

R/ antipiretik membantu menghambat pembentukan atau produksi panas yang

berlebihan sedangkan antivirus dapat menghambat reprilasi virus dalam tubuh

6) Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5oC, akral hangat, badan tidak

panas

12

Page 13: Lp Hfmd Revisi

R/ Hasil Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang

dilakukan dan membantu menentukan terapi selanjutnya.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

demam

Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil:

a. Mukosa bibir lembab

b. Mata tidak cowong

c. Turgor kulit elastis

d. Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam

e. Nadi 70-110x/mnt

f. Fontanela anterior tidak cekung ( pada bayi fonanela mayor masih belum

menutup)

Intervensi:

1) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak.

R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat

demam.

2) Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan air atau susu.

R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan

sebagai antibodi untuk mencegah infeksi lanjut.

3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan

untuk dehidrasi.

R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi

keseimbangan cairan. Kebutuhan cairan dihitung denga menggunakan rumus

holiday segar 10 kg I =100cc/kg BB, 10 kg II = 50 cc/kg/BB dan sisanya 20cc/

kg BB. Jumlah ditotal merupakan kebutuhan cairan dalam 24 jam.

4) Observasi intake dan output mukosa, turgor kulit, fontanela, nadi, mata tidak

cowong.

R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan

penambahan cairan dan kemungkinan terjadinya syok.

13

Page 14: Lp Hfmd Revisi

4. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada

mukosa oral

Tujuan: Anak mengungkapkan nyeri pada mulut berkurang setelah

diberikan perawatan dengan kriteria hasil:

Keluhan nyeri berkurang saat memmbuka mulut, saat mengunyah dan

menelan

Intervensi

1) Jelaskan penyebab nyeri pada mukosa mulut dan tenggorokan anak dan

tindakan yang akan dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri

R/ adanya invasi virus ke mukosa oral, yang mana akan membentuk vesikel

atau lepuhan pada mulut, saat lepuhan ini pecah akan menyebabkan stomatitis

atau sariawan yang mengakibatkan adanya rasa nyeri

2) Anjurkan orang tua untuk memberikan mainan yang disukai anak.

R/ Distraksi dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit, misalnya

dengan menonton tv, membaca buku kesukaannya

3) Anjurkan orang tua untuk menjaga agar mukosa mulut anak tetap lembab

dengan cara berkumur atau mengolesi air putih pada mukosa bibir atau oral

R/ Mukosa bibir yang lembab membantu menghambat terkupasnya mukosa

bibir

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic topikal dan

antivirus per oral

R/ Obat analgesic membantu mengahmbat transmisi nyeri sehingga nyeri yang

dirasakan anak berkurang. Selain itu antivirus yang diberikan peroeal

membantu menghambat replikasi virus pada mukosa oral

5) Observasi keluhan nyeri pasien.

R/ Keluhan dapat membantu menentukan terapi selanjutnya

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis

Tujuan: Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil:

a. BB dalam batas normal:

Menurut Behrman: - Pada usia < 1 tahun rumus usia (bulan)+ 9

14

Page 15: Lp Hfmd Revisi

2

- Pada usia > 1 tahun rumus usia (tahun)x2+8

b. Hasil lab normal : Hb 11.5-16.5 g/dL, Albumin 3.5-5.0 g/dL.

c. Pasien dapat menghabiskan porsi makan yang telah disediakan

Intervensi

1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang dibutuhkan pada

orang tua pasien.

R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein

untuk proses penyembuhan.

2) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin

kombinasikan dengan makanan yang disukai anak.

R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi.

Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan.

3) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur.

R/ Mengurangi nyeri stomatitis dan perkembangan stomatitis.

4) Observasi BB dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang dihabiskan

serta keluhan pasien .

R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan.

6. Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus

Tujuan anak menunjukan penyembuhan jaringan progresif setelah dilakukan

tindakan keperawatan denga kriteria hasil:

a. Pasien mengungkapkan tubuh tidak gatal

b. Tidak ada lecet

c. Eritema berkurang

Intervensi:

1) Jelaskan kepada anak dan keluarga tindakan yang dilakukan untuk mengatasi

masalah.

R/ Pengetahuan yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan sehingga

keluarga lebih kooperatif saat dilakukan tindakan.

2) Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan area kulit yang mengalami

erupsi, dan membersihkan area tersebut dengan sabun

15

Page 16: Lp Hfmd Revisi

R/ Kebersihan mambantu menjaga luka tetap bersih dan mencegah

kontaminasi.

3) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat secara topikal.

R/ membantu mengurangi bakteri atau kuman yang menginvasi.

4) Observasi keadaan kulit dan keluhan pasien.

R/ Untuk mengetahui perkembangan luka dan menentukan terapi selanjutnya.

7. Ansietas orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang

pengetahuan orangtua tentang penyakit anak .

Tujuan : Ansietas pada orangtua berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua tampak rileks, orang tua

dan anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan

dan perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat.

Intervensi:

1) Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab HFMD.

R/ penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain

dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem (erupsi pada kulit) dan

vesikel di mulut dan eksanthem (erupsi pada mukosa oral) dan vesikel di

tangan dan kaki.

2) Jelaskan kepada orang tua mengenai kondisi anaknya

R/ meningkatkan pengetahuan orang tua dan orang tua menjadi kooperatif

dalam tindakan yang dilakukan

3) Libatkan orang tua dalam proses perawatan anak

R/ keterlibatan dalam proses perawatan membantu orang tua memahami

peerkembangan kesehatan anak

4) Fasilitasi orang tua untuk bertemu dengan dokter yang merawat

R/ membantu memberikan dukungan kepada orang tua dan membantu

mengurangi kecemasan orang tua

5) Observasi tingkat kecemasan orangtua meliputi ekspresi dan tingkah laku

orang tua.

R/ Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.

16

Page 17: Lp Hfmd Revisi

8. Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual

akibat hospitalisasi, tindakan traumatik .

Tujuan : Ansietas pada anak berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria hasil:

a. Wajah anak tampak rileks

b. Anak tidak menangis saat didatangi petugas

c. Anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan

perawatan

Intervensi :

1) Bina hubungan saling percaya dengan anak.

R/ meningkatkan rasa nyaman pada anak.

2) Berikan dukungan kepada anak dengan mengajak anak kenalan

R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan.

3) Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak.

R/ Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk mengalihkan

ketakutan anak ke mainan.

4) Ciptakan lingkungan yang kondusif.

a. Kenalkan dengan teman sekamar

b. Orientasikan lingkungan kamar

c. Kenalkan dengan petugas

R/ menurunkan ansietas anak dan anak tidak merasa asing dengan

lingkungan.

5) Libatkan orangtua dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

R/ keikutsertaan orangtua dalam memonitor anak, dapat mengurangi

kecemasan anak berhubungan tindakan keperawatan yang diberikan.

6) Observasi tingkat kecemasan anak.

R/ mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.

9. Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit HFMD

(penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya

informasi

17

Page 18: Lp Hfmd Revisi

Tujuan: Pasien atau keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang

penyakit (penularan, penanganan dan pencegahan) setelah dilakukan tindakan

dengan kriteria hasil:

a. Pasien atau keluarga mampu menjelaskan cara penularan, penanganan awal

dan pencegahan HFMD.

b. Pasien atau keluarga dapat melaksanakan tindakan penanganan dan

pencegahan selanjutnya dengan menyebut contoh konkritnya.

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya.

R/mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien tentang

penyakitnya.

2) Berikan penjelasan pada pasien /keluarga tentang penyakitnya (penularan dan

penanganan).

R/ penularan HFMD dapat melalui kontak langsung dengan pasien yang

menderita HFMD maupun melalui kontak tidak lansung seperti penggunaan

barang-barang pribadi seperti pakaian, handuk, maunan, peralatan makan atau

minum dll.

3) Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan.

R/ lingkungan rumah yang bersih membantu mencegah penularan virus.

4) Observasi pemahaman tentang materi penulayang diberikan.

R/ keluarga mampu menjelaskan kembali materi yang diberikan, menunjukkan

pemahaman tentang penyakit.

18

Page 19: Lp Hfmd Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Travira Air & Safety Dept. Health, Safety, Environtment information FLU

SINGAPURA. 4 Januari 2009.

http://xa.yimg.com/kq/groups/21873903/207936553/name/Flu+Singapura,.p

df

Diakses senin, 30 April 2012, pukul 00.30 WIB

Jabatan Kesehatan Negeri Serawak. 2006.

http://jknsarawak.moh.gov.my/en/uploads/Poster%20%28English%29.pdf

Diakses Selasa, 1 Mei 2012 Pukul 07.00 WIB

e-Journal of the Indian Society of Teledermatology, 2009;Vol 3, No.4 e-Jurnal

Masyarakat India Teledermatology, 2009; Vol 3, No.4. Prof. Jayakar

Thomas, MD., DD., MNAMS., PhD., FAAD.,Prof Jayakar Thomas, MD,

DD.., MNAMS., PhD., Faad.,

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://

www.insted.in/ejournal/review34.pdf. Akses jam 19.42 2 mei 2012

Dr. Widodo Judarwanto.SP.A. Kesehatan Anda dan Keluarga. Sent. April, 2009.

http://xa.yimg.com/kq/groups/15673815/389249912/name/18+QHSE+Tips+_

Flu+singapura_.pdf diakses selasa 1 Mei 2012

Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Alih

bahasa: Monica Ester. 2006. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa:

Monica Ester. 2004. Edisi 4. Jakarta: EGC

19