Lp Jiwa Ansietas

19
LP (LAPORAN PENDAHULUAN) KECEMASAN (ANXIETY) – DEPARTEMEN JIWA 1. DEFINISI Ansietas (cemas) adalah respon emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Videbeck, 2008). Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang. Sisi negatif ansietas atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini menghabiskan tenaga, menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial. TINGKATAN ANSIETAS Ansietas memiliki dua aspek, yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan. Yang bergantung pada tingkat ansietas yaitu, lama ansietas yang dialami dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik. - Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak,

description

Lp Jiwa Ansietas

Transcript of Lp Jiwa Ansietas

LP (LAPORAN PENDAHULUAN)KECEMASAN (ANXIETY) DEPARTEMEN JIWA

1. DEFINISIAnsietas (cemas) adalah respon emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Videbeck, 2008). Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.Sisi negatif ansietas atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini menghabiskan tenaga, menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial.

TINGKATAN ANSIETASAnsietas memiliki dua aspek, yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan. Yang bergantung pada tingkat ansietas yaitu, lama ansietas yang dialami dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respon dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :a. Respon fisik Ketegangan otot ringan Sadar akan lingkungan Rileks atau sedikit gelisah Penuh perhatian Rajinb. Respon kognitif Lapang persepsi luas Terlihat tenang, percaya diri Perasaan gagal sedikit Waspada dan memperhatikan banyak hal Mempertimbangkan informasi Tingkat pembelajaran optimalc. Respon emosional Perilaku otomatis Sedikit tidak sadar Aktivitas menyendiri Terstimulasi Tenang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respon dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :a. Respon fisik Ketegangan otot sedang Tanda-tanda vital meningkat Pupil dilatasi, mulai berkeringat Sering mondar-mandir, memukul tangan Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi Kewaspadaan dan ketegangan menigkat Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggungb. Respon kognitif Lapang persepsi menurun Tidak perhatian secara selektif Fokus terhadap stimulus meningkat Rentang perhatian menurun Penyelesaian masalah menurun Pembelajaran terjadi dengan memfokuskanc. Respon emosional Tidak nyaman Mudah tersinggung Kepercayaan diri goyah Tidak sabar Gembira

Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respon dari ansietas berat adalah sebagai berikut :a. Respon fisik Ketegangan otot berat Hiperventilasi Kontak mata buruk Pengeluaran keringat meningkat Bicara cepat, nada suara tinggi Tindakan tanpa tujuan dan serampangan Rahang menegang, mengertakan gigi Mondar-mandir, berteriak Meremas tangan, gemetarb. Respon kognitif Lapang persepsi terbatas Proses berpikir terpecah-pecah Sulit berpikir Penyelesaian masalah buruk Tidak mampu mempertimbangkan informasi Hanya memerhatikan ancaman Preokupasi dengan pikiran sendiri Egosentrisc. Respon emosional Sangat cemas Agitasi Takut Bingung Merasa tidak adekuat Menarik diri Penyangkalan Ingin bebas

Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respon dari panik adalah sebagai berikut :a. Respon fisik Flight, fight, atau freeze Ketegangan otot sangat berat Agitasi motorik kasar Pupil dilatasi Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun Tidak dapat tidur Hormon stress dan neurotransmiter berkurang Wajah menyeringai, mulut terngangab. Respon kognitif Persepsi sangat sempit Pikiran tidak logis, terganggu Kepribadian kacau Tidak dapat menyelesaikan masalah Fokus pada pikiran sendiri Tidak rasional Sulit memahami stimulus eksternal Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadic. Respon emosional Merasa terbebani Merasa tidak mampu, tidak berdaya Lepas kendali Mengamuk, putus asa Marah, sangat takut Mengharapkan hasil yang buruk Kaget, takut Lelah

Gambar rentang respon ansietas :

2. ETIOLOGI (PENYEBAB)Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami ansietas menurut Hawari, 2008 antara lain sebagai berikut : Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan Gangguan konsentrasi dan daya ingat Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

3. FAKTOR PREDISPOSISIStressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara ide dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

4. FAKTOR PRESIPITASIStresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi : Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil). Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.5. SUMBER KOPING dan MEKANISME KOPINGa) Sumber Koping : Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).b) Mekanisme Koping : Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :1.Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.-Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.-Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologi untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.-Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.2.Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :-Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.-Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.-Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.-Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

6. PENATALAKSANAAN ANSIETASMenurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapya seperti pada uraian berikut : Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : Makan-makanan yang bergizi dan seimbang Tidur yang cukup Cukup olahraga Tidak merokok Tidak meminum minuman keras Terapi psikofarmakaTerapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.c. Terapi somatikGejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.d. PsikoterapiPsikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain : Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.e. Terapi psikoreligiusUntuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

7. ASUHAN KEPERAWATAN (ANXIETY)A. Pengkajian Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut : PerilakuAnsietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku yang secara tidak langunsg melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Faktor predisposisi Faktor presipitasi Sumber koping Mekanisme koping

B. Diagnosa KeperawatanAnsietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang berhubungan diantaranya : Terpapar racun Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup. Berhubungan dengan keturunan atau hereditas. Kebutuhan tidak terpenuhi Transmisi interpersonal Krisis situasional atau maturasional Ancaman kematian Ancaman terhadap konsep diri Stress Substance abuse Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi. Fungsi peran Lingkungan status ekonomiSedangkan menurut Suliswati (2005), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan ansietas adalah : Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan. Kecemasan berat berhubung dengan konflik perkawinan. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan finansial. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara.

Contoh Dx. Keperawatan Pasien dengan AnsietasMenurut NANDA : ansietas, koping individu tidak efektif1. Ansietas berat b.d. konflik seksual ditandai dg mencuci tangan berulang-ulang, pikiran kotor dan adanya kuman yg sering timbul.2. Koping individu tidak efektif b.d. kematian anak, dimanifestasikan dg ketidakmampuan mengingat kembali peristiwa kecelakaan.

C. Intervensi KeperawatanUntuk menetukan intervensi keperawatan, maka terlebih dahulu disusun NOC (Nursing Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervensi Classification), adapun NOC dan NIC untuk ansietas, adalah sebagai berikut :

NOC (Nursing Outcome Classification)Nursing Outcome Classification (NOC) pada ansietas terdiri dari ansietas kontrol dan mekanisme koping, yaitu sebagai berikut :1. Ansietas kontrol, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten), dengan indikator :a. Monitor intensitas kecemasanb. Menyikirkan tanda kecemasanc. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasand. Merencanakan strategi kopinge. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasanf. Melaporkan penurunan durasi dan episode cemasg. Melaporkan tidak adanya manifestasi fisik dan kecemasanh. Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan

2. Koping, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten), dengan indikator :a. Menunjukkan fleksibilitas peranb. Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanyac. Melibatkan angoota keluarga dalam membuat keputusand. Mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosionale. Menunjukkan strategi penurunan stress

NIC (Nursing Intervensi Classification)Nursing Intervensi Classification (NIC) pada klien yang mengalami ansietas, terdiri dari penurunan kecemasan dan peningkatan koping, seperti pada uraian berikut :1. Penurunan kecemasana. Tenangkan klienb. Berusaha memahami keadaan klienc. Berikan informasi tentang diagnosa prognosis dan tindakand. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasane. Gunakan pendekatan dan sentuhanf. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan penurunan rasa takutg. Sediakan aktifitas untuk menurunkan keteganganh. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemasi. Dukung penggunaan mekanisme defensive dengan cara yang tepatj. Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusank. Instruksikan kemampuan klien untuk menggunakan teknik relaksasil. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

2. Peningkatan kopinga. Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakitb. Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasic. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminand. Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan dan prognosise. Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat inif. Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepatg. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepath. Bantu pasien untuk mengidentifikasi startegi postif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran.

SP (STRATEGI PELAKSANAAN)

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1

Masalah KeperawatanTindakan Keperawatan pada PasienTindakan Keperawatan pada Keluarga

ANSIETASSP I pasien1. Identifikasi stressor cemas.2. Identifikasi koping maladaptif dan akibatnya.3. Bantu perluas lapang persepsi.4. Konfrontasi positif (jika perlu).5. Latih teknik relaksasi : nafas dalam.6. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.SP I keluarga1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas sedang yang dialami pasien beserta proses terjadinya.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien cemas.

SP II pasien1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.2. Latih koping : beraktivitas.3. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.SP II keluarga1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien cemas sedang.2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien cemas sedang.

SP III pasien1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.2. Latih koping : olah raga.3. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.SP III keluarga1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2

SP 1 : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal ansietas, danmembantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas

Fase Orientasi :Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Fatima Imey panggil saja saya Imey, saya perawat yang akan merawat bapak dan datang kerumah bapak seminggu dua kali, yaitu hari rabu dan Sabtu jam 10.00 pagi. Nama bapak siapa, suka dipanggial apa? Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh, jadi bapak merasa tidak nyaman?, Baiklah pak, kita akan berbincang-bincang tentang perasaan yang bapak rasakan. Berapa lama kita bincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit.Dimana tempatnya pak? Bagaimana kalau disini saja?

Fase Kerja :Apa yang bapak rasakan?, Bagaimana perasaan itu bisa muncul?. Apa yang bapaklakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?. Oh, jadi bapak mondar-mandir dan banyakbicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu muncul.Ada peristiwa apa sebelumansietas itu muncul? Atau adakah hal-hal yang bapak pikirkan sebelumnya? Jadi bapakakan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum bisa bapak selesaikan. Bisa kitadiskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak tidak selesai? Oh, jadi bapak merasa bebankerja yang diberikan diluar kesanggupan bapak untuk menyelesaikannya. . Apakahsebelumnya bapak pernah mendapatkan beban kerja yang tinggi pula? Apakah bapak bisamenyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah, baik sekali, berarti dulu bapak mampu menyelesaikan pekerjaan yang banyak. Bagaimana cara bapak menyelesaikan pekerjaan ituwaktu dulu?.

Fase Terminasi :Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?, Coba bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak cemas? apa perubahan yang bapak rasakan dengan kondisi kecemasan,. Dua hari lagi saya akan datang untuk mengajarkan latihan relaksasi, jam 10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang saya pamit dulu Assalamualaikum Wr Wb.

SP 2 : Mengontrol Kecemasan Dengan Relaksasi Nafas Dalam

Fase Orientasi :Assalamualaikum Pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan Bapak?, Sesuai janji kita dua hari yang lalu, hari ini saya datang kembali untuk mendiskusikan tentang latihan relaksasi dengan tehnik tarik napas dalam. Berapa lama kita akan berlatih pak? Bagaimana jika 20 menit? Dimana kita diskusi? Bagaimana jika di halaman samping?

Fase Kerja :Pak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya seluruh badan bapak tegang, baik fikiran maupun fisik, Nah, latihan relaksasi ini bermanfaat untuk membuat fisik bapak rileks atau santai. Dalam latihan ini bapak harus memusatkan pikiran dan perhatian bapak pada pernapasan, gerakan mengembang dan mengempisnya otot dada bapak saat bernapas . Bisa kita mulai pak? Sekarang bapak silahkan duduk tegap seperti saya. Pertama-tama: bapak tarik napas perlahan-lahan, dalam hitungan satu, bapak pikirkan bahwa adara memasuki bagian bawah paru-paru bapak, pada hitungan dua bapak bayangkan udara mengisi bagian tengah paru-paru bapak dan pada hitungan tiga bapak bayangkan seluruh paru-paru bapak sudah terisi dengan udara, setelah itu tahan napas dalam hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang bapak lihat saya mempraktekkanya. Sekarang coba bapak praktekkan! Wah, bagus sekali bapak sudah mampu melakukannya. Bapak bisa latih kembali relaksasi nafas dalam.

Fase Terminasi :Bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik nafas dalam ini? Coba bapak ulangi satu kali lagi Bagus sekali. Setiap kali bapak mulai merasa cemas, bapak bisa langsung praktekkan cara ini. Lusa saya akan datang lagi untuk mengajarkan latihan yang lain yaitu dengan mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot bapak. Seperti biasa pak Jam 10.00 WIB. Assalamualaikum Pak ahmad.

DAFTAR PUSTAKAWirnata, Made, Diagnosa Keperawatan NANDA NIC-NOC (terjemahan)Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Balai Penerbit FKUI : Jakarta.Ibrahim, Ayub Sani. 2007. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Dua As-As : JakartaKaplan, Harold I, dkk. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika : JakartaMansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Aesculapius : Jakarta.Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Penerbit MocoMedia : Yogyakarta.Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC : Jakarta.Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC : Jakarta.Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar sKeperawatan Jiwa, EGC : Jakarta.