LP TOF

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan yang paling sering dijumpai, meliputi 30% dari seluruh kelainan bawaan. Angka kejadian berkisar 10 per-seribu kelahiran hidup. Sepertiga dari bayi-bayi tersebut akan menunjukkan gejala pada minggu wal kehidupannnya, sepertiga akan menunjukkan gejala pada masa neonatal. Meskipun variasi dari PJB jenisnya ratusan, akan tetapi menurut penelitian 80% kasus di dominasi oleh 10 jenis PJB, dengan urutan: Defek Septum Ventrikel, Duktus Arterious Persisten, Defek Septum Atrium, Tetralogy of Fallot, Stenosis Kaptup Pulmonal, Koartasio Aorta, Stenosis Katup Aorta, Transposisi Arteri Besar, Defek Septum Atrioventrikular, dan Atresia Pulmonal. Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan

description

TOF

Transcript of LP TOF

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETRALOGI OF FALLOT

PAGE

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan yang paling sering dijumpai, meliputi 30% dari seluruh kelainan bawaan. Angka kejadian berkisar 10 per-seribu kelahiran hidup. Sepertiga dari bayi-bayi tersebut akan menunjukkan gejala pada minggu wal kehidupannnya, sepertiga akan menunjukkan gejala pada masa neonatal. Meskipun variasi dari PJB jenisnya ratusan, akan tetapi menurut penelitian 80% kasus di dominasi oleh 10 jenis PJB, dengan urutan: Defek Septum Ventrikel, Duktus Arterious Persisten, Defek Septum Atrium, Tetralogy of Fallot, Stenosis Kaptup Pulmonal, Koartasio Aorta, Stenosis Katup Aorta, Transposisi Arteri Besar, Defek Septum Atrioventrikular, dan Atresia Pulmonal.

Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak, atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan Keperawatan (ASKEP) pada klien dengan Tetralogy of Fallot sehingga akan mampu mengidentifikasi seluruh masalah keperawatan yang terjadi.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengkaji klien dengan masalah Tetralogy Of Fallot.

b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah Tetralogy Of Fallot.c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan klien dengan masalah Tetralogy Of Fallot.d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan klien dengan masalah Tetralogy Fallot.e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien dengan masalah Tetralogi Of Fallot.C. Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :a. Metode Kepustakaan

Metode penulisan dengan menggunakan beberapa literatur sebagai sumber.b. Metode Wawancara dan Pemeriksaan Fisik

Data diperoleh melalui wawancara dan pemeriksaan fisik secara langsung terhadap klien dan keluarga.

c. Metode Observasi

Melalui observasi langsung terhadap klien berdasarkan masalah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Perkembangan Janin1. Perkembangan Jantung NormalPerkembangan jantung terjadi pada usia gestasi 3 minggu dan lengkap pada usia gestasi 7-8 minggu. Pada minggu keempat Jantung manusia mulai membentuk struktur kantong tunggal. Pada minggu kelima terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung. Pada minggu keenam meski belum bisa terdengar, jantung bayi mulai berdetak. Pada minggu ketujuh jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, Sekat jantung (septum) tumbuh untuk memisahkan serambi (atrial) dan bilik (ventricular) jantung di sisi kanan dan sisi kiri. Empat katup jantung terbentuk untuk mengatur aliran darah dari rongga-rongga jantung menuju paru dan tubuh. Pada minggu kesembilan dengan Doppler, dapat terdengar detak jantungnya. Pada minggu keduabelas akibat meningkatnya volume darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat, dan pada minggu keempatbelas detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan lemak2. Peredaran Darah Janin

Pemisahan ruang jantung pada embrio belum mencapai pemisahan yang lengkap pada jenis-jenis darah. Selama terjadinya perkembangan embrio, darah yang beredar masih tercampur. Darah akan masuk melalui arteri di jonjot chorion atau di plasenta, dan melalui vena umbilikalis dialirkan kembali ke janin. Di janin, darah tersebut pertama kali mencapai hati yang berperan penting sebagai organ pusat pertukaran zat yang penting untuk pembentukanembrio. Karena itu hati mula-mula sangat besar dan mengabsorbsi sebagian besar darah vena umbilikalis yang berasal dari arteri. Akan tetapi, segera terbentuk pembuluh vena pendek (duktus venosus arantii) di antara vena umbilikalis sinistra (yang kanan mengalami obliserasi) dan vena cava inferior sehingga hati hanya mengurus darah arteri yang berasal dari vena umbilikalis (terutama lobus kiri hati). Selain itu terbentuk juga sistem portal yang membawa darah vena dari daerah usus ke dalam hati. Oleh karena itu, perkembangan hati yang begitu cepat agak tertahan. Namun, peredaran darah kepala (untuk pertumbuhan yang cepat pada organ kepala) makin berkembang. Melalui shunt hati yang mencapai vena rongga bagian bawah, darah yang kaya akan oksigen dari vena umbilikalis mengalir dalam atrium kanan melalui foramen ovale ke dalam atrium kiri, ventrikel kiri dan ke aorta setelah terjadinya pemisahan jalur aliran keluar. Darah dari vena yang berasal dari kepala melalui vena rongga bagian atas dihantarkan ke atrium kanan, namun mengalir dalam jumlah yang cukup besar melalui tonjolan limbus septum secundum pada foramen ovale, tanpa tercampur dengan darah arteri yang berasal dari vena cava inferior. Darah vena yang melalui vena bagian atas rongga yang mengalir ke atrium, dengan demikian hampir semuanya masuk ke dalam ventrikel kanan dan ke dalam truncus pulmonalis. Oleh karena paru sebagai organ pernapasan masih belum berfungsi, darah tersebut mengalir terutama melalui kedua jalan pintas peredaran darah paru, yaitu duktus arteriosus (botalli) ke dalam aorta, dan dari aorta, mencapai darah yang tercampur. Namun, karena pembuluh darah karotis yang berasal dari lengkung arteri faring menuju kepala bercabang dari arcus aorta di depan duktus botalli,, terdapat darah yang relatif kaya akan Oksigen. Oleh sebab itu, pada masa embrional terbentuk gradien oksigen antara kepala dan batang tubuh, yang berkontribusi untuk kemajuan proses diferensiasi otak yang cepat, namun perkembangan batang tubuh dan anggota gerak tertingga. Pada satu sisi, keterlambatan pertumbuhan anggota gerak memudahkan pengeluaran janin melalui jalan lahir, sedangkan pada sisi lain pertumbuhan otak yang cepat memungkinkan perkembangan mekanisme refleks yang penting untuk kehidupan bayi yang baru lahir.Darah yang tercampur di aorta descendens mengalir kembali ke plasenta melalui kedua arteri umbilikalis, tempat darah tersebut diperbaharui melalui arteri.3. Perubahan Sirkulasi Postnatal

Setelah kelahiran, peredaran darah paru tiba-tiba berfungsi, duktus venosus mengalami obliterasi menjadi jaringan ikat tipis dalam beberapa minggu. Tekanan di atrium kiri meningkat dan katup septum primum terdorong sehingga foramen ovale tertutup, sebagai akibat saling melekatnya septum primum dan sekundum. Jika tekanan atrium kanan melibihi atrium kiri, foramen ovale masih dapat terbuka, sampai terjadi penutupan fungsional yang sifatnya permanen oleh jaringan ikat sekitar 2-4 tahun kemudian. Pada dinding atrium kiri akan tetap ada lekukan yang disebut fossa ovalis.Saat paru terisi udara, darah akan masuk, sehingga duktus arteriosus yang diperlukan untuk pirau darah dari paru ke aorta tidak diperlukan lagi. Penutupan fungsional akan segera terjadi beberapa menit sesudah lahir sebagai akibat kontraksi otot, dimulai dari ujung sebelah pulmonal. Penutupan anatomis oleh jaringan fibrosis akan terjadi dalam beberapa minggu.Sebagai akibat inspirasi dan mengembangnya paru, jaringan pembuluh arterioler paru akan menyesuaikan diri dengan meningkatnya aliran darah ke paru. Penurunan resistensi vaskuler paru akan terjadi dalam beberapa jam sesudah lahir dan terus turun sampai nilainya kira-kira sepersepuluh nilai resistensi vaskuler sistemik. Regresi ini akan selesai dalam 3-6 minggu.B. Pengertian Tetralogi of fallot (ToF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.

C. EtiologiPada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor faktor tersebut antara lain :

Faktor endogen

Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom

Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

Faktor eksogen

Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu) Ibu menderita penyakit infeksi : rubella

Pajanan terhadap sinar -X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

D. PatofisiologiPerubahan hemodinamika sangat bervariasi dan terutama bergantung pada derajat stenosis pulmonalis kendati juga ditentukan oleh ukuran defek septum ventrikel dan tahanan pulmonal serta sistemik terhadap aliran darah. Karena ukuran VSD biasanya cukup lebar, tekanan dalam ventrikel kiri dapat sama besarnya dengan tekanan dalam ventrikel kanan. Karena itu, arah pirau (shunt) bergantung pada perbedaan antara tahanan vascular pulmonalis dengan tahanan sistemik. Jika tahanan vascular pulmonalis lebih besar dari tahanan sistemik, pirau terjadi dari kanan ke kiri. Jika tahanan sistemik lebih besar dari tahanan pulmonal, pirau terjadi dari kanan ke kiri. Jika tahanan sistemik lebih besar dari pada tahanan pulmonal, pirau terjadi dari kiri ke kanan. Stenosis pulmonalis menurunkan aliran darah ke dalam paru dan sebagai konsekuensinya, terjadi penurunan jumlah darah kaya oksigen yang kembali ke sisi jantung. Bergantung pada posisi aorta, darah dari kedua belah ventrikel dapat didistribusikan kedalam sirkulasi sistemik. Akibat adanya stenosis pulmonalis, tahan yang merintangi aliran darah menyebabkan hipertropi ventrikel kanan. Jika terjadi kegagalan ventrikel, tekanan atrium kanan akan meningkat dan keadaan ini dapat menyebabkan terbukanya kembali foramen ovale sehingga darah yang miskin oksigen melintas ke dalam atrium kiri dan terjadi sianosis sistemik.

Laju metabolic pada bayi yang menderita tetralogy of Fallot lebih besar karena fungsi jantung yang buruk dan frekuensi jantung serta pernafasan yang meningkat. Kebutuhan kalori mereka lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan kalori rata-rata bayi normal, laju metaboklik meningkat pada hal kemampuan untuk mendaptkan kalori yang adekuat terhambat oleh kondisi fisik yang mudah lelah. E. Tanda dan GejalaSigns dan symptoms tergantung kepada ukuran dari deffek yang dialami bayi yang lahir.Tanda-tanda dan gejala yang umum ialah:

Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of Fallot mempunyai suara murmur jantung. Kadang suaara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapaa hari. Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of Fallot. Cyanosis adalah suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat. Cyanosis biasanya timbul antara hari pertama dilahirkaan sampai minggu ke 2 umur bayi. Tanda-tanda lain yang dapat muncul adalah:

Warna kulit pucat

Frekuensi pernafasan yang meninggi

Kulit terasa dingin

BB yang rendah

Susah untuk diberi makan karena bayi cepat lelah ketika diberi makan Clubbing fingersF. Pemeriksaan diagnostic

1. Pemeriksaan laboratoriumDitemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.2. RadiologisSinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu. 3. ElektrokardiogramPada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal4. EkokardiografiMemperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru.4. Kateterisasi Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

Komplikasi

a. Trombosis pulmonal

b. CVA trombosis

c. Abses otak

d. Perdarahan

e. Anemia relatif

G. Konsep keperawatan

Pengkajian keperawatan

i. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).

ii. Riwayat tumbuh

Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.

iii. Riwayat psikososial/ perkembangan

3.1 Kemungkinan mengalami masalah perkembangan

3.2 Mekanisme koping anak/ keluarga

3.3 Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

iv. Pemeriksaan fisik

4.1 Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.

4.2 Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.

4.3 Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.

4.4 Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.

4.5 Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi

4.6 Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

4.7 Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan

4.8 Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik

v. Pengetahuan anak dan keluarga :

5.1 Pemahaman tentang diagnosis.

5.2 Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis

5.3 Regimen pengobatan

5.4 Rencana perawatan ke depan

5.5 Kesiapan dan kemauan untuk belajar Tatalaksana pasien tetralogi fallotPada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :

1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah

2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.

3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis

4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.

6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedatif

7. penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.

Lakukan selanjutnya

1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik

2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi

3. Hindari dehidrasiDiagnosa keperawatan

Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.

1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal

2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)

4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan

5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

7. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak

8. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis

Intervensia. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung

Tujuan

Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.

Kriteria hasil

Tanda-tanda vital normal sesuai umur

Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi,mur-mur

Pasien komposmentis

Akral hangat

Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas

Capilary refill time < 3 detik

Urin output 1-2 ml/kgBB/jamIntervensi1. Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan

2. Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh

3. Observasi adanya serangan sianotik4. Berikan posisi knee-chest pada anak

5. Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan disorientasi

6. Monitor intake dan output secara adekuat7. Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan aktivitas

8. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.9. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia10. Kolaborasi pemberian oksigen

11. Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus

b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan:

Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

Kriteria hasil :

Tanda vital normal sesuai umur Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan.

Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur.

Fatiq dan kelemahan berkurang.

Anak dapat tidur dengan lelap

Intervensi

1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.

2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.

3. Anjurkan pada pasien agar tidak ngeden pada saat buang air besar.

4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.

5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas

6. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian anak sesui dengan indikasi

7. Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan

Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.Kriteria hasil :

Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur

Peningkatan toleransi makan.

Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan

Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb Mual muntah tidak ada

Anemia tidak ada.Intervensi :

1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.

2. Catat intake dan output secara akurat

3. Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi bermain)

4. Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak

5. Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan6. gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan sendawakan

7. gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak

8. berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan

9. Batasi pemberian sodium jika memungkinkan

10. Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium

LAPORAN PENDAHULUANTETRALOGY OF FALLOT

OLEH:

ATIEK FAJRIANI AKIB

C12106030

CI LAHAN

CI INSTITUSI

( )

( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010

DAFTAR PUSTAKAA.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran UIBambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan AnakDoengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. JakartaNgastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGCNelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGCSacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGCSamik Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press, yogyakarta,IndonesiaSudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI

Takut pada anak

Kecemasan anak

Krg pengetahuan klg ttg cara merawat anak dg asma

Kecemasan orang tua,perubahan proses keluarga, koping keluarga inefektif

Anak

Orang tua

MRS

PK : embolisme paru

PK : syok hipovolemik

Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit

Gangguan perfusi jaringan

Ggn nutrisi kurang dr keb

Intoleransi aktivitas tubuh

Gangguan pola nafas

Gangguan pertumbuhan & perkembangan

Perdarahan

Trombosis

Bayi/anak cepat lelah :

jika menetek,berjalan, beraktifitas

Jangka panjang sirkulasi kolateral

polisitemia

kompensasi

Perubahan perfusi jar serebral.

Ggn integritas kulit.

Risiko cedera

Gangguan pertukaran gas

PK.Hipoksemia

Krg pengetahuan ortu : diagnostik,prognosis&perawatan

kejang

(kesadaran

Asidosis metabolik

(O2 di otak

Hipoksia & laktat

Kelemahan tubuh

Sianosis (blue spells)

Sesak

Hipoksemia

(O2 dlm darah

Percampuran darah kaya O2 dg CO2

Hipertrofi

vent kanan

Aliran darah aorta ((

Obstruksi aliran darah keluar vent kanan

(Aliran darah paru

Pirau kanan --kiri

Obstruksi >>> berat

Tek. sistolik puncak ventrikel kanan = kiri

Defek septum ventrikel

Overiding aorta

Stenosis pulmonal

Kelainan jantung kongenital sianotik : tetralogi fallot

Terpapar faktor endogen & eksogen selama kehamilan trimester I-II