Makalah Asuhan Keperawatan Amputasi

download Makalah Asuhan Keperawatan Amputasi

of 11

description

Asuhan Keperawatan dengan Pasien Amputasi

Transcript of Makalah Asuhan Keperawatan Amputasi

Asuhan Keperawatan Amputasijoe blackholeAdd CommentKamis, 30 Mei 2013BAB IPENDAHULUANA.LATAR BELAKANGAmputasi adalah pembedahan memotong dan mengangkat tungkai dan lengan, amputasi yang disebabkan oleh kecelakaan (23%), penyakit (74%) dan kelainan genital (3%). Amputasi merujuk pada pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas. Bila melakukan amputasi, dokterbedah berupaya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin tungkai. Amputasi dapat terbuka (guillotine) atau tertutup. Amputasi terbuka dilakukan untuk infeksi berat. Untuk emputasi tertutup, dokter bedah menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang kira-kira dua inci lebih pendek dari pada kulit dan otot.Pada beberapa kasus, gips plester kaku diberikan pada puntung diruang operasi. Prostetik tungkai sementara dengan telapak prostetik kemudian disambungkan ke gips plester dan pasien diizinkan ambulasi dengan beban berat badaan minimal dalam beberapa hari. Teurapik fisik biasanya mulai mengajarkan tehnik-tehnik pemindahan dan latihan kekuatan otot setelah aalat drainase luka diangkat. Ambulasi berlanjut saat pasien belajar begaimana untuk menyeimbangkan bataang parallel pada ruang terapi fisik.Komplikasi pasca operasi utama dihubungkan dengan amputasi adalah infeksi, hemoragi, kontraktor dan emboli lemak. Kejadian klinik umum sering menjadi sumber ketidak nyamanan untuk kebanyakan pasien adalah sensasi fantom limb. Amputasi ekstremitas bawah dapat dibawah lutut (BKA) atau diatas lutut (AKA).Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam sebuah makalah yang berjudul (ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AMPUTASI).B.RUMUSAN MASALAH1.Apa yang dimaksud dengan Amputasi ?2.Bagaimana cara pengkajian pada kliuen dengan Amputasi?3.Bagaimana cara mendiagnosa Amputasi?C.TUJUAN PENULISAN1.Tujuan umumDiharapkan mahasiswa mahasiswi mampu memahami bagaaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien amputasi.2.Tujuan khususa.Mahasiswa mahasiswi mampu memahami konsep amputasib.Mahasiswa mahasiswi mampu melakukan pengkajianc.Mahasiswa mahasiswi mampu melakukan diagnosed.Mahasiswa mahasiswi mampu melakukan perencanaanD.METODE PENULISANPenulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu penyebab dan keadaan secara objektif dan sistematis terdiri dari latar belakang, tujuan dan metode penulisa yang diberkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien amputasi.Dimana makalah ini juga terdapat adaanya anggapan-anggapan dasar tentang amputasi dan pembahasannya juga diuraikan didalamnya tujuannya untuk dapat memahami tentang amputasi dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang intensif pada pasien amputasi,Tehnik penulisan dalam makalah ini juga diterapkan bagi penulisan untuk membuat dan mengembangkan makalah ini secara cermat dan teliti. Sehingga mehasiswa (i) mudah memahami dan mempelajari tentang amputasi.

BAB IIPEMBAHASANA.PENGERTIANAmputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha) dan embel embel tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan (kedaruratan medik. 2000)Amputasi adalah pengangkatan melalui pembedahan kaki karena trauma, penyakit, tumor atau anomaly kongenital; terkelupasnya kulit secara umum diperbaiki kembali untuk memudahkan penyembuhan dan penggunaan peralatan protetik (Standart Perawatan Pasien Vol. 3. 1998)Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh. Untuk amputasi tertutup, dokter bedah menutup luka dengan klap kulit yang terbuat dengan memotong tulang kira-kira dua inci lebih pendek dari pada kulit dan otot.B.ETIOLOGIIndikasi utama bedah amputasi adalah karena :1. Iskemia karena penyakit reskulasisasi perifer biasanya pada orang tua seperti klien dengan artherosklerosis, diabetes mellitus.2. Trauma amputasi bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, tremal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets diseae dan kelainan kengenitalC.PATOFISIOLOGIDilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan dua metode :1.Metode terbuka (guillotine)Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan di pasang drainase agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.2.Metode tertutup (flap amputasi)Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang di amputasi, tidak semua amputasi di operasi dengan terencana, klasifikasi yang ada karena trauma amputasi.

PATHWAY

D.TINGKATAN AMPUTASI1.Ekstremitas AtasAmputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau tangan kiri,hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktifitas yang lainnya yangmelibatkan tangan.2.Ekstremitas BawahAmputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas terbagi menjadi dua letak amputasi yaitu :1.Amputasi dibawah lutut (below knee amputation)2.Amputasi diatas lututE.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKFoto rontgen : Mengidentifikasi abnormalitas tulang.Skan CT : Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma.LED : Mengindikasikan respons inflamasiKultur luka : Mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan organisme penyebab.Biopsy : Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna / maligna.F.PENATALAKSANAAN AMPUTASIAmputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi :1.Rigid dressingYaitu dengan menggunakan plester of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak. Bila tidak memasang segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol.Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7-10 hari post operasi dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah luka sembuh. Setelah 2-3 minggu setelah luka stump dan mature.2.Soft dressing Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.G.DAMPAK MASALAH TERHADAP SISTEM TUBUHAdapun pengaruhnya meliputi :1.Kecepatan metabolismeJika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.2.Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitAdanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.3.Sistem respirasia.Penurunan kapasitas paruPada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.b.Perubahan perfusi setempatDalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.c.Mekanisme batuk tidak efektifAkibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.4.Sistem Kardiovaskulera.Peningkatan denyut nadiTerjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.b.Penurunan cardiac reserveDibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.c.Orthostatik HipotensiPada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.5.Sistem Muskuloskeletala.Penurunan kekuatan ototDengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.b.Atropi ototKarena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.c.Kontraktur sendiKombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.d.OsteoporosisTerjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.6.Sistem Pencernaana.AnoreksiaAkibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.b.KonstipasiMeningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.7.Sistem perkemihanDalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :a.Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.b.Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK.

8.Sistem integumentTirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN AMPUTASII.PENGKAJIANa.Pengumpulan Data1.Identitas KlienMeliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.2.Keluhan UtamaBiasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila digerakkan.3.Riwayat Penyakit Dahulu.Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah mengalami tindakan operasi apa tidak.4.Riwayat Penyakit Sekarang.Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.5.Riwayat Penyakit Keluarga.Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit fraktur / penyakit menular.b.Pola Pola Fungsi1.Aktivitas/IstirahatGejala : keterbatasan actual atau antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/amputasi2.Integritas egoTanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri, keceriaan berdayaGejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain perasaan putus asa, tidak berdaya.3.SeksualitasGejala : masalah tentang keintiman hubungan4.Interaksi socialGejala : masalah hubungan dengan penyakit atau kondisi..II.DIAGNOSA KEPERAWATANUntuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatan yang lazim terjadi adalah :1.Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.2.Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot.3.Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat diri.4.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.5.Potensial kontraktur berhubungan dengan immobilisasi.6.Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka.III.PERENCANAAN/ INTERVENSI1.Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.a.Tujuan :Jangka Panjang :Mobilisasi fisik terpenuhi.Jangka Pendek :-Klien dapat menggerakkan anggota tubuhnya yang lainnya yang masih ada.-Klien dapat merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk.-ROM, tonus dan kekuatan otot terpelihara.-Klien dapat melakukan ambulasi.b.Intervensi :1)Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan catat persepsi klien terhadap immobilisasi.Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan persepsi klien terhadap immobilisasi akan dapat menemukan aktivitas mana saja yang perlu dilakukan.2)Latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih ada.Rasional : Pergerakan dapat meningkatkan aliran darah ke otot, memelihara pergerakan sendi dan mencegah kontraktur, atropi.3)Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda.Rasional : Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien.4)Ganti posisi klien setiap 3 4 jam secara periodicRasional : Pergantian posisi setiap 3 4 jam dapat mencegah terjadinya kontraktur.5)Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur.Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari tempat tidur.2.Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot.a.Tujuan :Jangka Panjang :Nyeri berkurang atau hilangJangka Pendek :-Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan.-Klien menyatakan nyerinya berkurang-Klien mampu beraktivitas tanpa mengeluh nyeri.b.Intervensi :1)Tinggikan posisi stumpRasional : Posisi stump lebih tinggi akan meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema dan nyeri.2)Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya, catat perubahan tanda-tanda vital dan emosi.Rasional : Merupakan intervensi monitoring yang efektif. Tingkat kegelisahan mempengaruhi persepsi reaksi nyeri.3)Berikan teknik penanganan stress seperti relaksasi, latihan nafas dalam atau massase dan distraksi.Rasional : Distraksi untuk mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri karena perhatian klien dialihkan pada hal-hal lain, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan pada otot yang menurunkan rangsang nyeri pada saraf-saraf nyeri.4)Kolaborasi pemberian analgetikRasional : Analgetik dapat meningkatkan ambang nyeri pada pusat nyeri di otak atau dapat membloking rangsang nyeri sehingga tidak sampai ke susunan saraf pusat.3.Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat diri.a.Tujuan :Jangka Panjang :Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.Jangka Pendek :-Tubuh, mulut dan gigi bersih serta tidak berbau.-Kuku pendek dan bersih.-Rambut bersih dan rapih-Pakaian, tempat tidur dan meja klien bersih dan rapih.-Klien mengatakan merasa nyaman.b.Intervensi :1)Bantu klien dalam hal mandi dan gosok gigi dengan cara mendekatkan alat-alat mandi, dan menyediakan air di pinggirnya, jika klien mampu.Rasional : Dengan menyediakan air dan mendekatkan alat-alat mandi maka akan mendorong kemandirian klien dalam hal perawatan dan melakukan aktivitas.2)Bantu klien dalam mencuci rambut dan potong kuku.Rasional : Dengan membantu klien dalam mencuci rambut dan memotong kuku maka kebersihan rambut dan kuku terpenuhi.3)Anjurkan klien untuk senantiasa merapikan rambut dan mengganti pakaiannya setiap hari.Rasional : Dengan membersihkan dan merapihkan lingkungan akan memberikan rasa nyaman klien.4.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.a.Tujuan :Jangka Panjang :Klien dapat sembuh tanpa komplikasi seperti infeksi.Jangka Pendek :-Kulit bersih dan kelembaban cukup.-Kulit tidak berwarna merah.-Kulit pada bokong tidak terasa ngilu.b.Intervensi :1)Kerjasama dengan keluarga untuk selalu menyediakan sabun mandi saat mandi.Rasional : Sabun mengandung antiseptik yang dapat menghilangkan kuman dan kotoran pada kulit sehingga kulit bersih dan tetap lembab.2)Pelihara kebersihan dan kerapihan alat tenun setiap hari.Rasional : Alat tenun yang bersih dan rapih mengurangi resiko kerusakan kulit dan mencegah masuknya mikroorganisme.3)Anjurkan pada klien untuk merubah posisi tidurnya setiap 3 4 jam sekaliRasional : Untuk mencegah penekanan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan iritasi.5.Resiko tinggi terhadap kontraktur berhubungan dengan immobilisasi.a.Tujuan :Jangka Panjang :Kontraktur tidak terjadi.Jangka Pendek :-Klien dapat melakukan latihan rentang gerak.-Setiap persendian dapat digerakkan dengan baik.-Tidak terjadi tanda-tanda kontraktur seperti kaku pada persendian.b.Intervensi :1)Pertahankan peningkatan kontinyu dari puntung selama 24 48 jam sesuai pesanan. Jangan menekuk lutut, tempat tidur atau menempatkan bantal dibawah sisa tungkai, tinggikan kaku tempat tidur melalui blok untuk meninggikan puntung.Rasional : Peninggian menurunkan edema dan menurunkan resiko kontraktur fleksi dari panggul.2)Tempatkan klien pada posisi telungkup selama 30 menit 3 4 kali setiap hari setelah periode yang ditentukan dari peninggian kontinyu.Rasional : Otot normalnya berkontraksi waktu dipotong. Posisi telungkup membantu mempertahankan tungkai sisa pada ekstensi penuh.3)Tempatkan rol trokanter disamping paha untuk mempertahankan tungkai adduksi.Rasional : Kontraktur adduksi dapat terjadi karena otot fleksor lebih kuat dari pada otot ekstensor.4)Mulai latihan rentang gerak pada puntung 2 3 kali sehari mulai pada hari pertama pasca operasi. Konsul terapist fisik untuk latihan yang tepat.Rasional : Latihan rentang gerak membantu mempertahankan fleksibilitas dan tonus otot.6.Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka.a.Tujuan :Jangka Panjang :Infeksi tidak terjadiJangka Pendek :-Luka bersih dan kering-Daerah sekitar luka tidak kemerahan dan tidak bengkak.-Tanda-tanda vital normal-Nilai leukosit normal (5000 10.000/mm3)b.Intervensi :1)Observasi keadaan lukaRasional : Untuk memonitor bila ada tanda-tanda infeksi sehingga akan cepat ditanggulangi.2)Gunakan teknik aseptik dan antiseptik dalam melakukan setiap tindakan keperawatanRasional : Tehnik aseptik dan antiseptik untuk mencegah pertumbuhan atau membunuh kuman sehingga infeksi tidak terjadi.3)Ganti balutan 2 kali sehari dengan alat yang steril.Rasional : Mengganti balutan untuk menjaga agar luka tetap bersih dan dengan menggunakan peralatan yang steril agar luka tidak terkontaminasi oleh kuman dari luar.4)Monitor LEDRasional : Memonitor LED untuk mengetahui adanya leukositosis yang merupakan tanda-tanda infeksi.5)Monitor tanda-tanda vitalRasional : Peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi dan penurunan tekanan darah merupakan salah satu terjadinya infeksi

BAB IVPENUTUPA.KESIMPULANAmputasi adalah pengangkatan memalui bedah atau traumatic pada tungkai dan lengan. Pada umumnya trauma amputasi, bisa disebabkan tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti disease dan kelainan congenital. Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian dari tubuh.B.SARAN1.Bagi klien dan keluargaDiharapkan klien mengeri dan memahami terhadap kesehatan citra tubuh yang dialaminya. Tahu tentang pengobatan dan pemulihan2.Bagi perawat Diharapkan dalam melakukan tindakan keperawatan hendaknya sesuai dengan masalah klien berdasarkan kebutuhan, baik psikologi dan spiritual sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada.DAFTAR PUSTAKAGuyton, Arthur C, and john E. Hall 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-9 jakarta : EGCKatzung, betran G, 1998 farmakologi dasar dan klinik edisi IV, Jakarta : EGCPrice, silvia A, and lorraine M. Wilson. 1995. patofisiologi : konsep klinisProses-proses penyakit vol. II edisi IV, Jakarta :EGCSudayo, Aru W. dkk. 2006 buku ajar ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas Indonesia.