ASUHAN KEPERAWATAN
-
Upload
sintha-pratiwi -
Category
Documents
-
view
648 -
download
0
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN HIPERTIROIDISME
OLEH:
SGD VII
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2011
NI PUTU INDRA SUWARI DEWI 0902105013
NI MADE JUNIARI 0902105014
NI MADE SINTHA PRATIWI 0902105027
NI MADE YUNITA SARI 0902105028
IB PUTU SURYA WEDATAMA 0902105046
NI LUH KUSMA DEWI 0902105053
I GEDE BAYU WIRANTIKA 0902105063
AYU PRAMISWARI 0902105067
MADE DENY WIDIADA 0902105080
NI WAYAN MIRA RIANTY 0902105083
NI PT DIAN SEPTIANA ANDRIANI 0902105086
Kasus
Tn Agus dirawat di Ruang Bakung RS Sembuh Total dengan diagnose medis Hipertiroidisme. Tn Agus direncanakan menjalani operasi Tiroidektomi. Sebagai perawat yang bertugas di ruang Bakung, Ners Indah memberikan asuhan keperawatan berupa mempersiapkan tindakan perioperatif dengan sebaik-baiknya.
Bagaimana proses terjadinya hipertiroidisme pada Tn Agus dan apa akibatnya (buatlah dalam bentuk WOC)
Pengkajian apa yang perlu dilakukan dan hasil pengkajian apa saja yang didapatkan pada Tn Agus?
Diagnosa keperawatan apa saja yang mungkin muncul pada Tn Agus? Buatlah rencana asuhan keperawatan pada Tn Agus sesuai dengan diagnose yang
muncul! Apa saja persiapan preoperasi yang dilakukan kepada Tn Agus sebelum menjalani
operasi Tiroidektomi?
1. Patofisiologi
Perjalanan penyakit hipertiroid biasanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan
sampai beberapa tahun. Pada penyakit graves, hipertiroid merupakan akibat dari antibodi
reseptor thyroid-stimulating antibody (TSI) yang merangsang aktivitas tiroid, sedangkan
pada goiter multinodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri. Pada
penyakit graves, limfosit T menjadi peka terhadap antigen yang terdapat dalam kelenjar
tiroid dan merangsang limfosit B untuk mensintesis antibody terhadap antigen-antigen
ini. Adanya antibodi dalam darah ini kemudian berkorelasi dengan penyakit aktif dan
kekambuhan penyakit yang diterapi dengan obat-obat antitiroid.
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan
dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula
peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin
(T4) di jaringan perifer.
Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme
jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon-
hormon tiroid ini berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui mekanisme
transport asam amino dan elektrolit dari cairan ekstraseluler ke dalam sel, aktivasi/sintesa
protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-proses intraseluler. Pada mamalia
dewasa khasiat hormon tiroid terlihat antara lain :
a. Aktivitas lipolitik yang meningkat pada jaringan lemak
b. Modulasi sekresi gonadotropin
c. Mempertahankan pertumbuhan proliferasi sel dan maturasi rambut
d. Merangsang pompa natrium dan jalur glikolitik, yang menghasilkan kalorigenesis dan
fosforilasi oksidatif pada jaringan hati, ginjal dan otot.
Dengan meningkatnya kadar hormon ini maka metabolisme jaringan, sintesa
protein dan lain-lain akan terpengaruh, keadaan ini secara klinis akan terlihat dengan
adanya palpitasi, takikardi, fibrilasi atrium, kelemahan, banyak keringat, nafsu makan
yang meningkat, berat badan yang menurun. Kadang-kadang gejala klinis yang ada hanya
berupa penurunan berat badan, payah jantung, kelemahan otot serta sering buang air
besar yang tidak diketahui sebabnya. Patogenesis Hipertiroid masih belum jelas
diketahui. Diduga peningkatan kadar hormon tiroid ini disebabkan oleh suatu aktivator
tiroid yang bukan TSH yang menyebabkan kelenjar timid hiperaktif. Aktivator ini
merupakan antibodi terhadap reseptor TSH, sehingga disebut sebagai antibodi reseptor
TSH. Anti-bodi ini sering juga disebut sebagai thyroid stimulating immuno-globulin
(TSI) dan ternyata TSI ini ditemukan pada hampir semua penderita Hipertiroid. Selain itu
pada Hipertiroid sering pula ditemukan antibodi terhadap tiroglobulin dan anti mikrosom.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kedua antibodi ini mempunyai peranan dalam
terjadinya kerusakan kelenjar tiroid. Antibodi mikrosom ini bisa ditemukan hampir pada
60 -70% penderita Hipertiroid, bahkan dengan pemeriksaan radioassay bisa ditemukan
pada hampir semua penderita, sedangkan antibodi tiroglobulin bisa ditemukan pada 50%
penderita. Terbentuknya autoantibodi tersebut diduga karena adanya efek dari kontrol
immunologik (immuno-regulation), defek ini dipengaruhi oleh faktor genetik seperti
HLA dan faktor lingkungan seperti infeksi atau stress. Pada toxic nodular goiter
peningkatan kadar hormon tiroid disebabkan oleh autonomisasi dari nodul yang
bersangkutan dengan fungsi yang berlebihan sedangkan bagian kelenjar selebihnya
fungsinya normal atau menurun.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat berapa
kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat. Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan
akibat kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang
mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan-bahan ini
adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama
degan reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi
terus-menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme
2. Pengkajian
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala: Otot lemah, kelelahan berat
Tanda: atrofi otot
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang
berat. Takikardia saat istirahat.
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri, kesulitan berkemih
(infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat,
kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia
berat).
4. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari/minggu, haus.
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan
metabolisme), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia,
gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori
( baru masa lalu ) kacau mental.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi,
tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan
meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum /
rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma: positif secara
menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
Pengkajian Fungsi Fisiologis Sebelum Tiroidektomi
1. Pengkajian Balance Cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk
dan yang keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap
imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
2. Pengkajian Kondisi Cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinu untuk melihat apakah
kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan,
nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dll.
3. Pemantauan Terhadap Perubahan Vital Sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih
dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
3. Diagnosa
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS:
Px mengeluh sesak
napas
DO:
RR meningkat di atas
normal 22 x/menit
(16-20 x/menit)
Retraksi dinding dada
Adanya pernapasan
cuping hidung
Hipertiroidisme
Hipermetabolisme
Peningkatan pemakaian O2
Merangsang pusat pernapasan
Hiperventilasi
Dispnea
Pola napas tidak efektif
Pola napas tidak efektif
DS:
DO:
TD px meningkat di
atas normal
Disritmia
Status mental px
tidak baik
Denyut nadi perifer
px tidak normal
Hipertiroidisme
Hipermetabolisme
Peningkatan aktivitas sistem
kardiak
Takikardi
Penurunan curah jantung
Penurunan curah jantung
DS:
Px mengatakan
tubuhnya panas
Hipertiroidisme
Hopermetabolisme
Hipertermi
DO:
Suhu px meningkat
Kulit px teraba panas
Kulit px tampak
merah.
Produksi kalor meningkat
Suhu tubuh meningkat
Hipertermi
DS:
DO:
BB px tidak stabil
Adanya tanda-tanda
malnutrisi pada px
IMT dibawah normal
Normal : 20,1 - 25
Hipertiroidisme
Hipermetabolisme
Penurunan glukosa
Glukoneogenesis
Cadangan makanan habis
Berat badan menurun
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Bunyi Diagnosa Keperawatan :
1. Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan dispnea, terjadi retraksi
dinding dada, terjadi penggunaan pernapasan cuping hidung, pernapasan purse lip
2. Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol,hipermetabolisme, peningkatan
beban kerja jantung
3. Hipertermi b.d hipermetabolisme ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, kulit teraba
panas dan kemerahan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan hipermetabolisme
ditandai dengan peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan
(berat badan tidak stabil), IMT, lingkar lengan dan lingkar paha kurang dari hitung
normal.
4. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan dispnea,
terjadi retraksi dinding dada, terjadi penggunaan pernapasan cuping hidung, pernapasan
purse lip.
Tujuan:
Setelah diberikan askep selama 3 x24 jam diharapkan pola nafas efektif dengan
kriteria hasil :
- Pola napas normal
- Tidak terjadi retraksi dinding dada
- Tidak terjadi pernapasan cuping hidung
- Tidak terjadi pernapasan purse lip
Intervensi:
Mandiri
a) Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya pernapasan, contoh
adanya dispnea, penggunaan obat bantu napas, pelebaran nasal.
Rasional: Respon pasien bervariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat
karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi (kehilangan darah atau
cairan), akumulasi secret, hipoksia atau distensi gaster. Penekanan pernapasan
(penurunan kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgesic berlebihan.
Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
b) Auskultasi bunyi napas. Catat area yang menurun atau tidak adanya bunyi napas
dan adanya bunyi napas tambahan, contoh krekels atau ronki
Rasional: Auskultasi bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi napas
tambahan.
c) Berikan posisi semi fowler
Rasional: mneningkatkan kemampuan retraksi dinding dada saat bernapas.
d) Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan
pola napas. Spesifikan teknik yang digunakan, misal: napas dalam.
Rasional: membantu meningkatkan pola napas.
Kolaborasi
a) Berikan tambahan oksigen dengan kanula atau masker sesuai indikasi
Rasional: Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru-paru untuk kebutuhan
sirkulasi, khususnya pada adanya penurunan/gangguan ventilasi
2. Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol, hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan curah
jantung stabil dengan criteria hasil :
- TD dalam batas normal
- Denyut nadi dalam batas normal
- Tidak terjadi disritmia
- Tidak ada suara jantung abnormal ( murmur )
- Status mental baik
Intervensi :
Mandiri :
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan
perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi
perifer. Besarnya tekanan nadi merupakan refleksi kompensasi dan penurunan tahanan
system pembuluh darah
b. Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardi.
c. Monitor adanya disritmia jantung
Rasional : penurunan curah jantung biasanya ditandai dengan adanya disritmia.
Kolaborasi :
a. Berikan cairan melalui IV dengan indikasi.
Rasional : Pemberian cairan melalui IV dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume
sirkulasi.
b. Berikan obat sesuai dengan indikasi :
- Penyekat beta seperti propanolol (inderal). Atenolol (tenormin), nadolol ( corgard).
Rasional : Diberikan untuk mengendalikan pengaruh tirotoksik terhadap takikardi,
tremor dan gugup serta merupakan pilihan pertama pada krisis tiroid akut.
- Hormon tiroid antagonis, seperti propiltiourasil (PTU), metimazol (tapazole).
Rasional : Memblok sintesis hormon tiroid dan menghalangi perubahan T4&T3.
- Natrium iodide (lugol) atau saturasi kaium iodide
Rasional : Aktivitas utamanya adalah untuk mencegah pengeluaran hormon tiroid ke
dalam sirkulasi.
3. Hipertermi b.d hipermetabolisme d.d peningkatan suhu tubuh, kulit teraba panas dan
kemerahan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan hipertermi
teratasi dengan criteria hasil :
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Kulit tidak teraba panas
- Tidak ada kemerahan
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji suhu tubuh klien
Rasional : Mengetahui keadaan suhu tubuh klien.
b. Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alkohol
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam. Penggunaan alkohol mungkin dapat
menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu alkohol dapat
mengeringkan kulit.
c. Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.
Kolaborasi :
a. Berikan antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan
organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan hipermetabolisme
ditandai dengan peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan
(berat badan tidak stabil), IMT, lingkar lengan dan lingkar paha kurang dari hitung
normal.
Tujuan : Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama3x 24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan kriteria hasil :
- BB stabil- IMT dalam batas normal (20,1 – 25,0)- Lingkar lengan dan lingkar paha dalam hitung normal
Intervensi :
a) Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah mengunyah
makanan.
Rasional : Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan
meninbulkan mual.
b) Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan tegang
pada lambung.
Rasional : Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban saluran
pencernaan. Saluran pencernaan ini dapat mengalami gangguan akibat
hidrocefalus.
c) Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/ kalori yang disajikan pada saat
individu ingin makan.
Rasional : Agar asupan nutrisi dan kalori klien adeakuat.
d) Timbang berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah berkemih
pertama.
Rasional : Menimbang berat badan saat baru bangun dan setelah berkemih untuk
mengetahui berat badan mula-mula sebelum mendapatkan nutrient.
Kolaborasi
a) Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori harian yang realistis
dan adekuat.
Rasional : Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai
indikasi dan kebutuhan kalorinya.
Evaluasi
1. Pola napas klien efektif :
- Pola napas normal
- Tidak terjadi retraksi dinding dada
- Tidak terjadi pernapasan cuping hidung
- Tidak terjadi pernapasan purse lip
2. Curah jantung stabil dengan criteria hasil :
- TD dalam batas normal
- Denyut nadi dalam batas normal
- Tidak terjadi disritmia
- Tidak ada suara jantung abnormal ( murmur )
- Status mental baik
3. Hipertermi teratasi dengan criteria hasil :
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Kulit tidak teraba panas
- Tidak ada kemerahan
4. Nutrisi teratasi dengan criteria hasil :
- BB stabil
- IMT dalam batas normal (20,1 – 25,0)
- Lingkar lengan dan lingkar paha dalam hitung normal
5. Persiapan preoperasi Tiroidektomi
Tiroidektomi
Tiroidektomi parsial atau total dapat dilaksanakan sebagai terapi primer terhadap karsinoma
tiroid, hipertiroidisme atau hiperparatiroidisme. Tipe dan luas operasi tergantung pada hasil
diagnosis, tujuan pembedahan serta prognosis
Penatalaksanaan pra bedah
1. Farmakoterapi
Sebelum dilakukan pembedahan untuk penanganan hipertiroidisme pasien ditangani
dahulu dengan terapi yang tepat untuk mengembalikan kadar hormone tiroid serta angka
metabolic pada keadaan normal, dan untuk mengurangi resiko timbulnya krisis tirotoksik
serta perdarahan selama periode pasca operatif. Obat-obat yang dapat memperpanjang
waktu pembekuan (misalnya aspirin) harus dihentikan beberapa minggu sebelum
pembedahan untuk mengurangi resiko pendarahan pasca operatif.
2. Pengurangan ansietas
Salah satu pendekatan yang penting dalam periode pra operatif adalah mendapatkan
kepercayaan dari pasien dan mengurangi kecemasaannya. Lingkungan rumah pasien
sering tampak tegang akibat kegaduhan, iritabilitas dan kegelisahan pasien yang terjadi
akibat hipertiroidisme. Pasien harus dilindungi terhadap ketegangan dan stress tersebut
agar terhindar dari krisis tirotoksik. Apabila terdapat bukti meningkatnya stress ketika
keluarga atau teman menjenguk, maka hak pasien untuk dikunjungi tamu dalamperiode
pra operatif perlu dibatasi. Beberapa bentuk terapi tertentu dianjurkan jika dapat
membuat pasien tenang dan rileks.
3. Dukungan nutrisi
Asupan gizi dimodifikasi agar mencakup makanan sumber karbohidrat dan protein yang
memadai. Asupan kalori yang tinggi setiap hari diperlukan akibat peningkatan aktifitas
metabolic dan penurunan simpanan glikogen. Suplemen vitamin, khususnya tiamin dan
asam asorbat dapat diberikan. Teh, kopi, cocacola, dan minuman perangsang lainnya
harus dihindari.
4. Persiapan praoperatif
Jika pemeriksaan diagnostic dilakukan sebelum pembedahan, pasien perlu diberitahu
tentang tujuan pemerikasaan tersebut dan Persian pra operatif yang diperkirakan akan
dapat mengurangi kecemasan. Disamping itu, berbagai upaya khusus diperlukan untuk
menjamin istirahat yang baik pada malam harinya sebelum pembendahan meskipun
banyak pasien masuk rumah sakit pada hari pembendahan .
5. Pendidikan pasien
Pelajaran yang harus diberikan sebelum pembedahan mencangkup memperlihatkan cara
menyangga leher dengan kedua belah tangan untuk mengurangi tarikan pada luka insisi
sesudah pembedahan yaitu dengan mengangkat siku dan meletakkan kedua belah tangan
dibelakang leher sehingga memberikan efek menyangga dan mengurangi tarikan serta
regangan pada otot-otot leher dan luka insisi.
DAFTAR PUSTAKA
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed4. Jakarta.
EGC. 1995.
Carpenito – moyet,L.J. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, 3 th ed. Jakarta : EGC.
Santoso, Budi. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Nanda. Jakarta : Prima Medika.
Erfandi. 2009. Konsep dasar Hipertiroid. http://one_news.asp_files [Akses : 15 Maret 2011]