Makalah INA-CBG's

18
MAKALAH SISTEM PEMBAYARAN INA CBGS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan Kesehatan Dosen pengampu : dr. Intan Zainafree, MH.Kes Disusun Oleh: 1. Ayu Aulia Septiani (6411411090) 2. Oktaviyani (6411411104) 3. Diah Ayu Latifah (6411411119) 4. Nila Alfiyatul M. (6411411139) 5. Ulfa Royanah (6411411166) 6. Arin Luhur Prastika (6411411173) JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 BAB I PENDAHULUAN

description

Sistem Pembiayaan Kesehatan

Transcript of Makalah INA-CBG's

Page 1: Makalah INA-CBG's

MAKALAH SISTEM PEMBAYARAN INA CBGS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembiayaan KesehatanDosen pengampu : dr. Intan Zainafree, MH.Kes

Disusun Oleh:1. Ayu Aulia Septiani (6411411090)

2. Oktaviyani (6411411104)

3. Diah Ayu Latifah (6411411119)

4. Nila Alfiyatul M. (6411411139)

5. Ulfa Royanah (6411411166)

6. Arin Luhur Prastika (6411411173)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: Makalah INA-CBG's

1.1. Latar Belakang

Sistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan

berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk

mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan dari penyelenggaraan sistem pembiayaan kesehatan adalah tersedianya

dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, merata dan

termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan sesuai

peruntukannya untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2 sistem

yaitu Fee for Service (Out of Pocket) dan Health Insurance. Sistem Fee for Service

(Out of Pocket) secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan

layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi

pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan

berdasarkan atas pelayanan yangdiberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin

banyak pula pendapatan yang diterima. Sedangkan sistem Health Insurance diartikan

sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak asuransi

setelah pencari layanan kesehatan berobat.

Sistem health insurance ini dapat berupa sistem kapitasi dan sistem Diagnose

Related Group (DRG system). Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk

jasa pelayanan kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per

peserta untuk pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Sistem kedua

yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh dengan sistem kapitasi di

atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit

yangdialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam penanganan pasien dengan

diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit.

Page 3: Makalah INA-CBG's

Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi

kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi pemasukan bagi PKK.

INA CBGs merupakan kelanjutan dari aplikasi Indonesia Diagnosis Related

Groups (INA DRGs). Aplikasi INA CBGs menggantikan fungsi dari aplikasi INA

DRG yang saat itu digunakan pada Tahun 2008. Dalam persiapan penggunaan INA

CBG dilakukan pembuatan software entry data dan migrasi data, serta membuat surat

edaran mengenai implementasi INA-CBGs. Sistem yang baru ini dijalankan dengan

meng-gunakan grouper dari United Nation University Internasional Institute for

Global Health (UNU - IIGH). Universal Grouper artinya sudah mencakup seluruh

jenis perawatan pasien. Sistem ini bersifat dinamis yang artinya total jumlah CBGs

bisa disesuaikan berdasarkan kebutuhan sebuah negara.

Selain itu, sistem ini bisa digunakan jika terdapat perubahan dalam pengkodean

diagnosa dan prosedur dengan sistem klasifikasi penyakit baru. Pengelompokan ini

dilakukan dengan menggunakan kode-kode tertentu yang terdiri dari 14.500 kode

diagnosa (ICD – 10) dan 7.500 kode prosedur/tindakan (ICD – 9 CM).

Mengombinasikan ribuan kode diagnosa dan prosedur tersebut, tidak mungkin

dilakukan secara manual. Untuk itu diperlukan sebuah perangkat lunak yang disebut

grouper. Grouper ini menggabungkan sekitar 23.000 kode ke dalam banyak kelompok

atau group yang terdiri dari 23 MDC (Major Diagnostic Category), terdiri pula dari

1077 kode INA DRG yang terbagi menjadi 789 kode untuk rawat inap dan 288 kode

untuk rawat jalan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan INA CBGs ?

b. Bagaiman sejarah INA CBGs di Indonesia?

c. Bagaimana penerapan INA CBG di Indonesia ?

d. Bagaimana sistem coding dalam INA CBG ?

e. Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan INA CBG ?

Page 4: Makalah INA-CBG's

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pembayaran INA CBGs

Sistem pembayaran INA CBG (Indonesia Case Base Groups) merupakan salah

satu sistem pembayaran prospektif. Sistem pembayaran prospektif merupakan sistem

pembayaran dimana besaran biayanya sudah ditetapkan dari awal sebelum pelayanan

kesehatan diberikan.

Sistem Casemix INA CBGs adalah suatu pengklasifikasian dari episode

perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif

homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien2 dengan

karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Groups (CBG's), yaitu cara pembayaran

perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama.

Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang

dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Pengklasifikasian setiap tahapan

pelayanan kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama.

Setiap pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit diklasifikasikan ke dalam kelompok

yang sejenis dengan gejala klinis yang sama serta biaya perawatan yang relatif sama.

INA CBGs merupakan kelanjutan dari aplikasi Indonesia Diagnosis Related

Groups (INA DRGs). Aplikasi INA CBGs menggantikan fungsi dari aplikasi INA

DRG yang saat itu digunakan pada Tahun 2008. Sistem yang dijalankan dalam INA

CBG menggunakan sistem casemix dari UNU-IIGH (The United Nations University-

International Institute for Global Health). Dalam pembayaran menggunakan CBG's,

baik Rumah Sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan

rincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis

keluar pasien dan kode DRG. Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut

telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah

sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh

Page 5: Makalah INA-CBG's

pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis

maupun kasus penyakitnya.

2.2 Sejarah Sistem Pembayaran INA CBGs

2.2.1 Sejarah INA CBGs di Indonesia

Pada awal mulanya, sistem pembayaran di Indonesia menggunakan sistem Fee

For Service, dimana pasien yang melakukan perawatan di pelayanan di rumah sakit

harus membayar secara out of pocket dengan besaran tarif yang berbeda antara satu

rumah sakit dengan rumah sakit yang lain, walaupun hasil diagnosis dan pelayanan

yang didapatkan pasien sama. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya standar

baku yang berlaku secara nasional untuk menghitung dan mengevaluasi pelayanan

medis yang harus dikenakan pada masyarakat, sehingga banyak institusi pelayanan

medis yang mengambil jalan pintas dengan menentukan tarif pelayanan medis secara

sembarangan.

Ketiadaan standar ini memang sangat merugikan konsumen jasa pelayanan

kesehatan, terlebih lagi bagi golongan masyarakat miskin. Dibutuhkan sebuah solusi

yang dapat menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang memadai, terjangkau,

dan dapat dijadikan sebagai sebuah standar tarif nasional. Sehingga pada saat itu

Indonesia menerapkan sistem pembayaran INA DRG (Indonesia Diagnosis Related

Group). INA DRG merupakan variasi dari sistem casemix yang diterapkan di

Amerika, sebuah sistem pembiayaan pelayanan kesehatan berbasis kelompok

penyakit yang homogen. Sistem ini mulai dikenalkan pada tahun 2005 melalui Surat

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1663/MENKES/SK/XII/2005 tentang ujicoba

penerapan Sistem Diagnostic Related Group di 15 Rumah Sakit di Indonesia.

kemudian sistem INA DRG mulai diimplementasikan pada pembiayaan jaminan

kesehatan masyarakat 2008 melalui SK Menkes nomor 125/MENKES/SK/II/2008.

Kemudian penggunaan sistem INA DRG di Indonesia berakhir lisensinya pada

tanggal 30 September 2010 dan digantikan dengan penggunaan sistem INA CBG.

Page 6: Makalah INA-CBG's

Penggantian penggunaan INA DRG menjadi INA CBG dikarenakan ada beberapa

kelemahan dai penggunaan sistem INA DRG diantaranya, (1) sistem INA DRG hanya

mencakup kasus-kasus penyakit akut saja; (2) tarif tidak adekuat pada beberapa kasus

seperti, kasus sub akut dan kronik, prosedur khusus, MRI (Magnetic Resonance

Imaging), dan lain sebagainya.

Pada masa transisi antara INA DRG dan INA CBG yakni pada tahun 2011,

sistem yang digunakan masih menggunakan sistem costing yang sama dengan INA

DRG. Namun pada tahun yang sama National Casemix Center Kementerian

Kesehatan melihat ketidakcocokan tarif INA CBGs bagi rumah sakit, kemudian

dilakukan evaluasi secara berkala dan menghasilkan tarif sesuai dengan Kepmenkes

Nomor 440 tahun 2012 tentang Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Indonesia

Case Based Groups (INA-CBGs). Sampai tahun 2013, sistem INA CBG masih

digunakan dalam klaim program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dan

pada era Jaminan Kesehatan Nasional, sistem INA CBGs masih digunakan dengan

terus dilakukan evaluasi tarif oleh NCC dan yang kemudian ditetapkan oleh

Kementerian Kesehatan.

2.3 Manfaat Sistem Pembayaran INA CBGs

Sistem Casemix INA CBGs merupakan suatu pengklasifikasian dari episode

perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif

homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan

karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Groups (CBGs), yaitu cara pembayaran

perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama.

Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang

dihabiskan oleh suatu kelompok diagnosis.

Dalam pembayaran menggunakan sistem INA CBGs, baik Rumah Sakit

maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan

yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan

Page 7: Makalah INA-CBG's

kode DRG (Disease Related Group). Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis

tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh

pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan

dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis

diagnosis maupun kasus penyakitnya. Bukan hanya dari segi pembayaran, tentu

masih banyak lagi manfaat dengan penggunaan sistem INA CBGs.

Bagi pasien, adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas pengobatan

berdasarkan derajat keparahan, dengan adanya batasan pada lama rawat (length of

stay)pasien mendapatkan perhatian lebih dalam tindakan medis dari para petugas

rumah sakit karena berapapun lama rawat yang dilakukan biayanya sudah ditentukan,

dan mengurangi pemeriksaan serta penggunaan alat medis yang berlebihan oleh

tenaga medis sehingga mengurangi resiko yang dihadapi pasien.

Manfaat bagi Rumah Sakit mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban

kerja sebenarnya, dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit,

dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang tepat untuk kualitas pelayanan

lebih baik berdasarkan derajat keparahan, meningkatkan komunikasi antar spesialisasi

atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat

memonitor dengan cara yang lebih objektif, perencanaan budget anggaran

pembiayaan dan belanja yang lebih akurat, dapat mengevaluasi kualitas pelayanan

yang diberikan oleh masing-masing klinisi, keadilan (equity) yang lebih baik dalam

pengalokasian budget anggaran, dan mendukung sistem perawatan pasien dengan

menerapkan Clinical Pathway.

Kemudian manfaat bagi penyandang dana Pemerintah (provider) dapat

meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan kesehatan,

dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat luas akan

akan terjangkau, secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga

meningkatkan kepuasan pasien dan provider/Pemerintah, dan penghitungan tarif

pelayanan lebih objektif serta berdasarkan kepada biaya yang sebenarnya.

Page 8: Makalah INA-CBG's

2.4 Penerapan Sistem Pembayaran INA CBGs Di Indonesia

2.4.1 Dasar Penerapan INA CBGs

Di Indonesia penerapan sistem INA CBGs mempunyai dasar hukum, antara

lain:

a. UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN)

b. UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

c. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

d. UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

e. SK Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.03.05/I/589/2011

Tentang Kelompok Kerja Centre for Casemix tahun 2011.

2.4.2 Tahap Implementasi dan pengembangan INA CBGs

Implementasi sistem INA CBG dimulai pada Oktober 2010 yang dimulai

dengan menggunakan UNU Grouper. Setelah itu pada tahun 2011 mulailah disusun

tarif INA CBG yang akan digunakan, dimana launching tarifnya sendiri dilaksanakan

pada awal Januari 2013. Selama kurun waktu 2013 selalu dilakukan update tarif INA-

CBGs dan persiapan JKN sampai pada awal Januari 2014 barulah implementasi INA

CBG dalam program JKN diberlakukan.

Page 9: Makalah INA-CBG's

Penyusunan tarif dalam sistem INA CBGs dilakukan oleh National Casemix

Center (NCC) yang berada di bawah Kementerian Kesehatan dan dibantu oleh

konsultan dari United Nations University (UNU) Malaysia.

National Casemix Center (NCC) akan terus mengevaluasi tarif INA CBG,

terutama dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014. Tarif

yang berlaku merupakan tarif baru yang dimulai pada tanggal 01 Januari 2013 yaitu

tarif pelayanan kesehatan di ruang perawatan kelas III rumah sakit yang berlaku

untuk rumah sakit umum dan rumah sakit khusus milik Pemerintah dan Swasta yang

bekerjasama dengan program Jamkesmas. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes Nomor

440 Tahun 2012.

Bahwa berdasarkan indeks harga konsumen yang dikeluarkan dari BPS, ada

penetapan regionalisasi tarif. Untuk RS Umum dan Khusus kelas A, B Pendidikan, B

Non-Pendidikan, C dan D dijabarkan pada empat regional, yaitu regional I daerah

Jawa dan Bali, regional II daerah Sumatera, regional III untuk daerah Kalimantan,

Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat (NTB), dan regional IV daerah Nusa Tenggara

Timur (NTT), Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Dengan pertimbangan

tertentu, setiap wilayah dapat menambahkan sesuai dengan kemampuan wilayahnya.

Page 10: Makalah INA-CBG's

Tarif yang akan diberlakukan saat JKN sudah diprogramkan sejak dua tahun

yang lalu dan bulan Juli 2013 harus sudah diproduksi tarif baru untuk tahun 2014.

Perubahan tarif untuk JKN dilakukan mengingat ada konsekuensi biaya dari aktivitas

yang dilakukan. Jadi harus sudah disiapkan tarif untuk JKN, salah satunya tujuh

kelompok khusus dengan pembayaran terpisah. Kemudian tahun 2014 akan ada

perubahan tarif baru yang akan dibuat oleh NCC dan ditetapkan oleh Kemenkes.

Perubahan juga menyangkut pada data costing, jika yang sebelumnya data costing

berasal dari 100 rumah sakit. Kemudian untuk persiapan JKN 2014, data costing

rumah sakit Pemerintah dan Swasta diperluas menjadi 161 rumah sakit dari berbagai

kelas dan wilayah. Dengan perbaikan ini, diharapkan tarif INA CBG akan lebih baik

dari sisi metodologi maupun data yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan rumah

sakit.

Dari tahun ke tahun jumlah rumah sakit pengguna INA CBGs semaikn

meningkat. Hal tersebut terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 (Jumlah RS pengguna INA CBGs)

Tahun 2009 Tahun 2012 Tahun2013RS Swasta 310 426 515

RS Pemerintah 635 718 747

2.5 Alur Klaim dalam Sistem INA CBG

Prinsip klaim dalam sistem INA CBGs antara lain bahwa koding harus

dilakukan oleh petugas ruangan (yang memberikan pelayanan) dan bagian rekam

medis. Dimana koding tersebut kemudian diproses dalam grouping INA CBGs oleh

koder. Apabila terjadi kesalahan koding, maka grouping juga akan mengalami

kesalahan. Jika grouping mengalami kesalahan, maka akan terjadi kesalahan pula

dalam proses klaim, dan rumah sakit dapat mengalami kerugian. Oleh karena itu

proses koding harus dilakukan secara cermat. Klaim yang akan dilakukan harus

dilengkapi dengan tanda tangan dokter dan nama terang dengan lengkap. Dan

kemudian diproses ke dalam software INA CBGs, dimana pengisian harus benar-

Page 11: Makalah INA-CBG's

benar lengkap sehingga klaim yang dilakukan akan mendapatkan uang

ganti/reimbursmet sesuai dengan diagnosa dan prosedur yang dilakukan rumah sakit

kepada pasien. Besarnya pembayaran dalam INA CBGs ditentukan oleh: (1)

Diagnosa Primer; (2) Diagnosa Sekumder; (3) Komplikasi; dan (4) Prosedur. Alur

klaim dalam sistem INA CBGs secara singkat dapa digambarkan pada bagan 2.1.

Bagan 2.1. Alur Klaim INA CBGs di Rumah Sakit

2.6 Sistem Coding dalam Sistem INA CBGs

Dalam pelaksanaan Case Mix INA CBGs, peran koding sangat menentukan,

dimana logic software yang digunakan untuk menetukan tarif adalah dengan

pedoman ICD 10 untuk menentukan diagnois dan ICD 9 CM untuk tindakan atau

prosedur. Besar kecilnya tarif yang muncul dalam software INA CBGs ditentukan

Page 12: Makalah INA-CBG's

oleh Diagnosis dan Prosedur. Kesalahan penulisan diagnosis akan mempengaruhi

tarif. Tarif bisa menjadi lebih besar atau lebih kecil. Diagnosis dalam kaidah CBGs,

harus ditentukan diagnosa utama dan diagnosa penyerta. Diagnosa penyerta terdiri

dari Komplikasi dan Komorbiditas.

Diagnosis penyerta juga dapat mempengaruhi besar kecilnya tarif, karena akan

mempengaruhi level severity (tingkat keparahan) yang diderita oleh pasien.

Logikanya pasien yang dirawat terjadi komplikasi, maka akan mempengaruhi lama

perawatan di rumah sakit. Jika lama perawatan bertambah lama dibanding tidak

terjadi komplikasi, maka akan menambah jumlah pembiayaan dalam perawatan.

Dalam logic software INA-CBGs penambahan tarif dari paket yang sebenarnya, jika

terjadi level severity tingkat 2 dan level severity tingkat 3. Jika dalam akhir masa

perawatan terjadi lebih dari satu diagnosis, koder harus bisa menetukan mana yang

menjdi diagnosa utama maupun sekunder.

Kode yang digunakan dalam INA CBGs terdiri dari 4 sub groups kode. Contoh

kode INA CBGs seperti I-4-10-I, kode tersebut mengandung makna bahwa pasien

terdiagnosa Infark Miocard Akut Ringan.

a. Sub Grup ke 1 menunjukkan CMGs ( Casemix Main Groups). CMGs dalam

INA CBGs terdiri dari 31 kode. Berikut ini beberapa contoh kode CMGs

yang digunakan dala INA CBGs:

No Casemix Main Groups (CMG) CMG Codes1 Central Nervous System Groups G2 Eye and Adnexa Groups H3 Ear, Nose, Mouth, & Throat Groups U4 Respiratory System Groups J5 Cardiovascular System Groups I6 Digestive System Groups K7 Hepatobiliary & Pancreatic System Groups B8 Musculoskeletal System & Connective Tissue

GroupsM

9 Skin, Subcutaneous Tissue & Breast Groups L10 Endocrine System, Nutrition & Metabolisme

SystemE

Page 13: Makalah INA-CBG's

b. Sub Grup ke 2 menunjukkan tipe kasus, dimana tipe kasus yang ada dalam

sistem INA CBGs terdiri dari 1- 9 group kasus dan group 10 akan muncul

jika terjadi error. Secara rinci kode tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Prosedur Rawat Inap

2. Prosedur Besar Rawat Jalan

3. Prosedur Signifikan Rawat Jalan

4. Rawat Inap Bukan Prosedur

5. Rawat Jalan Bukan Prosedur

6. Rawat Inap Kebidanan

7. Rawat Jalan Kebidanan

8. Rawat Inap Neonatal

9. Rawat Jalan Neonatal

10. Error

c. Sub Group ke 3 menunjukkan spesifik CBGs (Kode CBGs). Kode INA

CBGs terdiri dari 1077 kode yang terdiri dari 789 kode untuk rawat inap

dan 288 untuk rawat jalan.

d. Sub Group ke 4 menunjukkan severity level (tingkat keparahan). Tingkat

keparahan terdiri dari 3 level, Severity level 1 (ringan), Severity Level II

(Sedang), dan Severity Level III (Berat).

2.7 Aplikasi Software INA CBGs

Program INA-CBG’s merupakan program software keluaran kementrian

kesehatan yang pada prinsipnya digunakan sebagai memasukan entry data base

peserta jamkesmas atau jamkesda. Program ina cbg’s sudah mengalami beberapa

pengembangan dilihat dari serikeluarannya, yang dalam hal ini kita memakai

keluaran pengembangan terakhir yaitu versi 3.1. Program INA cbg’s berbasis web

Page 14: Makalah INA-CBG's

browser sehingga dalam pengoperasiannya memakai webbrowser seperti Mozila

Firefox.

Langkah-langkah pengoperasian Software INA CBGs 3.1 antara lain:

1. Menyiapkan surat atau berkas berkas syarat peserta

2. Membuka software INA Cbg 3.1

3. Pencarian pasien didasarkan pada NO.RM pada blangko monitoring kegiatan.

4. Blangko data base diisikan secara rinci seperti No.Rekam Medis dengan

melihat blanko monitoring kegiatan rajal dan ranap. Kemudian untuk pengisian

Nama Lengkap, Jenis Kelamin, dan Tanggal Lahir dengan melihat dari Foto

Copy Kartu Keluarga. Kemudian simpan.

5. Setelah itu klik klaim grouping baru.

6. Setelah entry data sudah diisikan kemudian klik simpan.

7. Setelah disimpan dilanjutkan pengisian jenis diagnosa dengan melihat blangko

monitoring rawat jalan dan rawat inap.

8. Kolom ICD-10 ditulis code diagnosis dengan melihat blangko monitoring rawat

jalan dan rawatinap, Kemudian simpan atau jika ada diagnosa tambahan maka

klik tambah dengan cara yang sama.

9. Kemudian simpan.

Page 15: Makalah INA-CBG's

2.8 Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Pembayaran INA CBGs

Dalam penguunaan sistem pembayaran INA CBGs terdapat kelebihan dan

kekurangan dalam penerapannya. Kelebihan dari penggunaan sistem pembayaran

INA CBGs antara lain:

a.Bagi provider

- Pembayaran lebih adil sesuai dengan kompleksitas pelayanan

- Proses klaim lebih cepat

b.Bagi pasien

- Kualitas pelayanan cukup baik

- Dapat memilih provider dengan pelayanan terbaik

c.Bagi pembayar

- Terdapat pembagian risiko keuangan dengan provider

- Biaya administrasi lebih rendah

- Mendorong peningkatan sistem informasi

Sedangkan kekurangan dari penggunaan sistem pembayaran INA CBGs antara lain:

a.Provider

- Kurang kualitas koding akan menyebabkan kurangnya besaran penggantian

yang seharusnya dibayar

b.Pasien

- Pengurangan kuantitas pelayanan

- Referral out

c.Pembayaran

- Memerlukan pemahaman implementasi konsep prospektif

- Diperlukan monitoring pasca klaim

Page 16: Makalah INA-CBG's
Page 17: Makalah INA-CBG's

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

INA CBGs merupakan kelanjutan dari aplikasi Indonesia Diagnosis

Related Groups (INA DRGs). Aplikasi INA CBGs menggantikan fungsi dari

aplikasi INA DRG yang saat itu digunakan pada Tahun 2008. Dalam persiapan

penggunaan INA CBG dilakukan pembuatan software entry data dan migrasi data,

serta membuat surat edaran mengenai implementasi INA-CBGs. Sistem yang baru

ini dijalankan dengan meng-gunakan grouper dari United Nation University

Internasional Institute for Global Health (UNU - IIGH). Sistem Casemix INA CBGs

merupakan suatu pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang

untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang

digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis.

Penyusunan tarif dalam sistem INA CBGs dilakukan oleh National Casemix Center

(NCC) yang berada di bawah Kementerian Kesehatan dan dibantu oleh konsultan dari

United Nations University (UNU) Malaysia. National Casemix Center (NCC) akan

terus mengevaluasi tarif INA CBG, terutama dalam rangka pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) 2014. Diharapkan tarif INA CBG akan lebih baik dari sisi

metodologi maupun data yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

3.2 Saran

Page 18: Makalah INA-CBG's

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2009, Sistem Kesehatan Nasional, Depkes RI, Jakarta.

Bagian Hukormas Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI, 2013, Buletin BUK Mei 2013, Kemenkes RI, Jakarta.

Wibowo B, Pelaksanaan INA-CBG dI RSUP Dr. Kariadi, RSUP Dr. Kariadi,

Semarang.

Maghfirah I, Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia.

http://www.scribd.com/doc/124740114/Sistem-Pembiayaan-Kesehatan-Indonesia

Hastomo, Buku Panduan software ina cbg 3.1.

http://www.scribd.com/doc/177137821/Buku-Panduan-software-ina-cbgs-3-1