Makalah Maes Kelompok 1
-
Upload
rieyo-soesilo -
Category
Documents
-
view
66 -
download
5
Transcript of Makalah Maes Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya tanaman organik dilaksanakan di lahan yang bebas dari cemaran bahan
agrokimia dari pupuk dan pestisida, menggunakan benih/bibit non-GMO atau berasal dari kebun
pertanian organik. Upaya peningkatan kesuburan tanah dan pemenuhan nutrisi/ha tanaman
dilakukan melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan
tanaman legum. Pengendalian hama, penyakit dan gulma dilakukan secara manual atau
biopestisida dan agensia hayati Indonesia memiliki kekayaan sumber daya hayati tropika yang
unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati
alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat
20% pertahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan
pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,2005 : 1). Pembangunan hortikultura di masa
mendatang diarahkan untuk menumbuhkembangkan sistem agribisnis dan agroindustri. Salah
satu komoditas hortikultura dari kelompok sayur-sayuran yang mempunyai prospek baik dan
nilai ekonomi tinggi
Pertanian berbasis kimia yang mempunyai ketergantungan cukup besar pada pupuk dan
pestisida telah mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan yang dihasilkan, kesehatan dan
kehidupan lainnya. Dengan memperhitungkan generasi mendatang, maka diperlukan budidaya
secara organik. Disisi lain, sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan
tanaman dan limbah, sehingga kita sebagai produsen harus pandai dalam menentukan jenis
pupuk yang akan digunakan untuk menghasilkan produktivitas secara optimal Potensi dan
peluang pengembangan pertanian organik cukup terbuka di masa mendatang. Oleh karena itu
hasil-hasil tentang pertanian organic perlu disebarluaskan secara cepat dan meluas.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pertanian sayuran organik
2. Untuk mengetahui budidaya pertanian sayuran organik
3. Untuk mengetahui pola tanam dan tumpang sari
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pertanian sayuran organik ?
2. Bagaimana cara budidaya pertanian sayuran organik?
3. Bagaimana sistem pola tanam dan tumpang sari?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tidak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia
2. Menjaga kelestarian lingkungan
3. Lebih bergizi dan sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan
cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem, keragaman hayati, siklus
bologi, dan aktifitas biologi tanah secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang
cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. sistem pertanian organik menggunakan bahan secara
alami atau menghindari penggunaan pestisida, pupuk kimia, atau hormon/zat tumbuh kimia.
Oleh karena itu, pertanian organik merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan
pertanian sistem berkelanjutan dengan menerapkaan teknologi atau teknik yang
penerapannya menyesuaikan dengan lingkungan, agar ekosistem tetap berjalan seperti apa
adanya dan tidak menggangu keseimbangan lingkungan. Sehingga, dalam bercocok tanam
perlu diperhatikan seperti varietas, teknologi bercocok tanam hingga aspek – aspek
produksi pertanian lainnya. Dengan demikian, pertanian organik merupakan suatu
teknologi yang pada penerapannya kita menyesuaikan dengan lingkungan, agar
ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya secara alami tanpa harus memutuskan salah satu
mata rantai makhluk hidup. (Annonymous,2013)
2.2 Pengertian Sayuran Organik
Sayuran organik adalah sayuran yang dibudidayakan secara alami tanpa ada bantuan
bahan kimia. Karena itu sayuran organik bebas dari berbagai zat kimia Bebas dari zat kimia
berarti dari dibukanya lahan, pemberian pupuk, pemillihan bibit, proses tanam, pemeliharaan
dan pembasmian hama sampai pengemasan pascapanen tidak menggunakan zat kimia.
Pupuk yang diberikan untuk sayuran berasal dari pupuk organik, seperti kompos atau pupuk
kandang, bukan pupuk kimia. Pembasmian hama juga tidak menggunakan pestisida dari
bahan kimia. Tidak ada suntik hormon agar cepat tumbuh, juga tidak ada pengawet ketika
sayur dikemas untuk dijual. (Annonymous,2013)
2.3 Pengertian Budidaya Sayuran Organik
Budidaya sayuran organic merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya
hayati (sayuran) yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil
panennya secara alami tanpa ada bantuan bahan kimia. (Annonymous,2013)
2.4 Pengertian Pola Tanam Tumpangsari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran ( polyculture ) berupa pelibatan
dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau
agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang
hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, (Annonymous,2013)
2.5 Pengertian Seresah
Serasah atau seresah adalah tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai
sisa vegetasi lainnya di atas permukaan tanah. (Annonymous,2013)
2.6 Pengertian Suhu,Iklim dan Kelembaban
Suhu adalah suatu besaran pokok yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda.
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi
di bumi atau planet lain.
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.
(Sinukaban, N., 2003.)
2.7 Pengertian Pemupukan
Pemupukan adalah merupakan suatu cara pemberian unsur hara atau pupuk kepada tanah
yang tujuannya agar dapat diserap olah tanaman (unsur hara adalah makanannya tanaman),
apabila tanaman digambarkan sebagai manusia, maka apabila kita menghendaki
pertumbuhan tanaman agar dapat optimal kebutuhan makan suatu tumbuhan harus
mencukupi 4 sehat 5 sempurna, yaitu semua kebutuhan tanaman tercukupi, manusia tidak
akan dapat tumbuh sehat jika hanya mengkonsumsi karbohidrat saja walaupun itu dalam
jumlah sangat banyak. (Andi Yuwono, 1986.)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Budidaya Sayuran Bayam Organik Dengan Pola Tanam Tumpangsari Tanaman
Jagung
1. Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim hujan
kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada bulan Oktober
sampai awal Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar tanah menjadi gembur.
Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan
gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian
dicacah sambil membuang gulma yang ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah
guludan sebaiknya menghadap ke barat-timur dengan lebar guludan antara 170-180
cm. Antara dua guludan dibuat saluran selebar 20-30 cm untuk mengalirkan air, agar
saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun
bayam tidak tergenang.
2. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah
berumur 1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50
kg KCL. Dosis pupuk untuk bayam adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-
masing diberikan dalam dua kali pemupukan.
3. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl,
satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.
Pemupukan pertama pada bayam adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL,
selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan
yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan
dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-
7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan kedua untuk tanaman jagung larikan disesuaikan dengan tajuk tanaman,
sedangkan untuk bayam larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman
bayam.
4. Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan agar
tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan
penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari setelah
tanam, sedangkan untuk bayam antara 5-10 hari setelah tanam. Sebaiknya
penyulaman tidak terlalu lama melakukannya.
5. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila memang gulma tumbuh dominan dapat
dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman
berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua dilakukan setelah tanaman
berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada penyiangan kedua ini
sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan menggemburkan tanah dan
menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk bayam sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam.
6. Pengendalian hama penyakit dimaksudkan agar kesehatan tanaman dapat terjaga
sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengendalian hama
maupun penyakit dengan menggunakan biopestisida yang menggunakan bahan-bahan
alami. Pada jagung yang sering dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah
penggerek daun penghisap daun. (Harsono, 1995.)
3.2 Hubungan Timbal Balik Terhadap Lingkungan Pertanian
3.2.1 Manajemen Tumpangsari Tanaman Bayam dan Jagung
Pada pola tumpangsari jagung dan bayam, diatur dimana jagung sebagai tanaman
pokok dan bayam sebagai tanaman sela. Benih jagung yang akan ditanam adalah
jagung komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel yang sudah diberi seed
treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar
barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan
benih jagung setiap hektar lahan dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap
lubang tanam), sehingga populasi tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000
batang. Sedangkan untuk bayam yang akan ditanam adalah bayam varietas Giti Hijau.
Jarak tanaman bayam adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1
baris tanaman jagung dan 5 baris tanaman bayam. Populasi tanaman bayam dalam 1
ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola monokultur.
Kebutuhan benih bayam untuk setiap 1 ha lahan dengan pola tumpangsari dengan
jagung adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam). Pola ini akan
memeberikan manfaat pada tanaman bayam. Pada bayam manfaat yang diperoleh dari
tanaman jagung ialah bayam mendapatkan perlindungan dari tanaman jagung dari
lajunya angin yang kencang yang dapat merobohkan tanaman bayam, sebab tanaman
bayam sangat rentan dengan angin. (Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997.)
3.2.2 Manajemen Pupuk Organik Dengan Tanah
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian
intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama
terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%.
Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar
2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik
kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan
kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang
dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik
fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan
pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya
cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.
Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali
fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus Bahan organik
juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat
meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara
tanaman.Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman,
juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung
bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota
sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan
asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.Selama proses pengomposan,
beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk.
Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan
berbahaya dan beracun (B3).Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran
primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk.Keadaan ini
memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan
organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih
besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan
organik yang terdekomposisi seperti kompos.
Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:
1. Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan
sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi,
meskipun jumlahnya relatif sedikit.
2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
3. Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti
aluminium, besi, dan mangan. (Sukirno, 1995)
3.2.3 Manajemen Seresah Terhadap Tanaman Tumpangsari Bayam dan Jagung
Pemanfaatan serasah yang dicampur kotoran hewan sebagai pupuk, seperti yang
mereka lakukan telah memberi makanan pada tanah. Pupuk serasah yang sering juga
disebut mulsa, secara biologis akan hancur dan terurai ke dalam tanah. Proses ini bisa
dilakukan dengan membawa dan menebarkan langsung bahan-bahan organik seperti
jerami, pelepah pisang, rerumputan kering, daun-daun, ranting-ranting pohon, atau
serbuk gergaji ke sawah, atau bisa juga lewat proses pengomposan terlebih dulu.
Bahan-bahan organik ini selanjutnya dimanfaatkan oleh mikroorganisme, cacing, dan
hewan-hewan kecil lain di dalam tanah sehingga terurai lagi menjadi unsur-unsur—
seperti nitrogen, fosfor, kalium, serta unsur mikro lainnya—yang siap menjadi unsur
hara bagi tanaman. Proses biologis-ekologis inilah yang sesungguhnya menyuburkan
tanah.
Di daerah yang mempunyai iklim panas seperti Indonesia, pemakaian serasah
sebagai pupuk organik sangatlah ideal. Keuntungan menggunakan pupuk serasah
adalah sebagai berikut.
o Menghemat air. Dengan adanya serasah yang diselubungkan pada permukaan
tanah, maka penguapan air tanah bisa ditahan.
o Mencegah erosi. Dengan adanya serasah air hujan tidak langsung mengenai
tanah, sehingga butir-butir tanah yang halus terlindung dari pengikisan.
o Menghambat pertumbuhan gulma. Jika tanah ditutup dengan serasah, maka
rumput-rumputan tidak mudah tumbuh.
o Menjaga keseimbangan suhu tanah dan lapisan udara di dekat tanah. Serasah yang
menutupi permukaan tanah akan menahan sengatan sinar matahari sehingga tanah
menjadi tidak terlalu panas.
o Menjaga sari-sari makanan dalam tanah terhadap pencucian dan penghanyutan
oleh air hujan.
o Menjaga tekstur tanah tetap remah dan tidak cepat padat.
o Mencegah penyakit tanaman yang timbul akibat percikan tanah oleh air hujan.
o Menjadi sumber humus.
o Meningkatkan mutu hasil tanaman organik.
o Memperlancar kegiatan jasad renik tanah, seperti cacing tanah, dan akan sangat
membantu petani dalam proses penyuburan tanah. (Hamilton, L.S. dan P.N.King,
1997.)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pertanian organik adalah sistem
produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan
dan produktivitas agroekosistem, keragaman hayati, siklus bologi, dan aktifitas biologi tanah
secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan
berkelanjutan. sistem pertanian organik menggunakan bahan secara alami atau
menghindari penggunaan pestisida, pupuk kimia, atau hormon/zat tumbuh kimia. Pola
ini akan memeberikan manfaat pada tanaman bayam. Berbagai hasil penelitian
mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun
produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan
sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk
memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk
organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun
kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan
secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat
meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Pemanfaatan
serasah yang dicampur kotoran hewan sebagai pupuk, seperti yang mereka lakukan
telah memberi makanan pada tanah. Pupuk serasah yang sering juga disebut mulsa,
secara biologis akan hancur dan terurai ke dalam tanah. Proses ini bisa dilakukan
dengan membawa dan menebarkan langsung bahan-bahan organik seperti jerami,
pelepah pisang, rerumputan kering, daun-daun, ranting-ranting pohon, atau serbuk
gergaji ke sawah, atau bisa juga lewat proses pengomposan terlebih dulu. Dari
penerapan system pertanian diatas maka kami menyimpulkan bahwa pertanian
budidaya sayuran organic yang diterpakan termasuk pengelolaan manajemen
agroekosistem yang sehat sebab uraian diatas menjelaskan system yang menerapkan
melalui pertimbangan lingkungan pertanian yang sehat.
4.2 Saran
Kami berharap tugas tugas seperti ini terus ditingkatkan karena menurut kami sangat
bermanfaat bagi kami dalam menambah suatu wawasan dan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Yuwono, 1986. Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana Teknik Lapangan
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi tanah. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Annonymous2013,http://pagemenu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pertanian-
organik.html diakses pada tanggal 28 Maret 2013
Annonymous 2013,http://healthyvegetables.blogspot.com/ diakses pada tanggal 28 Maret
2013
Annonymous 2013,http://id.wikipedia.org/wiki/Tumpang_sari diakses pada tanggal 28
Maret 2013
Annonymous 2013,http://id.wikipedia.org/wiki/Serasah diakses pada tanggal 28 Maret
2013
Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997. Mengelola Agroekosistem. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Harsono, 1995. Manajemen Pola Tanam Tanaman Budidaya,. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Sinukaban, N., 2003. Bahan Kuliah Teknologi Pengelolaan Klimatologi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sukirno, 1995. Hand Out Teknik Pemupukan Organik Pada Tanah. Program Studi Teknik
Pertanian Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.