Makalah Kelompok Blok 14
-
Upload
fadlun-akbar-avisi -
Category
Documents
-
view
246 -
download
2
description
Transcript of Makalah Kelompok Blok 14
Pendahuluan
Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini
merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut.
Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerakan
pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan
dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stres oleh beban tubuh, dan
penyakit-penyakit sendi lainnya.
Dalam makalah ini, akan dibahas lagi lebih rinci mengenai anamnesa apa yang harus
dilakukan pada pasien dengan keluhan muskuloskeletal, pemeriksaan fisik dan penunjang,
manifestasi klinis, diagnosis kerja dan diagnosis banding, etiologi, patogenesis,
penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, beserta prognosis dari osteoartritis.
Anamnesis
Membuka wawancara dengan beberapa patah kata perkenalan yang ramah : membuat
hubungan (rapport) dengan pasien adalah penting.1
1. Mulailah dengan pertanyaan terbuka (‘Coba ceritakan pada saya masalah apa yang
membuat anda datang ke rumah sakit’) dan dengarkan cerita pasien, mencatat
sembari pasien berbicara.
2. Setelah beberapa menit mendengarkan, biasanya ada beberapa poin yang harus
diperjelas dengan pernyataan cerdas terutama bagi keluhan seperti pusing, gelap
sesaat, pingsan, dan gangguan pencernaan – kata-kata yang dapat mengarah ke
berbagai gejala berbeda.
3. Tanyakan semua bidang yang penting sehingga anda mendapat gambaran lengkap.1
Daftar pertanyaan dalam anamnesis, antara lain :
1. Usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan pekerjaan
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang1
Onset (mendadak/bertahap), perjalanan penyakit (terus menerus/intermiten;
membaik/memburuk/tetap), dan respon terhadap terapi.
4. Pengobatan sekarang dan sebelumnya
Termasuk obat bebas yang digunakan pasien; pada pasien wanita tanyakan mengenai
penggunaan pil KB dan terapi penggantian hormon.
5. Alergi
Alergi terhadap obat-obatan tertentu atau bahan lain. Juga tanyakan efek samping
obat yang penting.
6. Tembakau dan alkohol
Penyalahgunaan obat bila diduga relevan dengan masalah klinis pasien.
7. Penelusuran data-data fungsional
Memeriksa semua sistem tubuh: ini adalah daftar untuk meyakinkan tidak ada gejala
penting yang terlewatkan atau terlupakan oleh pasien.
8. Riwayat penyakit dahulu
Dalam hal medis, bedah, obstetriginekologi, trauma (patah tulang atau cedera khusus
lainnya), dan psikiatri.
9. Riwayat keluarga
Tentukan usia, kesehatan, atau penyebab kematian orang tua, saudara kandung dan
anak (Adakah anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa). Riwayat keluarga
bisa berhubungan dengan diagnosis, dan sering membantu dalam memahami
mengapa gejala tertentu berkaitan secara signifikan dengan emosi pasien.
10. Riwayat sosial
Termasuk: riwayat pekerjaan (apa pekerjaan Anda sekarang? Apa pekerjaan
sebelumnya? Pekerjaan apa yang paling lama Anda lakukan?). pada pasien dengan
gejala gangguan pernapasan, tanyakan secara spesifik mengenai paparan debu, asap,
dan asbestos dalam pekerjaan.
11. Riwayat pribadi
(deskripsi gaya hidup secara umum; bila cacat, siapa yang merawat; penggunaan
pelayanan seperti perawat pribadi; hewan peliharaan dan kontak lain dengan
binatang); riwayat seksual (jika relevan: mulai dengan pertanyaan terbuka seperti
“Siapa orang terpenting dalam hidup Anda?” ; riwayat bepergian.1
Pemeriksaan
2
A. Pemeriksaan Fisik
Untuk sistem muskuloskeletal: lakukan pemeriksaan sendi tungkai dan tulang
belakang untuk menemukan pembengkakan, deformitas, nyeri, dan keterbatasan
gerak; pemeriksaan tulang untuk menemukan deformitas dan nyeri; dan otot untuk
kelumpuhan dan nyeri; pengamatan cara berdiri, berjalan, dan berbalik.
Bila pada OA, sering ditemui :
a) Penonjolan tulang akibat kombinasi osteofit marginal serta deformitas sendi
(terkadang OA dapat menimbulkan efusi terutama pada lutut).
b) Berkurangnya kemampuan gerakan pada sendi-sendi yang terkena disertai
nyeri keterbatasan gerak pada akhir batas pergerakannya, dan krepitus yang
khas.
c) Bisa terjadi ketidakstabilan pada tahap-tahap lanjut terutama apabila terdapat
pengecilan massa otot di sekeliling sendi.2
B. Pemeriksaan Penunjang
Osteoartritis, pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi, dan cairan sendi
umumnya tidak ada kelainan, kecuali osteoartritis yang disertai peradangan. Pada
osteoartritis yang inflamatif, laju endap darah akan meningkat.
Dapat juga dilakukan artroskopi (visualisasi sendi melalui instrumen serabut-optik),
MRI, dan CT-Scan dapat mendukung diagnosis klinis.
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sklerosis
tepi persendian. Mungkin terjadi deformitas, osteofitosis, atau pembentukan kista
jukstaartikular. Kadang-kadang tampak gambaran taji (spur formation), liping pada
tepi-tepi tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.3
Gejala Klinis
3
Pada umumnya pasien osteoartritis mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah
berlangsung lama tetapi berkembang secara perlahan-lahan.4
1. Nyeri sendi.4
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter
(meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan
yang lain. Nyeri pada osteoartritis juga dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati,
misalnya pada osteoartritis servikal dan lumbal. Osteoartritis lumbal yang menimbulkan
stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang biasa disebut dengan
claudicatio intermitten.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertumbuhnya rasa nyeri.4
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti
duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun
tidur.4
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau
tangan) secara pelan-pelan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien
osteosrtritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.
Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
untuk kemandirian pasien osteoartritis yang umumnya tua.5
4
Diagnosis
A. Diagnosis Kerja
Osteoartritis. Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergeral. Penyakit ini
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanye
deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada
permukaan persendian.
Osteoartritis juga disebut penyakit degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini
merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis, ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban. Sering kali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stres oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi
lainnya.6
Pada osteoartritis sendi lutut:
1. Nyeri lutut
2. Salah satu dari 3 kriteria berikut :
a. Usia > 50 tahun
b. Kaku sendi < 30 menit
c. Krepitasi + osteofit5
Pada osteoartritis sendi tangan :
1. Nyeri tangan atau kaku
2. Tiga dari 4 kriteria berikut :
a. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi tangan tertentu
(DIP II dan III kiri dan kanan, CMC I kiri dan kanan)
b. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP
c. Pembengkakan pada < 3 sendi MCP
d. Deformitas pada minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu 7
Pada osteoartritis sendi pinggul:
1. Nyeri pinggul
2. Minimal 2 dari 3 kriteria berikut:
5
a. LED < 20 mm/jam
b. Radiologi: terdapat osteofit pada femur atau asetabulum
c. Radiologi: terdapat penyempitan celah sendi (superior, aksial, dan/atau
medial) 7
B. Diagnosis Banding
Artritis Gout (Pirai) Bursitis
Akut/Kronis Merupakan artritis akut. peradangan akut dan kronis.
Epidemiologi Pria > wanita.
Pria: usia pertengahan
Wanita : mendekati masa
menopause
Etiologi Reaksi inflamasi terhadap
pembentukan kristal monosodium
urat monohidrat. Merupakan
golongan kelainan metabolik.
Berhubungan dengan gangguan
kinetik asam urat yaitu
hiperurisemia.
Pemakaian berlebihan
selama bertahun-tahun
Cedera
Gout
Pseudogout
Artritis rematoid
Infeksi
Manifestasi
klinik
Ditandai dengan artritis, tofi,
dan batu ginjal. Sering
terbentuk tofi pada daerah
telinga, siku, lutut, dorsum
pedis, dekat tendo Achilles pada
metatarsofalangeal digiti I, dll.
Ditandai dengan artritis, tofi,
dan batu ginjal. Sering
terbentuk tofi pada daerah
telinga, siku, lutut, dorsum
pedis, dekat tendo Achilles pada
Nyeri dan cenderung
membatasi pergerakan
Akut: jika disentuh/bergerak
akan timbul nyeri di daerah
yang meradang. Kulit di atas
bursa kemerahan dan
membengkak. Disebabkan
oleh infeksi atau gout
menyebabkan nyeri yang luar
biasa dan daerah yang terkena
tampak kemerahan dan teraba
6
metatarsofalangeal digiti I, dll.
Tengah malam terbangun tiba-
tia oleh rasa sakit yang sangat
hebat. Seringkali pada pangkal
ibu jari kaki sebelah dalam,
disebut podagra. Bagian ini
membengkak, kemerahan, dan
sangat nyeri bila disentuh. Rasa
nyeri bisa sampai 1 minggu.
Bisa juga terjadi pada sendi
lutut.
hangat.
Kronis: akibat dr serangan
bursitis akut sebelumnya atau
krn cedera yang berulang.
Bursa menebal dan di
dalamnya ada endapan
kalsium padat. Sehingga
membatasi pergerakan dan
otot mengalami penciutan
(artrofi) dan menjadi lemah.
Pemeriksaaan
penunjang
Kadar asam urat tinggi dlm
darah ( > 6 mg%)
Leukositosis ringan
LED meninggi sedikit
Kadar asam urat dalam urin
tinggi (500 mg%/liter per 24
jam)
Pemeriksaan cairan tofi
Ditemukan kristal asam urat
(berbentuk lidi) pada sediaan
mikroskopik.
Diambil contoh dari cairan bursa
untuk menentukan penyebab dari
peradangan.
Penatalaksanaan
serangan akut
Kolkisin, OAINS, kortikosteroid,
analgesik, dan tirah baring.
Bursa yang terinfeksius harus
dikeringkan dan diberi antibiotik.
Bursitis akut non-infeksius
biasanya diobati dengan
istirahatm dimana sementara
sendi yang terkena tidak
digerakkan dan diberi obat
OAINS (ibuprofen, Naproxen,
7
Ketoprofen, dll)
Penatalaksanaan
periode antara
Mengurangi endapan urat dalam
jaringan dan menurunkan frekuensi
serta keparahan.
Diet untuk mengurangi berat
badan dan diet rendah purin,
hindari obat-obat yang
engakibatkan hiperurisemia
(tiazid, diuretik, aspirin dan
asam nikotinat).
Kolkisin secara teratur
Penurunan kadar asam urat
serum (probenesid,
sulfinpirazon, bensbromaron,
azapropazon).
Kronis: endapan kalsium dibuang
melalui jarum atau pembedahan.
Kortikosteroid bisa langsung ke
dalam sendi. Terapi fisik untuk
mengembalikan fungsi sendi.
Prognosis Tanpa terapi yang adekuat,
serangan bisa berlangsung berhari-
hari, semakin muda pasien saat
mulainya penyakit, maka semakin
besar kemungkinan menjadi
progresif. Pada pasien gout
ditemukan peningkatan insiden
hipertensi, penyakit ginjal, diabetes
melitus, hipertrigliseridemia, dan
aterosklerosis.
Baik bila dilakukan pengobatan
yang baik dan benar.
Tabel 1. Diagnosis banding dari osteoartritis 3
8
Gambar 1. Lokalisasi bursitis3
Gambar 2. Contoh lutut yang terkena bursitis 3
Etiologi
OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan sekunder. Osteoartritis primer disebut
juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya
dengan penyakit sisemik maupun perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis sekunder OA
yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter,
9
jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. OA primer lebih sering
ditemukan dibandingkan OA sekunder.8
Faktor resiko
Secara garis besar faktor resiko untuk timbulnya OA (primer) adalah sebagai berikut :8
1. Umur
Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA
hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada usia 40 tahun dan sering pada
usia di atas 60 tahun.
2. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan banyak sendi dibanding pria.
3. Suku bangsa
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukanjuga
disokong dengan kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata memiliki resiko penyakit
jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
7. Kelainan pertumbuhan
8. Faktor lain
Faktor lain yang berperan adalah tingginya kepadatan tulang. Tulang yang lebih
padat atau keras tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh
tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi mudah robek. Selain
itu, merokok juga termasuk di dalamnya meski mekanisme terjadinya belum
jelas.
Patogenesis
Seperti telah disebutkan, tulang rawan sendi merupakan sasaran utama perubahan
degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki etak strategis, yaitu di ujung-
ujung tulang untuk melaksanakan dua fungsi :
a) Menjamin gerakkan yang hampir tanpa gesekkan di dalam sendi, berkat adanya
cairan sinovium.
10
b) Di sendi sebagai penerima beban, menebarkan beban ke seluruh permukaan sendi
sedemikian sehingga tulang di bawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa
mengalami kerusakan.
Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu memperoleh kembali arsitektur
ormalnya setelah tertekan) dan memiliki daya regang (tensible strength) yang tinggi. Kedua
ciri ini dihasilkan oleh dua komponen utama tulang rawan; suatu tipe khusus kolagen (tipe
II) dan proteoglikan, dan keduanya dikeluarkan oleh kondrosit. Seperti pada tulang orang
dewasa, tulang rawan sendi tidak statis; tulang ini mengalami pertukaran; komponen matriks
tulang tersebut yang “aus” diuraikan dan diganti. Keseimbangan ini dipertahankan oleh
kondrosit, yang tidak saja menyintesis matriks, tetapi juga mengeluarkan enzim yang
mengutaikan matriks. Oleh karena itu, kesehatan kondrosit dan kemampuan sel ini
memelihara sifat esensial matriks tulang rawan menentukan integritas sendi. Pada
osteoarthritis, proses ini terganggu oleh beragam sebab.
Mungkin yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis. Meskipun osteoartritis
bukan suatu proses wear-and-tear (aus karena sering digunakan), tidak diragukan lagi bahwa
stres mekanis pada sendi berperan penting dalam pembentukannya, bukti yang mendukung
antara lain menungkatnya frekuensi osteoartritis seiring dengan pertambahan usia;
timbulnya di sendi penahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi yang
menimbulkan stres mekanis abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas sendi.
Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap osteoartritis, teruatam pada kasus
yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang bertanggung jawab
untuk ini belum teridentifikasi meskipun pada sebagian kasus diperkirakan terdapat
keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11. Risiko osteoartrisi meningkat setara dengan
densitas tulang, dan kadar esterogen yang tinggi juga dilaporkan berkaitan dengan
peningkatan risiko. Namun, peran keseluruhan yang dimainkan oleh hormon dalam
patogenesis osteoartritis amsih belum jelas.7,9
Osteoartritis ditandai dengan perubahan signifikan baik dalam komposisi maupun sifat
mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan yang mengalami
degenerasi memperlihatkan peningkatan kandingan air dan penurunan konsentrasi
proteoglikan dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi
perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe II dan
11
peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar molekul perantara tertentu,
termasuk IL-1, TNF, dan nitrat oksida, meningkat pada tulang rawan. Apoptosis juga
meningkat, yang mungkin menyebabkan penurunan jumlah kondrosit fungsional. Secara
keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang dan kelenturan tulang
rawan sendi. Sebagai respon terhadap perubahan regresif ini, kondrosit pada lapisan yang
lebih dalam berproliferasi dan berupaya “memperbaiki” kerusakan dengan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan baru. Meskipun perbaikan ini pada mulanya mampu mengimbangi
kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yang menyebabkan kondrosit lenyap dan
matriks ekstrasel berubaj akhirnya menjadi predominan. Faktor yang menyebabkan
pergeseran dari gambar reparatif menjadi degeneratif ini masih belum diketahui.9,10
Penatalaksanaan
Pengelolaan osteoartritis berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan
berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal :
1. Terapi Non-Farmakologis.11
a. Penerangan
Adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk tentang penyakitnya, bagaimana
menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat
dipakai.
b. Terapi fisik dan rehabilitasi.11
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih
pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat
penyakit osteoartritis. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak
berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat
badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.
12
2. Terapi Farmakologis.11
a. Analgesik oral non-opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya, terutama
dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan
yang dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien
mengetahui hal ini dari iklan pada media massa, baik cetak (koran), radio maupun
televisi. Seperti :
Aspirin
Parasetamol
b. Analgesik topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan di pasaran dan banyak sekali
yang dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini,
sebelum memakai obat-obatan peroral lainnya.
Sediaan yang mengandung analgesik dan antiinflamasi topikal dapat digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit, radang (bengkak), nyeri otot, kaku otot, radang
sendi dan otot terkilir.
c. OAINS (obat anti inflamasi non steroid)
Apabila cara-cara tersebut di atas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai datang
ke dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh karena
obat golongan ini di samping mempunyai efek analgesik juga mempunyai efek
imflamasi. Oleh karena pasien osteoartritis kebanyakan usia lanjut, maka pemberian
obat-obatan jenis harus sangat hati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya
minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, di samping itu pengawasan
terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus dilakukan.
d. Chrondroprotective agent
Adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan
sendi pada pasien osteoartritis. Sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan
13
tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini
adalah :
Tetrasiklin
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat kerja
enzim MMP dengan cara menghambatnya. Salah satu contoh adalah
doxycycline, sayangnya obat ini baru dipakai pada hewan dan belum dipakai
pada manusia.
Asam hialuronat
Disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu manfaat obat ini
adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinoval, obat ini diberikan secara
intra-artikular. Asam hialuronat ternyata memegang peranan penting dalam
pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan. Di
samping itu pada binatang percobaan, asam hialuronat dapat mengurangi
inflamasi pasa sinovium, menghambat angiogenesis dan khemotaksis sel-sel
inflamasi.
Glikosaminoglikan
Dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam proses degradasi
tulang rawan, antara lain : hialuronidase, protease, elastase dan capthepsin B1
in vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada
kultur tulang rawan sendi manusia. Dari penelitian Rejholec tahun 1987
pemakaian glikosaminoglikan selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan
dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja, yang secara
statistik bermakna. Juga dilaporkan pada pemeriksaan radiologis menunjukkan
progresivitas kerusakan tulang rawan yang menurun dibandingkan dengan
kontrol.
Kondroitin sulfat
Merupakan komponen penting pada jaringan kelompok vertebrata dan
terutama terdapat pada matriks ekstrakular sekeliling sel. Salah satu jaringan
yang mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi dan zat ini
14
merupakan bagian dari proteoglikan. Menurut Hardingham , tulang rawan
sendi terdiri dari 2% sel dan 98% matriks ekstraselular yang terdiri dari
kolagen dan proteoglikan. Matriks ini membentuk satu struktur yang utuh
sehingga mampu menerima beban tubuh. Pada penyakit sendi degeneratif
seperti osteoartritis terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu
penyebabnya adalah hilangnya atau berkurangnya proteoglikan pada tulang
rawan tersebut. pemberian kondroitin sulfat pada kasus osteoartritis
mempunyai efek protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi.
telah mengambil kesimpulan dalam penelitiannya tentang kondroitin sulfat
sebagai berikut : efektivitas kondroitin sulfat pada pasien osteoartritis mungkin
melalui 3 mekanisme utama, yaitu : 1) anti inflamasi; 2) efek metabolik
terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan; 3) anti degradasi melalui
hambatan enzim proteolitik dan menghambat efek oksigen reaktif.
Vitamin C
Dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim lisozim. Pada
pengamatan ternyata vitamin C mempunyai manfaat dalam terapi osteoartritis
Superoxide dismutase
Dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dan mempunyai kemampuan untuk
menghilangkan superoxide dan hydroxil radicals. Secara in vitro, radikal
superoxide mampu merusak asam hiuluronat, kolagen dan proteoglikan sedang
hydrogen peroxyde dapat merusak kondrosit secara langsung. Dalam
percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide dismutase ini dapat
mengurangi keluhan-keluhan pada pasien osteoartritis.
e. Steroid intra-artikular
Pada penyakit artritis reumatoid menunjukkan hasil yang baik. Kejadian inflamasi
kadang-kadang dijumpai pada pasien osteoartritis, oleh karena itu kortikosteroid
intra artikular telah dipakai dan mampu mengurangi rasa sakit, walaupun hanya
dalam waktu yang singkat. Penelitian selanjutnya tidak menunjukkan keuntungan
yang nyata pada pasien osteoartritis, sehingga pemakaiannya dalam hal ini masih
kontroversial.
15
3. Terapi Bedah
Pembedahan dilakukan bila penatalaksanaan dengan terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis tidak berhasil dengan baik. Selain itu pembedahan juga dapat dilakukan
juga pasien mengalami keluhan seperti nyeri, kaku dan deformitas bengkok yang
semakin bertambah parah seiring dengan perjalanan penyakit. Keluhan ini sangat
mengganggu pasien karena membatasi aktivitas sehari-hari pasien seperti berjalan, naik
turun tangga dan bekerja.
Secara umum ada 2 tindakan yang dilakukan dalam pembedahan yaitu artroskopi dan
total joint replacement. Tindakan ini diindikasikan sesuai dengan derajat keparahan
radiologis penderita OA menurun Kellgren dan Lawrance (Pembagian derajat Kellgren
Lawrance dapat dilihat pada bagian pemeriksaan penunjang). Untuk OA derajat 1 dan 2
dilakukan artroskopi sedangkan untuk OA derajat 3 dan 4 dilakukan total joint
replacement. Berikut ini akan dideskripsikan mengenai kedua bentuk pembedahan
tersebut.
Artroskopi
Artroskopi merupakan prosedur pembedahan tanpa operasi terbuka dengan cara
melihat sendi melalui kabel serat optik sambil melakukan proses pembedahan
dengan semacam selang kecil yang ditusukan ke dalam persendian. Indikasi
dilakukannya artroskopi ialah bila ada peradangan tiba-tiba serta keluhan terkunci
(locking), tertahan (catching), dan sempoyongan (giving way). Selain itu artroskopi
dapat dilakukan untuk memperbaiki robekan meniskus/bantalan sendi. Pada
artroskopi dapat dikeluarkan benda asing dan pencucian sendi. Umumnya pasca
operasi nyeri dapat hilang hingga 2-5 tahun pada 50-85% pasien.11
Ada dua bentuk artroskopi yang dipakai saat ini yaitu lavage dan debridement.
Lavage merupakan proses pencucian cairan sendi dengan memakai larutan garam
yang kemudian dikeluarkan lagi bersama benda asing dari dalam sendi beserta
dengan cairan sendi yang berlebihan. Sedangkan debridement merupakan proses
yang sama namun ditambah dengan proses penipisan dan pelembutan kartilago sendi
yang telah keras dan meradang serta pengambilan serpihan tulang rawan yang ada
dari persendian. Selain itu pada debridement dapat pula dilakukan synovectomy
yaitu tindakan membuang selaput sinovial yang meradang.11
16
Berdasarkan prospective study yang dilakukan Jackson pada tahun 1982, ditemukan
bahwa debridement memiliki angka keberhasilan yang lebih baik dibandingkan
lavage dalam jangka waktu 3 tahun pasca operasi.
Total Joint Replacement
Merupakan operasi penggantian permukaan sendi yang rusak dengan metal dan
plastik. Operasi ini telah dimulai sejak tahun 1950. Saat ini dilakukan penelitian
untuk mendapatkan material yang lebih baik sehingga sendi buatan ini bertahan lebih
lama. Operasi penggantian sendi secara total diindikasikan pada orang yang
mengalami ostearthritis derajat 3 dan 4. Operasi ini jarang dilakukan pada usia muda.
Kontraindikasi dilakukannya total joint replacement ialah adanya penyakit tambahan
seperti diabetes dan jantung yang dapat memperparah keadaan pasien.12
Operasi ini dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri lutut parah hingga
terjadi deformitas (seperti varus dan valgus pada lutut), kegagalan pengobatan serta
keterbatasan dalam melakukan gerakan / penurunan range of movement yang
berujung pada kehilangan fungsi sendi seperti ketidakmampuan berjalan dan
berjongkok.12
Sendi yang paling sering dilakukan total joint replacement adalah sendi lutut dan
pangkal paha. Umumnya keluhan nyeri berkurang setelah operasi dan terdapat
koreksi pada deformitas. Pada lutut didapati fleksi hingga 120 derajat bahkan dengan
desain implant high flex knee fleksi hingga 155 derajat bisa tercapai. Hal ini akan
sangat membantu pasien dalam melakukan gerakan yang melibatkan fleksi yang
dalam seperti berlutut pada saat berdoa. Selain itu tingkat keberhasilan operasi ini
cukup tinggi, yaitu mencapai lebih dari 95% dalam kurun waktu 10-15 tahun pasca
operasi.12
17
Gambar 3. Total Knee Joint Replacement
Namun, ada komplikasi yang dapat timbul dari operasi total joint replacement, yaitu
infeksi akibat operasi terbuka, trombosis vena-vena dalam, keterbatasan gerakan
sendi, nyeri lutut yang menetap dan keausan implant dalam jangka panjang. Untuk
mengatasi berbagai kekurangan ini dikembangkan suatu sistem operasi dengan
bantuan komputer. Sistem ini dikenal sebagai Computer Assisted Surgery. Sistem ini
memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding operasi yang dikerjakan secara
manual. Selain itu resiko infeksi dan penggunaan tourniquet dapat diturunkan dalam
penggunaan operasi ini.12
Komplikasi
Kelainan di sekitar rawan sendi tergantung pada sendi yang terkena, tetapi prinsipnya adalah
adanya tanda-tanda inflamasi sendi, perubahan fungsi dan struktur rawan sendi seperti
persambungan sendi yang tidak normal, gangguan fleksibilitas, pembesaran tulang serta
gangguan fleksi dan ekstensi, terjadinya instabilitas sendi, timbulnya krepitasi baik pada
gerakan aktif maupun pasif.8
Pencegahan
Penyuluhan agar setiap orang menjaga berat badan idealnya, terutama pada lanjut usia.
Karena OA ini dapat diakibatkan karena kelebihan berat badan, sedangkan tulang tudak lagi
mampu untuk menopang berat badan. Selain itu, orang tua diharapkan untuk menghindari
pekerjaan-pekerjaan yang berat, yang berhubungan dengan beban berat.
Prognosis
Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri
apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung
beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan
diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi perubahan
pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga, manipulasi obat-obat yang
diberikan, dan pemakaian ala-alat pembantu.
Prognosis umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif.
Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.
18
Kesimpulan
Osteoartritis adalah suatu gangguan sendi yang dapat digerakkan dan bersifat kronis,
berjalan progresif lambat, tidak meradang dan ditandai oleh deteriorasi dan abrasi rawan
sendi serta pembentukkan tulang baru pada permukaan sendi. Rheumatoid artritis adalah
suatu penyakit autoimun yang mengenai banyak sistem organ yang merupakan salah satu
kelompok penyakit jaringan ikat difus dan belum diketahui secara pasti etiologinya. Gout
merupakan penyakit gangguan metabolik yang terdiri dari sedikitnya sembilan gangguan
metabolik dan disertai hiperurisemia. Perbedaan ketiganya tercantum dalam tabel tiga
berikut.
Tabel 2. Perbedaan Osteoarthritis, Rheumatoid arthtritis dan Gout.
OA RA Gout
Mengenai sendi DIP dan
PIP, sendi MCP pada tangan
kanan dan kiri serta sendi
CMC pada kedua ibu jari.
Mengenai setiap sendi pada
tangan, termasuk sendi DIP.
Tidak menyerang sendi DIP
kecuali pada penderita RA
usia muda dan sendi yang
umumnya terkena adalah
sendi MCP dan PIP.
Sesuai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik kasus, dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita osteoarthritis.
Daftar pustaka
1. Prout BJ, Cooper JG. Pedoman praktis diagnosis klinik. Edisi 2. Jakarta: Binarupa
Aksara;2009.h.225-8.
2. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga;2007.h.374-5.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius;2008..h.535-45.
4. Fauci dan Braunwald. Harisson’s Principle of Internal Medicine 17 th ed . New York: McGraw-Hill;
2008.
5. William C, Sheiel Jr., MD, FACP, FACR. Journal osteoarthritis March 28, 2011.
19
6. Anderson PS. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta: EGC;2007.h.1380-9.
7. Robbins , Cotran. Dasar patofisiologi penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC;2009.h.1328-30.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. edisi 5 jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.2538-49.
9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC;2009.h.346-7.
10. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan pelayanan medik.
Jakarta: PAPDI;2009.h.131-2.
11. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, etc. Hazzard’s geriatri medicine and gerontology.
6th edition. New York: McGraw-Hill Medical Publisher; 2009.p.1411-9.
12. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, etc. Schwartz’s principles of surgery. 8 th
edition. New York: McGraw-Hill Medical Publisher; 2005.p.1703-6.
20