Makalah sejarah

10
MAKALAH SEJARAH NAMA KELOMPOK EKA ISMAYANI NURLAILI PATMAWATI NURUL SA’DAH NUR HAYANI M SUKRI RAMDANI

Transcript of Makalah sejarah

Page 1: Makalah sejarah

MAKALAH SEJARAH

NAMA KELOMPOK

EKA ISMAYANI NURLAILI PATMAWATI NURUL SA’DAH NUR HAYANI M SUKRI RAMDANI

Page 2: Makalah sejarah

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”SEJARAH”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis (bapak atau ibu guru) yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

05 november 2014

Penyusun

Page 3: Makalah sejarah

1. MERAMU ADA DUA BAGIAN YAITU MERAMU TINGKAT AWAL DAN MERAMU TINGKAT LANJUT :

MERAMU TINGKAT AWAL

Sejarah perkembangan kehidupan manusia hingga saat ini telah melalui proses yang sangat panjang. Untuk menuju manusia modern, ternyata manusia praaksara harus mengalami perubahan demi perubahan, dari masa ke masa dan dari suatu ras ke ras berikutnya.

Masyarakat Indonesia semula merupakan masyarakat berburu dan pengumpul makanan, kemudian berkembang menjadi masyarakat yang hidup menetap dan bercocok tanam. Dengan hidup menetap mereka mulai menciptakan peralatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Akhirnya dengan hidup menetap mereka melahirkan budaya. Semula budaya berasal dari batu dan tulang yang masih sederhana, kemudian meningkat dan bahkan ke budaya pengolahan besi. Bersamaan dengan perkembangan budaya tersebut berkembang pula budaya megalitikum yang berkaitan dengan sistem kepercayaan yang dianut mereka.

Menurut para ahli dapat diperkirakan bahwa sembilan puluh persen dari jangka waktu kehidupan sejak adanya manusia sampai sekarang, manusia hidup dengan berburu dan meramu. Pada masa berburu dan meramu lingkungan hidup manusia masih liar dan keadaan bumi masih labil. Pada saat itu banyak terjadi letusan gunung berapi dan daratan tertutup hutan lebat. Berbagai binatang purba masih hidup di dalamnya.

Manusia pendukung pada masa itu adalah Pithecanthropus erectus dan Homo wajakensis. Kegiatan berburu dan mengumpulkan (meramu) makanan telah ada semenjak manusia muncul di permukaan bumi, begitu pula halnya dengan manusia Indonesia.

Kegiatan berburu dan meramu ini merupakan yang paling sederhana yang bisa dilakukan manusia, karena manusia tinggal mengambil makanan secara langsung dari alam dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering).

Kehidupan masyarakat berburu dan meramu tingkat awalKehidupan manusia pada masa berburu dan meramu sangat bergantung dengan alam. Daerah yang ditempati oleh manusia tersebut harus dapat memberikan persediaan makanan yang cukup untuk memungkinkan kelangsungan hidupnya.

Oleh karena itu, tempat menarik untuk di diami pada saat itu adalah daerah yng cukup mengandung bahan makanan dan air, terutama tempat yang sering didatangi atau dilalui oleh binatang. Tempat semacam itu umumnya berupa padang rumput dengan semak belukar dan hutan kecil yang berdekatan dengan sungai atau danau.

Page 4: Makalah sejarah

Di sekitar tempat itu, manusia membuat tempat tinggal yang cukup dilindungi dengan dahan dan daun-daunan. Selain itu, mereka juga banyak tinggal di gua untuk menghindari serangan binatang buas.

Dengan menggunakan gua sebagai pangkalan, manusia purba mencari makan pada pagi hari dan kembali ke gua pada sore hari. Pada hari berikutnya melakukan kegiatan yang sama, tetapi dengan arah yang berbeda.

Demikian terus-menerus berganti arah dan apabila sumber makanan habis, mereka akan berpindah ke tempat yang lain. Pola bertempat tinggal seperti tiu bukan murni nomaden, melainkan semi nomaden.

Kegiatan masyarakat berburu dan meramu tingkat awalManusia purba pada masa berburu dan meramu tingkat awal, hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali diri untuk menghadapi lingkungan sekitarnya. Kelompok berburu tersusun atas keluarga kecil. Pihak laki-laki melakukan perburuan, sedangkan perempuan mengumpulkan bahan makanan (tumbuh-tumbuhan) dan mengurus anak.

Peralatan manusia purba dapat memberikan petunjuk cara mereka hidup. Mereka hidup dari berburu dan meramu, sehingga peralatan utamanya adalah alat-alat berburu. Alat tersebut digunakan untuk memotong daging dan tulang dari binatang buruan yang mereka peroleh. Selain itu, mereka juga menggunakan alat itu untuk mengeluarkan umbi-umbian dari dalam tanah.

Selain alat dari batu, manusia praaksara pada masa berburu dan meramu tingkat awal juga menggunakan alat-alat dari tulang. Alat-alat dari tulang pada zaman tersebut untuk sementara hanya ditemuakn di Ngandong (Ngawi, Jawa Timur) dan Sampung (Ponorogo). Alat-alat tersebut diduga hasil budaya Pithecanthropus soloensis pada kala pleistosen.

MERAMU TINGKAT LANJUT

Meramu tingkat lanjut berlangsung setelah zaman pleistosen. Corak kehidupan masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut terpengaruh pada masa sebelumnya. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam. Mereka hidup dengan cara berburu binatang di dalam hutan, menangkap ikan, dan dengan mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian, buah-buahan, biji-bijian, dan daun-daunan.

Alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu misalnya kapak genggam, flake, dan alat-alat dari tulang. Pada masa tersebut juga dikenal gerabah yang berfungsi sebagai wadah.

Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut hidup dalam kelompok yang terdiri dari beberapa keluarga. Di antara kelompok-kelompok tersebut ada yang hidup di daerah pesisir. Mereka hidup dengan mencari kerang dan ikan laut. Bekas tempat tinggal mereka ditemukan tumpukan kulit

Page 5: Makalah sejarah

kerang dan alat-alat yang mereka gunakan, seperti kapak genggam, mata panah, mata tombak, mata kail dan lain-lain.

Pola bermukim mereka mulai berubah dari nomaden menjadi semesedenter. Ketika masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah yang cukup banyak, mereka mulai lebih lama mendiami suatu tempat.

Kemudian pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan. Daging binatang buruan diawetkan dengan cara dijemur setelah terlebih dahulu diberi ramuan. Mereka bertempat tinggal di gua-gua (abris sous roche). Mereka memilih gua yang letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit untuk melindungi diri dari iklim dan binatang buas.

Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut juga telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum wanita tidak banyak yang terlibat dalam kegiatan perburuan, mereka lebih banyak berada di sekitar gua tempat tinggal mereka.

Karena perhatian wanita ditujukan kepada lingkungan yang terbatas, maka mereka mampu memperluas pengetahuannya tentang seluk-beluk tumbuh-tumbuhan yang dapat dibudidayakan. Secara alami masyarakat ini telah mengenal bercocok tanam, meskipun masih dalam taraf yang sangat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah.

Mereka membuka lahan dengan cara menebang hutan, membakar dan membersihkannya. Setelah tidak subur lagi tanah tersebut mereka tinggalkan untuk mencari lahan baru yang subur.

Kehidupan semisedenter memberikan banyak waktu luang bagi manusia pendukung masa ini. Waktu luang tersebut mereka gunakan untuk membuat alat-alat dari batu dan tulang serta membuat lukisan pada dinding-dinding gua. Lukisan-lukisan mereka berwujud seperti cap telapak tangan, babi, kadal, perahu, menggambarkan kegiatan berburu yang berhubungan dengan kepercayaan, yaitu penghormatan terhadap nenek moyang, upacara kesuburan, dan keperluan perdukunan.

2. BERBURU

Zaman Batu Tengah (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

Kebudayaan Kjokkenmoddinger

Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur & moddinger yang berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble & batu pipisan.

Page 6: Makalah sejarah

Kebudayaan Abris Sous Roche

Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada zaman Mesolithikum antara lain:

a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)c.Gundukan Kjokkenmoddinger yang dapat mencapai tinggi tujuh meter dengan diameter tiga puluh meter ini tentu terbentuk dalam waktu lama, sehingga disimpulkan bahwa manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi pantai.d. Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi bahwa manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.

3. BERCOCOK TANAM4. Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:

1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,

2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,4. Pakaian dari kulit kayu

Page 7: Makalah sejarah

5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

Kebudayaan Megalith

Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalith, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalith justru pada zaman logam. Hasil kebudayaan Megalith, antara lain:

1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

Page 8: Makalah sejarah

Kesimpulan

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin