Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

15
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM INTEGUMEN Jenis Pemeriksaan Diagnostik pada Kulit (Integumen) A. Pemeriksaan tes alergi kulit B. Biopsi Kulit C. Imunofluoresensi (IF) D. Pemeriksaan Apus Tzanck E. Pemeriksaan Cahaya Wood F. Kerokan/guntingan kulit G. Kultur Kulit H. Pemeriksaan kalium Hidroksida dan Kultur Jamur A. PEMERIKSAAN TES ALERGI KULIT Fungsi : pengujian dilakukan untuk mengetahui penyebab alergi kulit Hasil uji kulit bukanlah penentu diagnosis, namun alat diagnosis dan banyak disukai penderita Terdapat beberapa tes alergi kulit : 1. Uji kulit intradermal Prosedur Pemeriksaan Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml semprit tuberkulin disuntikkan secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan berangsur masing-masing dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15 mm. 2. Uji temple

description

integumen

Transcript of Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

Page 1: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM INTEGUMEN

Jenis Pemeriksaan Diagnostik pada Kulit (Integumen)

A. Pemeriksaan tes alergi kulit

B. Biopsi Kulit

C. Imunofluoresensi (IF)

D. Pemeriksaan Apus Tzanck

E. Pemeriksaan Cahaya Wood

F. Kerokan/guntingan kulit

G. Kultur Kulit

H. Pemeriksaan kalium Hidroksida dan Kultur Jamur

A. PEMERIKSAAN TES ALERGI KULIT

Fungsi : pengujian dilakukan untuk mengetahui penyebab alergi kulit

Hasil uji kulit bukanlah penentu diagnosis, namun alat diagnosis dan banyak disukai

penderita

Terdapat beberapa tes alergi kulit :

1. Uji kulit intradermal

Prosedur Pemeriksaan

Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml semprit tuberkulin disuntikkan

secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan

konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan berangsur

masing-masing dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15

mm.

2. Uji temple

a. Tujuan Pemeriksaan

Mendapatkan identifikasi substasi yang dapat menyebabkan respon alergi pada

kulit dengan menggunakan plester khusus ( exclusiveputches ).

b. Indikasi

Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah.

Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang.

Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat.

Untuk membedakan dermatitis kontak iritan dengan dermatitis kontak alergi

Page 2: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

c. Kontra Indikasi

klien dengan dermatitis akut

klien dengan konsumsi steroid oral

d. Prosedur Pemeriksaan

Sejumlah kecil bermacam-macam substansi atau alergen diaplikasikan pada

kulit menggunakan pita perekat yang disiapkan secara komersial yang berisi

alergen atau alergen ditempatkan pada lapisan alumunium pada pita perekat

khusus.

Interpretasi dibuat pada 48, 72, dan 96 jam dan terkadang setelah satu

minggu.

Respon eksematosa spesifik pada daerah tes dengan eritema, papula, atau

vesikel kecil mengindikasikan reaksi yang positif dan mengonfirmasi

sensitivitas kontak alergi

e. Peran Perawat

Memberikan penjelasan sebelum dan sesudah tindakan tentang :

Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum

tanggal pelaksanaan.

Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan

pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada punggung,dengan

jumlah yang bervariasi.( 20 – 30 buah.)

Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih

menempel.

Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit.

2- 3 hari setelah tes plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi.

Pita perekat harus digunakan selama 48 jam tanpa ganguan pada

penempelan dan kemudian dibersihkan

Berikan penjelasan pada klien bahwa substansi (alergen) tersebut berpotensi

menyebabkan reaksi kulit berupa inflamasi

Konseling terkait penghindaran alergi pada tes yang positif atau arti pada

hasil yang negatif merupakan hal yang penting dari tes ini

Page 3: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

Pembacaan hasil :

0= tidak ada reaksi

+/- = eritema ringan, meragukan

1+  = reaksi ringan (eritema dengan edema ringan)

2+ = reaksi kuat (papular eritema dengan edema)

3+ =  reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)

3. Uji tusuk

a. Tujuan Pemeriksaan

Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan lebih sesuai untuk anak.

b. Prosedur pemeriksaan

Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah

dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku dan pergelangan tangan

Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50% gliserol) diletakkan pada

permukaan kulit

Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau

jarum yang dimodifikasi, atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji

tusuk.

Page 4: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

Pembacaan dilakukan 15-20 menit dengan mengukur diameter bentol dan eritema.

Positif apabila rata-rata diameter satu bentol 3 mm lebih besar daripada kontrol

negatif.5 Adapun interpretasi hasil tes:

Hasil negatif: sama dengan kontrol negatif.

Hasil +1          : 25% dari kontrol positif.

Hasil +2          : 50% dari kontrol positif.

Hasil +3          : 100% dari kontrol positif.

Hasil +4          : 200% dari kontrol positi

4. Uji gores

Uji gores kulit (SPT)adalah prosedur yang membawa resiko yang relatif rendah,

namun reaksi alergi sistemik telah dilaporkan. Karena test adalah perkutan,

langkah-langkah pengendalian infeksi sangat penting.

Uji gores sudah banyak ditinggalkan karena hasilnya kurang akurat.

B. BIOPSI KULIT

a. Tujuan Pemeriksaan

Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara eksisi

dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skinpunch) dengan mengambil bagian

tengah jaringan.

b. Pemeriksaan

Histopatologi, mikroskopi elektron, imunopatologi, sidik DNA.

c. Indikasi

Page 5: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

Nodul: asal nya tidak jelas (mencegah malignitas), warna dan bentuk tidak lazim.

Pembentukan lepuh.

Kanker

Kelainan bulosa

Infeksi – infeksi; seperti TBC dan Lepra

d. Tipe Biopsi

1. Biopsi insisi/eksisi:

Butuh sampel cukup besar ukurannya

Utk mengangkat lesi yg sangat besar

Pemberian anestesi lokal: lidoakain (lignokain) 1-2%, adrenalin (epinefrin)

1:10.000 utk mengurangi perdarahan

Utk diagnostik:

Buat 2 sayatan yang berbentuk elips. Pastikan bahwa sediaan tadi diambil

melewati tepi lesi, beserta tepi dari kulit yang normal sekitar lesi

Untuk eksisi yang menyeluruh. Perluas elips yang mengelilingi keseluruhan

lesi ;pastikan tepi eksisi memotong vertikal dan tidak miring ke arah

tumornya.

Perbaiki kerusakan yang ditimbulkan

Kedua tepi, baik karena biopsi insisi maupun eksisi, dirapatkan satu sama lain

dengan jahitan. Untuk memberikan hasil kosmetik yang terbaik pakailah

benang yang sehalus mungkin contoh benang mono filamen sintesis yaitu

prolen.

Catatan : bila diperkirakan terdapat tegangan yang kuat pada garis jahitan

pertimbangkan untuk meminta saran ahli bedah plastik/ bedah kulit

2. Punch biopsy

Lebih cepat, namun hanya memperoleh sampel yang kecil

Hanya cocok untuk biopsi diagnostik/mengangkat lesi yang kecil.

Lakukan anastesi lokal

Tusukkan pisau biopsi ke dalam lesi dan lakukan gerakkan melingkar

Tarik ke atas jaringan di tengah irisan tadi dan pisahkan dengan menggunakan

gunting atau skalpel

Atasi perdarahan dengan perak nitrat atau dengan jahitan kecil

Page 6: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

3. Cukur (Shave)

Mengambil contoh jaringan dari epidermis dan secara umum bagian atas dari

dermis dengan menggunakan instrumen, yaitu pisau untuk mengambil

lesi/spesimen disekitar daerah jaringan kulit untuk diagnosis atau terapi

4. Kuret (curettage)

Digunakan untuk membuang atau mengambil jaringan/spesimen menggunakan

instrumen tupe skapel oval atau bundar untuk diagnosis dan terapi

5. Eksisi Bedah (Surgical Excision)

Lesi dieksisi dengan skalpel dengan berbagai variasi cara teknik bedah

Digunakan Ketika :

• Diperlukan untuk mengeksisi lesi secara lengkap

• Batas lesi tidak jelas dari kullit sekitar

• Terdapat kanker baru atau agresif

e. Perawatan Pra Prosedur

Bergantung pada prosedur

Instruksikan pada klien untuk menghindari penggunaan aspirin dan produk yang

mengandung aspirin selama 48 jam

Jika klien sedang mengkonsumsi antikoagulan (heparin atau warfarin), beri

tahukan kepada dokter

Tinjau riwayat medis klien tentang adanya gangguan sistemik , seperti malfungsi

hepar

Jika klien memilki riwayat penggantian katup jantung, pastikan diberikan

antibiotik profilaksis

Siapkan lembar persetujuan tindakan (Informed Consent)

Anjurkan klien makan makanan ringan untuk mencegah sinkop (pingsan)

f. Perawatan Pasca Prosedur

Setelah prosedur, tutup hampir keseluruhan daerah biopsi dengan salep antibiotik

dan bebat atau balutan kering (sesuai terapi)

Ingatkan klien untuk tindakan pemeriksaan selanjutnaya (jika ada)

Jelaskan pada klien bagaimana dan kapan hasil biopsi akan dilaporkan

Page 7: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

C. IMUNOFLUORESENSI (IF)

a. Tujuan Pemeriksaan

Untuk mengidentifikasi lokasi suatu reaksi imun

b. Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan IF mengkombinasikan antigen dan antibodi dengan zat warna

fluorokrom

c. Jenis Pemeriksaan

1. Uji Antibodi Kandida

Tujuan :

Pengujian antibodi ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandidiasis sistemik

yang paling sering disebabkan oleh candida albicans, suatu infeksi jamur.

Biasanya kandidiasis terjadi di kulit dan membran mukosa.

Nilai rujukan :

- negatif

- positif : >1:8 titer

2. Antibodi antiskleroderma

Tujuan :

untuk membantu mendiagnosis skleroderma.

Nilai rujukan

- negatif : perbatasan : 20-25 unit

- positif : >25 unit

D. PEMERIKSAAN APUS TZANCK

a. Pengertian

Pemerikasaan sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan.

b. Tujuan Pemeriksaan

Untuk pengkajian mikroskopik cairan dan sel dari vesikel atau bula

c. Indikasi

Herpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus.

Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan periksa. 

d. Prosedur Tindakan

Vesikel utuh, maupun yang baru, pada bagian atas vesikel diambildan dasarnya

dikerok dengan skalpel atau kuret kecil

Page 8: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

Debris diapuskan pada sediaan yang telah diberi label dan dikirim untuk

pemeriksan sitologis

e. Hasil

Adanya sel multinuklear besar dapat menegakkan diagnosis infeksi virus seperti

herpes simpleks atau infeksi herpes zoster

E. PEMERIKSAAN CAHAYA WOOD

a. Pengertian

Disebut juga blacklight yaitu pemeriksaan dengan menggunakan lampu merkuri

tekanan tinggi yang mentransmisikan cahaya UV gelombang panjang (UVA atau

cahaya 360nm), dan memiliki penggunaan untuk diagnosis terbatas yang akan

menghasilkan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas

b. Tujuan Pemeriksaan

Untuk membedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan

hiperpigmentasi.

c. Indikasi

Mendeteksi jamur superfisial dan infeksi bakteri kulit

Menggmabarkan gangguan pigmentasi dengan pencahayaan kadar kontras antara

lesi dan warna kulit normal

Mengaksentuasi kontras antara area hipopigmentasi dan area total amelanotik

d. Hasil

Merupakan sumber sinar ultraviolet yang difilter dengan nikel oksida, digunakan

untuk memperjelas 3 gambaran penyakit kulit :

1. Organisme tertentu penyebab bercak-bercak jamur (ringworm), pada kulit kepala

memeberikan fluoresensi hijau (berguna untuk menentukan diagnosis awal dan

membantu dalam memantau terapi.

2. Organisme yang berperan dalam terjadinya eritrasma memberikan fluoresensi

merah terang.

3. Beberapa kelainan pigmen lebih jelas terlihat-terutama bercak-bercak pucat pada

sklerosis tuberosa dan tanda cafẽ-au-lait pada neurofibromatosa

F. KEROKAN/GUNTINGAN KULIT

Page 9: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

a. Pengertian

Merupakan pemeriksaan mikroskopi dan kultur mikologis.

b. Indikasi

Hal ini bermanfaat khususnya bila dicurigai adanya infeksi jamur, atau mencari

tungau skabies.

c. Prosedur Tindakan

Sedikit kerokan dari permukaan kulit akan mengangkat skuama.

Skuama ini ditempatkan di kaca mikroskop, ditetesi dengan kalium hidroksida

(KOH) 10% dan ditutup dengan kaca penutup.

Didiamkan beberapa menit untuk melarutkan membran sel epidermis, sediaan siap

diperiksa.

Pemeriksaan juga dapat dibantu dengan menambahkan tinta Parker Quink.

Terhadap guntingan kuku bisa juga dilakukan hal yang sama, tetapi diperlakukan

larutan KOH yang lebih pekat dan waktu yang lebih lama.

G. KULTUR KULIT

a. Tujuan Pemeriksaan

Bakteri, jamur, dan infeksi virus tertentu pada kulit dapat dikonfirmasi dengan kultur,

untuk menentukan antibiotik yang diindikasikan untuk terapi

b. Indikasi

Infeksi yang tidak responsif terhadap perawtan rutin

Klien yang telah menjalankan bebrapa kali pemberian antibiotik sistemik dan

masih mengalami infeksi bakteri pada kulit

H. PEMERIKSAAN KALIUM HIDROKSIDA DAN KULTUR JAMUR

a. Pengertian

Infeksi jamur pada kulit, rambut, dan kuku harus dikonfirmasi oleh identifikasi

mikroskopik atau kultur dari kerokan pada area atau keduanya

b. Area pengerokan

Area manapun dengan dermatitis berskuama harus dikerok untuk dilakukan tes ini

Daerah khas adalah kulit kepala, area intertriginosa (antara ibu jari kaki, aksila,

lipatan paha, bawah atau antara payudara, lipatan abdominal), dan lipatan kuku

c. Prosedur Tindakan

Page 10: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

Skuama halus dari ujung area dikerok denganpisau skalpel ukuran 15 atau ujung

kaca objek dan diletakkan di atas kaca objek kedua

Jauhkan sekitar 10% atau 20% kalium hidroksida ditambahkan pada skuama, dan

tutplah dengan penutup pada spesimen

Tekanan yang lembut diberikan pada penutup agar skuama pipih

Sediaan dapat dipanaskan dengan suhu rendah untuk melarutkan keratinatau sel

lebih cepat

Untuk sebuah kultur, sebagai alternatif, kuku distrofik dipotongdan ditanam pada

media

Debris dari kuku subungual kurang cocok untuk kultur

Daftar Putaka

Page 11: Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Integumen

Brown, RG, Tony Burns. Dermatologi Edisi 8. Jakarta: EMS

Black, M. J, Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk

Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Elsevier: Singapura

Kee, Joyce LeFever. 2008. Pedoman Pemeriksaan laboratorium & Diagnostik.

Jakarta: EGC