PHKI-Teaching-Grant-Laporan Akhir-Prodi BK-Asih Menanti.doc

129
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TEACHING GRANT PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS INSTITUSI (PHKI) BATCH – IV UNIMED TAHUN 2011 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM MEMAHAMI TINGKAH LAKU BERBASIS TEORI KEPRIBADIAN MELALUI IMPEMENTASI “PEMBELAJARAN PENGALAMAN LANGSUNG” DAN “PEMBERIAN UMPAN BALIK” YANG BERDAMPAK PADA SELF EFFICACY TIM PENELITI: DR. ASIH MENANTI, MS, S.PSI/ NIP: 196006031985032002 (KETUA) PROF.DR.IBRAHIM GULTOM, M.PD/NIP:195707031986011001 (ANGGOTA) DRA. NURMANIAH, M.PD/NIP: 195609141980032002 (ANGGOTA) iv

Transcript of PHKI-Teaching-Grant-Laporan Akhir-Prodi BK-Asih Menanti.doc

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TEACHING GRANT PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS

INSTITUSI (PHKI) BATCH – IV UNIMED TAHUN 2011

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM MEMAHAMI TINGKAH LAKU BERBASIS TEORI KEPRIBADIAN MELALUI IMPEMENTASI “PEMBELAJARAN PENGALAMAN LANGSUNG”

DAN “PEMBERIAN UMPAN BALIK” YANG BERDAMPAK PADA SELF EFFICACY

TIM PENELITI:

DR. ASIH MENANTI, MS, S.PSI/ NIP: 196006031985032002 (KETUA)PROF.DR.IBRAHIM GULTOM, M.PD/NIP:195707031986011001 (ANGGOTA)

DRA. NURMANIAH, M.PD/NIP: 195609141980032002 (ANGGOTA)

Dibiayai Dengan Dana PHKI BATCH IV UNIMED Tahun 2011

JURUSAN/PRODI BIMBINGAN DAN KONSELINGFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI MEDAN

iv

2011LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TEACHING GRANT

PHKI BATCH-IV TAHUN 2011

Judul Kegiatan: : Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Memahami Tingkah Laku Berbasis Teori Kepribadian melalui Implementasi “Pembelajaran Pengalaman Langsung” dan “Pemberian Umpan Balik” yang Berdampak pada Self-EfficacyKelompok Bidang Kajian : Psikologi Pendidikan dan Bimbingan KonselingMata Kuliah : Teori KepribadianSKS : 3 SksStandar Kompetensi MK : Mahasiswa memahami konsep-konsep dasar teori

kepribadian (yaitu meliputi pengertian kepribadian, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, ciri-ciri kepribadian sehat, dan teori-teori kepribadian dari beberapa ahli), terampil menyusun instrumen pemahaman tingkah laku dengan berbasis teori kepribadian, terampil menjalankan instrumen, dan terampil menginterpretasikan tingkah laku.

Pengusul: - Ketua Tim : Dr. Asih Menanti, MS., S.Psi. NIP: 196006031985032002 - Anggota 1 : Prof. Dr. Ibrahim Gultom, M.Pd. NIP: 195707031986011001 - Anggota 2 : Dra. Nurmaniah, M.Pd. NIP: 195609141980032002Total Biaya : Rp 25.000.000,-Waktu Pelaksanaan : Semester ganjil, bulan Mei 2011 s/d Desember 2011Tempat Pelaksanaan : Ruang Belajar FIP UNIMED

Telah dilaksanakan dalam rangka kegiatan PHKI BATCH IV UNIMED Tahun 2011 Medan, 18 November 2011 Menyetujui,Ketua Jurusan/Prodi Ketua Tim Penanggung Jawab

Prof. Dr. Abdul Munir, MPd. Dr. Asih Menanti, MS., S.Psi.NIP: 195903241986011001 NIP: 196006031985032002

Mengetahui:Dekan,

iv

Prof. Dr. Ibrahim Gultom, M.Pd.NIP: 195707031986011001

RINGKASAN

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilatarbelakangi oleh tuntutan bahwa standarisasi

mutu lulus Teori Kepribadian seyogianya tinggi (minimal tinggi), oleh karena mata

kuliah Teori Kepribadian merupakan salah satu mata kuliah dasar dan krusial

dalam prodi BK. Melalui mata kuliah ini, kelak mahasiswa prodi BK akan menjadi

helper (guru BK) siswa di sekolah. Sebagai guru BK, harus terampil menyusun,

menjalankan, dan meninterpretasikan tingkah laku siswa. Keterampilan tersebut

diperoleh dalam mata kuliah Teori Kepribadian.

Mata kuliah Teori Kepribadian, khususnya dalam fokus materi tentang

pemahaman tingkah laku, merupakan mata kuliah yang menarik, namun termasuk

rumit, kompleks, dan abstrak. Meskipun demikian, ternyata nilai rata-rata mata

kuliah Teori Kepribadian pada mahasiswa angkatan 2010 dan 2009 termasuk

tinggi, namun tidak diiringi oleh self efficacy yang tinggi dalam memahami tingkah

laku. Kesenjangan ini penting ditelusuri dari teknik pembelajaran yang dilakukan

selama ini, yang menerapkan dominan metode ceramah, teoritis. Penelitian ini

mencari solusi dengan memperbaiki teknik pembelajaran mata kuliah Teori

Kepribadian, yaitu dengan mengimplementasikan pembelajaran ”Pengalaman

langsung” dan ”Pemberian umpan balik”. Dalam pembelajaran demikian, terjadi

keseimbangan antara teori dengan praktek/latihan, sehingga pada akhirnya

menghasilkan peningkatan hasil belajar mahasiswa dan berdampak pada self

efficacy mereka dalam memahami tingkah laku siswa.

2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah implementasi latihan dan praktek menyusun, menjalankan

instrumen pemahaman tingkah laku, dan menginterpretasikan tingkah laku

iv

dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa prodi BK dalam memahami

tingkah laku siswa?

2) Apakah implementasi latihan dan praktek menyusun, menjalankan

instrumen pemahaman tingkah laku, , dan menginterpretasikan tingkah laku

dapat meningkatkan self efficacy (keyakinan diri) mahasiswa bahwa mereka

mampu memahami tingkah laku siswa?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa

prodi BK pada mata kuliah Teori Kepribadian sampai pada ranah kompetensi

keterampilan dan meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa melalui implementasi

pembelajaran pengalaman langsung dan pemberian umpan balik. Secara detail,

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menyusun instrumen

pemahaman tingkah laku siswa yang berbasis pada teori kepribadian yang

dikemukakan oleh Eduard Spranger, Abraham H. Maslow, Carl Rogers,

Sigmund Freud, Carl Gustave Jung, Alfred Adler

2) Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mempraktekkan

(menjalankan) instrumen pemahaman tingkah laku yang telah disusun,

di kalangan mahasiswa pembelajar.

3) Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menginterpretasikan

data yang diperoleh dari praktek menjalankan instrumen di kalangan

mahasiswa pembelajar.

4) Untuk meningkatkan self efficacy mahasiswa mampu memahami tingkah

laku siswa.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pilihan oleh dosen dalam

melaksanakan perkuliahan Teori Kepribadian dengan mengimplementasikan

latihan dan praktek pemahaman tingkah laku siswa dengan berbasis pada teori-teori

iv

kepribadian. Dengan metode pembelajaran yang tepat ini, maka diperoleh manfaat

sebagai berikut:

1) Manfaat pada mahasiswa:

(1) Mahasiswa tidak hanya menguasai teori kepribadian sebagai suatu

kompetensi kognitif, melainkan sampai pada ranah keterampilan, yaitu

keterampilan menyusun instrumen pemahaman tingkah laku siswa dengan

berbasis teori kepribadian.

(2) Mahasiswa terampil mempraktekkan (menjalankan) instrumen yang telah

disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip psikologi.

(3) Mahasiswa terampil menginterpretasikan tingkah laku siswa dengan berbasis

teori kepribadian.

(4) Self efficacy (keyakinan diri) mahasiswa bahwa mereka mampu memahami

tingkah laku siswa, meningkat.

(5) Mahasiswa berada dalam situasi pembelajaran Teori Kepribadian yang

menarik dan menyenangkan, sehingga kondisi ini memberi kesempatan lebih

bagi mahasiswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

(6) Meningkatkan konsisten antara nilai hasil belajar yang diperoleh dalam mata

kuliah Teori Kepribadian dengan unjuk kerja mahasiswa.

(7) Mahasiswa memiliki modul belajar yang mempermudah mahasiswa

menguasai Teori Kepribadian.

(8) Meningkatkan daya saing kompetensi mahasiswa dalam dunia kerja,

sebagaimana hal ini dituntut oleh stakeholders, namun dikemukakan dalam

hasil evaluasi diri prodi BK, masih belum dapat dipenuhi sesuai harapan.

2) Manfaat pada dosen:

(1) Dosen memperoleh pengalaman, peningkatan keterampilan, dan mengetahui

bahwa pembelajaran Teori Kepribadian pada ranah keterampilan akan efektif

apabila dilakukan dengan mengimplementasikan metode latihan, praktek, dan

pemberian umpan balik pada kinerja belajar mahasiswa.

(2) Tersedia modul mata kuliah Teori Kepribadian yang dapat digunakan oleh

dosen dalam mempermudah pembelajaran Teori Kepribadian.

iv

II. KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORETIK

1. Konsep Pengembangan

Upaya perbaikan metode mengajar dalam mata kuliah teori Kepribadian ini

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dipilih, karena dipandang

sebagai jenis penelitian yang paling tepat untuk memperbaiki pembelajaran di kelas

yang bermuara pada kebutuhan dan kepentingan mahasiswa. Di samping itu, jenis

PTK memberi dampak meningkatkan kualitas pembelajaran dan keterampilan

profesional pada dosen, menumbuhkan dari bawah atau ”generating” atau

”grounded” teori ilmu pengetahuan (Glazer dan Strauss, 1971) (Wiriaatmadja,

2005), penelitian, publikasi (Wiriaatmadja, 2005).

Pemaksimalan pengembangan yang diupayakan dalam mata kuliah Teori

Kepribadian merupakan perbaikan metode mengajar sehingga capaian

pembelajaran sampai pada ranah keterampilan memahami tingkah laku siswa, dan

berdampak pada peningkatan self efficacy mahasiswa. Perbaikan tersebut

mencakup perbaikan pada deskripsi mata kuliah, GBPP (Garis Besar Program

Pengajaran), silabus perkuliahan, SAP (Satuan Acara Pengajaran), kontrak kuliah,

dan soal evaluasi. Di samping itu, dihasilkan modul Teori Kepribadian yang belum

ada sebelumnya. Seluruh cakupan perbaikan tersebut mempertimbangkan hal

berikut:

1) Perbaikan metode mengajar akan menghasilkan capaian ranah keterampilan

dalam memahami tingkah laku siswa, dan pencapaian tersebut berdampak pada

tumbuhnya kepercayaan diri mahasiswa akan salah satu kompetensinya sebagai

calon konselor sekolah.

2) Penyusunan kembali (restrukturisasi) 1. deskripsi mata kuliah, 2. GBPP, 3.

silabus perkuliahan, 4. SAP, 5. kontrak kuliah, dan 6. soal evaluasi; menjadi

penjamin untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dan daya saing mutu

mahasiswa.

3) Terjadi peningkatan self efficacy mahasiswa

iv

4) Modul pengajaran memudahkan mahasiswa menguasai teori-teori dan

terampil memahami tingkah laku siswa .

5) Modul pengajaran mata kuliah Teori Kepribadian diharapkan menjadi cikal

yang akan berlanjut pada penerbitan buku ber-ISBN.

2. Tinjauan Teoritik

2.1. Kompetensi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur

Pendidikan Formal (yang akan Diemban Mahasiswa Prodi BK)

Kompetensi pelayanan konselor sekolah (BK) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Bagan Struktur Kompetensi Konselor

Gambar 1 memperlihatkan bahwa rumpun kompetensi K1 sampai K6

adalah Kompetensi Utama Minimal yang harus dikuasai oleh Sarjana BK sebagai

konselor. Berkenaan dengan kompetensi puncak yang diharapkan dari mata kuliah

Teori Kepribadian adalah keterampilan memahami tingkah laku, tampak

keterampilan tersebut ada pada K2. K2 berkait erat dengan K3.

iv

K1. KESADARAN ETIK DAN PENGEMBANGAN PRIBADI

K2. PEMAHAMAN PERKEMBANGAN INDIVIDU

K3. PENGUASAAN ASESMEN INDIVIDU DAN LINGKNGAN

K4. PENGUASAAN RAGAM STRATEGI INTERVENSI PSIKOLOGIS

K5. KEMAMPUAN PENGEMBANGAN

6. PEMAHAMAN KONTEKS BUDAYA, AGAMA, DAN KEBUTUHAN KHUSUS

(2) SIKAP (3) SKILLSAKOMODASI TINDAKAN

(1) PENGETAHUAN KESADARAN

KOMPETENSI UTAMA

MINIMAL

SETING LAYANAN

KODE ETIK PROFESI

LANDASAN DAN KOMPETENSI KEPENDIDIKAN

LANDASAN FILOSOFIS, RELIGIUS, KULTURAL

- PENDIDIKAN- PERKAWINAN- KARIR- REHABILITASI- KESEHATAN MENTAL- TRAUMATIK

Kompetensi konselor sekolah dari kompetensi K1 sampai K6 di atas

merupakan pelayanan BK di lembaga pendidikan formal sekolah, berkedudukan

sebagai salah satu dari tiga pelayanan yang diberikan, dapat dilihat pada bagan 2

berikut:

Gambar 2

Kedudukan Pelayanan BK di Lembaga Formal Sekolah

2.2. Memahami Tingkah Laku Manusia dari Perspektif Psikologi dan

Batasan Keterampilan Pemahaman Tingkah Laku pada Profesi

Konselor Sekolah

Tingkah laku manusia dapat dipahami melalui perspektif Psikologi melalui

teori-teori kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli.Untuk profesi konselor

sekolah, yakni alumsi prodi BK, pemahaman tingkah laku terbatas pada tingkah

laku non klinis yang dalam.

2.3. Pembelajaran untuk Terampil Memahami Tingkah Laku melalui

Pengalaman Langsung

Pengalaman belajar langsung dipahami dari konsep yang dikemukakan oleh

Edgar Dale. Edgar Dale (Sanjaya, 2008, Winarji, 2009, Menanti, 2009) yang

iv

Layanan Manajemen

Layanan Bimbingan dan Konseling

Layanan Bidang Studi Tujuan Pendidikan Jangka Pendek dan

jangka Panjang

mengklasifikasikan tingkat pengalaman belajar mulai dari yang paling konkrit

sampai dengan yang paling abstrak, dikenal dengan sebutan kerucut pengalaman

(cone of experience). Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale

menggambarkan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh dapat melalui

pengalaman langsung tentang hal yang dipelajari dan dapat melalui proses

pengamatan, ataupun melalui pendengaran dengan menggunakan media tertentu.

Kerucut pengalaman Edgar Dale (1969) yang mengemukakan tentang tingkatan

pengalaman belajar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Verbal symbol: Diperoleh melalui penuturan dengan kata-kata.

2) Visual symbol: Diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat seperti

grafik, bagan atau diagram.

3) Radio dan Recording: Diperoleh melalui siaran radio atau rekaman

suara (audio recording)

4) Still picture: Diperoleh melalui gambar mati, slide, atau fotografi.

5) Motion picture: Diperoleh melalui gambar, atau film hidup, atau

bioskop

6) Education TV: Diperoleh melalui televisi pendidikan

7) Exhibition: Diperoleh melalui pameran.

8) Study trips: Diperoleh melalui karyawisata.

9) Demonstration: Diperoleh melalui pertunjukan.

10) Dramatized experience: Pengalaman yang diperoleh dari permainan

(permainan pengajaran) sandiwara boneka, permainan peranan, dan drama

sosial, atau psikologis.

11) Contrived experience: Pengalaman yang diperoleh dari kontak

melalui model, benda tiruan atau simulasi.

12) Direct purposeful experience: Pengalaman yang diperoleh dari hasil kontak

langsung dengan lingkungan objek, binatang, manusia dan sebagainya,

dengan cara melakukan perbuatan langsung.

Tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale di atas

memperlihatkan bahwa semakin lebih konkrit seseorang memperoleh pengetahuan

melalui pengalaman langsung, maka semakin mempermudah belajar dan semakin

iv

kecil kesalahan-pahaman terhadap yang dipelajari, oleh karena pembelajar dapat

berhubungan langsung dengan objek yang dipelajari.

2.4. Pembelajaran untuk Terampil Memahami Tingkah Laku melalui

Pemberian Umpan Balik (Feedback)

Melalui umpan balik, dosen memperoleh informasi tentang sejauhmana

pembelajaran yang dilakukannya telah mencapai tujuan pembelajaran. Dosen

mengetahui bagian mana yang telah dikuasai dan bagian mana yang belum dikuasai

oleh mahasiswa, sehingga berdasarkan data ini dosen dapat menentukan materi

pembelajaran yang akan diberikan selanjutnya, strategi dan metode

penyampaiannya, serta memperbaiki proses pembelajaran sehingga lebih kondusif

untuk penguasaan materi pembelajaran oleh mahasiswa. Dosen juga lebih

mengenal mahasiswa-mahasiswa yang telah dan belum menguasai pembelajaran

yang diberikan. Pada sisi mahasiswa, mahasiswa memperoleh beberapa manfaat,

yaitu: 1) Memperoleh informasi bagaimana ia dinilai atau mendapat nilai dari

dosen, 2) Mengetahui bagian mana yang harus lebih dikuasai dan bagian mana

yang telah dikuasai dengan baik, 3. Membangun motivasi belajar sehingga lebih

giat.

Umpan balik dapat diberikan selama proses pembelajaran, dapat pula

setelah suatu pokok pembahasan selesai dibelajarkan. Umpan balik ini dapat

dilakukan secara individual maupun secara kelompok. Kedua cara ini dibutuhkan,

dan masing-masing mempunyai karakteristiknya. Pelaksanaan umpan balik

memperhatikan hal-hal berikut: 1. Diberikan segera setelah evaluasi, 2) Dilakukan

secara spesifik, jelas, dan tidak bias, 3) Fokus pada perilaku yang tampak atau

tampil pada pekerjaan, 4) Diberikan secara tepat, hal ini untuk menjaga kondisi

afeksi siswa, 5) Memberi pujian pada sisi kelebihan yang ditampilkan, 6) Pada saat

memberi umpan balik pada sisi kelemahan, dilakukan secara hati-hati, 7)

Membantu untuk fokus pada proses, bukan semata pada hasil atau nilai saja

(Brophy dan Good, 1987).

Umpan balik yang diberikan oleh dosen dilakukan bervariasi tingkatannya.

Tingkatan-tingkatan umpan balik adalah: 1. Umpan balik berupa keterangan

mengenai hasil yang dicapai, 2. Umpan balik berupa keterangan mengapa suatu

iv

jawaban benar atau salah, 3. Umpan balik berupa keterangan bagaimana

menghasilkan jawaban benar, 4. Umpan balik berupa keterangan bagaimana

jawaban yang benar (Race, 2000).

2.5. Dampak Pembelajaran dengan Pengalaman Langsung dan Pemberian

Umpan Balik terhadap Self Efficacy Mahasiswa

Mahasiswa yang mempunyai self-efficacy rendah akan menghindari

pembelajaran yang memberi banyak tugas belajar, khususnya tugas yang

menantang dan sulit, sedangkan mahasiswa yang mempunyai tingkat self-efficacy

tinggi akan menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan menantang, dan lebih tekun.

Self effcacy mempengaruhi motivasi dan hasil belajar mahasiswa.

III. MEKANISME RANCANGAN

Penelitian ini memperbaiki pembelajaran mata kuliah Teori Kepribadian

agar mencapai hasil belajar ranah keterampilan, yakni keterampilan memahami

tingkah laku berbasis teori-teori kepribadian, dan meningkatkan kepercayaan diri

mahasiswa bahwa mereka kompeten memahami tingkah laku siswa. Perbaikan

dilakukan dengan pembelajaran yang mengimplementasikan latihan praktek

menyusun instrumen pemahaman tingkah laku siswa berbasis teori kepribadian,

praktek menjalankan instrumen, dan interpretasi tingkah laku dari data yang

dikumpulkan melalui instrumen. Perbaikan tersebut didahului oleh perbaikan

deskripsi mata kuliah, GBPP, silabus perkuliahan, SAP, kontrak kuliah, soal

evaluasi, dan penyusunan modul kuliah.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus

direncanakan 3 kali pertemuan. Setiap siklus mengikuti tahapan perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

IV. HASIL IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

1. Implementasi

Melalui implementasi pembelajaran ”Pengalaman langsung” dan

”Pemberian feedback” diperoleh hal-hal berikut:

iv

(1) Penguasaan mahasiswa tentang pemahaman tingkah laku pada mata kuliah

Teori Kepribadian: Secara umum terjadi peningkatan penguasaan materi

tentang pemahaman tingkah laku pada pembelajaran teori kepribadian, yaitu

pada kategori baik sekali, baik, dari evaluasi awal (sebelum tindakan

pembelajaran dilakukan), ke siklus 1, dan siklus 2. Terjadi pula penurunan dari

pemahaman tingkah laku dari mahasiswa yang termasuk kurang sekali dan

kurang.

(2) Keterampilan Mahasiswa dalam Menyusun Instrumen Pemahaman Tingkah

Laku pada Mata Kuliah Teori Kepribadian: Secara umum terjadi peningkatan

penguasaan dalam menyususn instrumen pemahaman tingkah laku pada

pembelajaran teori kepribadian, yaitu pada kategori baik sekali, cukup.

Sedangkan pada kategori baik terjadi penurunan.

(3) Keterampilan mahasiswa dalam praktek (menjalankan) dan

menginterpretasikan data tentang pemahaman tingkah laku siswa berbasis teori

kepribadian: Secara umum terjadi peningkatan keterampilan dalam

menjalankan dan menginterpretasikan tingkah laku pada pembelajaran teori

kepribadian.

(4) Hasil observasi tentang pelaksanaan pembelajaran pemahaman tingkah laku

pada mata kuliah teori kepribadian: Proses pembelajaran materi pemahaman

tingkah laku dalam teori kepribadian, dapat dikatakan dosen maupun

mahasiswa menjalankan perannya sesuai 10 aspek data yang diungkap,

termasuk baik.

(5) Hasil observasi tentang feedback yang dilakukan oleh dosen dalam

Pembelajaran: Dalam pembelajaran materi pemahaman tingkah laku pada teori

kepribadian, dapat dikatakan dosen memberi feedback tergolong cenderung

sangat baik.

(6) Self Efficacy (kepercayaan diri) mahasiswa dalam memahami tingkah laku:

Secara umum terjadi peningkatan self efficacy mahasiswa dalam memahami

tingkah laku pada pembelajaran teori kepribadian.

iv

2. Pembahasan

Hasil implementasi pembelajaran dengan “Pengalaman langsung” dan

“Pemberian feedback” pada mata kuliah Teori Kepribadian dalam memahami

tingkah laku, telah berhasil meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Peningkatan

tersebut mencakup penguasaan terhadap materi pemahaman tingkah laku dalam

teori-teori kepribadian, sampai pada keterampilan menyusun, menjalankan

instrumen, dan menginterpreatsikan tingkah laku berdasarkan data yang diperoleh

dari instrumen yang dijalankan.

Teknik pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyeimbangkan antara

teori dengan praktek pengalaman langsung (yaitu menyusun, menjalankan

instrumen, dan menginterpretasikan tingkah laku), dan pemberian feedback

(umpan balik) dalam pembelajaran, yang telah memperlihatkan kontribusinya

terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami

tingkah laku, maka berarti dapat dipertanggung jawabkan bahwa pembelajaran

mata kuliah Teori Kepribadian, khususnya untuk materi pemahaman tingkah laku

yang mengimplementasikan teknik pembelajaran pengalaman langsung dan

pemberian feedback akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa

dalam memahami tingkah laku.

Terjadinya peningkatan tersebut dapat dijelaskan melalui hasil observasi

terhadap pembelajaran yang diselenggarakan oleh dosen bahwa pada rata-ratanya

dosen termasuk baik dalam memberikan materi pembelajaran yang lengkap,

memberi contoh dan ilustrasi, memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk

bertanya dan memberi gagasan serta dosen memberi jawaban atau menjelaskan

pertanyaan dan gagasan para mahasiswa. Dosen memberi kesempatan belajar

secara individual dan kelompok di dalam kelas, memberi kesempatan pada

mahasiswa untuk mempresentasikan hasil belajarnya, dan dosen memberi feedback

pada mahasiswa selama proses pembelajaran. Perilaku dosen demikian

memperkuat motivasi belajar mahasiswa, mahasiswa menjadi belajar lebih

sungguh-sungguh, dan menimbulkan perasaan tertarik dan perasaan senang

mahasiswa dalam mempelajari teori-teori kepribadian untuk memahami tingkah

iv

laku siswa. Mahasiswa juga menjadi lebih siap (ready) untuk mengikuti

perkuliahan berikutnya, oleh karena dosen menginformasikan kepada mahasiswa

tentang kegiatan yang akan dilakukan pada perkuliahan berikutnya.

Terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

memahami tingkah laku, menunjukkan bahwa konsep atau teori tentang

pengalaman belajar yang dikemukakan oleh Edgar Dale (Sanjaya, 2008; Winarji,

2009; Menanti, 2009) berlaku dalam temuan penelitian ini. Artinya bahwa semakin

lebih konkrit seseorang memperoleh pengetahuan melalui “pengalaman langsung”,

maka semakin mempermudah perolehan hasil belajar. Dalam penelitian ini, belajar

dengan pengalaman langsung dilaksanakan melalui latihan praktek menyusun

instrumen, menjalankan instrumen, dan menginterpretasikan tingkah laku.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami

tingkah laku, juga merupakan hasil dari feedback yang diberikan oleh dosen

terhadap mahasiswa selama pembelajaran. Produk feedback tersebut antara lain

adalah berkembangnya perasaan tertarik, berkembangnya motivasi, dan munculnya

perasaan senang, sehingga mahasiswa lebih bersungguh-sungguh dalam belajar,

yang berdampak pada hasil belajar dan meningkatnya self efficacy mahasiswa

dalam memahami tingkah laku, khususnya terbatas pada ruang lingkup tingkah

laku siswa di sekolah yang diungkap melalui inventory, kuesioner, observasi,

wawancara yang tidak bersifat klinis mendalam.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan penguasaan mahasiswa dalam materi pemahaman tingkah laku,

keterampilan mahasiswa dalam menyusun instrumen pemahaman tingkah laku,

keterampilan menjalankan instrumen dan dalam menginterpretasikan tingkah laku.

Peningkatan pada materi pengetahuan dan keterampilan pemahaman tingkah laku

tersebut berdampak pada meningkatnya self efficacy mahasiswa dalam memahami

tingkah laku siswa di sekolah.

iv

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam memahami tingkah laku

siswa tersebut, didukung oleh pembelajaran yang mengimplementasikan

“Pengalaman langsung” dam “Pemberian feedback kepada mahasiswa selama

proses pembelajaran.

2. Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lanjut yang mengungkap lebih dalam

mengenai keterkaitan antara hasil belajar dengan variabel psikologis selain self

efficacy seperti self concept. Disarankan agar dipertimbangkan adanya

penambahan bobot sks mata kuliah Teori Kepribadian menjadi 4 sks, mengingat

bahwa melalui mata kuliah Teori Kepribadian mahasiswa akan memperoleh

keterampilan dasar dalam menjalankan perannya kelak sebagai helper bagi siswa di

sekolah.

iv

KATA PENGANTAR

Untuk yang pertama penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan

YMK atas segala rahmat yang diberikan oleh Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini didanai oleh Program Hibah Kompetisi

Berbasis Institusi (PHKI) BATCH IV Universitas negeri Medan Tahun 2011.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, dengan judul

penelitian ”Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Memahami Tingkah

Laku Berbasis Teori Kepribadian melalui Implementasi ”Pembelajaran

Pengalaman Langsung” dan ”Pemberian Umpan Balik” yang Berdampak pada Self

Efficacy”. Penelitian dilakukan di FIP UNIMED (Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan), pada mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling

Tahun Angkapan 2010/2011 sebanyak 3 kelas.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak sebagai berikut: Pihak PHKI yang telah mendanai penelitian ini, Dekan FIP

UNIMED dan Ketua Jurusan/Prodi BK yang telah memberi kesempatan dilakukan

penelitian, mahasiswa Prodi BK FIP UNIMED yang telah bersungguh-sungguh

mengikuti kegiatan penelitian, tim peneliti yang telah menunjukkan kerja tim yang

baik, dan ucapan terima kasih penulis kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat

disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini.

Tim peneliti menyadari bahwa penelitian ini mengandung kelemahan,

disebabkan keterbatasan tim peneliti terutama dalam mengalokasikan waktu, yang

selalu terpakai untuk melaksanakan kewajiban lainnya di samping kewajiban

menyelesaikan penelitian ini. Untuk itu, tim peneliti menerima masukan yang

membangun, sehingga laporan hasil penelitian ini semakin sempurna. Diharapkan

hasil penelitian ini ditindak lanjuti dengan penelitian-penelitian lain yang relevan,

yang lebih mendalam, dan juga yang berdampak pada manfaat hasil penelitian

yang lebih luas.

iv

Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi tenaga pendidik

khususnya pengampu pada mata kuliah Teori Kepribadian (sebagai wadah

pembelajaran yang diteliti), dan bermanfaat bagi mahasiswa Prodi BK maupun

mahasiswa Prodi lainnya. Akhirnya, semoga Tuhan yang Maha Pengasih

melimpahi semua pihak yang membantu tim peneliti dengan kasih sayang. Amin.

Medan, 15 Desember 2011

a.n. Tim Peneliti,

Ketua,

Dr. Asih Menanti, MS., S.Psi.

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN

RINGKASAN

KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------- i

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------- iii

DAFTAR TABEL -------------------------------------------------------------- v

DAFTAR GAMBAR ---------------------------------------------------------- vi

DAFTAR LAMPIRAN -------------------------------------------------------- vii

BAB I . PENDAHULUAN ----------------------------------------------------- 1

1. Latar Belakang ----------------------------------------------------------- 1

2. Perumusan Masalah ------------------------------------------------------- 7

3. Tujuan Penelitian ---------------------------------------------------------- 9

4. Manfaat Penelitian -------------------------------------------------------- 10

BAB II. KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORITIK 12

1. Konsep Pengembangan -------------------------------------------------- 12

2. Tinjauan Teoritik --------------------------------------------------------- 13

2.1. Kompetensi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur

Pendidikan Formal (yang akan Diemban Mahasiswa Prodi BK) 13

2.2. Memahami Tingkah Laku Manusia dari Perspektif Psikologi

Kepribadian dan Batasan Keterampilan Pemahaman Tingkah

Laku pada Profesi Konselor sekolah -------------------------------- 15

2.3. Pembelajaran untuk Terampil Memahami Tingkah Laku melalui

Pembelajaran Pengalaman Langsung ------------------------------- 18

2.4. Pembelajaran untuk Terampil Memahami Tingkah Laku melalui

iv

Pemberian Umpan Balik (Feedback) -------------------------------- 21

2.5. Dampak Pembelajaran dengan Pengalaman Langsung dan

Pemberian Umpan Balik terhadap Self-Efficacy Mahasiswa ---- 23

BAB III. MEKANISME RANCANGAN ----------------------------------- 27

BAB IV HASIL DAN IMPLEMENTASI ---------------------------------- 40

1. Hasil --------------------------------------------------------------------- 40

2. Pembahasan ------------------------------------------------------------- 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN -------------------------------------- 52

1. Kesimpulan --------------------------------------------------------------- 52

2. Saran ----------------------------------------------------------------------- 52

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------ 53

LAMPIRAN-LAMPIRAN ----------------------------------------------------- 56

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Nilai Rata-Rata Mahasiswa pada Mata Kuliah Teori

Kepribadian ------------------------------------------------------------- 4

2: Penilaian Mahasiswa Peserta Mata Kuliah tentang Pembelajaran

Mata Kuliah Teori Kepribadian ------------------------------------- 6

3: Pembelajaran Mata Kuliah Teori Kepribadian --------------------- 8

4: Tahapan, Kegiatan, dan Keluaran pada Setiap Siklus Penelitian 36

5: Rata-Rata Penguasaan Mahasiswa pada Materi Pemahaman

Tingkah laku pada Mata Kuliah Teori Kepribadian -------------- 42

6: Rata-Rata Penguasaan Mahasiswa pada Materi Pemahaman

Tingkah laku pada Mata Kuliah Teori Kepribadian (Lanjutan

Tabel 5) ---------------------------------------------------------------- 42

7: Rata-Rata Keterampilan Mahasiswa dalam Menyusun Instrumen

Pemahaman Tingkah laku pada Mata Kuliah teori Kepribadian 43

8: Rata-Rata Keterampilan Mahasiswa dalam Menyusun Instrumen

Pemahaman Tingkah laku pada Mata Kuliah teori Kepribadian

(Lanjutan tabel 7) ------------------------------------------------------ 44

9: Rata-Rata Keterampilan Mahasiswa dalam Menjalankan

Instrumen Pemahaman Tingkah Laku dan Menginterpretasikan

Tingkah laku dalam Mata Kuliah Teori Kepribadian ------------ 45

10: Rata-Rata Keterampilan Mahasiswa dalam Menjalankan

Instrumen Pemahaman Tingkah Laku dan Menginterpretasikan

Tingkah laku dalam Mata Kuliah Teori Kepribadian (Lanjutan

Tabel 9) ----------------------------------------------------------------- 45

11: Rata-Rata Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Pemahaman Tingkah Laku pada Mata Kuliah Teori

iv

Kepribadian ------------------------------------------------------------ 46

12: Feedback yang Dilakukan oleh Dosen dalam Pembelajaran ---- 48

13: Self Efficacy Mahasiswa dalam Memahami Tingkah Laku ------ 49

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Bagan Struktur Kompetensi Konselor --------------------------- 14

2 : Kedudukan Pelayanan BK di Lembga Formal sekolah ------- 15

3 : Tahapan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembeljaran Teori-

Teori Kepribadian -------------------------------------------------- 35

iv

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

LAMPIRAN 1: - KONTRAK KULIAH ------------------------------- 57

- GBPP (DESKRIPSI MATA KULIAH ------------ 60

- DESKRIPSI MATA KULIAH --------------------- 60

- TUJUAN MATA KULIAH ------------------------- 61

- STANDAR KOMPETENSI ------------------------ 61

- KOMPETENSI DASAR ---------------------------- 61

- RUJUKAN --------------------------------------------- 62

- SISTEM PENILAIAN ------------------------------- 63

- RANCANGAN BELAJAR -------------------------- 65

- SILABUS ----------------------------------------------- 74

- SAP ------------------------------------------------------ 81

2: SOAL EVALUASI TENTANG PEMAHAMAN 84

TINGKAH LAKU PADA MATA KULIAH

TEORI KEPRIBADIAN (PRETES/EVALUASI

AWAL)

3: SOAL EVALUASI HASIL BELAJAR SIKLUS 1 92

TENTANG PEMAHAMAN TINGKAH LAKU

PADA MATA KULIAH TEORI KEPRIBADIAN

4: SOAL EVALUASI HASIL BELAJAR SIKLUS 2 96

TENTANG PEMAHAMAN TINGKAH LAKU

PADA MATA KULIAH TEORI KEPRIBADIAN

5: KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI HASIL 100

BELAJAR TENTANG PEMAHAMAN TINGKAH

LAKU PADA MATA KULIAH TEORI

KEPRIBADIAN

iv

6: KUESIONER SELF EFFICACY MAHASISWA 101

DALAM MEMAHAMI TINGKAH LAKU SISWA

(KUESIONER SEBELUM PEMBELAJARAN)

7: KUESIONER SELF EFFICACY MAHASISWA 106

DALAM MEMAHAMI TINGKAH LAKU SISWA

(KUESIONER SETELAH PEMBELAJARAN)

8: KISI-KISI KUESIONER SELF EFFICACY 111

MAHASISWA DALAM MEMAHAMI TINGKAH

LAKU SISWA

9: PEDOMAN OBSERVASI PADA PELAKSANAAN 112

PEMBELAJARAN PADA MASING-MASING

TEORI KEPRIBADIAN

10: PEDOMAN PEMBERIAN UMPAN BALIK OLEH 118

DOSEN TERHADAP MAHASISWA PADA

MASING-MASING TEORI KEPRIBADIAN

11: LEMBAR LATIHAN MENYUSUN INSTRUMEN 124

PEMAHAMAN TINGKAH LAKU SISWA

BERBASIS TEORI KEPRIBADIAN

12: LEMBAR LATIHAN PRAKTEK MENJALANKAN 131

DAN MENGINTERPRETASIKAN TINGKAH

LAKU SISWA BERBASIS TEORI KEPRIBADIAN

13: CURRICULUM VITAE -------------------------------------- 140

14: RINCIAN (DESKRIPSI) TUGAS TIM PENGUSUL 146

15: SURAT TUGAS ------------------------------------------------ 148

16: DOKUMENTASI PELAKSANAAN KEGIATAN ----- 150

17: PRODUK: MODUL PEMBELAJARAN TEORI

KEPRIBADIAN ----------------------------------------------- 156

18: RINCIAN PENGGUNAAN BIAYA DAN BUKTI

FISIK (TERLAMPIR TERSENDIRI)

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap manusia sesungguhnya memerlukan kemampuan untuk memahami

tingkah laku, sebab setiap manusia berinteraksi dengan manusia lainnya, dan di

dalam interaksi tersebut terjadi proses saling memahami. Tuntutan untuk memiliki

kemampuan memahami tingkah laku orang lain berbeda-beda sesuai dengan peran

dan profesi seseorang. Mahasiswa, terlebih lagi mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan pada program studi (prodi) Bimbingan dan Konseling (BK), dituntut

memiliki kemampuan memahami tingkah laku orang lain di dalam profesinya

sebagai konselor sekolah (guru BK). Konselor sekolah bertugas memberi bantuan

terutama pada siswa dalam bentuk bimbingan dan konseling. Dengan keterampilan

memahami tingkah laku, konselor sekolah dapat berkomunikasi dan memberi

bimbingan, memberi konseling dengan baik, yakni dengan tepat sesuai kebutuhan

dan kondisi siswa (client).

Kompetensi pemahaman tingkah laku pada mahasiswa prodi BK diberikan

melalui seperangkat Mata Kuliah Keahlian (MKK) atau Mata Kuliah Keahlian

Berkarya (MKKB) (Kurikulum S1 Berdasarkan Kompetensi Sistem Blok Prodi

BK, 2009; Daftar Mata Kuliah Kurikulum Inti Prodi BK Berdasarkan Kompetensi,

Sub Kompetensi, dan SKKI, 2009) yang saling berkait antara satu mata kuliah

dengan mata kuliah lainnya. Dari seperangkat MKK/MKKB tersebut, mata kuliah

yang sangat mendasar yang menentukan validitas pemahaman tingkah laku

manusia, diperoleh melalui pengajaran mata kuliah Teori Kepribadian.

“Teori Kepribadian” sebagai mata kuliah yang mendasar dalam kategori

MKKB pada prodi BK sebagaimana disebutkan di atas, dan kedudukan mata kuliah

terkait erat, yaitu “Pemahaman Tingkah Laku dan Asesmen” sebagai salah satu

mata kuliah pokok yang wajib diikuti pada pendidikan lanjut S1 prodi BK, yaitu

iv

Pendidikan Profesi Guru BK atau Konselor (Dirjen Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan Nasional, tanpa tahun), maka mata kuliah Teori

Kepribadian pada prodi BK wajib dikuasai oleh mahasiswa dan seyogianya dapat

mencapai penguasaan sangat baik (kualitas nilai A), dan minimal meguasai dengan

baik (kualitas nilai B). Dalam perkataan lain, standarisasi mutu lulus mata kuliah

Teori Kepribadian harus tinggi. Pendidikan Profesi Guru BK atau Konselor yang

telah disebutkan di atas merupakan program pendidikan yang baru dijalankan oleh

beberapa Lembaga Pendidikan di Indonesia yang memenuhi persyaratan dan akan

dijalankan di FIP UNIMED pada tahun ajaran 2011/2012 ini. Pendidikan Profesi

Guru BK atau Konselor tersebut merupakan upaya peningkatan mutu konselor

sekolah.

Berdasarkan kurikulum S1 Prodi BK dengan Sistem Blok, mata kuliah

Teori Kepribadian ini diberikan pada semester I (satu), dengan bobot perkuliahan 3

sks. Pada semester I, mahasiswa masih mengalami proses adaptasi diri terhadap

sistem perkuliahan kredit semester di perguruan tinggi yang sangat berbeda dari

sistem perkuliahan di tingkat Sekolah Lanjutan Atas. Di samping itu, mahasiswa

juga masih belajar menyesuaikan diri secara sosial-psikologis dalam pergaulan

warga dan suasana kampus. Pada masa penyesuaian diri tersebut diharapkan

mahasiswa dapat menjalaninya dengan baik, sehingga mereka dapat mengikuti dan

menguasai perkuliahan dengan lancar. Untuk itu dilakukan usaha-usaha, antara lain

dengan mendistribusikan mata kuliah sedemikian rupa, sehingga mahasiswa mulai

belajar dari mata kuliah yang lebih sederhana menuju mata kuliah yang lebih

kompleks, namun hal ini tidak dapat dipenuhi sepenuhnya, sebab padatnya jumlah

dan bobot mata kuliah. Sebagai contoh, seharusnya mata kuliah teori Kepribadian

diberikan minimal pada semester tiga.

Mata kuliah Teori Kepribadian merupakan mata kuliah yang membekali

mahasiswa prodi BK untuk memahami kepribadian individu (client/siswa), dan

membekali mahasiswa agar terampil menerapkan pemahamannya tersebut pada

saat berinteraksi dan memberi layanan konseling. Untuk memperoleh dua

kompetensi tersebut, yaitu memahami dan mampu mempraktekkan pemahaman

tentang tingkah laku kepada siswa, maka mahasiswa prodi BK harus memperoleh

iv

seperangkat pembelajaran Teori Kepribadian yang mendalam, yang meliputi

pembekalan kompetensi teori, latihan menyusun instrumen kepribadian berbasis

teori kepribadian yang diajarkan, dan mempraktekkan langsung instrumen yang

telah disusun pada siswa. Dalam kata lain, pembelajaran Teori Kepribadian

memerlukan pembelajaran dengan ”pengalaman langsung” dalam bentuk praktek

pada manusia. Pembelajaran dengan pengalaman langsung ini membuat mahasiswa

lebih tertarik dan lebih meningkat motivasi belajarnya, yang pada akhirnya

berdampak pada peningkatan hasil belajar khususnya dalam memahami tingkah

laku siswa. Produk (hasil-hasil) belajar mahasiswa yang ditempuh dengan latihan

dan praktek pengalaman langsung tersebut harus diberi umpan balik (feedback),

sehingga mahasiswa mengetahui kesalahan dan kebenaran hasil belajarnya.

Mahasiswa juga mengetahui bagaimana memperbaiki kesalahan hasil belajarnya,

sehingga pekerjaannya menjadi benar. Pengalaman belajar demikian menghasilkan

kepercayaan diri mahasiswa dan meningkatkan mutu lulusan sebagaimana

diharapkan oleh prodi BK dalam tulisan Evaluasi Diri 2009. Dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran mata kuliah Teori Kepribadian memerlukan latihan, praktek

pengalaman langsung menghadapi manusia, dan membutuhkan umpan balik atas

hasil-hasil belajar yang dicapai mahasiswa, sehingga di dalam diri mahasiswa

tumbuh kepercayaan diri kompeten (cukup terampil) memahami tingkah laku

siswa.

Untuk gambaran menyeluruh, mata kuliah Teori Kepribadian pada garis

besarnya berisi materi tentang: 1) Pengertian dan pemaknaan kepribadian, 2)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, 3. Kepribadian

sehat (mental health), 3) Teori-teori kepribadian, yang antara lain meliputi teori

kepribadian dari: (1). Eduard Spranger, (2). Sigmud Freud, (3). Carl Gustave Jung,

(4). Alfred Adler, (5) Abraham H. Maslow, (6) Carl Rogers, (7) Alfred Adler, (8).

Erik Erikson, (9) Gordon Allport, (10) Piaget. Materi dari masing-masing teori

kepribadian ini luas dan mendalam, namun materi yang disajikan kepada

mahasiswa prodi BK tingkat S1 disesuaikan dengan kebutuhan tugasnya di sekolah

sebagai konselor sekolah, bukan sebagai psikolog. Konselor sekolah memerlukan

keterampilan menafsirkan tingkah laku pada gejala tingkah laku normal dan tidak

iv

kompleks yang membutuhkan bantuan bimbingan maupun konseling. Sementara

psikolog (klinis) bekerja sebagai ahli jiwa pada individu yang juga masih normal,

namun mempunyai masalah yang kompleks yang tidak menangani intervensi

medis. Kekhususan keahlian psikologi ini disebut dengan psikologi klinis.

Kekhususan psikologi lain adalah psikologi pendidikan, psikologi perkembangan,

psikologi industri dan organisasi, psikologi sosial, psikologi eksperimen.

Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas pada beberapa semester dan

tahun ajaran sebelumnya, penulis menemukan permasalahan bahwa mahasiswa

harus belajar ekstra keras untuk dapat menguasai teori mata kuliah Teori

Kepribadian, sebab materi Teori Kepribadian termasuk rumit, kompleks, abstrak.

Dikatakan rumit, oleh karena bukan hanya mempelajari tentang psikologi,

melainkan psikologi dalam kekhususan pada kepribadian manusia. Kompleks dan

abstrak dapat dijelaskan bahwa Psikologi mempelajari jiwa, jiwa itu tidak dapat

diamati secara langsung sebagai suatu objek, melainkan hanya melalui ekspresi

atau gejalanya. Jiwa masing-masing manusia yang dipelajari tidak ada yang sama,

melainkan uniq. Keunikan jiwa manusia tersebut yang dipelajari dalam mata kuliah

Teori Kepribadian. Berkenaan dengan Teori Kepribadian yang kompleks tersebut,

Boeree (2008) berpendapat sama, ia mengatakan bahwa Teori-Teori Kepribadian

sebagai persoalan yang sulit dan kompleks.

Mata kuliah Teori Kepribadian yang cukup rumit dan kompleks dipelajari,

namun seringkali mahasiswa tertarik mempelajarinya, dan jika dianalisis dari

pencapaian nilai, berdasarkan perhitungan data di Daftar Penilaian Akhir (DPNA),

diketahui nilai rata-rata sebagai berikut:

Tabel 1

Nilai Rata-Rata Mahasiswa pada Mata Kuliah Teori Kepribadian

Angkatan Kelas

Kelas Reg-A

Kelas Reg-B

Kelas Reg-C

Kelas Reg-D

Kelas Reg-E

Rata-Rata

2010 3,35 3,10 3,21 3,44 3,8 3,38

2009 2,97 3,10 3,05 - - 3,04

Rata-Rata 3,21

iv

Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai rata-rata mahasiswa angkatan 2010

dan angkatan 2009, dan rata-rata kedua angkatan tersebut termasuk tinggi

(kompeten), yaitu mencapai 3,38, 3,04, 3,21. Dengan nilai rata-rata yang tinggi

tersebut, seyogianya mahasiswa mampu memahami tingkah laku siswa

sebagaimana hal ini adalah tujuan dari mata kuliah teori Kepribadian; dan

mahasiswa mempunyai self-efficacy (keyakinan diri mampu) memahami tingkah

laku dalam rangka memberi bimbingan dan konseling kepada siswa, misalnya

merasa relatif mampu memahami tingkah laku siswa pada saat menjalani program

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dini di sekolah selama 2,5 bulan, pada semester

berjalan. Berkenaan dengan keyakinan diri tersebut, dari hasil wawancara penulis

terhadap beberapa mahasiswa yang telah mengikuti pembelajaran mata kuliah

Teori Kepribadian menunjukkan bahwa mahasiswa masih ragu/rendah keyakinan

dirinya sebagai orang yang mampu memahami tingkah laku siswa dengan berbasis

teori-teori kepribadian yang telah dipelajari. Dengan demikian terdapat

kesenjangan antara nilai yang tinggi pada satu sisi dengan kemampuan dan self

efficacy pada sisi lain.

Kesenjangan bahwa seharusnya mahasiswa meyakini dan kompeten

memahami/menginterpretasikan tingkah laku siswa, namun hal ini belum tercapai,

dapat ditelusuri dari proses pembelajaran mata kuliah selama ini. Pembelajaran

Teori Kepribadian selama ini dominan diberikan bersifat teori, hal ini disebabkan

oleh luasnya (banyaknya) cakupan materi pembelajaran teoritis yang harus

disajikan kepada mahasiswa dalam bentuk perkuliahan tatap muka. Akibatnya,

bobot perkuliahan praktek, sangat sedikit dilakukan. Kondisi ini memerlukan

penyempurnaan cakupan materi perkuliahan, strategi dan metode pembelajaran

yang sesuai. Dalam penelitian ini dipandang tepat melakukan pembelajaran dengan

inovasi: “memberi pengalaman belajar praktek langsung” dan “memberi umpan

balik” atas kinerja belajar, sehingga mahasiswa terampil dan percaya diri mampu

memahami tingkah laku siswa. Mata kuliah Teori Kepribadian ini berbeda dari

mata kuliah Pemahaman Tingkah Laku, namun erat kaitannya. Seharusnya kedua

mata kuliah tersebut pada jenjang S1 dipadukan menjadi satu mata kuliah atau

iv

pemisahan dengan bobot sks ditambah. Mengenai hal ini dibicarakan pada

“rencana workshop revisi kurikulum”.

Keberhasilan perbaikan sistem perkuliahan di atas dipandang mempunyai

fundamen kuat, oleh karena mahasiswa selalu tertarik mempelajari kepribadian

manusia dan dukungan tersedianya pilihan kepustakaan untuk dipelajari.

Penyebaran angket pada mahasiswa kelas Angkatan 2009 dan 2010 mengenai data:

a. Ketertarikan, dan kesulitan mahasiswa mengikuti perkuliahan Teori Kepribadian,

b Kebutuhan mahasiswa untuk latihan penyusunan intrumen pemahaman tingkah

laku, dan c. Mempraktekkannya pada siswa (yang dalam hal ini diwakili oleh

sesama mahasiswa peserta mata kuliah Teori Kepribadian), dan d. Keyakinan

mahasiswa mampu memahami tingkah laku, diperoleh data sebagai mana pada

tabel 2 berikut:

Tabel 2

Penilaian Mahasiswa Peserta Mata Kuliah

tentang Pembelajaran Mata Kuliah Teori Kepribadian

Kategori Ketertarikan pada Mata

Kuliah(%)

Memandang Materi

Perkuliahan sebagai Mata

Kuliah yang Sulit (Rumit,

Kompleks)(%)

Kebutuhan terhadap Latihan Penyusunan

Instrumen dan Praktek Pemahaman Tingkah

Laku Siswa(%)

Self Efficacy (Keyakinan Diri)

Mampu Memahami Tingkah Laku

Siswa (%)

Tinggi 92 78 97 40

Sedang 8 20 3 52

Rendah 0 12 0 8

Total 100 100 100 100

Tabel 2 memperlihatkan bahwa bagian terbesar mahasiswa (92%) merasa

tertarik pada mata kuliah Teori Kepribadian, 8% tertarik, dan tidak ada mahasiswa

yang tidak tertarik. Mahasiswa yang memandang materi perkuliahan Teori

Kepribadian termasuk sulit sebesar 78%, cukup sulit 20%, dan tidak sulit 12%.

Mahasiswa yang membutuhkan dan memandang praktek penyusunan instrumen

dan praktek pengalaman langsung untuk memahami tingkah laku siswa adalah

iv

sangat penting mencapai 97%, penting 3%, dan tidak ada mahasiswa yang menilai

bahwa praktek penyusunan instrumen dan praktek memahami tingkah laku siswa

adalah tidak penting. Mahasiswa yang mempunyai self efficacy (keyakinan

diri/kepercayaan diri) mampu memahami tingkah laku siswa sebesar 40%, cukup

yakin diri sebesar 52%, dan tidak yakin diri (rendah) sebesar 8%.

Berdasarkan kondisi: a. Kedudukan mata kuliah Teori Kepribadian sebagai

mata kuliah yang mendasar (inti) di dalam MKK Program S1, dan Program Profesi

Konselor, b. Teori Kepribadian rumit, kompleks, dan abstrak dipelajari, c. Metode

dan ranah pembelajaran yang diterapkan selama ini dominan pada ranah kognitif,

d. Metode pembelajaran yang memusat pada dosen (metode ceramah-teoritis), dan

e. Capaian hasil belajar mahasiswa yang tidak diiringi dengan keyakinan diri

kompeten/mampu, maka disimpulkan bahwa perlu inovasi pembelajaran mata

kuliah Teori Kepribadian sehingga handal memenuhi kebutuhan penciptaan

profesionalisasi mahasiswa sebagai calon konselor sekolah, dan memenuhi tuntutan

mutu saing lulusan di masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Berangkat dari paparan bahwa mata kuliah Teori Kepribadian merupakan

mata kuliah yang mendasar (inti) dalam memahami/menginterpretasikan tingkah

laku, mata kuliah mengandung materi yang rumit, kompleks, dan abstrak, dan mata

kuliah yang memerlukan metode pembelajaran tertentu yang mampu menghasilkan

keterampilan memahami tingkah laku, maka diperlukan strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, dan kiat pembelajaran yang mampu mengatasi persoalan dan

menempatkan mata kuliah Teori Kepribadian berstandar mutu. Standar mutu yang

tinggi akan meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa dan menghasilkan mutu

lulusan yang mempunyai daya saing tinggi.

Untuk memperoleh daya saing tersebut, ditinjau dari faktor internal

mahasiswa, tidak ditemui kendala yang berarti. Sebaliknya mahasiswa mempunyai

kekuatan: (1) Tertarik mempelajari materi perkuliahan Teori Kepribadian, dan (2).

Mahasiswa mempunyai kebutuhan tinggi untuk melakukan latihan-latihan

menyusun instrumen dan praktek menginterpretasi/memahami tingkah laku.

iv

Persoalan bahwa pencapaian hasil belajar yang termasuk tinggi, namun tidak

diiringi dengan kepercayaan diri mahasiswa bahwa mereka telah relative terampil

menyusun instrumen pemahaman tingkah laku dan menginterpretasikannya,

merupakan dampak dari pembelajaran yang teoritis (rendah praktek pengalaman

langsung), strategi pembelajaran yang memusat pada aktivitas dosen, dan metode

pembelajaran konvensional (ceramah) yang memfokus pada ranah kognitif. Dosen

kurang sekali menyertakan latihan dan praktek yang mengembangkan unsur afektif

(keyakinan diri), dan motorik (keterampilan menjalankan instrumen yang disusun

sendiri). Faktor ini yang mendasar yang menyebabkan mahasiswa belum mencapai

standar harapan pada mata kuliah Teori Kepribadian.

Terdapat banyak metode pembelajaran yang dapat dilakukan oleh dosen

seperti metode ceramah, tanya jawab, observasi, pemberian latihan (exercise),

praktek, dan pemberian umpan balik (feedback). Dalam mencapai tujuan

pembelajaran Teori Kepribadian, dipandang bahwa pemberian latihan, praktek, dan

umpan balik selama proses belajar, merupakan metode pembelajaran yang tepat

untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menyusun instrumen, yaitu

bentuk inventori, observasi, dan wawancara pemahaman tingkah laku dan

mempraktekkan instrumen tersebut.

Perubahan pembelajaran mata kuliah Teori Kepribadian dari yang selama

ini dilakukan dan yang akan dilakukan di dalam Penelitian Tindakan Kelas ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Pembelajaran Mata Kuliah Teori Kepribadian

Deskripsi Pembelajaran Sebelumnya (Pola Lama)

Pembelajaran yang Direncanakan (Pola Baru)

Ranah Pembelajaran Dominan teori-konseptual

Keseimbangan antara teori, latihan, praktek pengalaman langsung.

Strategi pembelajaran Berpusat pada aktivitas dosen

Berpusat pada aktivitas mahasiswa

Metode pembelajaran Ceramah dan tanya jawab Ceramah dan tanya jawab, latihan dan praktek menjalankan

iv

instrumen (inventori, observasi, dan wawancara), pemberian umpan balik (feedback)

Latihan penyusunan instrumen pemahaman tingkah laku

Jarang sekali dilakukan Dilakukan

Praktek pelaksanaan dan pemahaman/interpretasi tingkah laku siswa

Tidak dilakukan Dilakukan

Kiat pembelajaran Perkuliahan diselenggarakan pada kadang-kadang pagi hari dan siang hari.

Perkuliahan diselenggarakan pada pagi hari

Dampak softskill self-efficacy

Kurang berdampak pada self-efficacy (keyakinan diri)

Berdampak pada peningkatan self-efficacy (keyakinan diri)

Selanjutnya dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah implementasi latihan dan praktek menyusun, menjalankan

instrumen pemahaman tingkah laku siswa, dan menginterpretasikan tingkah

laku dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa prodi BK dalam

memahami tingkah laku siswa?

2) Apakah implementasi latihan dan praktek menyusun, menjalankan

instrumen pemahaman tingkah laku siswa, dan menginterpretasikan tingkah

laku dapat meningkatkan self efficacy (keyakinan diri) mahasiswa bahwa

mereka mampu memahami tingkah laku siswa?

Penting dikemukakan bahwa instrumen dimaksud dalam penelitian ini

adalah dalam bentuk inventori, atau observasi, atau wawancara, yang disusun

sesuai dengan basis teori kepribadian yang sedang dipelajari (misalnya teori

Abraham H. Maslow) dan sesuai dengan kedalaman tujuan pendidikan profesi

konselor sekolah jenjang Strata satu (S1).

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa

prodi BK pada mata kuliah Teori Kepribadian sampai pada ranah kompetensi

iv

keterampilan dan meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa melalui implementasi

pembelajaran pengalaman langsung dan pemberian umpan balik. Secara detail,

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menyusun instrumen

pemahaman tingkah laku siswa yang berbasis pada teori kepribadian yang

dikemukakan oleh:

(1) Eduard Spranger

(2) Abraham H. Maslow

(3) Rogers

(4) Sigmund Freud

(5) Carl Gustave Jung

(6) Alfred Adler

2) Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mempraktekkan

(menjalankan) instrumen pemahaman tingkah laku yang telah disusun,

di kalangan mahasiswa pembelajar.

3) Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menginterpretasikan

data yang diperoleh dari praktek menjalankan instrumen di kalangan

mahasiswa pembelajar.

4) Untuk meningkatkan self efficacy mahasiswa mampu memahami tingkah

laku siswa.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pilihan oleh dosen dalam

melaksanakan perkuliahan Teori Kepribadian dengan mengimplementasikan

latihan dan praktek pemahaman tingkah laku siswa dengan berbasis pada teori-teori

kepribadian. Dengan metode pembelajaran yang tepat ini, maka diperoleh manfaat

sebagai berikut:

1) Manfaat pada mahasiswa:

(1) Mahasiswa tidak hanya menguasai teori kepribadian sebagai suatu

kompetensi kognitif, melainkan sampai pada ranah keterampilan, yaitu

iv

keterampilan menyusun instrumen pemahaman tingkah laku siswa dengan

berbasis teori kepribadian.

(2) Mahasiswa terampil mempraktekkan (menjalankan) instrumen yang telah

disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip psikologi.

(3) Mahasiswa terampil menginterpretasikan tingkah laku siswa dengan berbasis

teori kepribadian.

(4) Self efficacy (keyakinan diri) mahasiswa bahwa mereka mampu memahami

tingkah laku siswa, meningkat.

(5) Mahasiswa berada dalam situasi pembelajaran Teori Kepribadian yang

menarik dan menyenangkan, sehingga kondisi ini memberi kesempatan lebih

bagi mahasiswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

(6) Meningkatkan konsisten antara nilai hasil belajar yang diperoleh dalam mata

kuliah Teori Kepribadian dengan unjuk kerja mahasiswa.

(7) Mahasiswa memiliki modul belajar yang mempermudah mahasiswa

menguasai Teori Kepribadian.

(8) Meningkatkan daya saing kompetensi mahasiswa dalam dunia kerja,

sebagaimana hal ini dituntut oleh stakeholders, namun dikemukakan dalam

hasil evaluasi diri prodi BK, masih belum dapat dipenuhi sesuai harapan.

2) Manfaat pada dosen:

(1) Dosen memperoleh pengalaman, peningkatan keterampilan, dan mengetahui

bahwa pembelajaran Teori Kepribadian pada ranah keterampilan akan efektif

apabila dilakukan dengan mengimplementasikan metode latihan, praktek, dan

pemberian umpan balik pada kinerja belajar mahasiswa.

(2) Tersedia modul mata kuliah Teori Kepribadian yang dapat digunakan oleh

dosen dalam mempermudah pembelajaran Teori Kepribadian.

iv

BAB II

KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORITIK

1. Konsep Pengembangan

Upaya perbaikan metode mengajar dalam mata kuliah teori Kepribadian ini

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dipilih, karena dipandang

sebagai jenis penelitian yang paling tepat untuk memperbaiki pembelajaran di kelas

yang bermuara pada kebutuhan dan kepentingan mahasiswa. Di samping itu, jenis

PTK memberi dampak meningkatkan kualitas pembelajaran dan keterampilan

profesional pada dosen, menumbuhkan dari bawah atau ”generating” atau

”grounded” teori ilmu pengetahuan (Glazer dan Strauss, 1971) (Wiriaatmadja,

2005), penelitian, publikasi (Wiriaatmadja, 2005).

Pemaksimalan pengembangan yang diupayakan dalam mata kuliah Teori

Kepribadian merupakan perbaikan metode mengajar sehingga capaian

pembelajaran sampai pada ranah keterampilan memahami tingkah laku siswa, dan

berdampak pada peningkatan self efficacy mahasiswa. Perbaikan tersebut

mencakup perbaikan pada deskripsi mata kuliah, GBPP (Garis Besar Program

Pengajaran), silabus perkuliahan, SAP (Satuan Acara Pengajaran), kontrak kuliah,

dan soal evaluasi. Di samping itu, dihasilkan modul Teori Kepribadian yang belum

ada sebelumnya. Seluruh cakupan perbaikan tersebut mempertimbangkan hal

berikut:

1) Perbaikan metode mengajar akan menghasilkan capaian ranah keterampilan

dalam memahami tingkah laku siswa, dan pencapaian tersebut berdampak pada

tumbuhnya kepercayaan diri mahasiswa akan salah satu kompetensinya sebagai

calon konselor sekolah.

2) Penyusunan kembali (restrukturisasi) 1. deskripsi mata kuliah, 2. GBPP, 3.

silabus perkuliahan, 4. SAP, 5. kontrak kuliah, dan 6. soal evaluasi; menjadi

penjamin untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dan daya saing mutu

mahasiswa.

3) Terjadi peningkatan self efficacy mahasiswa

iv

4) Modul pengajaran memudahkan mahasiswa menguasai teori-teori dan

terampil memahami tingkah laku siswa .

5) Modul pengajaran mata kuliah Teori Kepribadian diharapkan menjadi cikal

yang akan berlanjut pada penerbitan buku ber-ISBN.

2. Tinjauan Teoritik

2.1. Kompetensi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur

Pendidikan Formal (yang akan Diemban Mahasiswa Prodi BK)

Kompetensi pelayanan konselor sekolah (BK) meliputi hal berikut:

1) Memahami kompleksitas interaksi individu-lingkungan dalam ragam konteks

sosial budaya, 2) Menguasai ragam intervensi psikologis baik antar maupun intra

pribadi dan lintas budaya, 3) Menguasai strategi dan teknik asesmen, 4) Mamahami

proses perkembangan manusia secara individual maupun secara sosial, 5)

Memegang kokoh regulasi profesi yang terinternalisasi ke dalam kekuatan etik

profesi yang mempribadi, dan 6) Memahami dan menguasai kaidah-kaidah dan

praktek pendidikan (Kartadinata, 2010). Secara skematik landasan pemikiran di

atas dituangkan ke dalam gambar 1.

iv

K1. KESADARAN ETIK DAN PENGEMBANGAN PRIBADI

K2. PEMAHAMAN PERKEMBANGAN INDIVIDU

K3. PENGUASAAN ASESMEN INDIVIDU DAN LINGKNGAN

K4. PENGUASAAN RAGAM STRATEGI INTERVENSI PSIKOLOGIS

K5. KEMAMPUAN PENGEMBANGAN

6. PEMAHAMAN KONTEKS BUDAYA, AGAMA, DAN KEBUTUHAN KHUSUS

(2) SIKAP (3) SKILLSAKOMODASI TINDAKAN

(1) PENGETAHUAN KESADARAN

KOMPETENSI UTAMA

MINIMAL

SETING LAYANANKODE ETIK PROFESILANDASAN DAN KOMPETENSI KEPENDIDIKAN

LANDASAN FILOSOFIS, RELIGIUS, KULTURAL

- PENDIDIKAN- PERKAWINAN- KARIR- REHABILITASI- KESEHATAN MENTAL- TRAUMATIK

Gambar 1

Bagan Struktur Kompetensi Konselor

Gambar 1 memperlihatkan bahwa rumpun kompetensi K1 sampai K6

adalah Kompetensi Utama Minimal yang harus dikuasai oleh Sarjana BK sebagai

konselor. Berkenaan dengan kompetensi puncak yang diharapkan dari mata kuliah

Teori Kepribadian adalah keterampilan memahami tingkah laku, tampak

keterampilan tersebut ada pada K2. K2 berkait erat dengan K3. Landasan

filosofis, religi, dan sosio-kultural Indonesia (lihat pada kotak bagian bawah bagan

1), menurut Murad (2005) dirumuskan berdasarkan pada kode etik Asosiasi

Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN), konsep budaya kolektivisme, teori-teori

dari para ahli tentang konselor profesional, kompetensi konselor, standar

konselor. Standar konselor dapat dipelajari lebih detail antara lain pada referensi:

1. The professional counselor: Competencies, performance guidelines and

assesment, diedit oleh Engels dan Dameron (1990: 2-151), 2. Developmental

counseling: Counselor competencies, oleh Donald H. Blocher (1974: 285-289), 3.

SKKI (Standar Kompetensi Konselor Indonesia) yang dihasilkan oleh ABKIN pada

tahun 2005 pada Konvensi X ABKIN di Semarang.

iv

Kompetensi konselor sekolah dari kompetensi K1 sampai K6 di atas

merupakan pelayanan BK di lembaga pendidikan formal sekolah, berkedudukan

sebagai salah satu dari tiga pelayanan yang diberikan, dapat dilihat pada bagan 2

berikut:

Gambar 2

Kedudukan Pelayanan BK di Lembaga Formal Sekolah

2.2. Memahami Tingkah Laku Manusia dari Perspektif Psikologi dan

Batasan Keterampilan Pemahaman Tingkah Laku pada Profesi

Konselor Sekolah

Tingkah laku manusia dapat dipahami dari beberapa disiplin ilmu seperti

ilmu Filsafat, Sosiologi, Antropologi, Psikologi. Dalam ilmu psikologi, tingkah

laku manusia dipahami dalam kerangka Psikologi Kepribadian. Psikologi

kepribadian mengemukakan terutama tentang teori-teori kepribadian, sehingga

istilah Psikologi Kepribadian sering dimaksudkan sama dengan Teori

Kepribadian. Suryabrata (1990) mengemukakan bahwa Psikologi Kepribadian

seringkali diberi nama lain, ada yang memberi nama Charakterologie atau

Karakterkunde, Typologie, The Psychology of Personality, The Psychology of

Character, Theory of Personality. Dalam bahasa Indonesia istilah yang banyak

iv

Layanan Manajemen

Layanan Bimbingan dan Konseling

Layanan Bidang Studi Tujuan Pendidikan Jangka Pendek dan

jangka Panjang

digunakan adalah Ilmu Watak atau Ilmu Perangai atau Karakterologi, Teori

Kepribadian, Psikologi Kepribadian. Psikologi kepribadian adalah salah satu

bidang kekhususan psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam

karakteristik individual yang khas, sebagai hasil dari integrasi pikiran,

perasaan/emosi, dan perilaku.

Pemahaman tingkah laku (pemahaman kepribadian) pada awalnya

dilakukan bersifat pra-ilmiah kemudian menjadi ilmiah (Suryabrata, 1986, 2002).

Usaha memahami kepribadian yang bersifat pra-ilmiah adalah chirologi, astrologi,

grafologi, phisiognomi, phrenologi, onychologi. Chirologi (ilmu gurat tangan)

berusaha memahami sifat-sifat khas melalui gurat (garis) tangan seseorang. Dasar

pemikiran chirologi adalah setiap orang mempunyai garis tangan yang berbeda,

yang menentukan kepribadiannya. Astrologi (ilmu perbintangan) mempelajari

sifat-sifat khas seseorang berdasarkan pengaruh kosmis pada saat seseorang

dilahirkan. Grafologi (ilmu tentang tulisan tangan) mendasarkan pemikiran bahwa

segala gerakan yang dilakukan oleh manusia merupakan ekspresi kehidupan

jiwanya. Gerakan menulis dan selanjutnya tulisan sebagai hasil gerakan menulis

merupakan ekspresi kehidupan jiwa. Dalam mempelajari tulisan tangan tersebut,

dicari sifat-sifat khas tulisan, kemudian ditarik kesimpulan mengenai kepribadian

penulisnya. Phisiognomi (ilmu tentang wajah) memahami kepribadian atas dasar

keadaan wajah. Dasar pemikirannya memandang bahwa ada hubungan antara

keadaan wajah dan kepribadian, karenanya wajah digunakan untuk

menginterpretasikan yang terkandung dalam jiwa. Misalnya dahi merupakan

petunjuk kecerdasan, hidung dan pipi petunjuk halus kasarnya perasaan, mata

mencerminkan seluruh kehidupan jiwa. Phrenologi (ilmu tentang tengkorak)

mempunyai dasar pikian bahwa tiap-tiap fungsi atau kecakapan mempunyai

pusatnya di otak. Jika suatu fungsi atau kecakapan keadaannya luar biasa, maka

pusatnya di otak juga luar biasa besarnya, lalu bentuk otak tengkorak terubah oleh

pusat yang membesar tersebut, sehingga ada tonjolan-tonjolannya. Dari ukuran

tonjolan-tonjolan tersebut ditarik kesimpulan tentang kecakapan atau sifat-sifat

orangnya. Onychologi (ilmu tentang kuku) memandang bahwa kuku di ujung jari

iv

mempunyai hubungan erat dengan susunan syaraf. Warna serta bentuk kuku

digunakan sebagai landasan memahami kepribadian seseorang.

Teori memahami tingkah laku/kepribadian yang lebih tinggi keilmiahannya

dibandingkan dengan pra-ilmiah ditandai oleh munculnya teori-teori tipologi, yaitu:

1) Tipologi berdasarkan konstitusi fisik yang disebut tipologi Hypocrates-Galenus

yang menggolongkan tipe manusia berdasarkan cairan darah (sanguin), lendir

(flegma), empedu kuning (choleri), dan empedu hitam (melanchole). Misalnya

orang yang termasuk tipe melancholis mempunyai ciri-ciri muram, pesimis,

penakut. Tipologi lain adalah tipologi Kretschmer, tipologi Sigaud, Tipologi

Sheldon (dalam proposal ini tidak dijelaskan). Lebih maju lagi adalah 2) Tipologi

berdasarkan kebudayaan yang dikemukakan oleh Eduard Spranger. Teori tipologi

yang dikemukakan oleh Spranger memandang bahwa manusia mempunyai jiwa

subjektif (jiwa masing-masing orang) dan jiwa objektif (nilai-nilai budaya yang

sangat mempengaruhi jiwa subjektif). Spranger membedakan tipe manusia atas 6

nilai budaya, yaitu manusia tipe ekonomi, politik, sosial, pengetahuan, seni, dan

tipe agama. Sebagai contoh, manusia tipe ekonomi memiliki sifat suka bekerja,

bahagia memiliki kekayaan.

Teori-teori memahami tingkah laku (kepribadian) saat ini telah jauh

berkembang, sehingga terdapat alat-alat pengukuran kepribadian baru, yang

berkait dari teori-teori sebelumnya. Teknik pengukuran (assesment) untuk

mengeksplorasi kepribadian lebih dalam dilakukan secara proyektif dan objektif

(Atkinson, 1998) (Farozin dan Fathiyah, 2003). Tes proyektif adalah teknik

pengukuran dengan cara menggali imajinasi individual melalui stimuluas yang

tidak jelas dan bermakna ganda. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa orang

mengungkapkan tentang dirinya sendiri melalui pembentukan imajinatif.

Terhadap stimulus yang tidak jelas dan bermakna ganda, tiap-tiap individu

memberi respon terhadap stimulus tersebut secara berbeda-beda sesuai dengan

proyeksi kepribadiannya. Contoh teknik proyektif adalah tes Rorschach, tes

melengkapi gambar (the drawing completion test), Thematic Apperception Test

(TAT). Menurut Samuel (1981) (Farozin dan Fathiyah, 2003) test obyektif

merupakan salah satu teknik pengukuran kepribadian dengan menggunakan

iv

pertanyaan-pertanyaan yang testruktur dan dapat diskor secara objektif. Contohnya

inventory kepribadian (kuesioner). Untuk profesi konselor sekolah, yakni alumsi

prodi BK, pemahaman tingkah laku dilakukan melalui inventory. Demikian pula

yang dimaksudkan di dalam penelitian ini.

2.3. Pembelajaran untuk Terampil Memahami Tingkah Laku melalui

Pengalaman Langsung

Terampil memahami tingkah laku merupakan keterampilan puncak yang

dikehendaki dalam mempelajari teori-teori kepribadian. Mata kuliah Teori

Kepribadian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui teori kepribadian

(dengan perkataan lain tidak hanya bersifat teori), melainkan seharusnya sampai

pada “pengalaman belajar langsung”, yakni mengamati perilaku dan

menginterpretasikan kepribadian manusia itu sendiri dengan berbasis pada teori-

teori kepribadian yang telah dipelajari dan berpegang pada instrumen pemahaman

tingkah laku, hasil dari latihan yang disusun oleh mahasiswa di bawah bimbingan

dosen..

Untuk memperoleh keterampilan tersebut, perlu pendekatan, strategi,

metode, dan teknik pembelajaran yang tepat. Pendekatan (approach) adalah sudut

pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998) (Sanjaya, 2008)

mencatat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat

pada guru (teacher-centered approach) dan pendekatan yang berpusat pasa siswa

(student-centered approach). Pendekatan yang dipilih meng-alur pada strategi

pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang

serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu; di

dalam strategi pembelajaran tersebut termasuk metode dan sumber pembelajaran

(Sanjaya, 2008). Metode adalah cara yang ditempuh agar tujuan pendidikan dapat

tercapai, misalnya pendidikan/pembelajaran yang bertujuan hendak membentuk

keterampilan, maka digunakan pembelajaran melalui pengalaman/perbuatan

langsung atau melakukan praktek langsung. Contoh pada mata kuliah Teori

Kepribadian: Mata kuliah Teori Kepribadian bertujuan agar mahasiswa dapat

menguasai teori-teori kepribadian dan selanjutnya terampil memahami tingkah

iv

laku. Tingkah laku yang dipahami terutama adalah tingkahlaku siswa, oleh karena

tugas utama konselor sekolah adalah memberi bimbingan dan konseling pada

siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembelajaran pada awalnya

membekali mahasiswa dengan pengetahuan teori-teori kepribadian dan latihan

menyusun instrumen, menjalankannya, kemudian menginterpretasikan data yang

diperoleh melalui instrumen tersebut.

Berdasarkan contoh di atas, tampak bahwa belajar “pengalaman langsung”

merupakan pengalaman belajar yang diperoleh melalui proses perbuatan atau

mengalami sendiri hal yang dipelajari. Dalam Teori Kepribadian di atas,

pengalaman langsung pembelajaran dilakukan dengan “bukan hanya mempelajari

Teori Kepribadian” secara teoritis, melainkan melakukan hal berikut: 1.

“Melakukan latihan menyusun instrumen pemahaman tingkah laku dengan berbasis

teori kepribadian, 2. Melakukan praktek terhadap seseorang (individu), yakni

menjalankan instrumen yang telah disusun untuk memperoleh data tingkah laku

individu, dan 3. Menginterpretasikan data yang telah diperoleh dari instrumen

sebatas kedalaman materi untuk profesi konselor sekolah, tidak sampai pada

kedalaman yang dimiliki oleh seorang psikolog.

Pengalaman belajar langsung dipahami dari konsep yang dikemukakan oleh

Edgar Dale. Edgar Dale (Sanjaya, 2008, Winarji, 2009, Menanti, 2009)

mengklasifikasikan tingkat pengalaman belajar mulai dari yang paling konkrit

sampai dengan yang paling abstrak, dikenal dengan sebutan kerucut pengalaman

(cone of experience). Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale

menggambarkan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh dapat melalui

pengalaman langsung tentang hal yang dipelajari dan dapat melalui proses

pengamatan, ataupun melalui pendengaran dengan menggunakan media tertentu.

Kerucut pengalaman Edgar Dale (1969) yang mengemukakan tentang tingkatan

pengalaman belajar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Verbal symbol: Diperoleh melalui penuturan dengan kata-kata.

2) Visual symbol: Diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat seperti

grafik, bagan atau diagram.

3) Radio dan Recording: Diperoleh melalui siaran radio atau rekaman

iv

suara (audio recording)

4) Still picture: Diperoleh melalui gambar mati, slide, atau fotografi.

5) Motion picture: Diperoleh melalui gambar, atau film hidup, atau

bioskop

6) Education TV: Diperoleh melalui televisi pendidikan

7) Exhibition: Diperoleh melalui pameran.

8) Study trips: Diperoleh melalui karyawisata.

9) Demonstration: Diperoleh melalui pertunjukan.

10) Dramatized experience: Pengalaman yang diperoleh dari permainan

(permainan pengajaran) sandiwara boneka, permainan peranan, dan drama

sosial, atau psikologis.

11) Contrived experience: Pengalaman yang diperoleh dari kontak

melalui model, benda tiruan atau simulasi.

12) Direct purposeful experience: Pengalaman yang diperoleh dari hasil kontak

langsung dengan lingkungan objek, binatang, manusia dan sebagainya,

dengan cara melakukan perbuatan langsung.

Tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale di atas

memperlihatkan bahwa semakin lebih konkrit seseorang memperoleh pengetahuan

melalui pengalaman langsung, maka semakin mempermudah belajar dan semakin

kecil kesalahan-pahaman terhadap yang dipelajari, oleh karena pembelajar dapat

berhubungan langsung dengan objek yang dipelajari. Dalam penelitian yang akan

dilakukan ini, maka belajar dengan pengalaman langsung terhadap individu untuk

memahami tingkahlakunya, akan memberi beberapa kelebihan, yaitu: 1)

Mahasiswa terhindar dari kesalahan persepsi dalam belajar memahami tingkah laku

manusia, oleh karena mahasiswa berinteraksi dan mewawancarai individu

secara tatap muka langsung. Pokok yang diamati meliputi kata/kalimat yang

diucapkan oleh individu dan bahasa tubuh yang mengekspresikan keadaan jiwa,

misalnya bahasa tubuh menerima, menolak, senang, menutup diri, 2)

Meningkatkan ketertarikan dan gairah belajar mahasiswa, oleh karena berinteraksi

langsung dengan manusia, 3) Mempercepat proses belajar dengan pengalaman

belajar yang utuh, dan 4) Memperkaya pengalaman belajar mahasiswa di luar

iv

silabus, hal ini memungkinkan oleh karena menggunakan manusia sebagai sumber

belajar yang dapat mereaksi. Pentingnya menggunakan manusia sebagai sumber

belajar masih belum kuat memasyarakat di kalangan dosen, akan tetapi dalam

proses pendidikan modern, hal ini penting ditingkatkan, seba ”penggunaan manusia

sumber secara langsung akan menambah motivasi belajar serta akan menambah

wawasan yang luas, di samping dapat menghindari terjadinya salah persepsi”

(Sanjaya, 2008: 175).

Belajar dengan pengalaman langsung berhadapan dengan individu dalam

tinjauan psikologi adalah sangat penting, karena kesalahan persepsi dalam

pengukuran psikologis mudah terjadi, validitas, reliabilitas, dan objektivitas yang

tinggi juga sulit sekali diperoleh. Hal ini disebabkan faktor-faktor berikut: 1.

Atribut psikologi bersifat laten atau tidak tampak, 2. Aitem-aitem dalam alat ukur

dan skala psikologi didasari oleh indikator perilaku yang jumlahnya terbatas, 3.

Respon yang diberikan oleh subjek sedikit banyak dipengaruhi oleh variabel-

variabel yang tidak relevan seperti suasana hati, situasi sekitar, kesalahan prosedur.

4. Atribut psikologi yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi,

sebab banyak yang dapat berubah sejalan dengan waktu dan situasi. 5. Interpretasi

terhadap hasil ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normatif (Azwar,

2009).

2.4. Pembelajaran untuk Terampil Memahami Tingkah Laku melalui

Pemberian Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik (feedback) dalam Webster’s Comprehensive Dictionary

(2003: 464) diartikan dalam kaitan dengan sistem kerja elektronik, dan proses

biologis. Kamus Lengkap Psikologi (2002: 190) antara lain mengemukakan arti

umpan balik secara lebih umum, yaitu jenis informasi balik dari suatu sumber,

yang berguna untuk mengatur tingkah laku. Berangkat dari pengertian ini, maka

umpan balik dalam hal pembelajaran adalah balikan yang diberikan oleh

pengajar/pendidik (dalam penelitian ini adalah dosen) kepada peserta didik

(mahasiswa) tentang hasil belajar, pemahaman dalam belajar,

kesalahan/kelemahan dan keberhasilan/kelebihan belajar mahasiswa. Dengan

iv

demikian, umpan balik didahului oleh penilaian (evaluasi) terhadap mahasiswa,

yang kemudian diharapkan memberi dampak positif terhadap mahasiswa maupun

dosen.

Melalui umpan balik, dosen memperoleh informasi tentang sejauhmana

pembelajaran yang dilakukannya telah mencapai tujuan pembelajaran. Dosen

mengetahui bagian mana yang telah dikuasai dan bagian mana yang belum dikuasai

oleh mahasiswa, sehingga berdasarkan data ini dosen dapat menentukan materi

pembelajaran yang akan diberikan selanjutnya, strategi dan metode

penyampaiannya, serta memperbaiki proses pembelajaran sehingga lebih kondusif

untuk penguasaan materi pembelajaran oleh mahasiswa. Dosen juga lebih

mengenal mahasiswa-mahasiswa yang telah dan belum menguasai pembelajaran

yang diberikan. Pada sisi mahasiswa, mahasiswa memperoleh beberapa manfaat,

yaitu: 1) Memperoleh informasi bagaimana ia dinilai atau mendapat nilai dari

dosen, 2) Mengetahui bagian mana yang harus lebih dikuasai dan bagian mana

yang telah dikuasai dengan baik, 3. Membangun motivasi belajar sehingga lebih

giat.

Sanjaya (2008) mengemukakan bahwa dalam setiap proses mengajar,

guru/dosen perlu mendapat umpan balik mengenai apakah tujuan yang ingin

dicapai sudah dikuasai atau belum, apakah proses atau gaya bicara guru/dosen

dapat dimengerti atau tidak, hal ini sangat diperlukan untuk proses perbaikan

mengajar yang telah dilakukan oleh guru/dosen. Dick dan Carey (1990) juga

berpendapat bahwa umpan balik merupakan komponen sangat penting dalam

pembelajaran.

Umpan balik dapat diberikan selama proses pembelajaran, dapat pula

setelah suatu pokok pembahasan selesai dibelajarkan. Umpan balik ini dapat

dilakukan secara individual maupun secara kelompok. Kedua cara ini dibutuhkan,

dan masing-masing mempunyai karakteristiknya. Pemberian umpan balik secara

individual memberi kemungkinan mahasiswa memperoleh balikan yang lebih jelas

dibandingkan secara kelompok, mahasiswa merasa mendapat perhatian

lebih, namun dosen menghabiskan waktu banyak. Kendala waktu menjadi

penyebab umpan balik individual sulit dilakukan terhadap mahasiswa. Kelemahan

iv

lain, adakalanya mahasiswa tidak ingin meminta atau diberi umpan balik secara

individual, oleh karena mahasiswa tidak ingin orang lain mengetahui

ketidakpahamannya. Pemberian umpan balik secara kelompok dapat menghindari

kelemahan ini, sebab mahasiswa memandang masalahnya adalah masalah

kelompok, bukan masalahnya sendiri. Kelebihan lain dari umpan balik secara

kelompok adalah tumbuh perasaan kelompok (perasaan kebersamaan) di antara

anggota kelompok, dan merangsang anggota kelompok untuk saling bertukar

pikiran. Di samping itu, waktu yang digunakan untuk umpan balik lebih efisien,

namun umpan balik secara kelompok adakalanya tidak menyelesaikan masalah

ketidakpahaman mahasiswa secara tuntas, mengingat masing-masing mahasiswa

mempunyai kesulitan yang tidak persis sama.

Pelaksanaan umpan balik memperhatikan hal-hal berikut: 1. Diberikan

segera setelah evaluasi, 2) Dilakukan secara spesifik, jelas, dan tidak bias, 3) Fokus

pada perilaku yang tampak atau tampil pada pekerjaan, 4) Diberikan secara tepat,

hal ini untuk menjaga kondisi afeksi siswa, 5) Memberi pujian pada sisi kelebihan

yang ditampilkan, 6) Pada saat memberi umpan balik pada sisi kelemahan,

dilakukan secara hati-hati, 7) Membantu untuk fokus pada proses, bukan semata

pada hasil atau nilai saja (Brophy dan Good, 1987). Dengan memperhatikan

ketujuh hal di atas, diharapkan umpan balik akan berfungsi maksimal. Di samping

itu, umpan balik yang diberikan oleh dosen dilakukan bervariasi tingkatannya.

Tingkatan-tingkatan umpan balik adalah: 1. Umpan balik berupa keterangan

mengenai hasil yang dicapai, 2. Umpan balik berupa keterangan mengapa suatu

jawaban benar atau salah, 3. Umpan balik berupa keterangan bagaimana

menghasilkan jawaban benar, 4. Umpan balik berupa keterangan bagaimana

jawaban yang benar (Race, 2000).

2.5. Dampak Pembelajaran dengan Pengalaman Langsung dan Pemberian

Umpan Balik terhadap Self Efficacy Mahasiswa

Pembelajaran yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswa tidak hanya

memfokus pada dampak hardskills (hasil belajar, optimalisasi kecerdasan

berpikir), melainkan menyertakan softskill. Terdapat banyak softskill yang penting

iv

sekali dikembangkan di kalangan mahasiswa, diantaranya adalah self-efficacy

mahasiswa. Self-efficacy menurut Bandura (Santrock, 2004) adalah keyakinan

bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Bandura

menulis bahwa ”Self-efficacy adalah keyakinan bahwa ”Aku bisa”, dan ketidak

berdayaan adalah keyakinan bahwa ”Aku tidak bisa” (Stipek, 2002; Maddux,

2002)”. Seseorang (mahasiswa) yang mempunyai self-efficacy tinggi setuju dengan

pernyataan seperti ”Saya tahu bahwa saya akan mampu menguasai materi ini”,

”Saya akan bisa mengerjakan tugas ini”. Mahasiswa yang mempunyai self-efficacy

rendah akan menghindari pembelajaran yang memberi banyak tugas belajar,

khususnya tugas yang menantang dan sulit, sedangkan mahasiswa yang

mempunyai tingkat self-efficacy tinggi akan menyelesaikan tugas-tugas yang sulit

dan menantang, dan lebih tekun.

Stipek (1966, 2002) sebagaimana dikemukakan oleh Santrock (2004),

mengemukakan beberapa strategi mengajar untuk meningkatkan self-efficacy

murid. Berikut ini penulis kemukakan (dengan mengganti subjek murid menjadi

mahasiswa).

1) Mengajarkan strategi spesifik: Misalnya mahasiswa diminta menyusun garis

besar dan ringkasan yang dapat meningkatkan kemampuan untuk fokus pada

tugas mereka.

2) Membimbing mahasiswa dalam menentukan tujuan: Dosen membantu

mahasiswa membuat tujuan jangka pendek (proximal) setelah mereka membuat

tujuan jangka panjang (distal). Tujuan jangka pendek terutama membantu

mahasiswa untuk menilai kemajuan mereka. Tujuan jangka pendek misalnya,

”Mendapatkan nilai A untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan”, dan tujuan

jangka panjang misalnya, ”Saya ingin lulus Sarjana”. Tujuan jangka panjang

yang spesifik misalnya, ”Saya ingin mendapat ranking satu dalam semester

ini”, dan tujuan jangka panjang yang nonspesifik misalnya, ”saya ingin sukses”.

3) Mempertimbangkan mastery: Dosen memberi imbalan pada kinerja mahasiswa,

imbalan yang mengisyaratkan penghargaan penguasaan atas materi, bukan

imbalan hanya karena melakukan tugas (kinerja).

iv

4) Mengkombinasikan strategi latihan (training) dengan tujuan. Shunk, 2001;

Schunk & Rice, 1989; Schunk & Swartz, 1993) telah menemukan bahwa

kombinasi strategi training dan penentuan tujuan dapat memperkuat keahlian

dan self-efficacy. Disini, dosen memberi umpan balik pada mahasiswa tentang

bagaimana strategi belajar mereka berhubungan dengan kinerja mereka.

5) Dosen menyediakan dukungan bagi mahasiswa, juga penting dukungan positif

dari orang tua dan teman sebaya. Dukungan dapat hanya sederhana, misalnya

dosen mengatakan: ”Kamu bisa melakukan ini”.

6) Dosen memastikan agar mahasiswa tidak terlalu semangat atau terlalu cemas.

Jika mahasiswa terlalu takut dan meragukan prestasinya, maka rasa percaya diri

dapat hilang.

7) Memberi contoh (model) positif bagi tumbuhnya self-efficacy mahasiswa.

Perilaku dosen mampu mengatasi tantangan secara efektif seringkali diadopsi

oleh mahasiswa. Modeling amat efektif meningkatkan self-efficacy apabila

mahasiswa melihat teman yang sukses adalah teman yang kemampuannya sama

dengan dirinya. Modeling teman sebaya untuk meningkatkan self-efficacy

misalnya menyuruh mahasiswa mengerjakan tugas tertentu, kemudian meminta

mahasiswa setelah menguasainya, menjelaskan tugas mereka kepada

mahasiswa lain.

Selain tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang dapat mendorong

munculnya self-efficacy, strategi mengajar lainnya adalah mendorong mahasiswa

untuk menentukan tujuan yang menantang, yaitu komitmen untuk meningkatkan

diri. Tujuan yang menantang ini harus sesuai dengan kemampuan optimal

mahasiswa, sebab tujuan yang tidak realistis akan menghasilkan kegagalan yang

menurunkan rasa percaya diri mahasiswa.

Berdasarkan paparan mengenai dampak dari pembelajaran terhadap self-

efficacy di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dosen

yang bersifat mendukung dan mendorong kemampuan mahasiswa, dan dilakukan

dengan cara yang benar, akan membangun self-efficacy mahasiswa. Pembelajaran

yang memberi ”pengalaman langsung” melalui latihan-latihan, praktek, dan

berhadapan langsung dengan subjek belajar (manusia), dan pembelajaran yang

iv

melaksanakan ”umpan balik” (feedback) dengan cara yang tepat, merupakan

metode pembelajaran yang akan membangun self-efficacy mahasiswa.

BAB III

MEKANISME RANCANGAN

iv

Penelitian ini memperbaiki pembelajaran mata kuliah Teori Kepribadian

agar mencapai hasil belajar ranah keterampilan, yakni keterampilan memahami

tingkah laku berbasis teori-teori kepribadian, dan meningkatkan kepercayaan diri

mahasiswa bahwa mereka kompeten memahami tingkah laku siswa. Perbaikan

dilakukan dengan cara mengimplementasikan latihan menyusun instrumen

pemahaman tingkah laku siswa berbasis teori kepribadian, praktek menjalankan

instrumen, dan interpretasi tingkah laku dari data yang dikumpulkan melalui

instrumen. Perbaikan tersebut didahului oleh perbaikan deskripsi mata kuliah,

GBPP, silabus perkuliahan, SAP, kontrak kuliah, soal evaluasi, dan penyusunan

modul kuliah.

Perbaikan deskripsi mata kuliah, GBPP, silabus perkuliahan, SAP, kontrak

kuliah, soal evaluasi, dan penyusunan modul kuliah dilakukan melalui kegiatan

workshop di lingkungan dosen mata kuliah terkait erat dengan mata kuliah teori

kepribadian, dan dosen yang mempunyai keahlian dalam bidang psikologi

kepribadian. Penyusunan modul kuliah disusun sesuai masukan pada saat

workshop dan dievaluasi untuk finalisasi modul. Pengembangan keterampilan

memahami tinkah laku berbasis teori-teori kepribadian dilakukan dalam kaji

tindak. Pengembangan soal evaluasi dilakukan dengan menyusun tes sesuai dengan

GBPP, silabus perkuliahan, SAP mata kuliah Teori Kepribadian yang telah direvisi

melalui kegiatan workshop.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus

direncanakan 3 kali pertemuan. Setiap siklus mengikuti tahapan perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Siklus I:

Perencanaan:

1. Merencanakan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterampilan

mahasiswa dalam memahami tingkah laku melalui implementasi latihan

menyusun instrumen, praktek menjalankan instrumen, dan interpretasi data

yang diperoleh dari data instrumen yang dijalankan. Rencana tersebut meliputi:

iv

1) Didahului dengan mengkoordinir modul Teori Kepribadian yang telah

disusun, untuk dibagikan kepada mahasiswa.

2) Menyelenggarakan pembelajaran Teori Kepribadian dengan bantuan

modul dan media.

3) Menyusun lembaran yang akan digunakan dalam kegiatan latihan

menyusun instrumen

4) Menyusun lembaran yang akan digunakan dalam kegiatan praktek

menjalankan instrumen

5) Menyusun lembaran interpretasi terhadap data yang diperoleh dari

menjalankan instrumen

2. Menyusun pedoman observasi untuk mengobservasi:

1) Kualitas pemberian latihan penyusunan instrumen pemahaman tingkah

laku

2) Praktek menjalankan instrumen pemahaman tingkah laku

3) Pelaksanaan interpretasi data yang terkumpul dari instrumen

4) Pelaksanaan pemberian umpan balik (feedback) dalam proses

pembelajaran.

3. Menyusun skala penilaian kepercayaan diri mahasiswa

Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan 1:

1. Menyampaikan deskripsi mata kuliah, GBPP, silabus perkuliahan, SAP,

kontrak kuliah.

2. Melakukan tes awal untuk mengetahui :

1) Pengetahuan mahasiswa tentang teori kepribadian dari Eduard Spranger,

Abraham H. Maslow, dan Sigmund Freud.

2) Keterampilan menyusun instrumen

3) Keterampilan menjalankan instrumen

4) Keterampilan menginterpretasikan tingkah laku dari data yang diperoleh

dari instrumen

iv

5) Kepercayaan diri mahasiswa mampu memahami tingkah laku siswa.

Pada pertemuan 1 ini penyajian materi perkuliahan tidak dilakukan, oleh karena

waktu perkuliahan akan habis digunakan untuk menyampaikan deskripsi mata

kuliah, GBPP, silabus perkuliahan, SAP, kontrak kuliah, dan pelaksanaan tes awal.

Dengan demikian, penyajian materi untuk yang pertama kali diberikan pada

pertemuan perkuliahan 2.

Pertemuan 2:

Pembelajaran tentang konsep-konsep dasar Teori-Teori Kepribadian dan

Teori Kepribadian dari Eduard Spranger dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pendahuluan: Dosen melakukan apersepsi

2. Dosen menyampaikan materi Teori Kepribadian dari Eduard Spranger secara

klasikal dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

brainstorming.

3. Dosen membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok

terdiri dari 10-12 mahasiswa. Masing-masing kelompok latihan menyusun

instrumen berbasis teori kepribadian dari Eduard Spranger

4. Setelah instrumen disusun, masing-masing kelompok melakukan praktek

menjalankan instrumen di dalam kelompok. Seorang peserta berperan sebagai

konselor sekolah yang hendak mengumpulkan data dari seorang peserta yang

berperan sebagai siswa. Data dikumpulkan menggunakan instrumen inventori

(kuesioner) yang telah disusun bersama dalam kelompok. Anggota kelompok lain

di dalam kelompoknya berperan sebagai observer.

5. Masing-masing kelompok menginterpretasikan data yang diperoleh dari

praktek menjalankan instrumen. Interpretasi dilakukan secara kelompok.

6. Masing-masing kelompok mempresentasikan instrumen yang telah disusun

dan interpretasi data pemahaman tingkah laku yang telah dibuat

7. Dosen memberi feedback (umpan balik) langsung terhadap hasil kerja yang

dipresentasikan mahasiswa

8. Penutup: Dosen merangkum pembelajaran dan menugaskan mahasiswa

untuk mempelajari materi perkuliahan satu minggu yang akan datang.

iv

Selama proses pembelajaran, dilakukan hal berikut:

1. Dosen mengimplementasikan umpan balik (feedback)

2. Observer mengobservasi kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh

dosen, meliputi:

1) Metode ceramah, tanya jawab, dan brainstorming yang dijalankan oleh

dosen

2) Pelaksanaan latihan penyusunan instrumen (inventori, atau observasi, atau

wawancara)

3) Praktek menjalankan instrumen

4) Pelaksanaan interpretasi data yang diperoleh dari instrumen

5) Pelaksanaan presentasi hasil kerja mahasiswa

Pertemuan 3:

Pembelajaran Teori Kepribadian dari Abraham H. Maslow dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Pendahuluan: Dosen melakukan apersepsi

2. Dosen menyampaikan materi Teori Kepribadian dari Abraham H. Maslow

secara klasikal dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

brainstorming.

3. Dosen membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok

terdiri dari 10-12 mahasiswa. Masing-masing kelompok latihan menyusun

instrumen berbasis teori kepribadian dari Abraham H. Maslow

4. Setelah instrumen disusun, masing-masing kelompok melakukan praktek

menjalankan instrumen di dalam kelompok. Seorang peserta berperan sebagai

konselor sekolah yang hendak mengumpulkan data dari seorang peserta yang

berperan sebagai siswa. Data dikumpulkan menggunakan instrumen inventori

(kuesioner) yang telah disusun bersama dalam kelompok. Anggota kelompok lain

di dalam kelompoknya berperan sebagai observer.

5. Masing-masing kelompok menginterpretasikan data yang diperoleh dari

praktek menjalankan instrumen. Interpretasi dilakukan secara kelompok.

6. Masing-masing kelompok mempresentasikan instrumen yang telah disusun

iv

dan interpretasi data pemahaman tingkah laku yang telah dibuat

7. Dosen memberi feedback (umpan balik) langsung terhadap hasil kerja yang

dipresentasikan mahasiswa

8. Penutup: Dosen merangkum pembelajaran dan menugaskan mahasiswa

untuk mempelajari materi perkuliahan satu minggu yang akan datang.

Selama proses pembelajaran, dilakukan hal berikut:

1. Dosen mengimplementasikan umpan balik (feedback)

2. Observer mengobservasi kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh

dosen, meliputi:

1) Metode ceramah, tanya jawab, dan brainstorming yang dijalankan oleh

dosen

2) Pelaksanaan latihan penyusunan instrumen (inventori, atau observasi, atau

wawancara)

3) Praktek menjalankan instrumen

4) Pelaksanaan interpretasi data yang diperoleh dari instrumen

5) Pelaksanaan presentasi hasil kerja mahasiswa

Pertemuan 4:

Pembelajaran Teori Kepribadian dari Sigmund Freud dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Pendahuluan: Dosen melakukan apersepsi

2. Dosen menyampaikan materi Teori Kepribadian dari Sigmund Freud

secara klasikal dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

brainstorming.

3. Dosen membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok

terdiri dari 10-12 mahasiswa. Masing-masing kelompok latihan menyusun

instrumen berbasis teori kepribadian dari Sigmund Freud

4. Setelah instrumen disusun, masing-masing kelompok melakukan praktek

menjalankan instrumen di dalam kelompok. Seorang peserta berperan sebagai

konselor sekolah yang hendak mengumpulkan data dari seorang peserta yang

berperan sebagai siswa. Data dikumpulkan menggunakan instrumen inventori

iv

(kuesioner) yang telah disusun bersama dalam kelompok. Anggota kelompok lain

di dalam kelompoknya berperan sebagai observer.

5. Masing-masing kelompok menginterpretasikan data yang diperoleh dari

praktek menjalankan instrumen. Interpretasi dilakukan secara kelompok.

6. Masing-masing kelompok mempresentasikan instrumen yang telah disusun

dan interpretasi data pemahaman tingkah laku yang telah dibuat

7. Dosen memberi feedback (umpan balik) langsung terhadap hasil kerja yang

dipresentasikan mahasiswa

8. Penutup: Dosen merangkum pembelajaran dan menugaskan mahasiswa

untuk mempelajari materi perkuliahan satu minggu yang akan datang.

Selama proses pembelajaran, dilakukan hal berikut:

1. Dosen mengimplementasikan umpan balik (feedback)

2. Observer mengobservasi kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh

dosen, meliputi:

1) Metode ceramah, tanya jawab, dan brainstorming yang dijalankan oleh

dosen

2) Pelaksanaan latihan penyusunan instrumen (inventori, atau observasi, atau

wawancara)

3) Praktek menjalankan instrumen

4) Pelaksanaan interpretasi data yang diperoleh dari instrumen

5) Pelaksanaan presentasi hasil kerja mahasiswa

Observasi dan Refleksi

Hasil data observasi dianalisis untuk mengetahui keberhasilan yang telah

dicapai, yang belum dicapai, dan solusi mencapainya. Hasil analisis ini digunakan

sebagai dasar pembelajaran pada siklus II. Dari hasil observasi dan refleksi ini

diketahui bahwa secara umum mahasiswa mengalami peningkatan dalam

penguasaan materi tentang pemahaman tingkah laku, demikian pula dalam self

efficacy. Namun sebagian di antara mahasiswa masih menunjukkan kesulitan

dalam menguasai materi dan dalam membangun self efficacy nya. Untuk ini perlu

ditingkatkan feedback secara individual.

iv

Siklus II

Perencanaan:

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, selanjutnya merencanakan pembelajaran

siklus II pertemuan 5, 6, 7, dan 8. Siklus II merupakan kelanjutan untuk

mengoptimalkan keterampilan mahasiswa dalam memahami tingkah laku siswa

melalui implementasi pengalaman belajar langsung dan pemberian umpan balik.

Rencana tersebut meliputi: Mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran Teori

Kepribadian dari Sigmund Freud, Carl Gustave Jung, Alfred Adler.

- Pertemuan perkuliahan 5 pembelajaran dari teori kepribadian dari Sigmund

Freud

- Pertemuan perkuliahan 6 pembelajaran dari teori kepribadian dari Carl Gustave

Jung

- Pertemuan perkuliahan 7 pembelajaran dari teori kepribadian dari Alfred Adler.

Pelaksanaan Tindakan:

Pada siklus II dilakukan pembelajaran terhadap tiga teori kepribadian,

ketiga teori kepribadian tersebut dilaksanakan untuk 3 kali pertemuan, yaitu

pertemuan 5, 6, 7. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan 5, 6, 7 atau

langkah-langkah pembelajaran teori kepribadian dari masing-masing teori Sigmund

Freud, Carl Gustave Jung, Alfred Adler tersebut dilakukan sama dengan langkah-

langkah pembelajaran pada pertemuan 2, 3, 4 atau langkah-langkah pembelajaran

yang dilakukan terhadap teori kepribadian sebelumnya (yaitu teori kepribadian dari

Eduard Spranger, Abraham H. Maslow, Carl Rogers).

Posttes (Pertemuan 8)

Postes siklus II dilakukan terhadap:

1. Pengetahuan tentang teori kepribadian dari Sigmund Freud, Carl Gustave Jung,

Alfred Adler

2. Keterampilan menyusun instrumen berbasis teori kepribadian dari Sigmund

Freud , Carl Gustave Jung, Alfred Adler

3. Keterampilan menjalankan instrumen

iv

4. Keterampilan menginterpretasikan tingkah laku dari data yang diperoleh dari

menjalankan instrumen

5. Kepercayaan diri mahasiswa bahwa mereka mampu memahami tingkah laku.

Observasi dan Refleksi

Hasil data observasi dianalisis untuk mengetahui keberhasilan yang telah

dicapai dan yang belum dicapai. Hasil analisis siklus I dan siklus II disusun dalam

laporan penelitian. Dari hasil observasi dan refleksi siklus 2 ini diketahui bahwa

secara umum mahasiswa mengalami peningkatan dalam penguasaan materi tentang

pemahaman tingkah laku, demikian pula dalam self efficacy. Dilihat pada target

capaian yang ditetapkan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa target telah

tercapai, meskipun belum sepenuhnya sesuai persentase yang ditargetkan.

Keseluruhan tahapan siklus I dan siklus II mengikuti bagan alir yang sama.

Berikut ini di halaman berikut digambarkan bagan alir siklus I .

iv

Gambar 3

Tahapan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Teori-Teori Kepribadian

Keluaran (outcome) pada setiap tahapan kegiatan dapat dilihat pada tabel 4

berikut:

iv

Rencana Kegiatan Siklus I

Tindakan Siklus IPembelajaran Teori Kepribadian dari Spranger, Maslow, Freud, dengan mengimplementasikan

pengalaman langsung (latihan, praktek, dan interpretasi tingkah laku) dan pemberian umpan

balik (feedback)

Observasi dan Refleksi Keg. Siklus I

Observasi dan Refleksi Hasil Siklus I dan II

Rencana Kegiatan Siklus II

Analisis Data

Tindakan Siklus IIPembelajaran Teori Kepribadian dari Jung, Eysenck, Adler, dengan Mengimplementasikan Pengalaman

Langsung (Latihan, Praktek, dan Interpretasi Tingkah Laku) dan Pemberian Umpan balik (Feedback)

Observasi dan Refleksi Keg. Siklus II

Kesimpulan

Tes Awal

Postes Keg. Siklus II

Postes Keg. Siklus I

Tabel 4

Tahapan, Kegiatan, dan Keluaran pada Setiap Siklus Penelitian

Tahapan Kegiatan Keluaran

Perencanaan I

1. Workshop revisi mata kuliah Teori Kepribadian menyangkut: deskripsi mata kuliah, GBPP, silabus, SAP, kontrak kuliah, dan penulisan modul perkuliahan.

Tersusun deskripsi mata kuliah, GBPP, silabus, SAP, kontrak kuliah, dan garis besar materi modul mata kuliahan Teori Kepribadian.

2. Penyusunan modul Teori Kepribadian

Modul mata kuliah Teori Kepribadian.

3. Penyusunan soal evaluasi hasil belajar dan kuesoner self efficacy

Soal evaluasi hasil belajar dan kuesioner self efficacy

4. Penyusunan lembar latihan, praktek, dan interpretasi tingkah laku

Lembar latihan, praktek, dan interpretasi tingkah laku

5. Tes awal: a. Kemampuan mahasiswa dalam memahami teori kepribadian b. Keterampilan mahasiswa menyusun instrumen pemahaman tingkah laku dengan berbasis teori kepribadian c. Keterampilan mahasiswa memahami/ menginterpretasikan tingkah laku berbasis teori-teori kepribadian. d. Self efficacy mahasiswa mampu memahami tingkah laku siswa.

Informasi hasil tes awal tentang: a. Kemampuan mahasiswa

dalam memahami teori kepribadian

b. Keterampilan mahasiswa menyusun instrumen pemahaman tingkah laku dengan berbasis teori kepribadian

c. Keterampilan mahasiswa memahami/menginterpretasikan tingkah laku berbasis teori-teori kepribadian.

d. Self efficacy mahasiswa mampu memahami tingkah laku siswa.

Tindakan I Melaksanakan pembelajaran teori kepribadian dari: Eduard Spranger, Abraham Maslow, dan Carl Rogers, sebagai berikut: 1. Menggunakan sumber belajar modul 2. Mengimplementasikan

1. Pemahaman mahasiswa tentang teori kepribadian dari: Eduard Spranger, Abraham Maslow, dan Carl Rogers

2. Keterampilan mahasiswa menyusun instrumen pemahaman tingkah laku

iv

latihan-latihan penyusunan instrumen pemahaman tingkah laku berbasis teori kepribadian3. Mengimplementasikan praktek menjalankan instrumen dalam kelompok kecil4. Mahasiswa menginterpretasikan tingkah laku berdasarkan data yang dikumpulkan dari instrumen. dan mempresentasikannya5. Mengimplementasikan pemberian umpan balik (feedback) atas kinerja belajar mahasiswa

3. Keterampilan mahasiswa praktek menjalankan instrumen4. Keterampilan mahasiswa menginterpretasikan tingkah laku berdasarkan data yang dikumpulkan dari instrumen.

Observasi dan refleksi I

1. Pengisian lembar observasi oleh pengamat tentang kualitas pelaksanaan latihan menyusun instrumen, pelaksanaan praktek menjalankan instrumen, dan pelaksanaan interpretasi data yang diperoleh dari instrumen

2. Postes siklus 1 terhadap: a. Kemampuan mahasiswa dalam memahami teori kepribadian dari Eduard Spranger, Abraham Maslow, dan Carl Rogers b. Keterampilan mahasiswa dalam praktek menjalankan instrumen c. Keterampilan mahasiswa memahami tingkah laku berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen d. Kepercayaan diri (self

efficacyi) mahasiswa terampil memahami tingkah laku siswa.

1. Informasi tentang kualitas pelaksanaan latihan menyusun instrumen, pelaksanaan praktek menjalankan instrumen, dan pelaksanaan interpretasi data yang diperoleh dari instrumen

2. Informasi tentang:: a. Kemampuan mahasiswa dalam memahami teori kepribadian dari Eduard Spranger, Abraham Maslow, dan Carl Rogers b. Keterampilan mahasiswa dalam praktek menjalankan instrumen c. Keterampilan mahasiswa memahami tingkah laku berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen d. Kepercayaan diri mahasiswa terampil memahami tingkah laku siswa.

Rencana II 1. Analisis pelaksanaan latihan, praktek, interpretasi pemahaman tingkah laku

Perbaikan tindakan pada siklus II

iv

berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I.

2. Analisis pemberian umpan balik (feedback)

3. Analisis kepercayaan diri mahasiswa mampu memahami tingkah laku

Tindakan II Melaksanakan pembelajaran teori kepribadian dari Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, Alfred Adler, sebagai berikut: 1. Menggunakan sumber belajar

modul 2. Mengimplementasikan

latihan-latihan penyusunan instrumen pemahaman tingkah laku berbasis teori kepribadian,

3. Mengimplementasikan praktek menjalankan instrumen

4. Menginterpretasikan tingkah laku berdasarkan data yang dikumpulkan dari instrumen.

5. Mengimplementasikan pemberian umpan balik (feedback) atas hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa

1. Pemahaman mahasiswa tentang teori kepribadian dari: Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, Alfred Adler,

2. Keterampilan mahasiswa menyusun instrumen

pemahaman tingkah laku

3. Keterampilan mahasiswa praktek menjalankan instrumen

4. Keterampilan mahasiswa menginterpretasikan tingkah laku berdasarkan data yang dikumpulkan dari instrumen.

Observasi dan refleksi II

1. Pengisian lembar observasi oleh pengamat tentang kualitas pelaksanaan latihan menyusun instrumen, pelaksanaan praktek menjalankan instrumen, dan pelaksanaan interpretasi data tingkah laku yang diperoleh dari instrumen

2. Postes siklus II terhadap: a. Kemampuan mahasiswa dalam memahami teori kepribadian b. Keterampilan mahasiswa dalam praktek menjalankan instrumen c. Keterampilan mahasiswa

1. Informasi tentang kualitas pelaksanaan latihan menyusun instrumen, pelaksanaan praktek menjalankan instrumen, dan pelaksanaan interpretasi data tingkah laku yang diperoleh dari instrumen

2. Informasi tentang:: a. Kemampuan mahasiswa dalam memahami teori kepribadian b. Keterampilan mahasiswa dalam praktek menjalankan instrumen c. Keterampilan mahasiswa

iv

memahami tingkah laku berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen d. Self-efficacy (keyakinan

diri) mahasiswa terampil memahami tingkah

laku siswa.

memahami tingkah laku berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen d. Self-efficacy (keyakinan diri) mahasiswa terampil memahami tingkah laku siswa.

Analisis data dan kesimpulan

Menganalisis data dan refleksi siklus 1, 2, dan menulis laporan

Laporan hasil penelitian

Pelaksanaan Perlakuan Pembelajaran Pengalaman Langsung

Perlakuan pembelajaran pengalaman langsung dan pemberian umpan balik

mengikuti tahapan sebagai berikut:

1. Penyajian materi teori kepribadian sesuai dengan teori kepribadian yang dibahas,

misalnya teori kepribadian dari Spranger. Dosen melakukan feedback

individual dengan menggunakan “lembar pedoman feedback”.

2. Pemberian pengalaman langsung dengan melakukan kegiatan:

a. Mahasiswa berlatih dalam kelompok menyusun instrumen dengan

menggunakan ”lembar kerja latihan menyusun instrumen pemahaman tingkah

laku”. Dalam kegiatan ini, dilakukan observasi kegiatan pembelajaran, dan

dosen melakukan feedback secara kelompok (catatan: Pada setiap kegiatan

observasi menggunakan lembaran pedoman observasi, dan setiap kegiatan

feedback menggunakan lembar pedoman feedback).

b. Mahasiswa mempresentasikan hasil kerja kelompok. Dosen melakukan

observasi kegiatan pembelajaran dan melakukan feedback secara individual

dan klasikal.

c. Dosen memberi instrumen ”Lembar praktek menjalankan dan

menginterpretasikan tingkah laku” yang telah disusun oleh dosen sebelumnya

kepada mahasiswa untuk dijalankan dan diinterpretasikan. Dalam kegiatan

ini, dilakukan observasi kegiatan pembelajaran.

d. Mahasiswa menginterpretasikan data yang diperoleh. Pengamat melakukan

observasi kegiatan pembelajaran.

iv

e. Mahasiswa mempresentasikan hasil interpretasinya bersama dengan

mahasiswa yang diinterpretasi. Feedback secara individual dan kelas.

3. Dosen menyimpulkan pemahaman tingkahlaku berdasarkan teori kepribadian

yang dipelajari.

Kerangka Pikir dan Hipotesis Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari suatu pembelajaran memerlukan metode

atau cara pembelajaran tertentu. Pembelajaran yang bertujuan untuk memberi

pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami tingkah laku siswa

dengan berbasis pada teori-teori kepribadian memerlukan pembelajaran dengan

pengalaman langsung dan pemberian umpan balik (feedback). Pengalaman

langsung dilakukan dengan praktek menyusun dan menjalankan instrumen, dan

menginterpretasikan tingkah laku. Berdasarkan kerangka pikir ini, dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang mengimplementasikan praktek menyusun, menjalankan

instrumen, dan menginterpretasikan tingkah laku dapat meningkatkan

keterampilan mahasiswa prodi BK dalam memahami tingkah laku siswa

2. Pembelajaran yang mengimplementasikan praktek menyusun, menjalankan

instrumen, dan menginterpretasikan tingkah laku dapat meningkatkan self

efficacy mahasiswa bahwa mereka mampu memahami tingkah laku siswa

Teknik Analisis Tindakan

Analisis terhadap data yang diperoleh pada tes awal (pretes), siklus 1, dan

siklus 2, dilakukan dengan perhitungan persentase pada kategori yang dilakukan.

Pengkategorian menggunakan lima kategori, yaitu baik sekali (tinggi sekali), baik

(tinggi), cukup, kurang, kurang sekali (rendah). Kategori tersebut menggunakan

perhitungan rata-rata dan standar deviasi, pada hasil evaluasi awal (pretes),

evaluasi siklus 1, dan evaluasi siklus 2.

BAB IV

HASIL IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

iv

1. Hasil Implementasi

Sesuai dengan hakikat penelitian ini adalah untuk memperbaiki

pembelajaran mata kuliah Teori Kepribadian agar mencapai hasil belajar yang

melebihi ranah kognitif, yakni dapat menghasilkan keterampilan dalam

menginterpretasikan tingkah laku berbasis teori-teori kepribadian, dan

meningkatkan kepercayaan diri (self efficacy) mahasiswa bahwa mereka mampu

memahami tingkah laku (siswa), maka dilakukan perbaikan dengan

mengimplementasikan latihan menyusun instrumen pemahaman tingkah laku,

praktek menjalankan instrumen dan menginterpretasikan tingkah laku

berdasarkan data yang diperoleh melalui instrumen yang dijalankan. Perbaikan

didahului dengan kegiatan lokakarya (workshop) memperbaiki GBPP, silabus

perkuliahan, SAP, kontrak kuliah, soal evaluasi materi pemahaman tingkah laku

berbasis teori kepribadian, dan penyusunan modul kuliah sebagai bahan ajar selama

perkuliahan teori kepribadian dijalankan. Kegiatan perbaikan dilakukan oleh dosen

mata kuliah pengampu mata kuliah teori kepribadian, dosen pengampu mata kuliah

yang terkait erat dengan mata kuliah teori kepribadian, dan dosen yang mempunyai

keahlian dalam bidang psikologi kepribadian.

Selanjutnya dilakukan pembelajaran yang mengimplementasikan

”pembelajaran pengalaman langsung” dan ”pemberian umpan balik” oleh dosen

terhadap mahasiswa selama proses belajar, yang dapat berdampak pada

peningkatan self efficacy mahasiswa. Implementasi dilaksanakan dalam 2 siklus

atau 8 kali pertemuan. Implementasi dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Melakukan tes awal terhadap mahasiswa tentang penguasaan materi Teori

Kepribadian yang difokuskan pada pemahaman tingkah laku. Materi teori

kepribadian meliputi teori kepribadian yang dikemukakan oleh Eduard Spranger,

Abraham H. Maslow, dan Carl Rogers.

2) Melakukan tes awal tentang self efficacy mahasiswa dalam memahami tingkah

laku

iv

3) Melaksanakan pembelajaran mata kuliah Teori Kepribadian dengan fokus pada

materi pemahaman tingkah laku berbasis pada teori kepribadian yang

dikemukakan oleh Eduard Spranger, Abraham H. Maslow, dan Carl Rogers.

4) Melaksanakan ”pembelajaran pengalaman langsung” dan pemberian feedback.

dengan melakukan kegiatan:

5) Dosen memberi feedback dalam proses pembelajaran pengalaman langsung

sebagaimana dikemukakan di atas. Feedback yang diberikan oleh dosen,

diobservasi dengan menggunakan “lembar observasi feedback”.

6) Melakukan tes siklus 1.

7) Melaksanakan kegiatan siklus 2 dengan mengikuti langkah 1-6 di atas. Pada

siklus 2 digunakan teori kepribadian dari Sigmund Freud, Carl Gustav Jung,

dan Alfred Adler.

Hasil implementasi memperlihatkan sebagai berikut:

1) Penguasaan mahasiswa dalam pemahaman tingkah laku pada mata kuliah Teori

Kepribadian

Data mengenai kompetensi mahasiswa dalam pemahaman tingkah laku

pada mata kuliah Teori Kepribadian ini diperoleh dari data Evaluasi Hasil Belajar

Mahasiswa tentang Pemahaman Tingkah Laku pada mata kuliah Teori

Kepribadian. Penguasaan mahasiswa tentang pemahaman tingkah laku didasarkan

dan diukur dengan menggunakan alat ukur berdasarkan teori-teori kepribadian.

Setelah diukur dan diperoleh skor pada masing-masing mahasiswa, selanjutnya

dilakukan pengkategorian dengan menggunakan lima kategori, yaitu baik sekali

(tinggi sekali), baik (tinggi), cukup, kurang, kurang sekali (rendah). Kategori

tersebut menggunakan perhitungan rata-rata dan standar deviasi. Pengkategorian

dilakukan pada hasil evaluasi awal (pretes), evaluasi siklus 1, dan evaluasi siklus 2.

Dapat dilihat berikut ini.

(1) Penguasaan mahasiswa tentang pemahaman tingkah laku pada mata kuliah

Teori Kepribadian

Tabel 5

iv

Rata-Rata Penguasaan Mahasiswa pada Materi Pemahaman Tingkah Laku

pada Mata Kuliah Teori Kepribadian

No Kategori Penguasaan

Mahasiswa padaMateri PemahamanTingkah Laku padaMata Kuliah Teori

Kepribadian

Evaluasi Awal-1(3 teori Keprib.

Pertama)

(%)

Evaluasi Awal-2(3 teori Keprib. Kedua

(%)

Evaluasi pada

Siklus 1(6 teori Keprib.)

(%)

Evaluasipada

Siklus 2-1

(3 teori Keprib.

Pertama)

(%)

Evaluasipada

Siklus2-2

(3 teori Keprib. Kedua

(%)1 Baik sekali 0 0 21,50 20,40 24

2 Baik 0 0 29,50 27 10,60

3 Cukup 1 1,10 17,89 5 4,5

4 Kurang 2,50 2,00 2 1 1,5

5 Kurang sekali 45,15 50,25 31 4 2

Jumlah 100 100 100 100 100

Tabel 6

Rata-Rata Penguasaan Mahasiswa pada Materi Pemahaman Tingkah Laku

pada Mata Kuliah Teori Kepribadian (Lanjutan Tabel 5)

No. Kategori Penguasaan

Mahasiswa terhadap Materi Pemahaman Tingkah Laku pada Mata Kuliah Teori Kepribadian

Evaluasi Awal(%)

Evaluasi pada

Siklus 1(%)

Evaluasipada

Siklus 2(%)

1 Baik sekali 0 21,50 44,40

2 Baik 0 29,50 37,60

3 Cukup 2,10 17,89 9,50

4 Kurang 2,50 2 2,50

5 Kurang sekali 95,40 31 6

Jumlah 100 100 100

Tabel 6 di atas memperlihatkan bahwa pada evaluasi awal (pretes)

mahasiswa umumnya (95,40%) termasuk kurang sekali dalam menguasai materi

tentang pemahaman tingkah laku. 2,50% termasuk kurang, dan 2,10% termasuk

iv

cukup. Tidak ada mahasiswa yang termasuk baik dan baik sekali. Pada evaluasi

siklus 1, sebesar 21,50% mahasiswa termasuk baik sekali, 29,50% termasuk baik,

17,89% termasuk cukup, 2% termasuk kurang, dan 31% termasuk kurang sekali.

Pada evaluasi siklus 2, sebesar 44,40% penguasaan mahasiswa termasuk baik

sekali, 37,60% termasuk baik, 9,50% termasuk cukup, 2,50% termasuk kurang, dan

6% termasuk kurang sekali. Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan

bahwa secara umum terjadi peningkatan penguasaan materi tentang pemahaman

tingkah laku pada pembelajaran teori kepribadian, yaitu pada kategori baik sekali,

baik, dari evaluasi awal (sebelum tindakan pembelajaran dilakukan), ke siklus 1,

dan siklus 2. Terjadi pula penurunan dari pemahaman tingkah laku dari mahasiswa

yang termasuk kurang sekali dan kurang.

(2) Keterampilan Mahasiswa dalam Menyusun Instrumen Pemahaman Tingkah

Laku pada Mata Kuliah Teori Kepribadian

Tabel 7

Rata-Rata Keterampilan Mahasiswa dalam Menyusun Instrumen Pemahaman

Tingkah Laku pada Mata Kuliah Teori Kepribadian

No. Kategori Keterampilan

Mahasiswa dalam Menyusun Instrumen

Pemahaman Tingkah Laku Siswa

Evaluasi Awal-1

(%)

Evaluasi Awal-2

(%)

Evaluasi pada

Siklus 1(%)

Evaluasipada

Siklus 2-1(%)

Evaluasipada

Siklus 2-2(%)

1 Baik sekali 0 0 20,60 30,35 20,45

2 Baik 0 0 66,40 20,00 16,20

3 Cukup 1,00 1,80 3,00 4,00 3,00

4 Kurang 2,50 2,00 2,70 1,30 1,20

5 Kurang sekali 54,40 40,30 7,30 2,20 1,30

Jumlah 100 100 100 100 100

Tabel 8

iv

Rata-Rata Keterampilan Mahasiswa dalam Menyusun Instrumen Pemahaman

Tingkah Laku pada Mata Kuliah Teori Kepribadian (Lanjutan Tabel 7)

No. Kategori Keterampilan Mahasiswa dalam Menyusun Instrumen Pemahaman Tingkah Laku Siswa

Evaluasi Awal

(6 teori Keprib.)

(%)

Evaluasi pada

Siklus 1(6 Teori Keprib.)

(%)

Evaluasipada

Siklus 2(6 Teori Keprib.)

(%)1 Baik sekali 0 20,60 50,80

2 Baik 0 66,40 36,20

3 Cukup 2,80 3,00 7

4 Kurang 4,50 2,70 2,50

5 Kurang sekali 94,70 7,30 3,50

Jumlah 100 100 100

Tabel 8 di atas memperlihatkan bahwa pada evaluasi awal (pretes)

mahasiswa umumnya (94,70%) termasuk kurang sekali dalam menyusun instrumen

pemahaman tingkah laku. 4,50% termasuk kurang, dan 2,18% termasuk cukup.

Tidak ada mahasiswa yang termasuk baik dan baik sekali. Pada evaluasi siklus 1,

sebesar 20,00% mahasiswa termasuk baik sekali, 66,40% termasuk baik, 3.0%

termasuk cukup, 2,70% termasuk kurang, dan 7,30% termasuk kurang sekali. Pada

evaluasi siklus 2, sebesar 50,80% termasuk baik sekali, 36,20% termasuk baik,

7,0% termasuk cukup, 2,50% termasuk kurang, dan 3,50% termasuk kurang sekali.

Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum terjadi

peningkatan penguasaan dalam menyususn instrumen pemahaman tingkah laku

pada pembelajaran teori kepribadian, yaitu pada kategori baik sekali, cukup.

Sedangkan pada kategori baik terjadi penurunan. Penurunan disebabkan oleh

karena terjadi peningkatan pada kategori baik sekali dan terjadipenurunan dari

kategori kurang sekali dan kurang. Terjadi penurunan pada kategori kurang sekali

dan kurang.

iv

(3) Keterampilan mahasiswa dalam praktek (menjalankan) dan

menginterpretasikan data tentang pemahaman tingkah laku siswa berbasis teori

kepribadian

Tabel 9

Rata-Rata Keterampilan Mahasiswa dalam Menjalankan dan Menginterpretasikan

Tingkah Laku Siswa Berbasis Teori Kepribadian

No. Kategori Keterampilan Mahasiswa dalam Menjalankan dan

Menginterpretasikan Tingkah Laku

(Kepribadian) Siswa

Evaluasi Awal-1(3 teori Keprib.

Pertama)

(%)

Evaluasi Awal-2(3 teori Keprib. Kedua)

(%)

Evaluasi pada

Siklus 1(6 teori Keprib.)

(%)

Evaluasipada

Siklus 2-1 (3 teori Keprib.

Pertama)

(%)

Evaluasipada

Siklus2-2(3 teori Keprib. Kedua)

(%)1 Baik sekali 0 0 19,50 31,40 29,40

2 Baik 0 0 67,40 16,05 10,15

3 Cukup 1,00 1.00 3,00 3,50 3,50

4 Kurang 2 1 3,60 1,25 1,15

5 Kurang sekali 50 44 8,40 2,40 1,20

Jumlah 100 100 100 100 100

Tabel 10

Keterampilan Mahasiswa dalam Menjalankan dan Menginterpretasikan

Tingkah Laku Siswa Berbasis Teori Kepribadian (Lanjutan Tabel 9)

No. Kategori Keterampilan Mahasiswa dalam Menjalankan dan

Menginterpretasikan Tingkah Laku (Kepribadian)

Siswa

Evaluasi Awal

(6 teori Keprib.)

(%)

Evaluasi pada

Siklus 1(6 teori Keprib.)

(%)

Evaluasipada

Siklus 2(6 teori Keprib.)

(%)1 Baik sekali 0 19,50 60,80

2 Baik 0 67,40 26,20

3 Cukup 2 3,00 7

4 Kurang 3 3,60 2,40

5 Kurang sekali 94 8,40 3,60

Jumlah 100 100 100

iv

Tabel 10 di atas memperlihatkan bahwa pada evaluasi awal (pretes)

keterampilan mahasiswa umumnya (94%) termasuk kurang sekali dalam

menjalankan dan menginterpretasikan tingkah laku. 3,0% termasuk kurang, dan

2,0% termasuk cukup. Tidak ada mahasiswa yang termasuk baik dan baik sekali.

Pada evaluasi siklus 1, sebesar 19,50% keterampilan mahasiswa termasuk baik

sekali, 67,40% termasuk baik, 3,00% termasuk cukup, 3,60% termasuk kurang, dan

8,40% termasuk kurang sekali. Pada evaluasi siklus 2, sebesar 60,80%

keterampilan mahasiswa termasuk baik sekali, 26,20% termasuk baik, 70%

termasuk cukup, 2,40% termasuk kurang, dan 3,60% termasuk kurang sekali.

Berdasarkan data-data tersebut tampak bahwa secara umum terjadi peningkatan

keterampilan dalam menjalankan dan menginterpretasikan tingkah laku pada

pembelajaran teori kepribadian.

(4) Hasil observasi tentang pelaksanaan pembelajaran pemahaman tingkah laku

pada mata kuliah teori kepribadian

Tabel 11

Rata-Rata Skor Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Pemahaman Tingkah Laku pada Mata Kuliah Teori Kepribadian

No Deskripsi Skor & Kategori

Baik

Sekali

Baik Kurang Buruk

1 Kelengkapan materi 24

2 Dosen memberi contoh-

contoh, ilustrasi

21

3 Dosen memberi kesempatan

tanya jawab

20

4 Dosen memberi feedback 18

5 Dosen menyimpulkan

materi perkuliahan

19

6 Mahasiswa belajar secara

individual

18

iv

7 Mahasiswa belajar dalam

kelompok

18

8 Mahasiswa

mempresentasikan hasil

belajar

18

9 Respon mahasiswa:

a. Ketertarikan

b. Motivasi

c. Kesungguhan

d. Perasaan senang

18

18

18

18

10 Dosen menginformasikan

kegiatan perkuliahan untuk

pertemuan berikutnya

18

Tabel 11 memperlihatkan bahwa pada rata-ratanya dosen mengajar dengan

materi termasuk lengkap sekali (yaitu rata-rata skor 24). Dosen yang mengajar

termasuk kategori baik adalah dalam hal memberi contoh dan ilustrasi (rata-rata

skor = 21), memberi kesempatan tanya jawab kepada mahasiswa (rata-rata = 20),

dosen memberi feedback (rata-rata = 18), dosen menyimpulkan materi perkuliahan

(rata-rata skor = 19), dosen menjalankan mahasiswa belajar dalam kelompok (rata-

rata skor = 18), dosen menyuruh mahasiswa mempresentasikan hasil belajar (rata-

rata skor = 18), dan dosen menginformasikan kegiatan perkuliahan untuk

pertemuan berikutnya (rata-rata skor = 18). Seiring dengan pembelajaran yang

dilakukan oleh dosen, respon mahasiswa yang termasuk baik adalah dalam bentuk

ketertarikan mereka terhadap pembelajaran yang dijalankan oleh dosen (rata-rata

skor = 18), motivasi (rata-rata skor = 18), kesungguhan (rata-rata skor = 18), dan

perasaan senang (rata-rata skor = 18). Berdasarkan data di atas tampak bahwa

proses pembelajaran materi pemahaman tingkah laku dalam teori kepribadian,

dapat dikatakan dosen maupun mahasiswa menjalankan perannya sesuai 10 aspek

data yang diungkap, termasuk baik.

(5) Hasil observasi tentang feedback yang dilakukan oleh dosen dalam

iv

pembelajaran

Tabel 12

Feedback yang Dilakukan oleh Dosen dalam Pembelajaran

No Deskripsi Skordan & Kategori

Baik

Sekali

Baik Kurang Buruk

1 Penguasaan mahasiswa terhadap materi

3,50

2 Resume materi yang dilakukan oleh mahasiswa

3,30

3 Tanggapan mahasiswa terhadap dosen (bertanya, menjawab, memberi gagasan)

3,60

4 Tanggapan mahasiswa terhadap presentasi mahasiswa lain

3,10

5 Keikutsertaan mahasiswa dalam belajar kelompok

3,60

Total

Tabel 12 memperlihatkan bahwa pada rata-ratanya dosen memberi feedback

tergolong baik sekali dalam hal: 1) memberi feedback pada penguasaan mahasiswa

dalam materi pemahaman tingkah laku (rata-rata skor 3,5). Penguasaan tersebut

meliputi penguasaan yang tinggi maupun yang rendah, 2) memberi feedback

terhadap mahasiswa yang menanggapi pengajaran yang dilakukan oleh dosen

seperti bertanya, menjawab, memberi gagasan (rata-rata 3,60), 3) memberi

feedback terhadap keikutsertaan (partisipasi) mahasiswa dalam belajar kelompok

(rata-rata 3,60). Selebihnya dosen memberi feedback tergolong baik dalam hal: 1)

memberi feedback terhadap resume yang dikerjakan oleh mahasiswa (rata-rata

3,30), 2) memberi feedback terhadap tanggapan-tanggapan mahasiswa selama

proses mempresentasikan hasil belajar (rata-rata 3,10). Berdasarkan data di atas

tampak bahwa dalam pembelajaran materi pemahaman tingkah laku pada teori

kepribadian, dapat dikatakan dosen memberi feedback tergolong baik yang

cenderung sangat baik.

(6) Self Efficacy (kepercayaan diri) mahasiswa dalam memahami tingkah laku.

iv

Tabel 13

Self Efficacy Mahasiswa dalam Memahami Tingkah Laku

No. Kategori Self Efficacy

Mahasiswa

Evaluasi Awal

(%)

Evaluasi

Siklus 1

(%)

Evaluasi

Siklus 2

(%)

1 Baik sekali 2,00 15,60 39,50

2 Baik 12,40 32,40 16,00

3 Cukup 23,60 35,50 34,50

4 Kurang 31,45 13,50 10,00

5 Kurang sekali 30,55 3,00 0

Jumlah 100 100 100

Tabel 13 di atas memperlihatkan bahwa pada evaluasi awal (pretes) self

efficacy mahasiswa dalam pemahaman tingkah laku pada umumnya termasuk

kurang (rata-rata 31,45%) dan kurang sekali (rata-rata 30,55%). Termasuk cukup

sebesar 23,60%, termasuk baik 12,40%, dan baik sekali 2%. Pada evaluasi siklus 1,

self efficacy mahasiswa termasuk baik sekali sebesar 15,60%, termasuk baik

sebesar 32,40%, termasuk cukup sebesar 35,50%, termasuk kurang sebesar

13,50%, dan termasuk kurang sekali sebesar 3%. Pada evaluasi siklus 2, sebesar

39,50% termasuk baik sekali, 16% termasuk baik, 34.50% termasuk cukup, 10%

termasuk kurang, dan tidak ada mahasiswa yang self efficacynya termasuk kurang

sekali. Berdasarkan data-data tersebut tampak bahwa secara umum terjadi

peningkatan self efficacy mahasiswa dalam memahami tingkah laku pada

pembelajaran teori kepribadian.

2. Pembahasan

Hasil implementasi pembelajaran dengan “Pengalaman langsung” dan

“Pemberian feedback” pada mata kuliah Teori Kepribadian dalam memahami

tingkah laku, telah berhasil meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Peningkatan

tersebut mencakup penguasaan terhadap materi pemahaman tingkah laku dalam

teori-teori kepribadian, sampai pada keterampilan menyusun, menjalankan

iv

instrumen, dan menginterpreatsikan tingkah laku berdasarkan data yang diperoleh

dari instrumen yang dijalankan.

Teknik pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyeimbangkan antara

teori dengan praktek pengalaman langsung (yaitu menyusun, menjalankan

instrumen, dan menginterpretasikan tingkah laku), dan pemberian feedback

(umpan balik) dalam pembelajaran, yang telah memperlihatkan kontribusinya

terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami

tingkah laku, maka berarti dapat dipertanggung jawabkan bahwa pembelajaran

mata kuliah Teori Kepribadian, khususnya untuk materi pemahaman tingkah laku

yang mengimplementasikan teknik pembelajaran pengalaman langsung dan

pemberian feedback akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa

dalam memahami tingkah laku.

Terjadinya peningkatan tersebut dapat dijelaskan melalui hasil observasi

terhadap pembelajaran yang diselenggarakan oleh dosen bahwa pada rata-ratanya

dosen termasuk baik dalam memberikan materi pembelajaran yang lengkap,

memberi contoh dan ilustrasi, memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk

bertanya dan memberi gagasan serta dosen memberi jawaban atau menjelaskan

pertanyaan dan gagasan para mahasiswa. Dosen memberi kesempatan belajar

secara individual dan kelompok di dalam kelas, memberi kesempatan pada

mahasiswa untuk mempresentasikan hasil belajarnya, dan dosen memberi feedback

pada mahasiswa selama proses pembelajaran. Perilaku dosen demikian

memperkuat motivasi belajar mahasiswa, mahasiswa menjadi belajar lebih

sungguh-sungguh, dan menimbulkan perasaan tertarik dan perasaan senang

mahasiswa dalam mempelajari teori-teori kepribadian untuk memahami tingkah

laku siswa. Mahasiswa juga menjadi lebih siap (ready) untuk mengikuti

perkuliahan berikutnya, oleh karena dosen menginformasikan kepada mahasiswa

tentang kegiatan yang akan dilakukan pada perkuliahan berikutnya.

Terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

memahami tingkah laku, menunjukkan bahwa konsep atau teori tentang

pengalaman belajar yang dikemukakan oleh Edgar Dale (Sanjaya, 2008; Winarji,

2009; Menanti, 2009) berlaku dalam temuan penelitian ini. Artinya bahwa semakin

iv

lebih konkrit seseorang memperoleh pengetahuan melalui “pengalaman langsung”,

maka semakin mempermudah perolehan hasil belajar. Dalam penelitian ini, belajar

dengan pengalaman langsung dilaksanakan melalui latihan praktek menyusun

instrumen, menjalankan instrumen, dan menginterpretasikan tingkah laku.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami

tingkah laku, juga merupakan hasil dari feedback yang diberikan oleh dosen

terhadap mahasiswa selama pembelajaran. Produk feedback tersebut antara lain

adalah berkembangnya perasaan tertarik, berkembangnya motivasi, dan munculnya

perasaan senang, sehingga mahasiswa lebih bersungguh-sungguh dalam belajar,

yang berdampak pada hasil belajar dan meningkatnya self efficacy mahasiswa

dalam memahami tingkah laku, khususnya terbatas pada ruang lingkup tingkah

laku siswa di sekolah yang diungkap melalui inventory, kuesioner, observasi,

wawancara yang tidak bersifat klinis mendalam.

iv

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan penguasaan mahasiswa dalam materi pemahaman tingkah laku,

keterampilan mahasiswa dalam menyusun instrumen pemahaman tingkah laku,

keterampilan menjalankan instrumen dan dalam menginterpretasikan tingkah laku.

Peningkatan pada materi pengetahuan dan keterampilan pemahaman tingkah laku

tersebut berdampak pada meningkatnya self efficacy mahasiswa dalam memahami

tingkah laku siswa di sekolah.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam memahami tingkah laku

siswa tersebut, didukung oleh pembelajaran yang mengimplementasikan

“Pengalaman langsung” dam “Pemberian feedback kepada mahasiswa selama

proses pembelajaran.

2. Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lanjut yang mengungkap lebih dalam

mengenai keterkaitan antara hasil belajar dengan variabel psikologis selain self

efficacy seperti self concept. Disarankan agar dipertimbangkan adanya

penambahan bobot sks mata kuliah Teori Kepribadian menjadi 4 sks, mengingat

bahwa melalui mata kuliah Teori Kepribadian mahasiswa akan memperoleh

keterampilan dasar dalam menjalankan perannya kelak sebagai helper bagi siswa di

sekolah.

.

iv

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. 2005. Standar Kompetensi Konselor

Indonesia. Semarang.

Blocher, D. H. 1974. Developmental Counseling. New York: Macmillan

Publishing Company.

Booere, C. G. 2008. Personality Theories. Diterjemahkan oleh Inyiak Ridwan

Muzir. Jogyakarta: Prismasophie.

Brophy, J. E. & Thomas, G. 1990. Educational Psychology. New York: Longman.

Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Diterjemahkan oleh Kartini

Kartono. Jakarta: Grafindo Persada.

Dick, W & Crey, L. 1990. A Systematic Design of Instruction. New York: Harper

Collins Publisher.

Engels, D. W. & Dameron, J. D. 1990. The Professional Counselor: Competencies,

Performance Guidelines and Assesment. Texas: American Association for

Counseling and Development.

Evaluasi Diri Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNIMED. 2008.

Farozin, M. Dan Fathiyah, K. N. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Jurusan/Prodi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

UNIMED. 2009. Kurikulum S1 Berdasarkan Kompetensi Sistem Blok

Program Studi Bimbingan dan Konseling. Medan: Jurusan/Prodi Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED.

Jurusan/Prodi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

UNIMED. Tanpa Tahun. Daftar Nama Mata Kuliah Kurikulum Inti Prodi

BK: Dikembangkan Berdasarkan Kompetensi, Subkompetensi, dan Indikator

SKKI. Medan: Jurusan/Prodi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas

Ilmu Pendidikan UNIMED.

Kartadinata, S. 2010. Isu-Isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan.

Bandung: UPI Press.

iv

Murad, A. 2005. Standar Kualitas Kompetensi Konselor Profesional. Disertasi.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Race, P. 1999. 2000 Tips for Lecturer. London: Kogan Page.

Saifuddin, A. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Santrock, J. W. 2008. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Tri

Wibowo B. S. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suryabrata, S. 1990. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali.

Triyono, dkk. Tanpa Tahun. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru

Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.

Webster’s Comprehensive Dictionary. 2003. Florida: Trident Press International

Wiriaatmadja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

iv

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv