pmanasan
Click here to load reader
-
Upload
febrian-adhitya-rachman -
Category
Documents
-
view
7 -
download
2
description
Transcript of pmanasan
PEMANASAN
Perubahan kimia dan lemak yang dipanaskan
Pemanasan menyebabkan 3 macam perubahan kimia dan lemak yaitu:
1. Terbentuknya peroksida dalam asam lemak tidak jenuh
2. Peroksida berdekomposisi menjadi persenyawaan karbonil
3. Polimerisasi oksidasi sebahagian.
Minyak goreng mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dalam
molekul trigliserida. Produk yang terbentuk dapat diklasifikasikan menjadi 2
golongan utama.
1. Hasil dekomposisi yang tidak menguap (NVDP),
Yang tetap terdapat dalam minyak dapat diserap oleh bahan pangan yang
digoreng. Tiga reaksi yang dapat berbentuk ( NVDP), autooksidasi, thermal
polimerisasi, dan termal oksidasi. sebahagian besar dari minyak goreng
mengandung sejumlah besar asam oleat dan linoleat.
Tabel 14. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Goreng
Asam Lemak Shortening Minyak
Jagung
Minyak Biji
kapas
Lemak sapi
Miristat 2,1 - 1,1 3,2
Palmitat 25,3 11,8 24,1 25,9
Palmitoleat 2,6 - 0,9 2,8
Stearat 18,7 1,9 13,8 21,3
Oleat 44,7 24,1 22,7 38,8
Linoleat 6,5 56,3 34,3 2,0
Pada proses penggorengan, yang menggunakan suhu tinggi dan dengan
adanya oksigen, maka asam lemak tidak jenuh tersebut akan mengadakan
reaksi kimia.
Pembentukan persenyawaan tidak menguap ( non – Volatile).
a. Autooksinasi
Reaksi-reaksi akan terjadi selama proses autooksidasi adalah thermal
polimerisasi, dan thermal oksidasi sehingga membentuk hasil dekomposisi
yang bersifat tidak menguap (non –volatile).
b. Thermal Polimerisasi
Jika minyak dipanaskan pada suhu tinggi ( sekitar 2500C) tanpa oksigen,
maka kan terjadi peristiwa polimerisasi . asam linoleat yang terdapat dalam
minyak berkonjugasi akibat pemanasan akan bersiklisasi sendiri atau
dengan molekul lain yang mengandung ikatan rangkap endosiklis dan satu
ikatan rangkap eksosiklis yang berfungsi sebagai dienophile untuk bereaksi
dengan molekul linoleat.
c. Oksidasi Thermal:
Jika minyak dipanaskankan pada suhu tinggi dengan adanya oksigen,
disebut oksidasi thermal. Proses ini terjadi pada waktu proses menggoreng,
misalnya pada lapisan permukaan lemak panas yang kontak dengan oksigen
atmosfir.
Pemanasan minyak dalam jangka panjang akan meningkatkan persentase
hasil oksidasi berupa zat tidak menguap(N.V.P). hal ini dapat diketahui dari
kenaikan persentase zat yang mempunyai berat molekul tinggi.
2. Hasil dekomposissi yang dapat menguap (VDP),
Yang keluar bersama-sama uap pada waktu lemak dipanaskan.
Persenyawaan VDP telah diteliti dengan menampung uap yang terbentuk
dari minyak jagung yang dipanaskan. Uap tersebut akhirnya
dikondensasikan dan selanjutnya difraksinasikan menjadikan persenyawaan
bersifat asam dan bukan basa, dengan cara ekstarksi menggunakan larutan
natrium karbonat 10 persen. Komposisi yang terdapat dalam VDP hasil dari
pemanasan minyak, terdiri dari alkohol, ester, lakton , aldehida, keton dan
senyawa aromatik.
Fraksi VDP bersifat asam, dihasilkan dengan reaksi sebagai berikut :
Pada awal pemanasan
Reaksi tersebut disusul dengan hidrolisa trigliserida.
Oksidasi dari asam lemak berantai panjang.
Degradasi thermal terhadap ester.
Thermal oksidasi pada atom karbon alfa, dari asam dalam molekul
trigliserida.
Akhirnya, autooksidasi aldehida dan keton membentuk asam karboksilat
dan aldehida rantai pendek.
Faktor –faktor yang berpengaruh pada pemanasan
1. Lamanya minyak kontak dengan panas
Berdasarkan penelitian terhadap minyak jagung, pada pemanasan 10-12
jam pertama dibilangan iod berkurang dengan kecepatan konstan,
sedangkan jumlah oksigen dalam lemak bertambah dan selanjutnya
menurun setelah pemanasan 4 jam kedua (berikutnya).
2. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kerusakan minyak telah diselidiki dengan
menggunakan contoh minyak jagung yang dipanaskan selama 24 jam pada
suhu 1200C, 1600, 2000C.minyak dialiri udara pada 150
ml/menit/kilo.minyak hasil suhu 120 dan 160 0C, menghasilkan bilangan
peroksida lebih rendah dibandingkan dengan pemanasan pada suhu 1200C,
dan hal ini merupakan suatu indikasi bahwa persenyawaan peroksida
bersifat tidak stabil terhadap panas.
3. Akselerator Oksidasi
Kecepatan aerasi juga memegang peranan penting dalam menentukan
perubahan –perubahan selama oksidasi thermal. Nilai kekentalan naik
secara proporsionil dengan kecepatan aerasi, sedangkan bilangan iod
semakin menurun dengan bertambahnya kecepatan aerasi.
4. Komposisi campuran asam lemak dan posisi dari asam lemak dalam
molekul trigliserida.
Asam lemak jenuh yang murni dan berbagai macam trigliserida
sintesis,jika diserang oksigen pada suhu tinggi mengakibatkan
dehidrogenasi dan terbentuknya persenyawaan tidak jenuh. Serangan
oksigen dalam suhu tinggi menghasilkan hidroperoksida dan hasil antara
( intermediet produckt) yang mengandung gugus hidroksil, karbonil dan
karboksil.
Anti Oksidan
Berdasarkan penelitian Food Laboratoris of eastman chemical product
Inc. Telah diketahui efektivitas beberapa jenis anti oksidan. Sifat sinergis dari
fosfolipid, serta pengaruh asam sitrat dan asam fosfat terhadap anti oksidan
pada kondisi tertentu.
Penggolongan anti oksidan
Pada umumnya anti oksidan mengandung struktur inti yang sama, yaitu
mengandung cincin benzene tidak jenuh disertai gugusan hidroksil atau
gugusan amino.
1. Golongan phenol
Anti-oksidan yang termasuk dalam golongan ini biasanya
mempunyai intensitas warna yang rendah atau kadang- kadang tidak
berwarna dan banyak digunakan karena tidak beracun. Anti-oksidan
golongan phenol meliputi sebahagian anti oksida yang dihasilkan oleh
alam dan sejumlah kecil anti oksidan sintesis, serta banyak digunakan
dalam lemak atau bahan pangan berlemak.
2. Golongan amin
Anti- oksidan yang mengandung gugus amino atau diamino yang
terikat dengan cincin benzena biasanya menghasilkan warna yang
intensif jika dioksidasi atau bereaksi dengan ion logam, dan umumnya
stabil terhadap panas serta ekstraksi dengan kaustik. Anti oksidan yang
termasuk golongan amin banyak digunakan dalam industri non pangan,
terutama pada industri karet.
3. Golongan Amino-phenol
Golongan anti-oksidan ini biasanya mengandung gugusan phenolat
dan amino yang merupakan gugus fungsionil penyebab aktivitas anti
oksidan. Golongan persenyawaan aminophenol ini banyak digunakan
dalam industri petroleum. Untuk mencegah terbentuknya gum dalam
gasoline.
Adanya gugus hidroksil (-OH) dan amino (-NH2) yang terikat pada
cincin aromatis memegang peranan penting dalam aktivitas anti oksidan.
Potensi anti oksidan tersebut diperbesar oleh adanya subsitusi gugus lain
yang terikat pada cincin aromatis.
Berdasarkan tipe kimia dan strukturnya, penggolongan anti- oksidan
ditetapkan oleh mattil sebagai berikut :
a. Tipe asam
b. Tipe inhibitol dan hidroquinone
c. Tipe phenol
Mekanisme kerja anti-oksidan
Mekanisme anti oksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan
reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat
disebabkan oleh 4 macam mekanisme reaksi, yaitu:
a. Pelepasan hidrogen dari anti oksidan
b. Pelepasan elektron dari enti-oksidan
c. Adisi lemak kedalam cincin aromatik pada anti oksidan
d. Pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik
dari oksidan.
Adapun tahap-tahap reaksinya:
RH +*O-O* Cahaya/panas R* + *OOH (fre radical intiating)
R*+ *O-O* RO2* (chain propagating)
RO2* + RH RO2H ( chain propagating)
R* +*OOH RO2H (Chain terminating)
R* + R* RR (Chain terminating)
R* + R* RO2R (Chain terminating)
Keterangan:
RH = lemak / minyak tidak jenuh
RO2* = peroksida aktiv
R* = Asam lemak tidak jenuh aktiv
SYNERGIST
Anti oksidan primer yang paling efektif dan banyak digunakan dalam
bahan pangan adalah senyawa poliphenolat dan akan mempunyai pengaruh
synergystic jika dikombinasikan dengan beberapa jenis asam seperti asam
askorbat, asam sitrat dan asam fosfat.asam-asam sinergys ini pada umumnya
juga efektif sebagai bahan pengikat logam (metal-chelating agent).
Biasanya anti oksidan BHT tidak mempunyai aktivitas ekstrim dalam
minyak yang mempunyai jumlah ikatan tidak jenuh yang tinggi, misalnya
minyak ikan. Penambahan asam phospat dalam kasus tersebut mengkatalisasi
pembentukan kompleks BHT lipid, sehingga akan mempertinggi potensi anti
oksidan.
Tidak semua anti oksidan dapat digunakan untuk tujuan bahan pangan.
Anti oksidan yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu:
1. Tidak beracun dan mempunyai efek fisiologis
2. Tidak menimbulkan flavor yang tidak enak, rasa dan warna pada
lemak atau bahan pangan.
3. Larut sempurna dalam minyak atau lemak.
4. Efektif dalam jumlah yang relatif kecil.
Anti oksidan yang digunakan sering kali pada bahan pangan adalah
umumnya berasal dari alam, misalnya asam sitrat, askorbat dan
tartarat, karotene, lesitin, asam maleat dan gum guaiac.
Adapun jenis anti oksidan yang dapat ditambahkan kedalam lemak, dan dapat
dilihat pada tabel 17.
Tabel 1.7 Beberapa macam senyawa yang dapat digunakan sebagai anti oksidan
No Anti oksidan No Anti oksidan
1. Asam askorbat 11 Sesamol
2 Asam sitrat 12 Prophyl gallate
3 Asam glakturonat 13 Lauryl gallate
4 α- tocopherol 14 Hexyl gallate
5 ϒ – tocopherol 15 Asam gallate
6 α – conidedrol 16 Butilated hydroxyanisole (BHA)
7 ß- conidedrol 17 di-ter-butyl-p-cresol
8 Norconidedrin 18 Nordihydroguaiaretic acid (NDGA)
9 Grum guaial 19 Lecithin
10 hidroguinone 20 Catecol
Kehilangan anti oksidan ( ANTIOXIDANTT LOSS)
Secara teoritis anti oksidan akan kehilangan potensi jika tidak mempunyai
kemampuan lagi untuk mengikat hidrogen atau elektron atau menjadi bagian
dari molekul lemak.
Beberapa jenis anti oksidan, terutama golongan phenolat, bersifat dapat
menguap pada suhu kamar, terlebih-lebih pada proses menggoreng. Anti
oksidan yang mengandung rantai alifatis yang terikat pada struktur cincin, dan
telah digunakan untuk menentukan pengaruh molekul yang lebih besar
terhadap resistensinya pada penyulingan uap. Kehilangan anti oksidan ini
disebabkan oleh penguapan akibat degredasi molekul, terutama pada suhu yang
semakin meningkat.