referat ulkus korna dan hipopion.doc

25
PENDAHULUAN Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. 1 Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea. 2 Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia. 2 1

Transcript of referat ulkus korna dan hipopion.doc

Page 1: referat ulkus korna dan hipopion.doc

PENDAHULUAN

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan

dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini

dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan

diobati secara memadai.1

Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda

asing, dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau

jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea

merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan

kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.2

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya

infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat

terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan

yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi

berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang

sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan

nomor dua di Indonesia.2

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata

sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.

Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa

bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak

tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang

luas.2

Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di

Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena

trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3

1

Page 2: referat ulkus korna dan hipopion.doc

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal

sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung

melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata

mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar

11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-

beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan

Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan

kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan

refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea

juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan

melihat halo.1

Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1.Lapisan epitel. Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak

bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel

polygonal dan sel gepeng.

2

Page 3: referat ulkus korna dan hipopion.doc

2.Membran Bowman. Terletak dibawah membrana basal epitel kornea

yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan

berasal dari bagian depan stroma.Tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma. Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen

yang sejajar satu dengan yang lainnya.

4.Membran Descement. Merupakan membrana aselular dan merupakan

batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan

membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus

seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

5.Endotel. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal,

besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui

hemidosom dan zonula okluden.4

Gambar 2. Corneal Cross Section

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf

siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di

daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4 Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-

pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga

mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan

oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1

DEFINISI 2,4

3

Page 4: referat ulkus korna dan hipopion.doc

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea

bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai

stroma.

EPIDEMIOLOGI

Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di

Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena

trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya.

Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut

kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di

USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga

dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. 3

PATOFISIOLOGI

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,

dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel

dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di

permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,

segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya

kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang

hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak

segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.

Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma

kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi

pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.

Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit

polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak

sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan

tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6

4

Page 5: referat ulkus korna dan hipopion.doc

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea

baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa

sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior)

pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris,

yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada

ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya

dilatasi pada pembuluh iris. 1

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan

superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih

kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan

terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5

ETIOLOGI

Infeksi

Infeksi bakteri P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies

Moraxella merupakan penyebab paling sering. Infeksi jamur disebabkan oleh

Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Infeksi virus lainnya

varicella-zoster, variola, vacinia. Acanthamoeba. Infeksi kornea oleh acanthamoeba

adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak,

khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya

ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang

tercemar. 1,4,5,6

Noninfeksi

Bahan kimia, radiasi atau suhu, Sindrom Sjorgen, Defisiensi vitamin A,

obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, kelainan dari membran basal,

misalnya karena trauma, kelainan sistem imun seperti granulomatosa wagener dan

rheumathoid arthritis. 1,4,5,6

5

Page 6: referat ulkus korna dan hipopion.doc

KLASIFIKASI 1,6

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah

tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram

dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan

menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok

pneumonia. 1,6

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik

kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak

diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan

infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu

reaksi radangnya minimal. 1,6

Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral

kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.

Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.

gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan

berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata

depan dapat terlihat hipopion yang banyak. 1,6

6

Page 7: referat ulkus korna dan hipopion.doc

Gambar 3.Ulkus Kornea Bakterialis - Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang

dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan

gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel

yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan

sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus

ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya

ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis. 1,6

Ulkus Kornea Fungi : Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa

hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur

ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak

kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada

bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian

sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam,

seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong

dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.

Terdapat injeksi siliar disertai hipopion. 1,6

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi

Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan

perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada

7

Page 8: referat ulkus korna dan hipopion.doc

mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea

keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk

dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster

berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan

rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi

sekunder.1,6

Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus

herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan

tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan

epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi

pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar

preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan

fluoresin dengan benjolan diujungnya. 1,6

Gambar 5.Ulkus Kornea Dendritik - Ulkus Kornea Herpetik

Ulkus Kornea Acanthamoeba : Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding

dengan temuan kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus

kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural. 1,6

Gambar 6. Ulkus Kornea Acanthamoeba

Ulkus Marginal : Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk

simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi

stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar

8

Page 9: referat ulkus korna dan hipopion.doc

gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan

biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus

eritromatosis dan lain-lain. 1,6

Gambar 7. Ulkus Marginal

Ulkus Mooren : Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea

kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai

sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori

hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu

mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang

meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral. 1,6

Gambar 8. Mooren's Ulcer

Ring Ulcer : Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat

ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau

dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang

dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak

ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun. 1,6

MANIFESTASI KLINIS

Gejala subjektif dapat berupa eritema pada kelopak mata dan konjungtiva,

sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair,

9

Page 10: referat ulkus korna dan hipopion.doc

bintik putih pada kornea sesuai lokasi ulkus, silau, dan nyeri. Infiltat yang steril

dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak

disertai dengan robekan lapisan epitel kornea. Gejala objektif berupa injeksi siliar,

hilangnya sebagian jaringan kornea, adanya infiltrat, dan hipopion. 4

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya

riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang

bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering

kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien

seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus

terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit

sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi

khusus.1,3,5

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi

siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat

dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan

pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman penglihatan, tes refraksi, tes air mata,

pemeriksaan slit-lamp, keratometri, respon reflek pupil, pewarnaan kornea dengan zat

fluoresensi. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur pulasan gram, giemsa atau

KOH1,3,5

PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes

mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi

reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien

tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat

sistemik. 4,6,7

10

Page 11: referat ulkus korna dan hipopion.doc

Penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan adalah jika memakai lensa

kontak, secepatnya untuk melepaskannya, jangan memegang atau menggosok-gosok

mata yang meradang, mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering

mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih. 4,6,7

Penatalaksanaan medikamentosa dapat meliputi

Pengobatan konstitusi. Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang

dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus

diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat,

pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin

C. 4,6,7

Pengobatan lokal. Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera

dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-

baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada

hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan. 4,6,7

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum

luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan

ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat

penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali. 4,6,7

Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat

komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi

menjadi jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya yaitu topikal

amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml,

golongan Imidazole. Jamur berfilamen diberikan topikal amphotericin B, thiomerosal,

Natamicin, Imidazol Ragi diberikan amphotericin B, Natamicin, Imidazol.

Actinomyces yang bukan jamur sejati diberikan golongan sulfa, berbagai jenis anti

biotik. 4,6,7

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal

untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi

11

Page 12: referat ulkus korna dan hipopion.doc

sekunder analgetik bila terdapat indikasi. Untuk herpes simplex diberikan pengobatan

IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer. 4,6,7

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

Kauterisasi dengan zat kimia iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni

trikloralasetat atau dengan panas memakai elektrokauter atau termophore. Dengan

instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada

pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan. 4,6,7

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak

menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan

yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh.

Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari

sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi

perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah

sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali. 4,6,7

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan

sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan

melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya

baru saja, maka dapat dilakukan iridektomi dari iris yang prolaps, iris reposisi, kornea

dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva, beri sulfas atripin, antibiotic dan balut

yang kuat. Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita

obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh

menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik. 4,6,7

Gambar 9.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat

pada kornea ditepi perforasi.

12

Page 13: referat ulkus korna dan hipopion.doc

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak

berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,

kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta

memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia. 4,6,7

Gambar 10. Keratoplasti

PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan cara lindungi mata dari

segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata, jika mata sering kering, atau

pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes mata agar

mata selalu dalam keadaan basah. Jika memakai lensa kontak harus sangat

diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut. 4,6,7

KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa kebutaan parsial atau komplit

dalam waktu sangat singkat, kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis

dan panopthalmitis, prolaps iris, sikatrik kornea, katarak, glaukoma sekunder. 7

PROGNOSIS

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat

lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada

tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu

penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi

13

Page 14: referat ulkus korna dan hipopion.doc

tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi,

maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga

dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan

penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan

resistensi. 3

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan

pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi

sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh

darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat

melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah

agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian

sikatrik. 3

14

Page 15: referat ulkus korna dan hipopion.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000

2. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito. 2001

3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004

4. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002

5. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989

6. Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, Eva PR, eds. General Ophtalmology 17th ed. USA Appleton Lange; 2008. p. 126-49

7. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine. Avaible from: http://www.emedicine.com/emerg/topic 115.htm.

15

Page 16: referat ulkus korna dan hipopion.doc

REFERATULKUS KORNEA DAN HIPOPION

Pembimbing : dr. H. Achmad Budi Utomo, Sp.M

dr. Erni Indraswati, Sp.MOleh :

Pipih Pertiwi, S.Ked08310236

KEPANITERAAN KLINIK SENIORFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNGRSUD 45 KUNINGAN 2013

16