Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih...

25

Click here to load reader

Transcript of Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih...

Page 1: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acruired Immune Deficiensy Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

istilah AIDS merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya kelainan yang

komplek dalam sistem pertahanan selular tubuh dan menyebabkan korban menjadi

sangat peka terhadap mikroorganisme oportunistik. Penyakit AIDS disebabkan

oleh Human Immunodeficiency Virus atau disingkat dengan HIV. Penyakit ini

merupakan penyakit kelamin, yang pada mulanya dialami oleh kelompok kaum

homoseksual. AIDS pertama kali ditemukan di kota San Francisco, Amerika

Serikat. Penyakit ini muncul karena hubungan seksual (sodomi) yang dilakukan

oleh komunitas kaum homoseksual (Varney, 2006: 151).

Menurut data UNAIDS/WHO AIDS Epidemic Update yang

dipublikasikan pada 21 November 2007, diperkirakan 39,5 juta Orang dengan

HIV/AIDS (ODHA). Terdapat 4,3 juta infeksi baru pada 2006, 2,8 juta (65

persen) dari jumlah tersebut terjadi di Sub-Sahara Afrika, sedangkan kawasan

Asia Selatan dan Asia Tenggara menyumbang angka 860.000 (15 persen).

Sedangkan kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai

akibat dari sel-sel yang tumbuh abnormal, diluar batas kewajaran dan tidak

terkendali perkembangannya. (Sunaryati, 2011: 12) Kanker mempunyai andil

yang besar dalam kasus kematian penduduk dunia. Insidensi kanker di Asia

berkisar 20 kasus baru di antara 100.000 penduduk. Adapun di negara maju, yaitu

100 kasus per 100.000 penduduk dan sekitar 40.000 akan meninggal akibat

penyakit ini.

Pasien yang menderita AIDS dan mengalami kanker memperlihatkan

adanya gangguan psikologis berupa stres dan depresi yang ditunjukkan dengan

perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup,

merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap

tubuhnya, dan merasa tidak berdaya. (Jeffry dkk, 2006: 157). Berdasarkan latar

belakang tersebutlah maka penulis menyusun makalah mengenai “Psikologi pada

Pasien dengan HIV AIDS dan Kanker”.

1

Page 2: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian HIV AIDS dan Kanker

2. Apa kebutuhan psikologi pada pasien dengan HIV AIDS dan Kanker

3. Bagaimana masalah psikologis yang akan terjadi pada pasien dengan

HIV AIDS dan Kanker

4. Apa strategi pemecahan masalah psikologis yang terjadi pada pasien

dengan HIV AIDS dan Kanker

5. Bagaimana sistem rujukan pada pasien HIV AIDS dan Kanker dalam

lingkup masalah psikologi

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

6. Untuk mengetahui pengertian HIV AIDS dan Kanker

7. Untuk mengidentifikasi kebutuhan psikologi pada pasien dengan HIV

AIDS dan Kanker

8. Untuk memprediksi masalah psikologis yang akan terjadi pada pasien

dengan HIV AIDS dan Kanker

9. Untuk menjelaskan strategi pemecahan masalah psikologis yang

terjadi pada pasien dengan HIV AIDS dan Kanker

10. Untuk menerangkan sistem rujukan pada pasien HIV AIDS dan

Kanker dalam lingkup masalah psikologi

2

Page 3: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

BAB II

HIV AIDS

A. Definisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS. HIV

tidak dikenal hingga awal tahun 1980-an, dan sejak saat itu telah menginfeksi

jutaan manusia di seluruh dunia. HIV ditularkan terutama melalui semen, darah

dan cairan serviks. Hasil dari infeksi HIV adalah rusaknya sistem kekebalan tubuh

yang akan menjadi penyebab munculnya AIDS. AIDS (Acquired Immune

Deficiency Syndrome) yaitu sindrom (kumpulan gejala) menurunnya kekebalan

tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS sangat mudah

tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita

telah menurun. Semua orang yang terinfeksi HIV adalah orang yang berisiko

untuk sakit atau mati akibat infeksi oportunistik dan komplikasi neoplastik

sebagai suatu konsekuensi yang tidak terelakkan dari AIDS (Nugraha, 2006: 125).

Untuk keperluan surveilans AIDS pada remaja dan dewasa (lebih dari 12

tahun), WHO telah menetapkan sebagai kasus AIDS apabila hasil tes untuk

antibodi HIV positif, dan munculnya satu atau lebih tandatanda/kondisi berikut

ini:

1. Berat badan menurun lebih dari 10 persen, disertai dengan diare kronis

atau demam berkepanjangan yang berlangsung lebih dari 1 bulan.

2. Cryptococcal meningitis.

3. Pulmonary atau extrapulmonary tuberculosis.

4. Sarkoma kaposi.

5. Kerusakan syaraf.

6. Candidiasis pada oesophagus.

7. Pneumonia dengan episode berulang.

8. Kanker serviks invasif.

Tidak ada obat atau vaksin untuk infeksi HIV, akan tetapi penggunaan

antiretroviral yang sangat aktif memberi harapan dalam memperpanjang usia

penderita. (Jerry dkk, 2006: 158)

3

Page 4: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

B. Kebutuhan Psikologi

Studi yang dilakukan oleh Meredith (dalam Varney: 2006) yang menanyai

wanita HIV positif mengenai apa yang mereka butuhkan dari perawatan mereka,

menjawab:

1. Perawatan personal dan dihargai

2. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-

masalahnya

3. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya

4. Tindak lanjut medis

5. Mengurangi penghalang untuk pengobatan

6. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka

Selain itu beberapa studi lainnya menjelaskan bahwa seorang penderita

HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari lingkungan sosialnya.

Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:1. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan

diperhatikan

2. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat

3. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang

dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang

akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. House (2006) membedakan empat jenis dimensi dukungan sosial

1) Dukungan EmosionalMencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap pasien dengan HIV AIDS yang bersangkutan2) Dukungan Penghargaan

Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain

4

Page 5: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

3) Dukungan InstrumentalMencakup bantuan langsung misalnya orang memberi

pinjaman uang, kepada penderita HIV AIDS yang membutuhkan untuk pengobatannya

4) Dukungan InformatifMencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.

C. Masalah Psikologi

Pasien yang didiagnosis dengan HIV akan mengalami masalah fisik,

psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah psikologis yang timbul adalah:

1. Stres, yang ditandai dengan menolak, marah, depresi, dan keinginan untuk

mati.

Individu yang terinfeksi AIDS (atas pemberitahuan dokter), biasanya

mengalami shock. Bisa putus asa (karena shock berat). Penderita mengalami

“depressi berat”, sehingga menyebabakan penyakit makin lama makin berat,

timbul berbagai infeksi opotunistik, penderita makin tersiksa. Biaya pengobatan

tambah besar, macam penyakit tambah banyak, obat yang di beri harus tambah

banyak dan tambah keras, dengan berbagai efek samping, yang memperparah

keadaan penderita.

2. Keyakinan diri yang rendah pada penderita HIV/AIDS akan menyebabkan

penderita mengalami hypochondria.

Dimana penderita seringkali memikirkan mengenai kehilangan, kesepian

dan perasaan berdosa di atas segala apa yang telah dilakukan sehingga

menyebabkan mereka kurang menitik beratkan langkah-langkah penjagaan

kesehatan dan kerohanian mereka. Seorang pasien yang telah didiagnosis HIV

positif dan mengetahuinya, kondisi mental penderita akan mengalami fase yang

sering disingkat SABDA (Shock, Anger, Bargain, Depressed, Acceptance).

3. Kecemasan akan HIV/AIDS berkorelasi negatif dengan Psychological

Well Being (kesejahteraan psikologis)

5

Page 6: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan pada penderita

HIV/AIDS, maka Psychological Well Being (kesejahteraan psikologis) pada

penderita HIV/AIDS akan semakin rendah.

Dalam pandangan masyarakat, ODHA sering dianggap memiliki perilaku

yang tercela (orang jahat) dan mereka kemudian dilihat sebagai orang yang berhak

mendapatkan takdir atas perilaku tercela tadi. Pada saat yang sama masyarakat

menyalahkan ODHA sebagai sumber penularan penyakit AIDS. Pandangan dan

pendapat masyarakat tentang HIV/AIDS yang akhirnya menimbulkan stigma dan

diskriminasi terhadap ODHA. Menurut The Centre for the Study of AIDS

University of Pretoria, terdapat 2 macam stigma, yaitu:

a. Eksternal stigma

Eksternal stigma merujuk pada pengalaman ODHA yang diperlakukan

secara tidak wajar/tidak adil dan berbeda dengan orang lain. Eksternal stigma

meliputi:

1) Menjauhi (avoidance), yakni orang-orang menjauhi ODHA atau tidak

menginginkan untuk menggunakan peralatan yang sama.

2) Penolakan (rejection), yakni orang-orang menolak ODHA. Hal ini

dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau teman yang tidak mau lagi

berhubungan dengan ODHA atau dapat juga suatu masyarakat atau

kelompok tertentu yang tidak mau menerima ODHA.

3) Peradilan moral (moral judgement), yakni orang menyalahkan ODHA

karena status HIV mereka atau melihat ODHA sebagai orang yang

tidak bermoral.

4) Stigma karena hubungan (stigma by association), yakni orang yang

terkait dengan ODHA (seperti keluarga atau teman dekatnya) akan

terstigma juga karena keterkaitan tersebut.

5) Keenggganan untuk melibatkan ODHA (unwillingness to invest in

PLHA), yakni orang mungkin akan dipinggirkan dalam suatu

organisasi/kelompok karena status HIV mereka.

6) Diskriminasi (discrimination), yakni penghilangan kesempatan untuk

ODHA, seperti ditolak untuk bekerja, ditolak untuk mendapatkan

6

Page 7: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

pelayanan kesehatan yang memadai atau petugas menolak untuk

melayani ODHA.

7) Pelecehan (abuse), yakni ODHA yang secara fisik ataupun lisan

dilecehkan.

8) Pengorbanan (victimization), sebagai contoh anak-anak yang

terinfeksi HIV atau anak yatim piatu yang orangtuanya meninggal

karena AIDS.

9) Pelanggaran hak asasi manusia (abuse of human right), sebagai contoh

pelanggaran asas kerahasiaan seperti membuka status HIV seseorang

pada orang lain tanpa persetujuan yang bersangkutan atau dilakukan

tes HIV tanpa melakukan informed consent.

b. Internal stigma

Internal stigma adalah perasaan tertentu seseorang tentang diri mereka

sendiri seperti rasa malu atau rasa takut ditolak. Internal stigma meliputi:

1) Mengasingkan diri dari pelayanan atau kesempatan (self-exclusion

from services or opportunities), yakni ODHA tidak menginginkan

untuk mendapatkan pelayanan atau tidak bekerja karena mereka takut

diketahui sebagai ODHA.

2) Persepsi terhadap diri sendiri (perception of self), ODHA memiliki

rasa rendah diri karena status HIV mereka yang positif.

3) Penarikan diri secara sosial (social withdrawal), ODHA akan menarik

diri dari hubungan pribadi dan sosial.

4) Mengganti secara berlebihan (overcompensation), ODHA percaya

bahwa mereka seharusnya memberi lebih dibanding orang lain atau

adanya perasaan berhutang jika orang lain bersikap baik pada mereka.

5) Ketakutan untuk pengungkapan (fear of disclosure), ODHA tidak

akan mengungkapkan status HIV mereka karena mereka takut akan

konsekuensinya.

D. Strategi Pemecahan Masalah

Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk

menghadapi perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping berhasil, maka

7

Page 8: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Mekanime

koping dapat dipelajari, sejak awal timbulnya stresor dan orang menyadari

dampak dari stresor tersebut. Kemampuan koping dari individu tergantung dari

temperamen, persepsi, dan kognisi serta latar belakang budaya/norma dimana dia

dibesarkan. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat.

Belajar disini adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh

faktor internal dan eksternal. Menurut Roy, yang dikutip oleh Nursalam (2007)

mekanisme belajar merupakan suatu proses didalam sistem adaptasi (cognator)

yang meliputi mempersepsikan suatu informasi, baik dalam bentuk implisit

maupun eksplisit.

Belajar implisit umumnya bersifat reflektif dan tidak memerlukan

kesadaran (focal) sebagaimana terlihat pada gambar. Keadaan ini ditemukan pada

perilaku kebiasaan, sensitisasi dan keadaan. Pada habituasi timbul suatu

penurunan dari transmisi sinap pada neuron sensoris sebagai akibat dari

penurunan jumlah neurotransmitter yang berkurang yang dilepas oleh terminal

presinap. Pada habituasi menuju ke depresi homosinaptik untuk suatu aktivitas

dari luar yang terangsang terus menerus. Sensitifitas sifatnya lebih kompleks dari

habituasi, mempunyai potensial jangka panjang (beberapa menit sampai beberapa

minggu). Koping yang efektif menempati tempat yang central terhadap ketahanan

tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu

penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial, spiritual. Perhatian terhadap

koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan tetapi justru penekanannya pada

kondisi sakit yang berat.

Lipowski membagi koping dalam 2 bentuk, yaitu:

a) Coping style merupakan mekanisme adaptasi individu meliputi

mekanisme psikologis dan mekanisme kognitif dan persepsi. Sifat

dasar coping style adalah mengurangi makna suatu konsep yang

dianutnya, misalnya penolakan atau pengingkaran yang bervariasi yang

tidak realistis atau berat (psikotik) hingga pada tingkatan yang sangat

ringan saja terhadap suatu keadaan.

b) Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara

sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stresor yang dihadapinya.

8

Page 9: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

Terbentuknya mekanisme koping bisa diperoleh melalui proses belajar

dalam pengertian yang luas dan relaksasi. Apabila individu

mempunyai mekanisme koping yang efektif dalam menghadapi stresor,

maka stresor tidak akan menimbulkan stres yang berakibat kesakitan

(disease), tetapi stresor justru menjadi stimulan yang mendatangkan

wellness dan prestasi.

Beradaptasi terhadap penyakit memerlukan berbagai strategi tergantung

ketrampilan koping yang bisa digunakan dalam menghadapi situasi sulit.

Ada 3 teknik koping yang ditawarkan dalam mengatasi stress:

a) Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri)

Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu

dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan

lingkungan. Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang

penting.

1. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)

Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari

Colley’s looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi

masalah yg dihadapi.

2. Mengontrol diri sendiri

Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan

situasi (internal control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan

oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil

hikmah dari sakitnya (looking for silver lining).

Kemampuan mengontrol diri akan dapat memperkuat koping pasien,

perawat harus menguatkan kontrol diri pasien dengan melakukan:

(1) Membantu pasien mengidentifikasi masalah dan seberapa jauh dia

dapat mengontrol diri

(2) Meningkatkan perilaku menyeleseaikan masalah

(3) Membantu meningkatkan rasa percaya diri, bahwa pasien akan

mendapatkan hasil yang lebih baik

(4) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan

terhadap dirinya

9

Page 10: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

(5) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi dan lingkungan yang dapat

meningkatkan kontrol diri: keyakinan, agama

b) Rasionalisasi (Teknik Kognitif)

Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres

dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam menghadapi

situasi stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara

terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa

masalah tersebut bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan

berakhir dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian

akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan

semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri

kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.

c) Teknik Perilaku

Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam

mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat

dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan

aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara

teratur, makan seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi

sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi

obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.

E. Sistem Rujukan

Selama hari-hari sulit dimana pasien dengan HIV AIDS, keluarga dapat

menjadi sangat tergantung pada keputusan professional. Oleh sebab itu, seorang

tenaga professional hendaknya secara empati mampu mengarahkan dan

memberikan pilihan pada keluarga untuk menemukan tempat rujukan terbaik,

berupa klinik kesehatan mental, layanan psikolog/psikiater atau dokter dengan

spesialisasi kejiwaan.

Dalam hal pemberian pengarahan alternatif rujukan ini, Laura A. Talbot

menganjurkan bekerja dengan anggota keluarga dengan jalan:

10

Page 11: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

1) Memberikan pilihan

2) Membantu mereka mengidentifikasi dan memfokuskan perasaan

3) Mendorong istirahat dari krisis

4) Memberi pengarahan dalam cara memberi tanggung jawab dan harapan

BAB III

KANKER

A. Definisi

Kanker adalah penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

manyerang siapa saja dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel

jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel

kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menimbulkan

kematian(Varney, 2006: 107). Hal ini sejalan dengan defenisi dari American

Cancer Society yang mengatakan kanker sebagai kelompok penyakit yang

ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkendali.

Sel kanker berbahaya karena dapat menyebabkan kematian baik secara

langsung maupun tidak langsung. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel

kanker pada umumnya cepat menjadi besar. Sel kanker menyusup ke jaringan

sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-

kakinya mencengkram alat tubuh yang terkena (Sunaryati, 2011: 13). Di samping

itu, sel kanker dapat menyebar (metatasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh

dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sehingga

tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyeberan sel kanker ke jaringan sehat pada

alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut

menjadi terganggu. Di sisi lain, bila ditinjau dari aspek gender, maka jumlah

kaum perempuan yang menderita penyakit kanker menduduki proporsi yang lebih

banyak dibandingkan kaum lelaki. (Varney: 2006: 107)

Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah

makhluk fisik yang sekaligus psikologis, yang mana kedua aspek ini saling

berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Sehingga apa yang terjadi

dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologisnya,

dengan kata lain setiap penyakit fisik yang dialami seseorang tidak hanya

11

Page 12: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

menyerang manusia secara fisik saja, tetapi juga dapat membawa masalah-

masalah bagi kondisi psikologisnya. Hal ini dapat kita lihat pada pasien penderita

kanker dimana ketika dokter mendiagnosis bahwa seseorang menderita penyakit

berbahaya seperti kanker.

B. Kebutuhan Psikologi

Bagi pasien dengan penyakit kanker, terdapat beberapa kebutuhan yang

mampu menurunkan ketegangan akibat masalah-masalah bagi kondisi

psikologisnya, antara lain:

1. Rasa Nyaman, terhindar dari hal-hal yang menyulitkan, ketenangan.

2. Komunikasi, mendengarkan berbagai keluhan pasien, mendapat

informasi mengenai kebenaran kondisinya, serta perkembangan yang

dialaminya setelah mendapat pengobatan

3. Dukungan Keluarga, merupakan bentuk dukungan terpenting bagi

pasien, membuat mereka merasa masih dibutuhkan

Berdasarkan teori kebutuhan dasar manusia dari Abraham Maslow,

kebutuhan pasien dengan penyakit kanker pun dapat dianalisis sebagai berikut,

yaitu:

1. Kebutuhan fisik, pasien dengan kanker tentu membutuhkan nutrisi,

cairan, oksigenasi, eliminasi, istirahat, tidur, dan sebagainya, hanya

saja berbeda dengan dalam hal pemenuhannya bagi tiap jenis kanker.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, lebih kepada psikologis

pasien, dalam hal inilah dibutuhkan peran tenaga kesehatan guna

meyakinkan bahwa pasien sedang menjalani pengobatan dengan aman.

3. Kebutuhan rasa cinta, berupa kasih saying, kehangatan, persahabatan,

mendapat tempat bukan hanya ditengah keluarga, juga kelompok

social dan sebagainya.

4. Kebutuhan akan harga diri, perasaan dihargai orang lain, guna

memperoleh kekuatan, rasa percaya diri untuk menjalani kehidupan.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk berkontribusi pada orang

lain, hal ini dapat diwujudkan dengan ikut serta dalam kelompok / grup

12

Page 13: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

komunitas penderita kanker, sehingga penderita bisa saling berbagi dan

saling berkontribusi satu sama lain. (Uliyah, 2006: 3)

C. Masalah Psikologi

Kemungkinan terjadinya gangguan psikologi seperti depresi, kecemasan,

kemarahan, perasaan tidak berdaya dan tidak berharga dialami antara 23%-66%

pasien kanker. Diperkirakan saat ini ada sekitar 25% pasien kanker yang

mengalami depresi berat.

a) Stress

Salah satu pengobatan yang harus dijalani pasien kanker adalah

radioterapi. Radioterapi memberikan dampak fisik dan psikis terhadap

penderitanya. Dampak fisik tersebut berupa bentuk tubuh tidak indah lagi, rambut

rontok, kulit menghitam, susah menelan, makan tidak enak, mual, muntah, dan

terasa nyeri pada luka bekas operasi. Dampak psikisnya dapat berupa perasaan

cemas, was-was, khawatir, takut, tegang, distres, bingung, dan kekhawatiran

terhadap perubahan sikap orang-orang terdekat.

b) Kecemasan

Perawatan di rumah sakit merupakan salah satu hal yang cukup

mencemaskan bagi pasien, misalnya ketika akan dilakukan operasi dan merasa

tidak nyaman atau mengalami rasa sakit setelah dilakukannya operasi. Setelah

operasi, penderita kanker seringkali mengalami perasaan kecewa ketika harus

kehilangan salah satu organ tubuh Selain itu, pendekatan yang tidak personal dari

dokter, perawat ataupun pegawai rumah sakit menyebabkan pasien merasa hanya

menjadi objek pemeriksaan semata. Dalam kondisi demikian, seorang seringkali

mengalami kehilangan identitas diri dan kehilangan kontrol atas tubuh,

lingkungan fisik dan sosialnya, sehingga membuat pasien kurang nyaman

menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.

c) Depresi

Secara umum ada tiga bentuk respon emosional yang bisa muncul pada

pasien penyakit kronis seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan dan depresi.

13

Page 14: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

Dalam keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien kanker untuk dapat menerima

dirinya karena keadaan dan penanganan penyakit kanker ini dapat menimbulkan

stres yang terus-menerus, sehingga tidak hanya mempengaruhi penyesuaian fisik

tapi juga penyesuaian psikologi individu.

d) Gangguan Kualitas Hidup

Penyakit kanker juga berkaitan dengan kualitas hidup penderitanya.

Kualitas hidup terdiri atas empat dimensi, yaitu kesejahteraan fisik, psikologis,

fungsional, dan sosial. Salah satu bentuk penurunan kualitas hidup yang banyak

dialami pasien kanker adalah terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis.

Kesejahteraan psikologis adalah gambaran kesehatan psikologis individu

berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologis positif individu tersebut

(positive psychological functioning). Fungsi psikologis positif yang dimaksud

adalah enam kriteria dasar yang disarikan dari teori-teori psikologi kepribadian,

kesehatan mental, maupun psikologi perkembangan. Adapun kriterianya adalah

penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan

lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

D. Strategi Pemecahan Masalah

1) Strategi KopingPerilaku atau usaha yang dilakukan individu dalam

menyesuikan diri maupun menghindari hal-hal yang menekannya atau proses mengatasi kondisi yang mengancam disebut strategi koping. Lazarus dan Folkam membagi koping menjadi 2 macam fungsi, yaitu;

(1) Problem focus coping yaitu perilaku koping yang berpusat pada masalah. Individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan yang baru. Individu cenderung menggunkan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi;

(2) Emotion focused coping, yaitu perilaku koping yang berpusat pada emosi digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress

14

Page 15: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

2) Pengobatan PaliatifStrategi yang dilakukan dapat pula berupa pengobatan paliatif diberikan

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penyakit yang serius

atau membahayakan jiwa. Tujuan dari pengobatan paliatif adalah mencegah atau

merawat sedini mungkin gejala-gejala penyakit dan efek samping yang

disebabkan dari pengobatan penyakit tersebut, serta masalah-masalah psikologi.

Pengobatan paliatif diantaranya:

a) Mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya

b) Menegaskan arti kehidupan dan memandang kehidupan sebagai suatu

proses yang normal

c) Tidak bertujuan untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai

saatnya meninggal

d) Menawarkan dukungan untuk membantu keluarga pasien agar tabah

selama pasien sakit serta disaat-saat sedih dan kehilangan

e) Menggunakan pendekatan secara tim untuk menjawab kebutuhan pasien

dan keluarganya, termasuk dukungan disaat-saat sedih dan kehilangan

f) Meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan pengaruh positif selama

sakit

g) Dapat diterapkan sejak awal pengobatan penyakit, bersamaan dengan

terapi-terapi lain yang bertujuan untuk memperpanjang hidup

E. Sistem Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas yang lebih

baik diharapkan mampu menanggulangi gangguan psikologi kanker sedini

mungkin. Tempat rujukan yang dipilih harus:

memiliki tenaga spesialis yang khusus menangani kanker,

mempunyai sarana terapi kanker yang memadai

layanan psikolog/psikiater

dokter dengan spesialisasi kejiwaan.

Dalam hal ini pun perlu kerjasama dengan anggota keluarga guna

pengambilan keputusan yang tepat.

15

Page 16: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Acruired Immune Deficiensy Syndrome . atau yang lebih dikenal dengan istilah AIDS merupakan penyakit yang

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. HIV AIDS dan Kanker adalah penyakit yang mampu menyebabkan

masalah psikologi pada penderitanya, berupa stress, kecemasan dan

depresi

2. Dukungan merupakan hal yang paling dibutuhkan baik bagi pasien

HIV AIDS maupun kanker

3. Strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah psikologi adalah

metode koping dan pengobatan paliatif

4. Rujukan dilakukan dengan kerjasama anggota keluarga menuju

psikolog atau ahli kejiwaan yang tepat.

B. Saran

1. Setelah mengetahui masalah-masalah psikologis pada penderita HIV

AIDS dan Kanker diharapkan kita mampu menjaga pola hidup sehat

agar terhindar dari penyakit-penyakit tersebut.

2. Supaya kita lebih peka untuk memberi dukungan pada penderita HIV

AIDS dan Kanker yang berada disekitar kita.

16