SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4) - e-repository.perpus...
Transcript of SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4) - e-repository.perpus...
KARAKTERISTIK PENDIDIK (TELAAH AL-QUR’AN
SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga untuk memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SHOLIKHATUL ARIFAH
NIM: 111 12 071
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Qs. an-Nasyr: 6)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang dari kecil hingga
saat ini dan selalu memberikan nasehat serta mendukung setiap langkahku.
2. Adik-adikku tersayang Erna Rahmawati dan M. Iqbal Maulana yang selalu
memberiku semangat dan tawa kebahagiaan dalam lelahku.
3. Kepada Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi penulis
dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi ini.
4. Temanku Kummi dan Endang yang selalu meluangkan waktunya untuk
membantu dan memberikan semangat serta sahabatku Yuli, Rizqa, Mbak
Nanda dan Mbak Menik yang selalu memberikan motivasi, serta seluruh
teman-temanku yang selalu mendukung dan membersamai dalam setiap
langkah.
5. Teman-teman PAI B, teman-teman PPL SMP ISLAM SUDIRMAN
Tengaran, dan kelompok KKN posko 39 yang telah memberikanku
pengalaman hidup yang luar biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat han hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah kita nanti-nantikan syafa‟atnya kelak di
yaumul kiyamah. Segala syukur penulis panjatkan sehingga dapat menyelesaikan
tugas skripsi ini dengan judul “KARAKTERISTIK PENDIDIK TELAAH AL-
QUR‟AN SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan, sehingga dalam menyelesaikannya penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Muh. hafidz, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
ix
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 14 September 2016
Penulis
Sholikhatul Arifah
NIM. 111-12-071
x
ABSTRAK
Arifah, Sholikatul. 2016. ”Karakteristik Pendidik (Telaah Al-Qur‟an Surah
Ar-Rahman Ayat 1-4)”. Program Studi S1 PAI Institut Agama Islam
Negeri. Pembimbing Muh. Hafidz M.Ag.
Kata Kunci: Karakteristik, Pendidik
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pendidik
dalam al-Qur‟an surah ar-Rahman ayat 1-4. Pertanyaan yang ingin
dijawab melalui kajian ini adalah: 1) Bagaimana karakteristik
pendidik dalam al-Qur‟an surah ar-Rahman ayat 1-4. 2) Bagaimana
implementasi karakteristik pendidik dalam al-Qur‟an surah ar-Rahman
ayat 1-4 dalam pendidikan Islam.
Penelitian ini menggunakan metode library research, yaitu jenis
penelitian di mana objek penelitiannya digali dengan cara membaca,
memahami, menelaah buku-buku dan kitab-kitab tafsir serta sumber-
sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik pendidik
dalam surah ar-Rahman ayat 1-4, diantaranya: memiliki sifat kasih
sayang, dapat mengajarkan ilmu pengetahuan, mampu
mengembangkan potensi peserta didiknya, dan memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi serta berinteraksi. Implementasi atau
penerapannya adalah sebagai seorang pendidik harus mampu
mengajar dan membimbing peserta didiknya dengan kasih sayang
serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didiknya
supaya menjadi pribadi yang berilmu dan berakhlak karimah. Maka
akan dapat tercapai tujuan pembelajaran seperti yang diinginkan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ v
MOTTO .................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 7
E. Metode Penelitian ......................................................... 8
F. Penegasan Istilah ........................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ................................................... 13
BAB II DESKRIPSI SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4
A. Redaksi Surah ar-Rahman ayat 1-4 .............................. 14
B. Makna Mufradat ........................................................... 14
C. Isi Kandungan Ayat ...................................................... 18
xii
BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul ............................................................. 24
1. Surah ar-Rahman ayat 1......................................... 25
2. Surah ar-Rahman ayat 2......................................... 26
B. Munasabah .................................................................... 26
1. Munasabah Ayat dengan Ayat ................................ 27
2. Munasabah Surah dengan Surah ............................. 28
BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK PENDIDIK
A. Analisis Karakteristik Pendidik dalam Surah
ar-Rahman ayat 1-4 ....................................................... 37
B. Implementasi Karakteristik Pendidik dalam Surah
ar-Rahman Ayat 1-4 Dalam Pendidikan Islam ............. 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 54
B. Saran ............................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 61
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi
Lampiran 3 Daftar SKK
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan
rohani. Dengan kelengkapan jasmaninya, ia dapat melaksanakan tugas-tugas
yang memerlukan dukungan fisik, dan dengan kelengkapan rohaninya ia dapat
melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental. Selanjutnya
agar kedua unsur tersebut dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka
perlu dibina dan diberikan bimbingan.
Manusia merupakan mahkluk yang tidak bisa terlepas dari pendidikan,
yaitu sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta
didik). Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa
terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang
lain maupun terhadap dirinya sendiri (Sukardjo, 2009:1). Manusia adalah
makhluk yang termulia diantara makhluk-makhluk lain dan dijadikan oleh
Allah dalam sebaik-baik bentuk, baik fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi
dengan potensi (fitrah) dan dapat dikembangkan secara optimal melalui proses
pendidikan (Muhaimin, 2008:22).
Dalam Al-Qur‟an manusia menempati kedudukan istimewa dalam
jagat ini, dia adalah khalifah di atas bumi ini. Seperti firman Allah:
2
Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui” (Qs. Al-Baqarah: 30).
Kedudukan lainnya dari manusia adalah sebagai hamba yang harus
beribadah kepada Allah. Dengan demikian di samping menjadi khalifah yang
memiliki kekuasaan untuk mengelola alam dengan menggunakan segenap
daya dan potensi yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai „abd, yaitu seluruh
usaha dan aktifitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada
Allah. Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik, maka
manusia perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, keterampilan,
teknologi, dan sarana pendukung lainnya. Manusia yang dapat melaksanakan
fungsi-fungsi tersebutlah yang diharapkan muncul dari kegiatan usaha
pendidikan (Nata, 1997:37).
Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang menjembatani antara
kondisi aktual dengan kondisi ideal. Kegiatan pendidikan berlangsung dalam
satuan waktu tertentu dan berbentuk dalam berbagai proses pendidikan, yang
merupakan serangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang digunakan untuk
3
mengubah kondisi awal peserta didik sebagai masukan, menjadi kondisi ideal
sebagai hasilnya. Proses-proses pendidikan antara lain berupa personalisasi
dan sosialisasi atau proses yang tertuju untuk menjadi seorang individu, diri
pribadi, dan proses untuk menjadi anggota masyarakat yang diidamkan.
Proses tersebut berlangsung dalam bentuk kegiatan pendidikan, berupa
bimbingan, pengajaran, dan latihan (Mudyahardjo, 2008:64).
Aktifitas pendidikan dapat dilihat dari tiga alternatif, yaitu unsur dasar
pendidikan, komponen pokok pendidikan, dan makna pendidikan. Suatu
aktifitas dapat disebut pendidikan apabila di dalamnya terdapat lima unsur
dasar pendidikan, yaitu yang memberi (pendidik), yang menerima (peserta
didik), tujuan baik, dan konteks positif.
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses
pendidikan. Di pundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya
mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang telah dicitakan
(Suharto, 2006:117).
Pada dasarnya seorang Pendidik adalah orang yang tergolong penting
dalam pendidikan karena seorang pendidik adalah orang yang memberikan
pendidikan kepada peserta didiknya. Seorang pendidik adalah subjek dalam
proses pendidikan dan pengajaran Islam. Jadi pada hakekatnya proses
pendidikan tidak akan berjalan secara efisien tanpa adanya pendidik yang
mampu menjadi sebenar – benarnya pendidik.
4
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik. Dalam pendidikan Islam pendidik ada
beberapa macam yaitu salah satu diantaranya, tanggung jawab pertama dan
utama terletak pada orang tua berdasarkan pada firma Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”(Qs. At-Tahrim: 6).
Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik,
yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
psikomotor, kognitif, maupun afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara
seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin (Tafsir, 1992: 74).
Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
menyucikan, serta membawakan hati peserta didiknya untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada Allah SWT. Hal tersebut karena tujuan pendidikan Islam
yang utama adalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum
mampu membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta didiknya, maka ia
mengalami kegagalan dalam tugasnya, sekalipun peserta didiknya memiliki
prestasi akademis yang luar biasa (Roestiyah, 1982:86).
Menurut Marimba (1987:37), tugas pendidik dalam pendidikan Islam
adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik,
5
menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan,
menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki untuk
ditranformasikan kepada peserta didik, serta melihat kekurangan dan
kelebihannya.
Pada awalnya tugas pendidik adalah murni tugas kedua orang tua,
namun pada perkembangan zaman yang telah maju seperti sekarang ini
banyak tugas orang tua sebagai pendidik yang diserahkan ke sekolah, karena
lebih efisien dan lebih efektif.
Kedudukan pendidik dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu
sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu di dapat dari belajar
dan mengajar, yang belajar adalah peserta didik , dan yang mengajar adalah
pendidik.
Pendidik memiliki peranan dan tugas yang sangat penting di dalam suatu
proses pendidikan, selain harus mengajar dan mendidik peserta didik,
pendidik juga harus menunjukkan kewibawaannya kepada peserta didiknya
karena, pendidik tidak hanya dijadikan contoh ketika berada didalam ruang,
tetapi segala yang dilakukan pendidik di luar itu merupakan gambaran dari
kewibawaan dan ilmu yang di miliki seorang pendidik. Sehingga, menjadi
seorang pendidik harus memiliki kesadaran terhadap posisi di dalam lingkup
pendidikan maupun masyarakat karena pada umumnya pendidik selalu
dijadikan sorotan dalam lingkup manapun (Nasution, 1999:91).
Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, seorang pendidik di
samping harus menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta
6
didik, juga harus memiliki sifat-sifat tertentu yang dengan sifat-sifat ini
diharapkan apa yang diberikan oleh pendidik kepada para peserta didiknya
dapat didengar dan dipatuhi, tingkah lakunya dapat ditiru dan diteladani
dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
tema tersebut dengan mengambil judul skripsi “ KARAKTERISTIK
PENDIDIK (TELAAH AL-QUR‟AN SURAH AR-RAHMAN AYAT 1-4)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik pendidik dalam al-Qur‟an Surah ar-Rahman ayat
1-4?
2. Bagaimana implementasi karakteristik pendidik dalam al-Qur‟an surah ar-
Rahnman ayat 1-4 dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristik pendidik, seperti yang tergambarkan
dalam Qs. Ar-Rahman ayat 1-4.
2. Untuk mengetahui implementasi karakteristik pendidik berdasarkan Qs.
Ar-Rahman ayat 1-4 dalam pendidikan Islam.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dan
wawasan, terutama mengenai karakteristik pendidik yang terdapat
dalam surah ar-Rahman ayat 1-4.
7
b. Penelitian ini mempunyai keterkaitannya dengan ilmu pendidikan
Islam, sehingga hasil pembahsannya bermanfaat untuk menambah
literatur atau bacaan mengenai karakteristik pendidik dalam surah ar-
Rahman ayat 1-4.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak.
Diantara manfaatnya adalah sebagai berikut:
a. Bermanfaat bagi para pendidik atau calon pendidik dalam
mengimplementasikan karakteristik pendidik pada aktifitas
pendidikan.
b. Dengan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan khususnya bagi penulis.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan
menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan
tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu library
research, penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang
berhubungan dengan objek penelitian, bahwa jenis penelitian yang
dilakukan menggunakan metode library reaserch. Dengan mengumpulkan
8
data-data yang diperlukan, baik yang primer maupun yang sekunder, dicari
dari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah, artikel, jurnal).
(Kuswaya, 2009:11).
2. Sumber Data
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur-literatur.
Pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan
mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literatur baik buku,
jurnal, majalah, koran ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan
topik penelitian. Maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian:
a. Sumber data primer, yaitu buku tafsir al-Qur‟an yang berkaitan
dengan karakteristik pendidik. Di sini penulis menggunakan buku
tafsir karya Quraish Shihab, al Maragi dan karya Hasbi Ash-
Shiddieqy.
b. Sumber data skunder, yaitu tafsir-tafsir al-Qur‟an yang berkaitan
dengan berbakti kepada orang tua dan karya-karya para ahli
yang membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan
pembahasan pokok.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu langkah penelitian, diperlukan
prosedur sistematik, logis dan valid, baik secara langsung (primer) atau
tidak langsung (seconder) dan (tersier). Metode ini terkait dengan
9
keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (process) riset secara
benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan
sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi
(Ruslan, 2010:27).
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang
menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data
terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam
hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau
informasi untuk bahan penelitian.
4. Metode Analisis Data
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat al-
Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksudnya secara
terperinci sesuai urutan ayat dan surat dalam mushaf Utsmani. Mufassir
memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti
dengan penjelasan mengenai arti global ayat, dan menjelaskan hubungan
maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, menbahas asbabun nuzul jika
ada , dan menyampaikan dalil-dalil dari Hadis (Budihardjo, 2012: 132).
F. Penegasan Istilah
1. Karaktristik
Karakteristik adalah sifat yang khas; berwatak yang khas
(Soeparno, 1990: 92). karakteristik diambil dari bahasa Inggris
10
yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat. Ia
mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat
yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
2. Pendidik
Pengertian pendidik, dalam konteks pendidikan Islam pendidik
disebut dengan murabbi, mu‟allim, dan muaddib. Kata murabbi
berasal dari kata rabba, yurabbi. Kata mu‟allim isim fail dari „allama,
yu‟allimu, sedangkan kata muaddib berasal dari addaba, yuaddibu.
Kata Murabbi adalah: orang yang mendidik dan menyiapkan
peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan
memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi
dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
Kata Mu‟allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan.
Kata Mu‟addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta
didik untuk bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang
berkualitas di masa depan (Gunawan, 2014:164). Sedangkan secara
terminologi adalah sebaga berikut:
Menurut Daradjat (1987: 19), bahwa pendidik adalah individu
yang akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku
peserta didik.
11
Menurut Marimba (1987: 35), beliau mengartikan sebagai orang
yang memikul pertanggungjawaban sebagai pendidik, yaitu manusia
dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang
pendidikan peserta didik.
Menurut Tasir (1992:74), mengatakan bahwa pendidik dalam Islam
sama dengan teori di Barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidik
adalah orang yang mendidik agar dapat mengenal siapa penciptanya
dan orang yang mengembangkan potensi atau pola pikir anak didik.
3. Surah ar-Rahman
Secara etimologis, Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca.
Adapaun menurut istilah, Al-Qur‟an adalah kalamullah yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang
disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang
membacanya, dan ditulis dalam mushaf (Amrullah, 2008:1).
Ar-Rahman adalah surah Makiyah menurut pendapat mayoritas
ulama. Surah ar-Rahman dikenal juga dengan nama „Arus al-Qur‟an,
yang secara harfiah berarti Pengantin al-Qur‟an. Sebagaiman sabda
Nabi saw yaitu: “Segala sesuatu memiliki pengantinnya dan pengantin
al-Qur‟an adalah surah ar-Rahman”, penamaan itu karena indahnya
surah ini dan karena didalamnya terulang sekian kali ayat fa bi ayyi
ala‟I Rabbikuma tukadzdziban, dan diibaratkan dengan aneka hiasan
12
yang dipakai oleh pengantin. Tema surah ini adalah uraian tantang
nikmat-nikmat Allah, bermula dari nikmat-Nya yang terbesar dan
teragung, yaitu al-Qur‟an. Menurut ulama, ar-Rahman merupakan
surah yang ke-43 yang di terima oleh Nabi saw. Jumlah ayat-ayat
sebanyak 77 ayat menurut cara perhitungan ulama Mekkah dan
Madinah, dan 78 ayat menurut cara perhitungan ulama Syam dan
Kufah(Shihab, 2009: 273).
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun
dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun
menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi
yang sistematis dan mudah dipahami, sistematikanya disusun sebagai
berikut:
Bab pertama, dalam bab ini merupakan pendahuluan yang
memaparkan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah dan
tujuan penelitian. Selain itu juga membahas tentang manfaat penelitian
yang diangkat dalam topik pembahasan, metode penelitian, penegasan
istilah, dan diteruskan dengan sistematika pembahasan yang digunakan
dalam membuat penelitian ini agar lebih terstruktur dan sistematis.
Bab kedua, merupakan kelanjutan dari bab pertama yang lebih
spesifik dalam sistematika penulisan, pada bab kedua ini berisi deskripsi
Qs. Ar-Rahman ayat 1-4 dan disertai dengan makna mufradat serta isi
kandungan ayat.
13
Bab ketiga, tafsir Qs. Ar-Rahman ayat 1-4. Pada bab ini penulis
akan menguraikan mengenai tema penelitian yang meliputi, asbabun nuzul
dan munasabah pada Qs. Ar-Rahman 1-4.
Bab keempat, bab ini peneliti lebih memfokuskan dalam inti
pembahasan yaitu, menganalisis Karakteristik Pendidik dalam telaah
Qur‟an Surat Ar-Rahman Ayat 1-4.
Bab kelima, merupakan bab yang terakhir ini memaparkan tentang
kesimpulan dan saran atas pembahasan yang telah diuraikan dalam
penelitian, dan diteruskan dengan penutup serta daftar pustaka.
14
BAB II
DESKRIPSI SURAT AR-RAHMAN 1-4
A. Redaksi Surah ar-Rahman ayat 1-4
Dalam sub ini penulis akan menyajikan redaksi surat Ar Rahman yang
menjadi obyek kajian penulis. Adapun redaksi surat Ar Rahman beserta
terjemahnya disajikan dalam uraian berikut ini.
Artinya: “Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur‟an. Dia
menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Qs. ar-Rahman: 1-4).
B. Makna Mufrodat
Setelah penulis menyajikan redaksi surat Ar Rahman yang menjadi obyek
kajian penulis, maka selanjutnya penulis menyajikan kosa kata yang terdapat
dalam surat Ar Rahman tersebut. Adapun kosa kata yang terdapat dalam surat
tersebut sebagai berikut.
1. Ar Rahman
Ar Rahman merupakan salah satu di antara nama-nama Allah yang
indah (Asmaul Husna). Sifat Ar Rahman ini disebutkan dalam surat al
Hasr ayat 22, sebagai salah satu sifat Allah, sebagai berikut:
Artinya:”Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang”
15
Kata ar-Rahman tersebut berakar kata dari -– yang
artinya mengasihi, menaruh kasihan (Yunus, 2007: 139). Kata ar-Rahman
juga berakar dari kata rahmat, yaitu:
yang artinya: belas kasih (Munawwir, 1984:518).
Dengan demikian, Ar Rahman berarti Allah yang maha pengasih, atau
Allah yang senantiasa mengasihi hamba-hambanya di dunia tanpa pilih
kasih. Semuanya akan mendapatkan kasih sayang tanpa terkecuali. Kasih
sayang Allah di dunia bersifat sementara, berhubungan dengan dimensi
waktu dan tempat.
2. Allama
„Allama berasal dari akar kata -– yang berarti
mengetahui sesuatu (Yunus, 2007:277). Kata juga berarti mengajar
(Munawwir, 1984: 1036).
Alima artinya mengetahui sesuatu, yang kata bendanya menjadi
ilmun yang bermakna pengetahuan. Sementara allama ditambahkan tasdid
di ain fi‟ilnya berimplikasi pada maknanya. Jika alima artinya mengetahui,
maka allama berarti mengajarkan ilmu. Sebagaimana disebutkan dalam
surat Al Baqarah ayat 31 sebagai berikut:
Artinya:”dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
16
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"
3. Al Insan
Al insan artinya manusia sepadan dengan kata al Basyar yang juga
berarti manusia (Munawwir, 1984: 47). Al insan merupakan bentuk
tunggal (mufrad) yang jamaknya adalah al anasi yang berarti umat
manusia.
Meskipun kata al insan dalam surat Ar Rahman itu berbentuk
tunggal yang kembali pada Rasulullah Muhammad, tetapi yang
dimaksudkannya adalah seluruh umat manusia.
4. Khalaqa
Khalaqa merupakan bentuk kata kerja lampau (fiil madhi) artinya
adalah menjadikan, membuat dan menciptakan (Munawwir, 1984:393).
Dengan demikian Allah yang menjadikan manusia, menjadikannya dari
sari pati tanah, atau Allah yang membuat manusia dari sari pati tanah yang
dimakan manusia, atau Allah yang menciptakan manusia tanpa ada contoh
yang mendahuluinya.
Dari tiga makna itu menciptakan merupakan makna yang paling
mashur. Dikarenakan Allah menciptakan sesuatu tanpa ada sampel atau
contoh yang mendahuluinya, termasuk ketika Allah menciptakan Nabi
Muhammad atau seluruh manusia di alam raya.
17
5. Al Bayãn
Kata al bayãn berasal dari akar kata -- yang berarti
nyata, terang dan jelas (Yunus, 2007: 75). kemampuan manusia untuk
mengutarakan isi hati dan memahamkannya kepada orang lain. Menurut
Munawwir (1984:135) kata al-bayan juga berarti, tampak, jelas, dan
terang ( ).
Kata al bayãn juga dapat dimaknai sebagai al Qur‟an al karim,
sebagaimana dikatakan bahwa salah satu nama Al Qur‟an adalah al bayãn
yang artinya menjadi penjelas atau pembeda antara perkara yang haq
dengan perkara yang batil.
C. Isi Kandungan Ayat
Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan isi dari kandungan
ayat yang dikaji, yaitu pada Qs. ar-Rahman ayat 1-4 menurut pendapat para
mufassir, yakni sebagai berikut:
1. Tafsir Surah ar-Rahman ayat 1-2
Dalam membahas tafsir surat Ar Rahman ayat 1 dan 2 ini penulis
akan menyajikan tiga pandangan mufasir. Tafsir tersebut adalah tafsir al
Misbah, An Nur dan al Maraghi.
Artinya: “(tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al
Quran.”
18
Masing-masing pandangan dari tafsir al Misbah, An Nur dan al
Maraghi akan penulis uraikan sebagai berikut:
a. Tafsir al-Misbah
Surah ini dimulai dengan menyebut sifat Rahman, yaitu Allah yang
telah melimpahkan rahmat kepada seluruh makhlukNya, baik manusia,
jin, binatang, maupun tumbuhan. Setelah menyebutkan nikmat-
nikmatNya secara umum, kemudian disebutkan rahmat dan nikmat-
Nya yang terbesar, yakni pengajaran al-Qur‟an kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Pada kata „allama banyak ulama yang menyebut
objeknya adalah kata al-insan (manusia) yang diisyaratkan pada ayat
berikutnya. Thabathaba‟i menambahkan bahwa jin juga termasuk,
karena pada surah ini ditunjukkan kepada jin dan manusia atau bisa
jadi mencakup selain keduanya.
Malaikat Jibril bertugas menerima wahyu dari Allah termasuk juga
wahyu al-Qur‟an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
Karena bagaimana mungkin dapat menyampaikan dan
mengajarkannya kepada Rasulullah, kalau Malaikat tersebut tidak
memperoleh pengajaran dari Allah sebelumya, seperti yang telah
dinyatakan dalam firmanNya pada Qs. an-Najm: 5
Artinya: “yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.”
Di sisi lain karena tidak disebutkannya objek kedua dari kata
„allama, maka mengisyaratkan bahwa objek tersebut bersifat umum
19
dan mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh pengajaran-
Nya (Shihab, 2012:278).
b. Tafsir An-Nur
Kata Rahman menunjukkan kepada dzat yang menunjukkan bukti-
bukti rahmah berupa, kenikmatan-kenikmatan dan kebajikan. Apabila
Allah disifati dengan sifat Rahman, dapat dipahami secara bahasa
bahwa Allah itu pemberi nikmat. Ar-Rahman, yang sangat banyak
rahmat dan karunia-Nya. Sifat Rahman adalah sifat yang menunjukkan
bahwa Allah memiliki rahmat dan melimpahkannya tanpa batas
kepada semua makhluk-Nya.
Surah ini diturunkan untuk menjelaskan nikmat-nikmat Allah yang
diberikan kepada hambaNya. Nikmat yang paling tinggi dan teragung
serta paling banyak faedahnya disebutkan terlebih dahulu, yaitu nikmat
diturunkannya al-Qur‟an dan diajarkannya al-Qur‟an.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah mengajarkan al-
Qur‟an. Dan al-Qur‟an adalah sumber dari segala nikmat Tuhan serta
sarana untuk mencapai nikmat spiritual maupun material. Nikmat
pengajaran al-Qur‟an telah disebutkan terlebih dahulu daripada
penciptaan manusia. Namun realitas dalam tatanan alam menyebutkan
dengan urutan terbalik, yaitu menciptakan manusia terlebih dahulu,
kemudian menyebutkan nikmat mengajari manusia berbicara dan
mengajari al-Qur‟an (Ash-Shiddieqi, 1972:108).
20
c. Tafsir al-Maraghi
Dalam ayat ini telah diterangkan nikmat-nikmat Allah yang
diberikan kepada hamba-Nya, sebagai rahmat bagi mereka. Salah satu
diantara nikmat yang paling besar kedudukannya dan paling banyak
faedahnya adalah diajarkannya al-Qur‟an.
Allah mengajarkan al-Qur‟an yang didalamnya terdapat hukum-hukum
syari‟at untuk menunjukkan kepada makhluk-Nya dan
menyempurnakan kebahagiaannya dalam kehidupan dunia maupun di
akhirat.
Jadi kesimpulannya dari isi kandungan ayat 1-2 adalah Allah
dengan sifat rahman-Nya telah melimpahkan berbagai nikmat kepada
makhluk-Nya, dan salah satu diantara nikmat yang terbasar, yaitu
nikmat diajarkannya al-Qur‟an. Al-Qur‟an adalah sebagai sumber dari
nikmat Allah, dan al-Qur‟an juga merupakan pedoman atau petunjuk
bagi manusia dalam menjalani kehidupannya agar memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Tafsir Surah ar-Rahman ayat 3-4
Sebagaimana dalam membahas tafsir surat Ar Rahman ayat 1 dan 2
ini di atas, dalam membahas ayat 3 dan 4 penulis juga akan menyajikan
tiga pandangan mufasir tersebut.
Artinya: “Dia menciptakan manusia. mengajarnya pandai berbicara.”
21
a. Tafsir al-Misbah
Allah yang mengajarkan al-Qur‟an dan yang menciptakan manusia,
makhluk yang paling membutuhkan tuntunanNya, serta yang paling
berpotensi untuk memanfaatkan tuntunan tersebut. Kata al-bayan dapat
dipahami dalam arti mengungkap potensi, yakni kalam atau ucapan
yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat di dalam hati
maupun pikiran. Allah telah menjadikan manusia dengan
mengilhaminya mampu memahami apa yang terucap melalui bahasa.
Dengan al-bayan manusia telah membuka peluang untuk memberi
dan memperoleh pemahaman. Pengajaran al-bayan tidak hanya terbatas
pada ucapan tetapi mencakup segala ekspresi, termasuk seni dan raut
muka. Al bayan juga dapat diartikan sebagai potensi berfikir, yakni
mengetahui atau dapat menguraikan sesuatu yang tersembunyi dalam
benaknya dan dapat menjelaskan atau mengajarkannya kepada orang
lain. Hal tersebut dapat disampaikan melalui kata-kata, perbuatan,
tulisan, maupun dengan menggunakan isyarat.
Allah menciptakan potensi pada diri manusia dengan jalan
menjadikannya tidak dapat hidup sendiri atau disebut juga sebagai
makhluk sosial. Hal tersebut yang membuat manusia harus saling
berinteraksi satu sama lain dan pada akhirnya melahirkan aneka suara
yang disepakati bersama dan itulah yang merupakan bahasa mereka
(Shihab, 2012:279).
22
b. Tafsir An-Nur
Allah telah menjadikan manusia dengan memberikannya kekuatan
lahir, batin dan tabi‟at yang dapat disalurkan kepada tujuan tertentu.
Disamping itu Allah juga telah mengajarkan manusia pandai berbicara,
untuk dapat menjelaskan atau menyampaikan apa yang terlintas dalam
hati maupun pikirannya dengan bahasa yang dapat dipahami.
Dalam hidup ini manusia tidak dapat hidup sendiri, karena pada
hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Bahasa sangat diperlukan
sebagai alat penghubung atau sebagai alat komunikasi dan sebagai alat
untuk memelihara ilmu yang diterima maupun yang akan disampaikan
kepada orang lain.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-
Insan pada ayat tersebut adalah Muhammad, dan yang dikehendaki al-
bayan adalah al-Qur‟an. Maka makna ayat menjadi “Allah menjadikan
Muhammad dan mengajarkannya al-Qur‟an” (Ash-Shiddieqi,1972:
110).
c. Tafsir al-Maraghi
Setelah menyebutkan nikmat pengajaran al-Qur‟an kemudian Allah
menyebutkan nikmat lainnya, yaitu diciptakannya manusia dan
mengajarinya sehingga dapat mengungkapkan apa yang terlintas dalam
hatinya. Sekiranya tidak demikian, maka Nabi Muhammad tidak dapat
mengajarkan al-Qur‟an kepada umatnya.
23
Menurut tabi‟atnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri atau harus bergantung pada orang lain (masyarakat),
maka diperlukan adanya bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi
dan memahamkan atas apa yang ingin disampaikan kepada sesamanya.
Dan dengan bahasa manusia dapat memelihara ilmu-ilmu orang
terdahulu supaya dapat diambil manfaatnya oleh generasi saat ini dan
serterusnya.
Hal ini termasuk nikmat ruhani terbesar yang telah Allah berikan
kepada makhluk-Nya. Pertama, Allah menyebutkan hal yang harus
dipelajari, yaitu al-Qur‟an pedoman bagi manusia. Selanjutnya
menyebutkan tentang belajar dan cara belajar yang diwujudkan melalui
komunukasi (bahasa).
Kesimpulan dari pendapat mufassir mengenai isi kandungan surah
ar-Rahman ayat 3-4 adalah nikmat diciptakannya manusia, yang oleh
Allah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, seperti dalam
firman-Nya Qs. at-Tin ayat 4 sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Allah menjadikan
manusia dengan dibekali potensi. Dengan potensi tersebut manusia dapat
menjalankan tugasnya sebagai khalifah, dan dengan adanya potensi
manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya yaitu, dengan
menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Karena Allah
24
menciptakan manusia dengan tidak dapat hidup sendiri atau disebut juga
sebagai makhluk sosial.
25
BAB III
ASBĀBUN NUZŪL DAN MUNĀSABĀH
A. Asbābun Nuzūl
Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam upaya
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ayat-ayat dalam al-Qur‟an
ada yang diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan
setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon atau dijawab. Peristiwa
atau persoalan yang melatarbelakangi turunnya ayat itu disebut asbābun
nuzūl (Depag, 2009:228).
Asbābun al-nuzūl secara bahasa terdiri dari dua kata asbāb dan nuzūl,
asbāb bentuk jama‟ dari sabab yang berarti sebab, sedangkan kata nuzūl
berasal dari akar kata nazala-yanzilu-nuzulan yang artinya turun,
menurunkan sesuatu (Budihardjo, 2012:21). Sedangkan asbābun nuzūūl
menurut istilah adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat,
dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan al-Qur‟an tentang peristiwa
yang terjadi atau mengomentarinya (Shihab, 2012:3).
Pengetahuan mengenai asbābun nuzūl atau sejarah turunnya ayat-ayat
al-Qur‟an sangat diperlukan bagi seseorang yang ingin memperdalam
pengertian mengenai ayat-ayat al-Qur‟an. Dengan mengetahui latar belakang
turunnya ayat, maka seseorang dapat menggambarkan situasi dan kondisi saat
ayat tersebut diturunkan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang
terkandung di balik teks ayat tersebut.
26
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa ayat-ayat al-Qur‟an itu
diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan setelah
terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon dan dijawab. Dalam
pembahasan ini penulis tidak menemukan seluruhnya asbabun nuzul pada
ayat-ayat yang dikaji melainkan hanya akan menjelaskan asbābun nuzūl yang
terdapat pada surah ar-Rahman ayat 1 dan 2 saja. Adapun asbābun nuzūl
surah ar-Rahman ayat 1 dan 2 adalah sebagai berikut:
1. Surah ar-Rahman ayat 1-2
Artinya: (tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran.
Para ulama berpendapat bahwa sebab turunnya surah ar-Rahman
ayat 1 tersebut adalah karena tanggapan negatif kaum musyrikin Mekkah
ketika mereka diperintahkan untuk bersujud kepada Allah SWT, seperti
pada firman-Nya Qs. Al Furqon: 60 adalah sebagai berikut :
Artinya: dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kamu sekalian
kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab:"Siapakah yang Maha
Penyayang itu? Apakah Kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu
perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu)
menambah mereka jauh (dari iman) (shihab, 2012:277).
Ayat ini merupakan bantahan bagi kaum musyrikin yang
menganggap mereka tidak mengenal yang bernama Rahman, kecuali
Rahman dari Yamamah. Maka pada ayat ini menegaskan bahwa ar-
27
Rahman bukanlah dia, tetapi Allah yang Maha Rahman yang telah
mengajarkan al-Qur‟an dan telah menciptakan manusia.
2. Surah ar-Rahman ayat 3-4
Artinya:” Dia menciptakan manusia. mengajarnya pandai berbicara.”
Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Allah yang mengajar al-
Qur‟an kepada Muhammad saw melalui malaikat Jibril, dan Muhammad
telah mengajarkan pada umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi
penduduk Mekkah yang mengatakan:
Artinya: dan Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata:
"Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya
(Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa)
Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al Quran adalah
dalam bahasa Arab yang terang (Depag, 2010: 641).
B. Munāsabāh
Munāsabāh berasal dari kata nāsaba-yunāsibu-munāsabah, kata
tersebut bentuk tsulatsi mujarad dari nasaba yang berarti hubungan
sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munāsabāh berarti muqārabāh atau
kedekatan dan kemiripan. Hal tersebut dapat terjadi pada dua hal atau
lebih, sedangkan kemiripan dapat terjadi pada seluruh unsur-unsur atau
pada sebagiannya saja. Secara istilah munāsabāh adalah adaya kecocokan,
28
kepantasan, keserasian antara ayat dengan ayat atau surat dengan surat,
atau munāsabāh adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu
dalam al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayatnya yang
menghubungkan uraian satu dengan yang lain (Budihardjo, 2012:39).
1. Munāsabāh ayat dengan ayat
Al-Qur‟an surah ar-Rahman ayat 1-4 memiliki munāsabāh antara
ayat satu dengan ayat lainnya:
Artinya: “Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-
Qur‟an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara”.
Pada ayat pertama, dimulai dengan menyebut sifat Rahmat- Nya
yang menyeluruh yaitu ar-Rahman, yakni Allah telah mencurahkan
rahmat kepada seluruh makhluk di muka bumi ini, baik manusia, jin,
malaikat, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Setelah
menyebutkan rahmat-Nya secara umum, kemudian dilanjutkan dengan
ayat kedua yaitu Allah menyebutkan rahmat-Nya, yaitu dengan
mengatakan Dialah yang mengajarkan al-Qur‟an kepada siapa saja
yang dikehendaki.
Kemudian diperjelas pada ayat ke 3 dan 4, yaitu Allah yang telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan
menganugrahinya potensi untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai
khalifah di bumi. Kemudian Allah mengajarkannya pandai berbicara
yakni kemampuan mejelaskan apa yang ada dalam benaknya dengan
memanfaatkan potensi tersebut.
29
Ayat 1-4 di atas juga bermunāsabāh dengan ayat sesudahnya yaitu
surah ar-Rahman ayat 5 dan 6 yaitu:
Artinya: matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan, Dan
tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Kedua-duanya tunduk kepada
nya.
Setelah ayat sebelumnya yang menyebutkan anugrah yang
bersumber langsung dari Allah dan rahmat-Nya yang secara potensial
tedapat pada diri manusia, yakni kemampuan berbicara. Kemudian ayat
selanjutnya menyebutkan rahmat-Nya melalui makhluk-Nya dan berada
di luar diri manusia yaitu matahari dan bulan beredar menurut
perhitungan yang sangat sempurna, dan bukan hanya matahari dan
bulan saja melainkan tumbuhan pun tunduk dalam peraturan Allah
2. Munāsabāh surah dengan surah
a. Surah ar-Rahman dengan Surah al-Qamar
Pada akhir surah al-Qamar ditutup dengan pernyataan tentang
keagungan, kuasa, dan kesempurnaan kodrat Allah, yaitu sebagai
berikut:
Artinya: di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa
Kata “tempat yang disenangi” maksudnya adalah tempat
yang penuh kenyamanan dan kebahagiaan, kesenangan sebagai
wujud kebahagiaan yang sempurna serta terbebas dari segala
kekeruhan.
30
Pada ayat terakhir surah al-Qamar dinyatakan bahwa orang
yang bertaqwa berada di dalam surga dan di sisi Allah Yang Maha
Kuasa. Dan pada awal surah ar-Rahman dijelaskan tentang nikmat-
nikmat Allah, bermula dari nikmat-Nya yang terbesar dan teragung
yaitu pengajaran al-Qur‟an (Shihab, 2012:131).
Adapun munāsabāh atau persesuaian makna antara surah
ar-Rahman dengan surah Al-Qamar ada dalam beberapa hal.
Pertama, Dalam surah ar Rahman ini dijelaskan tentang keadaan
orang-orang yang mendustakan Allah dan orang-orang yang
bertakwa kepada-Nya, yang pada surah sebelumnya telah
dijelaskan secara umum, yaitu pada surah al-Qamar ayat 47 dan 54:
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam
kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Qs. Al-Qamar/54: 47).
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam
taman-taman dan sungai-sungai, (Qs. Al-Qamar/54: 54).
Kedua, Dalam surah al-Qamar disebutkan satu persatu bencana
yang telah menimpa umat-umat terdahulu. Seperti kisah kaum Nuh
(pada ayat 9-18), kisah kaum „Aad (ayat 18-22), kisah kaum
Tsamud (ayat 23-32), dan kisah kaum Fir‟aun ( ayat 41-42).
Setelah selesai Allah menjelaskan bencana dari kisah-kisah
tersebut, kemudian dijelaskan bahwa al-Qur‟an diturunkan kepada
31
manusia dan dengan potensi yang dimilikinya dapat memudahkan
mereka dalam memahaminya.
Dan pada surah ar-Rahman, Allah menerangkan berbagai
nikmat, baik nikmat akhirat maupun nikmat duniawi yang telah
dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman (Shiddieqy,
1972:107).
Nikmat yang bersifat keakhiratan dijelaskan pada ayat 46 dan 48,
yaitu:
Artinya: “dan bagi orang yang takut akan saat menghadap
Tuhannya ada dua syurga. (Qs. Ar-Rahman/55: 46)
Artinya:”kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-
buahan. (Qs.ar-Rahman/55:48).
Nikmat yang bersifat keduniawian telah dijelaskan pada
ayat 10-12, yaitu:
Artinya: “dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya). Di
bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai
kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga
yang harum baunya (Qs. Ar-Rahman/55:10-12).
Ketiga, Firman Allah pada ayat 1 dan 2 yang berbunyi, “Ar-
Rahmanu, „allamal Qur‟ana” adalah sebagai jawaban atas
32
pertanyaan: “apakah yang dilakukan oleh Raja Yang Maha Kuasa
itu?” yang terdapat pada akhir ayat yang menutup surah yang lalu.
b. Munāsabāh surah ar-Rahman dengan surah al-Waqi‟ah
Munāsabāh atau kesesuaian antara surah ar-Rahman dengan
surah al-Waqi‟ah, ada dalam beberapa poin. Pertama, pada
masing-masing surah menjelaskan tentang keadaan kiamat, surga,
dan neraka. Pada surah ar-Rahman menjelaskan keadaan kiamat,
seperti dalam ayat 35-37:
Artinya: “kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api
dan cairan tembaga Maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri
(dari padanya). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?. Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi
merah mawar seperti (kilapan) minyak (Qs. Ar-Rahman/55:35-
37).
Dalam surah al-Waqi‟ah dijelaskan keadaan kiamat terdapat pada
ayat 4-6, yaitu:
Artinya: “Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan
gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya. Maka jadilah
ia debu yang beterbangan (Qs. Al-Waqi‟ah/56: 4-6).
33
Pada surah ar-Rahman yang menjelaskan tentang surga terdapat
pada ayat 48-50
Artinya:”kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-
buahan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?. Di dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air
yang mengalir (Qs.ar-Rahman/55:48-50).
Dalam surah al-Waqi‟ah, surga telah dijelaskan seperti
yang terdapat pada ayat 11-12, yaitu:
Artinya: “Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada
dalam jannah kenikmatan (Qs. Al-Waqi‟ah/56: 11-12).
Pada surah ar-rahman yang menjelaskan mengenai keadaan
neraka ada pada ayat 43, yaitu:
Artinya: Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-
orang berdosa (Qs. Ar-Rahman/55: 43).
Dalam surah al-Waqi‟ah yang menjelaskan tentang keadaan
neraka terdapat pada ayat 42-43
Artinya:” dalam (siksaan) angin yang Amat panas, dan air panas
yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam (Qs. Al-
Waqi‟ah/56: 42-43).
34
Kedua, Dalam surah ar-Rahman dijelaskan mengenai adzab yang
di derita oleh orang-orang yang berdosa dan nikmat yang diperoleh
oleh orang-orang yang bertakwa, dan perbedaan dua surga yang
diperoleh sebagian mukmin dengan surga yang diperoleh sebagian
mukmin lainnya yang terdapat pada ayat 41-54
Artinya:“orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-
tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Inilah
neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.
Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang
memuncak panasnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?. Dan bagi orang yang takut akan saat
menghadap Tuhannya ada dua syurga. Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan?. Kedua syurga itu
mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. Maka nikmat
Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Di dalam
kedua syurga itu ada dua buah mata air yang mengalir. Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Di
dalam kedua syurga itu terdapat segala macam buah-buahan yang
berpasangan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?. Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah
35
dalamnya dari sutera. dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat
(dipetik) dari dekat (Qs. Ar-Rahman/55: 41-54).
Kemudian dalam surah al-Waqi‟ah Allah membagi para
mukalaf menjadi tiga golongan, yaitu: ash-sabiqun, ash-habul
yamin, dan ash-habusy syimal. Berikut ayat yang menjelaskan
mengenai ash-sabiqun, yaitu ayat 8-10
Artinya: “Yaitu golongan kanan. Alangkah
mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri,
alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan
orang-orang yang beriman paling dahulu (Qs. Al-
Waqi‟ah/56: 8-10).
Kemudian ayat yang menjelaskan tentang golongan ash-habul
yamin, yaitu terdapat pada ayat 27-40
Artinya: “dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan
kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri, dan
pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang
terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang
banyak. Yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang
36
mengambilnya. Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari)
dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (kami ciptakan mereka) untuk
golongan kanan. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang
terdahulu. Dan segolongan besar pula dari orang-orang yang
kemudian (Qs. Al-Waqi‟ah/56: 27-40).
Ayat yang menjelaskan tentang ash-habusy syimal, yaitu sebagai
berikut:
Artinya: “dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? dalam
(siksaan) angin yang Amat panas, dan air panas yang mendidih,
dan dalam naungan asap yang hitam. tidak sejuk dan tidak
menyenangkan (Qs. Al-Waqi‟ah/56: 41-44).
Ketiga, Pada surah ar-Rahman dijelaskan mengenai langit yang
terbelah, yaitu pada ayat 37
Artinya: “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah
mawar seperti (kilapan) minyak (Qs. Ar-Rahman/55: 37).
Sedangkan pada surah al-Waqi‟ah dijelaskan tentang bumi yang
terguncang, yaitu pada ayat 4
Artinya: “apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya (Qs.
Al-Waqi‟ah/56: 4).
Kedua surah tersebut, yaitu surah ar-Rahman dan surah al-
Waqi‟ah dapat dipandang sebagai satu surah, karena pokok
pembahasannya sama. Apa yang dibicarakan pada awal surah
37
sesudahnya, yaitu surah ar-Rahman kemudian dibicarakan pula
dalam surah ini (surah al-Waqi‟ah), dan apa yang dibicarakan pada
permulaan surah ini dibahas juga pada awal surah yang lalu (ash-
Shiddieqy,1972 :4073).
38
BAB IV
KARAKTERISTIK PENDIDIK
DALAM SURAT AR-RAHMAN AYAT 1-4
A. Karakteristik Pendidik dalam Qs. ar-Rahman ayat 1-4
Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikan dengan guru (gu dan ru)
yang berarti “digugu dan ditiru” (Mujib, 2006:90). Dikatakan digugu
(dipercaya) karena seorang pendidik atau guru memiliki pengetahauan dan
wawasan yang lebih dari peserta didiknya. Sedangkan dikatakan ditiru
(diikuti) karena pendidik memiliki kepribadian atau yang biasa disebut
dengan kompetensi personal. Pendidik juga dijadikan panutan dan suri
tauladan bagi peserta didiknya, sehingga apa yang diucapkan oleh pendidik
(yang didengar oleh peserta didik) dan apa yang dilakukan pendidik (dilihat
peserta didik) haruslah sinkron.
Menurut al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Zainuddin bahwa amal
perbuatan, akhlak, dan kepribadian seorang pendidik adalah lebih penting
dari ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh pendidik (1991:56). Karena
kepribadian pendidik akan diteladani dan ditiru oleh peserta didiknya, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Seorang pendidik hendaknya mampu menjalankan tindakan,
perbuatan, dan kepribadiannya sesuai dengan pengetahuan yang diajarkan
kepada peserta didiknya.
39
Kompetensi yang dimiliki pendidik berperan penting dalam proses
pembelajaran peserta didik. Proses belajar dan hasil belajar peserta didik
tidak hanya ditentukan oleh sekolah maupun isi kurikulumnya, akan tetapi
sebagian besar ditentukan oleh kompetensi pendidik yang mengajar dan
membimbing peserta didiknya. Pendidik yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih
mampu mengelola kelasnya, sehingga hasil belajar peserta didiknya dapat
optimal (Hamalik, 1991:40).
Kompetensi tersebut harus diimplementasikan dalam proses belajar
mengajar. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap pengetahuan dan
ketrampilan pendidik itu merupakan cerminan dari kompetensi yang dimiliki.
Dan selama kompetensi tersebut diaktualisasikan dalam kegiatan
pembelajaran, maka setiap materi (pengetahuan) yang disampaikan akan
mudah diterima dan dipahami oleh peserta didik.
Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan analisis karakteristik
pendidik sesuai pada ayat-ayat yang dikaji yaitu, pada surah ar-Rahman ayat
1-4 sebagai berikut:
1. Sifat Kasih Sayang
Ar-Rahman, yang terdapat dalam ayat satu, menggambarkan
seorang pendidik sebagai cerminan dari kepribadian yang harus
dimilikinya dengan senantiasa bersifat kasih dan tidak pilih kasih pada
peserta didiknya atau bersikap adil serta memperlakukan mereka seperti
anaknya sendiri.
40
Pendidikan sebagai pengembangan potensi memanusiakan manusia
semestinya dilaksanakan atas dasar sifat kasih sayang yang pada
hakekatnya adalah refleksi dari sifat ar-Rahman. Pendidik dalam
perspektif Islam harus mempunyai beberapa kompetensi (kemampuan
dasar) dan unsur kompetensi yang harus dimiliki diantaranya, yaitu
diwujudkan pribadi pendidik sebagai ar-Rahman. Kompetensi tersebut
termasuk dalam kompetensi personal religius yang menyangkut
kepribadian agamis pendidik. Misalnya mempunyai sifat amanah, jujur,
kasih sayang dan sebagainya.
Kepribadian seorang pendidik (guru) adalah faktor yang sangat
penting. Dengan kebribadian tersebut akan menentukan apakan ia akan
menjadi seorang pendidik yang baik bagi anak didiknya, atau menjadi
perusak bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
masih berada pada tingkat pendidikan dasar (Daradjat, 1980:16).
Kepribadian ialah salah satu hal yang menentukan tinggi
rendahnya kewibawaan seorang pendidik dalam pandangan anak didiknya
bahkan masyarakat sekalipun. Dengan kata lain, baik tidaknya citra
seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. Terlebih bagi seorang guru,
kepribadian tersebut merupakan faktor yang menentukan terhadap
keberhasilan melaksanakan tugasnya.
Dengan demikian seorang pendidik menjadi juga sebagai
pengganti dan wakil kedua orang tua dari peserta didiknya, yaitu dengan
mengasihi peserta didiknya seperti memikirkan keadaan anaknya,
41
sehingga hubungan timbal balik tersebut akan membawa pengaruh positif
dalam proses pendidikan.
2. Penguasaan Materi Secara Mendalam
Setelah diterangkan mengenai karakteristik pribadi pendidik seperti
yang tergambar pada ayat pertama di atas, karakteristik yang kedua adalah
pengajaran al-Quran yang berarti penguasaan materi ajar. Pada penjelasan
ayat ke dua ini merupakan salah satu dari kasih sayang Allah kepada
manusia yaitu, diajarkannya al-Qur‟an yang diwahyukan kepada
Rasulullah melalui malaikat jibril. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya Rasulullah telah mendapatkan pengajaran al-Qur‟an dari
malaikat Jibril, seperti pada firman Allah berikut telah dijelaskan pada
surah at-Takwir ayat 19-21 dan surah an-Nahl ayat 44.
Artinya:“Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang
dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril). Yang mempunyai kekuatan, yang
mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy. Yang
ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya”.
Artinya: “keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan”.
42
Dan ayat yang kedua mengisyaratkan bahwa pengajaran al-Qur‟an
adalah salah satu tugas seorang pendidik, bahwa salah satu tugas pendidik
adalah mengamalkan ilmu yang dimilikinya dan menyampaikan atau
mengajarkannya kepada peserta didik.
Kemudian Rasulullah mengajarkan atau menyampaikan al-Qur‟an
kepada para sahabat, tabi‟in, dan dilanjutkan oleh generasi-generasi
selanjutnya.
Al-Qur‟an merupakan pedoman dan petunjuk bagi manusia yang di
dalamnya terdapat aturan-aturan dari Allah mengenai syari‟ah, ibadah dan
mu‟amalah. Segala sesuatu tentang hidup manusia sudah diatur di
dalamnya. Dengan berpedoman dan mengamalkan apa yang diajarkan di
dalam al-Qur‟an maka akan diperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Seperti firman Allah dalam halnya menyampaikan ilmu pengetahuan
(materi).
Unsur kompetensi yang terdapat dalam pembahasan ini adalah
kompetensi profesional, yaitu diwujudkan pada kemampuan pendidik
dalam mengajarkan al-Qur‟an atau yang diartikan sebagai materi
pelajaran.
Kompetensi profesional pendidik merupakan kompetensi atau
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
serta menguasai struktur dan metode keilmuan bidang studi yang
diajarkan. Materi yang harus dikuasai bukan hanya sekedar materi
pembelajaran yang diajarkan di sekolah atau sesuai kurikulum sekolah,
43
melainkan materi yang menaunginya. Indikator dari kompetensi tersebut
diantaranya:
a. Memahami materi pembelajaran yang terdapat pada kurikulum
sekolah
b. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang berkaitan
dengan materi pembelajaran
c. Menerapkan konsep-konsep keilmuan atau materi pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari (Wibowo, 2012:117).
Dengan menguasai materi pembelajaran dan materi lain yang
bersangkutan dengan materi ajar, maka diharapkan pendidik mampu
menjelaskan materi pembelajaran dengan jelas, rinci, serta dapat
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. sehingga paseta
didiknya dapat memahami apa yang disampaikan dan tidak
menimbulkan kesulitan serta keraguan.
3. Membentuk Kepribadian Insan Sempurna
Pada ayat ke tiga ini disebutkan tentang penciptaan manusia.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dalam penciptaannya,
karena kesempurnaan bentuk dan potensi yang dimilikinya menjadi
pembeda dari makhluk lainnya. Dengan keistimewaan dan kelebihan
yang dimiliki, maka dalam al-Qur‟an ditegaskan bahwa tujuan pokok
diciptakannya manusia adalah untuk mengenal Tuhannya, seperti dalam
firman Allah berikut:
44
Artinya:“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku” (Qs. Adz-Dzariyat: 56).
Dengan adanya potensi yang ada dalam diri manusia maka, Allah
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Karena dengan kelebihan
tersebut manusia dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang
telah diamanahkan Allah kepadanya.
Seorang pendidik sebelum melakukan proses pembelajaran
hendaknya telah menguasai materi yang akan disampaikan agar nantinya
dapat menyampaikan materi tersebut dengan baik dan bisa memahamkan
anak didiknya. Dan diantara tugas pendidik adalah membimbing atau
mengarahkan anak kepada hal-hal yang positif.
Hal ini ada kaitannya dengan pembahasan sebelumnya yaitu
kepribadian pendidik. Karena pribadi pendidik sangat berperan dalam
membentuk pribadi anak didiknya. Seorang pendidik juga sekaligus
menjadi contoh atau teladan bagi anak didiknya, karena manusia
merupakan makhluk yang suka mencontoh atau meniru. Sehingga
pendidik harus menjaga setiap ucapan dan perbuatannya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam ayat 3 diatas adalah membentuk
dan mengembangkan potensi menjadi anak didik yang berilmu, berbudi
pekerti luhur dan menjadi insan kamil. Hal ini termasuk kompetensi
profesional guru/pendidik.
Kompetensi pedagogik adalah merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan pemahaman pendidik terhadap peserta didik,
45
perencanan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik (Wibowo,
2012:110).
Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan beberapa ruang
lingkup yang ada dalam kompetensi pedagogik adalah sebagai berikut:
a. Pendidik memahami peserta didik
Pendidik memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan peserta
didiknya, sehingga dapat mengetahui metode pendekatan yang tepat
untuk digunakan dalam proses belajar mengajarnya.
b. Perencanaan pembelajaran
Pendidik menentukan strategi pembelajaran berdasarkan tingkat
pemahaman peserta didiknya dan kompetensi yang ingin dicapai.
Kemudian menyusun rencana pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih mencakup, menyusun silabus, memilih dan mengorganisasikan
materi dan bahan ajar, menentukan media dan sumber belajar yang
ditentukan, serta membuat rancangan evaluasi proses dan hasil.
c. Melaksanakan pembelajaran
Seorang pendidik harus bisa melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik dan kondusif. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan
menciptakan suasana belajar yang kreati dan menyenangkan,
memberikan motivasi kepada peserta didik, menjelaskan materi yang
diajarkan, memfasilitasi dengan sarana dan prasarana yang ada untuk
menunjang hasil belajar peserta didik.
46
d. Evaluasi pembelajaran
Pendidik memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan meliputi, hasil belajar dan metode yang digunakan
dengan merencanakan penilaian yang tepat serta dapat membuat
kesimpulan dan solusi yang akurat.
e. Mengembangkan potensi peserta didik
Seorang pendidik hendaknya mampu membimbing, memfasilitasi,
dan sebagai wadah bagi peserta didik untuk dapat mengenali
potensinya serta melatih untuk dapat mengaktualisasikan potensi
tersebut.
Semua aspek kompetensi pedagogik di atas dapat ditingkatkan
melalui kajian masalah dan alternatif solusi (Wibowo, 2012:112).
4. Kemampuan Berfikir dan Komunikasi
Diantara nikmat Allah yang diberikan pada makhluknya dalam
ayat ini adalah nikmat diajarkannya pandai berbicara. Kemampuan
berbicara merupakan potensi dasar manusia dan sebagai aspek yang
membedakan dengan makhluk lainnya. Akan tetapi dalam sudut pandang
al-Qur‟an kepandaian berbicara bukanlah potensi dasar manusia, tapi
kemampuan berfikir dan berkomunikasi dengan orang lain.
Apabila diperhatikan, ucapan manusia dapat dijelaskan dan apa
yang didengar dapat memuculkan pemahaman atau dapat mencerna
sesuatu dari apa yang didengarnya serta apa yang dilihatnya dapat bernilai
untuk membedakan. Melalui fungsi dari panca indra tersebut merupakan
47
serangkaian cara manusia untuk berfikir. Berfikir merupakan salah satu
pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi, sehingga ia bisa
menyampaikan apa yang terdapat dalam fikirannya dengan cara berbicara
(Gunawan, 2014: 147).
Pada ayat ini yang dimaksud dengan al-bayan tidak hanya sebatas
pada ucapan/berbicara tetapi mencakup segala bentuk ekspresi, seperti
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Al-Qur‟an juga disebut kitab yang menjelaskan dan ayat-ayatnya
disebut al-bayyinat yang berarti hujjah yang jelas dan pasti. Al-bayan di
sini apabila dikaitkan dengan al-Qur‟an dan dikaitkan juga dengan al-
insan, maka semakin jelas bahwa hanya manusia yang memiliki potensi
al-bayan. Jika yang dimaksud al-bayan di sini hanya sekedar
mengeluarkan suara, tentu binatang pun dapat melakukannya (Ghozali,
2004:158).
Dengan demikian yang menjadi pembeda dan penentu
kemanusiaan manusia adalah kemampuan menjelaskan, menerangkan dan
mengungkapkan dari apa yang disimbolkannya melalui bahasa. Dan dari
kemampuan berbahasa inilah dimulainya proses peradaban manusia
dengan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan berbagai keterampilan
serta teknologi.
Dalam pembahasan ini terdapat salah satu unsur kompetensi
pendidik. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik untuk
berkomunikasi, menjalin kerja sama dan berinteraksi secara efektif dan
48
efisien, baik dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua atau wali,
maupun dengan masyarakat (Wibowo, 2012:124).
Kompetensi sosial ini diwujudkan pada kemampuan berinteraksi
terhadap anak didiknya dalam menyampaikan materi pelajaran yang dapat
menunjang komunikasi edukatif.
B. Implementasi Karakteristik Pendidik dalam Qs. ar-Rahman ayat 1-4
Setelah penulis membahas karakteristik pendidik dalam surat ar-
Rahman ayat 1 sampai 4, maka penulis akan menyajikan implementasi
karakteristik pendidik dalam perspektif surat ar-Rahman, yaitu sebagai
berikut:
1. Mendidik dengan kasih sayang
Seorang pendidik harus mempersiapkan dirinya secara
keseluruhan, baik secara lahir maupun batin dengan pribadi yang baik,
memiliki sifat kasih sayang kepada anak didiknya dan tanpa membeda-
bedakan kekurangan maupun kelebihan peserta didiknya. Misalnya dengan
bersikap adil, tidak pilih kasih dan tidak mengistimewakan yang satu
dengan lainnya dikarenakan oleh sebab tertentu.
Kasih sayang ini merupakan wujud kompetensi kepribadian secara
umum. Pribadi sebagai pendidik yang baik diwujudkan dalam bentuk
kasih sayang terhadap peserta didik dalam proses pendidikan dan
pengajaran. Oleh sebab itu dalam mendidik secara umum atau mengajar
secara khusus, pendidik harus mempunyai kasih sayang terhadap peserta
didiknya, layaknya anaknya sendiri.
49
Pendidik harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki
kelebihan masing-masing, baik dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Pendidik perlu memahami karakter dan kondisi psikologis
masing-masing peserta didik, agar tidak membedakan antara satu individu
dengan individu lain. Perbedaan ini perlu disikapi dengan arif dan
bijaksana tanpa memberi porsi lebih. Setiap peserta didik membutuhkan
kasih sayang dan perhatian, sehingga pendidik hendaknya mampu
menyayangi mereka tanpa pilih kasih.
Wujud kasih sayang diaktualisasikan baik dalam bentuk nasihat
(cara berkomunikasi), membuka ruang bagi peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran, maupun menjalin kedekatan emosional baik
ketika di ruang kelas maupun di luar kelas. Kasih sayang muncul dari jiwa
yang tulus, setiap manusia diberi hati agar bisa merasakan sikap positif
dari orang lain. Melalui ketulusan itulah setiap peserta didik akan
merasakan dirinya disayangi dan mendapat kenyamanan dari pendidik,
sehingga akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran peserta didik.
2. Menguasai Materi Ajar
Salah satu tugas seorang pendidik adalah transfer of knowledge
(memberikan ilmu pengetahuan) yang diwujudkan dengan mengajarkan al-
Qur‟an. Dalam proses pengajaran tersebut, dapat dipahami bahwa tugas
pendidik adalah mendidik atau mengajar dan untuk dapat melaksanakan
tugasnya tersebut seorang pendidik harus memiliki bekal ilmu
pengetahuan yang nantinya akan disampaikan kepada peserta didiknya.
50
Tugas seorang pendidik tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuan saja, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keagaman dalam diri
peserta didik melalui materi pembelajaran yang disampaikan.
Pengajaran al-Qur‟an disini menunjukkan bahwa seorang pendidik
harus terlebih dahulu mempersiapkan al-Qur‟an, yang dalam konteks ini
al-Qur‟an diartikan sebagai materi pelajaran atau bahan ajar. Sebelum
menjalankan tugasnya sebagai pendidik hendaknya mempersiapkan
(merencanakan) program pengajaran termasuk juga materi yang akan
disampaikan.
Untuk dapat membuat perencanaan belajar mengajar, seorang
pendidik terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan
tersebut mengenai kegiatan yang harus dilakukan peserta didiknya selama
proses belajar mengajar berlangsung (Mudlofir, 2012: 78). Sebagai
pendidik di lembaga pendidikan harusnya dapat membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), secara terperinci kegiatan tersebut harus
jelas mulai dari tujuan pembelajaran, isi bahan pelajaran (materi), metode
yang akan digunakan, dan penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta
didik. Hal tersebut merupakan unsur-unsur utama yang minimal harus ada
dalam setiap program belajar mengajar.
51
3. Memperbaiki Akhlak dan Kepribadian
Seorang pendidik bertanggung jawab memberikan pertolongan
kepada anak didiknya dalam pengembangan potensi jasmani maupun
rohaninya agar mampu melakukan tugasnya sebagai makhluk individu
yang mandiri dan makhluk sosial dan mampu memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah.
Sebagaimana disebutkan di atas, pendidikan tidak terbatas pada
transfer pengetahuan lebih dari itu, yaitu membentuk kepribadian peserta
didik. Merujuk pada tujuan utama pendidikan, yaitu mencetak generasi
yang berilmu, berbudi pekerti luhur, dan beradab, maka pendidik terlebih
dahulu harus mempunyai pribadi yang matang, baik, akhlaq yang baik.
Dengan bekal ini diharapkan dapat menghantarkan peserta didik menjadi
pribadi yang matang pula.
Hal ini ada kaitannya dengan kepribadian atau tingkah laku
pendidik. Karena akan menjadi cerminan dan tolak ukur bagi peserta
didik. Pendidik harus bisa menjadi contoh/tauladan yang baik, karena
tingkah laku pendidik sangat berpengaruh terhadap tingkah laku (akhlak)
peserta didik.
Dan diantara taugas seorang pendidik diantaranya dapat
mengembangkan potensi peserta didik dan mengarahkan potensi tersebut
kepada hal yang positif. Pembentukan akhlak bagi peserta didik yang
harus diprioritaskan untuk dapat membentuk manusia yang sempurna
(insan kamil). Tugas tersebut dapat diwujudkan dengan pengarahan atau
52
bimbingan dan membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik
dalam pembelajaran.
Proses pendewasaan sangatlah penting bagi peserta didik, karena
akan membantu peserta didik menemukan sebuah makna dari suatu materi
pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, memiliki
kepribadian yang baik, santun dan berbudi, hal inilah yang merupakan
sesuatu inti dari tugas pendidik dalam mendidik.
4. Mengajarkan Pandai Berbicara
Pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran hendaknya
disampaikan dengan jelas dan rinci. Untuk dapat memberikan pemahaman
kepada pserta didiknya, selain pendidik menguasai materi juga harus
memiliki kecakapan berinteraksi dalam menyampaikan materi yang
diajarkan.
Kelancaran berdialog bagi seorang pendidik juga penting, karena
apabila pendidik kurang berdialog dan berinteraksi maka akan berdampak
pada komunikasi dalam proses pembelajaran dan bisa menyebabkan anak
didik tidak memahami yang disampaikan oleh pendidik.
Melalui komunikasi, seorang pendidik dapat mengembangkan
konsep diri, dan menerapkan hubungan dirinya dengan dunia di sekitarnya,
terutama hubungannya dengan peserta didik.
53
Komunikasi yang efektif akan menimbulkan beberapa hal, diantaranya:
a. Pengertian
Dalam arti ada penerimaan yang cermat seperti yang dimaksudkan
oleh komunikator. Dalam hal ini peserta didik sebagai penerima
materi pembelajaran dan pendidik sebagai penyampai materi.
b. Kesenangan
Komunikasi dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa
senang. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui penyampaian materi
dengan bercerita atau dengan diselipkan beberapa humor, sehingga
peserta didik akan merasa senang dan akan lebih mudah menerima
pelajaran.
c. Pengaruh terhadap sikap
Komunikasi ini bersifat persuasif. Persuasif di sini diartikan sebagai
proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang lain.
Pada hal ini dapat terwujud dalam proses pembelajaran, yaitu
pendidik harus lebih kreatif dalam memilih metode untuk
menyampakan materi, misalnya menggunakan metode tanya jawab.
Dengan begitu peserta didik akan dapat mengungkapkan
pendapatnya.
d. Hubungan menjadi makin baik
Komunikasi berfungsi untuk hubungan sosial yang baik, karena
pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri (makhluk sosial).
Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menjalin komunikasi yang
54
baik antara pendidik dan peserta didik. Hubungan tersebut akan
memudahkan pendidik dalam memahami karakter peserta didiknya.
Sebagai pendidik diharapkan mampu memanfaatkan komunikasi
untuk menunjang tugas dan keberhsilannya dalam mengajar.
Komunikasi yang efektif akan mendukung pendidik dalam mengajar
yang efektif.
Yang mana hal tersebut diwujudkan dengan ciri: peserta didik
mudah untuk memahami materi pembelajaran dengan baik, materi
yang dipelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan
peserta didik melakukannya dengan senang hati.
55
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Karakteristik pendidik dalam surah ar-Rahman ayat 1-4
Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa karakteristik
pendidik dalam surah ar-rahman ayat 1-4. Karakteristik atau cirri khas
tersebut diwujudkan melalui kompetensi yang harus dimiliki seorang
pendidik. Diantaranya, yaitu:memiliki sifat kasih sayang terhadap
peserta didiknya (kompetensi personal), Menguasai materi
pembelajaran (kompetensi professional), dapat mengarahkan dan
membimbing peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik dengan
mengembangkan potensinya (kompetensi pedagogik), dan memiliki
kemampuan berkomunikasi serta berinteraksi (kompetensi sosial).
2. Implementasi karakteristik pendidik
Sifat kasih sayang merupakan wujud dari kompetensi personal
yang harus dimiliki seorang pendidik. Kepribadian pendidik akan
lebih banyak mempengaruhi minat dan antusias peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar. Misalnya dengan bersikap adil dan
menghargai peserta didik. Karena setiap peserta didik itu berbeda dan
memiliki potensi masing-masing.
Sebagai seorang pendidik harus dapat menguasai dan mengembangkan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang diwujudkan
56
dalam kompetensi profesional. Karena hal tersebut akan berdampak
pada pemahaman peserta didik.
Seorang pendidik harus memahami peserta didiknya baik dari
aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Dengan pemahaman
tersebut pendidik dapat membimbing dan mengarahkan pribadi/akhlak
peserta didik. Karena pendidik sekaligus sebagai panutan atau contoh
bagi peserta didiknya, maka hendaknya bisa menjaga tingkah lakunya.
Mengajar di depan kelas merupakan wujud dari interaksi dalam
berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi sangatlah penting bagi
pendidik. Hal ini bertujuan menciptakan hubungan yang harmonis
antara pendidik dan peserta didik, sehingga materi yang disampaikan
akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
pendidikan tidak lepas dari kompetensi yang dimiliki oleh seorang
pendidik, diantaranya sebagai berikut:
a. Keberhasilan pengembangan sumber daya manusia atau peserta
didik sangat tergantung kepada kompetensi yang dimiliki oleh
pendidik.
b. Untuk mencapai pendidikan yang diharapkan seorang guru harus
mampu memahami, memiliki dan sekaligus dapat menerapkan
empat kompetensi guru yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi
sosial, kompetensi profesional dan kompetensi kepribadian
dengan baik.
57
c. Dengan pendidikan yang menekankan pada kompetensi pendidik
maka diharapkan nilai-nilai kemanusiaan dan kepribadian yang
santun serta akhlak mulia dapat terwujud pada diri peserta didik.
d. Dilihat dari proses belajar mengajar seorang pendidik bukan hanya
memberikan materi pelajaran tetapi menuntun proses
pendewasaan peserta didik agar mereka mampu menemukan
sebuah makna dari suatu materi pelajaran yang didapat dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. SARAN
1. Bagi pendidik
Pendidik haruslah mempunyai landasan dasar yang kuat untuk
menjadi seorang pendidik, pendidik yang baik dari segi sikap dan
moral serta keimanan yang kuat kepada Allah SWT. Pendidik juga
berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada
peserta didik. Sehingga dapat mengarahkan atau membimbing peserta
didik menjadi pribadi yang berakhlak baik dan dapat menerima
pengajaran dengan baik pula dalam aplikasinya di kehidupan sehari-
hari.
2. Bagi dunia penelitian
Hasil dari kajian mengenai karakteristik pendidik ini belumlah
sempurna, karena terbatas dalam surah ar-Rahman saja. Dan masih
terdapat beberapa aspek-aspek lain yang belum dikaji oleh peneliti,
58
maka dari itu diharapkan ada peneliti baru yang akan mengkaji lebih
lanjut dari hasil penelitian ini
59
Daftar Pustaka
Al Maragi, Mustafa Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al Maragi, Semarang: CV.
Toha Putra Semarang.
Abdurrahman. 1992. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: CV Akademika Presindo.
Abdurrahman, An-Nahlawi.1995. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan
Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press.
Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur‟an untuk Pemula, Jakarta: CV Artha
Rivera.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad. 1972. Tafsir Al-Qur‟an An-Nur,
Jakarta: Bulan Bintang.
B. Uno, Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu al-Qur‟an, Yogyakarta: LOKUS
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid. IX, Jakarta:
Lentera Abadi.
Darajat, Zakiah. 1980. Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang
Faqih Imani, Allamah Kamal. 2013, Tafsir Nurul Qur‟an sebuah tafsir sederhana
menuju cahaya al-Qur‟an, Jakarta: Nur al-Huda.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 1991. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi, Bandung: Mandar
Maju.
Hamrin dan Wibowo, Agus. 2012. Menjadi Guru Berkarakter (strategi
membangun kompetensi dan karakter guru), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marimba, Ahmad. 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Al
Ma‟arif.
Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, dkk. 2008. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
60
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media.
Munawir, Ahmad Warson. 1984. al-Munawir Kamus Arab Indonesia.
Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok
pesantren al-Munawir.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Roestiyah NK. 1982. Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara.
S. Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Cetakan II, Jakarta: Bumi Aksara.
Satori, Djam‟an dkk. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati.
. 2012. Al-Lubab makna, tujuan, dan pelajaran dari surah-surah al-
Qur‟an, Ciputat: Lentera Hati.
Sukardjo dan Komarudin, Ukim, 2009, Landasan Pendidikan Konsep Dan
Aplikasinya, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Rus Media.
Surin, Bachtiar. 1991. Adz-Dzikraa Terjemah dan Tafsir Al-Qur‟an dalam Huruf
Arab dan Latin, Bandung: Angkasa.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Wojowasito,S dan Poerwadarminta. 1982. Kamus Lengkap Indonesia Inggris,
Inggris Indonesia. Jakarta: Hasta
Yunus, Mahmud. 2007. Kamus Arab Indonesia, Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyah.
Zainuddin. 1991. Seluk-Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.
61
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Sholikhatul Arifah
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 22 Maret 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Ds. Giling RT 03 RW 01,
Kec. Pabelan, Kab. Semarang
5. Riwayat Pendidikan :
a.TK Tarbiyatul Aulad : 1998-2000
b.SD N Giling : 2000-2006
c.MTS N 1 Peterongan Jombang : 2006-2009
d.MAN Salatiga : 2009-2012
e.IAIN Salatiga : 2012-2016
6. Motto : MAN JADDA WAJADA
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
62
63
Daftar Nilai SKK
Nama :Sholikhatul Arifah Jurusan : PAI
Nim :111-12-071 Dosen P.A : Dr. Miftahuddin, M.Ag.
No. Nama Kegiatan Tanggal Jabatan Nilai
1. OPAK STAIN Salatiga
2012 “ Progresifitas Kaum
Muda Kunci Perubahan
Indonesia”
05-07
September
2012
Peserta 3
2. Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
08-09
September
2012
Peserta 3
3. Orientasi Dasar Keislaman
(ODK) “ Membangun
Karakter KeIslaman
Bertaraf Internasional di
Era Globalisasi Bahasa”
10 September
2012
Peserta 2
4. Seminar Entrepreneurship
dan Perkoperasian 2012 “
Explore Your
Entrepreneurship Talent”
MAPALA MITAPASA
DAN KSEI STAIN
Salatiga
11 September
2012
Peserta 2
5. Achievment Motivasion
Training JQH & LDK
12 September
2012
Peserta 2
6. Library User Education
oleh UPT Perpustakaan
STAIN Salatiga
13 September
2012
Peserta 2
7. DMS II “Muslimah Sejati,
Tetap Gaul Tapi Syar‟I”
oleh LDK
01 Desember
2012
Peserta 2
8. Seminar Nasional HMJ
“Kepemimpinan dan Masa
Depan Bangsa”
23 Februari
2013
Peserta 8
9. Bedah Buku “Berhenti 05 April 2013 Peserta 2
64
Kerja Semakin Kaya”
10. Seminar Nasional 4 Metode
Sempoa
25 April 2013 Peserta 8
11. Seminar Pendidikan HMJ “
Menimbang Mutu dan
Kualitas Pendidikan di
Indonesia
02 Mei 2013 Peserta 2
12. Mempertegas Peran
Pendidikan dalam
Mencerahkan Masa Depan
Anak Bangsa
19 November
2014
Peserta 2
13. Semiar Nasional
Hypnoteaching “
Mathematic Learning With
Hypnoteaching
22 November
2014
Peserta 8
14. Seminar Nasional “
Perlindungan Hukum
Terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar Bebas
ASEAN”
15 Desember
2014
Peserta 8
15. Talkshow Nasional
Matematika Ilmu atau
Seni”
14 Februari
2015
Peserta 8
16. Seminar Nasional
Kewirausahaan “Jiwa
Muda, Berani
Berwirausaha”
30 Oktober
2015
Peserta 8
17. Seminar Pendidikan
“Menciptakan Metode
Pendidikan Agama Islam
yang Ideal dalam Proses
Membebaskan dan
Memerdekakan Manusia”
12 November
2015
Peserta 2
18. Seminar Nasional HMJ
“Perbaikan Mutu
Pendidikan Melalui
Profesionalisme
Pendidikan”
13 November
2015
Peserta 8
19. Seminar Nasional HMJ “
Peran Media Massa
Terhadap Kelestarian
Lingkungan Hidup”
19 November
2015
Peserta 8
20. Seminar Nasional
“Penguatan Wawasan
Kebangsaan dan
Nasionalisme”
28 April 2016 Peserta 8
21. Seminar Nasional PIK
SAHAJA “LGBT dalam
Perspektif Psikologi dan
26 Mei 2016 Peserta 8
65
Kesehatan”
22. Dialaog Nasional
“Peningkatan Konsep
Hablum Minannas Melalui
Ramadhan” oleh DEMA
19 Juni 2016 Peserta 8
Jumlah 112
66