Teori Belajar Matematika

304
Disusun oleh: NEVY SELVIA (1201125121) UMMU HANI (1201125178) 1 TEORI BELAJAR DAN MODEL PEMBELAJARAN

description

Teori Belajar Matematika

Transcript of Teori Belajar Matematika

Page 1: Teori Belajar Matematika

Disusun oleh:NEVY SELVIA (1201125121)UMMU HANI (1201125178)

1

TEORI BELAJARDAN

MODEL PEMBELAJARAN

Page 2: Teori Belajar Matematika

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya serta memberi kekuatan, kesehatan dan kemampuan hingga pembuatan buku ini dapat kami selesaikan. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Buku ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar Matematika. Materi yang dituliskan dalam makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi tentang Teori Belajar dan Model Pembelajaran serta bagian-bagian yang mencakup di dalamnya.

Dalam buku ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Teori Belajar Matematika, yaitu Bapak Edi Susanto, M.Pd., keluarga dan teman-teman yang telah mendukung kami dalam membuat buku ini.

Kami menyadari dalam pembuatan buku ini jauh dari kesempurnaan , untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi menyempurnakan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kami maupun para pembaca.

Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Februari 2013

Penyusun

i

Page 3: Teori Belajar Matematika

DAFTAR ISI

Halaman judul/ sampul

Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I Teori BelajarA. Pengertian Teori Belajar ................................................................................................... 1B. Macam-macam Teori Belajar ....................................................................................... 3

BAB II Metode BelajarA. Pengertian Metode Belajar ..................................................................................... 11B. Macam-macam Metode Belajar ..................................................................................... 11

BAB III Model PembelajaranA. Pengertian Model Pembelajaran ..................................................................................... 28B. Macam-macam Model Pembelajaran ......................................................................... 34

BAB IV Strategi dan Pendekatan BelajarA. Strategi Belajar ........................................................................................................... 102B. Pendekatan Belajar ............................................................................................... 108

BAB V Daftar Pustaka ............................................................................................... 119

ii

Page 4: Teori Belajar Matematika

BAB I

TEORI BELAJAR

A. Pengertian Teori Belajar

Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia. (Illeris, 2000; Ormorod, 1995)

Teori adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau meneliti sesuatu dalam suatu proses pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.  

Pengertian teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif. 

Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa atau memiliki rasa takut.

Ada tiga golongan besar teori belajar yaitu teori belajar menurut ilmu jiwa daya, teori belajar ilmu jiwa gestalt dan teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi. Pengertian teori belajar menurut ilmu jiwa daya adalah bermacam-macam daya yang ada pada manusia bisa dilatih untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh adalah melatih daya ingat dengan menghafal istilah asing atau angka. Sedangkan pengertian teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt adalah belajar secara keseluruhan lebih penting dan pada belajar bagian atau unsur. Berdasarkan aliran ini belajar dimulai pada saat diperoleh insight dengan melihat hubungan tertentu berbagai unsur dalam situasi tertentu. In-sight ini tergantung pada pengalaman, kesanggupan, kompleksitas suatu situasi, latihan dan kesalahan.

Pengertian Teori Belajar Menuru para ahli

Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.

1

Page 5: Teori Belajar Matematika

Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti, yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar, hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumit masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

2

Page 6: Teori Belajar Matematika

B. Macam-macam Teori BelajarBanyak teori belajar yang digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar

dan proses pembelajaran. Ada 3 pandangan psikologi utama tentang teori belajar, yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik.1) Teori belajar Behavioristik

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-respon, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.Teori belajar ini pembelajarannya berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik yang dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku (behavioristik), tidak lain adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain: Thorndike (1911), Wathson (1963), Hull (1943), dan Skinner (1968).

ThorndikeMenurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, Belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau yang non-konkret (tidak bias diamati). Teori Thorndike disebut sebagai “aliran koneksionis” (connectionism).

WatsonBerbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang “bisa diamati”(observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting, akan tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.

Clark HullTeori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium. Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull ialah adanya Incentive motivation (motivasi insentif) dan Drive

3

Page 7: Teori Belajar Matematika

reduction (pengurangan stimulus pendorong). Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah (revaro) berubah. Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah sebagai berikut: Teori belajar didasarkan pada Drive-reduction atau drive stimulus reduction. Intruksional obyektif harus dirumuskan secara spesifik dan jelas. Ruangan kelas harus dimulai dari yang sedemikian rupa sehingga

memudahkan terjadinya proses belajar. Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/mudah menuju kepada yang lebih

kompleks/sulit. Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar. Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi.

Dengan     perkataan lain, kelelahan tidak boleh menggangu belajar. Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang

terdahulu tidak menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang mendorong belajar pada mata pelajaran berikutnya.

Edwin GuthrieGuthrie juga mengemukakan bahwa “hukuman” memegang peran penting dalam belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah, selalu mencampakkan baju dan topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil menggantungkan topi dan bajunya di tempat gantungan. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terisolasi dengan stimulus memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah laku. Terutama Skinner makin mempopulerkan ide tentang “penguatan” (reinforcement).

SkinnerDari semua pendukung teori tingkah laku, mungkn teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran seperti Teaching machine, Mathematics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons, dan factor penguat (reinforcement) adalah contoh-contoh program yang memanfaatkan teori skinner.Prinsip belajar Skinner adalah: Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan dan

jika benar diberi penguat. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran

digunakan sebagai sistem modul. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak

digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.

Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforce.

Dalam pembelajaran digunakan shapping.

Temuan penelitian para ahli ini dalam prinsipnya mempunyai kesamaan, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena semata-mata oleh lingkungan.Adapun ciri-ciri aliran Behaviorisme ini adalah: Memerintahkan pengaruh lingkungannya. Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhannya.

4

Page 8: Teori Belajar Matematika

Mementingkan reaksi atau psikomotor. Mementingkan sebab-sebab masa lampau. Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar. Mementingkan pembentukan kebiasaan

Rumpun teori ini disebut Behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molecular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang jawaban atau Stimulus Respons. Belajar adalah pembentukan hubungan Stimulus Respons sebanyak-banyaknya. Pembentukan hubungan Stimulus Respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun Behavionisme ini antara lain: Teori Koneksionisme

Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Berhaviorisme. Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Trhorndike (1874-1949). Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan.Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut: Hukum kesiapan (Low Of Readiness)

Dimana hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada persiapan dalam diri individu implikasi praktis dari hukum ini adalah bahwa keberhasilan belajar seseorang tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.

Hukum latihan (Low Of Eserdse)Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini dalah makin sering pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.

Hukum akibat (Low Of Effect)Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.

Teori Pengkondisian (conditioning)Teori pengkondisian merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori Koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov (1849-1936), Ia adalah ahli Psikologi Refleksiologi dari Rusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Hendry C Ellis, bahwa dalam prosedur penelitiannya Pavlov menggunakan laboratorium binatang sebagai tempat penelitian. Sama halnya dengan Thorndike, dia juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.

Teori Penguatan (Reinforcement)

5

Page 9: Teori Belajar Matematika

Kalau teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangnya, maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya.

Teori Operant ConditioningTokoh utamanya adalah Skinner. Menurut Skinner, tingkah laku bukanlah sekedar Respons terhadap Stimulus, tetapi merupakan suatu tindakan yang disengaja atau Operant. Ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.

2) Teori belajar KognitifTeori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan Stimulus-respons. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.Menurut teori ini, proses belajar akan belajar dengan baik bila materi pelajaran yang beradaptasi (berkesinambungan) secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses pembelajaran ini bejalan tidak sepotong-sepotong atau terpisah-pisah melainkan bersambung-sambung dan menyeluruh.  Teori belajar kognitif ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil tetapi pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalamanya. Piaget

Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif  yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari 3 tahapan, yakni Asimilasi, Akomodasi, dan Equilibrasi (penyeimbangan). Proses Asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa, Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru dan Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

AusubelAusubel percaya bahwa “advance organizer” dapat memberikan tiga manfaat: Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan

dipelajari oleh siswa. Dapat berfungsi sebagai jembatan antara apa yang sedang dipelajari siswa saat

ini dengan apa yang akan dipelajari siswa, sedemikian rupa sehingga mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

BrunerMenurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu berifat perspektif. Misalnya teori penjumlahan,

6

Page 10: Teori Belajar Matematika

sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.Tokoh dalam Teori Kognitif ini antara lain Kohler, Max Wertheimes, Kurt Lewin dan Bandura; dasar teori belajar tokoh ini sama, yaitu dalam belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia. Ciri-ciri aliran ini adalah: Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian. Mementingkn peranan kognitif. Mementingkan kondisi waktu sekarang. Mementingkan pembentukan struktur kognitif. Mengutamakan “in right” (pengertian).

Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan Kognitif adalah sebagai berikut: Proses atau peristiwa belajar seseorang, bukan semata-mata antara ikatan

Stimulus, Respons, melainkan juga melibatkan proses kognitif. Dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya misalnya

belajar meniru sopan santun dimeja makan dan bertegur sapa. Peranan ranah cipta siswa tidak begitu menonjol, meskipun sesungguhnya keputusan untuk meniru atau tidak ada pada diri orang itu sendiri.

3) Teori belajar HumanstikMenurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.Tokoh teori ini antara lain: Bloon dan Krathowl

Dalam hal ini, Bloon dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin di kuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan berikut: Kognitif, Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

a) Pengetahuan (mengingat dan menghafal)b) Pemahaman (menginterpretasikan)c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)d) Analisis (menjabarkan suatu konsep)e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep

yang utuh)f) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)

Afektif, Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)b) Merespons (aktif berpartisipasi)c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu)d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)

7

Page 11: Teori Belajar Matematika

e) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup) Psikomotorik, Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

a) Peniruan (menirukan gerak)b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)d) Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus gerakan dengan benar)e) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

KolbKolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu: Pengalaman konkret Pengamatan aktif dan reflektif Konseptualisasi Eksperimen aktif

Honey dan MumfordBerdasarkan teori kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu: Aktivis Reflector Teoris Pragmatis

HabermasAhli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu: Belajar teknis (technical learning) Belajar praktis (practical learning)          Belajar emansipatoris (emancipatory learning).

4) Teori Belajar Psikologi kognitifPsikologi kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Frankie.Ciri-cirinya adalah: Mementingkan manusia sebagai pribadi. Mementingkkan kebulatan pribadi. Mementingkan peranan kognnitif dan efektif. Mementingkan persepsi subjektif yang dimililki tiap individu. Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri. Mengutamakan “in singht”.

5) Teori Belajar PsikoanalisasiPsikoanalisasi merupakan psikologi sebagai suatu ilmu tetapi untuk kepentingan pengobatan. Ciri-ciri aliran ini adalah: Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan ketidaksadaran. Mengamati prinsip “psycie determinisme” yang berarti bahwa segala sesuatu yang

terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya dan menimbulkan hubungan sebab akibat.

Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental, baik normal maupun up normal.

8

Page 12: Teori Belajar Matematika

6) Teori belajar KonstruktivistikKontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi), sedangkan pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.Menurut teori ini permasalahan dimunculkan dari pancingan internal, permasalahan muncul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh siswa. Teori ini sangat dipercaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam satu bangunan utuh.

7) Teori belajar GestaltTeori Gestalt, berkembang dijerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu. Menurut pandangan teori gestalt seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang sederhana sehingga lebih mudah dipahami.Manfaat dari beberapa teori belajar adalah: Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran. Memandu guru untuk mengelola kelas. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil

belajar siswa yang telah dicapai. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga

dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.

8) Teori Belajar SibernetikTokoh yang mencetuskan teori ini antara lain: Landa

Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir. Pertama, disebut proses berfikir algoritmik, yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke suatu target tertentu. Jenis kedua, adalah cara berpikir heuristic, yakni cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.

Pask dan Scott

9

Page 13: Teori Belajar Matematika

Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholoist) tidak sama dengan  heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.

9) Teori Disiplin PlentalSebelum abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar salah satunya adalah teori disiplin mental. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif. Namun teori-teori sebelum abad ke-20, seperti teori disiplin mental ini sampai sekarang masih ada pnengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah-sekolah.Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Balajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemempuan dan potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda. Teori lain dari disiplin mental adalah Herbartisme. Herbart seorang psikologi jerman menyebut teorinya sebagai teori Vorstellungen. Vorstellungen dapat diterjemahkan sebagai tanggapan-tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran. Teori disiplin mental yang lain adalah Naturalisme Romantik dari Rousseau. Menurut Jean Jacgues Rousseau anak memiliki potensi yang masih terpendam, melalui belajar, anak harus diberi kesematan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri.

BAB II

10

Page 14: Teori Belajar Matematika

METODE BELAJAR

A. Pengertian Metode BelajarMetode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli Menurut Nana Sudjana (2005: 76), “Metode pembelajaran ialah cara yang

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”.

Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Menurt Gerlach dan Elly (80:14) Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang sistematis untuk menyampaikan informasi.

Berdasarkan pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.

B. Macam-macam Metode Belajar1) Metode Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan, alasan ini sekaligus merupakan kelebihan dalam metode ini. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah

dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.

Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.

Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

11

Page 15: Teori Belajar Matematika

Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit, asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.

Disamping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas

pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.

Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah penyakit yang sangat mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengarannya.

Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang kemana-mana atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.

Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.

Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah: Tahap Persiapan

a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan, oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang harus dipersiapkan guru. Apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran dengan ceramah berakhir.

b) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Keberhasilan suatu ceramah sangat tergantung pada tingkat penguasaan guru tentang materi yang akan diceramahkan. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dalam penentuan pokok-pokok itu juga perlu dipersiapkan ilustrasi-ilustrasi yang relevan untuk memperjelas informasi yang akan disampaikan

c) Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi dari siswa. Alat bantu tersebut misalnya dengan mempersiapkan transparansi atau media grafis lainnya untuk meningkatkan kualitas ceramah.

Tahap PelaksanaanLangkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh

12

Page 16: Teori Belajar Matematika

langkah ini. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini.a) Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Oleh karena

itu, guru perlu mengemukakan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai oleh siswa. Mengapa siswa harus paham akan tujuan yang ingin dicapai? Oleh karena tujuan akan mengarahkan segala aktivitas siswa, dengan demikian penjelasan tentang tujuan akan merangsang siswa untuk termotivasi mengikuti proses pembelajaran melalui ceramah itu.

b) Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Guna langkah apersepsi dalam langkah pembukaan ini adalah untuk mempersiapkan secara mental agar siswa mampu dan dapat menerima materi pembelajaran. Selain itu, langkah ini pada dasarnya langkah untuk menciptakan kondisi agar materi pelajaran itu mudah masuk dan menempel diotak.

Tahap PenyajianTahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan:a) Menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa. Kontak mata

adalah suatu isyarat dari guru agar siswa mau memerhatikan. Selain itu, kontak mata juga dapat berarti sebuah penghargaan dari guru kepada siswa. Siswa yang selalu mendapat pandangan dari guru akan merasa dihargai dan diperhatikan. Usahakan walaupun guru harus menulis dipapan tulis kontak mata tetap diperhatikan dengan tak berlama-lama menghadap papan tulis atau membuat catatan yang panjang di papan tulis.

b) Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa. Oleh sebab itu sebaiknya guru tidak menggunakan istilah-istilah yang kurang populer. Selain itu, jaga intonasi suara agar seluruh siswa dapat mendengarnya dengan baik.

c) Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah ditangkap oleh siswa.

d) Tanggapilah respons siswa dengan segera. Artinya, sekecil apapun respons siswa harus kita tanggapi. Apabila siswa memberika respons yang tepat, segeralah kita beri penguatan dengan memberikan semacam pujian yang membanggakan hati. Sedangkan, seandainya siswa memberi respons yang kurang tepat, segeralah tunjukkan bahwa respons siswa perlu perbaikan dengan tidak menyinggung perasaan siswa.

e) Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. Kelas yang kondusif memungkinkan siswa tetap bersemangat dan penuh motivasi untuk belajar. Cara yang dapat digunakan untuk menjaga agar kelas tetap kondusif adalah dengan cara guru menunjukkan sikap yang bersahabat dan akrab, penuh gairah menyampaikan materi pembelajaran, serta sekali-kali memberikan humor yang segar dan menyenangkan.

Mengakhiri atau menutup ceramahCeramah harus ditutup agar materi pembelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang

13

Page 17: Teori Belajar Matematika

memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut diantaranya:a) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi

pelajaran yang baru saja disampaikan.b) Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan

tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan.c) Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai

materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.

2) Metode diskusi Metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/kelompok-kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil, yang perlu diperhatikan adalah hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan peran guru. Apabila campur tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak. Bentuk-Bentuk Diskusi

The social problem meeting Dalam bentuk diskusi ini, para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelas atau di sekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

The open-ended meeting Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari, kehidupan mereka di sekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan di sekitar mereka.

The educational-diagnosis meeting Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik.

Langkah-Langkah Diskusi: Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan

pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.  Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih

pemimpin diskusi (ketua, sekretaris, pelapor dan sebagainya (bila perlu)) mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan sebagainya. 

Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi bejalan dengan lancar. 

Tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi kelompok lain). Guru memberi ulasan dan menjelaskan tahap-tahap laporan-laporan tersebut. 

14

Page 18: Teori Belajar Matematika

Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut dan para guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah siswanya mencatat untuk fail kelas.

Peranan Guru Dalam Mempimpin Diskusi Penunjuk jalan 

Guru memberikan petunjuk umum dalam diskusi untuk mencapai kemajuan di dalam diskusi. Guru merumuskan jalannya diskusi, andai kata terjadi penyimpangan dari masalah. Apabila guru mengalami dalam diskusi terjadi jawaban buntu, maka guru meluangkan jalan bagi murid sehingga diskusi berjalan dengan lancar.

Pengatur lalu lintas Guru mengajukan semua pertanyaan secara teratur untuk semua anggota diskusi, guru menjaga agar semua anggota dapat berbicara bergiliran, untuk ini biasanya diadakan urutan-urutannya, guru menjaga supaya diskusi jangan hanya semata-mata dikuasai oleh murid-murid yang gemar berbicara, terhadap murid yang pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya supaya ia berani mengeluarkan pendapatnya.

Dinding penangkis Guru atau pemimpin diskusi harus memantulkan semua pertanyaan yang diajukan kepada semua pengikut diskusi. Dia tidak harus menjawab pertanyaan yang harus diberikan kepadanya, dia hanya boleh menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh pengikut diskusi. Ini bertujuan agar semua pengikut diskusi dapat menjawabnya.

Manfaat Metode Diskusi Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik

ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan.

Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadang-kadang salah. 

Segala kegiatan belajar akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 

Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antar kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat dari pada anggota kelas. 

Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan ide-ide dan pendalaman serta wawasan mengenai sesuatu.

Kelebihan dan Kelemahan Metode DiskusiKelebihan Metode Diskusi Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar. Setiap siswa dapat menguji pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya

masing-masing.  Metode diskusi dapat menumbuh dan mengembangkan cara berpikir dan sikap

ilmiah.  Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi

diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.

Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

15

Page 19: Teori Belajar Matematika

Kelemahan metode diskusi: Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasil

sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya. 

Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. 

Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol. 

Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, akan tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. 

Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. 

Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat. 

Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan pikiran mereka maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya. 

Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya. 

Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

3) Metode LaboratoriumMetode Laboratorium adalah salah satu cara mengajar guru, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hal percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru. Pembelajaran matematika dengan metode laboratorium berdasarkan Belajar dengan Berbuat dan berlanjut dari konkrit ke abstrak. Oleh karenanya tujuan pembelajaran dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. Dengan metode ini dimaksudkan membimbing siswa untuk menemukan fakta-fakta dalam matematika dan mengaplikasikan pengetahuannya. Dalam hal tertentu metode ini merupakan perluasan dari metode induktif.Pembelajaran dengan metode ini memang lebih tepat jika dilaksanakan di laboratorium matematika (labmat) atau workshop matematika, tetapi dapat pula dilaksanakan diruang kelas. Adanya labmat atau workshop matematika sangat penting manfaatnya dan merupakan lingkungan yang baik bagi siswa untuk belajar meneliti, menemukan pola atau rumus, mengaplikasikan konsep atau melakukan permainan. Labmat dapat digunakan untuk menyimpan alat-alat pengajaran matematika baik yang berupa alat-alat permainan, bangun-bangun geometri, sampai alat audio visual maupun sebagai tempat praktikum komputer. Tujuan Penggunaan Metode Laboratorium

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri, siswa juga dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Metode ini juga memberikan pemahaman kepada siswa dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotor serta membimbing siswa untuk menemukan fakta-fakta dalam matematika serta mengaplikasikan pengetahuannya dalan kehidupan sehari-hari. Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka

16

Page 20: Teori Belajar Matematika

ikuti, maka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari.

Kelebihan dan Kelemahan Metode LaboratoriumKelebihan Metode Laboratorium Anak didik dapat aktif mengambil bagian berbuat untuk diri sendiri, ia tidak

hanya melihat orang lain menyelesaikan suatu eksperimen, tetapi juga dengan berbuat sendiri ia memperoleh kepandaian-kepandaian yang diperlukan. Ia mendapat kesempatan yang sebesar-besarnya untuk melaksanakan langkah-langkah dalam cara-cara berpikir ilmiah. Ramalan/hipotesa dapat di uji kebenarannya dengan menyimpulkan data hasil percobaan kemudian ia menafsirkan dan membuat kesimpulan. Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, yang mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan belajar mengajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

Menarik dan menyenangkan bagi siswa kelas rendah. prinsip psikologi terpenuhi. Siswa dapat memperoleh fakta-fakta yang jelas. Memupuk rasa percaya diri. Memupuk keberanian untuk berbuat. Memupuk kemampuan untuk menerapkan matematika dalam kehidupannya.

Kelemahan Metode Laboratorium Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak mendapatkan

kesempatan untuk melakukan percobaan. Jika percobaan memerlukan jangka waktu yang lama, ia harus menanti untuk

melanjutkan pelajaran. Kurangnya persiapan dan pengalaman anak didik akan menimbulkan kesulitan

didalam melakukan percobaan. Hanya mampu memperkenalkan fakta-fakta kepada siswa tetapi tidak dapat

kemampuan yang lebih tinggi. Tidak semua topik dapat di ajarkan dengan metode ini. Memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Memerlukan perencanaan yang rumit dan matang dari guru yang akan

mengajar. Untuk pembelajaran matematika tidak dapat menghasilkan ketrampilan dan

latihan berpikir yang benar

Prosedur Pelaksanaan Metode LaboratoriumPerlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan percobaan, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui percobaan.Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang alat-alat serta bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan. Alat itu bisa berupa alat peraga yang digunakan dalam pengajaran. Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pelajaran yang banyak menggunakan verbalisme tentu akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira atau senang karena

17

Page 21: Teori Belajar Matematika

meraka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Belajar akan lebih efektif jika dibantu alat peraga pengajaran dari pada siswa belajar tanpa dibantu alat peraga.Dalam pemilihan alat peraga yang hendak digunakan oleh guru haruslah diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa

serta individual dalam kelompok. Alat yang dipilih harus tepat, memadai dan mudah digunakan. Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu. Penggunaan alat peraga harus disertai dengan kelanjutannya seperti diskusi,

analisis dan evaluasi. Sesuai dengan batas kemampuan biaya Sedangkan alat peraga banyak macam

dan ragamnya, guru harus menyesuaikan dengan mata pelajaran dan pokok bahasan yang di ajarkan.

4) Metode InquiryMetode inquiry yaitu salah satu metode pengajaran dengan cara guru menyuguhkan suatu peristiwa kepada siswa yang menimbulkan teka-teki dan memotivasi siswa untuk mencari pemecahan masalah. Metode inquiry ditelusuri dari fakta menuju teori dengan harapan agar siswa terangsang untuk mencari dan meneliti, serta memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri. Dalam pelaksanaannya metode inquiry dapat dilakukan dengan cara guru membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus diselesaikan. Kemudian tugas itu mereka pelajari, mereka teliti, serta dibahas bersama-sama dalam kelompoknya. Setelah dibahas dan didiskusikan, kemudian masing-masing kelompok itu membuat laporan hasil kerja dengan cara sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.Inquiry juga dapat berjalan dengan cara sebagai berikut:a) Guru menunjukkan sesuatu benda/barang, atau buku yang masih asing bagi siswa

didepan kelasb) Kemudian semua siswa disuruh mengamati, meraba, melihat dan membaca

dengan seluruh alat indera secara cermat.c) Lalu guru memberikan masalah atau pertanyaan kepada seluruh siswa yang sudah

siap dengan jawaban atau pendapat. Dalam hal ini masalah yang diajukan kepada siswa itu tidak boleh menyimpang dari garis pelajaran yang telah diberikan/direncanakan tersebut, metode ini setingkat lebih maju dari problem solving karena permasalahannya bersifat penelitian (research).

Macam-macam Metode Inquiry Inquiry terpimpin, yaitu pelaksanaan inquiry dilakukan atas petunjuk dari

guru. Inquiry bebas, yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana

seorang ilmuwan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri.

Inquiry bebas yang dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dipahami peserta didik.

Fungsi Metode Inquiry Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar.

18

Page 22: Teori Belajar Matematika

Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya.

Langkah-langkah Metode Inquiry Mengidentifikasi kebutuhan siswa. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari. Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki

dan ditemukan. Mempersiapkan setting kelas. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan. Memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan

penemuan. Menganalisis sendiri atas data temuan. Merangsang terjadinya dialog interaksi antar peserta didik. Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan

penemuan. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan

generalisasi atas hasil temuannya.

Kelebihan dan Kelemahan Metode InquiryKelebihan Metode Inquiry Mendorong siswa berpikir secara ilmiah dalam pemecahan masalah yang

dihadapi. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pengetahuan pada situasi

proses pengajaran. Mendorong siswa untuk berfikir kreatif, intuitif, dan bekerja atas dasar inisiatif

sendiri. Menumbuhkan sikap obyektif, jujur dan terbuka. Situasi proses belajar mengajar menjadi hidup dan dinamis. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses

menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

Kekurangan Metode Inquiry Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang. Bagi guru yang terbiasa

dengan cara tradisional, merupakan beban yang memberatkan. Pelaksanaan pengajaran melalui metode ini dapat memakan waktu yang cukup

panjang, apalagi proses pemecahan masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah.

Proses jalannya inquiry akan menjadi terhambat, apabila siswa telah terbiasa dengan cara belajar tanpa kritik dan pasif apa yang diberikan oleh gurunya.

Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah, akan tetapi justru memerlukan pengulangan dan penanaman nilai.

Metode inquiry ini baru dilaksanakan pada tingkat SLTA, Perguruan Tinggi dan untuk tingkat SLTP dan tingkat SD masih sulit dilaksanakan. Sebab pada tingkat tersebut anak didik belum mampu berpikir secara ilmiah.

19

Page 23: Teori Belajar Matematika

Hal-Hal yang Dapat Mempertinggi Metode Inquiry Agar teknik inquiry dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan kondisi belajar sebagai berikut: Menciptakan situasi kondisi yang fleksibel (tidak terlalu kaku) dalam interaksi

belajar dan siswa belajar dari perasaan takut dan tekanan. Kondisi lingkungan yang dapat memancing gairah intelektual dan semangat

belajar yang tinggi. Guru mampu menciptakan situasi belajar yang kondusif dan responsif.

5) Metode Tanya JawabMetode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.Metode ini dapat diklasifikasikan sebagai metode tradisional atau konvensional. Dalam metode tanya jawab, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses tanya jawab terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan  metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah. Ketika anak menanyakan tentang bilangan prima, sebagai misal, guru yang demokratis tidak akan menjelaskan sampai tuntas tentang apa itu definisi bilangan prima, dan kemudian memberikan contoh bilangan prima. Dari pertanyaan ini akan muncul beberapa orang yang akan berinteraksi di dalam pertanyaan tersebut.  Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan mencakup pertanyaan-pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa.Penerapan pembelajaran dengan metode tanya jawab dan diskusi akan sangat menarik untuk dikaji secara detail. Metode tanya jawab menawarkan keterampilan dalam mengkaji problem pendidikan dengan cara diskusi sebagai solusi menghidupkan proses pembelajaran. Sebagian besar siswa berpikir bahwa belajar merupakan aktivitas yang menjenuhkan sekali, sering banyak siswa beranggapan duduk di ruang kelas ibarat sebuah ruang tahanan. Problem demikian mungkin ada benarnya akibat siswa harus berjam-jam dengan kerja pikiran pada sebuah pembahasan, bahkan beranggapan belajar lebih menjadi beban yang menimbulkan gejolak daripada upaya mendapatkan ilmu pengetahuan. Mungkin diantara siswa yang masih mau mengenyam pendidikan yang tidak lebih dari sekedar menyatakan kehadiran di kelas atau sekedar mendapatkan nilai tanpa kesadaran mengembangkan pengetahuan atau mengasah keterampilan berpikir.Lenyapnya motivasi belajar siswa mungkin berakar penyebab pada keterbatasan metode yang diterapkan guru yang membatasi kemampuan mengasah keterampilan. Beberapa resep yang bisa dipakai dalam menciptakan hasrat positif yaitu menetapkan siswa secara nyaman, memposisikan siswa yang cocok saat pelajaran berlangsung, meningkatkan partisipasi aktif pribadi siswa, dan memakai media yang melahirkan kesan sembari menekankan ilmu pengetahuan serta menyiapkan fasilitator yang telaten dalam menerapkan proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.Mendesain proses pengajaran yang memuaskan siswa merupakan salah satu aspek lingkungan serta pengawasan turut menekankan rasa aman dan nyaman sebuah proses pembelajaran di kelas. Selain itu guru menciptakan motivasi dan menyiapkan siswa

20

Page 24: Teori Belajar Matematika

untuk meraih sukses melalui tanya jawab dan diskusi serentak mengasah keterampilan berpikir siswa. Hal ini telah dinyatakan Djamarah dan Zain (1996:107) bahwa metode bertanya merupakan teknik penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa dan dapat pula dari siswa kepada guru. Bersamaan pikiran tersebut, Alipandie (1985:97) mengatakan metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab. Hakekat metode tanya ini dilakukan secara lisan. Bertolak dari definisi-definisi diatas dapat dinyatakan bahwa metode tanya jawab merupakan metode dimana guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada siswa untuk dijawab. Sebaliknya demikian pertanyaan menciptakan sugesti untuk menggiatkan pola berpkir siswa. Jika ada ketidak-jelasan suatu memotivasi maks seseorang berupaya memaknainya.Mengikut proses pembelajran dikelas yang lazim disaksikan adalah aktivitas verbal dalam wujud berbicara. Hal demikian mengindikasikan suatu keterampilan verbal yang dimiliki oleh seorang guru adalah terampil bertanya. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Yandianto, 2000:608), bertanya artinya meminta keterangan, penjelasan, meminta supaya diberitahu. Sementara menurut Hasibuan dan Moedjiono (1986:62), bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons seseorang yang dikenai. Maksud respon berupa pengetahuan dan hal yang butuh pertimbangan siswa.Mengajukan pertanyaan kepada siswa saat proses pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dipisahkan dari metode apapun yang dipakai, tujuan yang ingin dicapai, bagaimanapun kondisi siswa yang dihadapi. Pertanyaan yang diajukan mengumpan siswa berpikir kritis pada pokok bahasan yang sedang dipelajari. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Karena itu adanya inovasi pendidikan khususnya kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang diproduk dari upaya pendidikan bermuara pada faktor guru. Eksistensi peran guru dalam upaya membelajarkan siswa sungguh dituntut multi peran sehingga menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif.Metode yang relatif tua namun masih dapat diandalkan dalam teknik pembelajaran apapun adalah metode tanya jawab. Luar biasa terjadi alur komunikasi yang diduga berpengaruh pada respon siswa dan pada gilirannya akan berpengaruh pada prestasi belajar. Motivasi berprestasi adalah suatu kondisi yang bisa menciptakan daya dorong atau sugesti beraktivitas.Dengan demikian, guru dan semua siswa bermain tentang bilangan dan angka dengan perasaan senang (joyful learning) bukan dengan perasaan takut ditunjuk oleh gurunya untuk menjawab pertanyaan atau diminta untuk menjawab pertanyaan dari guru. Oleh karena itu, penggunaan metode   tanya jawab akan lebih efektif jika diikuti dengan metode lain, misalnya penugasan atau latihan atau demonstrasi. Bahkan dewasa ini telah muncul beberapa pendekatan baru dalam proses pembelajaran matematika telah mulai popular, misalnya cooperative learning, integrative learning, dan realistic mathematics education atau contextual learning.

Hal-Hal yang perlu Diperhatikan dalam Metode Tanya JawabAdapun hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menerapkan metode ini adalah: Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban

yang mungkin akan didengarkannya dari murid atas suatu pertanyaan yang di ajukannya.

Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang diajukan olehnya kepada murid dengan cepat.

21

Page 25: Teori Belajar Matematika

Pertanyaan-pertanyaan harus jelas dan singkat harus di perhatikan, sebab pertanyaan-pertanyaan harus di ajukan secara lisan.

Susunlah pertanyaan dalam bahasa yang mudah di pahami murid. Guru harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas. Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga

murid dapat merumuskannya dengan sistematis. Tanya jawab harus di lakukan dengan suasana yang tenang dan bukan dalam

suasana yang tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat di antara anak didik.

Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab pertanyaan dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera, maka giliran di berikan kepada murid yang lain.

Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problem saja. Pertanyaan harus dibedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan

pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya fakta-fakta.

Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah direncanakan sebelumnya. Perencanaan pertanyaan dapat berdasarkan pada konsep yang ingin diperoleh

atau dipahami siswa. Pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan kemampuan siswa  dan dengan kalimat yang lugas.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Tanya JawabKelebihan Metode Tanya Jawab: Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika

itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir termasuk

daya ingatan. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan

mengemukakan pendapat.

Kekurangan Metode Tanya Jawab: Siswa merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani,

dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan

mudah dipahami siswa. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab

pertanyaan sampai dua atau tiga orang. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk

memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

6) Metode InduktifMenurut Wahjoedi (1999:121) bahwa, “Pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Sagala (2010:68) menjelaskan bahwa “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk satuan instruksional tertentu.”Berdasarkan pengertian tentang pendekatan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna

22

Page 26: Teori Belajar Matematika

membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi  pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada  pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi. Strategi pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar, pembelajaran ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir. Pada pendekatan induktif dimulai dengan memberikan bermacam-macam contoh, dari contoh-contoh tersebut siswa mengerti keteraturan dan kemudian mengambil keputusan yang bersifat umum. Pendekatan induktif adalah suatu strategi yang direncanakan untuk membantu sisiwa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kreatif melalui observasi, membandingkan, penemuan pola, dan menggeneralisasikannya. Guru biasanya menciptakan suasana aktif belajar dengan mendorong siswa mengadakan pengamatan dan memfokuskan pengamatan melalui pertanyaan-pertanyaan. Pada pendekatan induktif ini seorang siswa harus lebih aktif, biasanya pembelajaran dilakukan dengan cara eksperimen, diskusi, dan demonstrasi.Struktur sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan untuk belajar melalui strategi pembelajaran induktif, pembelajaran induktif mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas dan terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya, membuat konklusi dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat menjatuhkan semangat belajar. strategi ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat yaitu kemampuan berpikir dapat diajarkan, Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data, artinya dalam setting kelas bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi pembelajaran tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut. Jenis pendekatan induktif:

Membentuk satu generalisasi daripada contoh-contoh tertentu. Misalnya mencari ciri-ciri yang sama dari berbagai jenis pasar.

Membentuk satu prinsip dari uji kajian tertentu. Membentuk satu hukum dari pernyataan-pernyataan tertentu. Misalnya

mendapat hukum permintaan dan penawaran dari analisis pasar dan pedagang. Mendapat satu teori dari urutan suatu pemikiran.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran InduktifKelebihan yang menonjol dan mudah dipahami diantaranya: Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi

informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik

23

Page 27: Teori Belajar Matematika

yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.

Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses tanya jawab tersebut.

Kelemahan Model Pembelajaran Induktif: Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning)

sehingga kesuksesan pembelajaran hampir sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.

Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.

Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna.

Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.

Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.

Pada Pembelajaran Induktif, strategi pembelajaran ini  menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan.

Langkah-langkah Metode Pembelajaran InduktifLangkah-langkah yang harus  tempuh dalam strategi pembelajaran dengan pendekatan induktif  yaitu: Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan

induktif. Guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang

memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.

Guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan.

Menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.

24

Page 28: Teori Belajar Matematika

Postulat yang diajukan Taba di atas menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus diajarkan dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara mengajarkannya. Taba mengidentifikasi tiga keterampilan berpikir induktif yaitu: Konsep pembentukan (belajar konsep)

Tahap ini mencakup tiga langkah utama: Item daftar (lembar, konsep), kelompok barang yang sama secara bersama-sama beserta label tersebut (dengan nama konsep).Langkah-langkah:a) Membuat daftar konsep.b) Pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang sama.c) Pemberian label atau kategorisasi.

Interpretasi dataStrategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.Langkah-langkah:a) Mengidentifikasi dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya.b) Menjelaskan dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya.c) Membuat kesimpulan.

Penerapan prinsip-prinsipStrategi ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.Langkah-Langkah:a) Membuat hipotesis, memprediksi konsekuensi.b) Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atau prediksi.c) Menguji hipotesis/prediksi

7) Metode DeduktifPembelajaran deduktif merupakan imbangan yang sangat dekat bagi model pembelajaran induktif. Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan generalisasi, mengandalkan contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing siswa. Perbedaan terletak pada urutan kejadian selama pembelajaran, keterampilan berpikir, cara memotivasi dan waktu yang diperlukan serta biasanya pada pembelajaran pendekatan deduktif seorang guru harus lebih aktif daripada siswanya. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi. Dalam strategi pembelajaran deduktif pesan diolah mulai dari hal yang umum kepada hal yang khusus, dari hal abstrak kepada hal yang nyata, dari konsep-konsep yang astrak kepada contoh-contoh yang konkrit, dari sebuah premis menuju ke kesimpulan yang logis.

Langkah-langkah Metode Pembelajaran DeduktifLangkah-langkah dalam strategi deduktif meliputi tiga tahap:  Pengajar memilih pengetahuan untuk diajarkan.

25

Page 29: Teori Belajar Matematika

Pengajar memberi pengetahuan kepada peserta didik. Pengajar memberikan contoh-contoh dan membuktikannya kepada peserta

didik. Misalnya, bila diambil contoh untuk pengajaran tentang kalimat tunggal, maka pengajar memulai dengan definisi kalimat tunggal, contoh-contoh kalimat tunggal, dan dilanjutkan dengan penjelasan ciri-ciri kalimat tunggal. Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan strategi pembelajaran deduktif adalah teknik ceramah.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut: Guru memilih konsep, prinsip, Inisiasi aturan yang akan disajikan. Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi 

dan contoh-contohnya. Guru menyajikan  contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun

hubungan  antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok.

Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.

Pembelajaran deduktif terdiri dari empat tahap: Guru mulai dengan kaidah-kaidah konsep (concept rule) atau pernyataan yang

mana dalam pembelajaran diupayakan untuk pembuktiannya. Guru memberikan contoh-contoh yang menunjukkan pembuktian dari konsep. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mendapatkan atribut/ciri

dan bukan esensi dari konsep-konsep. Siswa memberikan beberapa kategori dari contoh yang diberikan oleh guru.

Ciri-ciri Metode Pembelajaran DeduktifCiri-ciri pembelajaran deduktif adalah sebagai berikut: Berorientasi pada siswa. Berstruktur tinggi. Penggunaan waktu yang lebih efisien. Kurang memberi kesempatan untuk belajar sewaktu-waktu.

Sintak Metode Pembelajaran DeduktifSintak pembelajaran deduktif adalah: Menyatakan abstraksi. Memberi ilustrasi. Aplikasi. Penutup

Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran deduktifKelebihan Metode Pembelajaran Deduktif: Cara yang mudah untuk menyampaikan isi pelajaran Pendekatan ini sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran, guru

memberikan penerangan sebelum memulai pembelajaran.

Kelemahan pembelajaran Deduktif: Keaktifan siswa dalam mengeksplorasikan kemampuan masih terbatas.

26

Page 30: Teori Belajar Matematika

Dalam menarik kesimpulan dari konteks umum yang diberikan guru siswa dibatasi konteks tersebut.

BAB III

MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Model Belajar dan PembelajaranModel pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode   pembelajaran .

Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. (Meyer, W.J., 1935:2)

Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai oediman dalam perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

27

Page 31: Teori Belajar Matematika

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dll. (Joyce, 1992:4)

Jadi model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang sistematis sebagai perancang bagi para pengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Pembelajaranpembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi. Dengan demikian, pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.

Model pembelajaranModel pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukisakan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas mengajar (Syaiful Sagala, 2005), Sedangkan menurut Joyce dan Weil (2000:13) menjelaskan secara luas bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi  dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multimedia dan bantuan belajar melalaui program komputer. Masih menurut Joyce dan Weil hakekat mengajar adalah membantu pelajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai-nilai, cara berfikir, dan belajar bagaimana belajar.

Merujuk pada pendapat di atas,  memaknai model pembelajaran adalah sebagai suatu rencana yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru dan peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.

Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur, ada 5 model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran yaitu:

Pembelajaran langsung. Pembelajaran kooperatif. Pembelajaran berdasarkan masalah.

28

Page 32: Teori Belajar Matematika

Diskusi. Learning strategi.

Menurut Komaruddin (2000) bahwa model belajar dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: Suatu tipe atau desain. Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses

visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai

untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek peristiwa. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas

yang disederhanakan. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner. Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukan sifat bentuk

aslinya.Atas dasar pengertian tersebut, maka model dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang telah diprogram melalui media-media peraga dalam membantu untuk memvisualisasikan pesan yang terkandung didalamnya untuk mencapai tujuan belajar sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiataan pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan cara/teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-model pembelajaran seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran (role play) dan lain sebagainya yang tentu saja masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Metode/model sangat penting peranannya dalam pembelajaran karena melalui pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif.

Pengertian Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola yang mempunyai tujuan meyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi di dalam kelas.

Memilih Model Pembelajaran Yang BaikSebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang

tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, memvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Pendapat serupa dikemukakan oleh Colin Marsh (1996 : 10) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi

29

Page 33: Teori Belajar Matematika

mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.

Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.

Klasifikasi Model PembelajaranJoyce dan Weil (2000) mengatakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar yaitu Model Informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan di tes keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok yaitu: Model pemrosesan informasi (information Processing Models) menjelaskan

bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual.Adapun model-model pemrosesan menurut Tom Final din (2001) terdiri atas:a) Model berfikir Induktif

Tokohnya adalah Hilda Taba, Tujuan dari model ini adalah untuk mengembangkan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.

b) Model Inkuiri IlmiahTokohnya adalah Joseph J. Schwab, Model ini bertujuan mengajarkan sistem penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain (metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).

c) Model Penemuan KonsepTokohnya adalah Jerome Brunet, Model ini memiliki tujuan untuk mengembangkan penalaran induktif serta perkembangan dan analisis konsep.

d) Model pertumbuhan KognitifTokohnya adalah Jean Pieget, Irving sigel, Edmund Sulivan, dan Lawrence Kohlberg; Tujuannya adalah untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.

e) Model Penata LanjutanTokohnya, David ausebel, Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengkaitkan bidang-bidang pengetahuan.

f) Model memoriTokohnya, harry Lorayne & Jerry Lucas; Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat.

30

Page 34: Teori Belajar Matematika

g) Model Personal (personal family) Model Personal (personal family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian kepada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif. Sehingga diharapkan manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.

h) Model pengajaran nondirektifTokohnya, Carl Rogers; Tujuan dari model ini adalah membentuk kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri.

i) Model latihan KesadaranTokohnya adalah fritz Peris dan William schultz, Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antar pribadi.

j) Model SinektikTokohnya adalah William Gordon, Model ini bertujuan untuk mengembangkan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.

k) Model Sistem-sistem KonseptualTokohnya adalah David Hunt, Tujuannya adalah meningkatkan kekompleks-an dan keluwesan pribadi.

l) Model Pertemuan KelasTokohnya adalah William Glasser, Bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan kelompok sosial.

m) Model sosial (social family)Model sosial (social family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial.

n) Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model of Teaching)Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan.

Dari beragam pernyataan-pernyataan mengenai model pembelajaran diatas menunjukkan bahwa berbagai cara untuk menerapkan pembelajaran efektif dan efisien. Dengan demikian, melalui pendekatan-pendekatan tersebut diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Intinya para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinu, proses pembelajaran di kelas akan dirasakan menyenangkan, baik oleh guru maupun murid.

Ciri-ciri Model Pembelajaran

31

Page 35: Teori Belajar Matematika

Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari faktor-faktor yang melengkapinya. Ciri-ciri model pembelajaran Tahun 1950 di Amerika yang dipelopori oleh Marc Belt menemukan ciri-ciri dari model-model pembelajaran, antara lain sebagai berikut: Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu, misalnya model

pembelajaran inkuiri yang disusun oleh Richard Suchman dan dirancang untuk mengembangkan penalaran didasarkan pada tata cara penelitian ilmiah. Model pembelajaran kelompok yang disusun oleh Hebert Thelen yang dirancang untuk melatih partisipasi dan kerjasama dalam kelompok didasarkan pada teori John Dewey.

Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas. Memiliki perangkat bagian model yang terdiri dari:

a) Urutan langkah pembelajaran, yaitu tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru bila akan menggunakan model pembelajaran tertentu.

b) Prinsip reaksi, yaitu pola perilaku guru dalam memberikan reaksi terhadap perilaku siswa dalam belajar.

c) Sistem sosial, adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat mempelajari materi pelajaran.

d) Sistem pendukung adalah penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas misalnya media dan alat peraga.

e) Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran baik dampak langsung dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maupun dampak tidak langsung yang berhubungan dengan hasil belajar jangka panjang.

Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah: Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil. Lingkungan belajar yang duperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Karakteristik Model PembelajaranMenurut Rangke L tobing, dkk (1990: 5 ) mendefinisikan  5 karakteristik suatu model pembelajaran yang baik, meliputi berikut ini. Prosedur ilmiah

Suatu model pembelajaran harus memiliki satu prosedur yang sistematis untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang  merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru dan peserta didik.

Spesifikasi hasil belajar yang direncanakanSuatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik.

Spesifikasi ruang lingkup belajarSuatu model pembelajran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana respon peserta didik diobservasi.

Kriteria penampilan Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaan penampilan yang

diharapkan dari peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah

32

Page 36: Teori Belajar Matematika

laku yang diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikan setelah langkah-langkah mngajar tertentu.

Cara-cara pelaksanaannyaSemua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan. Bruce dan weil mengidentifikasikan karakteristik model pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut. Sintaks

Suatu model pembelajaran memiliki sintask atau urutan atau tahapan-thapan kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut bekerja dalam prakteknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran, bagaimana memfasilitasi peserta didik dalam menggunakan sumber belajar.

Sistem sosialSistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama antara guru dan peserta didik dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain serta jenis-jenis aturan yang harus diterapkan.

Prinsip reaksiPrinsip reaksi menunjukan bahwa kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik.

Sistem pendukungSistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru dan juga kesiapan peserta didik.

Dampak pembelajaran langsung dan iringanDampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang di capai dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran..

B. Macam-macam Model Pembelajaran1) Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT)

Menurut Iqbal Ali (2010), model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Menurut Kagan, model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran NHT merupakan model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan melatih siswa dalam berinteraksi dengan siswa yang lainnya maupun dengan guru. Dengan begitu diharapkan siswa akan mampu menerima pelajaran dengan baik.

Numbered Heads Together merupakan tipe dari model pengajaran kooperatif pendekatan struktural adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spancer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menela’ah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman

33

Page 37: Teori Belajar Matematika

mereka terhadap isi pelajaran tersebut, (Ibrahim dkk, 2000:28). Menurut Anita Lie (2002:59) pengertian Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu Numbered Heads Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.

Peranan metode Numbered Heads Together Peranan metode Numbered Heads Together dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil. Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, baik tugas

individu maupun kelompok. Memantau kerja kelompok. Mengevaluasi hasil belajar

Manfaat Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT)Manfaat Model Pembelajaran NHT dalam Menceritakan Kembali Cerita yang dipelajarinya. Number Heads Together dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajari yaitu merupakan model pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan kegiatan mengajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan pemahaman pengetahuan tentang Number Heads Together dapat bermanfaat bagi para siswa.Menurut Lundgren dalam Ibrahim, ada beberapa manfaat pada model pembelajaran NHT terhadap siswa antara lain adalah: Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. Memperbaiki kehadiran. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil. Konflik antara pribadi berkurang. Pemahaman yang lebih mendalam. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Hasil belajar lebih tinggi 

Tujuan model pembelajaran Number Heads Together (NHT)Menurut Ibrahim dan Herdian (2009:7) tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran NHT yaitu: Hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik. Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima

teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

34

Page 38: Teori Belajar Matematika

Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Dengan model NHT diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam mengungkapkan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan kalimat.

Unsur-Unsur Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together Sintakmatik, Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada

konsep Kagen dalam Ibrahim dengan tiga langkah yaitu:a) Pembentukan kelompok.b) Diskusi masalah.c) Tukar jawaban antar kelompok.d) Sistem sosial, Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma

yang berlaku dalam model tersebut. Aturan pembentukan kelompok berdasarkan kesepakatan guru dengan peserta didik. Aturan dalam pembelajaran misalnya dengan pembentukan kelompok dimana dalam pembentukan kelompok dengan cara berhitung 1-8, dimana anak yang memiliki nomor 1-8 menjadi satu kelompok dan begitu seterusnya.

Prinsip Reaksi, Prinsip Reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para pelajar termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka. Dalam pembelajaran menggunakan model NHT pada mulanya guru sekilas memberikan materi awal, misalnya guru memberikan LKS kepada semua kelompok yang sudah ditentukan untuk didiskusikan. Dalam kegiatan diskusi guru berkeliling dan memberikan bantuan kepada kelompok dalam menyatukan berbagai pendapat yang ada dari masing-masing anak didalam kelompok tersebut, ataupun menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti oleh kelompok tersebut. Guru memancing pemikiran siswa dengan memberikan contoh-contoh yang spesifik agar perhatian siswa terpusat pada materi. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok agar tetap aktif.

Sistem Pendukung Bahan ajar, Bahan ajar yang digunakan yaitu berupa materi yang disiapkan

dan disampaikan oleh guru yaitu tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makananya sebagai penunjang dalam kegiatan belajar mengajar.

Media Belajar, Disini guru menggunakan media visual (gambar) dengan menggunakan PPT yang diproyeksikan oleh LCD dan menggunakan media gambar yang dimodifikasi.

Dampak Instruksional dan Dampak pengiring, Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langung oleh siswa tanpa mengarah langsung dari pengajar.

Langkah-langkah Model Pembelajaran NHTPembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT dimulai

dengan pembagian kelompok. Menurut Agus Suprijono (2011: 92), pembelajaran ini diawali dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok

35

Page 39: Teori Belajar Matematika

kecil. Pembagian kelompok ini disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Misalnya ada sebuah kelas yang terdiri dari 32 siswa. Maka dapat dibentuk 8 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 siswa. Tiap-tiap siswa dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1 - 4.

Setelah pembagian kelompok dan penomoran selesai, guru memberikan pertanyaan pada tiap-tiap kelompok. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan dari guru. Menurut Agus Suprijono (2011: 92), hal ini disebut dengan heads together yang berarti tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan guru.

Kemudian setelah berdiskusi, guru memanggil siswa dengan nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan jawabannya. Hal itu terus dilakukan bergantian hingga semua siswa mendapat kesempatan untuk mempresentasikan jawabannya. Menurut Agus Suprijono (2011: 92), pengembangan pada diskusi dilakukan oleh guru agar siswa dapat memahami materi secara keseluruhan.

Secara sistematis langkah-langkah pada model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut: Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa

sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 4–5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam

kelompok. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut nomor dari masing-

masing anggota kelompok untuk menjawab. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada akhir pembelajaran. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai dari skor yang diperoleh.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000:29)  menjadi enam langkah sebagai berikut: Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran NHT.

Pembentukan kelompokDalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduanDalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

36

Page 40: Teori Belajar Matematika

Diskusi masalahDalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

Memanggil nomor anggota atau pemberian jawabanDalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Memberi kesimpulanGuru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT Kelebihan

a) Terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b) Siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.

c) Siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil.

d) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

Kelemahana) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat

menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.b) Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa

memiliki pemahaman yang memadai pada saat diskusi menyelesaikan masalah.

c) Pengelompokan siswa memerlukan waktu khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda.

2) Model Pembelajaran Cooperative LearningPembelajaran kooperatif atau Cooperative learning merupakan istilah

umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning. 

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antar sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. 

37

Page 41: Teori Belajar Matematika

Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda (Cohen, 1986; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992).

Khas Cooperative Learning yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kooperatif dan tinggal bersama dalam satu kelompok untuk beberapa minggu atau beberapa bulan. Sebelumnya siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat bekerja sama yang baik dalam hal: Bagaimana menjadi pendengar yang baik. Bagaimana memberi penjelasan yang baik. Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lain-lainnya.

Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

Ketika pembelajaran kooperatif apa yang dibutuhkan oleh pengajar adalah menyusun pelatihan sehingga anggota-anggota dari kelompok-kelompok kecil yakin merupakan hasil bersama. Lebih lanjut, petunjuk seharusnya diberikan kepada kelompok-kelompok yang anggota-anggotanya mendapatkan pencapaian dari usaha-usaha anggota lainnya bahwa anggota-anggota kelompok perlu membantu dan mendukung anggota-anggota lainnya untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai. Untuk melakukan hal tersebut, setiap anggota kelompok secara individual membagi akuntabilitas bersama untuk melakukan bagian pekerjaan kelompoknya. Akuntabilitas tersebut bergantung pada penguasan masing-masing anggota tim terhadap keterampilan-keterampilan kelompok kecil dan antar pribadi yang dibutuhkan untuk menjadi anggota kelompok yang efektif. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah kemampuan untuk membahas seberapa baik kelompok bekerja dan apa yang dapat dikerjakan untuk meningkatkan pekerjaan kelompok (Johnson, 1991).

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa kelebihannya antara lain: Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru. Kemampuan untuk berfikir. Mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan

membandingkan dengan ide temannya. Membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang

lemah, juga menerima perbedaan ini.Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam

pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2 - 5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Berikut ini merupakan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) menurut para ahli:

38

Page 42: Teori Belajar Matematika

Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.

Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok”.

Suprijono, Agus (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

Slavin (1997), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000:25).

Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu.

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif

berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:a) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.

b) Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

c) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.

39

Page 43: Teori Belajar Matematika

d) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

Unsur-unsur Pembelajaran KooperatifPendapat dari Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Saling ketergantungan Positif Tanggung Jawab Perseorangan Tatap Muka Komunikasi Antar Anggota Evaluasi Proses Kelompok

Model Cooperative Learning Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili model-model cooperative learning: Student teams achievement division (STAD)

Langkah-langkah:a) Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang.b) Guru menyajikan materi pelajaran.c) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang

mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.

d) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.

e) Pembahasan kuis.f) Kesimpulan.

Jigsaw (model tim ahli)Langkah-langkah:a) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.b) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.c) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama

membentuk kelompok baru (kelompok ahli).d) Setelah kelomppok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke-kelompok

asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub bab yang mereka kuasai.

e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.f) Pembahasan.g) Penutup.

Group investivigation go a roundLangkah-langkah:a) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa.b) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.c) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab

pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

Think pair and shareLangkah-langkah:

40

Page 44: Teori Belajar Matematika

a) Guru menyampaikan inti materi.b) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang

materi/permasalahan yang disampaikan guru.c) Guru memimpi dan tiap kelompok mengemukakan hasil Diskusinya.d) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada

materi/permasalahan yang belum diungkap siswa.e) Kesimpulan

Make a match (membuat pasangan)Langkah-langkah:a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik

yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).

b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).

d) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

f) Kesimpulan.

Kelebihan dan Kelemahan Cooperative LearningKelebihan cooperative learning yaitu: Meningkatkan harga diri tiap individu. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. Konflik antar pribadi berkurang. Sikap apatis berkurang. Pemahaman yang lebih mendalam. Retensi atau penyimpanan lebih lama. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi

dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik). Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif. Menambah motivasi dan percaya diri. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman

sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

Kelemahan cooperative learning yaitu: Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik

atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.

Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.

41

Page 45: Teori Belajar Matematika

3) Model Pembelajaran Cooperative ScriptMetode Cooperative Script ini berasal dari kata Methodos, Cooperative

dan Script, yang memiliki arti masing-masing diantarannya Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Cooperative berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama, bantuan-membantu, gotong royong. Sedangkan kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama, koperasi persekutuan. Script ini berasal dari kata Script yang memiliki arti uang kertas darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari Cooperative skripsi adalah naskah tulisan tangan, surat saham sementara. Jadi pengertian dari Cooperative adalah Strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda.

Metode Cooperative Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari.

Miftahul A’la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script disebut juga Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Cooperative script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin 1994:175). Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran Cooperative Script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi. Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas antara satu dan lainnya dengan maksud yang sama yaitu terjadi suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial siswa (Brousseau dalam Hadi, 2007).

Pembelajaran Cooperative Script berpijak pada faham konstruktivisme, pada pembelajran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru  yang diyakininya benar. Model pembelajaran ini  mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

42

Page 46: Teori Belajar Matematika

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik  dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa)..Brousseau (2002) dalam Hadi (2007:18) menyatakan bahwa model pembelajaran cooperative script adalah secara tidak langsung terdapat kontrak belajar antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas antara satu dengan yang lainnya memiliki maksud yang sama yaitu terjadi suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial siswa. Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script

Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenang bersama.

Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

Siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.

Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para anggota kelompok.

Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompok kooperatif.

Manfaat Pembelajaran Cooperative Script Bekerja sama dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas-

tugas yang dirasakan sulit. Dapat membantu ingatan dan pemahaman yang terlupakan pada teks. Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi. Memberikan kesempatan siswa membenarkan kesalahpahaman. Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan

nyata. Membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan. Memberikan kesempatan untuk mengulangi dan membantu mengingat

kembali.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative ScriptLangkah-langkah aplikasi dari model pembelajaran cooperative script sebagai berikut:

43

Page 47: Teori Belajar Matematika

Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik pembelajaran yang akan dipelajari.

Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran sesuai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dengan terlebih dahulu mengenal karakteristik dari masing-masing siswa agar dalam pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga mereka bisa saling melengkapi dan membantu satu sama  lain.

Masing-masing kelompok mempelajari kegiatan yang berbeda. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang mereka dapatkan dan bersama-sama memecahkan materi yang belum mereka pahami. Guru disini bertindak sebagai fasilitator.

Setelah siswa tersebut sudah memahami materinya masing-masing, kemudian guru mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik dari kelompok yang satu dengan peserta nomor 1 dari kelompok lain jadi mereka akan berpasang-pasangan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain dibuat menjadi satu kelompok. Kemudian guru membagikan nomor kepada setiap siswa secara acak.

Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan dan menjelaskan tugas dan hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya lagi dari peserta didik sebagai pendengar yaitu bertugas menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok pembahasan yang kurang lengkap.

Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara.

Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/diskusinya dengan memanggil dari salah satu nomer siswa secara acak.

Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai penengah untuk menjelaskan hal-hal yang masih salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.

Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang masih dianggap meragukan dan kurang jelas.

Untuk lebih memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan masing-masing siswa dalam memahami materi, guru memberikan latihan soal untuk dijawab dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok yang beranggotakan dua orang tersebut. Masing-masing orang siswa harus bisa mengerjakan soal tersebut bukan hanya salah satu dari anggota kelompoknya saja, anggota yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham, karena guru akan memanggil nomer secara acak, bagi siswa yang disebut nomornya harus mengerjakan soal tersebut dan menerangkannya didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka akan mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam kekalahan dan apabila jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut akan mendapatkan bintang

44

Page 48: Teori Belajar Matematika

kuning. Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi juara dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya dan sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok tersebut kalah dan mendapatkan suatu hukuman. Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru tersebut. Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang siswa, pemberian hadiah dan hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk aktif dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa cenderung tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin dalam satu kali pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan kedua untuk latihan-latihan.

Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi misal: trigonometri yang telah disampaikan dengan menggunakan model cooperative script.

Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling membantu.

Guru menutup pembelajaran.

Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Script: Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan siswa untuk percaya

kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajara dari siswa lain.

Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah.

Model pembelajaran Cooperative Script membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.

Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban.

Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat.

Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.

Dapat meningkatkan atau mengembangkan keterampilan berdiskusi. Memudahkan siswa melakukan interaksi sosial. Menghargai ide orang lain. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Kekurangan Model pembelajaran Cooperative Script:Adapun yang menjadi kekurangan dari Model pembelajaran

Cooperative Script ini adalah:

45

Page 49: Teori Belajar Matematika

Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.

Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script. Sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini.

Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.

Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.

Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.

4) Model Pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, baik, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.

Komponen utama dalam metode pembelajaran STAD Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997: 21) ada 5 komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu: Penyajian Kelas

Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.

Menetapkan siswa dalam kelompok (Belajar dalam Kelompok)Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan

46

Page 50: Teori Belajar Matematika

semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang.

Tes dan KuisSiswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.

Skor peningkatan individualSkor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan metode pembelajaran STAD.

Penghargaan kelompokPengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.

Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STADMenurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut: Persiapan STAD

a) MateriMateri model pembelajaran STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.

b) Menetapkan siswa dalam kelompokKelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4 - 5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8): Merangking siswa, merangking siswa berdasarkan hasil belajar

akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.

Menentukan jumlah kelompok, setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4 - 5 siswa.

Membagi siswa dalam kelompok, dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok-kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil

47

Page 51: Teori Belajar Matematika

belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata-rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama.

Mengisi lembar rangkuman kelompok, isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif metode STAD).

Menentukan Skor Awal, skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.

Kerja sama kelompok Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok.

c) Jadwal AktivitasSTAD terdiri atas 5 kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.

d) MengajarSetiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.

Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.

b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.

Pengembangana) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari

pembelajaran. b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa

mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan.d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok

masalahnya. Praktek terkendali

a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.

48

Page 52: Teori Belajar Matematika

b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.

c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal dan kemudian guru memberikan umpan balik.

Kegiatan KelompokPada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu: Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam

kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.

Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai pelajaran.

Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.

Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan. Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan-peraturan

lain sesuai kesepakatan bersama.

Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah: Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya. Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar

jawabannya. Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan

seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.

Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.

Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi.

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD): Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model pembelajaran STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

Pembukaan

49

Page 53: Teori Belajar Matematika

a) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

c) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

Pengembangana) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan

dipelajari siswa dalam kelompok.b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami

makna bukan hapalan.c) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan.d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau

salah.e) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok

masalahnya. Latihan Terbimbing

a) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

b) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

c) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

Belajar KelompokSelama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran STADKelebihan model pembelajaran kooperatif model STAD untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut: Model pembelajaran ini membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran

yang sedang dibahas. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

Pembelajaran STAD menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

Pembelajaran STAD menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

50

Page 54: Teori Belajar Matematika

Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.

Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama

Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kelemahan sebagai berikut: Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.

Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas.

Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.

Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri.

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.

5) Model Pembelajaran JigsawJigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang pertama kali

diterapkan oleh Elliot Aronson tahun 1971 dan dipublikasikan tahun 1978. Pada awalnya penelitiannya kelas jigsaw ini dipakai dengan tujuan agar mengurangi rasa kompetisi pembelajar dan masalah ras yang terdapat disebuah kelas  yang berada di Austin, Texas. Kota texas ini termasuk kota yang mengalami masalah rasis yang sangat parah dan itu pun memunculkan  intervensi dari sekolah-sekolah untuk menghilangkan masalah tersebut.

Didalam suatu kelas banyak pembelajaran  Amerika keturunan Afrika, keturunan Hispanik (latin), dan pembelajaran kulit putih Amerika untuk  yang pertama kalinya berada dalam sebuah kelas bersama-sama. Situasi semakin memanas dan mangancam lingkungan  belajar mereka. Dan pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajaran lainnya menciptakan  jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya didalam kelas. Usaha keras ini berhasil dengan sukses, pembelajar  yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai berkomunikasi dan mulai bekerjasama.

51

Page 55: Teori Belajar Matematika

Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

Pembelajaran model Jigsaw menuntut setiap siswa untuk bertanggung jawab atas ketuntasan bagian pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lainnya. Metode atau model pembelajaran jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran.

Siswa mempunyai peran dan   tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Guru  berperan sebagai fasilisator dan motifator. Tujuan model Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam  yang tidak mungkin diperoleh siswa  apabila siswa mempelajari materi secara individual. Dalam metode Jigsaw ini siswa dibagi menjadi dua kelompok  yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli”.  Setiap siswa  yang ada dalam ”kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam “kelompok awal”  ini kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian kembali ke “kelompok awal”  untuk mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini siswa harus bisa mendapat kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui.

Pembelajaran model Jigsaw menuntut setiap siswa untuk bertanggung jawab atas ketuntasan bagian pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lainnya. Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56).

Langkah-langkah Model Pembelajaran JigsawModel pembelajaran jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.Langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: Memilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Membagi siswa menjadi 4 - 6 orang per kelompok secara heterogen,

menugaskan setiap siswa dalam kelompok asli untuk mempelajari satu sub topik pelajaran dan memberi siswa waktu untuk mempelajari apa yang menjadi bagiannya.

Setiap kelompok diberi materi yang berbeda untuk dipahami. Pada tahap ini diberi waktu kepada kelompok ahli ini untuk mendiskusikan konsep-konsep utama yang ada dalam topik bagiannya  dan berlatih menyajikan topik yang dipelajari tersebut kepada temannya dalam kelompok asli.

Setiap kelompok akan mengirimkan anggotanya kepada kelompok lain yang ada untuk menyampaikan materi yang telah di pelajari di kelompok.

52

Page 56: Teori Belajar Matematika

Siswa lain diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. Guru mengelilingi satu kelompok ke kelompok lain untuk mengamati proses. Guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman dari hasil diskusi kelompoknya dan menyuruh perwakilan kelompok untuk menyampaikan kesimpulan diskusi.

Kelompok kembali pada suasana semula, Guru mengadakan kuis secara individual. Hasil nilai yang diperoleh tiap anggota kelompok dikumpulkan, kemudian dirata-rata dalam kelompok untuk menentukan predikat kelompok. Dalam menjawab kuis, anggota tidak boleh saling membantu. Perubahan skor awal (base score) individu dengan skor hasil kuis disebut skor perkembangan.Tabel 1: Nilai penghargaan kelompok (penghitungan skor perkembangan)

NILAI PERKEMBANGANNO301SKOR TES

Lebih dari 20 poin di atas skor awal

2 Sama atau hingga 10 poin di atas skor awal 20

103Sepuluh hingga satu poin di bawah skor awal

4 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

Guru memberi pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi dan memberikan penghargaan kelompok seperti pada teknik STAD. Berdasarkan skor penghitungan yang diperoleh anggota, dirata-rata. Hasilnya untuk menentukna predikat tim (lihat tabel 2).Tabel 2: perolehan skor dan predikat tim tipe STAD dan Jigsaw

RATA-RATA SKORNOPREDIKAT TIM 1 Super Team 25 – 30

20 – 24215 – 193Great Team

Good teamEvaluasi oleh guru, Setelah dilakukan penghitungan skor dan penghargaan kelompok dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus diterapkan agar diperoleh hasil tes yang lebih baik lagi.

Tahapan-tahapan penerapan pembelajaran model Jigsaw adalah sebagai berikut: Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah

bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman. Hitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara

yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda.

Setelah selesai, bentuk kelompok Jigsaw Learning. Setiap kelompok  ada seorang wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas.

Kemudian bentuk kelompok peserta didik Jigsaw Learning dengan jumlah sama.

53

Page 57: Teori Belajar Matematika

Berikut ini disajikan diagram tahapan pembelajaran model Jigsaw:Diagram 1, Urutan pertama Penjelasan semua Kelompok.

Diagram di atas menggambarkan guru membagi kelompok ke dalam tiga kelompok yang berbeda dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa (ditandai dengan warna yang berbeda-beda).Diagram 2, Urutan Kedua Kelompok Belajar.

Untuk diagram kedua menggambarkan masing-masing kelompok mendiskusikan materi yang berbeda.

Diagram 3, Urutan ketiga Kelompok Belajar Kolaboratif.

Diagram di atas adalah pembentukan kelompok baru yang anggota kelompoknya terdiri atas anggota utusan dari masing-masing kelompok sebelumnya (diagram kedua).

Faktor-faktor kunci keberhasilan Model Pembelajaran Jigsaw Positive interdependence, setiap anggota kelompok harus memiliki

ketergantungan satu sama lain yang dapat menguntungkan dan merugikan anggota kelompok lainnya.

Individual accountability, setiap anggota kelompok harus memiliki rasa tanggung jawab atas kemajuan proses belajar seluruh anggota termasuk dirinya sendiri.

Face-to-face promotive interaction, anggota kelompok melakukan interaksi tatap muka yang mencakup diskusi dan elaborasi dari materi pembahasan.

Social skill, setiap anggota kelompok harus memiliki kemampuan bersosialisasi dengan anggota lainnya sehingga pemahaman materi dapat diperoleh secara kolektif.

Groups processing and Reflection, kelompok harus melakukan evaluasi terhadap proses belajar untuk meningkatkan kinerja kelompok.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran JigsawKelebihan: Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain.  Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga

harus siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah.  

Menerima keragaman dan menjalin hubungan sosial yang baik dalam hubungan dengan belajar.

54

Page 58: Teori Belajar Matematika

Meningkatkan berkerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.

Mendorong siswa untuk berfikir kritis. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki

untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok tersebut.

Diskusi tidak didominasi oleh siswa  tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

Kelemahan: Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. 

Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.  Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum

terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.

Bagi guru model ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan  yang  berbeda.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu: Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada

kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih

singkat. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam

berbicara dan berpendapat.

Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy Killen, 1996 adalah: Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh

teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.

Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.

Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.

Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, yaitu: Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung

mengontrol jalannya diskusi.

55

Page 59: Teori Belajar Matematika

Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.

Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang

anggotanya lemah semua. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai

antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti

proses pembelajaran.

Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajaran jigsaw, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu mengurutkan kemampuan

belajar siswa dalam kelas. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal

yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugass mereka

Evaluasi Materi yang cocok untuk SMP / SMA dengan Metode JigsawBeberapa contoh materi matematika yang cocok di jigsaw-kan adalah:

menyelesaikan sistim persamaan linier dua peubah (kelompok ahli 1 mempelajari menyelesaikan dengan eliminasi, kelompok ahli 2 dengan substitusi,  kelompok ahli 3 dengan garis bilangan, kelompok ahli 4 dengan matrik, dll), limit kiri-limit kanan (kelompok ahli 1 mempelajari limit kiri, yang lain limit kanan), Luas bangun segi 4 (kelompok 1 mempelajari belah ketupat, kelompok 2 layang-layang, kelompok ahli 3 tentang trapesium sama kaki, kelompok ahli 4 trapesium sebarang, dst).

Pemilihan materi tidak hanya didasarkan pada banyaknya sub bab atau sub-sub bab saja yang mengindikasikan mudah “dibagi-bagi” untuk didiskusikan dalam kelompok-kelompok ahli. Namun hal penting lain yang tidak boleh dilupakan bahwa seyogyanya kita tidak memaksakan 1 rangkaian pembelajaran kooperatif, apa saja, dalam satu pertemuan. Masih banyak materi yang sesuai di-jigsaw-kan. Namun kita harus memeriksanya terlebih dahulu, sehingga tujuan kita tercapai, bukan sebaliknya menambah bingung siswa.

6) Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI)Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) disebut juga

Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang mengikuti pola Top-down. Pembelajaran yang demikian ini merupakan implementasi dari teori belajar konstruktivisme. Penerapan pembelajaran ini adalah memecahkan masalah keseharian sehingga anak sudah dibiasakan dengan situasi nyata sehari-hari.

Secara garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka

56

Page 60: Teori Belajar Matematika

untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru dalam PBI adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa. PBI diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing. Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.

Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Ciri-ciri Model Pembelajaran PBICiri-ciri utama PBI meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja sama serta menghasilkan karya atau peragaan. PBI tidak dirancang untuk membantu guru namun memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berflkir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Berikut 3 ciri utama dari PBI yaitu: PBI merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam

implementasi PBI ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBI tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBI siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBI menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Untuk mengimplementasikan PBI, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain, misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.

Dapat di ambil point mengenai ciri-ciri utama PBIL Question Or Problem posing (Pengajuan Pertanyaan Atau Masalah). Interdisciplinary Focus (Memusatkan Pada Keterkaitan Antar Disiplin

Ilmu). Authentic Investigation  (Penyelidikan Autentik). Collaboration (Kerjasama). Production Of Artifacs And Exhibits (Menghasilkan Karya Dan

Peragaan/Pameran).

57

Page 61: Teori Belajar Matematika

Tujuan PBIPBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa dengan melibatkan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi. PBI juga membuat siswa menjadi pembelajar yang otonom, mandiri. Secara terinci tujuan PBI adalah sebagai berikut: Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Kerjasama

yang dilakukan dalam PBI, mendorong munculnya berbagi keterampilan inkuiri dan dialog dengan demikian akan berkembang keterampilan sosial dan berpikir.

Permodelan Peranan Orang Dewasa yang autentik. Pembelajar Otonom dan Mandiri.

Langkah-langkah Model PBILangkah-langkah dalam Model Problem Based Introduction (PBI) adalah sebagai berikut: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.

Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap pendidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.dan obyektif.

Kesimpulan/Penutup.

Kelebihan dan Kekurangan Model PBIKelebihan: Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-

benar diserapnya dengan baik. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain. Dapat memperoleh dari berbagai sumber. Siswa berperan aktif dalam KBM. Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka

sendiri yang menemukan konsep tersebut. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut

keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi. Pembelajaran lebih bermakna. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah

yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari. Menjadikan siswa lebih mandiri.

58

Page 62: Teori Belajar Matematika

Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain.

Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat

Kelemahan: Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai. Membutuhkan banyak waktu dan dana. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model ini. Membutuhkan waktu yang banyak. Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan PBI. Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk

siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll.

Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30

siswa perkelas.

Tingkah Laku Mengajar dengan Model Pembelajaran PBIPBI biasanya terdiri dari 5 (lima) tahap utama yang dimulai dengan

guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauan masalahnya tidak terlalu kompleks, maka kelima tahapan tersebut mungkin dapat diselesaikan dalam waktu dua sampai tiga kali pertemuan. Namun untuk masalah-masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya. Kelima tahapan tersebut disajikan pada Tabel berikut.

TABEL SINTAKS MODEL PBI

FASE-FASE TINGKAH LAKU GURU

FASE 1

Orientasi siswa kepada masalahFASE 2Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Mengorganisasikan siswa untuk belajarGuru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

FASE 3Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

59

Page 63: Teori Belajar Matematika

FASE 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karyaKonvensio

nalGuru membantu

siswa dalam

merencanakan dan

menyiapkan karya

yang sesuai seperti

laporan, video, dan model dan membantu

mereka untuk

berbagi tugas

dengan temannya.

FASE 5Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa.

Teknik Penilaian dan Evaluasi Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model PBI

adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka. Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk PBI terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil. Adapun prosedur-prosedur yang telah disebutkan dinamakan asesmen kinerja, asesmen autentik, dan portofolio.

Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik, maka dengan ini dalam proses belajar mengajar, siswa dapat dipastikan terlihat sangat antusias, dengan demikian materi yang disampaikan dapat diserap dengan baik. Pemberian pengalaman belajar dapat dirasakan melalui “mengalami” bukan sekedar “menghafal” sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep serta hubungan antar konsep dalam ilmu pengetahuan. Siswa mampu menggunakan bermacam-macam keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Dengan

60

Page 64: Teori Belajar Matematika

demikian tujuan pembelajaran bias dicapai dengan baik.

7) Model Pembelajaran Mind Mapping8) Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke

dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.

9) Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu teknik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara (Svantesson, 2004 : 1).

10) Mind Mapping adalah teknik pembuatan grafik yang menyediakan kunci-kunci umum untuk mengoptimalkan potensi otak dengan memanfaatkan kata-kata, image, nomor, logika, irama, warna dan dimensi dan disajikan dalam pola yang unik. Sistem ini merupakan metode mencatat kreatif yang memudahkan mengingat banyak informasi dan mempresentasikannya secara akurat dan menyenangkan.

11)12)13) Mind Mapping/peta pikiran menirukan proses berpikir model/jaringan,

karena melibatkan kedua belah otak (kiri dan kanan), kita dapat mengingat informasi dengan lebih mudah. Mind Mapping memungkinkan kita meramu gagasan-gagasan yang disampaikan dengan cara yang berbeda, dan kemudian menemukan hubungan-hubungan baru dari gagasan-gagasan tersebut.

14) Kita bisa membandingkan mind map dengan peta kota. Pusat mind map mirip dengan pusat kota. Pusat mind map mewakili ide terpenting. Jalan-jalan utama yang menyebar dari pusat mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran kita, jalan-jalan sekunder mewakili pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar-gambar atau bentuk-bentuk khusus dapat mewakili area-area yang menarik atau ide-ide menarik tertentu. Sama seperti peta jalan, Mind Map akan: Memberi pandangan meyeluruh pokok masalah atau area yang luas. Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan

mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada. Mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat. Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan

terobosan kreatif baru. Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat.

Mind mapping sebagai sebuah metode memang layak dicoba, karena memberikan manfaat sebagai berikut: Fleksibel Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mencatat dan mengingat, tanpa

pakem yang baku. Memusatkan perhatian  Kita tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata yang dibicarakan,

61

Page 65: Teori Belajar Matematika

sebaliknya berkonsentrasilah pada gagasan-gagasannya.  Meningkatkan pemahaman Mind mapping meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan

ulang yang sangat berarti nantinya. Menyenangkan Pembuatan dan peninjauan ulang catatan terasa menyenangkan karena tidak

menggunakan imajinasi dan kreativitas yang tak terbatas.

Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa. Mind mapping disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.

Mind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.

Berikut adalah perbedaan antara Tulisan Biasa dan Mind Mapp: Tulisan Biasa:

Hanya berupa tulisan-tulisan saja. Hanya dalam satu warna. Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama. Statis.

Mind Mapping: Berupa tulisan, symbol dan gambar. Berwarna-warni. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif. Membuat individu menjadi lebih kreatif.

Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya

62

Page 66: Teori Belajar Matematika

memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.

Prinsip dasar dan Ciri Mind Mapping

Semua mind map mempunyai kesamaan, semuanya menggunakan warna, semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian Turan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. (Buzan, 2005:6)

Rose dan Malcolm menambahkan strategi visual ini mempunyai beberapa ciri, diantaranya sebagai berikut: Mengingat orang melalui penglihatan, mengingat kata-kata dengan melihat

tetapi perlu waktu yang lebih lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan awalnya.

Jika memberi atau menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar.

Aktifitas reatif : menulis, menggambar, melukis merancang. Mempunyai ingatan visual yang bagus, dimana ketika kita ingat saat

meninggalkan sesuatu dalam beberapa hari yang lalu. Menurut Buzan, teknik pembuatan catatan dan pengelompokan

pikiran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh otak yang harus menyertakan tidak hanya kata-kata, angka, rangkaian dan juga garis-garis tetapi juga dengan warna, gambar-gambar, dimensi, simbol-simbol itulah peta pikiran atau mind mapping. Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.

Unsur-unsur Model Pembelajaran Mind Mapping Beberapa unsur penting mind map dalam pembelajaran yang memberikan

manfaat pada proses pembelajaran itu sendiri adalah sebagai berikut: Gambar, karena gambar bermakna seribu kata dan akan membantu

siswa menggunakan imajinasinya. Warna, karena akan menambah energi kepada pemikiran kreatif bagi

siswa. Hubungan cabang-cabang, karena mengikuti cara kerja otak yang

bekerja menurut asosiasi, hal ini akan mempermudah siswa mengerti dan mengingat.

Garis melengkung, karena garis lurus akan membuat siswa bosan. Katakunci, karena akan memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas

kepada mind mapp yang sedang dibuat.

63

Page 67: Teori Belajar Matematika

Manfaat Mind Mapping Beberapa manfaat memiliki mind mapping antara lain:

Merencana Berkomunikasi Menjadi Kreatif Menghemat Waktu Menyelesaikan Masalah Memusatkan Perhatian Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran Mengingat dengan lebih baik Belajar Lebih Cepat dan Efisien Melihat gambar keseluruhan

Langkah-langkah Model Pembelajaran Mind Mapping Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk

pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan (2 orang).

Langkah-langkah pembelajarannya: Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan

dua orang. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi

yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.

Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.

Kesimpulan/penutup.

Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika akan membuat atau menggunakan metode mind mapping adalah: Kertas kosong tak bergaris. Pena atau spidol berwarna-warni. Otak dan imajinasi. Buku sumber sebagai salah satu sumber bagi siswa.

Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut: Letakan kertas kosong tak bergaris dengan sisi panjang mendatar. Buat gagasan utamanya baik dalam tulisan, gambar atau foto untuk ide

sentral. Hubungkan cabang-cabang utama ke topik utama dan hubungkan

cabang-cabang utama pada ranting-ranting yang merupakan sub topik utama. Jumlah cabang akan bervariasi tergantung jumlah sub pokok pada materi tersebut. Usahakan setiap garis-garis cabang yang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dibentuk tidak lurus agar tidak

64

Page 68: Teori Belajar Matematika

membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.

Gunakan warna. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat mind map, bahan bacaan yang berasal dari buku teks, yaitu: (Svantesson, 2004:127) Membaca teks secara keseluruhan Dengan membaca teks secara menyeluruh maka akan mengetahui isi

cerita. Sewaktu membaca teks beri tanda pada kata-kata yang dianggap penting untuk mencatat di mind map.

Mengenali tipe teks Sebelum membuat mind map, maka harus menemukan desain yang

cocok untuk masing-masing teks yang spesifik. Setelah membaca teks maka akan mengetahui desain yang sesuai untuk mind map yang akan dibuat. Secara sederhana sebuah teks dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok:a) Komparasi (perbandingan)b) Sebuah teks dikategorikan komparasi apabila teks tersebut terdapat

perbandingan antara A dan B, antara yang baik dan yang  jelek dan sebagainya.

c) Kronologi atau rangkaian peristiwad) Teks tersebut mempunyai sebuah awal dan akhir yang jelas,

misalnya biografi, sejarah, proses dan sebagainya. Desain ini biasanya sesuai dengan arah jarum jam.

e) Presentasi (paparan)f) Apabila cerita tanpa permulaan atau akhir yang jelas, apabila kata-

kata dipaparkan tanpa urutan yang khusus, maka bisa didesain sesuai dengan keinginan.

Menulis mind map Pada saat membaca maka telah memperoleh kata-kata penting yang

telah diberi tanda, tahap ini adalah tahap menulis kata-kata penting pada mind map. Setelah menulis kata utama maka dihubungkan dengan garis hubung pada kata-kata yang menjadi cabang dari kata-kata utama.

Cara membuat peta pikiran pada Model Pembelajaran Mind Mapping:

1) Di tengah kertas, buatlah lingkaran dari gagasan utama.2) Tambahkan cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci.3) Gunakan pulpen warna-warni.4) Tulislah kata kunci pada tiap-tiap cabang.5) Kembangkan untuk menambah detail.6) Tambahkan simbol dan illustrasi 7)

Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping Menurut Mike Hernacki dan Bobbi Deporter, mind mapping memiliki

kelebihan diantaranya: Fleksibel, didalamnya jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk

menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam Peta Pikiran Anda tanpa

65

Page 69: Teori Belajar Matematika

harus kebingungan. Dapat memusatkan pikiran, kita tidak perlu berfikir untuk menangkap

setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, kita dapat berkonsentrasi pada gagasannya.

Meningkatkan pemahaman, ketika membaca suatu tulisan atau laporan teknik, Peta Pkiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.

Menyenangkan, imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas dan hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa kelebihan saat

menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu: Mind Map mampu meningkatkan kapasitas pemahaman dengan cara:

a) Melihat gambaran besar suatu persoalan sekaligus melihat informasi secara detail.

b) Mengingat informasi yang kompleks lebih mudah. Informasi tersebut telah dikelompokkan sesuai dengan cara seseorang mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang sama atau berbeda.

c) Mengatasi informasi yang membludak karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa, Secara mental hal ini juga membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut dalam memahami sebuah persoalan.

d) Mind Map mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan.

e) Menjadi lebih mudah. Informasi baru dapat ditambahkan, dihubungkan, dan diasosiasikan kapan saja dengan informasi yang sudah ada sebelumnya.

f) Mind Map dapat merangsang sisi kreatif seseorang lewat penggunakan garis lengkung, warna dan gambar. Ini membuat sebuah catatan sekaligus menjadi karya seni yang indah.

g) Mind Map membantu seseorang membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat..

h) Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda atau mengingat detail secara mudah.

i) Melihat hubungan antara gagasan dan konsep.j) Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.k) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk

menulis.l) Bekerja sama dengan otak siswa, bukan bertentangan dengannya.m) Menyingkirkan “format outline” yang membosankan, selamanya.n) Dapat mengoptimalakan otak kanan dan otak kiri, karena mind map

bekerja dengan gambar, warna dan kata-kata sederhana.o) Dapat menghemat catatan karena dengan mind map bisa meringkas

satu bab materi dalam setengah lembar kertas.p) Pembelajaran terkesan lebih efektif dan efisisien karena pada

dasarnya cara kerja mind map sama dengan cara kerja dasar otak yaitu tidak tersusun sistematis, namun lebih pada bercabang-cabang

66

Page 70: Teori Belajar Matematika

seperti pohon.q) Pola ini dapat mempermudah proses recall pada setiap apa yang

pernah dipelajari.r) Dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa dan guru karena

siswa/guru akan terangsang untuk membuat gambar-gambar atau warna-warna pada mind map agar terlihat lebih menarik.

s) Mempertajam daya analisa dan logika siswa karena siswa tidak lagi dituntut untuk mencatat buku sampai habis kemudian menghapalnya.

t) Sedangkan kekurangan model pembelajaran mind mapping: Hanya siswa yang aktif yang terlibat. Tidak sepenuhnya murid yang belajar. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.

Aplikasi Mind Mapping dalam Pembelajaran Matematika Sebelum memulai langka-langkah pembelajaran yang perlu disiapkan

adalah: Potongan kartu-kartu yang bertuliskan konsep utama dari materi. Menyuruh siswa untuk membawa pulpen atau spidol warna-warni dan

kertas kosong tak bergaris.

15) Model Pembelajaran Think Pair and Share16) Model pembelajaran Think Pair and Share merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Dalam karakteristik model Think Pair and Share, siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini diharapkan dapat mengarahkan proses belajar mengajar siswa dan juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan. Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

17) Arends menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2007:61).

18) Think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas atau situasi yang menjadi

67

Page 71: Teori Belajar Matematika

tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think pair share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.

19)20) Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi

pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui metode Think Pair Share ini penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

21) Karakteristik pembelajaran Think Pair and Share (TPS) Karakteristik Pembelajaran TPS yaitu siswa dibimbing secara mandiri,

berpasangan dan saling berbagi untuk menyelesaikan masalah. Langkah-langkah Model Pembelajaran TPS Think Pair  Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk

memberi waktu lebih banyak pada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think Pair Share (TPS) sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas. Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) memiliki langkah-langkah tertentu. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas

kepada semua kelompok. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan

berdiskusi dengan pasangannya. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa

berkesempatan  untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran think pair share terdiri dari

lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu tahap pendahuluan think, pair, dan share, penghargaan. Penjelasan dari setiap langkah-langkah adalah sebagai berikut: Tahap Pendahuluan

a) Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

Tahap Think (berpikir secara individual)a) Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan

demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang

68

Page 72: Teori Belajar Matematika

diberikan. Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru

menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara

perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

Tahap Penghargaan Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun

kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

Guru menggunakan langkah-langkah (fase) sebagai berikut: Langkah 1: Berpikir (thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan

pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan sendiri jawaban atau masalah.

Langkah 2: Berpasangan (pairing) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah

mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3: Berbagi (sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi

dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003)

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TPS Beberapa Kelebihan model pembelajaran Think Pairs and Share sebagai

berikut: Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share menuntut siswa

menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk

69

Page 73: Teori Belajar Matematika

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran Think Pair Share diharapkan dapat memotivasi

siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan model konvensional.

Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas

karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran Think Pair Share akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.

Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam

kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran Think Pair Share hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa.

Dengan pembelajaran Think Pair Share perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran Think

Pair Share menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Kelemahan Model Pembelajaran TPS:

Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.

Lebih sedikit ide yang masuk. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok

yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.

Penghargaan Model Pembelajaran TPS Dalam Think Pair Share, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan

memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap

70

Page 74: Teori Belajar Matematika

think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

22) Model Pembelajaran Snowball Throwing

23) Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju.

24) Model Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu metode cooperative learning. Menurut Saminanto (2010:37) “Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti metode pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

25) Metode ini memilki kelebihan diantaranya ada unsur permainan yang menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian siswa. Model pembelajaran Snowball Throwing,  yaitu sebuah model pembelajaran yang akan membantu siswa lebih aktif dan cepat memahami konsep materi yang diberikan. Model ini didasarkan pada faham kontruksivisme, yang menitikberatkan terjadinya proses belajar pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmara (2007: 63) bahwa, “Pembelajaran merupakan upaya penciptaan kondisi yang kondusif, yaitu membangkitkan kegiatan belajar efektif di kalangan para siswa”. Model ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar  siswa  dalam  matematika,  yang  mengoptimalkan segala potensi yang ada dalam diri siswa. Alur  pembelajaran  Snow Ball   Throwing   ini adalah melakukan pembelajaran dengan berdiskusi atau berdialog dan menuliskannya sebagai kesimpulan terakhir.

26) Menurut Suprijono (Hizbullah,2011: 8)27) Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana murid

dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

28) Menurut Kisworo (Hardiyanti: 2012) 29) Model pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang

diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

30) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid dalam beberapa kelompok yang nantinya masing-masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya seperti bola kemudian bola tersebut dilempar ke murid yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, selanjutnya masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang

71

Page 75: Teori Belajar Matematika

diperolehnya.31)

Tujuan Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Asrori (2010) Tujuan pembelajaran Snowball Throwing yaitu melatih

murid untuk mendengarkan pendapat orang lain, melatih kreatifitas dan imajinasi murid dalam membuat pertanyaan, serta memacu murid untuk bekerjasama, saling membantu, serta aktif dalam pembelajaran, sedangkan menurut Devi (2011), model pembelajaran Snowball Throwing melatih murid untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada murid lain. Murid yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

Manfaat Pembelajaran Model Snowball Throwing Manfaat menurut Asrori (2010:3) dalam model pembelajaran Snowball

Throwing yaitu: Dapat meningkatkan keaktifan belajar murid. Dapat menumbuh kembangkan potensi intelektual sosial dan emosional

yang ada di dalam diri murid. Dapat melatih murid mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas

dan kreatif. Adanya model pembelajaran Snowball Throwing yang dilaksanakan dalam

bimbingan kelompok dapat meningkatkan kepercayaan diri murid dalam menyampaikan pendapat. Karena metode Snowball Throwing adalah teknik diskusi yang membentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Dengan demikian semua murid mendapat kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapat sesuai dengan pertanyaan yang mereka dapat.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Model Snowball Throwing Model Snowball Throwing memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran model Snowball Throwing menurut Suprijono (Hizbullah, 2011:9) diantaranya: “Melatih kedisiplinan murid dan Saling memberi pengetahuan”, sedangkan menurut Safitri (2011: 19) kelebihan  model Snowball Throwing antara lain: Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan yang bersumber

pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi

pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena murid mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan

72

Page 76: Teori Belajar Matematika

baik. Merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang

sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada teman maupun

guru. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan

pemecahan suatu masalah. Murid akan memahami makna tanggung jawab. Murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial,

budaya, bakat dan intelegensia. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

Selain itu, model ini juga memiliki kelemahan sebagaimana yang dirumuskan oleh Suprijono (Hizbullah, 2011:9) diantaranya “Pengetahuan tidak luas hanya terkuat pada pengetahuan sekitar murid dan Kurang efektif digunakan untuk semua materi pelajaran”.

Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing: Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti

bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir

karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain.

Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung

dalam praktek. Pembelajaran menjadi lebih efektif. Ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.

Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing: Sangat  bergantung  pada kemampuan siswa  dalam memahami materi

sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu

menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.

Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang  termotivasi untuk bekerja sama, tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.

Memerlukan waktu yang panjang. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing Langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dalam melaksanakan Model 

Snowball Throwing sebagaimana dikemukakan Suprijono (Hizbullah, 2011: 10) adalah sebagai berikut:

73

Page 77: Teori Belajar Matematika

Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran.

Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman kelompoknya.

Kemudian masing-masing murid diberi satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu murid ke murid yang lain selama kurang lebih 5 menit.

Setelah tiap murid mendapat satu bola/satu pertanyaan, diberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

Guru bersama dengan murid memberikan kesimpulan atas materi pembelajaran yang diberikan.

Guru memberikan evaluasi sebagai bahan penilaian pemahaman murid akan materi pembelajaran.

Guru menutup pembelajaran dengan memberikan pesan-pesan moral dan tugas di rumah.

Menurut Suprijono dan Saminanto, langkah-langkah pembelajaran model

pembelajaran snowball throwing antara lain: Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan KD yang ingin

dicapai. Guru membentuk siswa berkelompok lalu memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.     

Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit.

Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan, diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

Evaluasi.  Penutup.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran  Snowball Throwing menurut Sopian (2010 : 21-22) sebagai berikut: Guru menyampaikan materi yang disajikan. Guru  membentuk  kelompok-kelompok  dan  memanggil masing-masing 

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi. Masing-masing  Ketua  kelompok  kembali   ke   kelompoknya   masing-

masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada

74

Page 78: Teori Belajar Matematika

temannya. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh Ketua Kelompok.

Kertas kerja tersebut dibuat seperti bola dan di lempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih lima menit.

Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan maka diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan. Guru memberikan evaluasi. Penutup.

Dengan model pembelajaran ini siswa didorong menggunakan

pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. Mungkin ada perbedaan segi pandangan sehingga memberi jawaban yang berbeda. Hal itu tidak menjadi soal, asal pendapat itu logis dan mendekati kebenaran. Jadi siswa dilatih berfikir dan memecahkan masalah sendiri.

Kesimpulan Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran

Snowball Throwing dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas proses pembelajaran siswa khususnya dalam memahami isi berita buku pelajaran maupun surat kabar sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuan dan pengalamannya dan dapat meningkatkan kemampuan menemukan pokok berita dan menyimpulkan isi pokok berita. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran Snowball Throwing dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa.

32) Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

33) Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yang berarti “Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis” merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau, tema sebuah wacana/kliping. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu.

34) Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi: Model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected

(keterhubungan) dan model nested (terangkai). Model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model

shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu).

Model dalam lintas siswa. Sebuah fitur yang bersifat hampir selalu universal dari pengajaran

membaca adalah penggunaaan kelompok membaca yang terdiri atas para siswa dengan tingkat kinerja yang sama. (Hiebert, 1983 dalam slavin (1995 :200))

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition

75

Page 79: Teori Belajar Matematika

termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8) yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika. Dalam kelompok kecil para siswa diberi suatu teks bacaan (cerita/novel) kemudian siswa latihan membaca atau saling membaca, memahami ide pokok, saling merevisi, dan menulis ikhtisar cerita atau tanggapan terhadap isi cerita atau untuk mempersiapkan tugas tertentu dari guru. (mohammad Nur, dalam suyitno 2007:21)

CIRC termasuk dalam pembelajaran kooperatif yang pada aktifitasnya siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim, dan kuis. Siswa tidak akan diberi kuis sampai teman sesama timnya menentukan bahwa mereka siap. Penghargaan tim berupa sertifikat yang diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim pada kegiatan tersebut. Karena siswa bekerja pada bahan yang sesuai dengan tingkat membaca mereka, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil. Konstribusi siswa kepada timnya didasarkan pada skor kuis mereka dan karya tulis akhir mandiri yang menjamin tanggung jawab individual. (Muhammad Nur: 2005 : 13)

Slavin dalam Suyitno (2007:25) menyatakan bahwa “in addition to solving the problems of management and motivation in individualized programmed instruction, CIRC was created to take adventage of the considearable socilization potential of cooperative learning”.

Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok, setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.

Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together). Depdiknas, 2002

Menurut Suprijono (2009:111) pembelajaran aktif adalah salah satu metode pembelajaran yang hakikatnya untuk  mengarahkan    potensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. Dari metode pembelajaran aktif ini, siswa dapat memiliki peran yang cukup besar dalam mengeluarkan seluruh kreatifitas dan kemampuannya selama proses belajar mengajar berlangsung. Sehingga pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar kelas atas, metode pembelajaran ini dapat dipergunakan. Dalam pembelajaran aktif dikenal berbagai tipe yang salah satunya adalah pembelajaran aktif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model Cooperative Integrated Reading and Composition merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada sekolah dimana para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif (Slavin, 2008 :16). Model CIRC ini dapat memotivasi siswa untuk membaca suatu wacana dan memahami isinya, sehingga hasil belajar mereka mengalami peningkatan

76

Page 80: Teori Belajar Matematika

dengan adanya metode tersebut. Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan

Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Jadi, CIRC merupakan program yang komprehensif untuk mengajar pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar.

Fokus utama Fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat

penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja didalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan, dan ejaan. Para siswa termotivasi untuk saling bekerja satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi lainnya yang didasarkan pada pembelajaran seluruh anggota tim.

Unsur-unsur Model Pembelajaran CIRC CIRC  terdiri dari 3 unsur penting kegiatan-kegiatan dasar terkait pengajaran

langsung, pelajaran memahami bacaan, dan seni berbahasa dan menulis terpadu. Semua kegiatan mengikuti siklus regular yang melibatkan presentasi dari guru, latihan tim, latihan independent, pra-penilaian teman, latihan tambahan, dan tes. Sama seperti  TAI, CIRC mempunyai materi dan petunjuk manualnya sendiri.

Unsur utama dari CIRC adalah sebagai berikut: Kelompok Membaca Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau

tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membacanya yang dapat ditentukan oleh guru mereka.

Tim Para siswa dibagi kedalam pasangan (atau trio) dalam kelompok membaca

mereka dan selanjutnya pasangan-pasangan tersebut dibagi kedalam tim yang terdiri dari dua kelompok membaca, misalnya sebuah tim bisa saja terdiri dari dua siswa dari kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa dari kelompok tingkat rendah, anggota tim menerima poin-poin berdasarkan kinerja individual mereka pada semua kuis, karangan, dan buku laporan.

Kegiatan-kegiatan yang Berhubungan dengan cerita Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang

diarahkan guru yang memakan waktu kurang lebih dua puluh menit tiap harinya. Dalam kelompok-kelompok ini, guru menentukan tujuan dari membaca, mendiskusikan ceritanya setelah para siswa selesai membacanya, dan sebagainya. Diskusi mengenai cerita  disusun untuk menekankan kemampuan-kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi dan mengidentifikasi masalah dalam bentuk narasi.

Menceritakan Kembali Cerita Setelah membaca ceritanya kelompok tersebut (siswa) merangkum poin-

poin utama dari cerita tersebut untuk pasangannya.

77

Page 81: Teori Belajar Matematika

Pemeriksaan Oleh Pasangan Jika para siswa telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan mereka

memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan atau memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut.

Tes Pada akhir dari tiga periode kelas para siswa diberikan tes pemahaman

terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk tiap kosa kata, dan diminta untuk membacakan daftar kata-kata dengan keras kepada guru. Pada tes ini para siswa tidak diperbolehkan saling membantu.

Pengajaran Langsung dalam Memahami Bacaan Satu hari dalam setiap satu minggu, para siswa menerima pengajaran

langsung dalam kemampuan khusus memahami bacaan, seperti mengidentifikasikan gagasan utama, memahami hubungan sederhana, dan membuat kesimpulan. Kurikulum tahap demi tahap dirancang untuk tujuan ini. Setelah menyelesaikan tiap pelajaran, para siswa memahami bacaan sebagai sebuah tim serta mendiskusikan masalah-masalah yang masih tersisa dalam rangkaian soal yang kedua.

Seni Berbahasa dan Menulis Terintegrasi Selama periode seni bahasa, penekanan kurikulum ini adalah pada proses

menulis, dan kemampuan mekanika bahasa diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran menulis ketimbang sebagai topik yang terpisah. Pada semua tugas menulis para siswa membuat konsep karangan sesudah berkonsultasi dengan satu timnya dan kepada guru untuk merevisi isi karangan mereka dan kemudian saling menyunting pekerjaan satu sama lainnya menggunakan formulir penyuntingan temannya yang menekankan pada kebenaran tata bahasa dan mekanika bahasa.

Membaca Independen dan Buku Laporan Para siswa diminta untuk membaca buku yang ditukar sesuai dengan

pilihan mereka minimal sekedar dua puluh menit tiap malamnya, formulir paraf orang tua mengindikasikan bahwa siswa telah membaca selama waktu yang diminta dan siswa akan memberikan konstribusi poin pada timnya bila mereka mengumpulkan formulir yang telah selesai tiap minggunya. Para siswa juga diminta untuk menyelesaikan buku laporan secara regular dimana mereka juga mendapat poin tim untuk tugas ini. Apabila siswa telah menyelesaikan paket cerita mereka atau kegiatan-kegiatan lainnya lebih cepat maka mereka boleh membaca buku yang bebas mereka pilih didalam kelas. 

Manfaat Model Pembelajaran CIRC Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, siswa mendapat

pengalaman baru dalam proses pembelajaran, selain itu model pembelajaran CIRC juga mengasah daya pikir siswa karena siswa akan dituntut lebih aktif dan selain itu juga dapat menghemat waktu.

Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, guru dapat dengan mudah menyampaikan materi pelajaran, selain itu guru juga lebih kreatif dalam penyampaian materi serta dalam memotivasi peserta didik. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, sekolah akan lebih bermutu karena

78

Page 82: Teori Belajar Matematika

peningkatan keberhasilan dari hasil belajar siswa. Komponen-Komponen dalam  Model Pembelajaran CIRC Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005:3 - 4)

memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain: Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5

siswa. Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian

sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu.

Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya.

Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Langkah-langkah model pembelajaran CIRC Langkah-langkah model pembelajaran CIRC dikelas sebagai berikut:

Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan

memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.

Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.

Langkah-langkah model pembelajaran CIRC sebagai berikut: Pendahuluan

a) Fase Pertama, Pengenalan konsep.b) Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru

yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.

c) Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi.d) Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap

pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk

79

Page 83: Teori Belajar Matematika

membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.

e) Fase Ketiga, Publikasi.f) Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan,

membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.

g)h) Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut:

Menentukan peringkat siswa, dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai terendah.

Menentukan jumlah kelompok, jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

Penyusunan anggota kelompok, Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.

Kegiatan dalam Model Pembelajaran CIRC Selanjutnya kegiatan pokok dalam CIRC dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah juga meliputi kegiatan lainya, yaitu: Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal. Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk

menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel.

Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah. Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian.

Penerapan Model Pembelajaran CIRC Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah dapat ditempuh dengan cara berikut, antara lain: Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada

penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan.

Guru memberikan latihan soal. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam

menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen. Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah

80

Page 84: Teori Belajar Matematika

dan membagikannya kepada setiap kelompok. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian

kegiatan bersama yang spesifik. Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru

mengawasi kerja kelompok. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan.

Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator. Guru memberikan tugas/PR secara individual. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal

pemecahan masalah. Guru memberikan kuis.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CIRC Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:

Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.

Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak.

Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama.

Pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak.

Terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.

Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna.

Menumbuh kembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.

Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar. (Saifulloh, 2003)

Kekurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:

Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.

Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan model

pembelajaran CIRC sebagai berikut: CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam

menyelesaikan soal pemecahan masalah. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek

81

Page 85: Teori Belajar Matematika

pekerjaannya. Membantu siswa yang lemah.

Kekurangan model CIRC adalah: Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil. Tidak semua siswa bisa mengerjakan soal dengan teliti.

Hasil belajar pada Model Pembelajaran CIRC Menurut Hamalik (2003:31) “hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai,

pengertian, sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan dari adanya proses belajar”. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan bukti dari adanya perubahan tingkah laku siswa setelah menerima pelajaran dari guru. Hamalik (2003:183) “perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh berbagai alternatif faktor-faktor, antara lain: Faktor kematangan akibat kemajuan umur kronologis. Latar belakang masing-masing. Sikap. Bakat atas suatu bidang pelajaran yang diberikan.

Selama ini kemampuan menggunakan metode pembelajaran belum begitu

maksimal memperoleh perhatian  dari sekolah, khususnya guru Bahasa Indonesia. Seharusnya kemampuan mengunakan metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran sehari hari di sekolah.

Pada hakekatnya kemampuan menggunakan metode pembelajaran CIRC sangat dominan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Karena guru membutuhkan pengetahuan dan tata cara khusus , maka dari itu sejak awal hendaknya ditanamkan bagaimana cara menggunakan metode CIRC yang benar pada diri siswa sehingga kelak mereka mampu berkarya hidup di masyarakat. Mengingat begitu pentingnya penggunaan metode CIRC, maka guru berkeinginan meningkatkan hasil belajar siswa di klas atas terutama pelajaran Bahasa Indonesia.

Menurut  buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang (UM, 2010:58) dinyatakan bahwa “Peneliti adalah pihak yang merasakan adanya masalah yang perlu diselesaikan, oleh karena itu, kehadiran peneliti (guru) di dalam kancah penelitian sangatlah penting artinya agar dapat menghayati apa yang sebenarnya terjadi di lapangan”. Dari paparan diatas maka peran peneliti (guru) di dalam penelitian di lapangan mutlak  diperlukan, karena peneliti (guru) bertindak sebagai instrument kunci yakni sebagai pengumpul data, penganalisis data, pengamat, sekaligus sebagai fasilitator  dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dalam upaya mengatasi masalah hasil belajar siswa yang rendah. Peneliti ( guru ) bertindak untuk melangsungkan proses pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe  Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) guna mencapai keberhasilan berupa peningkatan hasil belajar siswa di kelas atas. Bertitik tolak dari hasil yang diperoleh siswa di kelas atas dapat diimplikasikan: Guru memperoleh bahan pertimbangan guna pengembangan metode

mengajar bahasa Indonesia. Pembaca lain dapat menjadikan hasil siswa ini sebagai bahan referensi

82

Page 86: Teori Belajar Matematika

untuk peningkatan hasil belajar serupa dengan obyek yang berbeda. Mengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum dapat sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan.

Evaluasi materi yang Cocok untuk SMP/SMA dengan Metode CIRC Terdapat beberapa materi matematika yang sesuai diterapkan dengan metode

CIRC. Misalnya: Pemfaktoran bentuk aljabar, menyelesaikan bilangan (bulat, pecahan, dll), sistem persamaan linear, segi empat (layang-layang, jajaran genjang, persegi, belah ketupat, persegi panjang). Walaupun pemanfaatan metode ini tidak sebatas hanya pada materi-materi ini saja.

35) Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

36) Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”.

37) Dengan demikian contextual diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.

38) Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.

39) Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007), CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

40) Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2007), CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.

41) Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

42) Pengajaran  kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di  Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.

43) Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan  untuk  segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari  program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan  partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.

44) Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran

83

Page 87: Teori Belajar Matematika

konvensional sebagai berikut:

45) CTLCenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin).Pemilihan informasi ditentukan oleh guru.

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa.

Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan.

Matematika

Vertikal

Menerapkan penilaian autentik melalui melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah.

Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang.

84

Page 88: Teori Belajar Matematika

85

Page 89: Teori Belajar Matematika

86

Page 90: Teori Belajar Matematika

87

Page 91: Teori Belajar Matematika

88

Page 92: Teori Belajar Matematika

89

Page 93: Teori Belajar Matematika

90

Page 94: Teori Belajar Matematika

91

Page 95: Teori Belajar Matematika

92

Page 96: Teori Belajar Matematika

93

Page 97: Teori Belajar Matematika

94

Page 98: Teori Belajar Matematika

95

Page 99: Teori Belajar Matematika

96

Page 100: Teori Belajar Matematika

97

Page 101: Teori Belajar Matematika

98

Page 102: Teori Belajar Matematika

99

Page 103: Teori Belajar Matematika

100

Page 104: Teori Belajar Matematika

101

Page 105: Teori Belajar Matematika

102

Page 106: Teori Belajar Matematika

103

Page 107: Teori Belajar Matematika

104

Page 108: Teori Belajar Matematika

105

Page 109: Teori Belajar Matematika

106

Page 110: Teori Belajar Matematika

107

Page 111: Teori Belajar Matematika

108

Page 112: Teori Belajar Matematika

109

Page 113: Teori Belajar Matematika

110

Page 114: Teori Belajar Matematika

111

Page 115: Teori Belajar Matematika

112

Page 116: Teori Belajar Matematika

113

Page 117: Teori Belajar Matematika

114

Page 118: Teori Belajar Matematika

115

Page 119: Teori Belajar Matematika

116

Page 120: Teori Belajar Matematika

117

Page 121: Teori Belajar Matematika

118

Page 122: Teori Belajar Matematika

119

Page 123: Teori Belajar Matematika

120

Page 124: Teori Belajar Matematika

121

Page 125: Teori Belajar Matematika

122

Page 126: Teori Belajar Matematika

123

Page 127: Teori Belajar Matematika

124

Page 128: Teori Belajar Matematika

125

Page 129: Teori Belajar Matematika

126

Page 130: Teori Belajar Matematika

127

Page 131: Teori Belajar Matematika

128

Page 132: Teori Belajar Matematika

129

Page 133: Teori Belajar Matematika

130

Page 134: Teori Belajar Matematika

131

Page 135: Teori Belajar Matematika

132

Page 136: Teori Belajar Matematika

133

Page 137: Teori Belajar Matematika

134

Page 138: Teori Belajar Matematika

135

Page 139: Teori Belajar Matematika

136

Page 140: Teori Belajar Matematika

137

Page 141: Teori Belajar Matematika

138

Page 143: Teori Belajar Matematika

d)

a)

b)

c)

140

Page 144: Teori Belajar Matematika

d)

e)

f)

141

Page 145: Teori Belajar Matematika

a)

b)

c)

142

Page 146: Teori Belajar Matematika

d)

143

Page 147: Teori Belajar Matematika

144

Page 148: Teori Belajar Matematika

145

Page 149: Teori Belajar Matematika

146

Page 150: Teori Belajar Matematika

147

Page 151: Teori Belajar Matematika

148

Page 152: Teori Belajar Matematika

149

Page 153: Teori Belajar Matematika

150

Page 154: Teori Belajar Matematika

151

Page 155: Teori Belajar Matematika

152

Page 156: Teori Belajar Matematika

153

Page 157: Teori Belajar Matematika

154

Page 158: Teori Belajar Matematika

155

Page 159: Teori Belajar Matematika

156

Page 160: Teori Belajar Matematika

157

Page 161: Teori Belajar Matematika

46)

158

Page 162: Teori Belajar Matematika

MEalah suatu teori pembelajaran dalam pendidikan matem

159

Page 163: Teori Belajar Matematika

atika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupu

160

Page 164: Teori Belajar Matematika

n vertikal.

ME adalah suatu pendekatan dimana matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia (Freudental, 1973, Treffers, 1987, De moor, 1994 dalam Ahmad Fauzan 2001: 1). Kata realistik diambil dari salah satu diantara empat pendekatan

161

Page 165: Teori Belajar Matematika

dalam pendidikan matematika. Menurut klasifikasi Treffers yaitu mekanistik, empirik, strukturalistik dan realistik. (Marpaung, 2001 : 2).a.

b.

162

Page 166: Teori Belajar Matematika

163

Page 167: Teori Belajar Matematika

c.

d.

164

Page 168: Teori Belajar Matematika

e.

f.

165

Page 169: Teori Belajar Matematika

166

Page 170: Teori Belajar Matematika

g.

h.

167

Page 171: Teori Belajar Matematika

168

Page 172: Teori Belajar Matematika

i.j.

169

Page 173: Teori Belajar Matematika

k.

Matematika

Horizontal

Mekanistik - -

Empiristik + -

Strukturalistik - +

Realistik + +

Sumber : Freudenthal , 1991 : 48

Jadi pembelajaran tidak mulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat dan selanjutnya diikuti dengan contoh-contoh, namun sifat, definisi, teorema itu diharapkan “seolah-olah ditemukan kembali” oleh siswa (Soedjadi, 2001: 2). Jelas bahwa dalam pembelajaran matematika realistik siswa ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan agar dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.

Model pembelajaran RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 oleh institut Freudenthal dan menunjukan hasil yang baik, berdasarkan hasil The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2000. Menurut Freudenthal, aktivitas pokok yang dilakukan dalam RME meliputi:

a. Menemukan masalah-masalah atau soal-soal kontekstual (looking for problems).

b. Memecahkan masalah (problem solving).c. Mengorganisasikan bahan ajar (organizing a subject matter).

Perkembangan matematika yang mengunakan metode demonstrasi atau realistic telah berkembang di beberapa negara maju, misalnya : di Belanda dengan nama Realistics Mathematics Eduation (RME), di Amerika berkembang dengan nama Contextual Teaching Education Learning in Mathematics (CTL) atau Contextual Mathematics Education (CMA) di Belanda RME telah berkembang sejak tahun 1970-an dan usaha pengembangan masih terus berlanjut dikarenakan menurut Suryanto dalam Wardhani (2003:3) ada alasan yang mendukung perkembangan tersebut yaitu : Pendidikan matematika mekanistik yaitu pendidikan matematika yang

berfokus pada prosedur penyelesaian soal belum sepenuhnya dapat disingkirkan.

RME berlandaskan pada paham matematika dinamis

170

Page 174: Teori Belajar Matematika

Matematika merupakan kegiatan manusia sehingga teori pendidikan matematika bukan teori yang terhenti.

Desain Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)Desain pembelajaran matematika realistik, sebagai berikut. Tujuan

Lange (1995) menyatakan bahwa terdapat tiga tingkatan tujuan dalam pendidikan matematika yaitu:(1)   Lower level(2)   Middle level(3)   Higher order levelPembelajaran matematika realistik haruslah meliputi semua tingkatan tujuan. Tingkat rendah lebih difokuskan pada pengetahuan konseptual dan prosedural. Tingkat menengah dan atas lebih difokuskan kepada kemampuan pemecahan masalah, berargumentasi, berkomunikasi, dan pembentukan sikap kritis siswa.

MateriLange (1996) menegaskan bahwa “Materi merupakan asosiasi aktivitas kehidupan nyata yang sangat spesifik, pengetahuan dan strategi digunakan dalam konteks dari situasi”. Beragam soal kontekstual digabungkan dalam kurikulum di mulai dari awal.

AktivitasPeran guru dalam pembelajaran matematika realistik di dalam kelas (Lange, 1996; Gravemeijer, 1994) adalah sebagai fasilitator, pengatur, penterjemah, dan evaluator sebagai dasar dari suatu proses matematika, secara umum dapat digambarkan langkah-langkah peran guru sebagai proses dasar dalam pembelajaran matematika realistik sebagai berikut.a. Berikan soal kontekstual pada siswa yang berhubungan dengan topik

pembelajaran sebagai titik awal.b. Pada waktu terjadi interaksi, berikan siswa petunjuk contohnya,

dengan menggambarkan tabel pada papan tulis, memadu siswa seorang-seorang atau dalam kelompok kecil yang sekiranya membutuhkan bantuan guru.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan jawaban temannya dalam diskusi kelas. Diskusi bertujuan untuk mengarahkan interpretasi siswa dalam menterjemahkan soal kontekstual dan menyimpulkan solusi yang lebih efisien dari beberapa jawaban yang bervariasi.

d. Biarkan siswa menemukan solusi dengan cara mereka sendiri. Artinya siswa bebas untuk membuat pernyataan dengan tingkat kemampuannya, untuk membangun pengalaman dalam pengetahuan, dan memainkan jawaban pendek pada langkah-langkah yang mereka kerjakan.

e. Berikan soal lain dalam konteks yang sama. Dalam hal lain, peranan siswa dalam pembelajaran matematika realistik harus bekerja sendiri-sendiri atau kelompok, mereka harus lebih percaya diri sendiri, dan mereka menjawab dengan free production atau kontribusi.

Evaluasi

171

Page 175: Teori Belajar Matematika

Lange (1995) merumuskan lima prinsip dalam evaluasi yang dapat dijadikan acuan dalam membuat evaluasi dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:a. Tujuan dasar tes adalah untuk meningkatkan kualitas belajar dan

mengajar. Artinya evaluasi harus dapat mengukur siswa selama pembelajaran, bukan sekedar penyediaan informasi tentang hasil belajar dalam bentuk nilai.

b. Metode penilaian harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa untuk menggambarkan apa yang mereka ketahui bukan mengungkapkan apa yang tidak mereka ketahui. Hal tersebut dapat diadakan dengan memiliki soal yang terbuka, atau mempunyai strategi jawaban yang berbeda.

c. Tes harus melibatkan semua tujuan dari pendidikan matematika, proses berfikir tingkat rendah, menengah, dan tinggi.

d. Alat evaluasi harus bersifat praktis, sehingga kontruksi tes dapat disusun dengan format yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan serta pencapaian tujuan yang ingin diungkapkan.

Prinsip Model Pembelajaran RMEMenurut Asikin (2001: 2-3), tiga prinsip utama RME adalah: Guided Reinvention dan Progressive Mathematization yaitu Melalui topik-

topik yang disajikan, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama sebagaimana konsep matematika ditemukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan sejarah matematika, memberikan contextual problems yang mempunyai berbagai solusi, dilanjutkan denganmathematizing prosedur solusi yang sama, serta perancangan alur belajar sedemikian rupa sehingga siswa menemukan sendiri konsep atau hasil. Situasi yang berisikan fenomena dan dijadikan bahan serta area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata. Dalam hal ini, matematisasi horisontal dan vertikal haruslah dijadikan dasar untuk berangkat dari tingkat belajar matematika secara real ke tingkat belajar matematika secara formal. Matematisasi horisontal meliputi pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematik. Sedangkan matematisasi vertikal meliputi representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika, penggunaan model-model yang berbeda, serta penggeneralisasian.

Didactical PhenomenologyTopik-topik matematika disajikan atas dua pertimbangan yaitu aplikasinya serta kontribusinya untuk pengembangan konsep-konsep matematika selanjutnya.

Self Developed Models, merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi konkrit atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model suatu situasi yang dekat dengan siswa . Dengan generalisasi dan formalisasi model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Model-of akan bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis, kemudian pada akhirnya akan menjadi pengetahuan.

172

Page 176: Teori Belajar Matematika

Sejalan dengan konsep asalnya, tiga prinsip dasar yang mengawali RME yaitu guided reinvention and progressive mathematization, didactial phenomenology, serta self-developed models (2009:2). Prinsip RME menurut Van den Heuvel-Panhuizen dalam Supinah (2009 : 75) adalah sebagai berikut. Prinsip aktivitas yaitu matematika adalah aktivitas manusia. Pembelajar

harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. Menurut Freudental, karena ide proses matematisasi berkaitan dengan pandangan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia, maka cara terbaik untuk mempelajari matematika adalah melaluidoing yakni dengan mengerjakan.

Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa. Tujuan utama adalah agar siswa mampu mengaplikasikan matematika. Dengan demikian tujuan yang paling utama adalah agar siswa mampu menggunakan matematika yang mereka pahami untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Prinsip realitas ini tidak hanya dikembangkan pada tahap akhir dari suatu proses pembelajaran melainkan dipandang sebagai suatu sumber untuk belajar matematika.

Prinsip berjenjang artinya dalam belajar matematika siswa melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisasi memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal.

Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik.

Prinsip interaksi yaitu matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan itu serta menanggapinya.

Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan untuk menemukan (reinvention) pengetahuan matematika secara terbimbing.

Implementasi pendidikan matematika relistik di indonesia harus dimulai dengan mengadaptasi RME sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia. Terdapat lima prinsip utama dalam “kurikulum” matematika realistik,antara lain: Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu

sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan

simbol-simbol. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran

menjadi konstruktif dan produktif. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika. Intertwining (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan atau

standar kompetensi.

173

Page 177: Teori Belajar Matematika

Tujuan dilaksanakannya penilaian untuk memberi gambaran informasi tentang proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan dan dapat juga sebagai alat untuk membantu proses pengambilan keputusan.De Lange (1987) dalam Zulkardi (2002 : 35) “merumuskan lima prinsip panduan penaksiran atau penilaian dalam RME”, seperti berikut.1. Tujuan utama pengujian adalah untuk memperbaiki proses belajar-

mengajar.2. Metode penilaian sebaiknya dapat memudahkan para murid

mendemonstrasikan apa yang mereka tahu ketimbang apa yang tidak tahu.3. Penilaian sebaiknya mengoperasionalkan semua tujuan pendidikan

matematika.4. Kualitas penilaian matematika tidak ditentukan oleh kemudahan akses

terhadap penilaian objektif.5. Alat penilaian sebaiknya praktis, cocok dengan praktik sekolah umum.

Karakteristik Pembelajaran RME Pembelajaran RME mempunyai karakteristik menggunakan konteks dunia

nyata, model-model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan (interteinment) (dalam Depdiknas,   1991 : 35).

Menggunakan Konteks “Dunia Nyata. Pada Gambar  Konsep Matematika (De Lange, 1987 : 15) berpendapat

bahwa, “Dalam RME, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (“dunia nyata”), sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung”.

Proses pencairan (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De Lange (1987 : 18) sebagai Matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa, dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (Applied Mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi pengalaman sehari-hari (Mathematization of everyday experience ) dan penerapan matematika dalam sehari-hari (dalam Freudenthal, 2000 : 12).

Menggunakan Model-Model (Matematisasi)Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematisasi yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Melalui penalaran matematis model-of akan bergeser menjadi model-far masalah yang sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model matematika formal.

Menggunakan Produksi dan KonstruksiStretland (dalam Depdiknas, 1991 : 45)  menekankan bahwa “dengan pembuatan “Produksi Bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar”. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan

174

Page 178: Teori Belajar Matematika

masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkontruksi pengetahuan matematika formal.

Menggunakan InteraksiInteraksi antara siswa dan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.

Menggunakan KeterkaitanDalam RME pengintegrasian unti-unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.

Matematika Realistik (MR) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal, pembelajaran MR dikelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik RME, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal, selanjutnya siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah di bidang lain. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah-masalah. Karena matematika realistik menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran maka situasi masalah perlu diusahakan benar-benar kontekstual atau sesuai pengalaman siswa, sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan cara-cara informal melalui matematisasi horizontal. Cara-cara informal yang ditunjukkan oleh siswa digunakan sebagai inspirasi pembentukan konsep atau aspek matematiknya melalui matematika vertikal. Melalui proses matematisasi horizontal-vertikal diharapkan siswa dapat memahami atau menemukan konsep-konsep matematika (pengetahuan matematika formal).

Langkah-langkah penerapan dalam pembelajaran RMEUntuk memberikan gambaran tentang implementasi pembelajaran matematika realistik, misalnya diberikan contoh tentang pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan pecahan kepada siswa sebaiknya pembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian menjadi bilangan yang sama misalnya pembagian kue, supaya siswa memahami pembagian dalam bentuk yang sederhana dan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa benar-benar memahami pembagian setelah siswa memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran bukan matematika

175

Page 179: Teori Belajar Matematika

realistik dimana siswa sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan. Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar matematika, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain. Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep.  Siswa mengalami kesulitan matematika di kelas.  Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran Matematika Realistik (MR).Menurut Suyitno (2004: 38), implementasi pembelajaran RME di sekolah adalah sebagai berikut. Guru menyiapkan beberapa soal realistik (ada kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari) yang akan dikerjakan siswa secara informal atau coba-coba karena langkah penyelesaian formal untuk menyelesaikan soal tersebut belum diberikan.

Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dengan berprinsip pada penghargaan terhadap keberagaman jawaban dan kontribusi siswa.

Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan temuannya di depan kelas. Dengan tanya jawab, guru mungkin perlu mengulang jawaban siswa

terutama jika ada pembiasan konsep. Guru baru menunjukkan langkah formal yang diperlukan untuk

menyelesaikan soal tersebut. Bisa didahului dengan penjelasan tentang materi pendukungnya.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Realistic Mathematic Education adalah sebagai berikut :

AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA

Guru memberikan siswa masalah kontekstual.

Guru merespon secara positif jawaban siswa. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif.

Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka.

Siswa secara mandiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal.

Siswa memikirkan strategi yang paling efektif.

Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut.

176

Page 180: Teori Belajar Matematika

Guru mendekati siswa sambil memberikan bantuan seperlunya.

Guru mengenalkan istilah konsep.

Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita serta jawabannya sesuai dengan matematika formal.

Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis, melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan.

Siswa merumuskan bentuk matematika formal.

Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran RMEKelebihan RMEMenurut Suwarsono (2001:5) terdapat beberapa kekuatan atau kelebihan dari pembelajaran matematika realistik, yaitu. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas

kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia.

Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.

Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan orang yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian masalah tersebut.

Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu (misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan tercapai.

Kelemahan RMEAdanya persyaratan-persyaratan tertentu agar kelebihan RME dapat muncul justru menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menerapkannya. Kesulitan-kesulitan tersebut, yaitu. Tidak mudah untuk merubah pandangan yang mendasar tentang berbagai

hal, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal atau masalah kontekstual, sedangkan perubahan itu merupakan syarat untuk dapat diterapkannya RME.

Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah

177

Page 181: Teori Belajar Matematika

untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara.

Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.

Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.

BAB IV

178

Page 182: Teori Belajar Matematika

STRATEGI DAN PENDEKATAN BELAJAR

A. Strategi PembelajaranSecara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.Strategi pembelajaran menurut para ahli:Sudirdja dan Siregar (2004:6)Strategi pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapainya.Miarso (2004:530)Strategi pembelajaran adalah pendekatan yang menyeluruh dalam sebuah system pembelajran dalam bentuk pedoman dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran.Kemp (1995)Strategi pembelajran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat di capai secara efektif dan efisien.

Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian diatas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk rancangan penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya / kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.  Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas, yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi. Tidak semua tujuan dapat dicapai hanya dengan satu strategi saja.  Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efesien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, sebelum menetukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.

Pertimbangan yang berubungan dengan tujuan yang ingin dicapai Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran Pertimbangan dari sudut siswa Pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Konteks Standar Proses PendidikanPrinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut: Berorentasi pada tujuan

Dalam system pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktifitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh

179

Page 183: Teori Belajar Matematika

karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

AktivitasBelajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas siswa, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap sisw yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak.

IndividualitasMengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Demikian juga halnya dengan guru, dikatakan guaru yang baik dan professional manakalah ia menangani 50 orang siswa, seluruhnya berhasil mencapai tujuan; dan sebaliknya, dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil manakala ia menangani 50 orang siswa, 49 tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

IntegritasMengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.

Macam-macam Strategi BelajarPengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Pembelajaran strategi lebih menekankan pada kognitif, sehingga pembelajaran ini dapat disebut dengan strategi kognitif. Strategi belajar dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : Strategi Mengulang (Rehearsal)

Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal) dengan cara mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note).

Strategi ElaborasiElaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian (Nur,2000:30). Strategi ini dapat dibedakan menjadi:a. Notetaking (pembuatan catatan); pembuatan catatan membantu siswa dalam

mempelajari informasi secara ringkas dan padat untuk menghafal atau pengulangan. Metode ini digunakan pada bahan ajar kompleks, bahan ajar konseptual dimana tugas yang penting adalah mengidentifikasi ide-ide utama.Membuat catatan memerlukan proses mental maka lebih efektif daripada hanya sekedar menyalin apa yang dibaca, Analogi yaitu perbandingan-perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti sistem kerja otak dengan komputer dan 3) Metode PQ4R adalah preview,question, read, reflect, recite dan review.

180

Page 184: Teori Belajar Matematika

Prosedur PQ4R memusatkan siswa pada pengorganisasian informasi bermakna dan melibatkan siswa pada strategi-strategi yang efektif.

Strategi OrganisasiStrategi Organisasi bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur peng-organisasian baru pada materi-materi tersebut. Strategi organisasi mengidentifikasi ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Strategi ini meliputi:a. Pembuatan Kerangka (Outlining); dalam pembuatan kerangka garis besar,

siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.

b. Pemetaan ( mapping) biasa disebut pemetaan konsep di dalam pembuatannya dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain.

c. Mnemonics; berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi-strategi untuk membantu ingatan dengan membantu membentuk assosiasi yang secara alamiah tidak ada. Suatu mnemonics membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang. Contoh mnemonics yaitu : Chunking (pemotongan) Akronim (singkatan), Kata berkait (Link-work): suatu mnemonics untuk

belajar kosa kata bahasa asing. Strategi Metakognitif

Metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau berfikir tentang kemampuannya untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan benar. Metakognitif mempunyai dua komponen yaitu :a. Pengetahuan tentang kognitif yang terdiri dari informasi dan pemahaman yang

dimiliki seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri dan pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu.

b. Mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif.

Model Strategi Pembelajaran Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menenakankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal atau strategi ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung. Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”.Prinsip penggunaan strategi pembelajaran ekspositori:a. Berorientasi pada tujuanb. Prinsip komunikasic. Prinsip kesiapand. Prinsip berkelanjutan

Langkah dalam penerapan strategi ekpositori

181

Page 185: Teori Belajar Matematika

a. Persiapan (preparation)b. Penyajian (presentation)c. Menghubungkan (correlation)d. Menyimpulkan (generalization)e. Penerapan (application)

Kelebihan strategi ekspositoria. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasaan materi pembelajaran,

dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

b. Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

c. Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa melihat atau mengobservasi.

d. Strategi pembelajaran ini bias digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Kelemahan strategi ekspositoria. Strategi ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang

memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.b. Karena strategi ini lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan

sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi.

c. Gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas.

Strategi Pembelajaran InquiryPembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”. Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

Prinsip penggunaan strategi pembelajaran Inquirya. Berorientasi pada pengembangan intelektualb. Prinsip interaksic. Prinsip bertanyad. Prinsip belajar untuk berpikire. Prinsip keterbukaan

Langkah pelaksanaan strategi pembelajaran Inquirya. Orientasib. Merumuskan masalahc. Mengajukan hipotesisd. Mengumpulkan data

182

Page 186: Teori Belajar Matematika

e. Menguji hipotesisf. Merumuskan kesimpulan

Keunggulan strategi pembelajaran Inquirya. Strategi menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Kelemahan strategi pembelajaran Inquirya. Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit

mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.b. Stretegi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena

terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian maslaah yang dihadapi secara ilmiah. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah di dasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Keunggulan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)a. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan tekhnik yang cukup

bagus untuk lebih memahami isi pembelajaran.b. Pemecahan masalah (problem Solving) dapat menantang kemampuan

siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa. Akan tetapi, siswa di bombing untuk menemukan sendiri konsep yang harus

183

Page 187: Teori Belajar Matematika

dikuasai melalui proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Walaupun tujuan SPPKB sama dengan strategi pembelajaran inkuiri (SPI), yaitu agar siswa dapat mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri, akan tatapi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada pola pembelajarannya yang digunakan. Dalam pola pembelajaran SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa sebagai titik tolak berfikir, bukan teka-teki yang harus di cari jawabannya seperti dalam pola inkuiri.

Strategi Pembelajaran KooperatifModel pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan berlajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu:1. Adanya peserta dalam kelompok.2. Adanya aturan kelompok.3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok.4. Adanya tujuan yang harus dicapai.Urutan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok.

Keunggulan SPKa. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan

tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

Kelemahan SPKa. Untuk memahami dan mengerti filosof SPK memang butuh waktu.

Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.

b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

184

Page 188: Teori Belajar Matematika

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang kita pahami yaitu sebagai berikut ini Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk

menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi Pembelajaran AfektifStrategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga. Strategi Pembelajaran Afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.

B. Pendekatan dalam PembelajaranInteraksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan. Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran.Pendekatan (approach) pembelajaran fisika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

185

Page 189: Teori Belajar Matematika

Dilihat  dari  pendekatannya,  pembelajaran  terdapat  dua  jenis  pendekatan,  yaitu:  Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau  berpusat  pada  siswa  (student

centered  approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.

Fungsi Pendekatan dalam PembelajaranSebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan. a. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.b. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.c. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul.d. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajarana. Pendekatan Individual

Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebgai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya. Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini: Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak

didik dan membuat hubungan saling percaya. Membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.

186

Page 190: Teori Belajar Matematika

Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian.

Menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.

Ciri-ciri pendekatan individual: Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan

memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk aktif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.

Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.

Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.

Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.

Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual. Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu: Memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-

masing secara penuh dan tepat. Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui

diskusi kelompok. Mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan. Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat

mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru. Memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya. Latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat

menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang ada. Menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru. Memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif

berbuat yang lebih baik. Mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa yang

tergolong lamban.

Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum: Proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah

bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik. Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan

individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah diri/minder dalam pembelajaran.

187

Page 191: Teori Belajar Matematika

Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola dengan baik.

Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh.

b. Pendekatan KelompokDalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.Ketika guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.Dalam pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.

c. Pendekatan BervariasiKetika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan. Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara

188

Page 192: Teori Belajar Matematika

(berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.

d. Pendekatan EdukatifApapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya. Jadi, barisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu masuk. Disisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbaris didepan pintu masuk kelas. Semua anak dipersilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu persatu masuk kelas, mereka satu persatu menyalami guru. Semua anak-anak masuk dan pelajaran pun dimulai.Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah

189

Page 193: Teori Belajar Matematika

meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.Kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai kasus yang terjadi selain dapat didekati dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan mendidik.

e. Pendekatan KeagamaanPendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.

f. Pendekatan KebermaknaanBahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris.Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang pertama di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan. Ada beberapa konsep penting  yang  menyadari pendekatan ini sebagai berikut: Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan

melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata). Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang

merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natural.

190

Page 194: Teori Belajar Matematika

Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.

Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.

Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.

Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.

Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.

Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.

Tipe-tipe pendekatan Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghafal. Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa.Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas

191

Page 195: Teori Belajar Matematika

berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan:a) Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.b) Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang

siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.c) Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa

manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah berguna bagi hidupnya.

d) Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar daripada pemberi informasi.

e) Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.

Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu: Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme.

Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.

Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

Mentransfer, Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

192

Page 196: Teori Belajar Matematika

Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan. Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu). Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivismeDengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.

Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,

193

Page 197: Teori Belajar Matematika

peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

Pendekatan Induktif Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.

Pendekatan KonsepPendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.Ciri-ciri suatu konsep adalah: Konsep memiliki gejala-gejala tertentu. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman. konsep yang benar membentuk pengertian.

Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu, Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah: Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai dengan unsur

lingkungan. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah

dimengerti. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula

sampai konsep yang komplek. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu: Tahap enaktik

Tahap enaktik dimulai dari:a. Pengenalan benda konkret. b. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.

194

Page 198: Teori Belajar Matematika

c. Pengamatan, penafsiran tentang benda baru. Tahap simbolik

Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf. kode, seperti (? = ,/) dll. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta defenisi.

Tahap ikonikTahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

Pendekatan Proses Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat

Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.

Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

DAFTAR PUSTAKA

http://akirawijayasaputra.wordpress.com/2012/03/14/10-teori-belajar-menurut-ahli-2/

Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi Buku 1, 2007, Jakarta: Salemba Empat,

195

Page 199: Teori Belajar Matematika

DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta.

Uno, Hamzah B. (2007) Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Simamora, Roymond H. (2009). BUKU AJAR PENDIDIKAN. Jakarta : EGC

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.

Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Nur, M. 2000. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, University Press.

Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Drs. Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Siahaan, Padimun. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Ekonomi – FE Unimed

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

http://muhammad-win-afgani.blogspot.com/2009/02/komponen-strategi-pembelajaran.html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/

http://herdy07.wordpress.com/2012/03/17/apa-perbedaannya-model-metode-strategi-pendekatan-dan-teknik-pembelajaran/

Bahri Djamarah, Syaiful. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful Bahri Djamarah dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Roestiyah H.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007).

Wina Sanjana, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007).

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009).

Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007).

Hamruni, Strategi Dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009).

Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG): Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Mansyur. (2009). Belajar Matematika.

Fitrianti,asti. (2008). Pembelajaran RME dengan TGT terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa SMA.

196

Page 200: Teori Belajar Matematika

A’dun, Akbar. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Cipta Media.

Tiya. 2010. Metode dan Media Pembelajaran Ips di Sd. Online.

Gusti, I Putu. 2006. Matematika Realistik. Jurnal.

A home of Knowledge (2010). Realistic Mathematics Education.

http://alizbomb.blogspot.com/2013/07/langkah-model-pembelajaran

http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/05/pendekatan-pembelajaran-realistic.html

http://eduadventure.blogspot.com/2012/08/model-pembelajaran-realistic-mathematic.html

http://kangmansyur.blogspot.com/2009/04/rme.html.

http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/01/13/metode-demonstrasi-realistikrealistics-mathematics-eduation-rme/.

http://asti84.wordpress.com/2008/10/27/pembelajaran-rme-realistic-mathem atics-education-dengan-tgt-teams-games-tournament-terhadap-komunikasi-matematik-siswa-sma/.

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/38/Matematika Realistik.html.

http://tiyapoenya.blogspot.com/2010/12/metode-dan-media-pembelajaran-ips-di-sd.html.

197