Teori Belajar Thorndike

22
Makalah: TEORI BELAJAR THORNDIKE Mata Kuliah: BELAJAR dan PEMBELAJARAN 1 Disusun oleh: Mahasiswa Program Studi Matematika FKIP UNRAM Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike1

description

Makalah Teori Belajar Thorndike

Transcript of Teori Belajar Thorndike

Page 1: Teori Belajar Thorndike

Makalah:

TEORI BELAJAR THORNDIKE

Mata Kuliah:

BELAJAR dan PEMBELAJARAN 1

Disusun oleh:

Mahasiswa Program Studi Matematika

FKIP UNRAM

Angkatan 2011

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike1

Page 2: Teori Belajar Thorndike

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan selalu dihadapi oleh setiap

orang.Belajar adalah dasar untuk memahami perilaku.Maka dari itu banyak ahli membahas dan

menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran

setiap teori yang dihasilkan tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori – teori itu dalam

praktek kehidupan

Sehubungan dengan itu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan salah satu usaha

yang dilakukan adalah memahami bagaimana anak–anak belajar.Apakah perilaku yang

menandakan bahwa belajar telah berlangsung pada diri mereka?Bagaimana informasi yang

diperoleh dari lingkungan diproses dalam fikiran mereka sehingga menjadi milik mereka dan

kemudian mereka kembangkan?Dan bagaimana pula seharusnya informasi itu disajikan agar

mereka dapat mencerna dan lama diingat atau bertahan dalam fikiran mereka.

Sedangkan teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar

tertentu.Dengan perkembangannya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu

bermunculan pula berbagai teori tentang belajar, justru dapat dikatakan bahwa dengan

tumbuhnya pengetahuan tentang belajar.Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang

sangat pesat. Didalam masa perkembangan psikologi pendidikan dijaman mutakkhir ini

muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu :

- Psikologi Behavioristik

- Psikologi Kognitif, dan

- Psikologi Humanistic.

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike2

Page 3: Teori Belajar Thorndike

B.Masalah

Dari ketiga aliran psikologi tersebut, behavioristik adalah merupakan salah satu aliran

yang dimiliki oleh Edward Lee Thorndike sehingga dalam makalah ini penulis akan mengangkat

tentang :

1. Biografi Edward Lee Thorndike

2. Bagaimana teori-teori Edward L.T. dan eksperimennya.

3. Apa saja hukum-hukum yang digunakan Edward L.T.

4. Bagaimana penerapan teori Thorndike.

C.Batasan masalah

Dalam pembahasan masalah, penulis membatasi ruang lingkup hanya pada keempat

aspek tersebut diatas.

D.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan

mahasiswa/mahasiswi pada mata kuliah belajar dan pembelajaran terutama tentang pemikiran

dan teori-teori Edward Lee Thorndike sesuai dengan makalah yang penulis susun.

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike3

Page 4: Teori Belajar Thorndike

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Edward Lee Thorndike

Edward Lee Thorndike meski secara teknis seorang fungsionalis, namun ia telah

membentuk tahapan behaviorisme Rusia dalam versi Amerika. Thorndike (1874-1949) mendapat

gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun 1895, dan master dari

Hardvard pada tahun 1897.ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan

merekapun cepat menjadi akrab. Dia menerima beasiswa di Colombiadan mendapatkan gelar

PhD-nya tahun 1898. Kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pensiun pada

tahun 1940.

Dan dia menerbitkan suatu buku yang berjudul “Animal intelligence, An experimental

study of associationprocess in Animal”. Buku ini yang merupakan hasil penelitian Thorndike

terhadap tingkah beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, dan burungyang mencerminkan

prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu bahwa dasar dari belajar

(learning) tidak lain sebenarnya adalah asosiasi, suatu stimulus akan menimbulkan suatu respon

tertentu.

Teori ini disebut dengan teori S-R.Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses

belajar, pertama kali organisme (Hewan atau Orang) belajar dengan cara coba salah (Trial end

Error). Kalau organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah maka organisme

itu akan mengeluarkan serentakan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya

untuk memecahkan masalah itu.

Berdasarkan pengalaman itulahmaka pada saat menghadapi masalah yang serupa,

organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus dikeluarkannya untuk memecahkan

masalah.Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu. Seekor

kucing misalnya, yang dimasukkan dalam kandang yang terkunci akan bergerak, berjalan,

meloncat, mencakar, dan sebagainya sampai suatu saat secara kebetulan ia menginjak suatu

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike4

Page 5: Teori Belajar Thorndike

pedal dalam kandang itu sehingga kandang itu terbuka. Sejak itu, kucing akan langsung

menginjak pedal kalau ia dimasukkan dalam kandang yang sama

B. Teori Belajar dan EksperimenEdward Lee Thorndike

Teori Belajar E.L Thorndike

Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di dominasi oleh pengaruh

dari Thorndike (1874-1949) teori belajar Thorndike di sebut “ Connectionism” karena belajar

merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering

juga disebut “Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat bagi stimulus tertentu.

Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku beberapa

binatang antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.

Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edwar L.

Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen ini

menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.

Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang

dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan

pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga

memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.

Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (teka-teki) itu merupakan situasi

stimulus yang merangsang kecil untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang

ada di muka pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakardan berlari-larian, namun

gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada di depannya.Akhirnya, entah

bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu

sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian terkenal dengan namainstrumental

conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong)

untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah

hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike5

Page 6: Teori Belajar Thorndike

stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti

pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon

adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,

perasaan, atau gerakan/tindakan.Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat

berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan

bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut

pula dengan (Slavin, 2000).

. Itulah sebabnya teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R

Psycology of learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan “Trial and Error Learning”.

Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai

suatu tujuan. Apabila kita perhatikan secara seksama dalam eksperimen Thorndike tadi akan kita

dapati 2 hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena belajar

Eksperimen – Eksperimen Thorndike

Pada mulanya, model eksperimen Thorndike yaitu dengan mempergunakan kucing

sebagai subjek dalam eksperimennya. Dengan konstruksi pintu kurungan yang dibuat sedemikian

rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu, maka pintu kurungan akan terbuka dan

akhirnya kucing dapat keluar dan mancapai makanan ( daging ) yang ditempatkan di luar

kurungan sebagai hadiah atau daya penarik bagi kucing yang lapar tersebut.

Thordike menafsirkan bahwa “kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri dari

kurungan itu, tetapi dia belajar mencamkan ( mempertahankan ) respon – respon yang benar dan

menghilangkan atau meninggalkan respon – respon yang salah.”Eksperimen Thorndike tersebut

mempengaruhi pikirannya mengenai belajar pada taraf insansi ( human ).

Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah tentu tidak

akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan tidur saja dalam puzzle box yang

mengurungnya. Dengan kata lain, kucing itu tidak akan menampakkan gejala belajar untuk

keluar. Sehubung dengan hal ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar)

merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike6

Page 7: Teori Belajar Thorndike

Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box, merupakan efek positif atau

memuaskan yang dicapai oleh respon dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum belajar

yang disebut law of effect. Artinya, jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan,

hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan

(mengganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respon

tersebut.Percobaan yang dilakukan berulang-ulang maka akan terlihat beberapa perubahan yaitu:

1) Waktu yang diperlukan untuk menyentuh engsel bertambah singkat.

2) Kesalahan-kesalahan (reaksi yang tidak relevan) semakin berkurang dan malah

akhirnya kucing sama sekali tidak berbuat kesalahan lagi, begitu dimasukkan ke

dalam kotak, kucing langsung menyentuh engsel.

Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan

objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu, dalam hal ini objek

mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi

sesuatu reaksi dengan stimulasinya.Ciri-ciri belajar dengan trial and error :

1. Ada motif pendorong aktivitas

2. Ada berbagai respon terhadap situasi

3. Ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah

4. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.

Teori belajar koneksionisme ini ada juga keberatan-keberatannya antara lain:

a. Belajar menurut teori ini bersifat mekanistis. Bila diberikan S dengan sendirinya atau

secara mekanis/otomatis timbul R. Latihan-latihan ujian banyak berdasarkan pendirian

ini.

b. Pelajaran bersifat teacher-centered. Yang terutama aktif adalah guru. Dialah yang melatih

anak-anak dan yang menentukan apa yang harus diketahui oleh anak-anak.

c. Anak-anak pasif artinya kurang didorong untuk aktif berfikir, tak turut menentukan bahan

pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.

d. Teori ini membutuhkan pembentukan meteril, yaknimenumpuk pengetahuan, dank arena

itu sering menjadi intelektualis.Pengetahuan dianggap berkuasa.

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike7

Page 8: Teori Belajar Thorndike

Kemudian menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari seara ilmiah. Praktek

pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Menurutnya mengajar yang baik adalah

tahu apa yang hendak diajarkan, artinya tahu materi apa yang akan diberikan, respon apa yang

akan diharapkan dan kapan harus memberi hadiah/ reward.

Ada beberapa aturan yang di buat Thorndike berkenaan dengan pengajaran, yaitu:

1. Perhatikan situasi murid

2. Perhatikan respon apa yang diharapkan dari respon tersebut

3. Ciptakan hubungan respon tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi

dengan sendirinya

4. Situasi – situasi lain yang sama jangan diindahkan sekiranya dapat memutuskan hubungan

tersebut

5. Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan – hubungan lain yang

sejenis

6. Buat hubungan tersebut sedemikian rupa hingga dapat perbuatan nyata

7. Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari –

hari

C.Hukum-Hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike

Adapun dari hasil percobaan Thorndike maka dikenal 3 hukum pokok, yaitu :

1. Hukum Latihan (Law or Exercise)

Hukum ini mengandung 2 hal yaitu :

1. The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus

dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata lain bahwa hubungan

antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat semata-mata karena adanya latihan.

2. The Law of Disuse, yaitu suatu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara

stimulus dan respon akan menjadi lemah bila tidak ada latihan.

Prinsip ini menunjukkan bahwa ulangan merupakan hak yang pertama dalam

belajar.Makin sering suatu pelajaran yang diulang makin mantaplah bahan pelajaran tersebut

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike8

Page 9: Teori Belajar Thorndike

dalam diri siswa.Pada prakteknya tentu diperlukan berbagai variasi, bukan ulangan sembarang

ulangan.Dan pengaturan waktu distribusi frekuensi ulangan dapat menentukan hasil belajar.

2. Hukum Akibat (Law of Effect)

Hukum ini juga berisikan 2 hal, yaitu : suatu tindakan/perbuatan yang menghasilkan rasa

puas (menyenangkan) akan cenderung diulang, sebaliknya suatu tindakan (perbuatan)

menghasilkan rasa tidak puas (tidak menyenangkan) akan cenderung tidak diulang lagi. Hal ini

menunjukkan bagaimana pengaruh hasil perbuatan bagi perbuatan itu sendiri.Dalam pendidikan,

hukum ini diaplikasikan dalam bentuk hadiah dan hukuman.Hadiah menyebabkan orang

cenderung ingin melakukan lagi perbuatan yang menghasilkan hadiah tadi, sebaliknya hukuman

cenderung menyebabkan seseorang menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi perbuatan.

3. Hukum Kesiapan (The law of readiness)

Hukum ini menjelaskan tentang kesiapan individu dalam melakukan sesuatu.Yang

dimaksud dengan kesiapan adalah kecenderungan untuk bertindak. Agar proses belajar mencapai

hasil yang sebaik-baiknya, maka diperlukan adanya kesiapan organisme yang bersangkutan

untuk melakukan belajar tersebut. Ada 3 keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum

ini.Yaitu :

1. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila organisme

itu dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami kepuasan.

2. Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau berperilaku, dan

organisme tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut, maka organisme akan

mengalami kekecewaan.

3. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu dipaksa untuk

melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, konsep penting

dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan Transfer of Training. Konsep

ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan

untuk hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike9

Page 10: Teori Belajar Thorndike

training merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini tidak ada, maka apa

yang akan dipelajari tidak akan bermakna.

Oleh karena itu, apa yang dipelajari oleh siswa di sekolah harus berguna dan dapat

dipergunakan di luar sekolah. Misalnya, anak belajar membaca, maka keterampilan membaca

dapat digunakan untuk membaca apapun di luar sekolah, walaupun di sekolah tidak diajarkan

bagaimana membaca koran, tapi karena huruf-huruf yang diajarkan di sekolah sama dengan

huruf yang ada dalam koran, maka keterampilan membaca di sekolah dapat ditransfer untuk

membaca koran, untuk membaca majalah, atau membaca apapun.

Selain ketiga hukum pokok di atas, Thorndike mengemukakan adanya 5 hukum

tambahan, yaitu :

1. Law of Multiple response, yaitu individu mencoba berbagai respon sebelum mendapat respon

yang tepat.

2. Law of attitude, yaitu proses belajar dapat berlangsung bila ada kesiapan mental yang positif

pada siswa.

3. Law of partial activity, yaitu individu dapat bereaksi secara selektif terhadap kemungkinan-

kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu. Individu dapat memilih hal-hal yang pokok

dan mendasarkan tingkah lakunya kepada hal-hal yang pokok, dan meninggalkan hal-hal

yang kecil.

4. Law of response by analogy, yaitu individu cenderung mempunyai reaksi yang sama terhadap

situasi baru, atau dengan kata lain individu bereaksi terhadap situasi yang mirip dengan

situasi yang dihadapinya waktu yang lalu.

5. Law of assciative shifting, yaitu sikap respon yang telah dimiliki individu dapat melekat

stimulus baru.

Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba. Mencoba-coba ini

dapat dilakukan manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon.

Karakteristik belajar secara mencoba-coba adalah sebagai berikut :

a. Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu.

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike10

Page 11: Teori Belajar Thorndike

b. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respon dalam rangka memenuhi motif-

motifnya.

c. Respon-respon yang dirasakan tidak sesuai dengan motifnya akan dihilangkan.

d. Akhirnya, seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepat.

Thorndike juga mengemukakan prinsip-prinsip belajar yaitu :

a. Pada saat seseorang berhadapan dengan situasi yang bagi dia termasuk baru, berbagai ragam

respon maka akan ia lakukan. Respon tersebut ada kalanya berbeda-beda sampai yang

bersangkutan memperoleh respon yang benar.

b. Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, kepercayaan, sikap dan hal-hal

lain yang telah ada pada dirinya turut menentukan tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

c. Pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untu mengadakan seleksi terhadap unsur-

unsur penting dari yang kurang atau tidak penting hingga akhirnya dapat menentukan respon

yang tepat.

d. Orang cenderung memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama.

e. Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan situasi tertentu tatkala

menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan situasi tersebut mempunyai hubungan.

f. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya relatif lebih mudah untuk dipelajari.

D. PENERAPAN TEORI THORNDIKE

a. Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang

diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon. Oleh karena itu tujuan

pendidikan harus dirumuskan dengan jelas.

b. Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik. Dan terbagi

dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-

macam situasi.

c. Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang

sederhana sampai yang kompleks.

d. Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon

yang benar terhadap stimulus.

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike11

Page 12: Teori Belajar Thorndike

e. Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus

segera diperbaiki.

f. Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.

g. Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah

keluar dari sekolah.

h. Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan

penalarannya.

E. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN THORNDIKE

Kelebihan Teori Thorndike

Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak

didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem

pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Kelemahan-kelemahan dari teori Thorndike

1. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan

hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa

tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak

berlaku mutlak bagi manusia.

2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga

yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan,

atau ulangan-ulangan yang terus menerus.

3. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai

suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang pokok

dalam belajar.

4. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan

ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan

mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat

otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike12

Page 13: Teori Belajar Thorndike

kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai

dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike13

Page 14: Teori Belajar Thorndike

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Teori belajar yang dekemukakan Edward Lee Thorndike disebut dengan teori Connectionism

atau dapat juga di sebut TrialandErrorLearning.

2. Ciri-ciri Belajar dengan Trial and error adalah :

a. Ada motif pendorong aktivitas

b. Ada berbagai respon terhadap situasi

c. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah

d. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan

e. Hukum-hukum yang digunakan Edward L. THORNDIKE adalah hukum latihan dan

hukum efek.

SARAN

Semoga makalah kami memiliki manfaat bagi penulis-penulis selanjutnya.

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike14

Page 15: Teori Belajar Thorndike

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imran. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Jaya. 1996. Hal : 8-9

Damayanti, Nefi. Diktat Psikologi Belajar.

George Boeree, Sejarah Psikologi, (Cet. I; Jakatra: Prima Shopie, 2005), h. 390

George Boeree, Sejarah Psikologi, Jakatra: Prima Shopie. 2005

Imran, Ali. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Jaya. 1996

Muhibinsyah, Psikologi Belajar. Jakarta : Logos. 1999

Muhibinsyah, Psikologi Belajar. Jakarta : Logos. 1999. Hal : 83-85

Nefi Damayanti, Psikologi Belajar, Hal : 54-55

Nunzairina, Diktat Psikologi Pendidikan. Medan. 2009

Nunzairina, Diktat Psikologi Pendidikan. Medan. 2009. Hal : 78-79

Sanjaya Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group. 2006

Sanjaya Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana

Prenada Media Group. 2006. Hal : 117

Sartito Wirawan, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Jakarta: Bulan

Bintang, 2006), hal 124.

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 124

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1998

Winansih, Varia, Psikolgi Pendidikan, Medan:Latansa Press, 2009. Hal 25

Winansih, Varia. Psikolgi Pendidikan. Medan : Latansa Press. 2009

Wirawan, Sartito.Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi.Jakarta : Bulan

Bintang. 2006

Belajar Dan Pembelajaran – Teori Belajar Thorndike15