TEORI KONSTRUKSIVISME SBM
-
Upload
edi-kurniawan -
Category
Documents
-
view
64 -
download
1
Transcript of TEORI KONSTRUKSIVISME SBM
NAMA : TASTAPTIANI
NPM : 09450401133
KELAS : BIOLOGI C /2009
TEORI KONSTRUKSIVISME
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur
konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan
pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu
ketara dan tidak ditekankan.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahawa
pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau
pengalaman sedia ada murid.
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini dengan mengatakan
bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran
sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau
juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktiviti
pengajaran dan pembelajaran.
Dari persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme fungsi
guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan
pembelajaran, penilaian, penyelidikan dan cara melaksanakan kurikulum.
Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaedah pengajaran dan
pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid meniur dengan tepat apa
saja yang disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan pembelajaran
yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan
berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan
penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca mata guru kepada
pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.
http://www.teachersrock.net/teori_kon.htm
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld).
Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif
melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan
skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi
kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik
dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur
pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala
baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk
itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau
perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman
tersebut.
http://rinimaryani.blogspot.com/2008/04/teori-konstruktivisme.html
konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar
bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik.
Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks
sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung
(1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara
aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam
belajar.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/06/teori-konstruktivisme/
Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran
siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan
kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan
berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga
penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah
peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua
adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian
secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi
baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua
prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme.
Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif
oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak
secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian
ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori
belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek
dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi
pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2)
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa
lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996:
20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan
kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih
kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan
yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Selain
itu Slavin menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori kontruktivisme adalah
top-down processing( siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks
untuk dipecahkan, kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan,
cooperative learning(strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa
lebih mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi dan generative
learning(strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara materi atau
pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan
kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
NAMA : IDA ROSDIANA
NPM : 0945040120
KELAS : BIOLOGI C /2009
TEORI KONSTRUKSIVISME
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur
konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan
pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu
ketara dan tidak ditekankan.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahawa
pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau
pengalaman sedia ada murid.
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini dengan mengatakan
bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran
sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau
juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktiviti
pengajaran dan pembelajaran.
Dari persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme fungsi
guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan
pembelajaran, penilaian, penyelidikan dan cara melaksanakan kurikulum.
Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaedah pengajaran dan
pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid meniur dengan tepat apa
saja yang disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan pembelajaran
yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan
berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan
penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca mata guru kepada
pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.
http://www.teachersrock.net/teori_kon.htm
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld).
Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif
melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan
skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi
kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik
dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur
pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala
baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk
itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau
perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman
tersebut.
http://rinimaryani.blogspot.com/2008/04/teori-konstruktivisme.html
konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar
bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik.
Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks
sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung
(1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara
aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam
belajar.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/06/teori-konstruktivisme/
Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran
siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan
kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan
berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga
penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah
peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua
adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian
secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi
baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua
prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme.
Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif
oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak
secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian
ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori
belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek
dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi
pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2)
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa
lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996:
20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan
kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih
kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan
yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Selain
itu Slavin menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori kontruktivisme adalah
top-down processing( siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks
untuk dipecahkan, kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan,
cooperative learning(strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa
lebih mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi dan generative
learning(strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara materi atau
pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan
kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
NAMA : SRI UTAMI
NPM : 0945040129
KELAS : BIOLOGI C /2009
TEORI KONSTRUKSIVISME
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur
konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan
pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu
ketara dan tidak ditekankan.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahawa
pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau
pengalaman sedia ada murid.
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini dengan mengatakan
bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran
sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau
juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktiviti
pengajaran dan pembelajaran.
Dari persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme fungsi
guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan
pembelajaran, penilaian, penyelidikan dan cara melaksanakan kurikulum.
Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaedah pengajaran dan
pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid meniur dengan tepat apa
saja yang disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan pembelajaran
yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan
berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan
penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca mata guru kepada
pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.
http://www.teachersrock.net/teori_kon.htm
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld).
Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif
melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan
skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi
kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik
dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur
pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala
baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk
itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau
perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman
tersebut.
http://rinimaryani.blogspot.com/2008/04/teori-konstruktivisme.html
konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar
bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik.
Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks
sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung
(1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara
aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam
belajar.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/06/teori-konstruktivisme/
Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran
siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur
pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan
kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan
berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga
penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah
peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua
adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian
secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi
baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua
prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme.
Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif
oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak
secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian
ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori
belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek
dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi
pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2)
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa
lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996:
20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan
kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih
kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan
yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Selain
itu Slavin menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori kontruktivisme adalah
top-down processing( siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks
untuk dipecahkan, kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan,
cooperative learning(strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa
lebih mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi dan generative
learning(strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara materi atau
pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan
kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuan mereka melalui