Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar
-
Upload
frans-aang -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar
-
8/7/2019 Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar
1/4
Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar
[12/28/2009 05:04:00 PM | 2 comments ]
Beberap hari lalu saya sempat berdiskusi dengan teman sekos saya, mulanya beliau bercerita
tentang adik laki-lakinya yang malas untuk belajar padahal sebentar lagi dia akan
menghadapi ujian akhir kelulusan SD. Sebuat saja namanya Ardi, Ardi ini termasuk anak
yang belum bisa belajar dengan baik atau masih malas-malasan, kalaupun dia belajar ituhanya untuk menghindari omelan kakak dan ibunyan yang selalu menyuruhnya untuk belajar,
dan bisa ditebak selama dia di ruang belajar yang dilakukan pun hanya pura-pura belajar atau
belajar asal-asalan, sekolah pun hanya sekedar sebagai rutinitas seharian yang hanya berlalu
begitu saja, sekedar menuruti perintah orang tua.
Apa yang terjadi pada Ardi sebenarnya juga banyak dialami anak-anak usia sekolah di
masyarakat kita. Tak terhitung lagi berapa banyak orang tua yang mengeluh dan kecewa
dengan nilai anaknya yang jeblok (jelek) karena anaknya malas belajar, dan sebaliknya tidak
jarang juga kita menemukan anak yang ngambek atau menagis gara-gara selalu disuruh
belajar. Ada orang tau yang memarahi anaknya, mengancam si anak untuk tidak akan
membelikan ini dan itu kalau si anak tidak belajar, membanding-bandingkan anaknya dengananak lain, atau bahkan ada orang tua yang mengunakan cara kekerasan (menjewer, menyentil,
mencubit, atau memukul). Jelas semua ini akan sangat berpengaruh pada fisik maupun psikis
siswa.
Lalu sebenarnya bagaimanakah cara untuk mengatasi anak yang malas belajar? Masih
perlukan kita dengarkan keluhan-keluahn orang tua tentang anaknya yang malas belajar?
Haruskah anak itu ngambek atau menagis gara-gara dimarahin orang tuanya dan disuruh-
suruh untuk belajar?
Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada baiknya kalau terlebih dahulu kita mencari
penyebab dari prikalu malas belajar, kemudian baru mencari solusi guna mengatasinya. Betul
Bu/Pak....? :D
Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi
mental, intelektual, fisik, dan psikis anak. Malas belajar timbul dari beberapa faktor, untuk
lebih mudahnya terbagi menjadi dua faktor besar, yaitu: 1) faktor intrinsik ( dari dalam diri
anak), dan 2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar anak).
1. Dari Dalam Diri Anak (Intrinsik)
Rasa malas untuk belajar yang timbul dari dalam diri anak dapat disebabkan karena kurang
atau tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan anak
belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Selain
itu kelelahan dalam beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnyakondisi psikis. Sebagai contoh, terlalu lama bermain, terlalu banyak mengikuti les ini dan les
itu, terlalu banyak mengikuti ekstrakulikuler ini dan itu, atau membantu pekerjaan orangtua
di rumah, merupakan faktor penyebab menurunnya kekuatan fisik pada anak. Contoh lainnya,
terlalu lama menangis, marah-marah (ngambek) juga akan berpengaruh pada kondisi
psikologis anak.
2. Dari Luar Anak (Ekstrinsik)
Faktor dari luar anak yang tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kondisi anak untuk
menjadi malas belajar. Hal ini terjadi karena:
a. Sikap Orang TuaSikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar atau sebaliknya terlalu
http://nadhirin.blogspot.com/2009/12/tips-mengatasi-anak-yang-malas-belajar.htmlhttp://nadhirin.blogspot.com/2009/12/tips-mengatasi-anak-yang-malas-belajar.htmlhttp://nadhirin.blogspot.com/2009/12/tips-mengatasi-anak-yang-malas-belajar.html#commentshttp://nadhirin.blogspot.com/2009/12/tips-mengatasi-anak-yang-malas-belajar.html#commentshttp://nadhirin.blogspot.com/2009/12/tips-mengatasi-anak-yang-malas-belajar.html -
8/7/2019 Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar
2/4
berlebihan perhatiannya, bisa menyebabkan anak malas belajar. Tidak cukup di situ, banyak
orang tua di masyarakat kita yang menuntut anak untuk belajar hanya demi angka (nilai) dan
bukan mengajarkan kepada anak akan kesadaran dan tanggung jawab anak untuk belajar
selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut tidak sedikit anak yang stress dan sering marah-
marah (ngambek) sehingga nilai yang berhasil ia peroleh kurang memuaskan. Parahnya lagi,
tidak jarang orang tua yang marah-marah dan mencela anaknya bilamana anak mendapat nilaiyang kuang memuaskan. Menurut para pakar psikologi, sebenarnya anak usia Sekolah Dasar
janga terlalu diorentasikan pada nilai (hasil belajar), tetapi bagaimana membiasakan diri
untuk belajar, berlatih tanggung jawab, dan berlatih dalam suatu aturan.
b. Sikap Guru
Guru selaku tokoh teladan atau figur yang sering berinteraksi dengan anak dan dibanggakan
oleh mereka, tapi tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi objek keluhan siswanya.
Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak
menguasai bidang pelajaran yang akan diajarkan, atau karena terlalu banyak memberikan
tugas-tugas dan pekerjaan rumah. Selain itu, sikap sering terlambat masuk kelas di saat
mengajar, bercanda dengan siswa-siswa tertentu saja atau membawa masalah rumah tanggake sekolah, membuat suasana belajar semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi
siswa tertentu.
c. Sikap Teman
Ketikan seorang anak berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah, tentunya secara
langsung anak bisa memperhatikan satu sama lainnya, sikap, perlengkapan sekolah, pakaian
dan asesoris-asesoris lainnya. Tapi sayangnya tidak semua teman di sekolah memiliki sikap
atau perilaku yang baik dengan teman-teman lainnya. Seorang teman yang berlebihan dalam
perlengkapan busana sekolah atau perlengkapan belajar, seperti sepatu yang bermerk yang
tidak terjangkau oleh teman-teman lainnya, termasuk tas sekolah dan alat tulis atau sepeda
dan mainan lainnya, secara tidak langsung dapat membuat iri teman-teman yang kurang
mampu. Pada akhirnya ada anak yang menuntut kepada orang tuanya untuk minta dibelikan
perlengkapan sekolah yang serupa dengan temannya. Bilamana tidak dituruti maka dengan
cara malas belajarlah sebagai upaya untuk dikabulkan permohonannya.
d. Suasana Belajar di Rumah
Bukan suatu jaminan rumah mewah dan megah membuat anak menjadi rajin belajar, tidak
pula rumah yang sangat sederhana menjadi faktor mutlak anak malas belajar. Rumah yang
tidak dapat menciptakan suasana belajar yang baik adalah rumah yang selalu penuh dengan
kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu
tersedianya fasilitas-fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat menggangguminat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer
yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun
Play Stations. Kondisi seperti ini berpotensi besar untuk tidak terciptanya suasana belajar
yang baik.
e. Sarana Belajar
Sarana belajar merupakan media mutlak yang dapat mendukung minat belajar, kekurangan
ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara langsung telah menciptakan kondisi anak untuk
malas belajar. Kendala belajar biasanya muncul karena tidak tersedianya ruang belajar
khusus, meja belajar, buku-buku penunjang (pustaka mini), dan penerangan yang bagus.
Selain itu, tidak tersediannya buku-buku pelajaran, buku tulis, dan alat-alat tulis lainnya,merupakan bagian lain yang cenderung menjadi hambatan otomatis anak akan kehilangan
-
8/7/2019 Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar
3/4
minat belajar yang optimal.
Enam langkan untuk mengatasi mals belajar pada anak dan membantu orangtua dalam
membimbing dan mendampingi anak yang bermasalah dalam belajar antara lain:
1. Mencari InformasiOrangtua sebaiknya bertanya langsung kepada anak guna memperoleh informasi yang tepat
mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara
terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas
belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-
jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka
permasalahan dirinya.
2. Membuat Kesepakatan bersama antara orang tua dan anak.
Kesepakatan dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung jawab serta memotivasi anak
dalam belajar bukan memaksakan kehendak orang tua. Kesepakatan dibuat mulai dari bangun
tidur hingga waktu hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam belajar, lama waktu belajar, jambelajar bilamana ada PR atau tidak, jam belajar di waktu libur sekolah, bagaimana bila hasil
belajar baik atau buruk, hadiah atau sanksi apa yang harus diterima dan sebagainya.
Kalaupun ada sanksi yang harus dibuat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya
sebagai bukti tanggungjawabnya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama.
3. Menciptakan Disiplin.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak
dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam
kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan
disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan
kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku-buku pelajaran,
mengingatkan tugas-tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari,
ataupun menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu,
terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah.
4. Menegakkan Kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan-
kesepakatan yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin
hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Untuk
mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal
pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anakbelajar, orang tua dapat sambil membaca koran, majalah, atau aktivitas lain yang tidak
mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan disiplin pada anak
tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara orang tua melaksanakan aktifitas lain
seperti menonton televisi atau sibuk di dapur.
5. Ketegasan Sikap
Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi memberikan toleransi kepada
anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang. Ketegasan
sikap ini dikenakan saat anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan
yang dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku tidak jujur melakukan aktivitas-
aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ketegasan sikap yang diperlukanadalah dengan memberikan sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas
-
8/7/2019 Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar
4/4
pelanggaran yang dilakukannya.
6. Menciptakan Suasana Belajar
Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orangtua.
Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan
cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pulamemberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap
menarik perhatian.
Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh
karena itu sebelum anak terlanjur mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu
orangtua, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat belajar anak.
Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta
tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka
panjang. Jika enam langkah ini dapat diterapkan pada anak, maka sudah seharusnya tidak
adalagi keluhan dari orang tua tentang anaknya yang malas belajar atau anak yang ngambek
karena selalu dimarahi orang tuanya.