travellers diarrhea
-
Upload
kiki-anggrita -
Category
Documents
-
view
89 -
download
0
description
Transcript of travellers diarrhea
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di beberapa negara, masalah diare sering berlaku pada sesetengah kelompok
mahasiswa yang melanjutkan pelajaran di luar dari tempat asalnya.
Kebanyakan individu mengalami kepayahan dalam beradaptasi terhadap jenis
makanan yang baru dan berbeda dengan yang secara rutinnya dimakan di
negara asal sehingga menimbulkan diare.
Angka kejadian diare di dunia sangat tinggi dan ini tidak hanya terbatas
pada negara dunia ketiga sahaja. Menurut data dari World Health
Organization (2007), di Amerika Serikat sendiri terdapat 76 juta kasus diare
dan memakan korban sekitar 5000 orang setiap tahun.
Di Indonesia, kejadian diare ini turut berlaku pada mahasiswa asal
Malaysia yang melanjutkan pelajaran di negara ini. Dari pengalaman penulis,
onset dari keadaan diare ini selalunya berlaku dalam 3 bulan pertama
perubahan budaya makan mahasiswa itu sendiri dan berlanjut terus sehingga
tiba suatu saat di mana saluran cerna sudah dapat beradaptasi dengan jenis
makanan baru yang dimakan. Akan tetapi, menurut pengamatan penulis,
terdapat banyak kejadian di mana mahasiswa itu masih mengalami diare
walaupun setelah berada di Indonesia lebih dari 6 bulan.
Secara umumnya, kejadian diare yang berlaku apabila seseorang itu berada
di luar negara asalnya disebut sebagai Travellers’ Diarrhoea. Travellers’
Diarrhoea ini sering terjadi akibat kurangnya sanitasi yang bersih dengan
penyebab paling utama adalah infeksi enterotoxin-forming Escherichia coli
bacteria, ETEC. Kejadian ini sering terjadi apabila seseorang itu tidak
mengambil langkah-langkah penjagaan dalam mengkonsumsi bahan makanan
atau minuman. Namun begitu, gejala diare yang disebabkan oleh Travellers’
Diarrhoea ini bersifat self-limiting di mana gejala akan menghilang dalam
seminggu setelah ia muncul (Easmon, 2005).
2
Persoalan menarik yang dapat dibangkitkan dengan kejadian diare di
Indonesia adalah hal ini tidak hanya terbatas kepada warga asing yang
melawat negara ini, melainkan turut melibatkan warga Indonesia sendiri.
Selain itu, karena faktor geografis yang hampir sama, letak kedua negara yang
hanya bersebelahan serta perbedaan jenis makanan yang sangat tipis antara
Indonesia dan Malaysia turut menjadikan tanda tanya mengapa hal ini bisa
terjadi.
Dengan penelitian ini, kita dapat meneliti faktor-faktor penyebab
terjadinya diare di kalangan mahasiswa asing dan juga mahasiswa asal
Indonesia dengan lebih mendalam lagi dan tidak hanya mengklasifikasikan
dengan istilan Travellers’ Diarrhoea.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian analitik
kejadian diare di kalangan mahasiswa yang berada di Medan yaitu meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare itu sendiri sesuai dengan
kondisi lingkungan dan juga diri mahasiswa.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Meneliti faktor yang mempengaruhi terjadinya diare di kalangan
mahasiswa di Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus.
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mencari tahu faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada
mahasiswa warga negara asing (WNA) dan juga pada warga negara
Indonesia (WNI).
2. Mencari tahu faktor-faktor ekstrinsik seperti pola makanan, jenis
makanan, aktivitas sehari-hari, faktor sosio-ekonomi dan faktor-
faktor intrinsik seperti kadar stress yang dihadapi mahasiswa,
3
jumlah jam tidur mahasiswa dan lain-lain yang bisa menyebabkan
diare pada mahasiswa.
3. Mencari tahu keberadaan Travellers’ Diarrhoea yang terjadi pada
mahasiswa asing di Medan.
4. Mencari tahu penanganan khusus yang sesuai dengan kondisi
lingkungan kita.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Memberikan informasi tambahan bagi penatalaksanaan masalah diare
sesuai dengan kondisi individu dan negara.
2. Menyediakan informasi dan masukan dalam mengubah cara hidup
individu supaya masalah ini tidak berulang.
3. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat seiring dengan
produktivitas negara yang tidak lagi terganggu dengan masalah
diare.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare adalah suatu masalah global yang sering kali berasal dari pemakanan.
Menurut data dari World Health Organization, WHO (2007), pada tahun 2005
sebanyak 1,8 juta dari penduduk di dunia meninggal akibat diare.
2.1.1 Definisi Diare
Diare didefinisikan dengan kondisini dimana terjadi frekuensi defekasi
yang abnormal yakni lebih dari 3 kali perhari, serta perubahan dalam isi
(lebih dari 200 gram/ hari) dengan konsistensi feces cair. Hal ini biasanya
dihubungkan dengan ketidaknyamanan perianal, inkontinensia, atau
kombinasi dengan faktor-faktor ini. Adanya perubahan yang menyebabkan
perubahan pada sekresi usus, absorbsi mukusal, atau motilitas dapat
menimbulkan diare (Soebagyo, 2008).
2.1.2 Penyebab Diare
Terdapat banyak penyebab diare yang bisa diklasifikasikan berdasarkan
simptom yang dikeluhkan oleh pasien dan durasi diare itu sendiri. Namun
begitu, menurut Brunner dan Suddarth (2001) secara umumnya, diare
dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti pengganti hormon
tiroid, obat pelunak feses dan laksatif, antibiotik, kemoterapi maupun
antasida. Selain itu juga dapat disebabkan oleh gangguan metabolik dan
endokrin seperti keracunan makanan dan disentri. Proses penyakit lain
yang dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi yang
menyebabkan malabsorbsi seperti sindroma usus peka, colitis, ulseratif
dan enteritis regional. Selain itu, penyakit seperti deficit spinkter anal,
Zollinger-Ellison Syndrome, paralitik ileus dan obstruksi usus juga dapat
menyebabkan diare.
5
Menurut Daldiyono (1997) pula, diare dapat dikelompokan ke
dalam 6 kelompok besar, namun penyebab yang paling sering adalah
akibat infeksi bakteri, virus, protozoa, maupun parasit. Penyebab lain
diataranya adalah alergi, malabsorbsi, keracunan, defisiensi imunitas. Tipe
dasar diare karena infeksi adalah non inflamatori dan inflamatori.
Diare secara umumnya terjadi apabila cairan dari makanan kita
tidak bisa diserap oleh usus besar. Dalam proses digestasi, makanan yang
kita konsumsi akan tercampur dengan cairan untuk memudahkan proses
pencernaan. Secara normal, makanan yang dicerna akan diserap oleh usus
kecil dan meninggalkan kotoran yang tercampur dengan cairan untuk
diserap oleh usus besar. Usus besar akan menyerap cairan, dan
meninggalkan material lain sebagai kotoran yang setengah padat yang
seterusnya menjadi feses.
Apabila usus besar mengalami inflamasi, penyerapan cairan tidak
berlaku dan hasilnya, air akan turut mengikuti feses keluar hingga
mengakibatkan feses berair. Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi
dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat
menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses
penyerapan makanan di usus halus.
Bagi infeksi dari mikroorganisme, mikroorganisme ini akan
mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya
makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar. Makanan
yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding
usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat
singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang
menyebabkan tinja berair pada diare.
6
2.1.3 Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi
3 kali atau lebih dalam sehari, yang biasanya disertai denga rasa
ketidaknyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dengan faktor-
faktor ini (Brunner dan Sudarth, 2001).
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut,
serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang
menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Brunner dan
Suddarth, 2001).
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya
natrium dan kalium), sehingga pada bayi, bayi menjadi rewel atau terjadi
gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. Diare seringkali disertai
oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan
bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput Dehidrasi berat
bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.
2.1.4 Uji Klinis Diare
Bagi orang-orang yang sehat tetapi mengalami diare dan tidak
menunjukkan gejala-gejala yang lain, pihak rumah sakit bisa mengambil
tindakan untuk tidak melakukan ujian lanjutan sama sekali. Kultur feses
tidak diwajibkan melainkan jika diare disertai dengan demam yang tinggi,
darah pada feses, atau penyakit yang sudah lama dideritainya.
Pada sebagian kasus, pihak rumah sakit akan mengirim sampel
feses ke bagian laboratorium untuk melihat jika penyebab dari diare yang
dideritai pasien dapat dijumpai. Ini memakan waktu sekitar 1 hingga 2 hari
untuk mendapatkan hasil dari ujian laboratorium tersebut.
7
Tes darah diperlukan kadang kala bagi mereka yang menghidapi
masalah medis yang lain atau yang menghidapi penyakit kronis.
8
2.2 Travellers’ Diarrhoea
Menurut Easmon (2005), Travellers’ Diarrhoea (TD) adalah suatu
penyakit yang yang sangat sering terjadi pada orang yang berlibur di tempat
dengan kondisi makan maupun taraf hidup yang berbeda. TD didefenisikan
sebagai pembuangan air besar yang bersifat cair sekurang-kurangnya 3 kali
dalam suatu tempoh 24 jam dan disertai dengan sakit di bagian abdominal,
pusing dan mual. Secara umum, Escherichia coli adalah penyebab paling
sering penyakit TD ini.
Wilderness Diarrhoea (WD) pula adalah kejadian di mana orang-orang
yang sering bercuti ke daerah hutan-hutan atau perkampungan tetapi tetap di
negara mereka sendiri menghidap diare dengan gejala yang mirip dengan TD.
Setiap tahun, sekitar 30% dari warga dunia yang bercuti ke negara lain (sekitar
10 juta kasus) mengalami diare (Farthing, 2001).
2.2.1 Gejala Travellers’ Diarrhoea
Kebanyakan kasus dari TD terjadi secara tiba-tiba. Penyakit ini secara
umumnya akan menyebabkan peningkatan frekuensi, volume dan berat
dari feses. Perubahan konsistensi feses juga sering terjadi. Biasanya,
pasien yang menghidapi TD ini akan mengalami sekitar 4 hingga 5 kali
pembuangan feses yang bersifat encer per hari. Ini disertai dengan gejala-
gejala lain seperti pusing, muntah, nyeri di bagian abdominal, demam dan
juga malaise (Easmon, 2005).
2.2.2 Penyebab Travellers’ Diarrhoea
Penyebab TD yang paling utama adalah agen-agen infeksi. Enteropatogen
bakteri menyebabkan lebih dari 80% dari kasus TD. Agen kausatif yang
paling sering menyebabkan TD ini di negara-negara membangun adalah
Escherichia coli. Escherichia coli menyebabkan diare yang bersifat encer
dan disertai dengan nyeri di bagian abdominal dan terkadang
menyebabkan demam. Berikut adalah daftar penyebab dari kejadian diare
yang sering terjadi pada warga yang berlibur di luar negara.
9
Tabel 2.1 Mikroorganisme Penyebab Travellers’ Diarrhoea dan Contoh
Makanan Yang Sering Terkait (Dikutip dari Travel Doctor.)
Mikroorganisme Medium Makanan Simptom Umum
Makanan Minuman
Tiada Ya Tidak Makanan
pedas, diet
makanan
baru
Mual muntah, diare
sedang yang
bertahan selama 24-
48 jam dan bersifat
self-limiting.
Bakteri
Bacillus cereus Ya Tidak Nasi dan
daging yang
telah
dimasak,
sayuran
1-5 jam muntah
yang predominan
diikuti dengan 8-16
jam diare
predominan.
Campylobacter Ya Ya Susu
mentah,
produk susu
Nyeri abdominal,
diare disertai darah,
malaise tetapi
muntah tidaksering.
Inkubasi antara 2-5
hari dan maksimak
11 hari.
Cholera Ya Ya Kerang, air
kotor
Menginfeksi melalui
minuman dan
makanan, onset
adalah tiba-tiba dan
sulit untuk
dibedakan dengan
yang lain. Penderita
sering muntah dan
10
mulai membaik
seiring pasien
mengkonsumsi
minuman.
Penggunaan
antibiotik per-oral
mengurangi durasi
infeksi.
Clostridia Ya Tidak Ikan,
daging,
sayuran,
madu
Diare dengan nyeri
abdominal, tetapi
jarang disertai
dengan muntah.
Waktu inkubasi
selama 12-18 jam.
Infeksi dengan Cl.
Botulinum bisa
berakibat fatal.
Escherichia coli Ya Ya Salada,
sayur
mentah,
susu, keju,
daging yang
tidak cukup
masak
Bakteri ini
memperbanyak diri
di dalam usus kecil
dan menghasilkan
toksin yang
menunjukkan
symptom lain
termasuk defekasi
yang lebih cair.
Kondisi ini bersifat
self limiting dengan
durasi sekitar 48
jam.
Listeria Ya Ya Keju, susu Diare dan nyeri
11
mentah,
sayuran
mentah
abdominal sering
diikuti dengan
konjunktivitis dan
nyeri di
tenggorokan. Pada
kasus yang kronis
kadang kala
septicaemia bisa
berkembang.
Bersifat berbahaya
pada wanita hamil.
Salmonella (non
typhoid)
Ya Ya Produk susu,
salada,
sayuran,
telur,
daging,
kerang
Diare yang
mengandung mucus,
nyeri abdominal,
muntah dan demam
yang kurang daari
seminggu. Waktu
inkubasi sekitar 12-
36 jam.
Shigella Ya Ya Kentang,
telur
Sejenis disentri dan
bertanggung jawab
kepada 15% dari
kasus TD. Suatu
fase demam dengan
keluhan feses yang
encer sehingga
keluhan defekasi
yang encer tetapi
sering disertai darah
dan mukus.
Staphylococcus Ya Tidak Daging Pusing, mual,
12
aureus salai, produk
tenusu,
salada, telur,
keju, krim
dan eskrim
muntah, nyeri
abdominal,
dehidrasi, suhu
tubuh menurun dan
kadang-kala diare.
Waktu inkubasi
sekitar 2-7 jam.
Thyphoid Ya Ya Air
terkontamin
asi, kerang,
susu
terkontamin
asi, produk
susu,
sayuran
mentah
Simptom mulai
menunjuk selepas 7
hari yaitu termasuk
sakit kepala,
demam, nyeri
abdominal,
konstipasi dan diare.
Bersifat fatal jika
tidak ditangani.
Vibrio
parahaemolyticus
Ya Ya Kerang
mentah
Nyeri abdominal,
diare, mual, muntah,
demam dan sakit
kepala. Waktu
inkubasi sekitar 12-
24 jam.
Virus
Hepatitis A Ya Ya Air minum,
kerang,
buah-buahan
dan sayuran
mentah.
Virus ini
menginfeksi melalui
air minum. Simptom
utama adalah seperti
symptom flu yaitu
kehilangan selera
makan, mual,
muntah, nyeri
13
abdominal dan
diikuti dengan
ikterus. Diare
berkemungkinan ada
maupun tiada.
Hepatitis A jarang
berkembang
menjadi kronis.
Rotavirus Ya Ya Tiada
informasi
Diare yang kronis
bisa disebabkan oleh
invasi dinding perut
oleh virus yang
memusnahkan
kebolehan menyerap
cairan dan
mengurangkan
kadar enzim
pencernaan.
Norovirus
(Norwhalk)
Ya Ya Tiada
informasi
Virus ini masih
belum dipahami
dengan mendalam
lagi membuatkan ia
sangat sulit
ditangani. Infeksi
bersifat menular dan
menghasilkan
imunitas yang tidak
bertahan. Virus ini
menyebabkan diare
akut dan muntah
yang dapat tertular
14
melalui kontak
langsung dan juga
tetesan. Biasanya,
infeksi terjadi
selama 24-48 jam
dah jarang bersifat
serius. Virus ini
sangat sering terjadi
pada tempat
terisolasi seperti di
atas kapal layar di
mana ia sangat cepat
tertular antara
penumpang dan
awak kapal.
Protozoa
Cryptosporidium
spp.
Ya Ya Susu
mentah,
sosis
mentah.
Berasal dari
keluarga parasit
malaria, organisme
menginvasi dinding
perut dan
menyebabkan
keluarnya cairan
yang bisa mencapai
durasi 10 hari
maupun lebih.
Pengobatan adalah
terapi rehidrasi dan
organisme turut
resisten terhadap
disinfeksi kimia,
15
termasuk iodin.
Entamoeba
histolytica
Ya Ya Buah-
buahan,
sayur-
sayuran.
Onset diare bersifat
gradual dan tiada
demam untuk
membedakan ia dari
disentri bakteri.
Diare mengandung
darah dan mukus.
Giardia lamblia Ya Ya Buah-
buahan,
sayur-
sayuran.
Diare terjadi setelah
suatu fase kronis
defekasi bersifat
besar dan sangat
busuk yang bisa
bertahan selama
beberapa bulan.
2.2.3 Faktor Resiko Travellers’ Diarrhoea
Penyebab primer dari infeksi adalah ingestasi dari air atau makanan yang
telah terkontaminasi dengan feses. Negara-negara membangun memiliki
persentase yang lebih tinggi terutama Amerika Latin, Afrika, Timur
Tengah dan Asia.
Menurut WHO dan Centers For Disease Control and Prevention,
CDC (2006), yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami TD adalah
remaja dan dewasa muda (dalam rentang usia 20-25 tahun), penderita
imunosupresan, pesakit diabetes, dan orang yang sedang mengambil obat
H-2 Blockers atau antasid. Tidak ada perbedaan dalam faktor gender.
2.2.4 Pencegahan Travellers’ Diarrhoea
16
TD paling sering terjadi akibat adanya kontak langsung dari route fecal-
oral. Oleh karena itu, penjagaan makanan adalah faktor penting dalam
mencegah terjadinya TD.
Menurut CDC (2007), secara umum, apabila seseorang berkunjung
ke suatu tempat yang baru, haruslah diingatkan bahwa pemilihan makanan
yang bersih dan aman itu penting. Semua makanan yang tidak cukup
masak atau mentah mempunyai derajat kontaminasi yang sangat tinggi.
Terutamanya di tempat-tempat di mana kebersihan dan sanitasi sangatlah
tidak mencukupi, setiap orang yang mengunjungi tempat itu seharusnya
dinasehati supaya tidak mengkonsumsi sayur-sayuran yang sering
dimakan mentah seperti salada, susu yang tidak menggunakan tehnik
pempasteuran, produk tenusu lainnya seperti keju dan makan makanan
yang sudah benar-benar dimasak dan masih hangat. Jika ingin memakan
buah-buahan, pastikan buah-buahan itu sudah benar-benar dicuci dengan
air yang bersih dan kulitnya dikupas sendiri. Makanan yang telah dimasak
sekalipun, jika dibiarkan di tempat terbuka selama beberapa jam dengan
suhu ruangan yang normal bisa menjadi tempat perkembangan bakteri dan
sekaligus menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi lagi.
Tehnik pencucian tangan sebelum makan juga penting dimana
pencucian tangan dilakukan dengan menggunakan sabun dengan
kandungan alkohol lebih dari 60%. Ini harus dilakukan setiap kali ke
kamar mandi, menukar lampin anak atau setelah kontak langsung dengan
anak-anak kecil, hewan peliharaan ataupun feses secara langsung.
Aktivitas renang yang terkawal turut memainkan peran penting
dalam pencegahan TD. Terdapat banyak kasus yang mengatakan adanya
hubungkait antara renang di laut, danau, sungai, maupun di kolam renang
dengan terjadinya diare terutama jika kepala perenang turut masuk dalam
air. Air tersebut bisa terkontaminasi oleh perenang lainnya dan juga dari
bahan buangan sampah, bahan buangan dari hewan dan kotoran lainnya.
Secara umum, bagi yang ingin berenang di tempat yang tidak
terjamin kebersihannya, haruslah dilihat terlebih dahulu jika pantai atau
17
kawasan renang itu telah terkontaminasi oleh buangan hewan maupun
manusia. Seterusnya, elak dari berenang berdekatan dengan sistem
perparitan.
Selain itu, berenang selepas hujan yang lebat turut meningkatkan
resiko untuk terinfeksi dengan mikroorganisme yang bisa menyebabkan
diare. Cara pencegahan apabila berenang adalah dengan menggunakan
‘nose plugs’ apabila melakukan aktivitas berenang. Ini dapat
mengurangkan resiko patogen untuk masuk ke rongga hidung untuk
menyebabkan infeksi. Berenang di kawasan kolam renang dengan air yang
telah melalui proses netralisasi dengan klorin bisa dianggap aman selagi
pH airnya dalam batas normal. Akan tetapi, ada beberapa organisme yang
sedikit resisten terhadap klorin seperti Giardia, hepatitis A, norovirus dan
yang sangat resisten terhadap klorin seperti Cryptosporidium banyak
dijumpai di kawasan kolam renang dengan air yang diklorinkan. Oleh itu,
para perenang harus hati-hati dan tidak menelan air di kolam renang itu
(Cartwright, 2003).
Cairan yang diminum juga harus dilihat dan diawasi tingkat
keamananya. Di kawasan yang terdapat banyak kasus diare, konsumsi es
pada hidangan harus turut diawasi. Ini karena, es yang telah cair akan
mengaktivasikan bakteri bersifat patogen tersebut yang sebelumnya tidak
aktif. Oleh karena itu, aktivitas rutin seperti menyikat gigi harus juga
diawasi dan sebisa mungkin, tidak menggunakan air biasa melainkan air
yang telah dijamin kebersihannya. Selain mengkonsumsi air dari botol,
memasak air adalah cara paling efektif dan tidak menguras kantong untuk
memastikan air yang dikonsumsi itu aman. Ini dilakukan dengan cara
membiarkan air tersebut masak dan berbuih selama kurang lebih 1 menit,
dan kemudian membiarkan suhunya turun ke suhu kamar tanpa
menggunakan es (Cartwright, 2003).
2.3 Stress
18
Apabila kita berbicara tentang stress, biasanya pembicaraan itu berawal dari
suatu keadaan atau situasi yang sulit untuk dihadapi sementara tuntutan untuk
keberhasilan dalam menghadapi situasi tersebut sangat tinggi sehingga
menyebabkan ketegangan dan perasaan tidak nyaman. Kita dapat memahami
arti kata stress tersebut karena pernah mengalami pengalaman pribadi yang
serupa dan berdampak sama. Karena pengalaman tersebut sifatnya sangat
umum, mungkin diharapkan bahwa konsep mengenai stress itu sendiri dapat
diuraikan secara sederhana. Tetapi pada kenyataannya tidak.
Stress psikologis telah dikonsepkan dalam 3 cara (Baum, 1990; Coyne &
Holroyd, 1982; Hobfoll, 1989) yaitu:
1. Konsep yang fokusnya pada lingkungan, mendeskripsikan stress
sebagai stimulus, dimana referensi sumber atau penyebab
ketegangannya adalah suatu kejadian atau rangkaian peristiwa yang
terjadi. Contohnya seperti yang banyak dialami dalam pekerjaan
yang tingkat stressnya tinggi. Kejadian atau keadaan yang direspon
sebagai ancaman atau sesuatu yang membahayakan diri kita,
sehingga menimbulkan perasaan tegang, disebut stressors.
2. Pendekatan yang memperlakukan stress sebagai suatu respon yang
terfokus pada reaksi seseorang terhadap stressors. Contohnya
adalah ketika seseorang menggunakan kata stress untuk
menjelaskan tingkat ketegangan dalam dirinya. Respon tersebut
mempunyai 2 komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen
psikologis yang melibatkan perilaku, pola pikir, dan emosi, dan
komponen fisiologis yang melibatkan peningkatan rangsangan
tubuh seperti jantung berdebar, sakit perut, berkeringat, dan lain
sebagainya. Respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap
stressor disebut strain.
3. Pendekatan yang mendeskripsikan stress sebagai sebuah proses
yang melibatkan stressors dan strains, ditambah dengan sebuah
bentuk hubungan yang penting yaitu hubungan antara seseorang
dan lingkungannya (Cox, 1978; Lazarus & Folkman, 1984). Proses
19
ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan
yang disebut transaksi, antara seseorang dan lingkungannya,
dimana keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya,
seseorang yang terjebak dalam kemacetan dan terlambat untuk
suatu pesta terus melihat jamnya, terus membunyikan klakson
mobilnya, dan menjadi semakin marah setiap menitnya.
2.3.1 Definisi Stress
Menurut Colman dan Andrew (2001), stress bermaksud tekanan secara
psikologis maupun fisikal yang dihasilkan dari kejadian fisikal, emosi,
sosial, maupun ekonomik yang sulit diatasi. Stress sejak dahulu sering
dikaitkan dengan kejadian diare.
Walaupun patofisiologi bagaimana kejadian stress ini terjadi belum
ditentukan secara pasti, akan tetapi kejadian ini telah lama diteliti dengan
kasus diare akibat stress yang turut mengekskresi 4-hydroxy-3-methoxy
mandelic acid (J.T. Wright dan A.K. Das, 1969).
2.3.2 Kaitan Stress dan Diare
Diare yang disebabkan oleh stress disebut sebagai Performance Anxiety
Diarrohea (PAD) atau Nervous Diarrhoea. Ini adalah tipe diare yang akan
muncul apabila seseorang itu terpaksa melalui suatu fase di mana
memerlukan konsentrasi yang tinggi dari seseorang itu yang bisa
menimbulkan stress.
20
2.3.3 Penyebab Performance Anxiety Diarrhoea
Diare terjadi apabila sesuatu mengganggu keseimbangan sistem
pencernaan kita. Kaitan antara kejadian-kejadian di dunia nyata dan
simptom-simptom gastrointestinal telah lama diterima. Penelitian modern
pada saat ini berfokus kepada kepentingan hubungan antara kejadian yang
berlaku sehari-hari yang mempengaruhi sistem saraf pusat kita, dan
bagaimana faktor ini member efek kepada fungsi sistem pencernaan
melalui enteric nervous system yang telah terspesialisasi di usus kecil.
21
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:
Gambar 3.1 Kerangka konsep penyebab diare dengan kejadian diare pada
mahasiswa.
3.1.1 Variabel Independen
Variabel dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya
diare pada mahasiswa di negara ini. Faktor-faktor di sini termasuk faktor
ekstrinsik yaitu faktor lingkungan, pola makanan, jenis makanan, riwayat
Faktor Ekstrinsik:
Lingkungan
Pola makan
Jenis makanan
Riwayat infeksi
Sosio-ekonomi
Sanitasi makanan
Kebersihan diri Kejadian diare pada
mahasiswa.Faktor Intrinsik (Stress):
i. Pola tidur
ii. Pola belajar
iii. Faktor keluarga
22
infeksi, sosio-ekonomi, sanitasi makanan, kebersihan diri maupun faktor
genetik. Selain itu, terdapat juga faktor intrinsik yang menggambarkan
tahap stress yang dilalui oleh mahasiswa itu seperti pola tidur, pola belajar
maupun faktor keluarga.
3.1.2 Variabel Dependen
Hasil dari penelitian ini akan memberi kita jawaban terhadap faktor yang
sebenarnya mempengaruhi kejadian diare pada mahasiswa.
3.2 Defenisi Operasional
Skala pengukuran dalam penelitian digunakan untuk mengukur perilaku dan
riwayat hidup responden yang meliputi tempat tinggal, riwayat penyakit
terdahulu, pola makan dan keadaan sosio-ekonomi di mana variabel pengukur
akan dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur berdasarkan nilai yang
diberikan kepada setiap pertanyaan.
1. Tempat tinggal
Pengukuran tempat tinggal responden didasarkan pada tempat
tinggal sebelum responden datang ke Medan dan pada saat ini.
Tempat tinggal yang dijawab oleh responden akan dianalisa untuk
dinilai keadaan sosio ekonomi dan juga kebersihan lingkunannya.
2. Riwayat penyakit
Pengukuran riwayat penyakit responden didasarkan pada jenis-
jenis penyakit yang dapat menimbulkan gejala diare pada saat
responden baru datang ke Medan dan pada saat ini, sehingga
kelainan diare akibat penyakit terdahulu dapat dieliminasi.
3. Pola makan
Pengukuran pola makan responden didasarkan pada pola makan
responden pada saat responden baru datang ke Medan dan pada
saat ini dan dianalisa untuk menilai hubungannya dengan kejadian
diare.
23
4. Uang untuk makanan
Pengukuran uang untuk makanan yang disisain oleh responden
setiap hari didasarkan pada saat responden baru datang ke Medan
dan pada saat ini untuk dianalisa dan dinilai kualitas makanan yang
dikonsumsi responden sehari-hari.
5. Stress
Pengukuran tahap stress oleh responden didasarkan pada saat
responden baru datang ke Medan dan pada saat ini untuk dianalisa
dan dinilai hubungan antara stress dengan kejadian diare.
3.3 Hipotesa
Hipotesa yang ingin dibuktikan pada penelitian ini adalah terdapat faktor-
faktor ekstrinsik dan intrinsic yang mempengaruhi tercetusnya diare pada
mahasiswa.
H0 = tidak terdapat hubungan antara faktor ekstrinsik dan intrinsik dengan
tercetusnya kejadian daire di kalangan mahasiswa.
H1 = terdapat hubungan antara faktor ekstrinsik dan intrinsik dengan
tercetusnya diare di kalangan mahasiswa.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan penelitian
retrospektif. Penelitian ini akan memberikan gambaran umum kejadian diare
yang berlaku pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada akhir Juli 2009 dan berlangsung selama
4 bulan. Penelitian ini dimulai dari penelusuran daftar pustaka, survei
awal, penyusunan proposal penelitian, konsultasi dengan dosen
pembimbing, seminar proposal dan dilanjutkan dengan penelitian lapangan
untuk pengumpulan data serta melakukan pengolahan dan analisa data,
penyusunan laporan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dan
seminar hasil.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di sekitar kampus Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, di Jalan Dokter Mansyur Medan. Adapun
alasan dipilihnya tempat ini sebagai lokasi penelitian adalah karena jumlah
mahasiswa asing yang cukup banyak disamping adanya mahasiswa warga
negara Indonesia dengan latar belakang dan tingkat sosio-ekonomi yang
bervariasi.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa yang
belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bagi tahun
ajaran 2006, 2007 dan 2008. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub-
25
bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
terdapat sebanyak 426 orang mahasiswa bagi stambuk 2006, 456 orang
mahasiswa bagi stambuk 2007 dan 428 orang mahasiswa bagi stambuk
2008. Jumlah populasi yang ingin diteliti adalah 1310 orang mahasiswa.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi mahasiswa
stambuk 2006 hingga 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Penentuan besar sampel berdasarkan rumus:
Nn = 1 + N (d)2
Dimana:
n = sampel
N = populasi
d = penyimpangan statistic dari sampel terhadap populasi, ditetapkan
sebesar 0,10 (Notoatmodjo, 2002)
Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar 93
orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
quota sampling, yaitu peneliti menghubungi responden yang memenuhi
criteria inklusi sampai data yang terkumpul mencapai jumlah yang sudah
ditentukan.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaan penelitian penulis mengumpulkan data melalui data yang
dikumpulkan melalui wawancara langsung pada responden dengan
menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner. Data yang
dikumpulkan adalah semua ada termasuk variable independen dan dependen.
26
Wawancara dilakukan dengan melakukan pertemuan bersama responden di
sekitar kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kriteria inklusi adalah semua mahasiswa yang pernah mengalami diare dan
tidak disebabkan oleh demam maupun penyakit terdahulu yang ketika
dilakukan penelitian bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Kriteria eksklusi adalah semua mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner
dengan lengkap, tidak mengalami diare atau mengalami daire disebabkan
penyakit terdahulu.
4.4.1. Uji Validitas dan Realibilitas
Validitas menunjukkan sejauh mana ukuran yang diperoleh benar-benar
menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur. Sedangkan Reabilitas
merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Berdasarkan hasil uji yang
diperoleh, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa pengukuran yang telah dilakukan telah valid dan reliabel.
Tabel 4.1. Laporan Hasil Uji Validitas dan Uji Realibitas.
Variabel Nomor
Pertanyaa
n
Total
Pearson
Correlatio
n
Statu
s
Alpha Status
Faktor
Mempengaruh
i Tercetusnya
Diare
1
6
7
8
10
0,7234
0,7699
0,5164
0,6182
0,9705
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0,916
5
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
27
11
12
13
15
16
17
18
0,5710
0,6143
0,4618
0,4951
0,5724
0,9271
0,7851
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
4.5 Metode Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan melalui proses
pengeditan dan pengkodean, kemudian dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program SPSS versi 15. Data yang telah diperoleh dianalisis
dengan menggunakan uji statistik yang sesuai secara univariat dan bivariat.
Selanjutnya data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel.
28
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di sekitar kampus Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. dr. T.
Mansur No. 5, Kampus USU Medan.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 5.1. Karakteristik responden berdasarkan onset kejadian diare.
Variabel Kategori Jumlah %
Onset diare Sewaktu baru datang ke Medan
Setelah beberapa minggu di
Medan
Sejak datang ke Medan sampai
saat ini
Tidak pernah diare
Tidak ada waktu tertentu
10
2
9
0
72
10,8
2,2
9,7
0
77,4
Total 93 100
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa sebaran responden menurut onset
kejadian diare mayoritas tidak mempunyai waktu tertentu bagi kejadian
29
diare yakni 72 orang (77,4%) sedangkan responden yang mengalami diare
sewaktu baru dating ke Medan sebanyak 10 orang (10,8%), yang
mengalami diare dari saat datang ke Medan hingga kini sebanyak 9 orang
(9,7%) dan yang mengalami diare setelah beberapa minggu di Medan
sebanyak 2 orang (2,2%).
Tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan frekwensi diare.
Variabel Kategori Jumlah %
Frekwensi kejadian
diare
Lebih dari 1X dalam 1 minggu
1X hingga 4X dalam 1 bulan
Kurang 3X dalam waktu 3 bulan
Tidak ada waktu tertentu
15
8
6
64
16,1
8,6
6,5
68,8
Total 93 100
Dari hasil analisis diketahui bahwa mayoritas responden mengalami diare
dengan waktu yang tidak tentu yaitu sebanyak 64 orang (68,8%).
Selanjutnya diikuti responden yang mengalami diare lebih dari sekali
dalam seminggu yaitu sebanyak 15 orang (16,1%), frekwensi diare antara
sekali hingga empat kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 8 orang (8,6%)
dan yang terakhir responden yang mengalami diare kurang dari tiga kali
dalam tempoh waktu tiga bulan yaitu sebanyak 6 orang (6,5%).
30
Tabel 5.3. Karakteristik responden terhadap penyebab diare.
Variabel Kategori Jumlah %
Penyebab diare Diare diawali dengan demam
Diare tidak diawali dengan demam
Diare menyebabkan demam
12
76
5
12,9
81,7
5,4
Total 93 100
Dari hasil analisis dapat diketahui sebaran responden berdasarkan
penyebab diare mayoritas diare yang tidak diawali dengan demam yaitu
sebanyak 76 orang (81,7%). Responden yang mengalami diare setelah
demam adalah berjumlah 12 orang (12,9%) sedangkan responden yang
mengalami demam akibat diare adalah berjumlah 5 orang (5,4%).
31
5.1.3. Hasil Analisis Statistik
Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan ada atau tidaknya
hubungan antara tempat tinggal dengan frekwensi terjadinya diare.
Tempat
tinggal
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
Saudara /
keluarga
Kost /
kontrakan
5
10
13.2
18.2
29
41
76.3
74.5
4
4
10.5
7.3
38
55
100
100
0.364
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubungan antara frekwensi diare dengan tempat tinggal,
diperoleh bahwa sebanyak 4 orang (10.5%) responden yang tinggal
bersama saudara atau keluarga sering mengalami diare. Sebanyak 4 orang
(7.3%) responden yang tinggal di kost atau di kontrakan juga sering
mengalami diare. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0.364. Karena
nilai p>0.05, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekwensi
diare dengan tempat tinggal responden sama ada responden tinggal
bersama saudara / keluarga atau tinggal di kost/ /kontrakan.
32
Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan ada tidaknya hubungan
antara frekwensi mengkonsumsi makanan cepat saji dengan
frekwensi terjadinya diare.
Frekwensi
konsumsi
makanan
cepat saji
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
>3x
seminggu
1-3x
seminggu
Jarang /
tidak pernah
5
7
3
10.4
22.6
21.4
40
22
8
83.8
71.0
57.1
3
2
3
6.3
6.5
21.4
48
31
14
100
100
100
0.301
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa statistik hubungan antara frekwensi mengkonsumsi
makanan capat saji dengan frekwensi terjadinya diare, diperoleh bahwa
sebanyak 40 orang (83.8%) responden yang mengkonsumsi makanan
cepat saji lebih dari 3x seminggu kadang-kadang mengalami diare.
Sebanyak 22 orang (71%) responden yang mengkonsumsi makanan cepat
saji 1 hingga 3x seminggu juga kadang-kadang mengalami diare. Hasil uji
statistik menunjukkan p value = 0.301. Karena nilai p>0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekwensi
mengkonsumsi makanan cepat saji dengan frekwensi terjadinya diare.
33
Tabel 5.6. Distribusi responden berdasarkan ada tidaknya hubungan
antara tempat makan sehari-hari dengan frekwensi terjadinya diare.
Makanan
sehari-
hari
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
Makanan
rumah
Rantangan /
kantin FK /
restoran
Pinggir jalan
4
9
2
11.1
20.0
16.7
28
32
10
77.8
71.1
83.3
4
4
0
11.1
8.9
0
36
45
12
100
100
100
0.641
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubungan antara frekwensi diare dengan tempat makan,
diperoleh sebanyak 10 orang (83.3%) responden yang makan di pinggir
jalan mengalami diare dengan keseringan kadang-kadang. Sebanyak 28
orang (77.8%) responden yang makan di rumah turut kadang-kadang
mengalami diare. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0.641. Karena
nilai p>0.05, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekwensi
diare dengan tempat makan sehari-hari
34
Tabel 5.7. Distribusi responden berdasarkan ada tidaknya hubungan
antara sumber air dengan frekwensi terjadinya diare.
Sumber air Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % N % n % n %
Air mineral
PT. Aqua
Air galon isi
ulang
Air PDAM
Tirtanadi
(dimasak)
9
3
3
18.0
14.3
13.6
37
15
18
74.0
71.4
81.8
4
3
1
8.0
14.3
4.5
50
21
22
100
100
100
0.868
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubungan antara sumber air dengan frekwensi kejadian
diare, didapatkan bahwa sebanyak 18 orang (81.8%) responden yang
sumber airnya dari PDAM Tirtanadi mengalami diare dengan keseringan
yang kadang-kadang. Sebanyak 37 orang (74%) responden yang
meminum air dari PT.Aqua turut kadang-kadang mengalami diare. Hasil
uji statistik diperoleh p value = 0.868. Karena p>0.05, maka disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara sumber air dengan frekwensi diare.
35
Tabel 5.8. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara
keteraturan waktu makan dengan frekwensi terjadinya diare.
Keteraturan
waktu
makan
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
Ya, teratur
Kadang kala
Tidak
1
13
1
3.7
23.6
9.1
25
37
8
92.6
67.3
72.7
1
5
2
3.7
9.1
18.2
27
55
11
100
100
100
0.056
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubungan antara keteraturan waktu makan dengan
frekwensi terjadinya diare, diperoleh bahwa sebanyak 25 orang (92.6%)
responden yang waktu makannya teratur, hanya kadang-kadang
mengalami diare. Sedangkan sebanyak 2 orang (18.2%) responden yang
waktu makannya tidak teratur sering mengalami diare. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa p value = 0.056, karena nilai p>0.05 maka
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keteraturan waktu
makan dengan frekwensi terjadinya diare.
36
Tabel 5.9. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara
frekwensi makan dalam sehari dengan frekwensi terjadinya diare.
Frekwensi
makan
dalam
sehari
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
3x
>3x / <3x
8
7
15.7
16.7
39
31
76.5
73.8
4
4
7.8
9.5
51
42
100
100
0.559
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubungan antara frekwensi makan dalam sehari dengan
frekwensi terjadinya diare diperoleh bahwa sebanyak 39 orang (76.5%)
responden yang frekwensi makannya 3x sehari kadang-kadang mengalami
diare. Sedangkan 31 orang (73.8%) responden yang frekwensi makannya
lebih atau kurang dari 3x sehari turut kadang-kadang mengalami diare.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value = 0.559. Karena nilai
p>0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
frekwensi makan dalam sehari dengan frekwensi kejadian diare.
37
Tabel 5.10. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara jenis
makanan sehari-hari dengan frekwnsi terjadinya diare.
Jenis
makanan
sehari-hari
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
Makanan
seimbang
Tidak tentu
8
7
13.1
21.9
46
24
75.4
75.0
7
1
11.5
3.1
61
32
100
100
0.211
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa diperoleh bahwa sebanyak 46 orang (75.4%) responden
yang memakan makanan seimbang mengalami diare dengan frekwensi
yang kadang-kadang. Sebanyak 24 orang (75%) responden yang tidak
tentu jenis makanannya turut mengalami diare dengan frekwensi yang
kadang-kadang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value = 0.211.
Karena nila p>0.05 maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara jenis makanan sehari-hari dengan frekwensi terjadinya diare.
38
Tabel 5.11. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara lama
tidur dalam sehari dengan frekwensi terjadinya diare.
Lama tidur
sehari
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
6-8 jam
<6jam / >8jam
10
5
18.2
13.2
40
30
72.7
78.9
5
3
9.1
7.9
55
38
100
100
0.364
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubungan antara lama tidur sehari dengan frekwensi
terjadinya diare diperoleh bahwa, sebanyak 30 orang (78.9%) responden
yang lama tidurnya kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 jam mengalami
diare dengan frekwensi yang kadang-kadang. Sebanyak 40 orang (72.7%)
responden yang lama tidunya cukup 6 hingga 8 jam juga turut mengalami
diare dengan frekwensi kadang-kadang. Hasil uji statistik menunjukkan p
value = 0.364. Karena nila p>0.05 maka daoat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara lama tidur sehari dengan frekwensi terjadinya
diare.
39
Tabel 5.12. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara lama
belajar dalam sehari (selain kuliah) dengan frekwensi terjadinya
diare.
Lama
belajar
sehari
(selain
kuliah)
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
Tidak tentu
2-3jam
>3jam
9
2
4
13.2
10.5
66.7
54
14
2
79.4
73.7
33.3
5
3
0
7.4
15.8
0
68
19
6
100
100
100
0.002
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubungan antara lama belajar dalam sehari (selain
kuliah) dengan frekwensi terjadinya diare diperoleh bahwa sebanyak 54
orang (79.4%) responden yang lama belajarnya tidak tentu, mengalami
diare dengan frekwensi yang kadang-kadang. Sebanyak 14 orang (73.7%)
responden yang lama belajarnya 2 hingga 3 jam juga kadang-kadang
mengalami diare. Sedangkan sebanyak 4 orang (66.7%) responden yang
lama belajarnya lebih dari 3 jam, jarang mengalami diare. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa p value = 0.002. Karena nilai p<0.05 maka
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama belajaer dengan
frekwensi terjadinya diare.
40
Tabel 5.13. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara
frekwensi berenang dengan frekwensi terjadinya diare.
Frekwensi
berenang
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
Jarang / tidak
1-3x seminggu
14
1
15.6
33.3
68
2
75.6
66.7
8
0
8.9
0.0
90
3
100
100
0.414
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubunga antara frekwensi nerenang dengan frekwensi
terjadinya diare diperoleh bahwa sebanyak 68 orang (75.6%) responden
yang jarang atau tidak berenang mengalami diare dengan frekwensi yang
kadang-kadang. Sebanyak 2 orang (66.7%) responden yang berenang 1-3x
seminggu turut kadang-kadang mengalami diare. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa p value = 0.414. Karena nilai p>0.05, disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara frekwensi berenang dengan
frekwensi terjadinya diare.
41
Tabel 5.14. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara
keseringan meminum minuman dingin dengan frekwensi terjadinya
diare.
Keseringan
meminum
minuman
dingin
Frekwensi Diare Total p value
Jarang Kadang-
kadang
Sering
n % n % n % n %
Tidak pernah
Kadang kala
Sering
0
5
10
0
16.7
17.9
7
21
42
100
70.0
75.0
0
4
4
0
13.3
7.1
7
30
56
100
100
100
0.478
Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100
Dari hasil analisa hubungan antara keseringan meminum minuman dingin
dengan frekwensi terjadinya diare, diperoleh bahwa sebanyak 7 orang
(100%) responden yang tidak pernah meminum minuman dingin
mengalami diare. Sebanyak 42 orang (75%) responden yang sering
meminum minuman dingin juga turut mengalami diare dengan frekwensi
kadang-kadang. Hasil uji statistik menunjukkan p value = 0.478. Karena
nilai p>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara keseringan meminum minuman dingin dengn frekwensi terjadinya
diare.
42
5.2. Pembahasan
5.2.1 Diare di Kalangan Mahasiswa
Dari hasil penelitian telah dikumpulkan, kejadian diare di kalangan
mahasiswa menunjukkan angka kejadian yang cukup tinggi. Akan
tetapi, frekwensi kejadian diare itu sendiri bervariasi dan sebagian
besar dari responden yang menjawab kuesioner ini menyatakan
bahwa kejadian diare tidak terjadi pada waktu tertentu sehingga
sulit untuk mengidentifikasi penyebab diare itu sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa ada kemungkinan jika diare yang terjadi
adalah disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak steril. Hal
ini dapat dapat diklarifikasi dengan soalan dalam kuesioner yang
menanyakan tentang apakah mahasiswa itu sendiri memastikan
bahwa makanan yang dikonsumsi benar-benar aman dan bersih
ataupun tidak. Walaupun frekwensi kejadian diare di kalangan
mahasiswa secara keseluruhan tidak dapat dijelaskan dengan
terperinci, akan tetapi kejadiannya yang menjadi faktor inklusi
dalam penelitian ini harus dipertimbangkan. Sebanyak 93 orang
responden yang menyatakan bahwa pernah mengalami diare
dengan mayoritas frekwensi diare dan onset diare yang tidak tentu
menunjukkan angka kejadian diare sangatlah tinggi.
5.2.2 Faktor Penyebab Diare di Kalangan Mahasiswa
Dari hasil analisis statistik tentang faktor penyebab diare dan
kejadian diare di kalangan mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa
terdapat satu faktor yang signifikan yang menyebabkan diare di
kalangan mahasiswa yaitu faktor jumlah jam belajar dalam sehari
dan kejadian diare pada mahasiswa tersebut. Dengan nilai p value
sebanyak 0,002, ternyata ada hubungan kuat antara kedua hal ini.
Jumlah jam belajar dalam kuesioner ini adalah sangat berkaitan
dengan tingkat stres yang dihadapi oleh mahasiswa itu sendiri.
43
Dengan pemilihan responden Fakultas Kedokteran USU yang rata-
rata mempunyai tugasan dan jam kuliah yang lebih dibanding
dengan fakultas yang lain, menguatkan teori kejadian Performance
Anxiety Diarrhoea (PAD) atau Nervous Diarrhoea yang teorinya
telah banyak dikembangkan di negara barat di mana kejadian diare
di kalangan mahasiswa akan meningkat apabila musim ujian
semester di universitas itu sendiri atau apabila seseorang itu berada
dalam keadaan stres yang berat.
44
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dicapai dari hasil penelitian adalah hanya faktor
intrinsik (stress) saja yang mempengaruhi tercetusnya diare pada
mahasiswa.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian serupa untuk mahasiswa stambuk dan
fakultas yang lain untuk melihat kemungkinan adanya variasi pola
diare pada mahasiswa.
2. Perlu diberikan informasi tambahan kepada mahasiswa tentang
penanganan stress agar resiko untuk terjadinya diare dapat
diminimalisirkan.
2. Perlu disediakan informasi dan masukan dalam mengubah cara
hidup individu supaya masalah ini tidak berulang sekaligus dapat
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat seiring dengan
produktivitas negara yang tidak lagi terganggu dengan masalah
diare.
`
45
DAFTAR PUSTAKA
Blackburn, B.G., et al., Craun, G.F., Yoder, J.S., Hill, V., Calderon, R.L., Chen,
N., 2004. Surveillance for Waterborne-Disease Outbreaks Associated With
Drinking Water – United States, 2001-2002. M.M.W.R. Surveill Summ. 53:23-45
Brammer, L.M., Abrego, P.J., Shostrom, E.L., 1993. Theraupetic Counseling and
Psychotherapy. USA: John Wiley & Sons.
Budiyanto, C. 2009, Gastritis, Ulkus Peptikum Diare, Universitas Sebelas Maret,
Solo.
Available from:
http://ackogtg.wordpress.com/2009/04/03/gastritis-ulkus-peptikum-diare/
[Accessed 5 April 2009]
Cartwright, R.Y., 2003. Food and Waterborne Infections Associated with Package
Holidays. J. Appl. Microbiol, 94: 12-24.
Centers for Disease Control and Prevention, 2006. Pre- and Post General Health
Recommendations. National Center for Immunization and Respiratory Diseases:
Division of Bacterial Diseases
Centers for Disease Control and Prevention, 2006. Travellers’ Health Kit.
National Center for Immunization and Respiratory Diseases: Division of Bacterial
Diseases
Colman, A.M., 2001. Oxford Dictionary of Psychology. New York: Oxford
University Press Inc.
Daldiyono, 1997. Diare. Dalam: Sulaiman, H. A., Daldiyono, Nurul, H., Rani, H.
A., Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta: CV Sagung Seto.
46
Daldiyono, 1997. Pendekatan Klinik Diare Kronik pada Orang Dewasa. Dalam:
Sulaiman, H. A., Daldiyono, Nurul, H., Rani, H. A., Gastroenterologi Hepatologi.
Jakarta: CV Sagung Seto
Easmon, C. 2005, Causes of Traveller’s Diarrhoea, UK.
Available from:
http://www.netdoctor.co.uk/travel/diseases/travellers_diarrhoea.htm
[Accessed 5 April 2009]
Kliegman, R.M., Greenbaum, L.A., Lye, P.S. 2004. Practical Strategies in
Pediatric Diagnosis and Therapy, 2nd ed. Philadelphia, Elsevier
Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Slifko, T.R., Smith, H.V., Rose, J.B., 2000. Emerging Parasite Zoonoses
Associated With Water and Food. Int. J. Parasitol, 30: 1379-93
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8, vol 2. Jakarta, EGC.
traveldoctor.co.uk, 2002. Table of Microorganisms That Cause Travellers’
Diarrhoea and Some Examples of Commonly Associated Foods, UK.
Available from:
http://www.traveldoctor.co.uk/diarrhoea.htm [Accessed 5 April 2009]
World Health Organization, 2005. Enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC).
USA:
Available from:
http://www.who.int/mediaacentre/factsheets/fs125/en/
[Accessed 5 April 2009]
47
World Health Organization, 2002. Foodborne Diseases, Emerging. USA:
Available from:
http://www.who.int/mediaacentre/factsheets/fs124/en/
[Accessed 5 April 2009]
World Health Organization, 2007. Food Safety and Foodborne Illness. USA:
Available from:
http://www.who.int/mediaacentre/factsheets/fs237/en/
[Accessed 5 April 2009]
Wright, J. T., Das, A. K., 1969. Excretioin of 4-hydroxy-3-methoxy Mandelic
Acid, British Society of Gastroenterology.
Available from:
http://gut.bmj.com/cgi/content/abstract/10/8/628 [Accessed 5 April 2009]