Post on 29-Nov-2015
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG
KOTA SUKABUMI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Oleh
JOHAN HIKAYAT FOA1001021
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2013
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG
KOTA SUKABUMI
JOHAN HIKAYAT NIM : FOA 1001021
Telah Diajukan dan Disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Sukabumi, Juli 2013
Pembimbing
Dewi Erna Marisa M.kep NIDN : 04161281103
Mengetahui :
Ketua Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Sumirat Tresnayanti, S.kp NIK : 117206123
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR
KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI
Karya Tulis Ilmiah ini telah Disidangkan Pada, Juli 2013
Penguji I (satu) : Asep Rahmat S.Kep ( ) NIP : 19870724200901001 Penguji II (dua) : Hendri Hadiyanto, S.Kep.,Ners ( ) NIK : 117703053 Penguji III (tiga) : Dewi Erna Marisa M.Kep ( ) NIDN : 04161281103
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Sumirat Tresnayanti, S.kp NIK: 117206123
i
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNINIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2013
JOHAN HIKAYAT, FOA1001021
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI
PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR
KECAMATAN CITAMIANG
KOTA SUKABUMI
x + 125 halaman, 4 bab, 22 tabel, 9 lampiran.
Latar belakang penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah adanya peningkatan
angka kesakitan akibat penyakit hipertensi di dunia, Indonesia, jawa barat, sukabumi,
hingga di daerah Tipar dari bulan januari 2012 sampai desember 2012. Maka penulis
tertarik mengangkat kasus dengan Hipertensi di Tipar Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar
Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi, serta melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga melalui pendekatan proses keperawatan. Metode penulisan yang di gunakan
deskriptif dengan menggunakan tehnik pengumpulan data, wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus. Setelah melakukan pengkajian pada Tn. S dengan
hipertensi ditemukan masalah Nyeri dan resiko terjatuh. Dalam perencanaan tindakan
keperawatan penulis tidak mengalami adanya hambatan karena adanya kerja sama
dengan klien, keluarga yang kooperatif serta kerja sama tim kesehatan lainnya.
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang sesuai dengan
kebutuhan klien. Hasil evaluasi menunjukan sebagian besar diagnosa keperawatan
yang ada telah teratasi. Kesimpulan pada kasus ini adanya kesenjangan antara teori
dan masalah keperawatan pada Tn.S, diagnosa yang tidak muncul : potensial
perubahan perfusi jaringan. Rekomendasi ditujukan kepada puskesmas agar dapat
melakukan penyuluhan tentang kesehatan di daerah sekitarnya agar pendidikan
kesehatan masyarakat meningkat, khususnya kesehatan klien & keluarga.
Daptar Pustaka : 9 buku (2003 – 2013)
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Illahi Rabbi atas Dzat yang telah menciptakan semesta
alam serta rahmat hidayah-Nya kepada penulis yang telah memberikan nikmat
kesehatan, kesabaran dan karunia-Nya untuk dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan Hipertensi Pada Tn.
S Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi “. Yang
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam menempuh
Pendidikan Diploma III Program Studi D III Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Sukabumi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena segala keterbatasan
dan waktu yang dimiliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk menambah dan memperluas wawasan
dalam menerapkan asuhan keperawatan sebagai salah satu tenaga yang professional.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak berupa materi maupun dorongan moril dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesa-besarnya kepada :
iii
1. Bapak Prof. Dr. Asmawi Zaenul Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Kota
Sukabumi.
2. Ibu Reny Sukmawani, SP., MP Selaku Wakil Rektor Bidang Akademik
3. Bapak Idang Nurodin, S,Ip., MM Selaku Wakil Rektor Bidang Keuangan
4. Bapak Drs. Sakti Alamsyah, M.Pd. Selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi.
5. Ibu Sumirat Tresnayanti S.Kp selaku ketua program studi D III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
6. Ibu dr. Hj. Ritanenny, ESM, MP Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
7. Ibu Dewi Erna Marisa. M.kep selaku penguji dan pembimbing satu dalam
penyusunan studi kasus ini.
8. Ibu dr. Nouva Riega Selaku Kepala Puskesmas Tipar Kota Sukabumi
9. Seluruh Staf dosen, staf pengelola perpustakaan dan karyawan Universitas
Muhammadiyah Sukabumi.
10. Seluruh Staf Dinas kesehatan Kota Sukabumi, yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S
11. Seluruh Staf Pukesmas Tipar Kota Sukabumi yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S
12. Kedua orang tuaku, mama dan papa yang selalu memberikan do’a restunya dan
dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.
iv
13. Klien Tn.S yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama penulis
melaksanakan asuhan keperawatan.
Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT, amin. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan khususnya bagi pengembangan ilmu kesehatan
dan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca
umumnya dan tenaga perawat khususnya serta dapat dijadikan tambahan ilmu
pengetahuan pada bidang perawatan.
Sukabumi, Juli 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………...
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………
LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………….
ABSTRAK …………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. x
BAB I : PENDAHULAN…………………………………………………... 1
A. Latar Belakang……………………………………………………... 1
B. Tujuan penulisan…………………………………………………… 4
C. Metode telaahan……………………………………………………. 5
D. Sistematika penulisan………………………………………………. 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 9
A. Konsep Dasar Penyakit ………………………………………………. 9
1. Konsep Dasar Keluarga……………………………………………. 9
vi
a. Definisi keluarga………………………………………………… 9
b. Struktur keluaraga……………………………………………….. 9
c. Peran keluarga…………………………………………………… 10
d. Fungsi keluarga………………………………………………….. 11
e. Tahapan perkembangan keluarga………………………………. 16
f. Tahapan keluarga mandiri………………………………………. 21
g. Keluarga yang beresiko tinggi dalam kesehatan………………. . 22
h. Tugas keluarga dibidang kesehatan…………………………….. 25
2. Konsep Penyakit……………………………………………………. 29
a. Definisi………………………………………………………… 29
b. Etiologi………………………………………………………… 31
c. Anatomi fisiologi………………………………………………. 32
d. Patofisiologi……………………………………………………. 33
e. Manifestasi klinik………………………………………………. 35
f. Pemeriksaan diagnostik………………………………………… 37
g. Manajemen medik……………………………………………… 38
3. Dampak resiko tinggi pada fungsi keluarga ……………………….. 43
B. Proses Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansian …….. 45
1. Konsep Dasar Lansia ………………………………………………. 45
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi ….. 50
1. Pengkajian …………………………………………………………. 50
vii
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga …………………………………. 60
3. Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga ………………………. 65
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Keluarga …………………… 76
5. Evaluasi ……………………………………………………………. 77
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN………………………. 78
A. Tinjauan Kasus………………………………………………………… 79
1. Pengkajian…………………………………………………………. 79
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………............ 97
3. Rencana Tindakan Keperawatan………………………………… 98
4. Implementasi dan Evaluasi………………………………………. 102
5. Catatan Perkembangan…………………………………………… 106
B. Pembahasan………………………………………………………….. 114
1. Pengkajian ………………………………………………………. 114
2. Diagnosa…………………………………………………………. 117
3. Rencana Tindakan Keperawatan……………………………….. 117
4. Implementasi……………………………………………………. 118
5. Evaluasi…………………………………………………………. 119
BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……………………...... 121
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 121
B. Rekomendasi……………………………………………………….. 123
viii
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 125
LAMPIRAN………………………………………………………………..
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Katz Indeks ……………………………………………………. 46
Tabel 2.2 Barthel Indeks …………………………………………………. 46
Tabel 2.3 Test Keseimbangan ………………………………………........ 47
Tabel 2.4 Data Psikologis ………………………………………………… 47
Tabel 2.5 Data Psikologis ………………………………………………… 48
Tabel 2.6 Status Mental …………………………………………………… 48
Tabel 2.7 Status Kognitif ………………………………………………….. 48
Tabel 2.8 Skala Dalam Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan ….. 62
Tabel 2.9 Perencanan Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi ………. 69
Tabel 3.1 Kartu Keluarga ………………………………………………… 79
Tabel 3.2 Katz Indeks ……………………………………………………. 91
Tabel 3.3 Barthel Indeks …………………………………………………. 92
Tabel 3.4 Keseimbangan ………………………………………………… 93
Tabel 3.5 Data Psikologis ……………………………………………….. 93
Tabel 3.6 Status Mental …………………………………………………. 94
Tabel 3.7 Status Kognitif ……………………………………………….. 94
Tabel 3.8 Analisa Data ………………………………………………….. 95
Tabel 3.9 Diagnosa Keperawatan ………………………………………. 96
Tabel 3.10 Diagnosa Keperawatan ………………………………………. 97
Tabel 3.11 Perencanaan ………………………………………………….. 98
Tabel 3.12 Implementasi dan Evaluasi ………………………………….. 102
Tabel 3.13 Catatan Perkembangan ………………………………………. 106
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam
Lampiran 2 Materi Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam
Lampiran 3 Leaflet Relaksasi Nafas Dalam
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Rumah Sehat
Lampiran 5 Materi Penyuluhan Rumah Sehat
Lampiran 6 Leaflet Rumah Sehat
Lampiran 7 Keterangan Kunjungan Rumah
Lampiran 8 Lembar Konsultasi
Lampiran 9 Pernyataan Tidak Melakukan Plagiarisme
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian hipertensi di dunia merupakan masalah yang besar dan serius
disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa
yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa
kecacatan permanen dan kematian mendadak, penyakit hipertensi telah
membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar, hipertensi adalah suatu keadaan
dimana pada umumnya mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari atau sama
dengan 140 mmHg dan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi (WHO) Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri secara terus – menerus lebih dari satu periode.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah secara sinergis, berhasil dan berdaya guna sehingga tercapai derajat
kesehatan masayarakat yang setinggi – tingginya. Sejalan dengan tujuan
pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah
2
telah menetapakan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM di
berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program-program pra-upaya
kuratif dan rehabilitatif yang di dukung oleh informasi kesehatan secara
berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku
hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya
sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas di tahun
2015.(http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.T
erus.Meningkat www.kompas.com dibuka pada tanggal 27 juli 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang ditentukan berdasarkan kriteria
ambang hipertensi yaitu tekanan darah dengan rentang antara 140/90 – 160/100
mmHg, diperkirakan 4,8-18,8%. Angka ini lebih tinggi dari angka prevalensi
yang dilaporkan oleh Cheng dan kawan – kawan di Taipeh, yaitu sekitar 6,2 %.,
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia tergolong tinggi, namun
kebanyakan dari penderitanya tidak terdeteksi, akibatnya tidak tertangani dengan
cepat, sehingga menyebabkan kesakitan bahkan kematian dini,. Hal ini
menunjukkan prevelensi hipertensi sebanyak 31,7%, hipertensi menjadi salah satu
penyebab kematian utama di perkotaan maupun perdesaan pada usia 55-64
tahun,satu dari tiga orang dewasa Indonesia menderita hipertensi, bahkan di
kalangan usia 50 tahun ke atas satu dari dua orang.
(http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?searchword=Hipertensi&
ordering=&searchphrase=all dibuka pada tanggal 27 juli 2013).
3
Masalah penyakit hipertensi di jawa barat ini menjadi perhatian khusus
karena jumlah penderita semakin meningkat dari tahun ke tahun., berdasarkan
laporan dari dinas kesehatan provinsi jawa barat penderita hipertensi pada tahun
2012 penderita hipertensi di jawa barat mencapai 31 % , angka ini diperkirakan
akan semakin bertambah seiring perekembangan jaman yang memicu pola hidup
yang tidak sehat. ( http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/724 dibuka
pada tanggal 27 juli 2013 )
Data dari 15 puskesmas yang berada di kota sukabumi penderita hipertensi
pada bulan januari sampai bulan desember tahun 2012 berjumlah 36.605 jiwa dari
356.085 jiwa yang ada di kota sukabumi. Data dari 15 puskesmas di kota
sukabumi yang mendapat kunjungan pasien dengan hipertensi tertinggi salah
satunya ialah puskesmas tipar. (Dinkes Kota Sukabumi)
Di puskesmas Tipar kota sukabumi angka kunjungan penderita hipertensi dari
bulan januari samapai dengan bulan desember tahun 2012 berjumlah 2622
jiwa,angka kunjungan penderita hipertensi di puskesmas tipar termasuk salah satu
kunjugan terbanyak. (Puskesmas Tipar Kota Sukabumi).
Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam perawatan kesehatan
masayarakat karena mempunyai peran penting dalam pemeliharaan kesehatan
anggota keluarganya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang
tepat, memberikan perawatan pada anggota keluaarga yang sakit,
mempertahankan suasana lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan
4
pemanfaatan engan baik terhadap fasilitas kesehatan yang ada. Apabila kelima
tugas kesehatan tersebut tidk bisa dijalankan dengan baik maka akan timbul
berbagai macam masalah kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus pada keluarga Tn S melalui pendekatan asuhan keperwatan yang
dituangkan dalam karaya tulis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga TN
S Dengan Hipertensi Pada Tn S Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan
Citamiang Kota Sukabumi”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan keluarga secara langsung pada klien dengan
hipertensi yang komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keluarga dengan hipertensi,
Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan keluarga dengan
hipertensi, Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi, Mampu mendeskripsikan tindakan
keperawatan keluarga dengan hipertensi, Mampu mendeskripsikan
evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi,
5
Mampu membandingkan antara konsep dengan kenyataan asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
3. Metode Telaahan
Yang dimaksud dengan metode telaahan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini adalah pendekatan yang digunakan dalam menghimpun data /
informasi dan sebagai cara memperoleh data / informasi
(wawancara,observasi,dll ).
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan type
studi kasus yang di laksanakan terhadap salah satu keluaraga dengan
kasus hipertensi.
2. Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Wawancara
Yaitu dengan mengadakan tanya jawab pada keluarga untuk
mengumpulkan data.
b. Observasi
Yaitu mengadakan pengamatan terhadap klien, keluarga dan
lingkungan.
c. Studi Dokumentasi
6
Mempelajari data klien selama klien dan keluarga kontak
dengan pelayanan kesehatan.
d. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan teori yang
berkaitan dengan konsep asuhan keperawatan keluarga dan
konsep asuhan keperawatan hipertensi dan konsep asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit hipertensi.
e. Pemeriksaan Fisik
Mengadakan pemeriksaan secara sistematis pada anggota
keluarga .
3. Sumber dan jenis data :
a. Sumber data primer dan sekunder
1) Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui media
perantara). Data primer dapat berupa opini subjek
(orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan
untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode
survey dan (2) metode observasi.
7
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data
documenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.
b. Jenis data : Objektif dan subjektif
1) Data Objektif
Data objektif ialah data yang didapatkan secara tidak
langsung.
2) Data Subjektif
Data subjektif ialah data yang didapatkan secara langsung.
4. Pengolahan data
Pengolahan data di lakukan secara manual yaitu dengan jalan
mengklasifikasikan, lalu mengidentifikasi serta menginterprestasikan
data yang diperoleh, selanjutnya disajikan secara textular.
4. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis ini, penulis membuat sistematika yang
dimulai dengan judul, lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar
8
isi, daftar lampiran, daftar tabel dan selanjutnya dibagi dalam 4 bab antara
lain :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan yang menjelaskan latara belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang konsep keluarga, konsep
perawatan kesehatan keluarga, konsep dasar Penyakit Hipertensi, dan
Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi.
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Tinjauan kasus yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan
terhadap klien, yang mencakup pengumpulan data, analisa data,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, pelaksanaan,
evaluasi, catatan perkembangan.
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisikan kesimpulan dan saran dari asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan yang disusun pada Karya Tulis ini serta rekomendasi
yang dirujukan kepada pihak yang bersangkutan dalam upaya
peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Konsep keluarga
a. Definisi keluarga
Menurut Wall (1986) mengemukakan keluarga sebagai dua orang
atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan
emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga (Padila, 2012 : 19).
Menurut UU No. 10 (1992) mengemukakan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau
suami istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Padila, 2012
: 19).
Menurut Depkes RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Padila, 2012 : 19).
b. Struktur keluarga
Strutur keluarga menurut Padila (2012 : 24) ada 5 macam yaitu :
10
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
4) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah.
5) Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
c. Peran keluarga
Peran keluarga menurut Nasrul Effendy (1998)
1) Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah
dari anak-anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
11
pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala
keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat
dan lingkungan.
2) Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya
berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota
kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai pencari
nafkah tambahan keluarga.
3) Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial
sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,
sosial, dan spiritual. (Ferry Effendy & Makhfudli, 2009 : 187)
d. Fungsi keluarga
Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu
sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain
keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka
selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :
Menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh Padila (2012 : 33-36)
mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
12
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga
mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.
Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi dalam keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi
fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima
dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat
kasih sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk
memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang
hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam
keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina
hubungan dengan orang lain diluar keluarga.
b) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang
positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun
anak diakui dan dihargai keberadaan dan haknya.
c) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan
sepakat hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuiakna
dengan berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak
13
dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan
selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua
anak dan antar anak melalui proses identifikasi. Proses
identifikasi merupakan inti ikatan kasih sayang, oleh karena
itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif dimana
anak meniru perilaku orang tua melaului hubungan interaksi
mereka.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Sering perceraian, kenakalan anak atau masalah
keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak
terpenuhi.
2) Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial (Gegas, 1979 dan Friedman, 1998),
sedangkan Soekanto mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu
proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-
norma masyarakat dimana dia menjadi anggota.
Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah
meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan
sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai
14
melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan
prilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu
berperan di masyarakat.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun
disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan
perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orangtua
(single parent).
4) Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
makanan, pakaian, dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber
keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis
kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahtera ). Perawat
berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat
digunakan keluarga meningkatkan status kesehatan mereka.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain
keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan rumah, keluarga juga
15
berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik
untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang
sakit. Keluarga juga menetukan kapan anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan
tenaga profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi kesehatan
individu dan keluarga.
Kesangggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Friedman,
1998) :
a) Mengenal masalah kesehatan
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan
oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui
sejauh mana keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut
dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau pembinaan
terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.
16
e. Tahapan perkembangan keluarga
1) Tahap I
Tahap keluarga pemula ( beginning family)
Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b) Membangun jaringan persaudaraan secara harmonis
c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan
sebagai orang tua)
d) Menetapkan tujuan bersama
e) Persiapan menjadi orang tua
f) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orang tua).
2) Tahap II
Tahap keluarga sedang mengasuh anak (child bearing)
Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan.
Studi klasik le master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17%
tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
a) Suami merasa diabaikan
b) Peningkatan perselisihan dan argument
c) Interupsi dalam jadwal kontinu
d) Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun
17
Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah :
(1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang
mantap (integrasi bayi dalam keluarga)
(2) Rekomendasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan
dan kebutuhan anggota keluarga
(3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
(4) Memperluas persahabatan keluarga besar dengan
menambah peran orangtua, kakek dan nenek
(5) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak
(6) Konseling KB post partum 6 minggu
(7) Menata ruang untuk anak
(8) Menyiapkan biaya child bearning
(9) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
(10) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3) Tahap III
Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan-6 tahun.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah,
ruang bermain, privasi dan keamanan
18
b) Mensosialisakan anak
c) Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan
anak yang lain
d) Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua-anak) serta hubungan
diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas)
e) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
f) Pembagian tanggung jawab
g) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
4) Tahap IV
Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 6-3 tahun.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
d) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
e) Menyediakan aktivitas untuk anak
19
5) Tahap V
Tahap keluarga dengan anak remaja
Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung
jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b) Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-
anak
d) Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh dan kembang anggota keluarga
6) Tahap VI
Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Memperlua siklus keluarga dengan memasukan anggota
keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya
b) Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari
suami atau istri
20
d) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
masyarakat
e) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya
f) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.
7) Tahap VII
Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family).
Tugas perkembangan keluarga :
a) Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh
arti dengan para orangtua (lansia) dan anak-anak.
c) Memperkokoh hubungan perkawinan.
d) Persiapan masa tua/pension
8) Tahap VIII
Tahap keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga :
a) Penyesuain tahap masa pension dengan cara merubah cara
hidup
b) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
c) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
21
d) Mempertahankan hubungan perkawinan
e) Menyesuiakan diri terhadap kehilangan pasangan
f) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
g) Melakukan life review masalalu (Padila, 2012: hal 48)
f. Tahapan keluarga mandiri
Tingkat kemnadirian keluarga menurut Departemen Kesehatan RI
(2006) Kemandirian keluarga dalam program dalam perawatan
kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tingkatan dari keluarga
mandiri tingkat satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat
empat (paling tinggi).
1) Keluarga mandiri tingkat satu ( KM-I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
2) Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang diajarkan.
3) Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)
22
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4) Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
g) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif. (Ferry
Effendy & Makhfudli, 2009 : 187)
g. Keluarga yang beresiko tinggi dalam kesehatan
23
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang
menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong
risiko tinggi dalam bidang kesehatan (Effendy, 1998: 41), meliputi:
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah sebagai berikut :
a) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan
penyakit keturunan
2) Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu
hamil:
a) Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun)
b) Menderita kekurangan gizi/anemia
c) Menderita hipertensi
d) Primipara atau multipara
e) Riwayat persalinan dengan komplikasi
3) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena :
a) Lahir prematur/BBLR
b) Beratbadan sukar naik
c) Lahir dengan cacat bawaan
d) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
24
e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi
atau anaknya
4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota
keluarga, Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk
digugurkan
a) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan
sering timbul cekcok dan ketegangan
b) Ada anggota keluarga yang sering sakit
c) Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari
meninggalkan keluarga
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (1996: 7), keluarga
yang menjadi keluarga rawan kesehatan ialah :
(1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan :
(a) Ibu hamil tertentu yang belum ANC (Ante Natal Care)
(b) Ibu nifas yang persalinan dan neonatusnya ditolong dukun
(c) Balita tertentu
(d) Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh
program
(e) Penyakit endemis
(f) Penyakit kronis tidak menular
(g) Kecacatan tertentu (mental atau fisik)
25
(2) Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan :
(a) Ibu hamil dengan masalah gizi
(b) Ibu hamil dengan risiko tinggi lain (perdarahan, infeksi,
hipertensi)
(c) Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah)
(d) Neonatus dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
(e) Usia lanjut jompo
(f) Kasus percobaan bunuh diri (tentamen suicide)
(3) Keluarga dengan kasus tindak lanjut keperawatan, yaitu keluarga
dengan:
(a) Drop out tertentu, seperti ibu hamil, bayi atau anak balita,
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, penyakit
kronis atau endemis tertentu.
(b) Kasus pasca perawatan seperti : kasus keperawatan yang
dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan, kasus katarak yang
dioperasi di puskesmas, persalinan dengan tindakan, kasus
psikotik, kasus yang seharusnya di rujuk tetapi tidak
melaksanakan rujukan.
h. Tugas keluarga di bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh Friedman (1998)
yang sampai saat ini masih dipakai dalam asuhan keperawatan
26
keluarga. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998) dalam
Efendi & Makhfudli (2009) tersebut adalah :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana akan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar
perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengnal.
Fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang memengaruhinya, serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat
mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi
27
keluarga dalam membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal
yang perlu dikaji oleh perawat :
a) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah.
b) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami.
d) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
e) Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap
masalah kesehatan.
f) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas
kesehatan.
g) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan keluarganya yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis dan perawatanya).
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
28
d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau
finansial, fasilitas fisik, psikososial).
e) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.
b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c) Pentingnya higiene sanitasi.
d) Upaya pencegahan penyakit.
e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.
f) Kekompakan antar-anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat. Ketika merujuk keluarga harus mengetahui hal-hal
berikut ini :
a) Keberadaan fasilitas keluarga.
b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan
fasilitas kesehatan.
d) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
29
e) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oh keluarga.
Perlu digaris bawahi bahwa 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan
diatas, mesti selalu dijalankan. Tentu apabila salah satu atau beberapa
diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan
maslah kesehatan dalam keluarga. (Yohanes Dion & Yasinta Betan,
2013 : 25-28)
2. Konsep Penyakit
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
(Tagor,2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang di sebabkan satu
atau beberapa factor risiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam memepertahankan tekanan darah secara normal.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau
tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan diastolic 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2005 ).
Klasifikasi hipertensi di bagi menjadi dua yaitu :
30
1) Hipertensi Primer
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai
saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa
factor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial,
sperti : faktor genetik , stress dan psikologis, serta faktor
lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan
berkurangnya asupan kalium atau kalsium).
Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya
tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal,mata,otak dan
jantung.
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat
diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk di
kendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder
di antaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes,kelainan adrenal,kelainan aorta, kelainan endokrin
lainya seperti obesitas,resistensi insulin,hipertiroidisme, dan
pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan
kortikosteroid. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013
: 52).
31
b. Etiologi
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral
Resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus
SA.Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik
sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan
kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan
volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat
terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh
ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan
rennin atau aldosterone maupun penurunan aliran darah ke ginjal
dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolic
akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan
darah,peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan
tekanan sistolik.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormone pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan
32
normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih
kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,
untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang
menyempit. Hal ini disebabkan peningkatan dalam afterload
jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan
diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka
ventrikl kiri mungkin mulai mengalami hipertropi (membesar).
Dengan hipertropi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin
meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah
secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada
hipertropi, saraf-saraf otot jantung juga mulai tegang melebihi
panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup. (Andra saferi wijaya & yessie
mariza putri,2013 : 53-54)
c. Anatomi fisiologi
System kardiovaskuler terdiri dari :
1) Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang
memelihara peredaran melalui seluruh tubuh
2) Arteri membawa darah dari jantung
3) Vena membawa darah ke jantung
33
4) Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya
dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan
buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan
extraseluler atau interstisiil. (Evelyn C.pearce,2008 : 121)
d. Patofisiologi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi
ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5 % )
memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab
tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut
sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis
terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian
dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut
serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensi, dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Di
antara faktor-faktor yang telah di pelajari secara intensif adalah
asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, system renin-
angiotensin, dan system saraf simpatis. Pada beberapa tahun
belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik,
disfungsi endoltel (yang tampak pada perubahan endotelin dan
nitrat oksida).
34
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinallis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu degan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memeperkuat respon vasokontrikor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
35
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstrikor kuat, yang pada giliranya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
penigkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2005). (Andra
saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 : 54-55)
e. Manifesstasi klinik
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan
pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
36
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma
(peningkatan nitrogen urea darah), (BUN) dan (kreatinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis
sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam
pengelihatan) (Brunner & Suddarth, 2005).
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul :
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat.
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
37
5) Edema depeden dan pembengkakan akibat peningkatan
kapiler. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 :
55-56)
f. Pemeriksaan diagnostic
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasi faktor resiko seperti
: hipokoagulabilitas.
2) BUN / kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa
Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
5) CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6) EKG
Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung,
hipertensi.
38
7) IUP
Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
8) Poto dada
Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
g. Manajemen medic
1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfaramakologis dengan modifikasi gaya
hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin,2007).
Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu :
a) Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index
(BMI) dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006).
BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda
dengan tinggi badan yang telah di kuadratkan dalam satuan
meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat
dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein (pfizerpeduli.com), dan jika
39
berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan
darah diastolic dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg
(Radmarssy, 2007).
b) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara
diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmoL/hari
(kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam / hari) (Kaplan,
2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam
sampai kurang dari 2300 mg (1 senok the) setiap hari.
Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari,
dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan
tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007).
c) Batasi konsumsi alcohol
Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi alcohol
harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak minum minuman
beralkohol.
d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg) /
hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan
40
diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak
jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersama air kencing. Dengan
setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali
dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium
yang cukup (Radmarssy, 2007).
e) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung
dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat
meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti jantung dan stroke, maka perlu dihindari
mengkosumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat
hipertensi (Dalimartha, 2008).
f) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap
namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps, 2005).
Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi penderita hipertensi dan
memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga
atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf yang
41
akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
(pfizerpeduli.com).
g) Terapi masase (pijat)
Menurut Dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang
dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika
semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi
terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka
resiko hipertensi dapat ditekan.
2) Pengobatan Farmakologi :
a) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
b) Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin dan
Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
c) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
(1) Menurunkan daya pompa jantung.
42
(2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial.
(3) Pada penderita diabetes mellitus : dapat
menutupi gejala hipoglikemia.
d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
e) ACE inhibitor (Captopril)
(1) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II.
(2) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
f) Penghambatan Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptor sehingga memperingan daya pompa
jantung.
g) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
(Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 :
56-58)
43
3. Dampak resiko tinggi pada fungsi keluarga
Resiko pada fungsi keluarga ialah sebagai berikut :
a. Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah
untuk meningkatkan penghasilah keluarga dan kemampuan keluarga
dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar untuk
meningkatkan status kesehatannya.
b. Fungsi mendapatkan status sosial.
Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status sosial
di masyarakat tempat tinggal keluarga.
c. Fungsi pendidikian
Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam keluarga dalam
pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat
sekitar.
d. Fungsi sosialisasi
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan
perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat.
e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan)kesehatan
Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, yaitu mengenai
masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga
44
yang sakit, memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
menunjang terhadap kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
f. Fungsi religius
Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
g. Fungsi rekreasi
Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan
rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang
kuantitas yang dilakukan.
h. Fungsi reproduksi
Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga dan upaya
pengendalian jumlah anggota keluarga serta bagaimana keluarga
menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang
dini dan benar.
i. Fungsi afeksi
Menjelaskan gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan
psikososial dalam keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
45
B. Proses Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi Pada Lansia
1. Konsep Dasar Lansia
a. Pengertian proses menua
Proses menua (Ageing process) merupakan proses yang terus
menerus (berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami oleh semua makhluk hidup. Menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. (Suparyanto, 2010)
b. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia
Stieglitz (1945) yang dikutip oleh Suparyanto (2010)
mengemukakan ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya
dengan proses menua, yaitu :
1) Gangguan sirkulasi darah, seperti hipertensi, kelainan pembuluh
darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.
2) Gangguan metabolisme hormonal seperti diabetes mellitus,
klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid.
3) Gangguan pada persendian seperti osteoartritis, gout, artritis
ataupun penyakit kolagen lainnya.
4) Neoplasma.
46
c. Pengkajian fokus pada lansia
1) Katz Indeks
Tabel 2.1 A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
A
B Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas B
C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi di atas C
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain D
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang
lain
E
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain
F
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas G
2) Barthel Indeks
Tabel 2.2 No Kriteria Dengan bantuan Mandiri
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ke tempat
tidur dan sebaliknya
5-10 15
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
0 5
5 Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
5 10
6 Mandi 5 15
7 Jalan di tempat datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol blader (BAK) 5 10
12 Olahraga/latihan 5 10
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 5 10
Keterangan :
130 : mandiri
65-125 : ketergantungan sebagian
60 : ketergantungan total
47
3) Test keseimbangan
Tabel 2.3 A Perubahan posisi/gerakan keseimbangan 0 1
1 Bangun dari kursi
2 Duduk dari kursi
3 Menahan dorongan pada sternum
4 MataTertutup
5 Perputaran leher
6 Gerakan Menggapai sesuatu
7 Membungkuk
B Komponen Gaya Berjalan 0 1
8 Berjalan sesuai perintah
9 Kemampuan mengangkat kaki saat berjalan
10 Kontinuitas langkah kaki saat berjalan
11 Kesimetrisan Langkah
12 Penyimpangan jalur pada saat berjalan
13 Berbalik
Total
Keterangan :
0-5 : risiko jatuh
6-10 : risiko jatuh sedang
11-13 : risiko jatuh tinggi
4) Data psikologis yang mencakup :
Status emosional
Tabel 2.4
a
b
c
d
Mengalami sukar tidur
Sering merasa gelisah
Sering murung atau menangis sendiri
Sering was-was atau khawatir
Ya Tidak
Jika jawaban diatas lebih dari satu, maka lanjutkan dengan pertanyaan
berikut :
48
Tabel 2.5
No Data Ya Tidak
A Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih
dari1kali dalam 1 bulan
B Ada masalah atau banyak pikiran
C Ada gangguan/masalah dengan keluarga
lain
D Menggunakan obat tidur/penenang atas
anjuran dokter
E Cenderung mengurung diri
(1) Status mental (Short Portable Mental Status Quissionaire (SPMSQ))
Tabel 2.6
No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ini ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru semua secara menurun
TOTAL
Keterangan :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
(2) Status kognitif (Mini Mental Status Examination (MMSE))
Tabel 2.7 No Aspek Kognitif Nilai
maks
Nilai klien Kriteria
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar:
Tahun
49
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada ?
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Barat
Kota ….
PTSW
Wisma
2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 0bjek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing obek.
Kemudian tanyakan kepada klien ke 3 objek tadi (untuk disebutkan)
Objek…
Objek…
Objek…
3 Perhatikan dan
kalkulasi
5 Minta klien untuk mulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali / tingkat. 93, 86, 79,
72, 65
4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ke
3 objek pada nomor 2 (registrasi).
Bila benar 1 poin untuk masing-
masing objek.
5 Bahasa 9 a. Menyebutkan nama benda
yang ditunjuk minimal 2 b. Kemampuan mengulang
kata
Tak ada jika, tetapi, atau
c. Kemampuan melakukan
perintah
Mengambil
Melakukan sesuatu
terhadap benda yang
diambil
Menaruh
d. Kemampuan menutup mata e. Kemampuan menulis 1
kalimat
f. Kemampuan menyalin
gambar
TOTAL
50
Keterangan :
> 23 : aspek kognitif dari fungsi intelektual baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
< 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi
Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses yang kompleks
dan bersifat dinamis, menggunakan pendekatan yang sistematis pada
keluaraga dan anggota keluarga dengan menggunakan metode ilmiah. Proses
keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri
dari pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
(Yohanes Dion & Yasinta Betan, 2013 : 63)
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling tergantung satu sama
lainnya yang menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap
yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
(Suprajitno, 2004 : 29) Tahap ini mencakup pengumpulan data,
analisis/interpretasi data tentang kondisi bio, psiko, sosio, kultural, dan
spritual klien. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
51
keperawatan keluarga. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang
perlu dilakukan, yaitu :
a. Membina hubungan yang baik
Hubungan yang baik antara perawat dan klien (keluarga) merupakan
modal utama pelaksanaa asuhan keperawatan, hubungan yang baik ini
dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapetik yang
merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan pada klien
untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya, ada beberapa hal yang
perlu dilakukan yaitu :
1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan
ramah
2) Menjelaskan tujuan kunjungan
3) meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu keluarga menyelesaikan maslah kesehatan yang ada di
keluarga
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat
dilakukan
5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang
menjadi jaringan perawat
b. Pengkajian awal, pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh
dari unit pelayanan kesehatan.
52
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua), adalah tahap pengkajian untuk
memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan
keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Pada pengkajian
lanjutan ini perawat perlu mengungkap keadaan keluarga hingga
penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar. Data yang
harus diperoleh pada pengkajian yang meliputi :
1) Data umum
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat lengkap dan
telpon, pekerjaan KK, komposisi keluarga dan genoram keluarga.
Data lain yang perlu dikaji yang termasuk ke dalam data umum
adalah tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi
keluarga serta aktitas rekreasi keluarga.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, yaitu meliputi :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, yaitu tahap
perkembangan tertinggi yang dicapai keluarga saat ini yang
ditentukan oleh anak tertua dari keluarga tersebut.
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, yaitu
menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan
kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan
pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi
dan upaya yang telah dilakukannya.
53
c) Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat
kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan
penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan
kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.
d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atsnya).
Dalam hal ini menjelaskan riwayat kesehatan generasi diatas
orang tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi
tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya
kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.
3) Data lingkungan, meliputi :
a) Karakteristik rumah
Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni
keluarga meliputi luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
pemanfaatan ruangan jumlah ventilasi, peletakan perabot
rumah tangga, sarana pembuangan air limabah dan kebutuhan
mck (mandi, cuci, kakus), sarana air bersih dan minum yang
digunakan.
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal meliputi
kebiasaan seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta
54
aturan/kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga dan
ada keluarga yang sering berpindah tempat atau ada anggota
keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada
keluarga yang dibina.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
e) Sistem pendukung keluarga
Menjelaskan anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga
yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat,
asuransi, dll). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga
(peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga
dan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat
digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
55
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
Menjelaskan tentang peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik di keluarga atau
masyarakat.
b) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajarii dan dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
c) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa
pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota
keluarga dalam menciptakan komunikasi serta hal apa yang
mempengaruhi komunikasi keluarga.
d) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan tentang kemampuan keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk
mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan
56
lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilah keluarga
dan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada
di masyarakat sekitar untuk meningkatkan status kesehatannya.
b) Fungsi mendapatkan status sosial.
Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status
sosial di masyarakat tempat tinggal keluarga.
c) Fungsi pendidikian
Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam keluarga
dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah
atau masyarakat sekitar.
d) Fungsi sosialisasi
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya
dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat.
e) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan)kesehatan
Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, yaitu
mengenai masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat
anggota keluarga yang sakit, memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang menunjang terhadap kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
57
f) Fungsi religius
Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
g) Fungsi rekreasi
Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk
melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam
rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan.
h) Fungsi reproduksi
Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga dan upaya
pengendalian jumlah anggota keluarga serta bagaimana
keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang
pendidikan seks yang dini dan benar.
i) Fungsi afeksi
Menjelaskan gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota
keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
6) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan jangka keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga dalam berespons terhadap
stressor dan strategi koping yang digunakan untuk
menyelesaikan stressor baik itu stressor jangka pendek
58
(memerlukan waktu penyelesaian kurang lebih 6 bulan)
maupun stressor jangka panjang (memerlukan waktu lebih dari
6 bulan)
b) Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada setiap anggota keluarga
menggunakan sistem pemeriksaan fisik secara head to toe.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe, meliputi :
(1) Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :TD: sistolik 160 mmHg
diastolik 90mmHg.
RR : 20 x / menit
N : 96 x/menit
S : 36 o C
(2) Kepala : Bentuk simetris tidak ada lesi atau hematoma
tidak ada eedema, tidak ada benjolan warna rambut,
distribusi.
(3) Mata : Bentuk simetris , reflek positif pupil terhadap
rangsangan cahaya, fungsi pengelihatan biasanya menurun,
konjungtiva unanemis visus 3 : 6, reflek mengedip, hygiene
bersih, scelera terilhat kekuningan.
59
(4) Hidung : Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada sinus, hygiene.
(5) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, fungsi
pendengaran biasanya menurun, hygiene.
(6) Mulut : Hygiene, jumlah gigi , ovula berada di tengah-
tengah, tidak ada pendarahan gusi.
(7) Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran JVP, tidak ada nyeri menelan.
(8) Dada : Bentuk simetris, terdapat retraksi dada, pergerakan
dada simetris, suara paru vaskuler, bunyi paru sonor, bunyi
jantung s1 dan s2 tidak ada bunyi tambahan.
(9) Abdomen : Bentuk datar dan Simetris, umbilicus bersih,
tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan pada
epigastrium, bising usus 8 x/ mnt, tidak terdapat distensi
abdomen.
(10) Genetalia : hygiene, bentuk, nyeri tekan.
(11) Ektremitas :
a) Atas : bentuk simetris reflek bisef, dan trisef positif,
jumlah jari lengkap, akral hangat, di tumbuhi rambut,
tidak ada edema, tonus otot kanan 5 kiri 5.
60
b) Bawah : bentuk simetris, reflek patella positif, jumlah
jari lengkap, di tumbuhi rambut, tidak ada kontraktur
sendi tingkat gradasi, tonus otot kanan 5 kiri 5.
7) Harapan Keluarga
Menjelaskan bagaimana harapan keluarga terhadap perawat
(petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi.
2. Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang dirumuskan
berdasarkan data yang dirumuskan tentang respon klien terhadap masalah
kesehatan serta faktor penyebab (etiologi) yang berkontribusi terhadap
timbulnya masalah yang perlu diatasi dengan tindakan/intervensi
keperawatan. (Suprajitno, 2004 : 24)
Menurut Suprajitno (2004 : 42), perumusan diagnosa keperawatan
keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati yang teridir dari :
a. Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan yang tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
(individu) keluarga.
b. Penyebab (etiologi, E), adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga
yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat
61
anggota keluarga, memelihara lingkungan atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
c. Tanda (sign, S), adalah sekumpulan data subjektif dan data objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.
Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a. Diagnosa aktual
Adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosa risiko/risiko tinggi
Adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk
menjadi masalah aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial
Adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat terjadi.
Masalah keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada klien
dengan hipertensi (Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza putri, 2013 :
60) adalah :
62
1). Nyeri (sakit kepala)
2). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
3). Potensial perubahan perfusi jaringan
Untuk menentukan diagnosa pada keperawatan keluarga maka etiologi
dihubungkan pada lima tugas keluarga menurut Suprajitno (2004, 17-18)
yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Apabila diagnosa keperawatan yang dirimuskan lebih dari satu,
maka harus dilakukan skoring (penilaian) diagnosa keperawatan.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh
Bailon dan Maglaya (1978) dalam Suprajitno (2004 : 45-46)
Skala dalam Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan
Menurut Bailon dan Maglaya (1978)
Tabel 2.8
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala : Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
3
2
1
63
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
(Sumber : Asuhan Keperawatan Keluarga; Aplikasi dalam Praktik.
Suprajitno, 2004: 46)
Proses skoring ini dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan yang
telah diidentifikasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses
skoring adalah :
(1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
(2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor yang diperoleh x bobot
Skor tertinggi
64
(3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama
dengan jumlah bobot yaitu 5)
Setelah dilakukan proses skoring, langkah selanjutnya adalah
penyusunan prioritas masalah. Prioritas didasarkan pada diagnosa
keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan
sampai skor yang terendah. Namun, dalam hal ini perawat harus
mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah
keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :
1) Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau
kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari
oleh keluarga.
2) Untuk kriteria kedua, perlu diperhatikan :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untuk menangani masalah
b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan dan tenaga
c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan dan waktu
d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
65
c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk
memperbaiki masalah
d) Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak
aktual dan menjadi parah
4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.
3. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan) adalah acuan
tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang
direncanakan dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga klien dapat
terpenuhi kebutuhan dasarnya. (Suprajitno, 2004: 24)
Ciri-ciri rencana perawatan keluarga menurut Effendy (1998 : 54) :
1) Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau
meringankan masalah yang sedang dihadapi
2) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah
dipelajari dan pikiran yang logis
3) Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan
datang
4) Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang diidentifikasi
5) Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan
6) Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus
66
Perencanaan keperawatan keluarga (family care plan) mencakup tujuan
umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan
kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. (Suprajitno, 2004: 49)
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang
bertujuan :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a) Memberikan informasi yang tepat
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan
c) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara :
a) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan
tindakan
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di
sekitar keluarga
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan
3) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara :
a) Mendemonstrasikan cara perawatan
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
67
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara :
a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga
seoptimal mungkin
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada di sekitarnya dengan cara :
a) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar
lingkungan keluarga
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada
dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan terdapat
beberapa hal penting yang harus diperhatikan yaitu :
(1) Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai
jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien.
(2) Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur
dan diobservasi dengan pancaindera perawat yang
objektif.
(3) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan
dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke
68
kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalisasi.
Calgary (1994) dalam Suprajitno (2004: 52) menyatakan bahwa
rencana tindakan diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan
tindakan keluarga sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi
kebutuhan kesehatan anggota keluarganya dengan bantuan minimal
dari perawat.
Dalam menyusun intervensi, sebaiknya perawat melibatkan
keluarga secara aktif karena keluarga mempunyai tanggung jawab
akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri dan merupakan cara untuk
menghormati dan menghargai keluarga (Carey, 1989 dalam
Suprajitno, 2004: 52).
69
Tabel 2.9 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Nyeri (sakit kepala)
berhubungan dengan
Ketidakmampuan/
ketidaktahuan/
ketidakmauan
keluarga dalam : 1. Mengenal
kesehatan yang
dialami
keluarganya
2. Mengambil
keputusan yang
tepat bagi
keluarganya
3. Merawat
anggota
keluarga
dengan masalah nyeri
4. Memodifikasi
lingkungan
keluarga untuk
menjamin
kesehatan
keluarga.
5. Menggunakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Setelah
dilakukan
kunjungan
rumah
selama 4
hari, nyeri teratasi
Setelah dilakukan 4 kali
kunjungan rumah selama
30 menit setiap pertemuan
di harapkan keluarga dapat
:
TUK 1 : mengenal masalah yang di hadapi
oleh keluarganya
TUK 2 :
Keluarga dapat mengambil
keputusan yang tepat
untuk membuat keputusan
untuk mengatasi masalah
TUK 3 :
Melakukan tindakan
perawatan yang tepat bagi
klien hipertensi
diantaranya
mendemonstrasikan relaksasi napas dalam dan
distraksi
Respon verbal
Respon
afektik
Respon
psikomotor
Keluaraga dapat
menyebutkan pengertian
nyeri, penyebab nyeri,
tanda dan gejala nyeri,
dan manajemen nyeri
Keluarga merasa nyaman
karena mengetahui cara
mengatasi nyeri yaitu
dengan cara tehnik
relaksasi napas dalam yaitu :
Tarik napas melalui
hidung
Tahan 2-3 detik
Lalu keluarkan melalui
mulut secara perlahan
Dapat dilakukan beberapa kali
Keluarga merawat anggota
keluarga dengan hipertensi
dengan cara
1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
tentang penyebab nyeri dan
manajemen nyeri
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
penyebab dan manajemen nyeri
3. Evaluasi pemahaman keluarga tentang penjelasan yang diberikan
4. Berikan reinforcement yang positif
jika jawaban sesuai standar
1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
manfaat tehnik relaksasi napas dalam
2. Diskusikan dengan keluarga manfaat
tehnik relaksasi napas dalam
3. Evaluasi pemahaman keluarga
tentang tentang penjelasan yang telah
di berikan 4. Berikan reinforcement positif jika
jawaban sesuai standar
1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
tentang tehnik relaksasi napas dalam
2. Berikan penjelasan tentang cara tehnik
relaksasi nafas dalam
3. Diskusikan dengan keluarga terhadap
penjelasan yang telah diberikan
4. Berikan reinforcement positif jika
jawaban sesuai standar.
70
mendemonstrasikan tehnik
relaksasi napas dalam.
2
Resiko tinggi
terhadap penurunan
curah jantung
berhubungan dengan
Ketidakmampuan/
ketidaktahuan/
ketidakmauan
keluarga dalam :
1. Mengenal
kesehatan yang
dialami keluarganya
2. Mengambil
keputusan yang
tepat bagi
keluarganya
3. Merawat
anggota
keluarga
dengan
masalah nyeri
4. Memodifikasi
lingkungan keluarga untuk
menjamin
kesehatan
keluarga.
Setelah
dilakukan 4
kali
kunjungan
rumah
selama 30
menit setiap
pertemuan
resiko tinggi
penurunan
jantung tidak terjadi
Setelah dilakukan 4 kali
kunjungan rumah selama
30 menit setiap pertemuan
keluarga dapat :
TUK 1 :
Mengenal masalah
hipertensi diantaranya
dengan cara :
Keluarga dapat
menyebutkan pengertian
penyebab, tanda gejala, faktor resiko, cara
pencegahan dan
komlpikasi.
Respon verbal
Keluarga dapat
menyebutkan pengertian
penyakit hipertensi adalah
:
a. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah
peningkatan tekanan
darah secara menetap
diatas 160/90
mmHg
b. Tanda gejala hipertensi adalah:
Nyeri tengkuk
penglihatan kabur
sakit kepala
telinga berdengung
Pusing atau kepala
berputar
c. penyebab atau
faktor risiko
hipertensi :
Usia lanjut (45
tahun ke atas) Obesitas
Ada riwayat
hipertensi di
keluarga
1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
tentang pengertian hipertensi tanda
gejala, penyebab faktor resiko,
cara pencegahan dan komplikasi.
2. Diskusikan dengan keluarga
tentang pengertian hipertensi,
tanda gejala, penyebab faktor
resiko, cara pencegahan dan
komplikasi hipertensi.
3. Evaluasi pemahaman keluarga
tentang penjelasan yang telah diberikan
4. Berikan reinforcement positif jika
jawaban sesuai standar.
71
5. Menggunakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Menderita dibetes
melitus
Memiliki kadar
kolesterol tinggi
Perokok,
alkoholik, minum
kopi Stres
Menyukai
makanan asin
d. Komplikasi
Stroke
Gagal jantung
Gagal ginjal
Kerusakan
penglihatan
e. Cara pencegahan
Mengurangi makanan asin dan
berlemak
Meningkatkan
asupan serat dan
kalsium
Menghentikan
kebiasaan buruk
seperti merokok,
mengurangi kopi
dan alkohol
Olah raga secara
teratur
72
TUK 2 :
Keluarga dapat mengambil
keputusan untuk merawat
anggota keluarga dengan
masalah resiko tinggi
penurunan curah jantung
dengan cara :
Keluarga dapat
menyebutkan akibat
lanjut dari resiko
penurunan curah
jantung
Keluarga dapat
memutuskan untuk
merawat anggota
keluarga dengan
masalah resiko
penurunan curah jantung
TUK 3:
Melakukan tindakan
kesehatan yang tepat bagi
klien hipertensi diantaranya dengan cara:
Keluarga dapat
menyebutkan cara
perawatan anggota
keluarga dengan masalah
resiko penurunan curah
Respon verbal
Respon verbal
Respon verbal
Akibat lnjut dari resiko
penurunan curah jantung
adalah vasokontriksi dan
hipertropi ventricular
Keluarga dapat memutuskan untuk
merawat anggota keluarga
dengan masalah resiko
penurunan curah jangtung
Cara perawatan:
- Berikan lingkungan
tenang dan nyaman
- Pertahankan
pembatasan aktifitas
seperti istirahat di
tempat tidu/kursi - Bantu melakukan
aktifitas
- Lakukan tindakan yang
nyaman sepert pijat
punggung dan leher
Klien dapat
mendemonstrasikan cara
pijat punggung dan leher
Dengan caranya :
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Duduk di kursi / posisi
tidur
Atur pola napas
Berikan pijatan pada
1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
mengenai akibat resiko penurunan
curah jantung
2. Berikan penjelasan tentang akibat
lanjut dari resiko penurunan curah
jantung
3. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
4. Evaluasi terhadap penjelasan yang
telah diberikan
5. Berikan reinforcement positif atas
kebersediaan keluarga
1. Motivasi keluarga untuk merawat
anggota keluarga dengan masalah
resiko penurunan curah jantung
2. Berikan reinforcement positif atas keputusan keluarga
1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
mengenai cara perawatan dengan
masalah resiko penurunan curah
jantung.
2. Berikan penjelasan tentang cra perawatan anggota keluarga dengan
resiko penurunan curah jantung.
3. Berikan kesempatan keluarga untuk
bertanya mengenai masalah yang
diberikan.
73
jantung
Klien dapat melakukan pijat punggung dan leher
TUK 4:
Keluarga dapat memodifikasi
lingkungan yang
menunjang kesehatan
Respon psikomotor
Respon verbal
punggung atau leher
Dengan tenaga yang
secukupnya
Sesudah melakukan
pijatan lalu istirahatkan.
Keluarga menyediakan
lingkungan yang tenang dan nyaman
Manfaat kunjungan ke
fasilitas kesehatan :
Mendapatkan pelayanan
kesehatan dan
pengobatan hipertensi
Mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang
hipertensi
Keluarga dapat
menyebutkan lingkungan
yang sehat:
Lingkungan yang sehat
adalah lingkungan yang
memenuhi syarat syarat
4. Evaluasi terhadap materi yang telah
diberikan
5. Berikan reinforcement atas setiap
jawaban yang benar
1. Ajarkan pada klien dan keluarga cara
pijat punggung atau leher
2. Demonstrasikan pada klien dan
keluarga cara pijat punggung atau
leher
3. Berikan kesempatan pada klien dan
keluarga untuk mencoba melakukan
pijat punggung atau leher
4. Berikan reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan keluarga
5. Pastikan keluarga akan melakukan tindakan yang diajarkan
1. Kaji ulang pengetahuan keluarga mengenai sumber yang dimiliki oleh
keluarga di sekitar lingkungan rumah
2. Dorong keluarga untuk
memanfaatkan sumber yang ada di
sekitar rumah
74
Keluarga dapat
menyebutkan ciri – ciri
lingkungan yang sehat
TUK 5:
Keluarga dapat
menggunakan fasilitas
kesehatan untuk
mengatasi masalah
resiko penurunan curah
jantung
Keluarga dapat
menyebutkan
keuntungan dari fasilitas
kesehatan
Klien memeriksa tekanan
darah ke puskesmas
Setelah dilakukan 4 kali
kunjungan rumah selama
30 menit tiap pertemuan
keluarga dapat :
Respon verbal
Respon
psikomotor
Respon verbal
kesehatan seperti
:penataan ruangan yang
rapi, penerangan yang
cukup,lantai tidak licin,
terdapat ventilasi.
Untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dapat
digunakan adalah
puskesmas
Tiga keuntungan
pelayanan kesehatan :
Dapat dengan mudah
memeriksa kesehatan
Biaya terjangkau
Tempat mudah
terjangkau
Klien memeriksa tekanan
darahnya selama
pengobatan hipertensi, 1
hari 1 kali.
Potensial perubahan
perfusi jaringan adalah
keadaan dimana individu
mengalami atau beresiko
1. Kaji ulang pengetahuan keluarga
mengenai keberadaan fasilitas
pelayanan kesehatan yang dapat di
jangkau keluarga
2. Kaji pengetahuan keluarga mengenai
manfaat kunjungan ke fasilitas
kesehatan
3. Keuntungan yang diperoleh dari
fasilitas kesehatan 4. Evaluasi terhadap materi yang di
berikan
5. Berikan reinforcement positif atas
keberhasilan.
1. Motivasi klien dan keluarga untuk
pemeriksaan tekanan darah rutin
2. Beri reinforcement positif atas
keberhasilan.
1. Kaji pengetahuan keluarga
mengenai pengertian ,penyebab ,
tanda gejala potensial perubahan
perfusi jaringan.
75
3 Potensial perubahan
perfusi jaringan
berhubungan dengan
ketidakmampuan/keti
daktahuan/
ketidakmauan
keluarga dalam : 1. Mengenal
kesehatan yang
dialami
keluarganya
2. Mengambil
keputusan yang
tepat bagi
keluarganya
3. Merawat
anggota
keluarga dengan
masalah nyeri
4. Memodifikasi
lingkungan
keluarga untuk
menjamin
kesehatan
keluarga.
5. Menggunakan
fasilitas
pelayanan
Setelah
dilakukan 4
kali
kunjungan
rumah
selama 30 menit setiap
pertemuan
potensial
perubahan
perfusi
jaringan
tidak terjadi
TUK 1 : mengenal
masalah potensial
perubahan perfusi jaringan
TUK 2 : membuat
keputusan yang tepat
untuk mengatasi masalah hipertensi
TUK 3: melakukan
tindakan perawatan
kesehatan dengan keluarga
hipertensi
Respon afektif
Respon
psikomotor
tinggi mengalami
penurunan nutrisi dan
pernafasan tingkat perifer
dalam suplai darah kapiler.
Tanda dan Gejala :
Lemas, jalan tidak tegap
cemas TD meningkat.
Keluarga dapat mengambil
keputusan yang tepat untuk
mengatasi masalah dengan potensi perubahan perfusi
jaringan
Keluarga dapat merawat
anggota keluarga dengan
potensial perubahan
jaringan serebral.
2. Berikan penjelasan mengenai
pengertian, penyebab, tanda gejala
potensial perubahan perfusi
jaringan.
3. Berikan kesempatan keluarga untuk
bertanya tentang materi yang
diberikan. 4. Evaluasi terhadap materi yang telah
diberikan.
5. Berika reinforcement positif atas
jawaban yang benar
1. Motivasi keluarga untuk dapat
membuat keputusan yang tepat
untuk mengatasi masalah dengan
potensial perubahan perfusi jaringan
2. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1. Motivasi keluarga untuk merawat
anggota keluarga dengan potensial
perubahan perfusi jaringan
2. Berikan reinforcement positif atas
keputusan keluarga.
76
76
4. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan merupakan bagian katif dalam asuhan
keperawatan, yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana yang telah
disusun sebelumnya. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis, dan
interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien.
(Suprajitno, 2004 : 24)
Pada tahap ini implementasi ini, perawat perlu melakukan kontrak
terlebih dahulu untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan,
berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa
yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi dan
peralatan yang perlu disiapkan keluarga jika ada. Kegiatan ini bertujuan
agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis
pada saat implementasi. (Suprajitno, 2004 : 53)
Pada saat melakukan implementasi, perawat yang mengasuh keluarga
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasu
semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah.
Peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai koordinator. Namun,
perawat juga dapat berperan sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Hasil implementasi yang efektif dan efisien dan efisien akan diperoleh
secara maksimal jika perawat membuat suatu rencana kegiatan yang
terstruktur. Dalam tahap ini, perawat perlu merencanakan secara sistematis
77
dan berurutan dan bertingkat berdasarkan rencana tindakan yang telah
disusun.
Implementasi ini dapat dilakukan oleh klien sendiri (anggota
keluarga/keluarga), perawat, anggota tim perawatan (kesehatan), keluarga
lain (extended) dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja
keperawatan keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain dan merupakan kegiatan
yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan
standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. (Suprajitno,
2004 : 24 &57).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional
dengan pengertian :
a. S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
b. O : adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan atau pengamatan objektif setelah
implementasi keperawatan.
78
c. A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respons
subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria
dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada
rencana keperawatan keluarga.
d. P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
79
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI
PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR
KECAMATAN CITAMIANG
KOTA SUKABUMI
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga : Tn.S
b. Umur : 75 Tahun
c. Alamat : Jl.Tipar Gang.Prikesit RT 03
RW 01 Kelurahan Tipar
Kecamatan Citamiang
d. Pekerjaan kepala keluarga : Pengurus Masjid (IMAM)
e. Pendidika kepala keluarga : SMA
f. Komposisi keluarga : 1 Orang
Tabel 3.1
No Nama L/P Hub
dgn
KK
Um
ur
Pen
didi
dka
n
Peke
rjaan Status Imunisasi
Ket BC
G
Polio DPT Hepatitis Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn.S L KK 75 SM
A
Ima
m
- - - - - - - - - - - -
80
g. Genogram
KETERANGAN
: Laki-laki meninggal : Perempuan
: Perempuan meninggal : Klien
: Laki-laki
: Tinggal Serumah : Menikah
h. Tipe keluarga
Tipe keluarga termasuk keluarga dengan type single family, karena
Tn.S tinggal sendiri sejak istri tercintanya meninggal 10 tahun yang
lalu.
i. Suku
Suku Tn. S adalah Suku Sunda hal ini dibuktikan dengan bahasa yang
digunakan turun temurun oleh Tn. S ialah Bahasa Sunda.
81
j. Bangsa
Bangsa Tn. S adalah bangsa Indonesia hal ini di buktikan dengan Tn.
S lahir di Indonesia, tinggal di Indonesia dan terdaptar dalam
kependudukan warga Indonesia.
k. Agama
Agama yang dianut oleh Tn. S ialah islam hal ini di buktikan dengan
klien melaksanakan sholat 5 waktu, klien berpuasa di bulan ramadhan.
l. Status social ekomoni keluaraga
Penghasilan keluarga tidak menentu dikarnakan pekerjaan klien tidak
menentu.
m. Aktifitas rekreasi keluarga
Aktifitas rekreasi keluarga yang di lakukan Tn. S ialah berkumpul di
masjid dan istirahat di rumah sambil menonton tv.
2. Riwayat tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.S tidak mempunyai anak,dan sekarang Tn.S berumur 75
tahun hal ini berarti keluarga Tn.S berada dalam tahap perkembangan
keluarga lanjut usia.
82
b. Tahap perkembangan keluarga sekarang
Keluarga Tn.S dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya seperti
makan, minum, dan tempat tinggal secara minimal,sedangkan tugas
yang belum terpenuhi ialah kebutuhan social dan ekonomi.
c. Riwayat keluarga inti
Dalam keluarga yang mengalami penyakit hipertensi adalah Tn.S
sendiri.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn.S mengalami penyakit hipertensi dan masih
mengikuti atau sedang dalam masa pengobatan.
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Tempat tinggal klien berukuran 1 x 1,5 m2, dengan kamar 2
kamar dan terdapat jendela yang bisa dibuka sebanyak 2 jendela, 1
ruang keluarga dan ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Bentuk
rumah Tn.S adalah rumah panggung atau semipermanen, lantai terbuat
dari kayu, jenis rumah setengah tembok dan setengah bambu
anyaman, terdapat ventilasi, cahaya matahari yang masuk tercukupi,
penataan ruangan kurang rapih, memiliki WC sendiri, pembuangan
limbah rumah tangga langsung ke sungai, jarak antara rumah Tn. S
83
dengan tetangga berdekatan, dan yang tinggal di rumah tersebut hanya
1 orang.
Denah Rumah
E D C
F A B
G
KETERANGAN :
A : Kamar Tidur
B: Kamar Tidur
C : Ruang Tamu
D : Ruang Keluarga
E : Dapur
F : Kamar Mandi
G : Teras
b. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Rumah – rumah disekitar rumah klien sudah bagus (permanent) baik
rumah maupun kebersihannya terjaga. Keluarga klien menggunakan
84
air minum dengan cara membeli dari depot air mineral terdekat, dan
untuk mandi, mencuci pakaian, mencuci piring klien menggunakan air
sumur yang ada di rumahnya
c. Mobilitas geografi keluarga
Klien menetap di rumah tersebut dari tahun 1938 sampai sekarang
tahun 2013, klien berpergian hanya ke masjid, warung dan tetangga-
tetangganya.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga biasanya berkumpul di masjid sebelum dan sesudah
melakukan ibadah.
e. Sistem pendukung keluarga
Fasilitas kesehatan yang mendukung dan sering digunakan oleh
keluarga ialah puskesmas, keluarga klien yang masih ada bertempat
jauh dengan rumah klien, sehingga kurang mendukung bagi kesehatan
klien.
4. Struktur keluarga
a. Struktur peran
Sebagai kepala keluarga Tn.S harus bertanggung jawab terhadap
kehidupan keluarganya.
85
b. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang yang berlaku dikeluarga menyesuaikan dengan
nilai agama yang dianut oleh Tn.S dan yang berlaku di lingkungannya.
Melihat kondisi penyakit yang dialami Tn.S, Tn.S selaku kepala
keluarga dan anggota keluarga tunggal yang mengalami penyakit
hipertensi percaya penyakitnya bisa diobati tanpa harus di bawa/di
rawat di Rumah Sakit.
c. Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan untuk mengambil atau menyelasaikan masalah
keluarga mengambil keputusan secara mandiri atau sendiri.
d. Struktur kekuatan keluarga
Dalam hal ini keyakinan beragama menjadi sumber kekuatan yang
terus ditanamkan pada anggota keluarga.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi ekonomi
Untuk fungsi ekonomi, keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal (sandang, pangan, dan papan) kepala keluarga hanya
bekerja sebagai pengurus masjid jadi sehingga pekerjaannya tidak
menentu, materi yang didapatkan klien untuk memepertahankan
hidupnya didapat dari pemberian – pemberian warga di lingkungan
klien.
86
b. Fungsi mendapatkan status social
Dalam fungsi mendapatkan status social Tn.S selalu meluangkan
waktunya untukn selalu berkumpul atau membantu tetangga dan
warga sekitar tempat tinggalnya.
c. Fungsi pendidikan
Dalam fungsi pendidikan keluarga, khususnya Tn.S melakukan
pendidikan hingga SMA.
d. Fungsi sosialisasi
Dalam bidang sosialisasi dalam keluarga,keluarga pun selalu
membiasakan diri untuk bangun pagi untuk melaksanakan sholat
subuh, dalam bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat yang ada
di sekitarnya, keluarga bersosialisasi dengan baik, dan selalu berusaha
mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
Keluarga, khususnya Tn.S kurang mengenal masalah kesehatan yang
dialami oleh nya. Untuk menghadapi atau mengatasi masalah yang di
hadapinya keluarga menggunakan fasilitas kesehatan dan keluarga
percaya kepada tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah yang
sedang di hadapinya, keluarga khususnya Tn.S tidak banyak
mengetahui cara mengatasi keluhan – keluhan yang di timbulkan dari
penyakit hipertensi. Tn.S hanya membawa dirinya berobat ke
87
Puskesmas setempat dan rajin melakukan terapi – terapi yang di
anjurkan oleh puskesmas.
Keluarga mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal ini
dapat dilihat dari kondisi rumah dengan ventilasi yang cukup sanitasi
yang memadai dan kebersihan rumah yang terjaga meskipun rumah
berebentuk semipermanent.
f. Fungsi religious
Keluarga memeluk agama islam dan selalu melaksanakan sholat 5
waktu, anggota keluarga yaitu Tn.S sering mengikuti pengajian rutin
di masjid setempat.
g. Fungsi rekreasi
Klien menjalankan fungsi rekreasinya dengan mengikuti pengajian –
pengajian di lingkungannya, menonton televise di rumah.
h. Fungsi reproduksi
Klien berusia 75 tahun, perkembangan alat-alat reproduksinya sudah
maksimal.
i. Fungsi afeksi
Menurut pengakuan keluarga (Tn.S), semenjak Tn.S menderita
penyakit hipertensi, sebagian penghasilan keluarga digunakan untuk
pengobatan Tn.S, klien kurang mendapat perhatian dan kasih sayang
88
dari keluarga besarnya sehingga materi yang di gunakan untuk
mengobati hipertensinya klien menggunakan pengahsilan sendiri.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek, Stressor yang dialami keluarga ialah kondisi
dari Tn.S yang mengalami sakitnya selama 4 tahun.
b. Stressor jangka panjang ialah kondisi ekonomi keluarga yang tidak
menentu. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor hanya
bersikap pasrah dan melakukan pengobatan ke puskesmas. Keluarga
(Tn.S) menunjukan prilaku emosional : sedih.
c. Pola makan
Pola makan yang di lakukan sehari – hari oleh Tn.S setelah mengalami
penyakit hipertensi berubah, dengan mengurangi asupan garam di
setiap makanan.
d. Pola hidup
Pola hidup yang di lakukan sehari – hari oleh Tn.S sebelum dan
setelah mengalami penyakit hipertensi pola hidup Tn.S baik semua itu
dapat di buktikan dengan klien tidak mengkonsumsi alkohol, tidak
merokok dan olah raga teratur.
e. Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan keluarga dilakukan secara head to toe
89
a. Keadaan umum
Kesadaran : Compos methis
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
RR : 20 x/ menit
S : 36 o C
b. Kepala : Bentuk simetris, tidak ada lesi di kulit kepala,
pertumbuhan dan distribusi rambut merata, rambut
bersih tidak ada ketombe, di tumbuhi uban.
c. Wajah : Bentuk wajah simetris, tidak ada lesi atau edema,
tidak pucat.
d. Mata : Mata simetris, alis dan bulu mata pertumbuhannya
merata, konjungtiva berwarna merah muda, reflek
pupil kontriksi terhadap rangsangan cahaya, pupil
isokor, tidak menggunakan alat bantu, dapat membaca
dengan jarak 25 cm.
e. Hidung : Bentuk hidung simetris tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada sianosis, dapat membedakan bau-
bauan seperti bau farfume dan kayu putih, tidak ada
sekret.
90
f. Telinga : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
sekret, dapat mendengar dengan jelas.
g. Mulut : Bentuk mulut simetris, warna merah kehitaman, mulut
bersih, jumlah gigi tidak lengkap, terdapat bau mulut
(sedang puasa), gusi dan lidah bersih dan dapat
membedakan rasa manis,asin dan pahit.
h. Leher : Leher bersih, tidak ada pembesaran KGB dan tiroid,
tidak ada pembesaran JVP, dan tidak ada nyeri
menelan.
i. Dada : Bentuk simetris, terdapat retraksi dada, pergerakan
dada simetris, suara paru vaskuler, bunyi paru sonor,
bunyi jantung s1 dan s2 tidak ada bunyi tambahan.
j. Abdomen : Bentuk datar dan Simetris, umbilicus bersih, tidak
ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan pada
epigastrium, bising usus 8 x/ mnt, tidak terdapat
distensi abdomen.
k. Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian karna klien merasa
malu.
l. Ekstremitas : Atas : bentuk simetris reflek bisef, dan trisef
positif, jumlah jari lengkap, akral hangat, di tumbuhi
rambut, tidak ada edema, tonus otot kanan 5 kiri 5.
91
Bawah : bentuk simetris, reflek patella positif,
jumlah jari lengkap, di tumbuhi rambut, tidak ada
kontraktur sendi tingkat gradasi, tonus otot kanan 5
kiri 5.
f. Harapan keluarga
Keluarga (Tn.S) berharap sekali penyakit hipertensinya bisa
disembuhkan, serta keluarga juga mempunyai harapan untuk
mempunyai kehidupan yang lebih baik dari sekarang.
g. Pengkajian fokus pada lansia
1) Katz Indeks
Tabel 3.2
a.
Mandiri Dalam Makan, Kontinensia (Bak, Bab), menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah dan mandi
A
b. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas B
c. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain C
d. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain D
e. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain E
f.
g.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain
Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
F
G
Tn. S termasuk ke dalam kategori A, karena Tn. S dapat mandiri dalam semua
fungsi diatas.
92
2) Barthel Indeks
Tabel 3.3
No
Kriteria Dengan
Bantuan
Mandiri
1 Makan - 10
2 Minum - 10
3
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur
dan sebaliknya
-
15
4
Personal toilet ( cuci muka, menyisir
rambut, gosok gigi )
-
5
5
Keluar masuk toilet (mencuci pakaian,
menyeka tubuh, menyiram )
3
-
6 Mandi - 15
7 Jalan ditempat datar - 5
8 Naik turun tangga - 10
9 Mengenakan pakaian - 10
10 Kontrol Bowel (BAB) - 10
11 Kontrol Bladder ( BAK ) - 10
12 Olah raga / Latihan - 10
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu luang - 10
Jumlah Nilai 120
Kriteria Ketergantungan
sebagian
93
3) Test keseimbangan
Tabel 3.4
No
a. Perubahan posisi / gerakan keseimbangan O 1
1
2
3
4
5
6
7
Bangun dari kursi
Duduk ke kursi
Menahan dorongan pada sternum
Mata tertutup
Perputaran Leher
Gerakan menggapan sesuatu
Membungkuk
b. Komponen Gaya Berjalan O 1
8
9
10
11
12
13
Berjalan sesuai perintah
Kemampuan mengangkat kain saat berjalan
Kontinuitas Langkah kaki saat berjalan
Kesimetrisan langkah
Penyimpangan jalur pada saat berjalan
Berbalik
Total 2
Kriteria Risiko Jatuh
4) Data Psikologis
Tabel 3.5
Ya Tidak
a. Mengalami sukar tidur
b. Sering merasa gelisah
c. Sering murung atau menangis sendiri
d. Sering was-was / khawatir
94
5) Status Mental/Short Portable Mental Status Quisionaire (SPM SQ)
Tabel 3.6
No
Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ini ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru semua secara umum
Total 3
Kriteria
Fungsi
intelektual
utuh
6) Status Kognitif ( MMSE )
Table 3.7
No Aspek Kognitif Nilai Maks Nilai Klien Kriteria
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
- tahun - hari
- musim - bulan
- tanggal
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
- Negara Indonesia
- Propinsi Jawa Barat
- Kota Sukabumi
- kelurahan Lembur Situ Rt 03
Rw 08
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek ( oleh pemerintah) detik untuk mengatakan
masing – masing objek kemudian
tanyakan kepada klien ke-3 obyek tadi
95
- Objek : gelas
- Objek : piring
- Objek : meja
3 Perhatian dan
Kalkulasi
5 2 Minta klien untuk memulai dari angka
100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali /
tingkat 93. 86, 79, 72, 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ke 3 obyek
pada nomor 2 (registrasi) bila benar 1 poin
untuk masing-masing objek
5 Bahasa 9 5 a. Menyebutkan nama benda yang ditunjuk minimal 2
b. Kemampuan mengulang kata
tidak ada, jika
tidak ada, tetapi
tidak ada, atau
c. kemampuan melakukan perintah
mengambil
melakukan sesuatu
tehadap benda yang
diambil
menaruh
d. kemampuan menutup mata
e. kemampuan menulis 1 kalimat,
kemampuan menyalin gambar.
Total 23
Kriteria Aspek Kognitif dari fungsi intelektual
Baik
7. Analisa data
Tabel 3.8
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS : Tn.S mengatakan sakit/nyeri
kepala.
DO :
TD : 190/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi :20 x/menit
Tn.S terlihat memegang
kepalanya
Tn.S terlihat tampak tidak
nyaman
Tn. S terlihat kesakitan
- Ketidak
mampuan
keluarga dalam
merawat
anggota
keluarga
Gangguan rasa
nyaman Nyeri
(sakit kepala)
96
2 DS :
Tn.S mengatakan pusing
Tn.S mengatakan
mempunyai penyakit darah
tinggi
Tn. S mengatakan pandangannya kadang-
kadang kabur
Tn.S mengatakan tidak
tahu resiko, penyebab dan
tanda gejala hipertensi
Tn.S mengatakan Pernah
jatuh dan sangat lemas
sekitar 1 tahun yang lalu.
DO :
TD : 190/100 mmHg
R: 20 x/ menit
Nadi: 88 x/menit
Tn. S menggunakan
Kaca Mata
Kondisi rumah Tn.S
terdapat tangga dari
ubin yang licin
Penataan ruangan
kurang rapih
Penerangan rumah
yang kurang
mencukupi.
- Ketidak
mampuan
keluarga
untuk
memodifikasi
lingkungan
Resiko terjatuh
8. Prioritas masalah
a. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman Nyeri (Akut)
Tabel 3.9
NO KRITERIA SKOR BOBOT
1 Sifat masalah : Kurang sehat
3:3 = 1X 1= 1 1
2 Kemungkinan Masalah
Yang dapat di ubah : Sebagian
1: 2 = 0,5 X 2 =
1
2
3 Potensi masalah untuk
dicegah :
Cukup
2:3 = 0,6 X 1 =
0,6
1
97
4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat harus
segera di tangani
2:2=1X1= 1 1
JUMLAH 4,6
b. Diagnosa Keperawatan : Resiko terjatuh
Tabel 3.10
NO KRITERIA SKOR BOBOT
1 Sifat masalah :
Ancaman Kesehatan
2:3= 0,6X1= 0,6 1
2 Kemungkinan Masalah
Yang dapat di ubah : Sebagian
1:2 = 0,5 X2= 1 2
3 Potensi masalah untuk
dicegah :
Cukup
2:3 = 0,6 X 1= 0,6 1
4 Menonjolnya masalah :
Ada masalah, tetapi tidak
perlu segera ditangani.
1:2 = 0,5 X 1 = 1
JUMLAH 2,7
9. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan:
- Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
b. Resiko terjatuh berhubungan dengan :
- Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
98
Tabel 3.11 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi Pada Tn. S
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Gangguan rasa nyaman Nyeri (akut)
sakit kepala pada
Tn.S berhubungan
dengan:
Ketidakmampua
n keluarga dalam
merawat anggota
keluarga
Ditandai dengan:
DS :
Tn. S
mengatakan
nyeri kepala
Tn. S
mengatakan
tidak tahu
penyebab dari
nyeri
Tn. S
mengatakan
tidak tahu tanda dan gejala dari
nyeri
Tn. S
mengatakan
tidak tahu cara
penangan dari
nyeri
Setelah dilakukan
kunjungan
rumah
selama 5
hari, nyeri
pada Tn.S
teratasi
1. Setelah diberikan 5x pendidikan kesehatan
selama 30 menit
diharapkan keluarga
(Tn.S) dapat merawat
anggota keluarga
dengan cara:
Menyebutkan
penanganan dari
nyeri
Menyebutkan apa
yang harus dilakukan anggota
keluarga jika
mengalami nyeri
Respon verbal
a. Perubahan nyeri adalah suatu keadaan
yang tidak
menyenangkan yang
dialami oleh
seseorang.
b. Penyebab dari nyeri
adalah tekanan darah
tinggi dan
penyempitan pada
pembuluh darah
c. Tanda dan gejala dari
nyeri adalah Meringis
Adanya
peningkatan Tanda-
Tanda Vital,seperti
tekanan darah,
respirsi, dan nadi
Gelisah
Perasaan tidak
nyaman
Pundak berat
Leher kaku d. Cara penanganan dari
nyeri adalah
Gunakan tekhnik
relaksasi nafas
dalam
Pijat daerah yang
nyeri
1. Anjurkan keluarga untuk mencoba cara penanganan
dari nyeri yang sudah
diajarkan
2. Anjurkan keluarga untuk
memilih cara penanganan
dari nyeri yang sudah
diajarkan
3. Berikan pujian kepada
keluarga atas perilaku yang
telah dilakukan oleh
keluarga
99
Tn. S mengatakan
belum pernah
mendapatkan
informasi
mengenai
masalah yang
dialaminya
Keluarga
mengatakan
tidak tahu cara
menangani nyeri
DO :
Tekanan darah:
190/100 mmHg
Nadi : 88
Respirasi : 20
Tn. S tampak
selalu memegang
kepala
Tn. S tampak
meringis
Tn. S tampak tidak nyaman
Distraksi dengan cara mengalihkan
misalnya nonton tv,
mengaji,
mendengarkan
musik dan lain-lain.
100
2 Resiko terjatuh pada Tn.S keluarga Tn.S
berhubungan dengan
:
Ketidak mampuan
keluarga dalam
memodifikasi
lingkungan
ditandai dengan :
DS :
Tn. S mengatakan
merasa pusing
Tn. S
mengatakan
dirinya menderita
darah tinggi
Tn. S mengatakan
penglihatannya
kadang – kadang
kabur
Tn. S mengatakan kadang-kadang
tengkuknya terasa
berat, kaku dan
nyeri
Tn. S mengatakan
bahwa darah
tinggi adalah
naiknya tekanan
darah
Setelah dilakukan
kunjungan
rumah
selama 5
hari risiko
terjatuh pada
Tn.S tidak
terulang
kembali
1. Setelah diberikan 5x pendidikan
kesehatan selama 30
menit diharapkan
keluarga dapat
memodifikasi
lingkungan dengan
cara :
Membersihkan
lantai khususnya
lantai tangga
yang akan masuk
ke rumah
Memberikan
penerangan yang
cukup
Menyediakan
sarana seperti
sandal karet
untuk Tn. S
Respon psikomorotr
Keluarga dapat menyebutkan lingkungan
yang sehat:
Lingkungan yang sehat
adalah lingkungan yang
memenuhi syarat syarat
kesehatan seperti :penataan
ruangan yang rapi,
penerangan yang
cukup,lantai tidak licin,
terdapat ventilasi.
1. Anjurkan keluarga untuk membersihkan/memodifikasi
lantai khususnya tangga
sebelum masuk rumah agar
tidak licin
2. Anjurkan keluarga untuk
memberikan penerangan yang
cukup
3. Anjurkan pada keluarga untuk
menyediakan sandal karet
4. Berikan pujian pada keluarga
terhadap perilaku yang telah
dilakukan oleh keluarga
101
Tn. S mengatakan takut kalau nanti
Tn S terjatuh
DO :
TD : 190 / 100
mmHg
Klien
menggunakan
kaca mata
Penerangan
kurang mencukupi
Penataan
ruangan kurang
rapi
Terdapat tangga
dari keramik
menuju pintu
rumah yang licin.
102
Tabel 3.12 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi paraf
1 Nyeri (akut) sakit kepala pada
Tn. S berhubungan dengan:
Ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota
keluarga
Ditandai dengan:
DS :
Tn. S mengatakan nyeri
adalah suatu keadaan yang
tidak menyenangkan
Tn. S mengatakan tidak
tahu penyebab dari nyeri
Tn. S mengatakan tidak
tahu tanda dan gejala dari
nyeri
Tn. S mengatakan tidak
tahu cara penangan dari
nyeri
Tn. S mengatakan belum
Jum’at 19
Juli 2013
Pukul 14.20 WIB
1. Menganjurkan keluarga untuk
mencoba cara penanganan dari
nyeri
2. Menganjurkan keluarga untuk
memilih cara-cara dari
penanganan dari nyeri
3. Memberikan pujian kepada
keluarga atas perilaku yang telah
dilakukan oleh keluarga
Pukul 14.40 WIB
S :
Tn.S mengatakan akan mencoba
cara penanganan dari nyeri
Tn.S mengatakan akan bisa
memilih cara penanganan dari
nyeri
O :
Tn.S berusaha untuk mencoba
cara penanganan nyeri yang sudah
diajarkan
Tn.S dapat memilih cara
penanganan dari nyeri
A :
Etiologi TUK 2 teratasi sebagian
P :
Anjurkan kembali pada keluarga
untuk cara yang sudah diajarkan
Johan
103
pernah mendapatkan
informasi mengenai
masalah yang dialami Tn.
S
Tn. S mengatakan tidak
tahu cara menangani nyeri
DO :
Tekanan darah : 190/100
mmHg
Nadi : 88
Respirasi : 20
Tn. S terlihat selalu
nmemegang kepala
Tn. S tampak meringis
Tn. S tampak tidak
nyaman
104
2 Risiko terjatuh pada Tn. S
keluarga Tn. S berhubungan
dengan :
Ketidakmampuan
keluarga dalam
memodifikasi lingkungan
ditandai dengan :
DS :
Tn. S mengatakan merasa
pusing
Tn. S mengatakan dirinya
menderita darah tinggi
Tn. S mengatakan
penglihatannya kadang-
kadang kabur
Tn. S mengatakan kadang-
kadang tengkuknya terasa
berat, kaku dan nyeri
Tn. S mengatakan bahwa
darah tinggi adalah naiknya
tekanan darah
Tn. S mengatakan takut
kalau nanti Tn. S terjatuh
kembali
Sabtu 20
Juli 2013
Pukul 10.00 WIB
1. Menganjurkan keluarga untuk
membersihkan lantai khususnya
lantai tangga menuju rumah agar
tidak licin
2. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan penerangan yang
cukup
3. Menganjurkan pada keluarga
untuk menyediakan sandal karet
4. Memberikan pujian pada keluarga
terhadap perilaku yang telah
dilakukan oleh keluarga
Tanggal 20 Juli 2013 Pukul 10.30
WIB
S :
Tn. S mengatakan akan
memodifikasi lantai tangganya.
Tn. S mengatakan akan
memberikan penerangan yang
cukup
Tn. S mengatakan akan
menyediakan sandal karet untuk
dirinya.
O :
Tn. S bersedia untuk memodifikasi
tangga yang mudah licin.
Tn. S mengatakan bersedia
memberikan penerangan yang
cukup
Tn. S bersedia untuk menyediakan
sandal karet untuk dirinya sendiri.
A :
Etiologi TUK 3 teratasi untuk
sementara.
Johan
105
DO :
TD : 190 / 100 mmHg
RR : 20 X/ menit
Nadi : 88 X / menit
Klien menggunakan kaca
mata
Penerangan yang tidak
mencukupi
Penataan ruangan kurang
rapi
Terdapat tangga dari
keramik menuju pintu
rumah yang licin
P :
Kaji ulang perilaku keluarga pada
kunjungan rumah berikutnya.
106
Tabel 3.13 Catatan Perkembangan pada asuhan keperawatan keluarga pada Tn. S dengan hipertensi
No
DX
Diagnosa Keperawatan Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
1
Nyeri (akut) sakit kepala pada Tn. S
keluarga Tn. S berhubungan dengan :
Ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga
Ditandai dengan :
DS :
Tn. S mengatakan nyeri adalah
suatu keadaan yang tidak
menyenangkan
Tn. S mengatakan tidak tahu
penyebab dari nyeri
Tn. S mengatakan tidak tahu tanda
dan gejala dari nyeri
Tn. S dan keluarga mengatakan
tidak tahu cara penanganan dari
nyeri
Tn. S mengatakan belum pernah
mendapatkan informasi mengenai
Sabtu 20 Juli
2013
TUK 1
merawat anggota keluarga
Pukul 11.00 WIB
S :
Tn. S mengatakan sudah mencoba cara penanganan dari nyeri
Tn. S mengatakan bisa memilih cara penanganan dari nyeri
Tn. S mengatakan belum bisa cara melakukan mengalihkan nyeri
dengan relaksasi
O :
Tn. S telah mencoba cara penanganan dari nyeri
Tn. S dapat memilih cara penanganan dari nyeri
Tn. S belum bisa melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi
A :
Etiologi TUK 1 teratasi sebagian
P :
Berikan penjelasan pada Tn. S tentang cara mengalihkan rasa nyeri
Johan
107
1
masalah yang dialaminya
Tn. S mengatakan tidak tahu cara
menangani nyeri
DO :
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Nadi : 88
Respirasi : 20
Tn. S tampak selalu memegang
kepala
Tn. S tampak selalu memegang
tengkuk
Tn. S tampak meringis
Tn. S tampak tidak nyaman
Nyeri (akut) sakit kepala pada Tn. S
keluarga Tn. S berhubungan dengan :
Ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga
Ditandai dengan :
DS :
Tn. S mengatakan nyeri adalah
suatu keadaan yang tidak
menyenangkan
Minggu 21
Juli 2013
TUK 1 merawat anggota keluarga
Pukul 13.00 WIB
S :
Tn. S mengatakan sudah mencoba cara penanganan dari nyeri
Tn. S mengatakan bisa memilih cara penanganan dari nyeri
Tn. S mengatakan belum bisa cara melakukan mengalihkan nyeri
dengan relaksasi ( lupa langkah-langkahnya)
O :
Tn. S telah mencoba cara penanganan dari nyeri
Johan
108
Tn. S mengatakan tidak tahu
penyebab dari nyeri
Tn. S mengatakan tidak tahu tanda
dan gejala dari nyeri
Tn. S dan keluarga mengatakan
tidak tahu cara penanganan dari
nyeri
Tn. S mengatakan belum pernah
mendapatkan informasi mengenai
masalah yang dialaminya
Tn. S mengatakan tidak tahu cara
menangani nyeri
DO :
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Nadi : 88
Respirasi : 20
Tn. S tampak selalu memegang
kepala
Tn. S tampak selalu memegang
tengkuk
Tn. S tampak meringis
Tn. S tampak tidak nyaman
Tn. S dapat memilih cara penanganan dari nyeri
Tn. S belum bisa melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi
A :
Etiologi TUK 1 teratasi sebagian
P :
Berikan penjelasan pada Tn. S tentang cara mengalihkan rasa nyeri
109
2
Resiko terjatuh pada Tn. S keluarga Tn.
S berhubungan dengan :
Ketidakmampuan
keluarga dalam memodifikasi
lingkungan
ditandai dengan :
DS :
Tn. S mengatakan merasa pusing
Tn. S mengatakan dirinya menderita
darah tinggi
Tn. S mengatakan penglihatannya
kadang-kadang kabur
Tn. S mengatakan kadang-kadang
tengkuknya terasa berat, kaku dan
nyeri
Tn. S mengatakan bahwa darah
tinggi adalah naiknya tekanan darah
Tn. S mengatakan takut kalau nanti
Tn. S terjatuh kembali
DO :
TD : 190 / 100 mmHg
Klien menggunakan kaca mata
Penataan ruangan kurang rapih
Minggu 21
Juli 2013
TUK 1 memodifikasi lingkungan
Pukul 13.30 WIB
S :
Tn. S mengatakan telah membeli sandal karet untuk dirinya
Tn.S mengatakan belum mengganti lampu dengan yang lebih
terang dari sebelumnya
Tn.S mengatakan belum mempunyai materi lebih untuk
memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya
O :
Tn. S belum bisa memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya
Penerangan di rumah Tn.S belum tercukupi
Tn. S dapat menyediakan sandal karet untuknya
A :
Etiologi TUK 1 teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
Johan
110
1
Terdapat tangga dari keramik
menuju pintu rumah yang licin
Penerangan yang tidak mencukupi
Nyeri (akut) sakit kepala pada Tn. S
keluarga Tn. S berhubungan dengan :
Ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga
Ditandai dengan :
DS :
Tn. S mengatakan nyeri adalah
suatu keadaan yang tidak
menyenangkan
Tn. S mengatakan tidak tahu
penyebab dari nyeri
Tn. S mengatakan tidak tahu tanda
dan gejala dari nyeri
Tn. S dan keluarga mengatakan
tidak tahu cara penanganan dari
nyeri
Tn. S mengatakan belum pernah
mendapatkan informasi mengenai
masalah yang dialaminya
Senin 22 Juli
2013
TUK 1 merawat anggota keluarga
Pukul 11.00 WIB
S :
Tn. S mengatakan sudah mencoba cara penanganan dari nyeri
Tn. S mengatakan bisa memilih cara penanganan dari nyeri
Tn. S mengatakan sudah bisa cara melakukan mengalihkan nyeri
dengan relaksasi
O :
Tn. S telah mencoba cara penanganan dari nyeri
Tn. S dapat memilih cara penanganan dari nyeri
Tn. S bisa melakukan mengalihkan nyeri dengan relaksasi
A :
Etiologi TUK 1 teratasi
P :
Intervensi dihentikan
Johan
111
2
Tn. S mengatakan tidak tahu cara
menangani nyeri
DO :
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Nadi : 88
Respirasi : 20
Tn. S tampak selalu memegang
kepala
Tn. S tampak selalu memegang
tengkuk
Tn. S tampak meringis
Tn. S tampak tidak nyaman
Resiko terjatuh pada Tn. S keluarga Tn.
S berhubungan dengan :
Ketidakmampuan
keluarga dalam memodifikasi
lingkungan
ditandai dengan :
DS :
Tn. S mengatakan merasa pusing
Tn. S mengatakan dirinya menderita
darah tinggi
Senin 22 Juli
2013
TUK 1 memodifikasi lingkungan
Pukul 11.30 WIB
S :
Tn. S mengatakan telah membeli sandal karet untuk dirinya
Tn.S mengatakan belum mengganti lampu dengan yang lebih
terang dari sebelumnya
Tn.S mengatakan belum mempunyai materi lebih untuk
memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya
O :
Tn. S belum bisa memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya
Johan
112
Tn. S mengatakan penglihatannya
kadang-kadang kabur
Tn. S mengatakan kadang-kadang
tengkuknya terasa berat, kaku dan
nyeri
Tn. S mengatakan bahwa darah
tinggi adalah naiknya tekanan darah
Tn. S mengatakan takut kalau nanti
Tn. S terjatuh kembali
DO :
TD : 190 / 100 mmHg
Klien menggunakan kaca mata
Terdapat tangga dari keramik
menuju pintu rumah yang licin
Penerangan yang tidak mencukupi
Penerangan di rumah Tn.S belum tercukupi
Tn. S dapat menyediakan sandal karet untuknya
A :
Etiologi TUK 1 teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
2 Resiko terjatuh pada Tn. S keluarga
Tn. S berhubungan dengan :
Ketidakmampuan
keluarga dalam memodifikasi
Selasa 23
juli 2013
TUK 1 memodifikasi lingkungan
Pukul 11.00 WIB
S :
Tn. S mengatakan telah membeli sandal karet untuk dirinya
Johan
113
lingkungan
ditandai dengan :
DS :
Tn. S mengatakan merasa pusing
Tn. S mengatakan dirinya menderita
darah tinggi
Tn. S mengatakan penglihatannya
kadang-kadang kabur
Tn. S mengatakan kadang-kadang
tengkuknya terasa berat, kaku dan
nyeri
Tn. S mengatakan bahwa darah
tinggi adalah naiknya tekanan darah
Tn. S mengatakan takut kalau nanti
Tn. S terjatuh kembali
DO :
TD : 190 / 100 mmHg
Klien menggunakan kaca mata
Penerangan yang tidak mencukupi
Terdapat tangga dari keramik
menuju pintu rumah yang licin
Penerangan yang tidak mencukupi.
Tn.S mengatakan sudah mengganti lampu dengan yang lebih
terang dari sebelumnya
Tn.S mengatakan memakai alas lantai untuk lantai tangga menuju
pintu rumahnya
O :
Tn. S sudah bisa memodifikasi tangga menuju pintu rumahnya
Penerangan di rumah Tn.S sudah tercukupi
Tn. S dapat menyediakan sandal karet untuknya
A :
Etiologi TUK 1 teratasi
P :
Intervensi dihentikan
114
10. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan
praktek selama melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan hipertensi
pada keluarga Tn. S. Tipar RT 03 RW 01 kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang dari
tanggal 19 Juli sampai dengan 23 juli 2013. Adapun pada saat melaksanakan asuhan
keperawatan Tn. S dengan hipertensi pada keluarga Tn. S disesuaikan dengan proses
keperawatan, meliputi pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada saat melakukan pengkajian, penulis tidak banyak menemui kesulitan
ataupun hambatan dalam hal pengumpulan data, perumusan masalah, prioritas
masalah dan mendiagnosa keperawatan. Karena keluarga Tn. S bersikap
terbuka dan cukup kooperatif terhadap penulis. Pengkajian ini penulis
dilakukan secara komprehensuf melalui tehnik wawancara, pemeriksaan fisik,
studi dokumentasi dan studi kepustakaan untuk mendapatkan data yang
normal dan seakurat mungkin.
Masalah kesehatan yang penulis temukan pada keluarga Tn. S yaitu
hipertensi yang di derita oleh Tn. S sendiri menurut teori hipertensi adalah
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Tagor,2003). Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang di sebabkan satu
115
atau beberapa factor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
memepertahankan tekanan darah secara normal. Dan hasil pemeriksaaan yang
petugas lakukan pada Tn. S tekanan darah Tn. S 190/100 mmHg, hal ini
membuktikan adanya kesamaan antara teori dan kenyataan bahwa dikatakan
hipertensi bila tekanan darah lebih dari 140/100 mmHg. Selanjutnya, tanda
gejala pada penderita anemia menurut teori nyeri kepala, terkadang disertai
mual dan muntah, pengelihatan kabur, ayunan langkah tidak mantap,
peningkatan tekanan darah. Pada saat dikaji Tn. S merasakan sakit kepala,
hal ini membuktikan adanya kesenjangan antara teori dan praktek, yaitu Tn. S
dengan hipertensi hanya menunjukan sebagian dari tanda dan gejala yang
muncul pada penderita hipertensi menurut teori, hal ini dikarenakan kondisi
setiap individu berbeda-beda.
Hasil pengkajian keluarga, didapatkan data sebagai berikut : tipe keluarga
Tn. S adalah tipe keluarga single family, tahap perkembangan keluarga lanjut
usia, tahap perkembangan keluaraga Tn. S sampai saat ini belum terpenuhi
sepenuhnya, keluarga ini termasuk anggota yang aktif dalam mengikuti
kegiatan di masyarakat, keluarga Tn. S dengan keluarga lain di lingkungan
dapat berinteraksi dengan baik, tipe bangunan rumah Tn. S adalah semi
permanent, keadaan rumah bersih, ventilasi tercukupi, cahaya matahari yang
masuk tercukupi, penataan ruangan kurang rapih, memiliki WC sendiri,
pembuangan limbah di buang ke sungai, jarak antara rumah Tn.S dan tetangga
berdekatan, hubungan dengan tetangga sekitar cukup baik, rasa kekeluargaan
116
di daerah tempat tinggal klien masih terjalin erat, keluarga Tn.S merupakan
keluarga asli dilingkungan tempat tinggalnya.
Dari konsep dasar keluarga Friedman mengemukakan bahwa keluarga
mempunyai tugas perawatan kesehatan yang meliputi : mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga, mengambil keputusan tindakan merawat anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, memodifikasi lingkungan yang
menunjang kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan . Pada
kasus Tn.S tugas-tugas keluarga dibidang kesehatan tersebut tidak dilakukan
sepenuhnya terhadap keluarga Tn.S karena saat dikaji, keluarga Tn.S tidak
tahu tentang cara peawatan atau pengobatan hipertensi, hal ini membuktikan
bahwa keluarga Tn.S tidak mampu merawat anggota keluarga dengan
hipertensi, kemudian keluarga tidak dapat memodifikasi lingkungan untuk
menghadapi masalah kesehatan di keluarganya khususnya Tn.S sendiri
dengan penyakit hipertensi di rumah. Melihat data tersebut maka kesenjangan
teori dan praktek dilapangan yang dilakukan pada keluarga Tn. S yaitu
keluarga belum mampu melaksanakan lima tugas keluarga sepenuhnya karena
pengetahuan dan kemampuan setiap keluarga berbeda-beda. Akan tetapi, ada
beberapa tugas yang sudah terpenuhi oleh keluarga Tn.S yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
117
2. Diagnosa keperawatan
Dalam menetapkan diagnosa keperawatan menurut teori dari (Andra
Saferi Wijaya & Yessie Mariza putri, 2013), masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Nyeri (sakit kepala)
b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
c. Potensial perubahan perfusi jaringan
Sedangkan pada kasus Tn.S dengan hipertensi, diagnosa keperawatan
yang muncul berkaitan erat dengan hipertensi dihubungkan dengan etiologi
dari lima tugas keluarga di bidang kesehatan ialah : Nyeri (sakit kepala),
Reisko terjatuh. Melihat dari data diatas maka kesenjangan antara teori dan
praktek keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn.S tidak ditemukan
semua diagnosa menurut teori, karena hasil pengkajian pada keluarga hanya
mendapat data-data yang menunjang pada diagnosa yang diangkat, dan
diagnosa yang tidak diangkat dikarenakan penulis tidak mendapatkan data
yang menunjang untuk mengangkat diagnosa tersebut.
3. Perencanaan
Pada proses perencanaan, penulis memelihara keluarga dalam
merencanakan tindakan keperawatan sesuai kebutuhan keluarga. Rencana
tindakan yang disusun dan yang akan dilaksanakan dengan diagnosa yang
muncul yaitu :
118
Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan hipertensi, resiko terjatuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan dengan
hipertensi.
Penulis menetapkan rencana tindakan terutama ditekankan pada upaya
promosi kesehatan dengan kegiatan pendidikan kesehatan tentang konsep
hipertensi, cara mengatasi nyeri, cara mengatasi resiko terjatuh, penulis
menganjurkan pada keluarga untuk tetap mempertahankan semua
pengetahuan yang telah dicapai oleh keluarga yang berpengaruh terhadap
kesehatan dengan tujuan agar keluarga dapat mengenal masalah kesehatan
khususnya masalah hipertensi, keluarga mau merawat keluarga dengan
hipertensi, dan keluarga mau memodifikasi lingkungan dengan resiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung.
4. Implementasi
Pada proses implementasi atau pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan
keluarga, tindakan yang dilakukan penulis sesuai dengan perencanaan. Media
yang digunakan ialah leaflet dan alat demonstrasi. Dalam melaksanakan
tindakan penulis tidak mendapatkan kesulitan dikarenakan keluarga Tn.S
bersikap kooperatif, hal ini terbukti selama dilakukan pendidikan kesehatan
keluarga cukup berespon dengan bertanya dan mendemonstrasikan hal – hal
yang telah disampaikan. Dari lima fungsi keluarga menurut teori yaitu
mengenal mengenal masalah, mau mengambil keputusan yang tepat, mampu
119
merawat, mampu memodifikasi lingkungan dan mampu menggunakan
fasilitas kesehatan kemudian penulis terapkan lima tugas keluarga dibidang
kesehatan tersebut dalam asuhan keperawatan pada keluarga Tn.S dan
hasilnya tercapai semua, hal ini dibuktikan dengan keluarga Tn.S mengenal
masalah anggota keluarga dengan hipertensi, mau mengambil keputusan yang
tepat untuk mengatasi masalah anggota keluarga dengan hipertensi, mampu
merawat anggota keluarga dengan anemia, mampu memodifikasi lingkungan
yang menunjang kesehatan, dan mampu menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
5. Evaluasi
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan hipertensi
pada keluarga Tn.S di tipar kelurahan tipar kecamatan citamiang kota
sukabumi dari tanggal 19 Juli 2013 sampai dengan 23 Juli 2013, pada
evaluasi hari pertama tidak dapat tercapai sekaligus, hal ini dikarenakan
materi yang diberikan terlalu banyak sehingga materi sulit untuk dipahami
semuanya secara sekaligus oleh karena Tn.S untuk itu penulis mengadakan
tindakan ulang sesuai dengan hal yang belum dipahami oleh keluarga dan
pada akhirnya semua masalah dapat teratasi sesuai yang diharapkan yaitu
mengenal kesehatan keluarga, mau mengambil keputusan tindakan yang tepat,
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang menunjang
kesehatan dan keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
120
Kemudian penulis menyarankan agar keluarga dapat mempertahankan semua
pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai dalam merawat keluarga.
121
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan Tn.S dengan
hipertensi pada keluarga Tn.S di Tipar Rt 03 Rw 01 kelurahan tipar
kecamatan citamiang kota sukabumi yang dilaksanakan pada tanggal 19 juli
2013 sampai dengan 23 juli 2013, seperti yang telah diuraikan oleh penulis
pada tinjauan kasus dan pembahasan, maka kesimpulannya sebagai berikut :
1. Pada tahap pengkajian, penulis melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan teknik wawancara, mengobservasi, pemeriksaan fisik secara
holistik dan studi dokumentasi. Dari hasil pengumpulan data, diperoleh
data yaitu data subjektif klien mengeluh nyeri (sakit kepala), sedangkan
data objektif Tekanan Darah 190/100 mmHg Nadi 88x/menit, klien tampak
memegangi kepalanya, klien tampak meringis kesakitan, bisa dikatakan
masalah keperawatan dari data tersebut adalah Gangguan Rasa Nyaman
Nyeri (sakit kepala). Selanjutnya data subjektif klien merasa pusing,
tengkuk leher terkadang meras berat, pandangan kadang-kadang kabur,
sedangkan data objektifnya Tekanan Darah 190/100 mmHg, klien
menggunakan kacamata, bisa disimpulkan masalah keperawatannya resiko
terjatuh sesuai dengan teori yang ada.
122
2. Tahap mendiagnosa keperawtan Tn.S dengan hipertensi pada keluarga
Tn.S adalah :
a. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga keperawatandalam merawat anggota keluarga
b. Resiko terjatuh berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam memodifikasi lingkungan
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat perencanaan asuhan
keperawatan keluarga dengan melibatkan keluarga dalam menentukan
waktu dan rencana tindakan keperawatan keluarga dengan hipertensi.
Diagnosa pertama lebih ditekankan pada penyuluhan kesehatan tentang
cara mengatasinya. Sedangkan pada diagnosa kedua, penulis
menentukan rencana tindakan keperawatan berupa penjelasan pada
keluarga tentang resiko terjatuh yang dapat dialami oleh klien dengan
cara memberikan pendidikan kesehatan mengenai lingkungan yang
menunjang kesehatan.
4. Pada tahap pelaksanaan, diagnosa pertama penulis memberikan
penyuluhan kesehatan kepada keluarga tentang materi cara penanganan
hipertensi dirumah. Pada diagnosa kedua penulis memberikan
penyuluhan kesehatan tentang lingkungan yang menunjang kesehatan.
5. Pada tahap evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan setiap selesai
123
dilakukan tindakan keperawatan atau kunjungan, dan hasil evaluasinya
dapat langsung diketahui, sedangkan evaluasi sumatif untuk
menentukan keberhasilan dari dilaksanakannya semua tindakan untuk
kedua diagnosa secara keseluruhan, maka dari evaluasi tersebut
hasilnya yaitu masalah sebagian besar telah teratasi.
B. Rekomendasi
1. Rekomendasi
a. Untuk Puskesmas
Diharapkan agar lebih banyak melakukan penyuluhan
kesehatan kepada klien dengan penyakit hipertensi khususnya
pada lansia yang banyak terjadi di daerah puskesmas.
2. Saran
a. Untuk Klien (Tn.S)
Diharapkan kepada klien agar lebih menjaga pola hidup sehat
serta menambah pengetahuannya tentang penyakit dan cara
mengatasinya secara mandiri sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
b. Untuk Rekan – Rekan Mahasiswa Keperawatan
Agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
hendaknya dibuat dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sesuai teori yaitu, pengkajian, perencanaan,
124
pelaksanaan, dan evaluasi serta tidak lupa harus melibatkan
keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga,
agar dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
keluarga.
125
DAFTAR PUSTAKA
Dion, Yohanes; Betan Yasinta (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan
Praktik. Yogyakarta. Nuha Medika.
Padila (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Yogyakarta : Nuha Medika.
Suprajitno (2004) Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Andre saferi, wijaya, Yessie mariza Putrie,(2013). Keperawatan medikal bedah.
Jakarta.nudmes.
C.Pearce, Evelyn. (2008). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Widiyani Rosmah. (2013). Penderita Hipertensi Terus Meningkat.
http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Terus.
Meningkat. Dibuka pada tanggal 27 Juli 2013.
Depkes RI. 2004. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Nugroho Bagi
Petugas Puskesmas.
Price, Anderson. Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi IV. EGC, Jakarta.
Vitahealth. 2004. Hipertensi. PT.GRAMEDIA, Jakarta.
Departemen Kesehatan. (2012). Hipertensi.
http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?searchword=Hipertensi
&ordering=&searchphrase=all. Dibuka pada tanggal 2013.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. EGC,
Jakarta.
Dinas Kesehatan. (2012). Hipertensi di Jawa Barat. http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/724. Dibuka pada tanggal 27
juli 2013.
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Masalah : Ketidakmampuan menangani nyeri
Pokok Bahasan : Relaksasi Nafas Dalam
Sub PB : Perawatan keluarga dengan Relaksasi Nafas Dalam
Sasaran : Tn.S
Waktu : ±30 menit
Penyuluh : Johan Hikayat
I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan penyuluhan selama ± 30 menit keluarga Tn. S dapat mengerti dan
memahami tentang Relaksasi Nafas Dalam
II. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat:
a. Menyebutkan tujuan dari Relaksasi Nafas Dalam.
b. Menyebutkan kembali Langkah-Langkah Nafas Dalam
c. Menyebutkan Manfaat Relaksasi nafas Dalam
III. MATERI
a. Tujuan Relaksasi Nafas Dalam
b. Langkah-Langkah Relaksasi Nafas Dalam
c. Relaksasi Nafas Dalam
Lampiran 1
IV. METODA, MEDIA DAN SUMBER
1.Metoda : ceramah Tanya jawab
2.Media : leaflet
3. Sumber :
http://artoflivingid.wordpress.com/2013/06/13/teknik-relaksasi-nafas-
dalam/Dibuka tanggal 27 Juli 2013
V. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Tahapan
Jenis Kegitan
Penyuluhan Kegiatan
1 5 Menit Pembukaan Perkenalan
Memberikan
salam dan
memperkenalkan diri
Membalas salam
2 15 Menit Kegiatan inti Penyuluh
memberikan
materi tentang
relaksasi nafas
dalam
Keluarga menyimak
tentang materi
relaksasi nafas dalam
3 10 Menit Evaluasi dan
penutup Penyuluh
memfasilitasi
keluarga untuk
bertanya
Mengevaluasi
pendidikan
kesehatan tentang RND
Memberikan
kesimpulan dan
menutup
Keluarga menjawab
dan menyimak
Lampiran 1
VI. EVALUASI
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya jawab
Lampiran 2
I. MATERI
RELAKSASI NAFAS DALAM
A. PENGERTIAN
Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk
asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas
dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah (Smeltzer & Bare, 2002).
B. TUJUAN RELAKSASI NAFAS DALAM
Tujuan Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik
relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi
batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
C. LANGKAH – LANGKAH NAFAS DALAM
Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003).
Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan
diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi
Lampiran 2
yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan
desakan udara masuk selama inspirasi.
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut:
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3.
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam.
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri.
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
Lampiran 2
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri
melalui mekanisme yaitu :
1. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami spasme dan iskemic.
2. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer &
Bare, 2002)
3. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem
otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.
D. MANFAAT TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
1. Ketentraman hati
2. Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
3. Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah
4. Detak jantung lebih rendah
5. Mengurangi tekanan darah
6. Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit
7. Tidur lelap
Lampiran 2
8. Kesehatan mental menjadi lebih baik
9. Daya ingat lebih baik
10. Meningkatkan daya berpikir logis
11. Meningkatkan kreativitas
12. Meningkatkan keyakinan
13. Meningkatkan daya kemauan
14. Intuisi
15. Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain
Lampiran 3
A. PENGERTIAN
Teknik Relaksasi Nafas Dalam merupakan
suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan.
B. Manfaat Relaksasi nafas dalam 1. ketentraman hati
2. berkurangnya rasa cemas,
khawatir dan gelisah
3. tekanan dan ketegangan
jiwa menjadi rendah;
4. detak jantung lebih rendah;
5. mengurangi tekanan darah;
6. ketahanan yang lebih besar
terhadap penyakit;
7. tidur lelap;
8. kesehatan mental menjadi
lebih baik;
9. daya ingat lebih baik;
10. meningkatkan daya berpikir
logis;
11. meningkatkan kreativitas;
12. meningkatkan keyakinan;
13. meningkatkan daya
kemauan;
14. intuisi;
15. meningkatkan kemampuan
berhubungan dengan orang
lain
c.TuJUaN
1. mengurangi stress
2. menurunkan rasa nyeri dan
3. menurunkan kecemasan.
D.Persiapan melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam…
1. Pastikan anda dalam keadaan
tenang dan santai (rileks).
2. Pilih waktu dan tempat yang
sesuai. (duduk di kursi jika anda
di kerjaan atau di rumah).
3. Anda boleh melakukan teknik
relaksasi ini sambil membaca doa,
berzikir atau sholawat.
E. Langkah – langkah tehnik
relaksasi nafas dalam
1. Ciptakan lingkungan yang
tenan
2. Usahakan tetap rileks
dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari
hidung dan mengisi paru-
paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara
dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan
Lampiran 3
ekstrimitas atas dan bawah
rileks
5. Anjurkan bernafas dengan
irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi
melalui hidung dan
menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
7. Membiarkan telapak
tangan dan kaki rilek
8. Usahakan agar tetap
konsentrasi / mata sambil
terpejam
9. Pada saat konsentrasi
pusatkan pada daerah yang
nyeri
10. Anjurkan untuk
mengulangi prosedur hingga
nyeri terasa berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali,
dengan selingi istirahat
singkat setiap 5 kali.
12. Bila nyeri menjadi
hebat, seseorang dapat
bernafas secara dangkal dan
cepat.
RELAKSASI NAFAS DALAM
JOhAn hIKaYaT
FOA1001021
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
KOTASUKABUMI
2013
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Masalah : Ketidakmampuan Menciptakan Lingkungan Rumah
Yang Sehat
Pokok Bahasan : Rumah Sehat
Sub PB : Perawatan keluarga dengan Rumah Sehat
Sasaran : Tn.S
Waktu : ±30 menit
Penyuluh : Johan Hikayat
I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan penyuluhan selama ± 30 menit keluarga Tn. S dapat mengerti
dan memahami tentang Rumah Yang Sehat
II. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat:
a. Menyebutkan Kembali Apa itu Rumah Sehat.
b. Menyebutkan kembali Syarat-syarat Rumah Sehat
c. Menyebutkan Manfaat Rumah Sehat
III. MATERI
a. Pengertian rumah sehat
b. Pemeliharaan Rumah sehat
Lampiran 4
c. Syarat-syarat Rumah Sehat
d. Manfaat Rumah Sehat
IV. METODA, MEDIA DAN SUMBER
1. Metoda : Ceramah Tanya jawab
2. Media : Leaflet
3. Sumber :
http://artoflivingid.wordpress.com/2013/06/13/teknikrelaksas
i-nafas-dalam/Dibuka tanggal 27 Juli 2013
V. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Tahapan
Jenis Kegitan
Penyuluhan Kegiatan
1 5 Menit Pembukaan Perkenalan
Memberikan
salam dan
memperkenalkan
diri
Membalas salam
2 15 Menit Kegiatan inti Penyuluh
memberikan
materi tentang
relaksasi nafas
dalam
Keluarga menyimak
tentang materi
relaksasi nafas dalam
3 10 Menit Evaluasi dan
penutup Penyuluh
memfasilitasi
keluarga untuk bertanya
Mengevaluasi
pendidikan
kesehatan tentang
RND
Memberikan
kesimpulan dan
menutup
Keluarga menjawab
dan menyimak
Lampiran 4
VI. EVALUASI
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Tanya jawab
Lampiran 5
MATERI
A. PENGERTIAN
Rumah sehat adalah suatu tempat untuk berlindung terhadap gangguan
dari luar antara lain untuk melindungi dari panas, hujan, angin dan gangguan
lainnya sehingga dapat tinggal dari rasa aman dan tenteram serta rumah
tersebut memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan
manusia.Rumah atau tempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami
perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua,
kemudian berkembang dengan mendirikan mmah di hutan-hutan dan di
bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun
ramah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.
B. SYARAT-SYARAT RUMAH SEHAT
1. Bahan bangunan
Lantai dari ubin atau semen, Binding tembok, Atap genting, Kayu atau
bambu untuk tiang.
2. Ventilasi
Mempunyai fungsi untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah
tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen (O2) ruang diperlukan
oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 (Carbondioksida)
yang bersifat racun menjadi tneningkat. Kurangnya ventilasi juga
menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan akan tinggi dan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri bibit penyakit)
berkembang biak. Ventilasi ada 2 macam yaitu ventilasi alamiah dimana
aliran udara didalam ruangan terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu,
lubang angin sedangkan ventilasi buatan dimana aliran udara dalam
Lampiran 5
ruangan didapat dengan menggunakan kipas angin dan mesin penghisap
udara(Exhouser).
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, terutama cahaya
matahari langsung pada pagi hari antara pukul 06.00 s/d pukul 08.00 baik
untuk kesehatan. Cahaya dibedakan menjadi 2 yaitu cahaya alamiah yakni
sinar matahari yang sangat penting karena dapat membunuh bibit penyakit
misal penyakit TBC, disamping melalui pintu dan jendela sinar matahari
dapat juga melewati genteng kaca. Sedangkan cahaya buatan yaitu
menggunakan lampu listrik, api dan lampu minyak tanah.
4. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni
didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya luas bangunan yang sudah sebanding dengan jumlah
tidak sehat, sebab disamping kurangnya konsumsi 62 Juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah 2,5 -
3m2 untuk tiap orang.
5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat yaitu :
a. Penyediaan air bersih
b. Pembuangan tinja / WC
c. Pembuangan air limbah
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur
Bagian pengolah makanan rumah tangga atau dapur harus memenuhi
persyaratan kebersihan. Di tempat inilah makanan diolah. Bila dapur
kotor, maka makanan yang dimasak kotor pula dan hal ini berbahaya
untuk kesehatan anggota keluarga penghuni rumah tersebut.
Lampiran 5
f. Ruang berkumpul keluarga
g. Apabila ada kandang ternak, sebaiknya diluar / belakang rumah.
6. Memenuhi kebutuhan fisiologis,
yaitu suatu ruangan tidak banyak berubah antara 18-20ºC. Suhu ruangan
tergantung pada perencanaan ruangan atau pengaturan ruangan sesuai
fungsi dan kegunaannya cukup baik agar komunikasi dan hubungan antar
ruangan mudah dan lancar serta dapat menjamin kegiatan.
7. Menghindari terjadinya kecelakaan.
Kontruksi bangunan harus kuat dan benar, atap tidak bocor apabila hujan,
dibuat langit-langit untuk mengurangi panas dan menahan kotoran.
8. Bagian luar rumah agar memiliki luas
pekarangan yang cukup. Sehingga dapat ditanami tanaman penghijauan,
buah-buahan, sayur-mayur dan bunga. Lingkungan sekitar rumah tidak
boleh tercemar polusi. Tersedia fasilitas air, listrik dan sambungan telepon.
Memiliki jalan yang dapat dilalui kenderaan untuk menuju sarana-sarana
pelayanan umum seperti pasar, rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah.
9. Bagian dalam rumah harus cukup tersedia kamar.
Untuk orang tua, anak dan tamu. Untuk daerah tropis, sebaiknya loteng
agak tinggi, sehingga volume udara dalam ruangan cukup. Ventilasi udara
harus baik, demikian juga penerangan ruangan harus cukup.
10. Menghindari terjadinya penyakit
Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu
keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar
dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial,
sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang
bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara
Lampiran 5
hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara
seimbang.
C. MANFAAT RUMAH SEHAT
Anggota keluarga yang tinggal merasa nyaman dan tenteram di rumah.
Lingkungan rumah baik didalam rumah maupun di luar menjadi
bersih.
Terhindar dari segala jenis penyakit.
Tercipta lingkungan yang asri.
D. PEMELIHARAAN RUMAH SEHAT
Dibersihkan secara rutin
Membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan
Bak mandi dikuras secara rutin minimal 2 kali dalam seminggu.
Pekarangan rumah dibersihkan tiap hari.
Menjaga fasilitas-fasilitas yang ada.
A. PENGERTIAN
Rumah sehat adalah suatu tempat
untuk berlindung terhadap gangguan dari
luar antara lain untuk melindungi dari
panas, hujan, angin dan gangguan lainnya
sehingga dapat tinggal dari rasa aman
dan tenteram serta rumah tersebut
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Rumah adalah salah satu
persyaratan pokok bagi kehidupan
manusia.Rumah atau tempat tinggal,
dari zaman ke zaman mengalami
perkembangan. Pada zaman purba
manusia bertempat tinggal di gua-
gua, kemudian berkembang dengan
mendirikan mmah di hutan-hutan dan
di bawah pohon. Sampai pada abad
modern ini manusia sudah
membangun ramah bertingkat dan
diperlengkapi dengan peralatan yang
serba modern.
B. SYARAT-SYARAT,LINGKUNGAN
RUMAH SEHAT
C. Manfaat lingkungan rumah sehat
D. Pemeliharaan rumah sehat
Dibersihkan secara rutin Membuang sampah pada
tempat yang sudah disediakan
Bak mandi dikuras secara rutin minimal 2 kali dalam seminggu.
Pekarangan rumah dibersihkan tiap hari.
Menjaga fasilitas-fasilitas yang ada.
CIPTAKAN RUMAH YANG
SEHAT..!!
JAUH DARI PENYAKIT
BAHAGIA SELAMANYA.
RUMAH SEHAT
JOHAN HIKAYAT
FOA1001021
Lam
pira
n 6
KETERANGAN KUNJUNGAN RUMAH
(Home Visite)
Dibawah ini saya :
Nama : JOHAN HIKAYAT
NIM : FOA1001021
Telah mengadakan kunjungan rumah (Home Visite)
Nama Kepala Keluarga : Tn.S. Hamami
Alamat : Tipar Gg.Prikesit Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan
Citamiang Kota Sukabumi
Tanggal Kunjungan : 19 – 23 Juli 2013
Sukabumi, 19 Juli 2013
Visitor
Johan Hikayat
FOA1001021
Mengetahui
Kepala Keluarga Kepala Puskesmas Tipar Ketua RT 03/01
Tn. H. S. Hamami dr. Nouva Riega Diah Sa’diah NIP : 196604302006042003
Program Studi DIII Keperawatan Lampiran 8
Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Johan Hikayat (FOA1001021)
Nama Pembimbing : Ibu Dewi Erna Marisa, M,Kep
No Tanggal Uraian Konsultasi Paraf
1
2
3
4
5
16 Juli 2013
17 Juli 2013
23 Juli 2013
25 Juli 2013
27 Juli 2013
- Konsul Bab 1
- Revisi latar belakang, tujuan, dll
- Konsul Bab 1 dan II
- Revisi tinjauan teori
- Konsul Bab II dan III
- Revisi Askep dan Pembahasan
- Lengkapi Lampiran , dll
- Acc sidang
Lampiran 9
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIARISME
Saya sebagai penulis menyatakan bahwa seluruh tulisan dari karya tulis ilmiah
ini tidak mengandung unsur plagiarisme. Pengutipan terhadap bentuk – bentuk tulisan
lainnya dilakukan sesuai dengan kaidah referensi kepustakaan yang diperkenankan
dengan menjunjung tinggi hak Karya Intelektual dan sesuai dengan etika akademik
yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Segala hal yang bertentangan saya diatas menjadi tanggung jawab saya
sepenuhnya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Tanggal : 31 Juli 2013
Nama : Johan Hikayat
NIM : FOA1001021
Tanda Tangan :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Johan Hikayat
Tempat dan Tanggal Lahir : Sukabumi, 6 Agustus 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Siliwangi Gg, Jayaniti II No 05 Rt 02 Rw 05 Kelurahan
Cikole Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
Email : Johan_Rohyati@yahoo.com
No telpon : +62856-5985-9926
Riwayat Pendidikan
1. TK Aisyiyah II Kota Sukabumi ( 1996 – 1998 )
2. SD Negeri Cimanggah 1 Kota Sukabumi( 1998 – 2004 )
3. SMP Negeri 9 Kota Sukabumi ( 2004 – 2007 )
4. SMA Negeri 4 Kota Sukabumi ( 2007 – 2010 )
5. Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi ( 2010 – 2013 )