Post on 23-Oct-2015
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI
MELALUI BERCERITA DI TAMAN KANAK-KANAK
HARAPAN SILAING BAWAH PADANGPANJANG
SKRIPSI
untuk memenuhi sebagai persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
ELYZA FATRI
2008 / 08379
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah
Padangpanjang
Nama
Nim
Program studi
Jurusan
Fakultas
:
:
:
Elyza Fatri
2008/08379
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Ilmu Pendidikan
Padang, Januari 2012
Disetujui oleh :
Pembimbing I,
Dr. Rakimahwati, M.Pd.
NIP 195803051980032003
Pembimbing II,
Asdi Wirman, S.Pd.I
NIP 197911182005011002
Ketua Jurusan,
Dra. Hj. Yulsyofriend, M. Pd.
NIP 196207301988032002
ii
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI
Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim Penguji
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
di Tk Harapan Silaing Bawah
Padangpanjang
Nama
Nim
Program studi
Jurusan
Fakultas
:
:
:
:
:
Elyza Fatri
2008/08379
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Ilmu Pendidikan
Padang, Januari 2012
Tim Penguji
Nama Tanda tangan
1.
2.
3.
4.
5.
Ketua
sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
:
:
:
:
:
Dr. Hj. Rakimahwati, M.Pd.
Asdi Wirman, S.Pd.I
Drs. Amril Amir, M. Pd.
Serli Marlina, S. Pd
Dra. Rivda Yetti
1.
2.
3.
4.
5.
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"
Skripsi ini saya persembahkan pada:
Allah SWT Tuhan Pencipta Alam
Allhamdulilah telah memberikan kelancaran dan banyak
pelajaran dalam hidup
Kedua Orang Tuaku Terima kasih telah memberi semangat dan kasih sayang yang
tak pernah putus untuk semangat dan dukungannya
Keluargaku Suamiku tercinta dan anak-anakku
Terima kasih dukungan, kasih sayang, do’a dan kesabarannya
Apapun tidak akan pernah bisa merubah apa yang telah ada
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, tugas akhir berupa skripsi dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita Di Taman
Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang” adalah asli
belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik
Universitas Negeri Padang maupun di Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri yang
dibantu dan diarahkan oleh pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini, tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas
dicantumkan sebagai acuan didalam naskah dengan menyebutkan
pengarang dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila pada kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini,
saya bersedia menerima sangsi akademik dan sangsi lainnya sesuai dengan
norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Januari 2012
Yang menyatakan pernyataan,
Elyza Fatri
NIM 2008/08379
v
ABSTRAK
ELYZA FATRI. 2011, “Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini
Melalui Bercerita Di Tk Harapan Silaing Bawah
Padangpanjang”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan.
Universitas Negeri Padang.
Kebiasaan anak dalam menggunakan bahasa daerah disekolah merupakan
salah satu kendala dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik, karena faktor kebiasaan berbicara dalam bahasa daerah maka
membuat anak merasa aneh dan kikuk saat diminta untuk berbicara didepan kelas
dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2
siklus, setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan. Subyek dalam penelitian ini
adalah anak di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah
tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 18 anak yang terdiri dari 10 anak
perempuan dan 8 anak laki-laki. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti
dan guru kelas pendamping. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing
terdiri dari tiga kali pertemuan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berbicara melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan buku cerita bergambar
di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang
sebelumnya masih rendah, tetapi setelah penelitian dilakukan, maka kemampuan
berbicara anak meningkat melalui bercerita dengan menggunakan buku cerita
bergambar dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan
berbicara anak. Peningkatan kemampuan berbicara anak pada siklus I sebesar
tujuh koma lima persen dan peningkatan kemampuan berbicara anak pada siklus
II mencapai tujuh puluh enam perse. Hasil persentase nilai anak menunjukkan
bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah dicapai melebihi tujuh
puluh lima persen.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulisan skripsi ini telah selesai. Skripsi ini diajukan sebagai
tugas akhir dalam mengikuti pendidikan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
pada Jurusan Pendididkan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Padang. Skripsi yang berbentuk penelitian tindakan kelas ini
mencermati dan menganalisis peningkatan kemampuan berbicara anak usia dini melalui
bercerita di TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang.
Penyusunan skripsi ini mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moral
maupun material. Untuk itu, diucapkan terima kasih yang tulus kepada Ibu Dr.
Rakimahwati, M.Pd dan Bapak Asdi wirman, S.Pd.I sebagai pembimbing yang banyak
memberikan arahan, motivasi, dan kemudahan; Ibu Dra. Hj. Yulsyofriend, M.Pd. dan
Ibu Dr. Hj. Rakimahwati, M.Pd. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini; Prof. Dr. H. Firman, M.S.,Kons. sebagai Dekan FIP UNP
yang telah memberikan berbagai fasilitas; Ibu Evita sebagai Kepala Taman Kanak-
kanak Harapan Padangpanjang yang telah memberi izin untuk melakukan PTK di
sekolah yang dipimpinnya; Ibu Nurmi J. sebagai kolaborator dalam penelitian ini.
Semoga segala budi baik bapak, ibu, dan teman-teman menjadi amal di sisi Allah SWT.
Akhirnya dipersembahkan penelitian ini kepada tim penguji serta pembaca yang
budiman agar dapat memberikan saran-saran demi kesempurnaan penelitian ini.
Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang, 14 Januari 2012
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
SURAT PERNYATAAN .................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR ............................................................
DAFTAR GRAFIK .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………………………………………………….…
B. Identifikasi masalah ………………………………………………
C. Pembatasan masalah ……………………………………………..
D. Rumusan masalah ………………………………………………...
E. Rancangan pemecahan masalah ……………………………….…
F. Tujuan penelitian …………………………………………………
G. Manfaat keguanaan penelitian ……………………………………
H. Defenisi operasional ………………………………………………
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan teori …………………………………………………
1. Bahasa ………………………………………………………...
a. Pengertian bahasa …………………………………………
b. Fungsi bahasa bagi anak …………………………………
c. Tahap-tahap perkembangan bahasa anak ………………..
2. Berbicara ……………………………………………………...
a. Pengertian berbicara ………………………………………
b. Keterampilan berbicara …………………………………..
c. Tahap-tahap perkembangan berbicara ……………………
d. Tujuan keterampilan berbicara ……………………………
e. Tahap-tahap perkembangan bicara anak ……………….…
f. Hambatan-hambatan dalam keterampilan berbicara anak ...
3. Metode bercerita ……………………………………………...
a. Metode bercerita ………………………………………….
b. Tujuan bercerita …………………………………………..
c. Fungsi dan manfaat bercerita ……………………………..
d. Kelebihan dan kekurangan metode bercerita ……………..
4. Media cerita bergambar ………………………………………
a. Pengertian media cerita bergambar ………………………
b. Teknik Bercerita dengan Alat Peraga Buku Bergambar ….
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
1
5
6
6
6
7
7
7
9
9
9
10
12
16
16
17
18
19
21
23
26
26
27
28
29
30
30
33
viii
c. Manfaat Metode Bercerita Untuk meningkatkan
keterampilan berbicara Bagi Anak ……………………….
B. Penelitian yang relevan …………………………………………...
C. Kerangka konseptual ……………………………………………..
D. Hipotesis tindakan ………………………………………………..
BAB III RANCANGAN PENELITIAN
A. Jenis penelitian ……………………………………………………
B. Subjek penelitian ………………………………………………….
C. Prosedur penelitian ………………………………………………..
D. Instrumentasi Penelitian ………………………………………….
E. Teknik pengumpulan data ………………………………………...
F. Teknik analisis data ……………………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian ………………………………………………….
1. Deskripsi Kondisi Awal ……………………………………….
2. Deskripsi Siklus I ……………………………………………...
3. Deskripsi Siklus II ……………………………………………..
B. Pembahasan ..………………………………………………………
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
LAMPIRAN - LAMPIRAN ………………………………………………
34
35
35
36
37
38
38
47
48
49
52
52
54
71
87
91
92
93
95
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Format wawancara anak ..................................................................
Kemampuan Membaca Anak dalam Proses Pembelajaran ..............
Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita Bergambar Pada
Kondisi Awal ( sebelum tindakan ) ……………………………….
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Siklus I Pertemuan I ( setelah tindakan ) ……………
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Siklus I Pertemuan II ( setelah tindakan ) ……………...
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan ) ……………..
Hasil Wawancara Anak dalam Proses Pembelajaran pada
Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan )…………………………..
Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini
Melalui Bercerita pada siklus I pertemuan I, II, dan III (Setelah
Tindakan) ..........................................................................................
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan I ……………..
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan II …………….
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan III ……………
Hasil Wawancara Anak dalam Proses Pembelajaran pada
Siklus II Pertemuan III ( setelah tindakan )………………………….
Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini
Melalui Bercerita ...............................................................................
Persentase Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak Melalui
Buku Cerita Bergambar pada Proses Pembelajaran (anak kategori
sangat tinggi) ……………………………………………………...
Persentase Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak Melalui
50
51
52
57
61
63
66
69
73
77
81
82
86
91
x
16
Buku Cerita Bergambar pada Proses Pembelajaran (anak kategori
tinggi) …………………………………………………………….
Persentase Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak Melalui
Buku Cerita Bergambar pada Proses Pembelajaran (anak kategori
rendah) ……………………………………….................................
92
93
xi
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
Gambar Halaman
1.
2.
Skema Kerangka Konseptual ……………………………………
Siklus ……………………………………………………………
36
40
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1
2
3
4
5
6
7
Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita Bergambar
Pada Kondisi Awal ( sebelum tindakan ) .........................................
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus I
Pertemuan I …………………........................................................
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus I
Pertemuan II ...................................................................................
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus I
Pertemuan III ..................................................................................
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus II
Pertemuan I ....................................................................................
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus II
Pertemuan II ...................................................................................
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus II
Pertemuan III ..................................................................................
53
58
62
66
74
78
82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting
peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis,
kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai
keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran
dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang
berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi
masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran
yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami.
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama
dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya. Semenjak
seorang bayi terlahir, ia sudah belajar menyuarakan lambang-lambang bunyi
bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Suara
tangisan itu baru menandakan adanya potensi dasar kemampuan berbicara
dari seorang anak yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya
melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika
anaknya lahir tanpa suara tangisan. Orang akan merasa lebih sedih lagi jika
anaknya tumbuh dewasa tanpa memiliki kemampuan berbicara secara lisan.
Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan
pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi
2
yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang
diterimanya. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai
kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam
lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan
anak, dan antara anak-anak itu sendiri. Di luar lingkungan keluarga juga
terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman
sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Semua situasi
tersebut menuntut agar kita mampu dan terampil berbicara.
Keterampilan berbicara juga memiliki peran penting dalam pendidikan,
baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Proses transfer
ilmu pengetahuan kepada subyek didik pada umumnya disampaikan secara
lisan. Tata krama dalam pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat juga banyak diajarkan terlebih
dahulu secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern.
Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan bagi perkembangan anak selanjutnya, sebab Taman Kanak-
kanak merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang
mendapatkan pembinaan yang baik sejak usia dini akan berdampak pada
peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktivitas, serta dapat
memupuk bakat dan minatnya sejak dini.
Perkembangan pemakaian bahasa pada anak dipengaruhi oleh
meningkatnya usia anak. Semakin anak bertambah umur, maka akan semakin
3
banyak kosa kata yang dikuasai dan semakin jelas pelafalan atau pengucapan
katanya. Kemampuan berkomunikasi dengan baik, benar, efektif, dan efisien
adalah tuntutan. Selain pentingnya keterampilan berbicara untuk
berkomunikasi, komunikasi dapat berlangsung secara efektif dan efisien
dengan menggunakan bahasa, sedangkan hakikat bahasa adalah ucapan.
Proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa itu tidak lain adalah berbicara. Untuk
dapat berbicara dengan baik diperlukan keterampilan berbicara.
Dari uraian di atas, diketahui betapa pentingnya keterampilan berbicara
bagi seseorang. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan berbicara perlu
mendapat perhatian agar anak memiliki keterampilan berbicara, sehingga
mampu berkomunikasi untuk menyampaikan isi hatinya kepada orang lain
dengan baik. Selain betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi seseorang,
pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapatkan perhatian karena
keterampilan berbicara tidak bisa diperoleh secara otomatis, melainkan harus
belajar dan berlatih.
Keterampilan berbicara pada anak di Taman Kanak-kanak pada
dasarnya perlu mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini dilakukan agar
mampu memberikan pengetahuan dan dasar keterampilan dalam
berkomunikasi yang lebih baik bagi anak di kemudian hari. Bahasa yang
sederhana, tidak berdasarkan pada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta bahasa sehari-hari yang masih banyak digunakan dalam berbicara
anak perlu mendapatkan perhatian yang serius agar mampu memberikan
pemahaman yang lebih mendalam sejak dini tentang bagaimana berbicara
4
dengan bahasa yang baik. Dalam proses pembelajaran tingkat Taman Kanak-
Kanak keterampilan berbicara ditekankan pada kemampuan untuk berbicara
dengan baik, tidak harus sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Tetapi sedikit banyak harus mampu memberikan dasar
pembelajaran berbahasa yang baik dan benar.
Buku cerita disukai hampir semua anak apa lagi kalau buku cerita
tersebut berupa cerita dengan ilustrasi bagus dengan sedikit permainan yang
melibatkan mereka. Keterampilan anak perlu ditingkatkan, oleh karena itu
pembelajaran harus menarik dan menyenangkan. Salah satu cara untuk
meningkatkan keterampilan adalah melalui cerita bergambar. Anak-anak akan
merasa terlibat dalam petualangan dan konflik-konflik yang dialami karakter-
karakter di dalamnya, sehingga membaca pun akan semakin menyenangkan.
Buku cerita non fiksi menstimulasi pembacanya berpikir mengenai jawaban
dari plot cerita dan membuat pembacanya bertanya-tanya sehubungan plot
yang disajikan.
Kebiasaan anak dalam menggunakan bahasa ibu disekolah merupakan
salah satu kendala dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik pada anak di Taman Kanak-kanak Harapan
Silaing Bawah Padangpanjang, karena faktor kebiasaan berbicara dalam
bahasa daerah maka membuat anak merasa aneh dan kikuk saat diminta untuk
berbicara didepan kelas dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Permasalahan tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya media pembelajaran yang kurang menarik, pembelajaran yang
5
hanya menitik beratkan pada membaca dan berhitung saja dan penggunaan
metode yang statis sehingga membuat anak bosan dan kurang dapat
memunculkan ide kreatifnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik
untuk mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran
dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada anak yang ada di
Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang dengan
menggunakan metode cerita bergambar khususnya untuk anak kelompok B1.
Untuk itu dalam penelitian ini peneliti memberikan judul penelitian ini :
“Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini melalui Cerita
Bergambar pada Anak Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah
Padangpanjang.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang di hadapi dalam peningkatan
keterampilan berbicara pada anak usia dini melalui cerita bergambar pada
anak Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang sebagai
berikut :
1. Kurangnya tingkat keaktifan anak untuk menceritakan pengalamannya di
depan kelas.
2. Guru kurang bisa menerapkan strategi dan pendekatan yang tepat dalam
proses belajar mengajar.
6
3. Kurangnya media pembelajaran dan penggunaan metode pembelajaran
yang tidak tepat pada anak.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pembatasan masalah
dibatasi tentang : menghilangkan kebiasaan anak berbicara menggunakan
bahasa daerah dan memberikan kepercayaan diri anak agar tidak kaku
berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu peneliti
berharap semoga dengan teknik bercerita yang bervariasi dan pendalaman
guru terhadap cerita yang ditampilkan, dapat meningkatkan keterampilan
berbicara anak di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah
Padangpanjang.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pada
penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : bagaimanakah
peningkatan keterampilan berbicara anak melalui cerita bergambar pada anak
Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang?
E. Rancangan Pemecahan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah yang dikemukakan diatas maka untuk
mengatasi masalah tersebut peneliti melaksanakan sebuah metode bercerita di
Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang khususnya di
kelompok B1 untuk meningkatkan keterampilan pada anak. Sebelum
bercerita guru menyiapkan dan mendalami bahan cerita yang akan dipaparkan
7
kepada anak sehingga dapat memberikan dampak pada peningkatan
keterampilan anak dalam berbahasa.
F. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
adalah untuk peningkatan keterampilan berbicara pada anak usia dini melalui
becerita di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang.
G. Manfaat Kegunaaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Taman Kanak–kanak, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan pembelajaran.
2. Bagi TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang agar proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan optimal dan keterampilan anak
dalam berbicara dapat berkembang dengan baik.
3. Bagi akademis diharapkan menjadi bahan masukan bagi mahasiswa
dalam pembelajaran.
4. Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengalaman dalam
kegiatan pembelajaran terutama pada pembelajaran meningkatkan
keterampilan berbicara anak, serta sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi di jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini.
H. Defenisi Operasional
Keterampilan berbicara adalah kebutuhan kita sebagai manusia.
Berbicara merupakan salah satu cara yang efektif bagi kita untuk
8
berkomunikasi. Dengan berbicara kita bisa menyampaikan maksud dan tujuan
serta buah pikiran kita dengan cepat.
Bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam
informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan pengalaman belajar dengan
menggunakan metode bercerita memungkinkan anak mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor masing-masing anak. Bila
anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk
menjadi pendengar yang baik, kreatif, dan ritis.
Cerita bergambar merupakan suatu media yang unik, menggabungkan
teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, sebagai media yang sanggup
menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan,
yaitu ilustrasi yang terdapat dalam buku cerita bergambar sangat mudah
dipahami dan diingat oleh anak.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi memungkinkan dua
individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan dan
pengalaman. Menurut Badudu dalam Dhieni (2008:1.11) menyatakan
bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota
masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan
pikiran, perasaan dan keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem
lambang bunyi yang bersifat arbitrer (manasuka) digunakan
masyarakat dalam rangka untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengindentifikakan diri. Berbahasa berarti menggunakan bahasa
berdasarkan pengetahuan individu tentang adat sopan santun.
Menurut Bromley dalam Dhieni (2008:1.11) mendefenisikan
bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai
ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun
verbal. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis dan dibaca.
Sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak
dapat memanipulasi simbol-simbol tersebut dengan berbagai cara
sesuai dengan kemampuan berfikirnya.
10
Santrock (2007:353) memaparkan bahwa bahasa adalah bentuk
komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada
suatu sistem dan simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang
digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun
berbagai variasi dan mengkombinasikannya.
Berdasarkan pendapat di atas, bahasa adalah suatu alat yang
digunakan untuk berkomunikasi kepada orang lain dalam bentuk
simbol baik dalam bahasa tertulis ataupun isyarat. Tujuan utama dari
sebuah pembelajaran bahasa adalah untuk berkomunikasi. Penguasaan
bahasa sendiri dapat terjadi melalui dua proses, yaitu pemerolehan dan
pembelajaran. Pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disadari karena
sebagai akibat dari komunikasi alami. Kegiatan bahasa ini dialami
oleh anak-anak dan orang-orang yang cukup lama dalam interaksi
sosial. Berbeda dengan pemerolehan bahasa, pembelajaran bahasa
mengacu pada pengumpulan pengetahuan bahasa melalui sesuatu
yang disadari, berupa kemampuan yang dipelajari, dan bukan
kemampuan yang diperoleh.
b. Fungsi Bahasa bagi anak
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini
secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bromley
dalam Dhieni (2008:1.19) menyebutkan empat macam bentuk bahasa
yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Anak menerima
dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara. Cara anak
11
dalam menggunakan bahasa akan berpengaruh pada
perkembangan sosial, emosional, fisik dan kognitif.
Bahasa digunakan untuk mengekspresikan keunikan individu.
Bromley dalam Dhieni (2008:1.20) menyebutkan 5 macam fungsi
bahasa sebagai berikut.
1) Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak usia
dini belajar kata-kata yang dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan utama mereka.
2) Bahasa dapat mengubah dan mengontrol prilaku. Anak belajar
bahwa mereka dapat mempengaruhi lingkungan dan mengarahkan
prilaku orang dewasa dengan menggunakan bahasa.
3) Bahasa membantu perkembangan kognitif. Secara simbolik
bahasa menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Bahasa
memudahkan kita untuk mengingat suatu informasi dan
menghubungkannya dengan informasi yang baru diperoleh.
Bahasa juga berperan dalam membuat suatu kesimpulan tentang
masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Bahasa merupakan
sistem dimana kita menambah pengetahuan yang kita
akumulasikan melalui pengalaman dan belajar. Bahasa
memudahkan kita untuk menyimpan dan menyeleksi informasi
yang akan kita gunakan untuk menganalisis dan memecahkan
masalah. Bahasa membantu kita untuk mengetahui informasi
secara lebih mendalam.
4) Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain.
Bahasa berperan dalam memelihara hubungan anda dengan orang
sekitar anda. Anda dapat menjelaskan pikiran, perasaan dan
prilaku melalui bahasa. Kita menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dalam kelompok dan berpartisipasi dalam
masyarakat. Bahasa berperan untuk kesuksesan sosialisasi
individu.
5) Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Anda
mengemukakan pendapat dan perasaan pribadi dengan cara yang
berbeda dari orang lain. Hal ini dengan jelas dapat terlihat dari
cara anak usia dini yang sering kali mengkomunikasikan
pengetahuan, pemahaman dan pendapatnya denga cara mereka
yang khas yang merupakan refleksi perkembangan kepribadian
mereka.
Perkembangan bahasa awal anak seperti yang diidentifikasi oleh
Haliday dalam Eriamsyah (2007:104) yaitu :
12
1) Bahasa sebagai instrumen yaitu anak menggunakan bahasa
untuk memuaskan kebutuhan pribadi dan memperoleh
sesuatu yang mereka inginkan.
2) Regulatory yaitu anak menggunakan bahasa untuk
mengontrol tingkah laku orang lain.
3) Personal yaitu anak menggunakan bahasa untuk
menceritakan tentang diri mereka sendiri.
4) Interaksional yaitu anak menggunakan bahasa untuk
memperoleh sesuatu dari orang lain.
5) Heuristik yaitu anak menggunakan bahasa untuk
menemukan tentang sesuatu atau memuaskan rasa ingin
tahunya.
6) Imaginasi yaitu anak menggunakan bahasa untuk
menganggap imajinasi menjadi kenyataan.
7) Informatif yaitu menkomunikasikan suatu informasi
kepasda orang lain.
Secara garis besar fungsi bahasa bagi anak adalah untuk
menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu anak. Untuk
mengekspresikan keunikan pendapat dengan cara yang khas yang
merupakan perkembangan dari kepribadian anak.
c. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa anak meliputi perkembangan fonologi
(yakni mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kosa kata,
perkembangan semantik atau makna kata, perkembangan sintaksis
atau penyusunan kalimat, dan perkembangan pragmatik atau
penggunaan bahasa untuk keperluan komunikasi ( sesuai dengan
norma konvensi ).
Menurut Piaget dalam Musfiroh (2005:9) perkembangan bahasa
anak TK masih bersifat egosentrik dan self-expressive, yaitu segala
sesuatu masih berorientasi pada dirinya sendiri. Perkembangan bahasa
dapat dipakai sebagai tolak ukur kecerdasannya dikemudian hari. Pada
13
masa itu anak menguasai kemampuan bicara, tetapi mereka harus
lebih banyak belajar sebelum mereka mencapai kemampuan bahasa
orang dewasa. Kosa kata yang diperoleh anak pada awal masuk
Taman Kanak-kanak kira kira berjumlah 2000 kata.
Menurut Vygotsky dalam Dhieni (2008:2.15) mengemukakan
bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat denga
kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan.
Perkembangan bahasa tidak terlepas dari konteks sosial dan
perkembangan anak. Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan
perkembangan bahasa karena awal perkembangan bahasa berada pada
stadium sensori motorik yaitu ketika anak berusia 18 bulan. Pada
tahap ini anak sudah memiliki pemahaman terhadap objek-objek
tertentu.
Anak-anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase
perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak
telah dapat mengungkapkan keinginanya, penolakannya maupun
pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah
dapat digunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang
berkaitan dengan perkembangan bahasa anak tersebut adalah sebagai
berikut:
14
1) Kosa Kata
Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungannya, kosakata anak berkembang
dengan pesat.
2) Sintaksis (tata bahasa)
Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi
melalui contohcontoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak
dilingkungannya, anak lebih dapat menggunakan bahasa lisan
dengan susunan kalimat yang baik.
3) Semantik
Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan
tujuannya. Anak di taman kanak-kanak sudah dapat
mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat.
4) Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)
Anak di taman kanak-kanak sudah memiliki kemampuan
untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata
yang mengandung arti. Misalnya: i, b, u menjadi ibu.
Menurut Tarigan dalam Masitoh (2002:36), tahap-tahap
perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:
1) Tahap Pralinguistik
Tahap pralinguisik umumnya dialami oleh anak berusia
0-1 tahun. Anak pada usia ini oleh para ahli dianggap belum
dapat berbahasa, walaupun mereka sudah dapat
mengeluarkan bunyi-bunyi. Maksudnya adalah anak belum
15
dapat mengucapkan “bahasa ucapan” seperti ucapan oleh
orang dewasa.
a) Tahap meraban pertama (0-6) bulan. Pada tahap ini
selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi dengan
menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan
tertawa.
b) Tahap meraban kedua (6-12) bulan. Pada tahap ini anak
mulai aktif arena aspek fisik anak sudah jauh lebih
baik seperti untuk mampu melakukan gerakan-gerakan
seperti memegang dan mengangkat benda.
2) Tahap Linguistik
Tahap linguistik umumnya dialami anak mulai umur 1-
5 tahun. Anak sudah mulai dianggap dapat mengucapkan
bahasa ucapan yang menyerupai orang dewasa. Para ahli
pada tahap ini membagi ke dalam empat bagian.
a) Tahap holofrastik (tahap linguistik pertama 1-2 tahun).
Tahap ini adalah tahap di mana anak sudah mulai
mengucapkan suku kata.
b) Ucapan-ucapan dua kata. Tahap linguistik kedua ini
biasanya mulai menjelang tahun ke dua. Komunikasi
yang ia sampaikan adalah bertanya dan meminta.
c) Pengembangan tata bahasa (2,5-5 tahun).
Perkembangan bahasa pada tahap ini bervariasi, hal ini
bergantung pada perkembangan-perkembangan
sebelumnya yang dialami anak.
d) Tata bahasa menjelang dewasa. Tahap perkembangan
bahasa anak yang ke empat ini biasaya dialami oleh
anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun. Pada tahap
ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa
yang rumit.
Tahap perkembangan pada bahasa anak usia dini yang berawal
dari berkenaan dengan fonologi, beberapa anak memiliki kesulitan
dalam mengucapkan kelompok konsonan. Kedua yang berkaitan
dengan morfologi bahwa pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat
mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata setiap kalimatnya.
Ketiga, berkenaan dengan sintaksis bahwa anak belajar dan
menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditemukan pada
tingkat sintaksis. Keempat berkenaan dengan semantic, bahwa begitu
16
sudah mampu menggunakan kalimat lebih dari kata, anak-anak sudah
mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan
cepatnya.
2. Berbicara
a. Pengertian berbicara
Secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu
penyampaian ide, pikiran, gagasan atau isi hati kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat
dipahami oleh orang lain.
Dalam Tarigan (1981:15) mengemukakan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspesikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan
dan perasaan.
Senada dengan pendapat di atas, Hurlock (1978: 176) menyatakan
bahwa “berbicara adalah suatu bentuk bahasa yang menggunakan
artikulasi kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud,
karena berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling epektif,
penggunaannya paling luas dan penting.
Menurut Suhartono (2005: 23) yang dimaksud dengan bicara anak
adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang
yang ada dan mendengar disekitarnya.
17
Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai pengertian
berbicara, maka yang dimaksud dengan keterampilan berbicara anak
adalah kemampuan anak dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang digunakan untuk
menyampaikan maksud tertentu pada orang lain, sehingga maksud
tersebut dapat dipahami oleh orang-orang yang berada disekitar anak.
b. Keterampilan berbicara
Menurut Suhartono (2005: 23) yang dimaksud dengan bicara
anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat
dipahami oleh orang yang ada dan mendengar disekitarnya.
Sedangkan Tarigan (1981: 15) mengemukakan bahwa
keterampilan berbicara merupakan kemampuan dalam mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi dari kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai pengertian
berbicara, maka yang dimaksud dengan keterampilan berbicara anak
adalah kemampuan anak dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang digunakan untuk
menyampaikan maksud tertentu pada orang lain, sehingga maksud
tersebut dapat dipahami oleh orang-orang yang berada disekitar anak.
18
c. Tahap-tahap perkembangan berbicara
Bicara merupakan kemampuan penting dalam berkomunikasi.
Vygotsky dalam Dhieni (2005: 3.7) mengemukakan bahwa terdapat
tiga
tahapan perkembangan bicara anak yang berkaitan erat dengan
perkembangan berpikir anak, yaitu:
1) Tahap Eksternal. Merupakan suatu tahapan yang terjadi ketika
semua sumber berpikir anak berasal dari luar diri anak. pada tahap
ini anak mencoba berbicara secara eksternal. Biasanya pada tahap
ini sumbernya sebagian besar diperoleh dari orang dewasa yang
memberikan pengarahan, informasi kepada anak.
2) Tahap egosentris. Pada tahap ini anak sudah mulai tidak
tergantung lagi dengan orang dewasa, ia sudah mulai bisa
berbicara sesuai dengan keinginannya sendiri.
3) Tahap internal. Dalam tahapan ini anak sudah bisa memproses
pikirannya sendiri, ia sudah mulai bisa menghayati sepenuhnya
proses berpikirnya.
Pateda dalam Suhartono (2005: 49) menjelaskan tahapan
perkembangan awal ujaran anak, yaitu tahap penamaan, tahap
telegrafis dan tahap transformasional. Ke tiga tahap ujaran anak
tersebut sebelum anak sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
19
1) Tahap Penamaan
Pada tahap penamaan, anak baru mulai mampu mengucapkan
urutan bunyi kata tertentu dan belum mampu untuk memaknai.
Urutan bunyi yang diucapkan biasanya terbatas dalam satu kata.
Misalnya, anak mengucapkan kata “mama” atau “papa”. Anak
mungkin saja mampu mengucapkan kata tersebut tetapi tidak
mampu mengenal kata itu. Pengucapan kata “mama” atau “papa”,
karena adanya proses peniruan bunyi yang pernah didengarnya
(dari ibunya sendiri atau kakak-kakaknya atau anggota keluarga.
2) Tahap Telegrafis
Menurut Steinbergh dalam Suhartono (2005: 51), pada tahap ini
anak sudah mulai dapat menyampaikan pesan yang diinginkannya
dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata.
3) Tahap Transformasional
Anak sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh,
menyanggah dan menginformasikan sesuatu. Di sini anak sudah
mulai berani mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam
bentuk kalimat yang beragam. Biasanya tahap ini dialami pada
anak yang berusia sekitar lima tahun.
d. Tujuan keterampilan berbicara
Menurut Tarigan (1981:15) tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan
20
meyakinkan seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan
ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek
kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam Dhieni
(2008:3.6). Meliputi faktor-faktor sebagai berikut : (1) ketepatan
ucapan, (2) penempatan tekanan nada, sendi dan durasi sesuai, (3)
pilihan kata, (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Aspek non
kebahasaan meliputi (1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh dan
mimik yang tepat, (2) kesediaan menghargai pembicaraan maupun
gagasan orang lain, (3) kenyaringan suara dan kelancaran dalam
berbicara, (4) relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik
tertentu.
Memacu kemampuan anak berbicara merupakan sesuatu yang
penting. Menurut Hurlock dalam Musfiroh (2005:102) kemampuan
berbicara anak sangat mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi
anak, yaitu :
1) Anak yang pandai bicara akan memperoleh pemuasan
kebutuhan dan keinginan.
2) Anak yang pandai berbicara akan memperoleh perhatian
dari orang lain atau menjadi pusat perhatian.
3) Anak yang pandai berbicara akan mampu membina
hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan
kepemimpinannya dari pada anak yang tidak pandai
berbicara.
4) Anak yang pandai berbicara akan memperoleh penilaian
baik, kaitannya dengan isi dan cara berbicara.
5) Anak yang pandai berbicara akan memiliki kepercayaan
diri dan penilaian diri yang positif, terutama setelah
mendengar komentar orang tentang dirinya.
6) Ajak yang pandai berbicara biasanya memiliki kemampuan
akademis yang lebih baik.
21
7) Anak yang pandai berbicara lebih mampu memberikan
komentar positif dan menyampaikan hal – hal yang baik
kepada lawan bicara.
8) Anak yang pandai berbicara cendrung pandai
mempengaruhi dan meyakinkan teman sebayanya. Hal ini
mendukung posisi anak sebagai pemimpin.
Berbicara bukan hanya sekedar pengucapan bunyi – bunyi atau
kata – kata. Tujuan pengembangan kemampuan berbicara dilakukan
agar anak dapat berbicara dengan penuh percaya diri, menggunakan
bahasa yang baik untuk mendapatkan informasi dan untuk komunikasi
yang efektif dan interaksi sosial dengan orang lain.
e. Tahap-tahap perkembangan bicara Anak
Sebelum mampu berbicara umumnya seorang anak memiliki
perilaku untuk mengeluarkan suara-suara yang bersifat sederhana
kemudian berkembang secara kompleks dan mengandung arti.
Misalnya seorang anak menangis, mengoceh, kemudian dia akan
mampu menirukan kata- kata yang didengar dari orang tua atau
lingkungan sekitarnya , seperti kata mama, papa, makan, minum dan
sebagainya.
Menurut Dickinson dalam Seefeldt (2008:354) untuk belajar
bahasa anak memerlukan kesempatan untk bicara dan didengarkan.
Dialog efektif antara orang dewasa dan anak termasuk orang dewasa
yang mendengarkan ketika anak itu berbicara, mengajukan
pertanyaan yang mendorong anak itu bicara lebih banyak.
22
Sekalipun terdapat perbedaan kecepatan dalam berbahasa pada
anak, namun komponen-komponen dalam bahasa tidak berubah.
Menurut Hildayani (2005:11.6) komponen tersebut terdiri dari :
1) Perkembangan fonologi berkenaan dengan adanya
pertumbuhan dan produksi sistem bunyi dalam bahasa.
Bagian terkecil dari sistem bunyi tersebut dikenal dengan
istilah fonem, yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga satu
tahun.
2) Perkembangan morfologi berkenaan dengan pertumbuhan
dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari arti bahasa
tersebut dikenal dengan istilah morfem.
3) Sintaksis berkenaan dengan aturan bahasa meliputi
keteraturan dan fungsi kata. Perkembangan sintaksis
merupakan produksi kata-kata yang bermakna sesuai
dengan aturan yang menghasilkan pemikiran dan kalimat
yang utuh.
4) Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan
berbagai arti kata. Perkembangan semantik terjadi dengan
kecepatan yang lebih lambat dan lama dibandingkan
perkembangan anak dalam memahami fonologi, morfologi
maupun sintaksis. Perkembangan semantik bermula saat
anak berusia 9-12 bulan, yaitu ketika anak menggunakan
kata benda, kata sifat maupun kata keterangan.
5) Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam
mengekspresikan minat dan maksud seseorang untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang dapat
dikatakan memiliki kompetensi berkomunikasi ketika ia
telah memahami penggunaan bahasa tersebut sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Dalam Dhieni (2008:3.6) ada dua tipe perkembangan berbicara
anak :
1) Egosentric speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun,
dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
Perkembangan anak dalam hal ini sangat berperan dalam
mengembangkan kemampuan berpikirnya.
2) Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan
temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak.
Berkenaan dengan hal tersebut, terdapat 5 bentuk socialized
speech yaitu (1) saling tukar informasi untuk tujuan
23
bersama; (2) penilaian terhadap ucapat atau tingkah laku
orang lain; (3) perintah, permintaan, ancaman; (4)
pertanyaan dan (5) jawaban.
Anak pada umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian besar
dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya.
Mereka juga perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
Beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran berbicara seseorang
antara lain: ketepatan ucapan, penempatan tekanan kata, nada, dan
durasi yang sesuai dengan pelihan kata dan ketepatan sasaran
pembicaraan. Serta sikap tubuh, pandangan, mimik yang tepat,
kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara dan penalaran serta
penguasaan terhadap topik tertentu.
f. Hambatan-hambatan dalam keterampilan berbicara anak
Setiap orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan (termasuk anak TK) mengalami berbagai hambatan,
gangguan serta kesulitan yang pemecahannya kadang-kadang
memerlukan bantuan orang lain. Masalah - masalah yang tidak
terentaskan secara tepat bisa menimbulkan hambatan dan masalah
pada anak dimasa sekarang, maupun setelah anak melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Petty dalam Hildayani (2005:11.11) perkembangan
bahasa merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan 4
faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
1) Berbedanya cara bagaimana si anak mempelajari bahasa
tersebut.
24
2) Berbedanya jenis bahasa yang dipelajari anak.
3) Berbedanya karakteristik kepribadian anak.
4) Berbedanya lingkungan tempat proses pembelajaran
tersebut.
Dalam hubungannya dengan karakteristik kepribadian anak,
terdapat perbedaan individual yang dapat mendukung dan
menghambat perkembangan bahasa seseorang, yaitu kecerdasan, jenis
kelamin, kondisi fisik, lingkungan keluarga, kondisi ekonomi, setting
sosial atau lingkungan budaya, bilingualism ( penggunaan 2 bahasa).
Menurut Aminah (2006:19) hambatan-hambatan yang ditemui ketika
seseorang akan berbicara adalah sebagai berikut.
1) Keberanian, percaya diri
Dale Carnagie menyatakan bahwa hampir semua orang
mampu berbicara dengan cara yang dapat diterima oleh publik,
kalau dia mempunyai rasa percaya diri dan sebuah ide yang
mendidih dan membara di dalam dirinya. Cara mengembangkan
rasa percaya diri adalah dengan mengerjakan hal yang kita
takutkan dan memperoleh satu catatan dari pengalaman orang-
orang yang sukses. Hambatan berbicara dapat diatasi dengan
adanya pemaksaan dan pelatihan yang dilakukan terus menerus.
2) Rasa grogi, gugup.
Rasa grogi dan gugup biasa dialami oleh sebagian orang pada
saat berbicara, terlebih berbicara di depan umum. Rasa grogi dan
gugup dapat muncul karena keidaksiapan dengan bahan
pembicaraan.
25
3) Gejala-gejala tertekan
a) Gejala fisik ditunjukan seperti detak jantung yang semakin
cepat, lutut gemetar atau sulit berdiri dengan tenang di muka
pendengar, suara yang bergemetar, gelombang hawa panas,
atau perasaan seperti akan pingsan, kesulitan untuk bernafas,
dan mata berair atau hidung berlendir.
b) Gejala mental. Gejala ini timbul seperti tidak menyadari
mengulang kata, kalimat atau pesan, dan ketidakmampuan
mengingat isi pembicaraan dan melupakan hal-hal penting.
Kegiatan berbicara sebenarnya merupakan kegiatan yang menarik
didalam kelas. Akan tetapi sering terjadi sebaliknya, kegiatan
berbicara sering tidak manarik, tidak merangsang partisipasi siswa,
suasana menjadi kaku dan akhirnya macet. Ini mungkin terjadi karena
penguasaan kosa kata dan pola kalimat oleh anak yang masih sangat
terbatas. Namun apabila guru dapat secara tepat memilih topik
pembicaraan sesuai dengan tingkat kemampuan anak, dan memiliki
kreativitas dalam mengembangkan model - model pengajaran
berbicara yang banyak sekali variasinya, tentu kemacetan tidak akan
terjadi.
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara
ialah keberanian anak dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu
guru harus dapat memberikan dorongan kepada anak agar berani
26
berbicara kendati dengan resiko salah. Kepada anak hendaknya
ditekankan bahwa takut salah adalah kesalahan yang paling besar.
3. Metode bercerita
a. Metode bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara
lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang
harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah
dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh
karena itu orang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan
menarik.
Menurut Piaget dalam Dhieni (2008:6.5), sejak lahir hingga
dewasa pikiran anak terus berkembang melalui jenjang-jenjang
berpriode sesuai dengan tingkatan kematangan anak itu secara
keseluruhan dengan interaksi-interaksinya dengan lingkungannya.
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak
didik Taman Kanak-kanak. Dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya
memperkenalkan, memberikan keterangan atau penjelasan tentang hal
baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran kepada anak.
Ada beberapa macam teknik bercerita, menurut Moeslichatoen
(2004:158) yaitu :
27
1) Membaca langsung dari buku cerita.
2) Bercerita denga menggunakan ilustrasi gambar dari buku.
3) Menggunakan papan flanel.
4) Menggunakan boneka.
5) Bermain peran dalam suatu cerita.
Untuk dapat menerapkan metode bercerita dengan baik, maka
diperlukan persiapan dan latihan. Persiapan yang dilakukan antara
lain penguasaan isi cerita serta keterampilan menceritakan, untuk itu
diperlukan latihan dalam irama modulasi suara secara terus menerus
dan intensif agar dapat menarik perhatian anak. Dan juga harus
diperhatikan dalam pemilihan tema cerita yang baik dan cocok
dengan kehidupan sehari – hari anak.
b. Tujuan bercerita
Cerita yang bagus tidak hanya sekedar menghibur tapi juga
sekaligus mendidik dan merangsang berkembangnya komponen
kecerdasan anak. Mendengar cerita yang bagus bagi anak, sama
dengan melakukan serangkaian kegiatan fonologis, sintaksis, semantik
dan pragmatik. Anak akan belajar bagaimana bunyi – bunyian yang
bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata – kata disusun
secara logis dan mudah dipahami. Dengan kata lain cerita dapat
mendorong anak untuk senang bercerita atau berbicara.
Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak
mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang
28
disampaikan orang lain. Anak dapat bertanya apabila tidak
memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya
anakdapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya sehingga hikmah dari isi cerita dapat
dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan
dan diceritakannya pada orang lain. Karena menurut Jerome S. Burner
dalam Dhieni (2008:6.7) bahasa berpengaruh besar pada
perkembangan pikiran anak.
Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan
kemampuan mendengarkan cerita yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau menanamkan nilai sosial, moral dan keagamaan,
pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan sosial.
c. Fungsi dan manfaat bercerita
Menyimak cerita bagi anak adalah aktivitas yang mengasyikkan,
oleh karena itu memberikan pelajaran dan nasihat melalui cerita
adalah cara mendidik yang bijak dan cerdas. Mendidik anak melalui
cerita memberikan efek pemuasan terhadap kebutuhan akan imajinasi
dan fantasi. Menurut Tampubolon dalam Dhieni (2008:6.7), bercerita
kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam
menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tapi juga dalam
mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Dengan demikian, fungsi
kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu
perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat
29
difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan berbicara,
dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan
mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan
tahap perkembangannya.
d. Kelebihan dan kekurangan metode bercerita
Bentuk penyajian proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak
adalah terpadu antara Bidang Pengembangan satu dengan yang
lainnya. Dan setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan.
Kelebihannya antara lain :
1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.
2) Waktu tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesien.
3) Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
5) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.
Kekurangannya antara lain :
1) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau
menerima penjelasan dari guru.
2) Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan
siswa untuk mengutarakan pendapatnya.
3) Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah
sehingga sukar memahami tujuan isi pokok cerita tersebut.
30
4) Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya
tidak menarik.
Yang harus disadari dalam penerapan metode bercerita adalah
bahwa cerita bukanlah materi pengisi waktu luang, namun juga
materi penting yang memiliki fungsi yang cukup kompleks. Untuk
dapat menerapkan metode bercerita dengan baik sehingga segala
kekurangan dalam metode bercerita dapat diminimalkan, maka
diperlukan persiapan dan latihan. Persiapan yang dilakukan antara
lain penguasaan isi cerita serta keterampilan menceritakan isi cerita,
maka untuk itu diperlukan latihan dalam irama modulasi suara secara
terus menerus dan intensif agar dapat menarik perhatian anak. Dan
juga harus diperhatikan dalam pemilihan tema cerita yang baik dan
cocok dengan kehidupan sehari – hari anak.
4. Media cerita bergambar
a. Pengertian media cerita bergambar
Buku bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan
menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar. Buku bergambar dapat
memotivasi anak-anak untuk belajar. Dengan buku bergambar, anak
akan terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalaman
dari cerita.
Menurut Stewing dalam Abu (2002:2) buku cerita bergambar
adalah suatu buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua
elemen ini bekerjasama untuk menghasilkan cerita dengan ilustrasi
31
dan gambar. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus
mengandung gambar sehingga mempengaruhi minat siswa untuk
membaca cerita. Oleh karena itu gambar dalam cerita anakanak harus
hidup dan komunikatif.
William Joyce dalam Hong (2008:152) mengatakan bahwa
gambar selalu berinteraksi dengan tulisan sehingga tulisan
menyampaikan isi cerita 50% begitupun gambar dapat
menyampaikan isi cerita 50% juga sehingga buku cerita bergambar
adalah bahasa visual.
Machei Datasi dalam Hong (2008:149) mendefinisikan bahwa
buku cerita bergambar adalah buku yang dibaca oleh orang dewasa
kepada anak dan bukan yang dibaca sendiri oleh anak.
Dalam dunia buku cerita bergambar, anak dapat melihat gambar
dengan matanya sambil mendengarkan dengan telinganya sehingga
akan memberikan pengalaman yang penuh dengan imajinasi dan
khayalan yang luas dan dalam.
Orang dewasa membaca buku cerita bergambar hanya dengan
sekilas mata, namun bagi anak membaca buku cerita bergambar
sangat dalam karena anak dapat terlibat didalamnya dan akhirnya anak
akan menjadi satu kesatuan dengan buku cerita bergambar.
Hong (2008:150) mengatakan bahwa pada saat anak membaca
buku cerita bergambar sendiri, maka akan ada penyekat waktu
sehingga tidak dapat menjadi satu kesatuan dalam cerita, tetapi
32
berbeda dengan kalau anak hanya mendengarkan cerita dengan
telinganya dari yang dibacakan oleh orang, maka anak akan menjadi
satu kesatuan dalam buku cerita bergambar.
Biasanya orang tua atau guru hanya membaca tulisan yang tertera
dalam buku cerita bergambar dan anak biasanya hanya melihat
gambar dalam buku. Pembaca harus dapat mulai membaca gambar
tidak hanya membaca tulisan saja karena gambar merupakan karya
seni yang nyata bagi anak. Dari gambar yang dilihat oleh anak secara
perlahan akan menumbuhkan rasa cinta terhadap seni.
Yonagida dalam Hong (2008:154) menekankan bahwa buku
cerita bergambar dalam kehidupan manusia dibaca tiga kali yaitu pada
saat anak masih kecil, orang dewasa, dan orang yang sudah tua. jadi
intinya adalah buku cerita bergambar tidak hanya diperuntukan bagi
anak saja.
Cerita bergambar merupakan sebuah kesatuan cerita disertai
dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan
pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap
isi cerita tersebut. Menurut wikipedia the free encylopedia dalam
Ardianto (2007: 6) cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang
menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Gambar adalah
suatu bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khayalak
luas. Melalui cerita bergambar diharapkan pembaca dapat dengan
33
mudah menerima informasi dan diskripsi cerita yang hendak
disampaikan.
b. Teknik Bercerita dengan Alat Peraga Buku Bergambar
Bercerita dengan alat peraga buku bergambar dikategorikan
sebagai reading aloud (membaca nyaring). Bercerita dengan media
buku bergambar dipilih apabila guru memiliki keterbatasan
pengalaman (guru belum berpengalaman bercerita), guru memiliki
kekhawatiran kehilangan detail cerita, dan memiliki keterbatasan
sarana cerita, serta takut salah berbahasa.
Priyono dalam Musfiroh (2005: 142) menyatakan teknik-teknik
membacakan cerita dengan alat peraga buku cerita bergambar adalah
sebagai berikut :
1) Pencerita sebaiknya membaca terlebih dahulu buku yang hendak
dibacakan didepan anak.
2) Pencerita tidak terpaku pada buku, sebaiknya guru menperhatikan
reaksi anak saat membacakan buku tersebut.
3) Pencerita membacakan cerita dengan lambat (slowly) dengan
kalimat ujaran yang lebih dramatik daripada urutan biasa.
4) Pada bagian-bagian tertentu, pencerita berhenti sejenak untuk
memberikan komentar, atau meminta anak-anak memberikan
komentar mereka.
5) Pencerita memperhatikan semua anak dan berusaha untuk
menjalin kontak mata.
6) Pencerita sebaiknya sering berhenti untuk menunjukan gambar-
gambar dalam buku, dan pastikan semua anak dapat melihat
gambar tersebut.
7) Pastikan bahwa jari selalu siap dalam posisi untuk membuka
halaman selanjutnya. Anak-anak yang kreatif mempunyai rasa
ingin tahu yang kuat, mereka akan selalu bertanya-tanya
khususnya tentang kelanjutan cerita yang dibacakan guru
8) Pencerita sebaiknya malakukan pembacaan sesuai rentang atensi
anak dan tidak bercerita lebih dari 10 menit (Wright dalam
Musfiroh, 2005: 143). Hal ini bertujuan agar anak tidak bosan
terhadap cerita yang disampaikan oleh peneliti.
34
9) Pecerita sebaiknya memegang buku disamping kiri bahu bersikap
tegak lurus kedepan.
10) Saat tangan kanan pencerita menunjukan gambar, arah perhatian
disesuaikan dengan urutan cerita.
11) Pencerita memposisikan tempat duduk ditengah agar anak bisa
melihat dari berbagai arah sehingga anak dapat melihat gambar
secara keseluruhan.
12) Pencerita melibatkan anak dalam cerita supaya terjalin
komunikasi multiarah.
13) Pencerita tetap bercerita pada saat tangan membuka halaman
buku.
14) Pencerita sebaiknya menyebutkan identitas buku, seperti judul
buku dan pengarang supaya anak-anak belajar menghargai karya
orang lain.
Dengan guru memahami tema dan makna dari cerita yang
disajikan kepada anak, dengan sendirinya kosa kata anak menjadi
bertambah. Kosa kata tersebut yang akan mendorong anak untuk
mengembangakan imajinasi dalam cerita yang dibuat oleh anak itu
sendiri berdasarkan cerita yang disajikan oleh guru sehingga
mendorong anak untuk menceritakan kembali cerita yang
didengarnya menurut versinya sendiri.
c. Manfaat Metode Bercerita Untuk meningkatkan keterampilan
berbicara Bagi Anak
Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tapi juga mendidik
sekaligus merangsang berkembangnya komponen kecerdasan
linguistik yang paling penting yakni kemampuan menggunakan
bahasa untuk mencapai sasaran praktis. Mendengar cerita yang bagus
bagi anak sama artinya dengan melakukan serangkaian kegiatan
fonologis, sintaksis, semantik dan pragmatik. Selain menyimak cerita,
anak belajar bagaimana bunyi-bunyian yang bermakna diujarkan
35
dengan benar, bagaimana kata-kata disusun secara logis dan mudah
dipahami.
Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita tetapi
juga senang bercerita atau berbicara. Kemampuan verbal anak lebih
terstimulasi secara efektif pada saat guru melakukan semacam tes
pada anak untuk menceritakan kembali isi cerita. Disini anak belajar
berbicara, menuangkan kembali gagasan yang didengarkannya
dengan gayanya sendiri. Anak menyusun kata-kata menjadi kalimat
dan menyampaikannya dengan segenap kemampuaannya. Cerita
membuat anak menyadari arti pentingnya berdialog dan menuangkan
gagasan melalui kata-kata yang baik.
B. Penelitian yang Relevan
Marnilis, 2010, dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul
“Meningkatkan keterampilan berbicara anak usia dini melalui cerita
bergambar di TK Aisyiyah Malalo” menemukan peningkatan keterampilan
berbicara anak melalui cerita bergambar.
C. Kerangka Konseptual
Untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak usia dini yang
dilakukan melalui metode bercerita melalui cerita bergambar. Belajar bagi
anak usia TK lebih menarik bila menggunakan alat peraga, dengan
menggunakan buku cerita bergambar didalam belajar akan memberikan
motivasi dan nuansa baru bagi anak.
36
Bagan 1
Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Melalui cerita bergambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara
pada anak didik kelompok B, TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang
2011/2012.
Keterampilan berbicara anak rendah
Metode : bercerita
Alat yang digunakan :
Buku cerita bergambar
Anak Kelompok B1
Keterampilan berbicara anak meningkat.
37
37
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
C. Jenis Penelitian
Berdasarkan rencana penelitian, maka peneliti menggunakan metode
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan
kelas yang selanjutnya disebut dengan PTK.
Menurut Kunandar (2010:46) PTK adalah:
PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan guru dikelas sendiri
dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati dan
merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif
dan partisipatif yang bertujuan memperbaiki atau meningkatkan
mutu proses pembelajaran dikelasnya.
Menurut Suharsimi ( 2006:91 ) berdasarkan rangkaian ketiga kata
tersebut dapat dijelaskan tiga pengertian, yaitu :
1. Penelitian, kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas adalah sekelompok anak dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru.
Penelitian tindakan kelas ini pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan
mutu, proses dan hasil pembelajaran dikelas, dengan melaksanakan
38
tahapan – tahapan penelitian tindakan kelas, guru dapat menemukan
solusi dari masalah yang timbul dikelasnya sendiri.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh seorang guru atau
kolaborasi dengan guru lain melibat anaknya sendiri dengan tujuan
memperbaiki kinerja guru sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Penelitian
Tindakan Kelas dilakukan melaui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan
dan di evaluasi, sehingga guru memperoleh umpan balik yang sistematis.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 di Taman Kanak-kanak
Harapan Silaing Bawah Padangpanjang Tahun Ajaran 2011/2012 dengan
jumah anak 18 orang terdiri dari 10 anak perempuan dan 8 anak laki-laki.
E. Prosedur Penelitian
1. Kondisi awal
Selama mengajar di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan
Silaing Bawah Padangpanjang Tahun Ajaran 2011/2012, peneliti
mengamati masih banyaknya anak yang takut atau malu saat diminta
berbicara didepan guru dan teman-temannya ataupun didepan kelas.
Menurut Mahyuddin (2008: 69) proses penelitian tindakan adalah:
Proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari aspek
mengembangkan perencanaan tindakan, pengamatan, perenungan
terhadap perencanaan, kegiatan tindakan, dan kesuksesan hasil
yang diperoleh.
Sesuai dengan prinsip umum Penelitian kelas setiap tahap dan
siklus selalu kolaborasi antara peneliti dengan praktisi (guru dan anak)
dalam proses pembelajaran.
39
2. Siklus I
Siklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas, menurut
Kunandar ( 2010:71 ) penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses
yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat “momentum”
esensial yaitu :
a. Perencanaan ( Planing )
b. Tindakan ( Acting )
c. Observasi ( Observing )
d. Refleksi ( Reflecting )
Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari beberapa siklus. Perlakuan
pada setiap siklus harus berbeda dari siklus sebelumnya. Sebaiknya siklus
berikutnya didasarkan pada hasil siklus sebelumnya. Siklus akan terus
dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai masalah terpecahkan.
Dalam penelitian ini, peneliti langsung menjadi peneliti dan bekerja
sama dengan teman sejawat dalam melakukan penelitian terhadap proses
pembelajaran berlangsung.
40
Bagan 1
Siklus
Keterangan:
P1: Perencanaan siklus 1
P2: Perencanaan siklus 2
T; Tindakan
O: Observasi
R: Refleksi
Dalam penelitian ini, peneliti langsung menjadi peneliti dan bekerja
sama dengan teman sejawat dalam melakukan penelitian terhadap proses
pembelajaran berlangsung.
a. Kondisi awal
Selama mengajar di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah
Padangpanjang Tahun Ajaran 2011/2012, peneliti mengamati banyaknya
anak yang berdiam diri ketika guru meminta anak untuk mau bercerita
Kondisi awal
Hasil dan laporan
41
tentang pengalamannya, dikarenakan kemampuan dan penguasaan kosa
kata anak yang masih minim.
Menurut Mahyiddin (2008: 69) proses penelitian tindakan adalah:
Proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari aspek
mengembangkan perencanaan tindakan, pengamatan, perenungan
terhadap perencanaan, kegiatan tindakan, dan kesuksesan hasil
yang diperoleh.
Sesuai dengan prinsip umum Penelitian kelas setiap tahap dan siklus
selalu kolaborasi antara peneliti dengan praktisi (guru dan anak) dalam
prses pembelajaran.
b. Siklus 1
a. Kegiatan perencanaan
Perencanaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1) Membuat rencana pembelajaran berupa Rencana Kegiatan
Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian ( SKH ) yang
berhubungan dengan peningkatan keterampilan berbicara pada
anak usia dini.
2) Guru menyiapkan media pembelajaran dan buku - buku cerita
yang akan diberikan kepada anak.
3) Guru menerangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
bersama anak.
4) Menyiapakan lembaran observasi, lembaran wawancara dan
dokumentasi.
5) Membuat dan menyiapkan format penilaian awal dan akhir yang
akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak.
42
b. Tindakan
Guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menilai
kemampuan anak menunjukkan perbuatan yang benar dan salah sesuai
dengan satuan kegiatan harian yang telah disusun.
Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga bagian utama yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelas akan
dikemukan sebagai berikut ini:
a. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelas dikemukan
sebagai berikut ini:
1) Kegiatan awal ± 30 menit
a) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat
duduk anak.
b) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang
akan diberikan kepada anak.
c) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui
tanya jawab dan percakapan.
2) Kegiatan inti ± 60 menit
a) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.
b) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau bu guru
akan bercerita.
c) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya tersebut.
43
d) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat
bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-
tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama pengarang
buku cerita bergambar.
e) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.
f) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.
g) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk
mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.
h) Di akhir kegiatan peneliti ini, peneliti melakukan review
kegiatan anak selama proses kegiatan bercerita
berlangsung. Peneliti melakukan tanya jawab dan
mengobservasi kreativitas anak yang dibantu kepala
sekolah dan guru kelas.
3) Kegiatan akhir ± 30 menit
a) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk
evaluasi terhadap cerita bergambar yang telah didengar
anak.
b) Diskusi kegiatan hari ini dan informasi untuk kegiatan
pembelajaran besok.
b. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua juga terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya
dikemukan sebagai berikut ini:
44
1. Kegiatan awal ± 30 menit
a. Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat
duduk anak.
b. Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang
akan diberikan kepada anak.
c. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui
tanya jawab dan percakapan.
2. Kegiatan inti ± 60 menit
a. Pertama kali guru memperkenalkan tema hari kepada
anak.
b. Guru memperlihatkan cerita bergambarnya dan
memberikan kesempatan kepada anak untuk memberi
tahu judul cerita tersebut.
c. Guru mulai bercerita, dengan intonasi yang baik, dan
bervariasi.
d. Guru mempersilahkan anak untuk berceritakan kembali
cerita.
e. Guru memberikan penghargaan dengan pujian, tepuk
tangan kepada anak yang berhasil dan bagi anak yang
berani untuk maju bercerita, sedangkan yang belum mau
diberikan bimbingan dan motivasi.
45
3. Kegiatan akhir ± 30 menit
a. Guru berdiskusi bersama anaka dengan mengadakan
tanya jawab kepada anak, tentang cerita yang telah
diceritakan guru, kesimpulan dan makna cerita, sehingga
anak mampu .
b. Guru menyimpulkan cerita dan makna dari cerita.
c. Mengucapkan syukur ”Hamdallah” dan informasi besok.
c. Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga juga terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya
dikemukan sebagai berikut ini:
1. Kegiatan awal ± 30 menit
a. Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat
duduk anak.
b. Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang
akan diberikan kepada anak.
c. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui
tanya jawab dan percakapan.
2. Kegiatan inti ± 60 menit
a. Guru memperkenalkan sebuah cerita kepada anak, dan
bertanya tentang cerita yang kemaren yang sudah
diceritakan guru.
46
b. Guru memberikan kesempatan kembali kepada anak untuk
mnceritakan kembali isi cerita yang telah diceritakan oleh
guru pada pertemuan sebelumnya.
c. Guru memberikan apresiasi dengan tepuk tangan dan
pujian kepada anak yang berani maju untuk bercerita.
d. Guru mulai bercerita, dengan gaya baru, cerita baru.
e. Guru mempersilahkan anak untuk menceritakan kembali
cerita yang sudah didengarkan anak
f. Guru memberikan penghargaan kepada anak yang maju
kedepan untuk bercerita.
3. Kegiatan akhir ± 30 menit
a. Guru mengadakan tanya jawab seputar cerita yang telah
didengar anak.
b. Guru menyimpulkan cerita dan makna dari cerita,
sehingga benar-benar berkesan bagi anak.
c. Mengucapkan syukur ”Hamdallah” dan informasi besok.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas dan
perilaku anak dalam proses pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
Selama kegiatan berlangsung, guru dan kolaborator memantau
proses pembelajaran seperti interaksi belajar anak, keaktifan anak,
baik secara individu maupun secara berkelompok.
47
Observer yang memantau kegiatan guru dan anak dengan
menggunakan panduan observasi dan membuat catatan yang
diperlukan tentang kejadian penting selama proses pembelajaran
berlangsung setiap kali pertemuan.
b. Refleksi
Semua pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator didiskusikan
bersama dengan peneliti. Dari catatan tersebut diadakan refleksi
sehingga kelemahan yang terdapat pada siklus I akan diperbaiki dan
lebih disempurnakan pada siklus berikutnya.
c. Siklus II
Dalam siklus II ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan
pembelajaran yang belum tercapai pada siklus I berdasarkan hal-hal yang
ditemukan pada siklus I. Siklus I dan siklus II akan dilaksanakan
sebanyak empat kali pertemuan. Langkah – langkah pada siklus II ini,
sama urutannya dengan siklus I yang terdiri dari perencanaan, tindakan
observasi, dan refleksi.
F. Instrumentasi Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan instrumen antara lain :
1. Format observasi
Lembaran observasi merupakan cara mengumpulkan data untuk
mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap
proses pembelajaran. Agar observasi lebih terarah, maka diperlukan
pedoman observasi yang dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada
48
indikator yang telah ditetapkan. Dimana pedoman observasi digunakan
untuk mengecek kegiatan yang dilakukan berdasarkan indikator yang
sudah ditentukan sebelumnya yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar.
2. Dokumentasi
Dokumentasi berupa penelitian dan kamera yang digunakan untuk
merekam pembelajaran yang sedang berlangsung.
3. Format penilaian hasil belajar anak
Format ini berisikan tentang penilaian pembelajaran yang telah
dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.
4. Format wawancara
Format wawancara dilakukan untuk mengamati anak, sejauh mana
anak memahami tentang permainan menulis dengan menjawab beberapa
pertanyaan terhadap proses pembelajaran menulis yang telah berlangsung.
G. Teknik Pengumpulan Data
Cara yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data adalah sebagai
berikut :
1. Teknik observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dari kegiatan awal
sampai kegiatan akhir Observasi ini dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung dan hasil observasi ditulis pada lembaran
observasi.
49
2. Teknik dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi berupa fortofolio, format
penilaian dan hasil rekaman dalam pembelajaran.
3. Teknik wawancara
Dilakukan untuk mengetahui keaktifan anak terhadap kegiatan yang
sudah dilakukan
H. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi belajar mengajar akan
dianalisis, setiap kegiatan mengajar yang dilakukan merupakan sebagian
untuk menentukan tindakan berikutnya. Disamping itu juga seluruh data
digunakan untuk mengambil kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
1. Cara menganalisa hasil observasi
Data yang dikumpulkan dengan teknik persentasi, yaitu
membandingkan yang muncul dari keseluruhan anak yang hadir dikalikan
100% untuk melihat kecendrungan data, data ditampilkan dalam bentuk
tabel dan diolah secara deskriptif. Data yang diperoleh dari anak adalah :
hasil pengamatan anak dari lembar observasi. Data diperoleh selama
proses pembelajaran diolah dengan teknik persentase yang dikemukakan
oleh Anas Sudijono ( 2009:43 ) sebagai berikut :
P = F X 100%
N
Keterangan
P = Persentase aktivitas
F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan anak
50
N = Jumlah anak dalam satu kelas
2. Data tentang aktivitas anak yang diamati
Untuk menentukan bahwa aktivitas anak meningkat, maka
intervestasi aktivitas belajar anak adalah sebagai berikut : Suharsimi
(2006:241) melambangkan dengan sangat tinggi (ST) rentang
persentasenya antara 75% - 100% dengan kriteria berkerja mandiri tapi
masih ada sedikit kesalahan tinggi (T) rentang 74% - 41%dan rendah ( R )
rentang persentasenya 0% - 40% dengan kriteria masih perlu bimbingan
dan masih terdapat banyak kesalahan. Dengan demikian dapat
dikategorikan : anak yang berkategori bernilai sangat tinggi berarti anak
sudah dikatakan mampu, anak yang kategori tinggi berarti anak masih
berkembang dan anak yang kategori rendah berarti anak perlu bimbingan.
3. Cara menganalisis hasil wawancara
Tabel 1
Format wawancara anak No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu bisa menyebutkan nama
binatang yang terdapat pada cerita ?
2 Menirukan kembali 4 – 5 urutan kata
yang didengar
3 Coba kamu lanjutkan kembali isi cerita
yang telah didengar ?
51
Tabel 2
Kemampuan Membaca Anak dalam Proses Pembelajaran
No Aspek yang dinilai
Nilai
ST T R
F % F % F %
1 Mampu mengucapkan kosa kata
melalui cerita bergambar
2 Dapat bercerita dengan gambar
yang disediakan
3
Mampu berbicara lancar dengan
lafal yang benar
Persentase rata - rata
Keterangan :
ST : sangat tinggi
T : Tinggi
R : Rendah
Setelah selesai dilakukan wawancara terhadap anak, maka hasil
wawancara direkapitulasi langsung dengan setiap aktivitas anak.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal sebelum penelitian ini dilakukan, keterampilan
anak dalam berbicara di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan
Silaing Bawah Padangpanjang masih rendah, hal ini terbukti sebagian
besar anak di kelas mengalami kesulitan ketika diminta untuk bercerita
dengan menggunakan kosa kata yang benar dan berbicara dengan lafal
yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3
Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita Bergambar
Pada Kondisi Awal ( sebelum tindakan )
No Aspek yang dinilai
Nilai
ST T R
F % F % F %
1 Mampu mengucapkan kosa kata
melalui cerita bergambar 0 0 2 11 16 89
2 Dapat bercerita dengan gambar
yang disediakan 0 0 1 5,5 17 94,5
3 Menceritakan kembali cerita yang
sudah diceritakan 0 0 1 5,5 17 94,5
Persentase rata - rata 0 7,3 92,7
Keterangan :
ST : sangat tinggi
T : Tinggi
R : Rendah
F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan anak
53
Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat rata-rata persentase dalam
peningkatan kemampuan berbicara sebelum tindakan ( kondisi awal )
yaitu pada aspek pertama yakni mampu mengucapkan kosa kata melalui
cerita bergambar, persentase jumlah anak sangat tinggi 0 %, persentase
jumlah anak tinggi 11 %, anak yang rendah 89 %. Sedangkan pada aspek
ke dua yaitu dapat bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata
persentase anak yaitu, persentase sangat tinggi 0 %, persentase anak yang
tinggi 5,5 %, persentase anak yang rendah 94,5 %. Sedangkan pada aspek
ke tiga yaitu menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan,
persentase sangat tinggi 0 %, persentase tinggi 5,5 %, persentase rendah
94,5 %. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 1
Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita Bergambar
Pada Kondisi Awal ( sebelum tindakan )
Pada penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus
sebagai berikut :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
54
2. Deskripsi Siklus I
Deskrips hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa
siklus-siklus yang dilakukan. Pada penelitian ini pembelajaran dilakukan
dalam dua siklus, yaitu :
a. Siklus I Pertemuan Pertama
Siklus pertama dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Pada
tanggal 6 Desember 2011 diadakan pertemuan untuk mengetahui
kondisi awal dari anak di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak
Harapan Silaing Bawah Padangpanjang. Setelah itu dilanjutkan pada
pertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2011,
pertemuan ke dua dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2011,
pertemuan ke tiga dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2011.
1) Perencanaan
Guru melakukan Analisis Kurikulum untuk menentukan
kompetensi dasar dan indikator yang akan disampaikan kepada
anak dalam kegiatan bercerita dengan media cerita bergambar.
Kompetensi dasarnya adalah anak mampu memahami konsep
sederhana berkomunikasi secara lisan, mampu melafalkan kosa
kata dengan baik dan benar serta memiliki perbendaharaan kata.
Dengan indikatornya adalah mampu mengucapkan kosa kata
dengan benar, mampu memahami bunyi bahasa, perintah, dan
cerita yang dilisankan, mampu berbicara lancar dengan lafal yang
benar.
55
Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan
mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian ( SKH ) yang akan
dilaksanakan, selanjutnya menentukan metode yang akan
digunakan yaitu, praktek langsung dan memberikan tugas.
Kemudian, guru mempersiapkan media yang akan digunakan di
dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu buku cerita bergambar.
2) Tindakan
Guru melaksanakan proses pembelajaran membaca sesuai
dengan SKH yang telah disusun dan guru menggunakan buku
cerita bergambar sebagai alat peraganya sesuai dengan satuan
kegiatan yang telah dirancang. Pada awal pembelajaran, guru
melakukan diskusi dengan anak tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Siklus I Pertemuan Pertama Kamis/8 Desember 2011
Tema : Binatang
Sub Tema : Nama-nama Binatang
4) Kegiatan awal ± 30 menit
d) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat
duduk anak.
e) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang
akan diberikan kepada anak.
f) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik
melalui tanya jawab dan percakapan.
56
5) Kegiatan inti ± 60 menit
i) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.
j) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru
akan bercerita.
k) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya
tersebut.
l) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat
bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-
tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama
pengarang buku cerita bergambar.
m) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.
n) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.
o) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk
mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.
6) Kegiatan akhir ± 30 menit
(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk
mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah
didengar anak.
Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tepuk
tangan dan pujian kepada anak-anak, serta mengucapkan
Alhamdulillah.
57
3) Observasi
Dari tahap awal pengamatan pada siklus I pertemuan pertama,
keterampilan anak dalam berbicara di kelompok B1 di Taman Kanak-
kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang masih rendah hal ini
terbukti sebagian besar anak di kelas mengalami kesulitan ketika
diminta untuk bercerita dengan menggunakan kosa kata yang benar
dan berbicara dengan lafal yang baik. Pada tahap penelitian ini,
peneliti bekerja sama dengan teman sejawat, dalam mengamati dan
mencatat pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format
observasi, format wawancara serta format penilaian pada pertemuan
pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel dan grafik dari
pengamatan peneliti dan hasil wawancara sebagai berikut ini.
Tabel 4
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Siklus I Pertemuan I ( setelah tindakan )
No Aspek yang dinilai
Nilai
ST T R
F % F % F %
1
Mampu mengucapkan kosa
kata melalui cerita
bergambar
1 5,5 3 17 14 77,5
2 Dapat bercerita dengan
gambar yang disediakan 0 0 2 11 16 89
3
Menceritakan kembali
cerita yang sudah
diceritakan
0 0 1 5,5 17 94,5
Persentase rata - rata 2 11 87
58
Berdasarkan tabel 4 diatas, terlihat rata-rata persentase
kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,
persentase jumlah anak sangat tinggi yaitu, persentase jumlah anak
sangat tinggi 5,5 %, persentase jumlah anak tinggi 17 %, anak yang
rendah 77,5 %. Rata-rata persentase dapat bercerita dengan gambar
yang disediakan rata-rata persentase anak yaitu, persentase sangat
tinggi 0 %, persentase anak yang tinggi 11 %, persentase anak yang
rendah 89 %. Rata-rata persentase menceritakan kembali cerita yang
sudah diceritakan , persentase sangat tinggi 0 %, persentase tinggi 5,5
%, persentase rendah 94,5 %. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
Grafik 2
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Pertemuan I ( setelah tindakan )
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
59
b. Siklus I Pertemuan Kedua
1) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat
persiapan mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang akan
dilaksanakan pada pertemuan ini. Dengan indikatornya adalah mampu
mengucapkan kosa kata dengan benar, mampu memahami bunyi
bahasa, perintah, dan cerita yang dilisankan, mampu berbicara lancar
dengan lafal yang benar.
2) Tindakan
Guru melaksanakan proses pembelajaran membaca sesuai
dengan SKH yang telah disusun dan guru menggunakan buku cerita
bergambar sesuai dengan satuan kegiatan yang telah dirancang. Pada
awal mula pembelajaran, guru melakukan diskusi dengan anak tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada pertemuan kedua ini, guru
mengadakan apersepsi pada pertemuan yang lalu (pertama) setelah itu
melanjutkan kegiatan yang telah dirancang. Untuk lebih jelasnya
dikemukan sebagai berikut ini:
Siklus I Pertemuan ke dua Sabtu/10 Desember 2011
Tema : Binatang
Sub Tema : Nama-nama dan jenis-jenis Binatang
a) Kegiatan awal ± 30 menit
(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk
anak.
60
(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang akan
diberikan kepada anak.
(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui
tanya jawab dan percakapan.
b) Kegiatan inti ± 60 menit
(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.
(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru akan
bercerita.
(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya tersebut.
(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat
bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita, penerbit dan nama pengarang buku
cerita bergambar.
(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.
(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.
(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk mengetahui
sejauh mana anak merespon isi cerita.
c) Kegiatan akhir ± 30 menit
(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk
mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah
didengar anak.
61
(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tepuk
tangan dan pujian kepada anak-anak, serta mengucapkan
Alhamdulillah.
3) Observasi
Pada siklus I pertemuan kedua ini, minat dan perhatian anak
terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan. Dari aspek yang
dinilai, telah muncul beberapa anak yang yang mendapatkan nilai
sangat tinggi. Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan teman
sejawat, dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah
dilakukan dengan mengisi format observasi, format wawancara serta
format penilaian pada pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat
di lihat pada tabel dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil
wawancara sebagai berikut ini.
Tabel 5
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Siklus I Pertemuan II ( setelah tindakan )
No Aspek yang dinilai
Nilai
ST T R
F % F % F %
1
Mampu mengucapkan kosa
kata melalui cerita
bergambar
2 11 4 22 12 67
2 Dapat bercerita dengan
gambar yang disediakan 0 0 4 22 14 78
3
Menceritakan kembali
cerita yang sudah
diceritakan
1 5,5 2 11 15 83,5
Persentase rata - rata 5,5 18,5 76
62
Berdasarkan tabel 5 diatas, terlihat rata-rata persentase
kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar, yaitu,
persentase jumlah anak sangat tinggi 11 %, persentase jumlah anak
tinggi 22 %, anak yang rendah 67 %. Rata-rata persentase dapat
bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata persentase anak
yaitu, persentase sangat tinggi 0 %, persentase anak yang tinggi 22 %,
persentase anak yang rendah 78 %. Rata-rata persentase menceritakan
kembali cerita yang sudah diceritakan, persentase sangat tinggi 5,5 %,
persentase tinggi 11 %, persentase rendah 83,5 %. Sesuai tabel diatas
dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 3
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Pertemuan II ( setelah tindakan )
c. Siklus I Pertemuan Ketiga
1) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat persiapan
mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang akan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
63
dilaksanakan pada pertemuan ini. Dengan indikatornya adalah mampu
mengucapkan kosa kata dengan benar, mampu memahami bunyi
bahasa, perintah, dan cerita yang dilisankan, mampu berbicara lancar
dengan lafal yang benar.
2) Tindakan
Pertemuan ketiga juga terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir . Untuk lebih jelasnya dikemukan
sebagai berikut ini:
Pertemuan ke tiga Selasa/13 Desember 2011
Tema : Binatang
Sub Tema : Nama dan jenis Binatang
a) Kegiatan awal ± 30 menit
(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk
anak.
(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang akan
diberikan kepada anak.
(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui
tanya jawab dan percakapan.
b) Kegiatan inti ± 60 menit
(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.
(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru akan
bercerita.
(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya tersebut.
64
(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat
bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita, penerbit dan nama pengarang buku
cerita bergambar.
(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.
(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.
(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk mengetahui
sejauh mana anak merespon isi cerita.
c) Kegiatan akhir ± 30 menit
(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk
mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah didengar
anak.
(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tepuk
tangan dan pujian kepada anak-anak, serta mengucapkan
Alhamdulillah.
3) Observasi
Pada siklus I pertemuan ketiga ini, minat, keaktifan dan
perhatian anak terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan.
Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan teman sejawat,
dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah dilakukan
dengan mengisi format observasi, format wawancara serta format
penilaian pada pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat
65
pada tabel dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara
sebagai berikut ini.
Tabel 6
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan )
No Aspek yang dinilai
Nilai
ST T R
F % F % F %
1 Mampu mengucapkan kosa
kata melalui cerita
bergambar
2 11 6 33,5 10 55,5
2 Dapat bercerita dengan
gambar yang disediakan 1 5,5 5 28 12 66,5
3
Menceritakan kembali
cerita yang sudah
diceritakan
1 5,5 3 17 14 77,5
Persentase rata - rata 7,5 26 66,5
Berdasarkan tabel 6 diatas, terlihat rata-rata persentase
kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar yaitu,
persentase jumlah anak sangat tinggi 11 %, persentase jumlah anak
tinggi 33,5 %, anak yang rendah 55,5 %. Rata-rata persentase dapat
bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata persentase anak
yaitu, persentase sangat tinggi 5,5 %, persentase anak yang tinggi 28
%, persentase anak yang rendah 66,5 %. Rata-rata persentase
kemampuan menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan,
persentase sangat tinggi 5,5 %, persentase tinggi 17 %, persentase
66
rendah 77,5 %. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada grafik dibawah
ini.
Grafik 4
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran
Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan )
Tabel 7
Hasil Wawancara Anak dalam Proses Pembelajaran pada
Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan )
No Pertanyaan Jawaban Alasan
%
Jml
Anak
1 Apakah kamu bisa
menyebutkan nama
binatang yang terdapat
pada cerita ?
3 anak menjawab
bisa
Menirukan kembali
bunyi/suara dengan
benar
16,5
15 anak menjawab
tidak bisa
Mau bercerita kembali
tetapi masih malu-
malu
83,5
2 Menirukan kembali 4 – 5
urutan kata yang didengar
2 anak menjawab
bisa
Menirukan kembali
bunyi/suara dengan
benar
11
16 anak menjawab
tidak bisa
Tidak mau bersuara
sama sekali 89
3 Coba kamu lanjutkan
kembali isi cerita yang
telah didengar ?
2 anak menjawab
bisa
Bercerita kembali 11
16 anak menjawab
tidak bisa
Menirukan kembali
cerita dengan ragu-
ragu
89
0102030405060708090
100
1 2 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
67
Pada pertanyaan pertama dibahas tentang Apakah kamu
bisa menyebutkan nama binatang yang terdapat pada cerita ?
Dinyatakan 3 anak menjawab bisa dengan persentase 16,5%, 15
anak menjawab tidak mampu dengan persentase 83,5%. Untuk
pertanyaan kedua, apakah kamu bisa menirukan kembali urutan
kalimat yang didengar? 2 anak menjawab bisa dengan persentase
11%, 16 anak menjawab tidak bisa dengan persentase 89%. Pada
pertanyaan ketiga, coba kamu lanjutkan kembali isi cerita yang tadi
telah didengar? 2 anak menjawab bisa menceritakan kembali
dengan persentase 11%, dan 16 anak tidak bisa dengan persentase
89%.
d. Refleksi Siklus I
Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan dan Siklus I,
peneliti bersama dengan kolaborator mengamati keterampilan anak
dalam berbicara di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan
Silaing Bawah Padangpanjang masih rendah, hal ini terbukti sebagian
besar anak di kelas mengalami kesulitan ketika diminta untuk bercerita
dengan menggunakan kosa kata yang benar dan berbicara dengan lafal
yang baik.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sudah sesuai dengan
rencana, berdasarkan hasil pengamatan dampak pembelajaran belum
cukup berhasil.
68
1) Peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini melalui
bercerita, yaitu :
a) Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,
anak yang mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai
dari 0% menjadi 11%.
b) Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan, anak yang
mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%
menjadi 5,5%.
c) Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan, anak
yang mencapai persentase sangat tinggi memporeh nilai dari
0% menjadi 5,5%.
2) Ditinjau dari aktifitas guru dalam pembelajaran Siklus I sudah
berjalan baik dan berhasil, hal ini bisa dilihat dari persentase
kemampuan anak yang semakin meningkat selain hal positif yang
telah dicapai, adapula hal-hal yang harus menjadi perhatian guru,
yaitu :
1) Masih banyak anak yang perlu bimbingan dalam melakukan
kegiatan berbicara, sehingga kegiatan berbicara belum
berkembang dengan baik.
2) Semua indikator yang dinilai pada Siklus I belum mencapai
persentase rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.
3) Anak masih ada yang malas dan tidak tertarik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
69
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka peneliti
melakukan hal sebagai berikut :
1) Mendampingi dan memperhatikan anak secara individual
terutama bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan
dalam berbicara.
2) Merancang pembelajaran dengan memperhatikan kondisi anak
dengan cara mengurangi rentang waktu kegiatan bercerita.
3) Merevisi kembali semua indikator yang belum tercapai pada
Siklus I.
Melihat hasil pengamatan siklus I masih sangat rendah maka
penilitian ini dilanjutkan pada siklus II.
Tabel 8
Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui
Bercerita pada siklus I pertemuan I, II, dan III (Setelah Tindakan)
No Aspek yang dinilai
Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
ST T R ST T R ST T R
1 Mampu mengucapkan kosa
kata melalui cerita bergambar 5,5 17
77,
5 11 22 67 11
33,
5
55,
5
2 Dapat bercerita dengan gambar
yang disediakan 0 11 89 0 22 78 5,5 28
66,
5
3 Mampu berbicara lancar
dengan lafal yang benar 0 5,5
94,
5 5,5 11
83,
5 5,5 17
77,
5
Persentase rata - rata 2 11 87 5,5 18,
5 76 7,5 26
66,
5
3. Deskripsi Siklus II
Dari hasil pelaksanaan Siklus I, ternyata belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebab tingkat keterampilan
70
berbicara anak pada Siklus I masih dibawah 75%. Sebagaimana
dinyatakan Alwen (2005: 10) apabila indikator tingkat keberhasilan
anak belum mencapai 75% berarti belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), maka peneliti melanjutkan penelitian
pada Siklus II yang dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Untuk
lebih jelas dikemukan sebagai berikut ini:
a. Siklus II Pertemuan Pertama
1) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat
persiapan mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang
akan dilaksanakan pada pertemuan ini. Dengan indikatornya adalah
mampu mengucapkan kosa kata dengan benar, mampu memahami
bunyi bahasa, perintah, dan cerita yang dilisankan, mampu
berbicara lancar dengan lafal yang benar.
2) Tindakan
Anak yang sudah meningkat keterampilan berbicaranya
dipisah dari anak yang masih belum bisa memaksimalkan
keterampilan berbicaranya agar lebih mudah untuk membimbing
dan mengarahkan kelompok anak tersebut untuk meningkatkan
keterampilan berbicara. Proses pembelajaran pada Siklus II lebih
baik dan lebih lancar dibandingkan Siklus I.
Siklus II Pertemuan Pertama Kamis/15 Desember 2011
Tema : Binatang
71
Sub Tema : Nama dan jenis Binatang
a) Kegiatan awal ± 30 menit
(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat
duduk anak.
(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang
akan diberikan kepada anak.
(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik
melalui tanya jawab dan percakapan.
b) Kegiatan inti ± 60 menit
(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.
(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru
akan bercerita.
(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya
tersebut.
(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat
bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-
tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama
pengarang buku cerita bergambar.
(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.
(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.
(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk
mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.
72
c) Kegiatan akhir ± 30 menit
(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk
mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah
didengar anak.
(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan
tepuk tangan dan pujian kepada anak-anak, serta
mengucapkan Alhamdulillah.
3) Observasi
Pada siklus II pertemuan satu ini, minat dan perhatian anak
terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan. Dari aspek
yang dinilai, telah muncul beberapa anak yang yang mendapatkan
nilai sangat tinggi. Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama
dengan teman sejawat, dalam mengamati dan mencatat
pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format
observasi, format wawancara serta format penilaian pada
pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel
dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara sebagai
berikut ini.
73
Tabel 9
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan I
No Aspek yang dinilai
Nilai
ST T R
F % F % F %
1 Mampu mengucapkan kosa kata
melalui cerita bergambar 5 28 7 39 6 33
2 Dapat bercerita dengan gambar
yang disediakan 4 22 6 33 8 45
3 Menceritakan kembali cerita yang
sudah diceritakan 4 22 4 22 10 56
Persentase rata - rata 24 31 45
Berdasarkan tabel 10 diatas, terlihat rata-rata persentase
kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,
yaitu, persentase jumlah anak sangat tinggi 28%, persentase jumlah
anak tinggi 39%, anak yang rendah 33 %. Rata-rata persentase
dapat bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata
persentase anak yaitu, persentase sangat tinggi 22%, persentase
anak yang tinggi 33%, persentase anak yang rendah 45%. Rata-rata
persentase kemampuan menceritakan kembali cerita yang sudah
diceritakan, persentase sangat tinggi 22%, persentase tinggi 22%,
persentase rendah 56%. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
74
Grafik 5
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran
Siklus II Pertemuan I ( setelah tindakan )
b. Siklus II Pertemuan Kedua
1) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat
persiapan mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang
akan dilaksanakan pada pertemuan ini. Dengan indikatornya adalah
mampu mengucapkan kosa kata dengan benar, mampu memahami
bunyi bahasa, perintah, dan cerita yang dilisankan, mampu
berbicara lancar dengan lafal yang benar.
2) Tindakan
Anak yang sudah meningkat keterampilan berbicaranya
dipisah dari anak yang masih belum bisa memaksimalkan
keterampilan berbicaranya agar lebih mudah untuk membimbing
dan mengarahkan kelompok anak tersebut untuk meningkatkan
keterampilan.
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
75
Siklus II Pertemuan Kedua Sabtu/17 Desember 2011
Tema : Binatang
Sub Tema : Nama dan jenis Binatang
a) Kegiatan awal ± 30 menit
(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat
duduk anak.
(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang
akan diberikan kepada anak.
(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik
melalui tanya jawab dan percakapan.
b) Kegiatan inti ± 60 menit
(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.
(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru
akan bercerita.
(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya
tersebut.
(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat
bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-
tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama
pengarang buku cerita bergambar.
(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.
(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.
76
(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk
mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.
c) Kegiatan akhir ± 30 menit
(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk
mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah
didengar anak.
(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan
tepuk tangan dan pujian kepada anak-anak, serta
mengucapkan Alhamdulillah.
3) Observasi
Pada siklus II pertemuan II ini, minat dan perhatian anak
terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan. Dari aspek
yang dinilai, telah muncul beberapa anak yang yang
mendapatkan nilai sangat tinggi. Pada penelitian ini, peneliti
bekerja sama dengan teman sejawat, dalam mengamati dan
mencatat pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi
format observasi, format wawancara serta format penilaian pada
pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada
tabel dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara
sebagai berikut ini.
77
Tabel 10
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan II
No Aspek yang dinilai
Nilai
ST T R
F % F % F %
1 Mampu mengucapkan kosa kata
melalui cerita bergambar 7 39 6 33 5 28
2 Dapat bercerita dengan gambar
yang disediakan 6 33 7 39 5 28
3 Menceritakan kembali cerita yang
sudah diceritakan 5 28 5 28 8 44
Persentase rata - rata 33 33 34
Berdasarkan tabel 10 diatas, terlihat rata-rata persentase
kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,
yaitu, persentase jumlah anak sangat tinggi 39%, persentase jumlah
anak tinggi 33 %, anak yang rendah 28 %. Rata-rata persentase
Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata
persentase anak yaitu, persentase sangat tinggi 33%, persentase
anak yang tinggi 39%, persentase anak yang rendah 28%. Rata-rata
persentase kemampuan menceritakan kembali cerita yang sudah
diceritakan, persentase sangat tinggi 28%, persentase tinggi 28%,
persentase rendah 44%. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
78
Grafik 6
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran
Siklus II Pertemuan II ( setelah tindakan )
c. Siklus II Pertemuan Ketiga
1) Perencanaan
Tahap perencanaan pada Siklus II ini sama seperti pada
Siklus I yaitu peneliti membuat persiapan mengajar seperti
membuat SKH yang akan dilaksanakan dengan kegiatan bercerita
yang lebih membangun motivasi anak sehingga anak merasa lebih
tertarik dan lebih memahami arti dan makna cerita yang
disampaikan, maka peneliti mengadakan proses bercerita diluar.
2) Tindakan
Anak yang sudah meningkat keterampilan berbicaranya
dipisah dari anak yang masih belum bisa memaksimalkan
keterampilan berbicaranya agar lebih mudah untuk membimbing
dan mengarahkan kelompok anak tersebut untuk meningkatkan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
79
keterampilan berbicara. Proses pembelajaran pada Siklus II lebih
baik dan lebih lancar dibandingkan Siklus.
Siklus II Pertemuan Ketiga Senin/19 Desember 2011
Tema : Binatang
Sub Tema : Nama dan jenis Binatang
a) Kegiatan awal ± 30 menit
(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat
duduk anak.
(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang
akan diberikan kepada anak.
(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik
melalui tanya jawab dan percakapan.
b) Kegiatan inti ± 60 menit
(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.
(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru
akan bercerita.
(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya
tersebut.
(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat
bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-
tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama
pengarang buku cerita bergambar.
(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.
80
(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.
(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk
mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.
c) Kegiatan akhir ± 30 menit
(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk
mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah
didengar anak.
(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan
tepuk tangan dan pujian kepada anak-anak, serta
mengucapkan Alhamdulillah.
3) Observasi
Pada siklus II pertemuan III ini, minat dan perhatian anak
terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan. Dari aspek
yang dinilai, telah muncul beberapa anak yang yang mendapatkan
nilai sangat tinggi. Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama
dengan teman sejawat, dalam mengamati dan mencatat
pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format
observasi, format wawancara serta format penilaian pada
pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel
dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara sebagai
berikut ini.
81
Tabel 11
Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita
Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan III
No Aspek yang dinilai
Nilai
ST T R
F % F % F %
1 Mampu mengucapkan kosa kata
melalui cerita bergambar 14 78 4 22 0 0
2 Dapat bercerita dengan gambar
yang disediakan 15 83 3 17 0 0
3 Menceritakan kembali cerita yang
sudah diceritakan 12 67 6 33 0 0
Persentase rata - rata 76 24 0
Berdasarkan tabel 11 diatas, terlihat rata-rata persentase
kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,
yaitu, persentase jumlah anak sangat tinggi 78%, persentase jumlah
anak tinggi 22 %, anak yang rendah 0%. Rata-rata persentase
Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata
persentase anak yaitu, persentase sangat tinggi 83%, persentase
anak yang tinggi 17%, persentase anak yang rendah 0%. Rata-rata
persentase kemampuan menceritakan kembali cerita yang sudah
diceritakan, persentase sangat tinggi 67%, persentase tinggi 33%,
persentase rendah 0%. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
82
Grafik 7
Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran
Siklus II Pertemuan III ( setelah tindakan )
Tabel 12
Hasil Wawancara Anak dalam Proses Pembelajaran pada
Siklus II Pertemuan III ( setelah tindakan )
No Pertanyaan Jawaban Alasan % Jml
Anak
1
Apakah kamu bisa
menyebutkan nama
binatang yang terdapat
pada cerita ?
17 anak menjawab
bisa
Menirukan kembali
bunyi/suara dengan
benar
94,5
1 anak menjawab
tidak bisa
Mau bercerita kembali
tetapi masih malu-
malu
5,5
2
Menirukan kembali 4
– 5 urutan kata yang
didengar
18 anak menjawab
bisa
Menirukan kembali
bunyi/suara dengan
benar
100
0 anak menjawab
tidak bisa
Tidak mau bersuara
sama sekali 0
3
Coba kamu lanjutkan
kembali isi cerita yang
telah didengar ?
16 anak menjawab
bisa
Bercerita kembali 89
2 anak menjawab
tidak bisa
Menirukan kembali
cerita dengan ragu-
ragu
11
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
83
Pada pertanyaan pertama dibahas tentang Apakah kamu bisa
menyebutkan nama binatang yang terdapat pada cerita ?
Dinyatakan 17 anak menjawab bisa dengan persentase 94,5 %, 1
anak menjawab tidak mampu dengan persentase 5,5 persen. Untuk
pertanyaan kedua, apakah kamu bisa menirukan kembali urutan
kalimat yang didengar? 18 anak menjawab bisa dengan persentase
100%, 0 anak menjawab tidak bisa dengan persentase 0%. Pada
pertanyaan ketiga, coba kamu lanjutkan kembali isi cerita yang tadi
telah didengar? 16 anak menjawab bisa menceritakan kembali
dengan persentase 89%, dan 2 anak tidak bisa dengan persentase
11%.
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada Siklus II Jumlah
anak yang memperoleh rata-rata mampu meningkat dan mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari
persentase rata-rata pertemuan III Siklus II 76% . Hal ini berarti metode
bercerita dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak di kelompok
B1 di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang
melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.
a. Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajaran pada Siklus II sudah
berjalan dengan baik dan berhasil. Peningkatan keterampilan berbicara
anak usia dini melalui bercerita, yaitu :
84
1) Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar, anak
yang mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%
menjadi 78%.
2) Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan, anak yang
mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%
menjadi 83%.
3) Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan, anak yang
mencapai persentase sangat tinggi memporeh nilai dari 0%
menjadi 67%.
b. Ditinjau dari aktifitas guru dalam pembelajaran Siklus II sudah
berjalan dengan baik dan berhasil, hal ini bisa dilihat dari persentase
kemampuan anak yang semakin meningkat terlihat selama Siklus II
sebagai berikut :
1) Anak tidak memerlukan bimbingan dalam melakukan kegiatan
berbicara, sehingga kegiatan berbicara dapat berkembang dengan
baik.
2) Semua indikator yang dinilai pada Siklus II sudah mencapai
persentase rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.
3) Walaupun masih malu-malu, anak sudah mampu berbicara
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada paparan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
teknik bercerita dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak, nilai
85
rata-rata yang diperoleh dari pencapaian keseluruhan sudah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peningkatan keterampilan
berbicara anak melalui bercerita di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak
Harapan Silaing Bawah Padangpanjang terjadi peningkatan mulai dari
kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
86
Tabel 13
Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
N
o Aspek yang dinilai
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
ST T R ST T R ST T R ST T R ST T R ST T R ST T R
1
Mampu mengucapkan
kosa kata melalui
cerita bergambar
0 11 89 5,5 17 77,
5 11 22 67 11
33,
5
55,
5 28 39 33 39 33 28 78 22 0
2
Dapat bercerita dengan
gambar yang
disediakan
0 5,5 94,
5 0 11 89 0 22 78 5,5 28
66,
5 22 33 45 33 39 28 83 17 0
3
Mampu berbicara
lancar dengan lafal
yang benar
0 5,5 94,
5 0 5,5
94,
5 5,5 11
83,
5 5,5 17
77,
5 22 22 56 28 28 44 67 33 0
Persentase rata - rata 0 7,3 92,
7 2 11 87 5,5
18,
5 76 7,5 26
66,
5 24 31 45 33 33 34 76 24 0
87
B. Pembahasan
Hasil penelitian Peningkatan Kemampuan berbicara Anak usia dini
melalui bercerita di TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang khususnya
pada kelas B1, diperlukan pembahasan guna menjelaskan dan memperdalam
kajian dalam penelitian ini.
Pada kondisi awal diperoleh gambaran kemampuan berbicara anak
masih rendah dimana sebagian anak di TK Harapan Silaing Bawah
Padangpanjang mengalami kesulitan ketika diminta untuk bercerita dengan
menggunakan kosa kata yang benar dan berbicara dengan lafal yang baik.
Setelah melihat kondisi awal tentang kemampuan berbicara anak di
TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang, peneliti melakukan tindakan
untuk memperbaiki kemampuan berbicara melalui bercerita dengan
menggunakan media buku cerita bergambar. Penelitian ini terdiri dari dua
siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan.
1. Analisis Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I sudah sesuai dengan
rencana, berdasarkan hasil pengamatan dampak pembelajaran belum
cukup berhasil ini terlihat dari :
a. Peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini melalui bercerita,
yaitu :
1) Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar, anak
yang mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%
menjadi 11%.
88
2) Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan, anak yang
mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%
menjadi 5,5%.
3) Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan, anak yang
mencapai persentase sangat tinggi memporeh nilai dari 0%
menjadi 5,5%.
b. Ditinjau dari aktifitas guru dalam pembelajaran Siklus I sudah
berjalan baik dan berhasil, hal ini bisa dilihat dari persentase
kemampuan anak yang semakin meningkat selain hal positif yang
telah dicapai, adapula hal-hal yang harus menjadi perhatian guru,
yaitu :
1) Masih banyak anak yang perlu bimbingan dalam melakukan
kegiatan berbicara, sehingga kegiatan berbicara belum
berkembang dengan baik.
2) Semua indikator yang dinilai pada Siklus I belum mencapai
persentase rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.
3) Anak masih ada yang malas dan tidak tertarik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka peneliti melakukan
hal sebagai berikut :
1) Mendampingi dan memperhatikan anak secara individual
terutama bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan dalam
berbicara.
89
2) Merancang pembelajaran dengan memperhatikan kondisi anak
dengan cara mengurangi rentang waktu kegiatan bercerita.
3) Merevisi kembali semua indikator yang belum tercapai pada
Siklus I.
Melihat hasil pengamatan siklus I masih sangat rendah maka
penilitian ini dilanjutkan pada siklus II
2. Analisis Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada Siklus II Jumlah
anak yang memperoleh rata-rata mampu meningkat dan mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari
persentase rata-rata pertemuan III Siklus II 76% . Hal ini berarti metode
bercerita dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak di kelompok
B1 di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang
melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.
Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajaran pada Siklus II sudah
berjalan dengan baik dan berhasil. Peningkatan keterampilan berbicara
anak usia dini melalui bercerita, yaitu :
1) Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar, anak
yang mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%
menjadi 78%.
2) Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan, anak yang
mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%
menjadi 83%.
90
3) Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan, anak yang
mencapai persentase sangat tinggi memporeh nilai dari 0%
menjadi 67%.
Teknik bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbicara
anak nilai rata-rata yang diperoleh dari pencapaian keseluruhan sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peningkatan
keterampilan berbicara anak melalui bercerita di kelompok B1 di Taman
Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang terjadi peningkatan
mulai dari kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II.
91
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan pada Bab IV sebelum ini,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tujuan peningkatan keterampilan berbicara dapat tercapai secara
optimal, diperlukan strategi dan pendekatan yang sesuai dengan
karakteristik pembelajaran di TK, yaitu melalui bermain dengan
menggunakan metode mengajar yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan berbicara serta melibatkan anak dalam kegiatan yang
dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak.
2. Keterampilan berbicara anak dalam proses pembelajaran dapat
meningkat dengan menggunakan kegiatan bercerita dengan
menggunakan buku cerita bergambar pada anak di kelompok B1 di
Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang.
3. Kegiatan bercerita dengan menggunakan buku cerita bergambar dapat
memberikan pengaruh yang cukup nyata untuk meningkatkan
keterampilan berbicara anak, dengan adanya peningkatan persentase
dari sebelum tindakan, Siklus I ke Siklus II.
4. Bercerita dengan buku cerita bergambar dapat meningkatkan
keterampilan anak dalam mengucapkan kosa kata dengan
benar,mampu memahami bunyi bahasa, perintah, dan cerita yang
dilisankan dan mampu berbicara lancar dengan lafal yang benar
92
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran
untuk peningkatan keterampilan berbicara pada anak sebagai berikut :
1. Agar pembelajaran berjalan lebih kondusif dan menarik bagi anak
sebaiknya guru mampu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan media buku cerita bergambar yang menarik,
menyenangkan dan bervariasi agar dapat membuat anak berminat dan
antusias terhadap proses pembelajaran.
2. Dalam menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan
keterampilan berbicara anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh guru, diantaranya adalah: cerita yang dibawakan harus menarik,
tema-tema cerita yang disampaiakan kepada anak jangan monoton,
olah vokal dan mimik wajah dalam bercerita perlu juga diperhatikan
dan durasi cerita yang disampaikan kepada anak hendaknya jangan
tidak terlalu panjang
3. Diharapkan agar peneliti yang lain dapat melakukan dan
mengungkapkan lebih jauh tentang peningkatan keterampilan
berbicara anak melalui metode dan media yang lainnya.
4. Diharapkan pembaca dapat menggunakan skripsi ini sebagai sumber
ilmu pengetahuan guna menambah wawasan.
93
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti, Dkk. 2007. Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Universitas Terbuka
_________. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta
Dhieni, Nurbiana. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas
Terbuka
Depdiknas 2003. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran atau
Bimbingan dan Konseling. Jakarta
Djamarah, Bahri, S, Dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
_________.2004. Kurikulum TK. Jakarta : Depdiknas.
_________.2008. Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di Taman Kanak –
Kanak. Jakarta : Depdiknas
Eriamsyah. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Usia Taman Kanak Kanak.
Padang : UNP
Hildayani, Rini, Dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas
Terbuka
Hurlock, Elizabeth. 1978. Psikologi Perkembangan Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak – Kanak. Jakarta : PT. Grasindo
Kunandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Masitoh, Dkk. 2005. Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak – Kanak. Jakarta
: Dirjen Dikti Depdiknas
Masitoh, Dkk. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
_________. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Dirjen Dikti
Depdiknas
94
PG-PAUD. 2010. Panduan Penulisan Skripsi. Padang : UNP
Seefeldt, Carol. 2008. Pendidikan anak usia dini menyiapkan anak usia tiga,
empat, dan lima tahun masuk sekolah. Jakarta. PT. Indeks
Sudono, Anggani. 1995. Alat Permaianan dan Sumber Belajar. Jakarta :
Depdikbud Dirjen Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan
Sisdiknas. 2003. Undang Undang RI No. 20. Jakarta : PT. Sinar Grafika
Syafril. 2003. Media Pengajaran TK. Padang : UNP
Solehuddin, Dkk. 2008. Pembaharuan Pendidikan TK. Jakarta : Universitas
Terbuka
Sudijono, Anas. 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Tarigan, Guntur, H. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : PT. Angkasa
Yulsyofriend. 2011. Pengembangan Baca Tulis ( Literacy ) Anak Usia Dini.
Padang : UNP
Zaman, Badru, Dkk. 2007. Media dan sumber Belajar TK. Jakarta : Universitas
Terbuka
95
LAMPIRAN
SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS I PERTEMUAN I
Semester/Minggu
Tema/Subtema
Hari/Tanggal
Waktu
:
:
:
:
I/XVI
Binatang/Nama-nama Binatang
Sabtu/10 Desember 2011
08:00 – 11:00 wib
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Perkembangan
Anak
Alat Anak
- Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan
kegiatan dengan lebih tertib
(Pb)
- Melaksanakan kegiatan
ibadah sesuai aturan
menurut keyakinannya (Pb)
I. Pembukaan ± 30 menit
- Berbaris, ikrar, nyanyi,
salam, do’a
Anak
Observasi
- Membedakan dan
menirukan kembali
bunyi/suara tertentu (Bhs)
- Menirukan kembali 4-5
urutan kata (Bhs)
II. Inti ± 60 menit
Sentra Persiapan
- Bercerita tentang
nama-nama binatang
dengan buku cerita
bergambar
Buku
cerita
bergambar
Penugasan
- Membersihklan peralatan
makan setelah digunakan
(Pb)
III. Istirahat ± 30 menit
- Cuci tangan, doa
makan , makan dan
cuci piring
Observasi
- Berbicara dengan suara
yang ramah dan teratur
(Pb)
IV. Penutupan ± 30 menit
- Diskusi
- Doa pulang dan salam
Observasi
Mengetahui,
Kepala sekolah
Evita NIP. 195906021986032002
Padangpanjang, 10 Desember
2011
Guru Kelompok B1
Elyza Fatri
96
LAMPIRAN
SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS I PERTEMUAN II
Semester/Minggu
Tema/Subtema
Hari/Tanggal
Waktu
:
:
:
:
I/XVI
Binatang/Nama-nama Binatang
Senin/12 Desember 2011
08:00 – 11:00 wib
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Perkembangan
Anak
Alat Anak
- Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan
kegiatan dengan lebih tertib
(Pb)
- Melaksanakan kegiatan
ibadah sesuai aturan
menurut keyakinannya (Pb)
I. Pembukaan ± 30 menit
- Berbaris, ikrar, nyanyi,
salam, do’a
Anak
Observasi
- Membedakan dan
menirukan kembali
bunyi/suara tertentu (Bhs)
- Menirukan kembali 4-5
urutan kata (Bhs)
- Mendengarkan dan
menceritakan kembali
cerita secara urut (Bhs)
II. Inti ± 60 menit
Sentra Persiapan
- Bercerita tentang
nama-nama binatang
dengan buku cerita
bergambar
Buku
cerita
bergambar
Penugasan
- Membersihklan peralatan
makan setelah digunakan
(Pb)
III. Istirahat ± 30 menit
- Cuci tangan, doa
makan , makan dan
cuci piring
Observasi
- Berbicara dengan suara
yang ramah dan teratur
(Pb)
IV. Penutupan ± 30 menit
- Diskusi
- Doa pulang dan salam
Observasi
Mengetahui,
Kepala sekolah
Evita NIP. 195906021986032002
Padangpanjang, 12 Desember 2011
Guru Kelompok B1
Elyza Fatri
97
LAMPIRAN
SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS I PERTEMUAN III
Semester/Minggu
Tema/Subtema
Hari/Tanggal
Waktu
:
:
:
:
I/XVII
Binatang/Nama-nama Binatang
Rabu/14 Desember 2011
08:00 – 11:00 wib
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Perkembangan
Anak
Alat Anak
- Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan
kegiatan dengan lebih tertib
(Pb)
- Melaksanakan kegiatan
ibadah sesuai aturan
menurut keyakinannya (Pb)
I. Pembukaan ± 30 menit
- Berbaris, ikrar, nyanyi,
salam, do’a
Anak
Observasi
- Membedakan dan
menirukan kembali
bunyi/suara tertentu (Bhs)
- Menirukan kembali 4-5
urutan kata (Bhs)
- Mendengarkan dan
menceritakan kembali
cerita secara urut (Bhs)
II. Inti ± 60 menit
Sentra Persiapan
- Bercerita tentang
nama-nama binatang
dengan buku cerita
bergambar
Buku
cerita
bergambar
Penugasan
- Membersihklan peralatan
makan setelah digunakan
(Pb)
III. Istirahat ± 30 menit
- Cuci tangan, doa
makan , makan dan
cuci piring
Observasi
- Berbicara dengan suara
yang ramah dan teratur
(Pb)
IV. Penutupan ± 30 menit
- Diskusi
- Doa pulang dan salam
Observasi
Mengetahui,
Kepala sekolah
Evita NIP.
195906021986032002
Padangpanjang, 14 Desember
2011
Guru Kelompok B1
Elyza Fatri
98
LAMPIRAN
SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS II PERTEMUAN I
Semester/Minggu
Tema/Subtema
Hari/Tanggal
Waktu
:
:
:
:
I/XVII
Binatang/Nama-nama Binatang
Jum,at/16 Desember 2011
08:00 – 11:00 wib
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Perkembangan
Anak
Alat Anak
- Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan
kegiatan dengan lebih tertib
(Pb)
- Melaksanakan kegiatan
ibadah sesuai aturan
menurut keyakinannya (Pb)
I. Pembukaan ± 30 menit
- Berbaris, ikrar, nyanyi,
salam, do’a
Anak
Observasi
- Membedakan dan
menirukan kembali
bunyi/suara tertentu (Bhs)
- Menirukan kembali 4-5
urutan kata (Bhs)
- Mendengarkan dan
menceritakan kembali
cerita secara urut (Bhs)
II. Inti ± 60 menit
Sentra Persiapan
- Bercerita tentang
nama-nama binatang
dengan buku cerita
bergambar
Buku
cerita
bergambar
Penugasan
- Membersihklan peralatan
makan setelah digunakan
(Pb)
III. Istirahat ± 30 menit
- Cuci tangan, doa
makan , makan dan
cuci piring
Observasi
- Berbicara dengan suara
yang ramah dan teratur
(Pb)
IV. Penutupan ± 30 menit
- Diskusi
- Doa pulang dan salam
Observasi
Mengetahui,
Kepala sekolah
Evita NIP. 195906021986032002
Padangpanjang, 16 Desember 2011
Guru Kelompok B1
Elyza Fatri
99
LAMPIRAN
SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS II PERTEMUAN II
Semester/Minggu
Tema/Subtema
Hari/Tanggal
Waktu
:
:
:
:
I/XVII
Binatang/Nama-nama Binatang
Senin/19 Desember 2011
08:00 – 11:00 wib
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Perkembangan
Anak
Alat Anak
- Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan
kegiatan dengan lebih tertib
(Pb)
- Melaksanakan kegiatan
ibadah sesuai aturan
menurut keyakinannya (Pb)
I. Pembukaan ± 30 menit
- Berbaris, ikrar, nyanyi,
salam, do’a
Anak
Observasi
- Membedakan dan
menirukan kembali
bunyi/suara tertentu (Bhs)
- Menirukan kembali 4-5
urutan kata (Bhs)
- Mendengarkan dan
menceritakan kembali
cerita secara urut (Bhs)
II. Inti ± 60 menit
Sentra Persiapan
- Bercerita tentang
nama-nama binatang
dengan buku cerita
bergambar
Buku
cerita
bergambar
Penugasan
- Membersihklan peralatan
makan setelah digunakan
(Pb)
III. Istirahat ± 30 menit
- Cuci tangan, doa
makan , makan dan
cuci piring
Observasi
- Berbicara dengan suara
yang ramah dan teratur
(Pb)
IV. Penutupan ± 30 menit
- Diskusi
- Doa pulang dan salam
Observasi
Mengetahui,
Kepala sekolah
Evita NIP.
195906021986032002
Padangpanjang, 19 Desember
2011
Guru Kelompok B1
Elyza Fatri
100
LAMPIRAN
SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS II PERTEMUAN III
Semester/Minggu
Tema/Subtema
Hari/Tanggal
Waktu
:
:
:
:
I/XVII
Binatang/Nama-nama Binatang
Rabu/21 Desember 2011
08:00 – 11:00 wib
Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber
Belajar
Penilaian
Perkembangan
Anak
Alat Anak
- Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan
kegiatan dengan lebih tertib
(Pb)
- Melaksanakan kegiatan
ibadah sesuai aturan
menurut keyakinannya (Pb)
I. Pembukaan ± 30 menit
- Berbaris, ikrar, nyanyi,
salam, do’a
Anak
Observasi
- Membedakan dan
menirukan kembali
bunyi/suara tertentu (Bhs)
- Menirukan kembali 4-5
urutan kata (Bhs)
- Mendengarkan dan
menceritakan kembali
cerita secara urut (Bhs)
II. Inti ± 60 menit
Sentra Persiapan
- Bercerita tentang
nama-nama binatang
dengan buku cerita
bergambar
Buku
cerita
bergambar
Penugasan
- Membersihklan peralatan
makan setelah digunakan
(Pb)
III. Istirahat ± 30 menit
- Cuci tangan, doa
makan , makan dan
cuci piring
Observasi
- Berbicara dengan suara
yang ramah dan teratur
(Pb)
IV. Penutupan ± 30 menit
- Diskusi
- Doa pulang dan salam
Observasi
Mengetahui,
Kepala sekolah
Evita NIP. 195906021986032002
Padangpanjang, 21 Desember
2011
Guru Kelompok B1
Elyza Fatri
101
Lampiran
Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
Pada kondisi awal
Keterangan
No Nama Anak Aspek yang Nilai
1 2 3
1 Alfin R R R
2 Adit R R R
3 Aditia Agustra R R R
4 Aulia R R R
5 Dinda R R R
6 Ferdi R R R
7 Nabila R R R
8 Nisa T R R
9 Nila R R R
10 Rani R R R
11 Ratu R R R
12 Regina R T R
13 Rita R R R
14 Roni R R T
15 Sergi R R R
16 Vira R R R
17 Viola T R R
18 Yudi R R R
Aspek yang di nilai:
1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)
2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)
3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)
Kriteria Penilaian:
Sangat Tinggi (ST)
Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar
Bercerita kembali
Tinggi (T)
Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu
Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu
Rendah (R)
Tidak mau bersuara sama sekali
Perlu bimbingan
102
Lampiran
Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
Pada Siklus I Pertemuan I
Keterangan
No Nama Anak Aspek yang Nilai
1 2 3
1 Alfin R R R
2 Adit R R R
3 Aditia Agustra R R R
4 Aulia T R R
5 Dinda R T R
6 Ferdi R R R
7 Nabila R R R
8 Nisa ST R R
9 Nila R R R
10 Rani R R R
11 Ratu R R R
12 Regina T T R
13 Rita R R R
14 Roni R R T
15 Sergi R R R
16 Vira R R R
17 Viola T R R
18 Yudi R R R
Aspek yang di nilai:
1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)
2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)
3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)
Kriteria Penilaian:
Sangat Tinggi (ST)
Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar
Bercerita kembali
Tinggi (T)
Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu
Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu
Rendah (R)
Tidak mau bersuara sama sekali
Perlu bimbingan
103
Lampiran
Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
Pada Siklus I Pertemuan II
Keterangan
No Nama Anak Aspek yang Nilai
1 2 3
1 Alfin T R R
2 Adit R R R
3 Aditia Agustra R R R
4 Aulia T R R
5 Dinda R T T
6 Ferdi R R R
7 Nabila R R R
8 Nisa ST T R
9 Nila R R R
10 Rani R R R
11 Ratu R R R
12 Regina ST T R
13 Rita R R R
14 Roni R R T
15 Sergi T R R
16 Vira R R R
17 Viola T R R
18 Yudi R T R
Aspek yang di nilai:
1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)
2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)
3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)
Kriteria Penilaian:
Sangat Tinggi (ST)
Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar
Bercerita kembali
Tinggi (T)
Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu
Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu
Rendah (R)
Tidak mau bersuara sama sekali
Perlu bimbingan
104
Lampiran
Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
Pada Siklus I Pertemuan II
Keterangan
No Nama Anak Aspek yang Nilai
1 2 3
1 Alfin T R R
2 Adit R T R
3 Aditia Agustra R R T
4 Aulia T R R
5 Dinda R T ST
6 Ferdi T R R
7 Nabila R R R
8 Nisa ST T R
9 Nila R R R
10 Rani T R T
11 Ratu R R R
12 Regina ST T R
13 Rita R R R
14 Roni R R T
15 Sergi T R R
16 Vira R T R
17 Viola T R R
18 Yudi R ST R
Aspek yang di nilai:
1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)
2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)
3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)
Kriteria Penilaian:
Sangat Tinggi (ST)
Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar
Bercerita kembali
Tinggi (T)
Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu
Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu
Rendah (R)
Tidak mau bersuara sama sekali
Perlu bimbingan
105
Lampiran
Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
Pada Siklus II Pertemuan I
Keterangan
No Nama Anak Aspek yang Nilai
1 2 3
1 Alfin T T R
2 Adit T ST T
3 Aditia Agustra R T ST
4 Aulia ST R R
5 Dinda R ST ST
6 Ferdi T T R
7 Nabila R R R
8 Nisa ST ST T
9 Nila R R R
10 Rani T R ST
11 Ratu T R R
12 Regina ST T R
13 Rita R R R
14 Roni T T ST
15 Sergi ST R T
16 Vira R T T
17 Viola ST R R
18 Yudi T ST R
Aspek yang di nilai:
1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)
2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)
3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)
Kriteria Penilaian:
Sangat Tinggi (ST)
Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar
Bercerita kembali
Tinggi (T)
Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu
Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu
Rendah (R)
Tidak mau bersuara sama sekali
Perlu bimbingan
106
Lampiran
Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
Pada Siklus II Pertemuan II
Keterangan
No Nama Anak Aspek yang Nilai
1 2 3
1 Alfin T T R
2 Adit ST ST T
3 Aditia Agustra R T ST
4 Aulia ST R R
5 Dinda R ST ST
6 Ferdi T T R
7 Nabila R R R
8 Nisa ST ST T
9 Nila R T R
10 Rani T R ST
11 Ratu T T R
12 Regina ST ST R
13 Rita R R R
14 Roni T T ST
15 Sergi ST T T
16 Vira T ST ST
17 Viola ST R T
18 Yudi ST ST T
Aspek yang di nilai:
1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)
2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)
3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)
Kriteria Penilaian:
Sangat Tinggi (ST)
Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar
Bercerita kembali
Tinggi (T)
Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu
Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu
Rendah (R)
Tidak mau bersuara sama sekali
Perlu bimbingan
107
Lampiran
Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita
Pada Siklus II Pertemuan III
Keterangan
No Nama Anak Aspek yang Nilai
1 2 3
1 Alfin ST ST R
2 Adit ST ST ST
3 Aditia Agustra T ST ST
4 Aulia ST T ST
5 Dinda ST ST ST
6 Ferdi ST ST T
7 Nabila T R T
8 Nisa ST ST ST
9 Nila T ST T
10 Rani ST T ST
11 Ratu ST ST T
12 Regina ST ST T
13 Rita T ST T
14 Roni ST ST ST
15 Sergi ST ST ST
16 Vira ST ST ST
17 Viola ST T ST
18 Yudi ST ST ST
Aspek yang di nilai:
1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)
2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)
3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)
Kriteria Penilaian:
Sangat Tinggi (ST)
Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar
Bercerita kembali
Tinggi (T)
Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu
Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu
Rendah (R)
Tidak mau bersuara sama sekali
Perlu bimbingan
108
Lampiran
Lembar Wawancara Anak
1. Apakah kamu bisa menyebutkan nama binatang yang terdapat pada cerita
?
2. Menirukan kembali 4 – 5 urutan kata yang didengar
3. Coba kamu lanjutkan kembali isi cerita yang telah didengar ?
109
Gambar 1.Pengenalan cerita oleh peneliti dengan media buku cerita bergambar
110
Gambar 2.Penyampaian cerita oleh peneliti dengan media buku cerita bergambar
111
Gambar 3. Penyampaian cerita oleh peneliti dengan media buku cerita bergambar
112
Gambar 4.Aktivitas anak ketika tampil didepan kelas untuk bercerita
113
Gambar 5. Penyampaian cerita oleh peneliti dengan media buku cerita bergambar
114
115
116