7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6232/3/HANIFAKH HANA SOFYANA...
Transcript of 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6232/3/HANIFAKH HANA SOFYANA...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini
Zulkifli dalam Samsudin (2008: 11), menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-
gerakan tubuh. Suyadi (2010: 68), gerak motorik kasar adalah gerak anggota
badan secara kasar atau keras. Sedangkan menurut Sujiono (2010: 1.13), gerak
motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar
bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena
dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.
Samsudin (2008: 9) mengatakan bahwa motorik kasar adalah kemampuan
anak TK beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besar. Menurut Suyanto
(2005: 51), Otot kasar atau otot besar ialah otot-otot badan yang tersusun oleh otot
lurik.
Rahyubi (2012:222), menjelaskan bahwa aktivitas motorik merupakan
pengendalian tubuh melalui aktivitas yang terkoordinir antara susunan saraf, otot,
otak dan urat saraf tulang belakang (spinal cord). Sedangkan aktivitas motorik
kasar adalah keterampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar
sebagai dasar utama gerakkannya.
Berdasarkan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motorik kasar
adalah kemampuan gerakan-gerakan tubuh yang membutuhkan koordinasi tubuh
7
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
8
dengan melibatkan otot-otot besar dalam melakukan aktivitas fisik sehingga
membutuhkan tenaga yang besar.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar
Anak Usia Dini
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak.
Rahyubi (2012:225), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik anak yaitu sebagai berikut : perkembangan sistem saraf,
kondisi fisik, motivasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek psikologis,
usia, jenis kelamin, serta bakat dan potensi.
Izzaty (2005:10), mengatakan kajian medik dan psikologi perkembangan
menunjukkan bahwa disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas anak
juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang
tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga
disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan yang berbeda-beda antara anak
yang satu dengan yang lain, maka menyebabkan perbedaan yang disebut
individual differences. Pernyataan di atas dapat dijelaskan dalam skema sebagai
berikut
Faktor keturunan/hereditas Faktor lingkungan
Individu : kognitif, afektif, psikomotorik
Perbedaan Individu
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
9
Menurut Yusuf (2007:31) faktor yang mempengaruhi perkembangan
(kognitif, fisikmotorik, bahasa, sosial-emosional dan moral keagamaan) ada dua
yaitu :
a. Hereditas (keturunan/pembawaan)
Hereditas merupakan “totalitas karakteristik individual yang diwariskan
orangtua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan
dari pihak orangtua melalui gen-gen “.
b. Lingkungan perkembangan.
Lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi, atau
kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu”.
Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar. Faktor tersebut adalah
faktor hereditas atau keturunan (sistem saraf, kondisi fisik, bakat dan potensi),
faktor lingkungan (motivasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek
psikologis), faktor usia dan jenis kelamin.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini
Menurut Rahyubi (2012:317-319), dalam khazanah taksonomi
psikomotorik, perkembangan gerak anak mengikuti pola pertumbuhan fisiknya,
yang setidaknya bisa dikategorikan menjadi lima fase (tahap), yaitu
a. Cephalocaudal dan Proximodistal. Fase cephalocaudal adalah
perkembangan fisik yang berlangsung memanjang (longitudinal) dari kepala
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
10
ke kaki. Sedangkan fase proximodistal, perkembangan fisik anak dari pusat
tubuh mengarah ke tepi.
b. Gross to Specific Motor Control. Pada fase ini anak terlebih dahulu sebelum
mampu membedakan antara bagian-bagian dan menggerakkannya secara
terpisah.
c. Dari Bilateral ke Crooslateral. Gerakan secara bilateral, yaitu memakai
satu atau dua tangan untuk meraih dan memegang suatu benda yang dilihat
dan menarik perhatian. Sedangkan koordinasi bilateral menuju crosslateral,
artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dahulu
sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan.
d. Differentiation dan Integration. Differentiation diasosiasikan dengan
tahapan gerakan mulai dari kontrol gerak yang besar menuju gerakan
khusus yang kian diperluas. Adapun integration merupakan seluk-beluk
mekanisme saraf yang terjalin dari berbagai macam otot yang berlawanan
untuk membentuk interaksi dan koordinasi antara satu dengan yang lainnya.
e. Phylogenetic dan Ontogenetic. Fase phylogenetic menunjuk pada
keterampilan gerak yang cenderung muncul secara spontan dan otomatis,
tanpa melalui proses latihan terlebih dahulu, namun dalam rangka yang bisa
diperkirakan. Sedangkan fase ontogenetic menunjuk pada tingkah laku yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pembelajaran.
Santrock (2011:12), dalam bukunya menjelaskan tahap perkembangan
motorik kasar pada usia 3 tahun sampai dengan usia 5 yaitu sebagai berikut :
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
11
Pada usia 3 tahun, anak-anak menikmati gerakan sederhana, seperti
meloncat, melompat, dan berlari bolak-balik yang ia lakukan hanya semata-mata
senang melakukan aktivitas tersebut. Mereka cukup bangga menunjukkan
bagaimana mereka dapat berlarian ke seluruh ruangan dan melompat 15 cm.
Pada usia 4 tahun, anak-anak masih menikmati jenis aktivitas yang sama,
tetapi mereka menjadi lebih senang berpetualang. Mereka merangkak rendah di
halang-rintang saat menampilkan keberanian aktivitas mereka. Meskipun mereka
telah mampu menaiki tangga dengan satu kaki pada setiap anak tangga dalam
sekali waktu, mereka sebenarnya baru saja dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih senang berpetualang
dibandingkan saat mereka berusia 4 tahun. Sudah lazim bagi anak-anak berusia 5
tahun yang percaya diri untuk melakukan aksi mengerikan pada setiap objek
pendakian praktis. Anak berusia 5 tahun berlari cepat dan senang cepat satu sama
lain dan dengan orangtua mereka.
Sedangkan menurut Samsudin (2008:10), tahapan perkembangan motorik
anak TK ada 3, yaitu sebagai berikut
a. Tahap verbal kognitif. Tahap belajar motorik melalui uraian lisan atau
penjelasan dengan maksud agar anak memahami gerak yang akan
dilakukannya.
b. Tahap asosiatif. Pada tahap ini perkembangan anak TK sedang memasuki masa
pemahaman dari gerak-gerak yang sedang dipelajarinya.
c. Tahap automasi. Pada tahap ini anak TK sudah dapat melakukan gerakan
dengan benar dan baik atau spontan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
12
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Hartinah (2011:6), bahwa aspek
psikomotorik memiliki beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap
kognitif, tahap asosiatif dan tahap otonomi.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa tahap kemampuan motorik anak dapat
terus meningkat seiring bertambahnya usia anak. Kemampuan motorik anak
dimulai dari gerakan yang sederhana kemudian meningkat pada pemahaman atas
gerakan yang dilakukan. Selanjutnya meningkat pada kemampuan yang lebih
rumit.
4. Gerak Dasar Motorik Kasar Anak Usia Dini
Sujiono (2010:5.3) mengatakan bahwa pola gerak dasar adalah bentuk
gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi ke dalam 3 bentuk gerak sebagai
berikut :
a. Gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat) di mana bagian tubuh tertentu
bergerak atau berpindah tempat; misalnya jalan, lari, dan loncat.
b. Gerak non-lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) di mana sebagian
anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat,
misalnya mendorong, menarik, menekuk, memutar.
c. Manipulatif, di mana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar,
menangkap, menyepak, memukul, dan gerakkan lain yang berkaitan dengan
lemparan dan tangkapan sesuatu.
Samsudin (2008:9) juga menjelaskan motorik kasar merupakan kemampuan
gerak dasar bagi anak TK. Kemampuan gerak dasar ini dibagi menjadi tiga
kategori yaitu 1) lokomotor 2) non-lokomotor dan 3) manipulatif.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
13
Menurut Zulkifli (2009:32), gerakan-gerakan itu tidak sama asal dan
rupanya. Ada gerakan yang merupakan akibat dari kemauan, ada gerakan yang
terjadi di luar kemauan dan biasanya kurang disadari karena ia berjalan otomatis.
Karena banyak gerakan yang dilakukan anak-anak, agar lebih mudah mengenali
gerakannya, dibagi ke dalam tiga golongan seperti berikut.
a. Motorik statis yaitu gerakan tubuh sebagai upaya untuk memperoleh
keseimbangan, misalnya keserasian gerak tangan dan kaki pada waktu kita
sedang berjalan.
b. Motorik ketangkasan yaitu gerakan untuk melaksanakan tindakan yang
berwujud ketangkasan dan keterampilan, misalnya gerak melempar,
menangkap, dan sebagainya.
c. Motorik penguasaan yaitu gerakkan untuk mengendalikan otot-otot, roman
muka, dan sebagainya.
berdasarkan teori di atas dapat peneliti simpulkan bahwa gerak dasar
motorik kasar anak usia dini adalah gerak lokomotor, non-lokomotor, dan
manipulatif. Pada penelitian ini kemampuan keseimbangan tubuh kemampuan
yang dikembangkan termasuk dalam jenis gerakan kemampuan lokomotor dan
non-lokomotor. Gerakan yang dilakukan seperti berdiri di atas satu kaki, berjalan
dan melompat.
B. Filosofi Keseimbangan Tubuh Anak Usia Dini
Keseimbangan adalah suatu keadaan di mana tenaga yang berlawanan
mampu menjaga pusat berat badan (Samsudin, 2008:9). Dalam kemampuan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
14
keseimbangan tubuh, tubuh berusaha untuk mempertahankan pusat gravitasi
sehingga tubuh tertumpu pada posisi tegak. Menurut Rahyubi (2012:310),
keseimbangan merupakan aspek pembelajaran gerak yang paling dasar, karena
semua gerak melibatkan elemen keseimbangan.
Sujiono (2010:7.5) menyebutkan bahwa keseimbangan diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Untuk
melatih keseimbangan pada anak usia TK, misalnya meniti pada balok, membuat
keseimbangan dengan satu kaki, menumpu kaki yang lain lurus kebelakang,
sedangkan kedua tangan lurus ke samping dengan dibarengi mata dipejamkan dan
garakan menekuk lutut dan kembali lurus lagi.
Rahyubi (2012:220), menjelaskan bahwa perkembangan keseimbangan
setidaknya dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut
1. Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh
tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh. Dapat juga diistilahkan
keseimbangan pada saat tubuh diam. Contohnya, berdiri dengan satu kaki.
2. Keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh
untuk tidak jatuh pada saat sedang melakukan gerakan atau keseimbangan
tubuh pada saat bergerak. Contohnya saat berlari.
Masitoh (2005:8) mengatakan bahwa pada usia taman kanak-kanak telah
tampak otot-otot tubuh yang berkembang sehingga memungkinkan mereka
melakukan berbagai jenis keterampilan. Semakin usia mereka bertambah, maka
perbandingan antar bagian tubuh akan berubah pula. Selain itu letak grativitasi
semakin berada dibagian bawah tubuh, sehingga keseimbangan akan berada pada
tungkai bagian bawah. Selanjutnya Samsudin (2008:9), mengatakan bahwa dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
15
bergerak, anak TK harus menyadari keberadaan dirinya dengan kondisi
lingkungan. Mereka harus memanfaatkan indra, mengontrol keseimbangan,
mengenali ruang gerak, memahami bagian-bagian tubuh yang dapat digerakkan.
Monks dkk (2006:106), menjelaskan bahwa sekitar usia 3 tahun anak sudah
dapat berjalan secara otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata anak sudah dapat
berjalan tanpa kesukaran. Sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan
orang dewasa. Kesukaran yang ada pada belajar berjalan berhubungan dengan
kekuatan badannya, yaitu untuk dapat menyandarkan seluruh berat badannya pada
satu kaki. Masalah yang lain adalah perkembangan mekanisme keseimbangan
yang dibutuhkan untuk dapat berjalan tegak.
Kemampuan keseimbangan tubuh merupakan salah satu kemampuan yang
termasuk dalam penyusun pembentukan aspek perkembangan fisik motorik anak.
Seperti yang diungkapkan oleh Suyanto (2005: 48), bahwa perkembangan fisik
ditunjukkan untuk mengembangkan lima aspek yang meliputi 1) kekuatan
(strength), 2) ketahanan (endurance), 3) kecepatan (speed), 4) kecekatan (agility),
dan 5) keseimbangan (balance).
Peneliti memfokuskan penelitian ini pada kemampuan keseimbangan
tubuh anak. Dalam Progam Tahunan (PROTA) tahun 2013 tingkat pencapaian
perkembangan motirik kasar dalam kemampuan keseimbangan tubuh diantaranya
sebagai berikut 1) memutar dan mengayunkan lengan 2) meliukkan tubuh 3)
membungkukkan badan 4) berjalan ke berbagai arah misal: berjalan maju pada
garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan ke depan dengan tumit berjalan
ke depan dengan jinjit, berjalan mundur 5) melompat ke berbagai arah dengan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
16
satu atau dua kaki 6) meloncat dari ketinggian 30-40 cm 7) memanjat, bergantung
dan berayun 8) berdiri dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan seimbang 9)
berlari sambil melompat seimbang tanpa jatuh 10) naik sepeda roda dua atau naik
otopet.
C. Bermain Halang Rintang Sebagai Metode Pengembangan Kemampuan
Keseimbangan Tubuh
1. Metode Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak
Djamarah dan Aswan Zain (2010: 158) mengatakan bahwa metode adalah
strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali
mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak
sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Samsudin (2008:33-34), menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah
acara yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi
yang ditetapkan. Metode pembelajaran yang biasa digunakan di TK antara lain
metode bercerita, bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode karyawisata,
demonstrasi, sosiodrama atau bermain peran, eksperimen, metode proyek, metode
pemberian tugas.
Isjoni (2011: 86-94), menyebutkan beberapa motode pembelajaran yang
dapat diterapkan di kelompok PAUD yaitu metode bermain, metode karyawisata,
metode bercakap-cakap, metode bercerita, metode demonstrasi, metode proyek,
dan metode pemberian tugas.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
17
Moeslihatoen (2004: 24-28) menjelaskan metode pengajaran yang sesuai
dengan karakteristik anak usia TK yaitu:
a. Bermain. bermain yaitu merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan
pada diri sendiri. Melalui bermain anak anak memperoleh pembatasan dan
memahami aturan.
b. Karyawisata, bagi anak TK karyawisata berarti memperoleh kesempatan
untuk mengobservasi, memperoleh informasi secara langsung.
Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak karena
dapat membangkitkan minat anak kepada suatu hal, memperluas perolehan
informasi.
c. Bercakap-cakap, berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif. Bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi
dengan orang lain, menyatakan perasaan dan gagasan secara verbal.
d. Bercerita. bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari
satu generasi ke genarasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media
untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Demonstrasi. Demonstrasi yang berarti menunjukkan, mengerjakan. Melalui
demonstrasi diharapkan anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan.
f. Proyek adalah salah satu metode yang digunakan untuk melatih kemampuan
anak memecahkan masalah yang dialami anak dalam kehidupan sehari-hari.
g. Pemberian tugas, merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja harus
dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas. Di Taman Kanak-kanak tugas
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
18
diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
petunjuk langsung guru.
Begitu banyak metode yang ada, hendaknya metode yang digunakan adalah
metode yang memungkinkan anak bergerak dan bermain karena gerak dan
bermain adalah unsur utama pengembangan motorik anak (Sujiono, 2010:2.14).
Motorik kasar anak prasekolah tidak lagi harus berusaha untuk berdiri dan
bergerak. Saat anak-anak menggerakkan kaki mereka lebih percaya diri dan
membawa diri mereka lebih mantap, kegiatan bergerak di sekeliling lingkungan
menjadi lebih otomatis (Santrock, 2011:12).
Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK) harus menggunakan
metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik anak didik dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang tepat guru juga akan
lebih mudah untuk mengkreasikan kegiatan belajar mengajar. Peneliti
menggunakan metode bermain untuk mengembangkan kemampuan keseimbangan
tubuh anak usia dini. Tedjasaputra (2005:41), menjelaskan bahwa aspek
perkembangan motorik kasar juga dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain.
Salah satu contoh, bisa diamati pada anak yang lari berkejar-kejaran untuk
menangkap temannya. Pada awalnya ia belum terampil untuk berlari, tapi dengan
bermain kejar-kejaran, maka anak berminat untuk melakukannya dan menjadi
lebih terampil.
2. Bermain Untuk Anak Usia Dini
Hidayatullah (2008: 4), menjelaskan bahwa bermain adalah aktivitas yang
menyenangkan, serius dan sukarela di mana anak berada dalam dunia yang tidak
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
19
nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh
sesuatu yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran.
Bermain bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk
meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk memunculkan
rasa menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di
luar kenyataan, dan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu
area di mana anak masuk atau terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun
secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya melalui bermain.
Bermain bagi anak usia dini bersifat bebas, tidak mementingkan hasil akhir serta
dilakukan secara spontan.
Moeslichatoen (2004: 32), menjelaskan bahwa bermain juga merupakan
tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan
dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik,
kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup. Hurlock
(1978:320) dalam bukunya mengatakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
Hurlock dalam (Tedjasaputra, 2005:52) menyebutkan ada 2 penggolangan
utama kegiatan bermain yaitu bermain aktif dan bermain pasif atau dikenal
sebagai hiburan (amusement). Bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan
kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan
sendiri. Sedangkan bermain pasif (amusement) merupakan salah satu bentuk
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
20
bermain aktif. Bermain pasif dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang tidak
terlalu banyak melibatkan aktivitas fisik.
Musfiroh (2005:34), menjelaskan bahwa bermain sambil belajar merupakan
sebuah slogan yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan yakni belajar yang
dilakukan anak melalui bermain. Belajar dan bermain adalah satu kesatuan proses
terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena di dalam bermain itulah sebenarnya
terjadi proses belajar, dan proses belajar itu terjadi dalam kegiatan bermain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan
aktivitas fisik yang menyenangkan serius dan sukarela yang dapat memenuhi
kebutuhan anak yang dalam pelaksanaannya tidak mementingkan hasil akhir
sehingga dapat mengembangkan kemampuan motorik anak, kognitif, sosial,
kreativitas. Jadi dengan bermain berarti anak sedang belajar.
3. Bermain Halang Rintang
Musfiroh (2005:19), mengatakan bahwa melalui bermain, anak dapat
mengontrol gerak motor kasar dan halus. Pada saat bermain itulah, mereka
mempraktikan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, meloncat, melompat.
Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat,
berputar, dan beralih respon untuk irama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia halang memiliki arti melintang;
merintang: tiang yang rebah itu ~ di tengah jalan, sedangkan rintang : merintangi
/merintangi/ v 1 mengalangi; mengalang-alangi: pohon yang tumbang di jalan itu
~ kendaraan yang akan lewat; 2 mengganggu; mengusik: jangan ~ orang yang
sedang.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
21
Anonimus (2009: 12), kegiatan melintasi halang rintang (MHR) adalah
suatu macam kegiatan di lapangan berupa keterampilan fisik, terdiri dari
rentetan beberapa mata acara permainan/kegiatan yang satu demi satu sesuai
dengan urutannya harus dikerjakan dan dipraktekan dengan melalui proses yang
memerlukan keberanian, ketabahan, ketekunan, ketelitian dan keseimbangan
serta kegotongroyongan dan kesetiakawanan.
Halang rintang merupakan suatu permainan yang dapat meningkatkan
kemampuan keseimbangan tubuh. Anak-anak usia taman kanak-kanak (TK)
sangat menyukai tantangan dalam melakukan aktivitas-aktivitas fisik. Karena
alasan inilah peneliti menggunakan halang rintang sebagai kegiatan peningkatan
kemampuan motorik khususnya keseimbangan tubuh.
Kegiatan halang rintang yang peneliti susun akan dilaksanakan di luar
kelas. Hal ini bertujuan agar anak dapat bergerak bebas dan leluasa dalam
mengikuti kegiatan halang rintang. Ketika anak bermain halang rintang, mereka
harus melewati rintangan-rintangan yang menghalangi dan rintangan-rintangan
tersebut harus dilewati satu demi satu. Rintangan tersebut antara lain berjalan
lurus pada papan titian, berjalan di atas balok, melompat dari satu tempat ke
tempat yang lain dengan satu kaki, melompati ban bekas dan lingkaran (mendarat
menggunakan satu kaki), serta berjalan ke depan dengan tumit.
4. Manfaat Bermain Halang Rintang
Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar.
Bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini seperti
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
22
merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang,
melempar, dan lain sebagainya (Moeslichatoen, 2004:32).
Piaget (1992), Curtis (1977), Dansky (1980),Saltz (1980), dan Campbell
(1985) dalam Suyanto (2005:124), mengatakan bahwa berbagai penelitian
menunjukkan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas,
sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Senada dengan
penjelasan di atas, Hidayatullah (2008:8) juga menjelaskan bahwa bermain
penting bagi anak untuk mengembangkan dan melatih seluruh bagian tubuh,
termasuk mengembangkan daya tahan kardiovaskuler.
Anonimus (2009:17), menyebutkan bahwa kegiatan melintasi haling rintang
(MHR) yang edukatif itu, ditempu dengan melalui kegiatan-kegiatan yang
berisikan keterampilan fisik, yang bermanfaat untuk a) melatih indra, memperkuat
dan mempertajam cipta, rasa karsa, b) memupuk keberanian, ketabahan,
ketekunan, ketelitian dan keseimbangan, c) membentuk jiwa bebas, merdeka,
berdisiplin dan bertanggungjawab
Permainan halang rintang ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya
anak dapat melompat dengan satu kaki (engklek), berjalan dengan satu kaki,
berjalan menggunakan tumit, dan berdiri dengan satu kaki sehingga kemampuan
keseimbangan tubuh dapat terstimulasi secara optimal. Anak diharapkan dapat
memiliki kemampuan keseimbangan tubuh yang baik yang dapat digunakan
dalam kehidupan anak sehari-hari.
5. Langkah-Langkah Bermain Halang Rintang
Anonimus (2009:17), menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan MHR
diterapkan sepenuhnya dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar metodik
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
23
pendidikan kepramukaan dan sistem among. Sebagai suatu kelompok
keterampilan fisik yang terdiri dari beberapa macam permainan atau kegiatan,
maka pelaksanaan kegiatan MHR perlu disusun menurut urutan yang disesuaikan
dengan metode pendidikan jasmani yang meliputi 3 tahap yaitu 1) tahap
pemanasan 2) tahap pemusatan kemampuan dan segala perhatian dan 3) tahap
penenangan, sehingga pelaksanaanya dimulai dari yang ringan meningkat pada
yang berat, kemudian kembali pada yang ringan lagi.
Peneliti mengadaptasi aturan permainan halang rintang yang berasal dari
kegiatan yang dilakukan oleh pramuka. Namun dalam pelaksanaanya peneliti
melakukan inovasi dengan membuat rintangan yang sesuai dengan karakteristik
anak usia dini. Sebelum anak bermain haling rintang guru mengenalkan aturan
bermain halang rintang lebih dahulu. Selanjutnya guru mencontohkan bagaimana
cara dan bagaimana gerakan-gerakan yang digunakan untuk melintasi halang
rintang tersebut. Perlengkapan yang digunakan dalam halang rintang sangatlah
sederhana seperti papan sebagai papan titian, balok kayu untuk rintangan berjalan
di atas balok, ban bekas, karpet kecil dan hulahoop atau lingkaran sebagai tempat
pijakkan dalam engklek.
Setiap anak diberi kesempatan untuk mencoba permainan haling rintang.
Guru member instruksi kepada anak untuk mengantri terlebih dahulu sebelum
melintasi rintangan-rintangan yang sudah disiapkan. Anak yang sudah berhasil
melewati semua rintangan berada pada garis finish sedangkan yang belum
melewati rintangan berada pada garis star.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
24
D. Kriteria Keberhasilan
1. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai
informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses
dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah tercapai oleh anak
didik melalui kegiatan pembelajaran (Aqib, 2009:57).
Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2006), penilaian adalah suatu
usaha mengumpulkan data dan menfsirkan berbagai informasi secara sistematis,
berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan
serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melaui kegiatan
pembelajaran.
Menurut Sudjana (2010: 3), penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu ktiteria tertentu.
Sedangkanpenilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-
hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
2. Pedoman Penilaian
Pedoman penelitian menggunakan buku pedoman penilaian dari Depdiknas
(2006: 6-7) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :
a. Anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam SKH
atau dalam melaksanakan tugas dibantu guru, maka pada kolom penilaian
dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong ().
b. Anak yang sudah melebihi indikator yang ada dalam SKH atau mampu
melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat, cepat, lengkap, benar, maka
pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh ().
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
25
c. Jika semua anak menunjukan kemampuan sesuai dengan indikator yang
tertuang dalam SKH, maka pada kolom penilaian ditulis nama semua anak
dengan tanda chek list ().
Berdasarkan buku pedoman penilaian dari Kemendiknas Dirjen Mandas
(2010: 1-2) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:
a. Anak yang belum berkembang (BB) pada lembar penilaian dituliskan nama
anak dan diberi tanda satu bintang ()
b. Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator RKH
mendapatkan tanda dua bintang ()
c. Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) mendapatkan tanda
tiga bintang ()
d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) mendapatkan tanda empat
bintang ()
Menurut Dimyati (2013: 95) pedoman penilaian dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Tanda = berhasil/tuntas
Tanda = berhasil dengan bantuan guru
Tanda = belum berhasil
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedomaan penilaian dari
Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK (2010) :
a. Anak yang belum berkembang (BB) pada lembar penilaian dituliskan nama
anak dan diberi tanda satu bintang ()
b. Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator RKH
mendapatkan tanda dua bintang ()
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
26
c. Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) mendapatkan tanda
tiga bintang ()
d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) mendapatkan tanda empat
bintang ()
3. Indikator Hasil Belajar
Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik yang dapat
dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil belajar. Apabila serangkaian
indikator dalam Kompetensi Dasar sudah dapat dicapai oleh anak didik, berarti
target Kompetensi Dasar tersebut telah terpenuhi (Aqib, 2009:56).
Matrik tahun 2013 yang termasuk tingkat pencapaian perkembangan
adalah sebagai berikut 1) melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk
melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan 2) melakukan koordinasi
gerakan kaki-tangan-kepala dalam menirukantarian atau senam 3) melakukan
permainan fisik dengan aturan 4) terampil menggunakan tangan kanan dan kiri 5)
melakukan kegiatan kebersihan diri.
Dalam Program Semester (PROMES) tahun 2013 untuk kelompok B
indikator perkembangan motorik kasar antara lain memutar dan mengayunkan
lengan, meliukkan tubuh, membungkukkan badan, berjalan ke berbagai arah
(misal: berjalan maju dengan jinjit, berjalan mundur, berjalan ke depan dengan
tumit berjalan ke depan pada garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan ke
depan dengan tumit, berjalan ke depan dengan jinjit, berjalan mundur), meloncat
dari ketinggian 30-40 cm, berlari sambil melompat seimbang tanpa jatuh, berdiri
dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan seimbang, bergerak bebas dengan
irama musik, mengekspresikan gerakan sesuai dengan syair lagu dan cerita,
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
27
mendemonstrasikan kemampuan motorik kasar seperti melompat dan berlari
dengan berbagai variasi, merayap dan merangkak dengan berbagai variasi, dan
melempar objek ke sasaran dengan satu atau dua tangan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan indikator dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel 2.1 Indikator kemampuan keseimbangan tubuh
No Aspek yang dikembangkan
1 Berdiri di atas satu kaki
2 Melompat menggunakan satu kaki (engklek)
3 Berjalan maju pada papan titian
4 Berjalan ke depan dengan tumit
E. Kerangka Berpikir
Untuk melatih gerakan motorik kasar anak dapat dilakukan, misalnya
dengan melatih anak berdiri di atas satu kaki. Jika anak kurang terampil berdiri di
atas satu kaki berarti penguasaan keterampilan lain, seperti berlari akan
terpengaruh karena berarti anak tersebut masih belum dapat mengontrol
keseimbangan tubuhnya (Sujiono, 2010:1.13).
Laura E.Berk dalam Suyadi (2010:67), mengatakan bahwa ketika anak-anak
bermain, akan muncul adanya keterampilan motorik baru yang masing-masing
membentuk pola kehidupannya, “you will see that an explosion of new motor
skills in early chealhood, each of which build on the simpler movement petterns of
toddlerhod.” (anda akan melihat adanya keterampilan motorik baru yang muncul
pada anak-anak yang masing-masing membentuk pola kehidupannya.).
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
28
Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian ini, peneliti sebelumnya
telah melakukan observasi. Dari observasi tersebut peneliti melihat bahwa
perkembangan motorik kasar anak masih belum optimal khususnya kemampuan
keseimbangan tubuh.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyusun upaya perbaikan yang
dimulai dari siklus I dengan bermain halang rintang. Pada siklus I kemampuan
keseimbangan anak sudah meningkat tetapi belum optimal. Siklus I ini dilakukan
dalam tiga kali pertemuan.
Hasil perbaikan pada siklus I yang belum maksimal, maka peneliti
mengulang kembali pada siklus II dengan kegiatan yang sama. Dalam 3 kali
pertemuan yang kedua ini kemampuan keseimbangan tubuh anak meningkat
dengan optimal dan penelitian berhasil.
Agar lebih mudah dalam memahami maka peneliti membuat kerangka
berpikir dalam penelitian ini. Karangka berpikir tersebut adalah sebagai berikut
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014
29
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat diambil hipotesis tindakan
bahwa metode bermain halang rintang dapat meningkatkan kemampuan
keseimbangan tubuh anak kelompok B TK Belimbing Mulya Desa Onje
Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga semester genap tahun pelajaran2013-
2014.
Kondisi awal
1. Kegiatan yang dilakukan kurang mengoptimalkan kemampuan fisik khususnya keseimbangan tubuh.
2. Alat pembelajaran yang digunakan belum mengembangkan kemampuan keseimbangan tubuh anak
3. Pembelajaran lebih sering dilakukan di dalam kelas.
Dilakukan upaya dengan
PTK
Siklus I Bermain Halang
Rintang
1. Kegiatan yang dibuat sudah meningkatkan kemampuan keseimbangan tubuh anak, namun belum optimal
2. Alat pembelajaran yang digunakan sudah mengembangkan kemampuan keseimbangan tubuh anak
3. Pembelajaran sudah dilakukan di luar kelas
Refleksi Siklus I Kondisi sudah meningkat dan ada perbaikan
Kemampuan keseimbangan tubuh anak meningkat dengan optimal
Siklus II Bermain Halang
Rintang Penelitian berhasil
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Hanifakh Hana Sofyana, FKIP UMP, 2014