Apresiasi puisi

20
Apresiasi Puisi karya: 1. Taufik Ismail ( Yang Kami Minta Hanyalah ) 2. Amir Hamzah ( Doa ) 3. Asrul Sani ( Surat Dari Ibu ) Tema: kritik sosial, ketuhanan, dan kemanusiaan. Kelompok 10 1.Enif Nurul K. (110211413115) 2. Faiz Akmalia (110211413126) 3. Siti Rohmatus S. (110211413108)

Transcript of Apresiasi puisi

Page 1: Apresiasi puisi

Apresiasi Puisi karya:1. Taufik Ismail ( Yang

Kami Minta Hanyalah )2. Amir Hamzah ( Doa )3. Asrul Sani ( Surat Dari

Ibu )

Tema: kritik sosial, ketuhanan, dan kemanusiaan.

Kelompok 101.Enif Nurul K. (110211413115)

2. Faiz Akmalia

(110211413126)

3. Siti Rohmatus S. (110211413108)

Page 2: Apresiasi puisi

YANG KAMI MINTA HANYALAH

Yang kami minta hanyalah bendungan saja

Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir

Tentu Bapa sudah melihat gambarannya di koran kota

Tatkala semua orang bersedih sekadarnya.

Dari kaki langit ke kaki langit air membusa

Dari tahun ke tahun ia datang melanda

Sejak dari lutut, ke paha lalu lewat kepala

Menyeret semua.

 

Bila air surut tingallah angin menudungi kami

Di atas langit dan di bawah lumpur kaki

Kelepak pohon di pohon randu.

 

Page 3: Apresiasi puisi

Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi

Sawah retak-retak berebahan tangkai padi

Nyanyi katak bertalu-talu.

 

Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja

Tidak tugu atau tempat main bola

Yang mancur warna-warni.

 

Kirimkan kapur dan semen. Insinyur ahli

Lupakan tersianya sedekah berjuta-juta

Yang tak sampai kepada kami.

 

Bertahun-tahun kita merdeka, Bapa

Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja

Kabulkanlah kiranya.

Taufiq Ismail, 1966 

Page 4: Apresiasi puisi

Bait ke-2 Dari kaki langit ke kaki langit air membusaDari tahun ke tahun ia datang melandaSejak dari lutut, ke paha lalu lewat kepalaMenyeret semua. 

Pada bait ke-2 menerangkan bagaimana dampak yang harus mereka rasakan setiap tahunnya akibat peristiwa yang sama, yaitu banjir. Banjir yang terjdi mulai dari banjir kecil yang kedudukan air itu hanya sebatas lutut, kemudiaan menyebar lebih tinggi menuju ke paha, hingga bencana besar, berupa banjir besar (banjir bandang) terjadi dan mampu menghilangkan ribuan nyawa, menengelamkan rumah, dan memporak-porandakan semuanya yang dilalui oleh air hingga tak bersisa. Padahal jika pemerintah tanggap dan mau memikirkan jalan keluar untuk mangatasi permasalahan akan peristiwa yang terjadi, banjir tidak akan datang setiap tahunya. Bahkan jika solusi itu direncanakan secara baik penderitaan akibat bencana banjir tidak akan lagi mereka rasakan. Bait ke-3Bila air surut tingallah angin menudungi kami Di atas langit dan di bawah lumpur kakiKelepak podang di pohon randu. 

Mengambarkan keadaan ketika air akibat banjir telah surut, tinggallah hanya angin yang melindungi kami (rakyat yang tengah sedih tertimpa musibah). Masih jelas terlihat sisa-sisa lumpur yang terseret air akibat bencana banjir masih terasa menempel di kaki. Tetap saja melihat keadaan itu, pemerintah menampilkan sikap acuh dan tetap tidak memperdulikan nasib warganya yang sedang mengalami kesusahan. Pemerintah hingga detik ini masih menabur-naburkan janji tanpa diketahui pasti kapankah janji itu akan nyata direalisasikan.

Page 5: Apresiasi puisi

Hasil Analisis:

 

Puisi “Yang Kami Minta Hanyalah” karya Taufik Ismail yang dibuat pada tahun 1966, mengambarkan betapa buruknya sikap pemimpin negara kita dalam menyikapi keluh kesah rakyatnya akibat permasalahan yang berkaitan dengan masalah air, banjir, dan kekeringan. Padahal telah jelas diberitakan lewat koran-koran kota yang beredar, yang memberikan informasi betapa rakyat sengsara oleh beberapa peristiwa yang terjadi akibat bencana yang mereka alami. Namun, pemerintah terkesan acuh terhadap segala hal dan perestiwa yang melanda rakyat kecil. Para pemimpin terkesan tidak memperdulikan penderitaan yang mereka alami. Penyair yang mengibaratkan dirinya sebagai rakyat kecil dengan masalah-masalah sosial yang menerpa hidupnya, turut serta mempertanyakan bagaiman bentuk tangungjawab seorang pemimpin negara untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial rakyatnya. Penyair berusaha agar pemimpin saat itu mau memperhatikan dan perduli akan kesedihan yang dirasakan oleh rakyat dengan cara memenuhi segala yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Pada bait pertama penyair mencoba menjelaskan pentingnya kebutuhan akan sebuah bendungan. Meskipun hanya sebuah bendungan, ternyata bangunan itu memiliki peran yang berarti bagi masyarakat yang sering mengalami banjir dan kekeringan. Misalnya saja saat musim kemarau, bendungan digunakan sebagai penampung air agar mereka tidak kekeringan dan mencegah terjadinya banjir pada musim penghujan. Bendungan itu tidak digunakan untuk kepentingan sebagian orang saja tetepi juga mencangkup kepentingan banyak orang. Kejadian ini ditunjukkan penyair pada bait pertama yang berbunyi:

 

Yang kami minta hanyalah bendungan saja

Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir

Tentu Bapa sudah melihat gambarannya di koran kota

Tatkala semua orang bersedih sekadarnya.

Page 6: Apresiasi puisi

Bait ke-4

Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi

Sawah retak-retak berebahan tangkai padi

Nyanyi katak bertalu-talu.

Bila tanggul yang mereka buat sendiri sudah tidak mampu manahan derasnya air yang mengalir, tanggul akan pecah dan menyisahkan bekas-bekas runtuhan bangunan. Petani gagal panen karena sawah-sawah mereka rusak dan hasil padi gagal dipanen untuk dijual dan menghasilkan uang. Sedang pemerintah tetap asik dengan urusannya masing-masing tanpa sedikitpun turut serta membantu meringankan beban rakyat yang semakin menderita akibat ketidak pedulian pemerintah.

Bait ke-5

Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja

Tidak tugu atau tempat main bola

Yang mancur warna-warni.

 

Bait ke-6

Kirimkan kapur dan semen. Insinyur ahli

Lupakan tersianya sedekah berjuta-juta

Yang tak sampai kepada kami.

Page 7: Apresiasi puisi

 Pada baik ke-5 dan ke-6 disebutkan kembali permintaan yang

diinginkan oleh rakyat agar pemerintah segera merealisasikan apa yang mereka butuhkan. Sangatlah mudah bagi pemerintah untuk mengabulkan permintaan mereka yang sangat sederhana untuk dibangunkan sebuah bendungan. Mereka tidak meminta tugu, tempat main bola, dan air mancur yang serba bagus, indah bentuknya warna-warni tampilan gedungnya . Mereka hanya meminta dibangunkan sebuah bendungan, kemudian dengan segera menyelesaikan membangun bendungan dengan jalan mengirimkan bahan-bahan untuk membangun bendungan berupa kapur dan semen serta tenaga ahli berupa insinyur. Bahkan rakyat tak akan marah dan menuntut hak yang seharunya mereka terima ternyata tidak sampai ke tangan mereka dan dirampas oleh pemimpin negara. Cukup dengan dipenuhi apa yang saat itu mereka inginkan, mereka akan diam. Sebelum mengakhiri puisinya, penyair mempertanyakan akan kemerdekan yang seharunya mereka dapatkan pada negara yang telah merdeka selama bertahun-tahun. Akan kesejahteraan yang tetap tidak mereka peroleh meskipun negara yang mereka tempati telah merdeka. Mereka mengharapkan akan adanya bukti nyata perubahan kehidupan setelah merdeka. Hal ini ditunjukan pada bait ke-7 yaitu: 

Bertahun-tahun kita merdeka, BapaYang kami minta hanyalah sebuah bendungan sajaKabulkanlah kiranya.

 

Page 8: Apresiasi puisi

DOA

Karya Amir Hamzah

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,

kekasihku?

Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama

meningkat naik, setelah menghalaukan panas

payah terik.

Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan,

melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke

bawah kursimu.

Page 9: Apresiasi puisi

Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang

memasang lilinnya.

Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-

malam

menyirak kelopak.

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,

penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar

mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

 

Page 10: Apresiasi puisi

Analisis Puisi

 Pada bait pertama,

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,

kekasihku?

Pada bait pertama menggambarkan bahwa penyair mempertanyakan waktu yang paling sesuai bertemu

dengan “kekasihnya” bisa dibandingkan dengan apa. “Kekasih” yang dimaksud penyair dalam hal ini adalah

Tuhan (Allah). Penyair membandingkan waktu yang paling berharga dari semua waktu yang dimiliki oleh

sang penyair untuk Allah SWT.

Pada bait kedua

Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama

meningkat naik, setelah menghalaukan panas

payah terik.

 

Bait kedua merupakan jawaban dari puisi sebelumnya, yaitu waktu yang sesuai bertemu dengan Allah menurut sang penyair adalah ketika hari mulai senja dan bulan sedikit demi sedikit muncul sedangkan matahari sedikit demi sedikit tenggelam dan panas dari terik matahari mulai menghilang. Hal ini menandakan bahwa hari akan menjadi malam. Waktu senja dalam bait kedua ini adalah waktu ketika maghrib tiba sampai menjelang isya’.

 

Page 11: Apresiasi puisi

Pada bait ketigaAngin malam menghembus lemah, menyejuk badan,melambung rasa menayang pikir, membawa angan kebawah kursimu. 

Puisi bait kedua diperjelas dengan puisi pada bait ketiga ini. Angin malam yang berhembus lemah (sepoi-sepoi) menyejukkan badan dan membawa pikiran sang penyair kepada Tuhan. Penyair juga menyebutkan kata “kursimu”, yang berarti kekuasaan Tuhan. Penyair membawa angan-angan atau doa-doanya penyair dipanjatkan kepada Allah. Waktu ini adalah waktu yang mustajab untuk berdzikir dan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Pada bait keempatHatiku terang menerima katamu, bagai bintangmemasang lilinnya.Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malammenyirak kelopak. 

Pada bait ini menggambarkan bahwa penyair merasa bahwa hatinya terang setelah menerima “katamu”, yang dimaksud dalam hal ini adalah ayat suci Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an menurut penyair merupakan penerang hidup dari gelapnya dunia. Sedangkan pada baris selanjutnya menggambarkan bahwa penyair membuka hatinya yang senantiasa mengharapkan belas kasih Tuhannya.

Page 12: Apresiasi puisi

Pada bait kelimaAduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinarmataku sendu, biar berbinar gelakku rayu! Pada bait kelima ini, penyair berharap agar Tuhan memenuhi seluruh isi hati dan kalbunya dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an serta cahaya Ilahi sehingga penyair merasa bahagia dan senang, karena setiap orang yang di dalam hatinya selalu memiliki kerinduan, cinta kepada Tuhannya, orang itu akan selalu merasakan kebahagiaan. 

KesimpulanPuisi Doa karya Amir Hamzah merupakan puisi yang bertemakan tentang ketuhanan (religius). Puisi ini menceritakan tentang do’a sang penyair kepada Tuhannya. Do’a yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan dilakukan setelah sholat maghrib dan dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al-Qur’an supaya do’a-do’anya dikabulkan oleh Allah. Sang penyair merasa hatinya diliputi rasa kedamaian setelah membaca ayat suci Al-Qur’an. Penyair juga berharap Tuhan selalu menjaga, menyayangi, dan selalu berada di dalam hatinya serta selalu menerangi dengan cahayaNya dalam hidupnya.

Page 13: Apresiasi puisi

Surat dari IbuKarya: Asrul Sani Pergi ke dunia luas, anakku sayangpergi ke hidup bebas!Selama angin masih angin buritandan matahari pagi menyinar daun-daunandalam rimba dan padang hijau. Pergi ke laut lepas, anakku sayangpergi ke alam bebas!Selama hari belum petangdan warna senja belum kemerah-merahanmenutup pintu waktu lampau.

 

Page 14: Apresiasi puisi

Jika bayang telah pudardan elang laut pulang ke sarangangin bertiup ke benuaTiang-tiang akan kering sendiridan nakhoda sudah tahu pedomanboleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayangkembali ke balik malam!Jika kapalmu telah rapat ke tepiKita akan bercerita“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

(1948)

Page 15: Apresiasi puisi

Hasil Analisis:

Puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani merupakan puisi yang bertemakan kemanusiaan. Puisi ini menceritakan tentang nasehat ibu kepada anaknya yang tersayang. Ibu memberi nasehat pada anaknya agar anaknya pergi mencari pengalaman, menambah wawasan dan pengetahuan sampai akhirnya mendapat pekerjaan atau sampai anaknya meraih kesuksesan. Setelah berhasil mencapai impiannya, maka anaknya harus kembali pulang. Anaknya akan disambut oleh ibunya dan dia menceritakan kepada ibunya tentang pengalaman hidup, cintanya dan sampai dia meraih kesuksesan. Analisis selengkapnya dijelaskan sebagai berikut. Bait ke-1Pergi ke dunia luas, anakku sayangpergi ke hidup bebas!

Ibu yang sangat menyayangi anaknya dan menasehati anaknya untuk pergi mencari pengalaman dan menambah wawasan. Pergi ke hidup bebas bisa diartikan bahwa anaknya disuruh untuk pergi kemanapun sesuai kehendak anaknya tersebut. Tujuannya agar anaknya mempunyai teman yang banyak dan mendapatkan pengetahuan yang luas sampai anaknya bisa mencapai kesuksesan.

Selama angin masih angin buritandan matahari pagi menyinar daun-daunandalam rimba dan padang hijau. 

Angin buritan adalah gerakan udara yang bertiup dari belakang atau sejalan dengan arah perahu. Jika dihubungkan dengan kehidupan nelayan, maka selama angin masih membantu nelayan berlayar karena anginnya sejalan dengan arah perahu. Selama anaknya juga masih muda dan masih memiliki semangat untuk berjuang meraih kesuksesan, karena ketika masih muda tentunnya pikiran anak tersebut juga masih belum terbebani oleh banyak hal. Anak tersebut juga harus fokus terhadap apa yang dicita-citakan dan tidak boleh tergoyah oleh apapun, bisa diartikan lagi bahwa anak tersebut juga harus teguh pada pendiriannya.

Page 16: Apresiasi puisi

Bait ke-2Pergi ke laut lepas, anakku sayang!Pergi ke hidup bebas 

Bait tersebut sebenarnya sama dengan bait yang pertama. Hanya saja bait pertama menyebutkan dunia luas sedangkan bait ini menyebutkan laut lepas. Jika kita hubungkan dengan perjalanan yang jauh, maka kata tersebut memang benar. Seseorang yang akan pergi dengan jarak yang sangat jauh tentunya dia akan melewati daratan dan lautan yang sangat luas. Jadi, Ibu yang sangat menyayangi anaknya itu menasehati anaknya agar anaknya pergi kemanapun, bahkan dengan jarak yang jauh pun tak apa-apa asal anaknya merantau untuk mencari kesuksesan. Pergi ke hidup bebas sama dengan bait sebelumnya yaitu anaknya disuruh untuk pergi kemanapun sesuai kehendak anaknya tersebut. Tujuannya agar anaknya bisa berteman dengan banyak orang dan akan mendapatkan pengetahuan yang luas sampai anaknya bisa mencapai kesuksesan. Jadi, anaknya akan mendapatkan ilmu dan pekerjaan.

Selama hari belum petangdan warna senja belum kemerah-merahanmenutup pintu waktu lampau 

Selama hari belum petang bisa diartikan selama waktu masih belum terlambat, karena anaknya saat ini masih muda dan jika nanti sudah tidak muda lagi atau semakin tua, maka akan sulit pergi kesana kemari mencari ilmu dan pekerjaan. Dan warna senja belum kemerah-merahan bisa diartikan bahwa anaknya disuruh pergi merantau selama pikirannya masih belum mempunyai beban yang banyak. Tentunya seseorang yang masih muda masih sedikit permasalahan dalam hidupnya. Berbeda dengan orang yang tua, kebanyakan permasalahan dalam hidupnya lebih banyak. Menutup pintu waktu lampau bisa diartikan bahwa waktu yang lalu tidak akan bisa terulang kembali, karena mustahil kita bisa kembali ke masa lalu. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu saat ini. Kita harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

Page 17: Apresiasi puisi

Bait ke-3Jika bayang telah pudardan elang laut pulang ke sarangangin bertiup ke benua 

Apabila cita-cita atau impian anak tersebut telah berhasil didapat dan pengalaman-pengalaman serta pengetahuan yang didapat sudah banyak, maka anak tersebut harus kembali pulang ke rumah. Masih berhubungan juga dengan bait berikutnya yaitu dan elang laut pulang ke sarang. Dapat diartikan bahwa elang di sini adalah anaknya dan pulang ke sarang berarti pulang ke rumah. Pada bait berikutnya yaitu angin bertiup ke benua. Angin yang bertiup ke benua sama halnya dengan angin yang menuju ke darat. Jika kita menghubungkan dengan kehidupan nelayan, maka pada saat itu nelayan kembali pulang ke darat. Jadi, bait-bait tersebut menjelaskan bahwa anaknya harus pulang ke rumah setelah menadapatkan apa yang diinginkan selama pergi atau merantau.

Tiang-tiang akan kering sendiridan nahkoda sudah tahu pedoman 

Bait tersebut menjelaskan bahwa pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh anaknya selama ini sudah banyak. Tentunya anaknya itu juga sudah tahu tujuan dalam hidupnya dan tahu untuk bisa mengarahkan perjalanan hidupnya ke arah yang lebih baik. Boleh engkau datang padaku! 

Setelah semua yang dilakukannya selama dia merantau terasa sudah cukup, ibunya menginginkan anaknya kembali pulang. Ibunya berharap kepada anaknya agar anaknya mau bertemu dan menceritakan apa saja yang dialami oleh anaknya tersebut.

 

Page 18: Apresiasi puisi

Bait ke-4Kembali pulang anakkku sayangKembali ke balik malam! 

Ibunya ingin anaknya yang tersayang kembali pulang ke rumah. Dijelaskan lagi pada bait berikutnya yaitu Kembali ke balik malam. Ibunya ingin mereka bisa berkumpul bersama dan beristirahat di rumah. Malam di sini menggambarkan keadaan bahwa semua orang pada saat malam hari seharusnya tidak berada di luar, dan sudah saatnya untuk beristirahat bersama semua anggota keluarganya.

Jika kapalmu telah rapat ke tepiKita akan bercerita“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.” 

Apabila perjalanan anaknya untuk mencari pengalaman dan pengetahuan sudah terasa cukup atau cita-cita anaknya sudah tercapai, maka anaknya kembali ke rumah. Anaknya juga menceritakan pengalamannya selama pergi merantau. Anaknya menceritakan tentang cintanya dan hidupnya kepada ibunya setelah mereka beristirahat. Jadi, anaknya bercerita tentang cinta dan semua pengalaman hidupnya esok hari (pagi hari) setelah mereka beristirahat (pada malam hari).

 

Page 19: Apresiasi puisi

TERIMAKASIH.....

Page 20: Apresiasi puisi

• 1. bgaimana anda mengintrepretasikan puisi pd mklah hal 4 • 2. ltr blkg ap brulang kli mngtakn pmrnth tdk duli dgn

rkytx ,,mengpa klompok anda mnyepelekan pmerintah• 3. Puisi prtma ,, mngpa taufik ismail mnyebut bapa dlm

puisinya?• Mngpa mkna dalam puisi 3 mkna hnya sprti itu..