BAB I Mini Projek UKGS.doc

download BAB I Mini Projek UKGS.doc

of 3

Transcript of BAB I Mini Projek UKGS.doc

3

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan, yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia.Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan (Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2002), menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan kedua (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2007).Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat terjadi pada setiap orang yang dapat timbul pada suatu permukaan gigi dan dapat meluas ke bagian lebih dalam dari gigi (Tarigan, 1990).Berdasarkan The World Oral Health, World Health Organization (WHO) tahun 2010 telah menetapkan indikator dan standar oral secara global, dimana 90% anak berumur 5 6 tahun bebas dari karies gigi (Kemenkes RI, 2012).Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1998, menunjukkan bahwa keluhan sakit gigi menduduki urutan ke 6 dari 16 penyakit lainnya dan 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaan atau sekolah karena sakit gigi, rata-rata 3,86 hari per bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walau tidak menimbulkan kematian tetapi dapat menurunkan produktifitas kerja.Di Indonesia laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2001 menyatakan di antara penyakit yang dikeluhkan prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk.Penyakit gigi dan mulut yang umumnya banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies gigi dan penyakit perodontal. SKRT 1995 menginformasikan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita karies aktif. Namun, di beberapa provinsi angka tersebut lebih tinggi dari angka nasional, seperti Kalimantan 80,2%, Sulawesi 74%, Sumatera 65,4%. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi aktif dibandingkan umur 45 tahun ke atas, dimana umur 10 24 tahun karies gigi aktif sebesar 66,8% - 69,5%, umur 45 tahun ke atas 53,3% dan pada umur 65 tahun ke atas sebesar 43,8%. Keadaan ini menunjukkan karies gigi aktif banyak terjadi pada golongan usia produktif (Depkes RI, 2000).Program upaya kesehatan gigi sekolah adalah salah satu kegiatan pokok dari puskesmas. Upaya kesehatan gigi sekolah ditunjukkan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, preventif, hingga pelayanan paripurna, telah membuktikan menurunnya kejadian karies, terutama dengan usaha promotif dengan kampanye sikat gigi dengan pasta mengandung flour dan usaha pencegahan dengan aplikasi flour pada gigi dan fissure sealent atau kumur-kumur dengan larutan flour. Dari indikator di atas nampak jelas bahwa status kesehatan gigi masyarakat yang optimal bisa dicapai dengan meningkatkan upaya promotif atau preventif sejak usia dini dengan usia lanjut (Depkes, 2004).

Karies gigi memiliki etiologi yang multifaktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu mikroorganisme (plak), substrat (diet karbohidrat), host (gigi dan saliva) dan faktor keempat : waktu (Reich E, Lusi A. Dan Newbrun. E, 1999). Selain faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor tidak langsung disebut faktor resiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Suwelo, 1997).

Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perilaku dan non perilaku (Notoatmojo, 2005). Menurut Bahar (2000) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk di negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan mulut, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flour (Rich, dkk, 1999; Petersen, 2005). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan gigi masih rendah, sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai dengan anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat gigi (SURKESNAS Balitbangkes Depkes MRI, 2007).1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, tindakan, perilaku kesehatan gigi dan mulut di SDN Hanga-Hanga Luwuk, wilayah kerja Puskesmas Simpong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

1.3 TujuanUntuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta pemeliharaan kesehatan gigi kepada para siswa/i SDN Hanga-Hanga Luwuk, wilayah kerja Puskesmas Simpong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

1.4 Manfaat

a. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan kepada para peserta didik mengenai kesehatan gigi dan mulutb. Meningkatkan tingkat pengetahuan peserta didik mengenai kesehatan gigi dan mulut sehingga peserta didik dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut secara c. Meningkatkan status kesehatan gigi individu atau masyarakat.

1