BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 3.pdf · Ashes, merupakan jenis sampah hasil pembakaran...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 3.pdf · Ashes, merupakan jenis sampah hasil pembakaran...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
2.1.1 Pengertian sampah
Sampah padat merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dan telah dibuang
(Osei-mensah, P., dkk. 2014) atau sampah merupakan benda yang tidak terpakai,
tidak disenangi dan telah dibuang yang berasal dari kegiatan manusia (Mubarak, W. I
dan Chayatin, N. 2009) serta menurut American Public Health Association dalam
bukunya Sumantri, A. (2015), sampah merupakan sesuatu yang telah digunakan,
tidak terpakai dan telah dibuang yang berasal dari hasil kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya. Pengertian sampah mempunyai batasan-batasan seperti
adanya suatu benda atau zat padat serta bahan, adanya hubungan langsung/tidak
langsung dengan aktivitas manusia, benda/zat padat/bahan tersebut tidak dipakai dan
telah dibuang, dan pembuangan dilakukan dengan cara yang diterima oleh umum.
2.1.2 Penggolongan sampah berdasarkan sumbernya
Menurut Babayemi, J.O dan Dauda, K.T (2009) Sampah yang terbentuk dapat
digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan sumber keluaran sampah.
Yaitu :
7
a. Sampah pemukiman penduduk/ sampah rumah tangga
Sampah yang keluar dari area penduduk/ rumah tangga biasanya dihasilkan
oleh satu atau beberapa orang yang tinggal di dalam area pemukiman, jenis
sampah yang biasanya dihasilkan adalah sisa makanan, sampah kering, abu
dan sisa tumbuhan.
b. Industri
Industri yang dimaksud adalah perusahaan yang melakukan suatu proses
sehingga dalam prosesnya tersebut mengeluarkan sampah, sampah yang biasa
dihasilkan adalah sampah basah, sampah kering dan sampah berbahaya.
c. Tempat umum/ tempat perdagangan
Tempat umum merupakan tempat yang memungkinkan banyak orang
berkumpul untuk melakukan kegiatan dan termasuk juga tempat
perdagangan, sampah yang biasa dihasilkan adalah sisa makanan, sampah
kering, dan lainnya.
d. Pertanian
Merupakan tempat yang digunakan untuk bercocok tanam seperti kebun,
ladang, dan sawah. Sampah yang biasanya dihasilkan adalah tumbuhan yang
sudah membusuk dan pembungkus pupuk atau pembasmi hama.
e. Sarana umum
Tempat yang dimaksud ialah rumah sakit, sekolah, tempat hiburan, tempat
rekreasi, dan lainnya. Tempat-tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah
kering.
8
2.2 Jenis-Jenis Sampah Padat
Menurut Sumantri, A. (2015), sampah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
seperti sebagai berikut :
a. Berdasarkan zat kimia
1. Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk seperti
sisa makanan, daun, sayur, buah dan lainnya.
2. Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang tidak mudah membusuk
seperti kaleng, besi, plastik, gelas dan lainnya.
b. Berdasarkan ciri sampah
1. Garbage, dimana sampah ini terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk
dan dapat terurai dengan cepat. Karena mudah terurai/membusuk maka
jenis sampah ini sering kal menimbulkan bau yang tidak sedap.
2. Rubbish, merupakan jenis campuran sampah yang terdiri dari zat organik
dan anorganik.
3. Ashes, merupakan jenis sampah hasil pembakaran dari industri.
4. Street sweeping, merupakan sampah yang berasal dari jalan akibat
aktivitas mesin maupun manusia.
5. Dead animal, merupakan jenis sampah yang berasal dari bangkai
binatang yang mati akibat kecelakaan oleh manusia atau alami.
6. House hold refuse, merupakan jenis sampah campuran seperti
garbage,ashes dan rubbish yang berasal dari pemukiman.
7. Abandoned vehicle, merupakan jenis sampah yang berasal dari bangkai
kendaraan.
9
8. Demolision waste,merupakan jenis sampah yang berasal dari sisa-sisa
bangunan.
9. Sampah industri, merupakan sampah yang berasal dari pertanian,
perkebunan dan industri.
10. Santage solid, merupakan jenis sampah yang terdiri dari benda-benda
solid biasanya bersifat organik yang berasal dari pintu masuk pengolahan
limbah cair.
11. Sampah khusus, merupakan jenis sampah yang memerlukan penangan
khusus.
2.2.1 Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah
Menurut Osei-mensah, P. dkk (2014) bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah yaitu :
a. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk mempengaruhi jumlah sampah, karena semakin banyak
penduduk maka aktivitas dari manusia semakin meningkat. Aktivitas yang
dimaksud adalah pendidikan, pekerjaan dan lainnya.
b. Sosial ekonomi dan budaya
Sosial ekonomi mempengaruhi jenis sampah yang akan ditimbulkan karena
masyarakat dengan sosial ekonomi yang sama mengonsumsi makanan yang
sama sehingga menghasilkan sampah yang sama, sedangkan budaya
mempengaruhi jumlah sampah dimana jumlah sampah yang terbentuk
tergantung dari apa yang dilakukan oleh masyarakat.
10
c. Waktu
Jumlah sampah yang terbentuk tergantung pada waktu seperti harian,
mingguan, bulanan dan bahkan tahunan.
d. Jenis rumah
Perbedaan rumah pada suatu populasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis
sampah yang akan terbentuk seperti sampah pada rumah sederhana akan
berbeda dengan rumah yang mempunyai beberapa fasilitas di dalamnya.
e. Jenis kegiatan
Perbedaan kegiatan pada suatu populasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis
sampah seperti sampah dari aktivitas industri akan berbeda dari sampah dari
aktivitas rumah tangga.
f. Musim
Musim mempengaruhi jenis dan jumlah sampah karena jumlah dan jenis
sampah musim hujan sangat berbeda dengan jumlah dan jenis sampah musim
panas.
g. Sistem pengelolaan yang digunakan
Dari semua faktor yang ada, faktor ini yang paling berpengaruh pada jumlah
sampah yang ada. Misal pengangkutan sampah dengan menggunakan
gerobak akan memperlambat pengelolaan sampah dan menyebabkan
terjadinya penumpukan sampah.
11
2.2.2 Komposisi sampah padat
Menurut Das, S., dkk (2013) bahwa sampah padat yang terbentuk terdiri dari
beberapa sampah yaitu :
a. Logam seperti kaleng, paku, besi dan lainnya.
b. Kertas seperti koran, majalah, karton, buku dan lainnya.
c. Plastik seperti botol plastik, gelas plastik, pembungkus plastik dan lainnya.
d. Kaca seperti gelas kaca, lampu, dan lainnya.
e. Garbage seperti sisa makanan, sayuran, buah dan lainnya.
Selanjutnya komposisi sampah padat tersebut dikelompokkan oleh Osei-
mensah, P. dkk (2014) menjadi organic waste (sayuran, sisa makanan, daun dan
lainnya), Recyclable waste (kertas, kaca, plastik, logam dan lainnya), soiled waste
(kain dan lainnya), dan toxic waste (alat rumah sakit dan lainnya).
2.3 Pengolahan Sampah Terpadu
Menurut Rizal, M. (2011) umumnya ada beberapa tahapan dalam pengelolaan
sampah padat yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan akhir
akhir/pemusnahan. Namun, dalam pengolahan sampah terpadu terjadi beberapa
kegiatan tambahan seperti pemilahan, penggunaan ulang, dan pengolahan sebelum
pengolahan akhir (BPLHD Provinsi DKI Jakarta, 2011). Adapun kegiatan yang
terjadi pada pengolahan sampah terpadu yaitu :
a. Pengumpulan
Sampah yang terbentuk dari aktivitas manusia dikumpulkan dalam
suatu wadah atau tempat sementara sebelum dibawa ke tempat pengolahan,
12
menurut Sumantri, A. (2015), sebaiknya tempat pengumpulan sampah
sementara harus memenuhi persyaratan seperti konstruksi harus kuat dan
tidak boleh bocor, memiliki penutup dan mudah dibuka tanpa mengotori
tangan serta ukuran tempat sampah yang sesuai sehingga mudah diangkut.
Dari tempat pengumpulan tersebut selanjutnya sampah akan dibawa ke
rumah sampah/dipo, adapun menurut Sumantri, A. (2015) pembangunan dipo
harus memenuhi beberapa persyaratan seperti dibangun diatas permukaan
tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah,
memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah,
memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat
serta binatang lain masuk ke dalam dipo, ada keran air untuk membersihkan
tangan, tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus, dan mudah
dijangkau oleh masyarakat.
b. Pemilahan
Tujuan pemilahan sampah adalah untuk mendapatkan sebanyak
mungkin sampah yang masih bisa digunakan, dimanfaatkan ataupun memiliki
nilai ekonomi. Pemilahan sampah disesuaikan dengan jenis sampah yaitu
organik, anorganik dan residu.
c. Pengolahan
Pengolahan yang dilakukan di tempat pengolahan sampah terpadu
adalah pengolahan sampah organic, dimana sampah organik diolah menjadi
pupuk kompos sehingga mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke
tempat pembuangan akhir.
13
d. Pengangkutan
Menurut Sumantri, A. (2015), Setelah sampah dari
pemukiman/masyarakat terkumpul di dipo, selanjutnya sampah tersebut
diangkut menuju tempat pengolahan atau tempat pembuangan akhir.
e. Pengolahan akhir/pemusnahan
Merupakan tahap akhir dalam pengelolaan sampah, dalam tahap ini
sampah yang diolah merupakan residu sampah yang harus dimusnahkan.
Biasanya teknik pengolahan yang dilakukan menggunakan pembakaran
(Incenerator)
2.4 Jenis-Jenis Teknologi Pengelolaan Sampah
Menurut Surjandari, I. dkk (2009), bahwa jenis pengolahan sampah dapat
dilakukan dengan beberapa cara/model yaitu :
a. Pengolahan sampah dengan kompos
Merupakan suatu strategi yang menggunakan sampah yang mudah
membusuk, sampah ditumpuk pada suatu tempat tertentu dan dibiarkan
membusuk/terjadi proses degradasi alami. Produk akhir dari proses ini dapat
dijadikan sebagai pupuk alami, cara ini biasanya menggunakan sampah
organik.
b. Pengolahan sampah dengan recycle.
Merupakan suatu strategi pengolahan sampah dengan memanfaatkan kembali
barang-barang yang telah terbuang, adapun proses yang terjadi adalah
pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk bekas pakai. Cara ini biasanya digunakan untuk memanfaatkan
14
sampah anorganik, dengan menggunakan strategi akan meningkatkan
pendapatan pekerja.
c. Pengolahan sampah dengan incenerator
Merupakan suatu strategi pengolahan sampah dengan cara membakar
sampah, sampah yang dibakar merupakan sampah kering dan mampu
terbakar habis. Strategi ini berpotensi menyebabkan pencemaran, karena
pembakaran menghasilkan dioksin yang merupakan senyawa kimia
berbahaya.
Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa sampah padat dapat
dikelola dengan lebih baik seperti :
a. Pengolahan sampah sebagai biogas
Sampah organik yang ditumpuk dalam waktu lama akan menghasilkan
beberapa gas yang disebut biogas, gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
energi terbaharukan. Biogas yang dihasilkan oleh tumpukan sampah organik
mengandung sekitar 50-70% gas metana dan 30-50% gas karbon dioksida,
untuk memaksimalkan produksi biogas maka dapat dilakukan beberapa
tahapan seperti hydrilysis, acidogenesis, acetogenesis dan methanogenesis
(Muzenda, E. 2014).
b. Melakukan reuse, reduce dan recycle melalui bank sampah
Untuk memaksimalkan proses pengolahan sampah dengan prinsip reuse,
reduce dan recycle maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah. Menurut Novianty, M.(2014)
bahwa masyarakat kelurahan binjai telah mendapatkan dampak positif berupa
15
penghasilan tambahan dan meningkatnya derajat kesehatan dari adanya bank
sampah.
2.5 Partisipasi Masyarakat
2.5.1 Pengertian partisipasi
Menurut Jeniffer, R. dkk (1998) partisipasi merupakan terlibatnya pihak-pihak
yang mempengaruhi dan mengendalikan inisiatif pembanguunan sedangkan menurut
Nasdian (2006), partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif yang diambil oleh warga
komunitas sendiri dengan menggunakan sarana dan prasarana. Cohen dan Uphoff
dalam Rosyida, I., dkk (2011) membagi partisipasi kedalam beberapa tahapan yaitu :
a. Tahapan pengambilan keputusan
Tahap ini dapat diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat
yang diadakan oleh pemberi program, tahap pengambilan keputusan yang
dimaksud adalah pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahapan terpenting dalam suatu program, karena inti
dari program adalah pelaksanaan dari program, wujud nyata partisipasi pada
tahap ini dibagi menjadi tiga yaitu sumbangan pikiran, sumbangan materi dan
tindakan sebagai anggota program.
c. Tahap evaluasi
Partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat
memberi masukan demi perbaikan pelaksaan program selanjutnya.
d. Tahap menikmati hasil
16
Tahap ini dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat,
selain itu dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan
maka manfaat akan semakin besar dirasakan.
2.6 Tingkatan Partisipasi
Arnstein dalam Wicaksono (2010) membagi tingkatan partisipasi menjadi
beberapa tingkatan yaitu :
a. Manipulasi (manipulation)
Merupakan tingkatan partisipasi masyarakat yang paling rendah, karena
hanya nama yang dipakai sebagai anggota. Dalam hal ini tidak ada peran
serta masyarakat secara langsung karena anggota hanya bersifat sebagai alat
publikasi.
b. Penyembuhan (therapy)
Tingkatan partisipasi yang hanya melibatkan masyarakat sebagai pendengar
pasif, dalam kegiatannya hanya bertujuan untuk mengubah pola pikir
masyarakat yang ikut didalamnya.
c. Pemberian informasi (informing)
Tingkatan partisipasi yang hanya bersifat pemberitahuan kepada masyarakat,
dalam tingkatan partisipasi ini lebih menekankan informasi yang ingin
disampaikan kepada masyarakat.
d. Konsultasi (consultation)
Tingkatan partisipasi yang mengundang opini masyarakat terhadap sesuatu,
partisipasi ini sering digunakan untuk melakukan penilaian terhadap
masyarakat dan metode yang sering digunakan adalah survei tentang arah
17
pikiran, pertemuan lingkungan masyarakat dan mendengar pendapatt
masyarakat.
e. Perujukan (placation)
Tingkatan partisipasi yang menempatkan masyarakat yang dianggap mampu
kedalam anggota, walaupun usul masyarakat kadang diperhatikan namun
suara masyarakat sering tidak didengar karena kedudukan masyarakat masih
relatif rendah.
f. Kemitraan (partnership)
Tingkatan partisipasi yang terbentuk atas kesepakatan bersama dan berbagi
tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan
kebijakan dan pemecahan masalah yang dihadapi.
g. Pelimpahan kekuasaan (delegated power)
Tingkatan partisipasi yang memberikan kekuasaan kepada anggota dan
memberikan kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana atau
program tertentu.
h. Masyarakat yang mengontrol (citizen control)
Tingkat partisipasi dimana segala sesuatu dikendalikan oleh masyarakat
termasuk kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang
berkaitan dengan kepentingan.
18
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan
Sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Desa Kesiman
Kertalangu Kota Denpasar
2.7.1 Karakteristik masyarakat
Dalam penelitian ini, karakteristik yang diteliti dari masyarakat adalah umur,
tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh
Suroso, H. dkk (2014) diketahui bahwa tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan
mempunyai hubungan yang bermakna dengan keaktifan dalam berpartisipasi.
2.7.2 Pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah
Pengetahuan adalah kesan dimana dalam pikiran manusia sebagai hasil dalam
penggunaan panca indera, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (belifes),
takhayul
(superstitious), maupun penerapan-penerapan yang keliru atau (miss informations)
Mulasari, Surahma A. (2013), sedangkan menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan
merupakan hasil seseorang yang telah melakukan penginderaan terhadap objek
melalui panca indra sehingga mengalami suatu perubahan pengetahuan. Menurut
Toxonomy Bloom dalam notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang terhadap objek
memiliki tingkatan yang berbeda yaitu :
a. Tahu yang merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah dimana
tahu merupakan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Cara untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari adalah dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan
sebagainya.
19
b. Memahami yang merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu
objek secara benar dan dapat mengimplementasikannya secara luas.
c. Aplikasi yang merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari sesuai dengan situasi kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis yang merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau komponen-komponen dan masih memiliki kaitan satu sama
lain.
e. Sintesis yang merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan
komponen/bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi yang merupakan suatu kemampuan untuk melakukan
justifikasi/penelitian terhadap suatu objek.
Pengetahuan yang ada di masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
dimana menurut Budiman (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, informasi, sosial, budaya, ekonomi,
lingkungan, pengalaman dan usia.
2.7.3 Pengetahuan masyarakat tentang bank sampah
Dalam penelitian ini, bank sampah disediakan sebagai fasilitas yang digunakan
untuk menampung sampah anorganik. Selain bank sampah, fasilitas yang harus ada
sebagai penunjang adalah adanya tempat penampungan sampah sesuai dengan jenis
sampah, adanya sarana pengangkut sampah dan adanya bank sampah sebagai
pengumpul akhir sampah anorganik. Menurut Setyowati, R., dkk (2013) ketersediaan
fasilitas tempat sampah merupakan langkah awal untuk pemilahan sampah plastik
yang berhubungan dengan perilaku hidup. Peningkatan partisipasi dapat terjadi
apabila masyarakat merasa diuntungkan seperti dapat meningkatkan ekonomi,
20
peningkatan ekonomi masyarakat dari pengolahan sampah dapat dilakukan dengan
metode bank sampah (Sofiana, M. dkk, 2015).
2.7.4 Sikap masyarakat tentang pengolahan sampah
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang
masih tertutup terhadap objek atau stimulus. Menurut Toxonomy Bloom dalam
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap memiliki beberapa tingkatan yaitu
menerima merupakan suatu kemampuan untuk mempertahankan stimulus, merespon
merupakan suatu kemampuan untuk memberikan jawaban, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan, menghargai merupakan suatu kemampuan
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu permasalahan dan
bertanggungjawab merupakan kemampuan untuk menanggung risiko atas pilihan
yang dibuat.
Sikap yang ada dimasyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana Azwar
(2013) menjelaskan bahwa ada enam faktor yang dapat mempengaruhi sikap di
masyarakat yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh budaya, media
mas, lembaga pemdidikan/agama dan emosional.
2.7.5 Sikap masyarakat tentang bank sampah
Merupakan respon masyarakat terhadap bank sampah meliputi mekanisme
bank sampah dan sampah yang dapat ditabung di bank sampah, dimana sikap
masyarakat sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya partisipasi masyarakat
terhadap program (Fahruddin, dkk 2014).
21
2.7.6 Perilaku masyaakat
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan semua tindakan atau aktivitas
yang dilakukan oleh manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati langsung. Perilaku masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti yang dijelas menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)
bahwa perubahan perilaku dipengaruhi oleh tiga kelompok faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang yang
mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain
yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.
b. Faktor pendukung (enabling factor)
Merupakan faktor yang dapat memfasilitasi seseorang untuk melalukan
suatu tindakan, faktor pendukung mencakup umur, status sosial, ekonomi,
pendidikan, SDM, serta sarana dan prasarana untuk terjadinya suatu
tindakan/perilaku.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor)
Merupakan faktor yang memperkuat seseorang untuk melakukan suatu
tindakan/perilaku, faktor penguat mencakup keluarga, tokoh masyarakat dan
lainnya.
2.7.7 Sosialisasi pengolahan sampah
Dalam penelitian ini, Sosialisasi yang dimaksud adalah pemberian sosialisasi
pada tahap awal perencanaan program. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Simanullang, L. J. dkk (2013), dari pengujian empiris diketahui bahwa partisipasi
22
masyarakat pada tahap perencanaan berpengaruh pada terhadap pelaksanaan
kegiatan. Adanya pengaruh tahap perencanaan terhadap partisipasi masyarakat
disebabkan karena pada tahap perencanaan dimulai dengan sosialisasi.
2.7.8 Dukungan tokoh masyarakat
Dukungan tokoh masyarakat dalam penelitian ini adalah sebagai orang yang
memiliki wewenang dan mampu sebagai penggerak masyarakat atau penghubung
petugas TPST-3R ke masyarakat, tokoh masyarakat yang dimaksud meliputi kepala
desa, kelian banjar dan kepala lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Surotinojo, I (2009), tokoh masyarakat memiliki pengaruh yang bermakna
dalam tingkat partisipasi masyarakat.
2.7.9 Regulasi tentang pengolahan sampah
Untuk menciptakan lingkungan yang bersih maka diperlukan suatu peraturan
yang mengatur masyarakat untuk ikut berpartisipasi didalamnya, peraturan tersebut
diselenggarakan atas beberapa asas seperti asas bertanggung jawab, keberlanjutan
dan manfaat (Dinas Kebersihan Jakarta, 2011).