Fix

download Fix

of 24

description

1

Transcript of Fix

Muhammad Hanafi Q

1102010181

1. ANATOMI MATA

1.1. Makroanatomi Mata

Mata tertanam di dalam korpus adiposum orbital, tetapi dipisahkan dari korpus adiposum ini oleh selubung fascial bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam: tunika fibrosa, tunika vaskulosa (uvea) yang berpigmen, dan tunika nervosa. Isi bola mata adalah media refraksi: humor aquosus, korpus vitreum, dan lensa.

a. Humor aquosus adalah cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera posterior bulbi. Diduga cairan ini merupakan sekret dari prosesus siliaris, dari sini mengalir ke dalam kamera anterior melalui pupil dan mengalir keluar melalui celah yang ada di angulus iridokornealis masul ke dalam kanalis Schlemmi. Hambatan aliran keluar humor aquosus mengakibatkan peningkatan tekanan intraokular, yang disebut glaukoma. Keadaan ini dapat menimbulkan kerusakan degeneratif pada retina, yang berakibat kebutaan.Fungsi humor aquosus ini adalah untuk menyokong dinding bola mata dengan memberi tekanan dari dalam, sehingga menjaga bentuk bola matanya. Cairan ini juga memberi makanan pada kornea dan lensa dan mengangkut hasil-hasil metabolisme. Fungsi ini penting karena kornea dan lensa tidak mempunyai pembuluh darah.

b. Korpus vitreum mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yang transparan. Kanalis hyaloideus adalah saluran sempit yang berjalan melalui korpus vitreum dari diskus nervi optici ke permukaan posterior lensa. Pada janin, saluran ini berisi arteri hyaloidea, yang menghilang beberapa saat sebelum lahir.Fungsi korpus vitreum adalah sedikit menambah daya pembesaran mata, juga menyokong permukaan posterior lensa dan membantu meletakkan pars nervosa retina ke pars pigmentosa retina.

c. Lensa adalah struktur bikonveks yang transparan, yang dibungkus oleh kapsula transparan. Lensa terletak di belakang iris dan di depan korpus vitreum, serta dikelilingi prosesus siliaris.Lensa terdiri atas (1) kapsula elastis, yang membungkus struktur; (2) epitel kuboid, yang terbatas pada permukaan anterior lensa; dan (3) fibrae lentis, yang dibetuk oleh epitel kuboid pada equator lentis. Fibrae lentis menyusun bagian terbesar lensa.

Untuk mengakomodasikan mata pada objek yang dekat, m. siliaris berkontraksi dan menarik korpus siliaris ke depan dan dalam, sehingga serabut-serabut radial ligamentum suspensorium menjadi relaksasi. Keadaan ini memungkinkan lensa yang elastis menjadi lebih bulat.

1.2. Mikroanatomi (Histologi) Mata (Media Refrakter)

Lapisan Histologis Dinding Bola Mata

Secara histologis, dinding bola mata disusun oleh 3 lapisan:

Tunika fibrosa yang terdiri atas sklera dan kornea.

Tunika vaskularis yang terdiri atas khoroid, badan siliaris, dan iris.

Tunika neuralis yang terdiri atas retina

Isi bola mata adalah media refraksi: kornea, aquos humor, lensa, dan korpus vitreus. Sklera

Sklera terdiri atas jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran bola mata. Berkas serat kolagen yang gepeng pada sklera sebagian besar terletak sejajar permukaan, tetapi berkas saling menyilang di segala arah, dengan jaring-jaring halus serat elastik di antara berkas, juga sejumlah substansi dasar, dan sejumlah kecil fibroblas yang gepeng/pipih dan bercabang-cabang. Lapisan paling luar, jaringan episkleralis, merupakan cabang fibroelastik jarang yang di luar melanjutkan diri dengan jaringan fibrosa padat kapsula Tenon, dengan dibatasi oleh jaringan longgar (ruang Tenon). Tendo otot ekstraokular berjalan melalui kapsula untuk berinsersi ke sklera. Bola mata dapat berputar oleh karena ruang ini dan karena lemak orbital.Antara skleranya sendiri dengan koroid terdapat suatu lapisan tipis, lamina fuska (lapis gelap), dengan berkas kolagen kecil, sejumlah besar serat elastik, dan melanosit. Di posterior, sklera ditembusi serat-serat saraf optik pada lamina kribrosa. Sklera mengandung pembuluh darah, terutama pada limbus, dan beberapa serat saraf elastis.

KorneaKornea jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin, tetapi tidak melengkung secara uniform/seragam. Daya refraksi kornea, yang merupakan hasil indeks refraksi dan radius lengkung kornea lebih besar daripada daya refraksi lensa. Secara anatomis, kornea mempunyai dua bagian: kornea asli dan limbus (suatu daerah peralihan dengan lebar sekitar 1 mm pada tepi kornea). Sementara kornea asli bersifat avaskular, limbus mempunyai pembuluh darah dan limf. Kornea asli, secara histologik, terdiri dari lima lapisan:

Epitel. Pada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epiles berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dengan lima hingga enam lapisan sel. Lapisan basal silindris rendah, kemudian tiga atau empat lapisan sel polihedral (sel sayap), dan satu atau dua lapisan sel permukaan yang gepeng. Epitel ini sangat sensitif, dengan banyak akhir saraf bebas, dan mempunyai daya regenerasi istimewa/sangat baik, mitosis hanya terjadi dalam lapisan basal. Membran Bowman. Di bawah epitel terdapat membran Bowman, dengan tebal 8 m, tak berbentuk dan tak mengandung sel, dibentuk oleh perpadatan substansi antar sel dengan serabut kolagen halus yang tersebar tak beraturan. Membran ini berakhir dengan tegas/mendadak pada limbus. Substansi propria. Substansi propria membentuk massa kornea (90% ketebalannya), bersifat tembus cahaya, dan terdiri dari lamel kolagen dengan sel. Lamel merupakan serat lebar, seperti pita, serabut dalam setiap lamel sejajar, dengan lamel pada sudut-sudut yang berbeda. Lamel saling melekat karena adanya pertukaran serabut antara lamel yang berdampingan. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng dengan cabang yang ramping, terletak antara lamel.

Membran Descemet. Membran Descemet, tampak homogen, terletak sebelah dalam substansi propria. Dengan mikroskop elektron, tampak membran ini mengandung serabut kecil dengan periodisitas 100 nm yang tersusun dalam pola heksagona yang amat teratur. Secara kimiawi, materinya adalah kolagen. Endotel. Membran Descemet adalah membrana basal untuk endotel, merupakan satu lapis sel kuboid yang melapisi permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan kompleks tautan, permukaan antar sel yang tak teratur, dan sejumlah besar vesikula pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan larutan.

Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah), mendapatkan nutrisi dan difusi pembuluh perifer dalam limbus dan dari humor aqueus di bagian tengah.

Limbus kornea merupakan zona peralihan atau zona pertemuan, dengan tebal hanya 1 mm, antara kornea dan sklera. Di sini, epitel kornea menebal sampai 10 atau lebih lapisan dan melanjutkan diri dengan konjungtiva, membran Bowman berhenti dengan tiba-tiba, membran Descemet menipis dan memecah dan melanjutkan diri menjadi trabekula ligamen pektinata, dan stroma kornea menjadi kurang teratur dan secara bertahap susunannya berubah dari susunan lamelar yang khas menjadi kurang teratur seperti yang ditemukan pada sklera. Limbus memiliki vaskularisasi yang baik.

LensaLensa kristalina bentuknya bikonveks, permukaan posterior lebih melengkung daripada anterior. Di bagian tengah pada kedua permukaannya terdapat kutub anterior dan kutub posterior. Garis yang menghubungkan keduanya, axis, dan batas sekelilingnya adalah ekuator. Pada orang muda, lensa bersifat elastik, dan akan bertambah keras dan sklerotik dengan bertambahnya usia. Lensa cenderung menjadi bulat, tetapi daya ini ditahan (dan lensa menggepeng) karena tegangan pada zonula. Secara struktural, terdapat tiga komponen:

Kapsul lensa. Kapsul lensa meliputi lensa. Tebalnya sekitar 10 m pada permukaan anterior, tetapi hanya 5-6 m pada permukaan posteriornya. Kapsul ini homogen, agaknya merupakan membran yang tak berbentuk, bersifat elastik, dan mengandung glikoprotein dan kolagen tipe IV. Padanya melekat serat zonula, yang berjalan ke badan siliar sebagai ligamen suspensorium/penyokong. Epitel subkapsular. Hanya pada permukaan anterior, di bawah kapsula, terdapat epitel subkapsular, merupakan satu lapisan sel kuboid. Bagian dasar sel ini terletak di luar dalam hubungan dengan kapsula. Apeksnya terletak di dalam dan membentuk kompleks jungsional dengan serat lensa. Ke arah ekuator, sel ini bertambah tinggi dan beralih menjadi serat lensa, lensa tumbuh sepanjang kehidupan dengan penambahan serat ini. Dengan memanjangnya sel kapsul pada ekuator, ujung anteriornya bergeser di bawah epitel lensa dengan ujung posterior di bawah kapsul di bagian posterior.

Substansi lensa. Substansi lensa terdiri dari serat lensa, yang masing-masing berbentuk sebagai prisma heksagonal. Sebagian besar serat tersusun secara konsentris dan sejajar permukaan lensa. Di permukaan, pada korteks, serat yang lebih muda mengandung inti dan beberapa organel. Di bagian tengah, dalam inti lensa, serat yang lebih tua telah kehilangan inti dan tampak homogen. Serat yang berdampingan menunjukkan suatu kompleks yang terdiri dari juluran sitoplasma yang saling mengunci dengan banyak tautan celah dan desmosom bercak.

Lensa sama sekali tanpa pembuluh darah, karenanya mendapatkan nutrisi dari humor aqueus dan badan vitreus. Lensa bersifat tumbuh cahaya, dan membran plasma serat lensanya sangat tidak permeabel. Lensa dipertahankan pada tempatnya oleh ligamen suspensorium, disebut zonula, yang terdiri dari lembaran (serat zonular) terdiri dari materi fibrilar yang berjalan dari badan siliar ke ekuator lensa, sehingga meliputi lensa. Pada perlekatannya ke lensa, serat zonular memecah menjadi serat yang lebih halus yang menyatu dengan kapsul lensa. Korpus Vitreus

Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar yang jernih dan tembus cahaya yang memenuhi ruang antara retina dan lensa. Oleh karenanya bentuknya sferoid/bundar dengan lekukan pada bagian anterior untuk menyesuaikan dengan lensa. Bagian ini melekat pada epitel siliar, terutama sekeliling diskus optik dan ora serrata. Badan siliar mengandung glikosaminoglikans yang terhidrasi, khususnya asam hialuronat, dan serabut kolagen dalam bentuk jalinan halus. Serabut ini lebih padat pada bagian perifer dan sekeliling saluran berbentuk tabung yang berisi cairan dan berjalan anteroposterior. Saluran ini disebut kanal hyaloidea, yang semula mengandung arteri hyaloidea pada masa janin. Beberapa sel ditemukan di sini, khususnya pada bagian tepi, dan merupakan makrofag dan sel (hialosit) berperan dalam sintesis dan pemeliharaan kolagen dan asam hialuronat. Di bagian tepi, badan vitreus melekat pada membran limitans interna. Badan vitreus juga memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata. Korpus siliaris Merupakan perluasan khoroid ke arah depan.

Disusun oleh jaringan ikat yang menganding elastin, pembuluh darah, dan melanosit.

Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek ( prosessus siliaris.

Dari prosessus siliaris muncul benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa, disebut sebagai zonula zinii. Zonula zinii berfungsi sebagai penggantung lensa

Dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid.

Sel-sel korpus siliaris merupakan penghasil aqueous humor.

Cairan ini akan mengalir dari kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior melewati celah pupil, lalu masuk ke dalam kanal Schlemm di limbus dan bermuara di sistem vena.

Korpus siliaris mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai mukulus siliaris.

Satu berkas otot berfunsi membuka kanal Schlemm untuk aliran humor akweus.

2 berkas lainnya untuk akomodasi mata.

Iris Iris merupakan bagian paling depan dari tunika vaskulosa

Struktur ini merupakan kelanjutan badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa.

Iris merupakan pemisah kamera okuli anterior dan posterior, dengan pupil di tengahnya.

Iris disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan memiliki banyak pembuluh darah.

Permukaan iris yang menghadap ke kamera okuli anterior tidak beraturan dengan lapisan pigmen yang tidak lengkap.

Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen yang akan mencegah cahaya melintas lewat iris.

Hal ini membuat cahaya terfokuskan masuk lewat pupil.

Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris akan memengaruhi warna mata.

Bila jumlah melanosit banyak, mata akan tampak hitam, sebaliknya jika sedikit, mata akan tampak biru. Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator pupil dan otot konstriktor pupil.

Lensa Mata

Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa.Kapsul lensa adalah lamina basalis yang terdiri atas serat kolagen tipe IV dan glikoprotein.Kapsul lensa bersifat elastis, jernih, dan padat.Epitel subkapsul hanya terdapat di permukaan anterior lensa yang terdiri atas epitel selapis kuboid.Serat-serat lensa merupakan sel yang kehilangan inti dan organel lainnya, kemudian diisi oleh protein lensa bernama crystallin. Cystalli akan meningkatkan index pembiasan lensa.

Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya diperoleh lewat aqueous humor dan korpus vitreus.Lensa bersifat impermeabel, namun transparan.

Organ-organ Tambahan

KonjungtivaKonjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan meutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata. Konjungtiva tersusun atas epitel berpalis silindris dengan sel goblet. Sekret sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel bagian depan mata.

Kelenjar lakrimal

Kelenjar lakrimal adalah kelenjar tubuloasinar serosa dengan mioepitel. Lobus kelenjar air mata akan mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran menuju bagian lateral forniks superior konjungtiva. Air mata bergerak menuju medial mata dan kelebihannya akan memasuki puncta lacrimal, kemudian kanalikuli lakrimal menuju sakus lakrimal. Dari sakus lakrimal, air mata akan masuk ke dalam duktus nasolakrimal kemudian dikeluarkan ke meatus inferior di dasar rongga hidung.

Kelopak mataKelopak mata terdiri atas jaringan ikat dan otot rangka di bagian tengah yang diliputi kulit dan membran mukosa.

Kulit terletak di bagian depan, merupakan kulit tipis dengan berbagai adnexa serta kelenjarnya.

Di bawah kulit terdapat lapisan otot rangka orbicularis oculi.Kemudian di bagian tengah kelopak mata terdapat suatu jaringan ikat yang disebut tarsus.Di dalam tarsus terdapat kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom.

2. FISIOLOGI MATA

2.1. Media refraksia. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sklera di bagian depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.b. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan tersusun atas koroid, badan siliaris, dan iris.

Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamentum suspensori.

Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat pada ligamentum suspensori, tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata. Iris, perpanjangan dari sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.

Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.c. Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan.

d. Rongga mata. Lensa memisahkan interior mata menjadi dua rongga: rongga anterior dan rongga posterior.

Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang. Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris; ruang posterior terletak di depan lensa dan di belakang iris. Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi oleh prosesus siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous humor mengalir ke saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena. Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat, tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu kondisi yang disebut glaukoma. Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan berisi vitreus humor, semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.

e. Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, dan lapisan jaringan saraf dalam.

Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan ini adalah lapisan tunggal sel epitel kuboid yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), yang terletak bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi, adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.

Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan dengan lapisan terpigmentasi. Neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel kerucut ke sel-sel ganglion.

Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam retina untuk membentuk saraf optik.

Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina, sel ini berperan menghubungkan sinaps-sinaps lateral.

Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel batang dan kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls saraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.

Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi pada saat cahaya jatuh ke area ini. Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.

Fovea adalah pelekukan sentral makula lutea yang tidak memiliki sel batang dan hanya mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata; bayangan yang terfokus di sini akan diinterpretasikan dengan jelas dan tajam oleh otak.2.2. Proses Penglihatan

Berkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan pandang jatuh di separuh kanan retina kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi yang berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral salah satu retina dan separuh medial retina yang lain.

Dengan demikian, persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann 17).

3. KONJUNGTIVITIS

3.1. Definisi Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia4.Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.(Effendi, 2008).3.2. Klasifikasi & Etiologi Konjungtivitis Konjungtivitis bacterial Konjungtivitis blenore

Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir.Penyebabnya adalah gonococ, clamidia dan stapilococcus.

Konjungtivitis gonore

Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen.Pada neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir.Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis atau gonore.Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda tanda infeksi umum.

Konjungtivitis difteri

Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva

Konjungtivitis folikuler

Konjungtivitis angular

Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil moraxella axenfeld.

Konjungtivitis mukopurulen

Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo). Blefarokonjungivitis

Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak Konjungtivitis viral Keratokonjungtivitis epidemika

Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. Konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi.Penularan bisa melalui kolam renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berair berat

Demam faringokonjungtiva

Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau kolam renang.

Keratokonjungtivitis herpetik

Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks.

Keratokonjungtivitis New Castle

Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak unggas, yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal timbul perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata, kelopak mata membengkak

Konjungtivitis hemoragik akut

Konjungtivitis jamurInfeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala.Jamur yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces. Konjungtivitis alergik Konjungtivitis vernal

Termasuk reaksi hipersensitif musiman, ada hubungan dengan sensitivitas terhadap tepung sari rumput rumput pada iklim panas. Keluhannya berupa gatal, kadang -kadang panas, lakrimasi, menjadi buruk pada cuaca panas dan berkurang pada cuaca dingin.9 Konjungtivitis flikten

Bakteri patogen yang paling umum pada konjungtivitis infeksi meliputi Pneumococcus, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae.Sedangkan yang jarang adalah Neisseria gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia adalah penyebab tersering dari konjungtivitis persisten.3Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex, Epstein-Barr, varicella zoster, molluscum contagiosum, coxsackie, dan enterovirus. Adenoviral konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis.3Virus picorna, atau enterovirus 70 menyebabkan konjungtivitis hemoragik epidemik akut.1Konjungtivitis viral sangat menular dan menyebar melalui kontak langsung dengan orang atau permukaan yang terkontaminasi oleh sekret.3Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik.Umumnya disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi, konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom Stevens Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Sjogren.13.3. Patofisiologi Konjungtivitis

Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.3Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen.Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.3

Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal.Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva.Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.3Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva.Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi.Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar.Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan.Sel sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus.Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal.Sensasi ini merangsang sekresi air mata.Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.3.4. GejalaKonjungtivitis1. Rasa adanya benda asingRasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi papil.Jika rasa sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan terjadinya kerusakan pada kornea.2. Rasa sakit yang temporer

Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang pada saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya;

Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa sakitnya (tingkat keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi stafilokokus. Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva sisca (mata kering).

Gatal,Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.

Fotofobia

Tanda Penting Konjungtivitis1. Hiperemi

Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok.Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis karena alergi.Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;

Injeksi KonjungtivaInjeksi Siliaris

KausaIritasi, KonjungtivitisKeratitis, Iridosiklitis, Glaukoma Akut

LokasiForniks ke limbus makin kecilLimbus ke forniks makin kecil

WarnaMerah terangMerah padam

Pembuluh darahBergerak dengan dengan konjungtivaTidak bergerak

AdrenalinMenghilangMenetap

SekretSekret (+)Lakrimasi (+)

Intensitas NyeriSedikitNyeri

Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.2. Lakrimasi

Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.4 Eksudasi

Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.4

Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut

Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi

Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri

Pseudoptosis

Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M. Tarsalis superior).Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.4 Khemosis (Edema Konjungtiva)

Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar.Khemosis merupakan tanda yang khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau meningococcal konjungtivitis, serta kerato konjungtivitis.

Hipertrofi Papil

Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung.4 Pembentukan Folikel

Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinotivum.Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication.Pada pemeriksaan, vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.

Pseudomembran dan Membran

Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas, epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel sehingga kalau dilepas akan berdarah.

Adenopati Preaurikuler

Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe preaurikuler.3.5. Menjelaskan Diagnosis & Diagnosis banding

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia.Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.4

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.

Diagnosa Banding Konjungtivitis

KonjungtivitisKeratitisUveitis AnteriorGlaukoma Kongestif Akut

VisusNormalTergantung letak infiltratMenurun perlahan, tergantung letak radangMenurun mendadak

HiperemikonjungtivaperikorneasiliarMix injeksi

Epifora, fotofobia-++-

SekretBanyak---

PalpebraNormalNormalnormalEdema

KorneaJernihBercak infiltratGumpalan sel radangEdema, suram (tidak bening), halo (+)

COACukupcukupSel radang (+)dangkal

H. AquousNormalnormalSel radang (+), flare (+), tyndal efek (+)Kental

IrisNormalnormalKadang edema (bombans)Kripta menghilang karena edema

PupilNormalnormalmiosisMid midriasis (d:5mm)

LensaNormalnormalSel radang menempelKeruh

Klinik dan SitologiViralBakteriAlergi

Gatal MinimMinimHebat

HiperemiaUmumUmumUmum

Air mataProfuseSedangSedang

EksudasiMinimMengucurMinim

Adenopati-preaurikularLazimJarangTidak ada

Pewarnaan Kerokan dan eksudatMonositBakteri, PMNEosinofil

Sakit tenggorokan, panas yang menyertaiKadangKadangTidak pernah

3.6. PF dan PP Konjungtivitis

Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-lamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:5 Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler

Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea

Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan

Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal, simblepharon, massa, sekret

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:5 Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa kulit berwarna darah, keratinisasi

Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu

Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret

Konjungtiva tarsal dan forniks

1. Adanya papila, folikel dan ukurannya

2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon

3. Membran dan psudomembran

4. Ulserasi

5. Perdarahan

6. Benda asing

7. Massa

8. Kelemahan palpebra

Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi

Kornea

1. Defek epitelial

2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik

3. Filamen

4. Ulserasi

5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten

6. Vaskularisasi

7. Keratik presipitat

Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi

Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

Pemeriksaan Penunjang

Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik membantu.5

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.1. Kultur

Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap pengobatan.2. Kultur virusBukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa.Tes imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.3. Tes diagnostik klamidial

Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay.Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas.Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler beragam.Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh FDA.

4. Smear/sitologi

Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.5. Biopsi

Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi.Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan dan juga menyelamatkan hidup.Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom.Biopsi dari konjungtiva bulbar harus dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai OMMP.Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan.Saat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.6. Tes darah

Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita penyakit tiroid.Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien.Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi.Pada kasus yang dicurigai luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.3.7. Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Konjungtivitis

Non Farmakologi

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. Farmakologi Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen mikrobiologinya.

Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.Penatalaksanaan Konjungtivitis BakteriPengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotic tunggal seperti

Kloramfenikol

Gentamisin

Tobramisin

Eritromisin

Sulfa

Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung (pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya. Bila ditemukan kumannya maka pengobatan disesuaikan.Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5x/hari.Apabila memakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 %).Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.

Penatalaksanaan Konjungtivitis VirusPengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virusHerpes simplekstelah dieliminasi.

Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sedmbuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi.Pada kasus yang berat diberikan antibodi untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal.Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24jam.Penatalaksanaan Konjungtivitis AlergiUmumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang.Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea.3a) Alergi ringanKonjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin.Air mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.

b) Alergi sedangKonjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer.Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.

Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide.Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer.Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-peradangan.

c) Alergi berat

Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer.Topikal NSAID dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut.Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak.Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon.Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid.Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal. Pencegahana.Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

b.Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit

c.Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain

d.Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.

e.Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.

f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.

g.Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.

h.Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

3.8. Menjelaskan Komplikasi KonjungtivitisPenyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:1. glaukoma

2. katarak

3. ablasi retina

4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis

5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta

7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

3.9. Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis

Mata dapat terkena berbagai kondisi.beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.4. MATA MERAH4.1. Mata Merah dengan Visus Normal

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Tidak Kotor/Beleka. Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pteregium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang, dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.b. Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.c. Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan). Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang-kadang menutup perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

d. Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik, seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik, atau bagian dari infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan dan idiopatik. Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik.e. Skleritis biasanya disebabkan oleh kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout. Kadang-kadang disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada perempuan.

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor atau Belek

Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya sekret. Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtivitis dapat bersifat: Air, kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus atau alergi

Purulen, oleh bakteria atau klamidia

Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok

Lengket, oleh alergi atau vernal

Seros, oleh adenovirus

Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan Giemsa, maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya:

Limfositmonositsel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi mungkin disebabkan oleh virus Neutrofil oleh bakteri

Eosinofil oleh alergi

Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia

Sel raksasa multinuklear oleh herpes

Sel Lebermakrofag raksasa oleh trakoma

Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia4.2. Mata Merah dengan Visus Menurun

a. Keratitis. Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena, seperti keratitis superfisial dan interstisial/profunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.b. Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Kelainan ini dapat terjadi pada penyakit yang mengakibatkan defisiensi komponen lemak air mata, defisiensi kelenjar air mata, defisiensi komponen musin, akibat penguapan yang berlebihan, atau karena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovil kornea. Pasien akan mengeluh mata gatal, seperti berpasir, silau, penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena dengan erosi kornea.

c. Tukak (ulkus) kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcus aureus, H. influenzae, dan M. lacunata.d. Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma. Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanita usia pertengahan.e. Glaukoma akut. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil, sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Biasanya terjadi pada usia lebih daripada 40 tahun. Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat palangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut.Perbandingan keadaan umum pada tiap-tiap kondisi mata merahKondisiSakitFotofobiaVisusInjeksi

1

2

3

4

5

6

7

8Konjungtivitis

Episkleritis

a. Ulkus kornea karena bakteri/jamur

b. Ulkus kornea karena virus

Luka bakar kornea non-alkali (UV atau lain-lain)

Uveitis

Glaukoma akut

Selulitis orbita

EndoftalmitisRingan/sedang

Sedang

Tak ada sampai hebat

Rasa benda asing

Sedang

Ringan-sedang

Hebat atau ringan

Tak ada hebat

HebatTak ada; ringan

Tak ada

Bervariasi

Sedang

Hebat

Ringan-sedang

Hebat atau ringan

Tak ada hebat

Sedang-mencolokSuram ringan karna kotoran

Normal

Biasanya menurun sering

Menurun ringan

Menurun

Normal atau menurun sedang

Menurun karena edema kornea

Normal atau menurun

Menurun secara mendadakKelopak dan mata

Pembuluh-pembuluh dalam sklera, sering lokal

Difus

Ringan-sedang

Sedang

Dekat limbus

Difus

Difus dengan kemosis

Hebat

Mata merah dengan visus normal ataupun turunGejalaKonjungtivitis akutIritis akutGlaukoma akut

Sakit

Pegal

Fotofobia

Visus

Sakit

Serangan

Tanda konstitusional muntah

Sekret

Kotoran

Purulen konjungtiva

Injeksi

Kornea

Bilik depan

Suar/fler

Iris

Pupil

Visus

Tensi

Penyulit sistemikNihil

Tidak

Ringan

Tak dipengaruhi, kecuali bentuk sekresi pada permukaan kornea (N)

Membakar & gatal; tak sakit sungguh-sungguh; rasa benda asing

Perlahan

Absen

(+)

Jernih, mukous, atau mukopurulen

Pembesaran umum

Kongesti superfisial konjungtiva merah pucatSuperfisial berkurang ke arah korneaJernih; tapi dapat berwarna dengan fluoresin bila epitel kornea di-

Tak terlibat

-

Tak dikenalNormal

Baik, kecuali tertutup kotoran (belek)

Normal

Tidak terkena

NihilSedang

Mencolok

Hebat

Berkurang sedikit (