Hamil Hidrosefalus

download Hamil Hidrosefalus

of 10

description

free

Transcript of Hamil Hidrosefalus

BAB IPENDAHULUAN

Salah satu konsekuensi wanita hamil yaitu terinfeksi Toxoplasma gondii yang dapat transmisi secara vertikal ke fetus. Konsumsi makanan yang terkontaminasi dengan kista T.gondii atau terpapar ookista melalui kontak dengan tanah atau air yang terkontaminasi. Angka kejadian toksoplamosis sekitar 620 kelainan pertahun. Infeksi diaplasenta fetus terjadi 5-30% pada wanita hamil dan resiko meningkat seiring usia kehamilan. Gejala klinis memberat ketika infeksi terjadi selama trimester pertama atau kedua, terutama jika tidak ditangani. Walaupun jarang, toxoplasmosis kongenital dapat menyebabkan penyakit neurologis dan okular berat. Asuhan antenatal harus meliputi edukasi tentang pencegahan toxoplasmosis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAEpidemiologiToxoplasmosis adalah penyebab infeksi food-borne death tertinggi ke-3 didunia, setelah salmonellosis dan listeriosis. Variasi seroprevalensi tinggi terutama pada daerah tropis karenan iklim yang cocok untuk ookicta bertahan. Di Amerika serikat, 16% dari wanita baru melahirkan (15 dari 44) terinfeksi T.gondii, insiden toxoplasmosis 400 per 4000 kasus per tahun. Terdapat tiga rute utama transmisi yaitu, makanan yang terkontaminasi (lebih dari 30% to 63 %), terpapar ookista pada feses kucing yang terinfeksi, dan transmisi vertikal. Prevalensi meningkat apabila wanita hamil mengunjungi daerah endemik.

Manifestasi Klinis Kebanyakan wanita hamil (> 90%) dengan terinfeksi T. gondii infeksi tidak mengalami tanda-tanda dan gejala yang jelas, dan pemulihan spontan hanya sebagian kecil tampak gejala klinis. Presentasi klinis pada wanita hamil tidak lebih parah dibandingkan pada wanita yang tidak hamil, dan paling sering terjadi sebagai penyakit influenza-like (demam ringan, malaise, limfadenopati), dengan masa inkubasi dari 5 sampai 18 hari setelah terpapar. Wanita hamil yang immunocompromised, T. gondii dapat menyebabkan ensefalitis berat, miokarditis, pneumonitis, atau hepatitis melalui infeksi akut atau reaktivasi infeksi laten. Diagnosis Hidrosefalus Pemeriksaan Ultrasonografi abdomen, pemeriksaan seperti ultrasound perut, perut pencitraan resonansi magnetik dan pencitraan Doppler arteri tengkorak dan tulang belakang janin yang disediakan dalam perawatan prenatal rutin dapat memfasilitasi diagnosis hidrosefalus. Tes ini dapat memverifikasi kehadiran ventrikulomegali dan malformasi lain ketika dilakukan setelah 15 minggu kehamilan. Meskipun, beberapa penulis percaya bahwa pemeriksaan USG tidak memperbaiki prognosis janin. Literatur medis sepakat dalam menyatakan bahwa USG janin memfasilitasi diagnosis hidrosephalus. Pemeriksaan ini memungkinkan diagnosis dini anomali janin dan telah digunakan sebagai metode diagnostik utama untuk skrining malformasi kongenital. Sekitar 52% dari kasus hidrosefalus yang didiagnosis selama kehamilan, seringkali melalui pemeriksaan USG rutin. Ini adalah sangat penting karena memungkinkan keluarga untuk belajar tentang potensi komplikasi penyakit. Selain pemeriksaan USG, diagnosis prenatal hidrosefalus dapat dibuat dengan menggunakan tes laboratorium meas-uring tingkat acetylcholinesterase, jumlah alpha-fetoprotein dalam darah ibu atau cairan ketuban. Untuk-sama, tes ini dapat mendeteksi kelainan pada 85% sampai 90% dari kasus.

Pengobatan Penelitian A Cochrane Review 3332 yang diterbitkan dalam 30 tahun terakhir menyimpulkan bahwa pengobatan prenatal dalam kehamilan dapat mengurangi bawaan toksoplasmosis berat . Ada dua tujuan terapi obat untuk toksoplasmosis, tergantung pada ada atau tidak infeksi janin telah terjadi. Jika infeksi maternal telah terjadi tetapi janin tidak terinfeksi, spiramisin digunakan untuk profilaksis janin (untuk mencegah penyebaran organisme melalui plasenta dari ibu ke janin) . Spiramisin adalah antibiotik makrolide yang terkonsentrasi di tetapi tidak mudah menyeberangi plasenta, dan karena itu tidak dapat diandalkan untuk pengobatan janin. Penggunaannya selama kehamilan telah direkomendasikan oleh banyak peneliti di Eropa dan Amerika Utara America diberikan spiramisin dengan dosis 1 g (3 juta U) setiap 8 hours. Obat ini akan diresepkan untuk durasi kehamilan hingga polymerase chain reaction cairan ketuban dilaporkan negatif untuk T. gondii. Jika infeksi janin telah dikonfirmasi atau sangat dicurigai, pirimetamin dan sulfadiazin digunakan untuk pengobatan. Pirimetamin merupakan antagonis asam folat yang bertindak secara sinergis dengan sulfonamid. Obat ini sebaiknya tidak digunakan pada trimester pertama karena berpotensi teratogenik. Efek ini bersifat reversibel dapat menyebabkan gangguan sumsum tulang sehingga harus dikombinasikan dengan asam folat. Setiap kasus yang melibatkan seorang wanita hamil yang diduga mengalami infeksi Toxoplasma gondii akut diperoleh selama kehamilan harus didiskusikan dengan ahli dalam pengelolaan toksoplasmosis. Jika infeksi maternal telah dikonfirmasi tetapi janin belum diketahui terinfeksi, spiramisin harus ditawarkan untuk profilaksis janin (untuk mencegah penyebaran organisme melalui plasenta dari ibu ke janin).

Pencegahan Skrining universal disediakan di banyak Negara-negara Eropa, meskipun manfaat dan biaya belum dievaluasi. Di sebagian besar negara (Termasuk Amerika Serikat dan Inggris) dimana kejadian infeksi toksoplasmosis rendah, screening universal tidak recommended. Screening dianjurkan bagi mereka yang berisiko tinggi (misalnya, perempuan yang imunosupresi atau HIV-positif) atau orang-orang dengan temuan ultrasonografi seperti hidrosefalus, kalsifikasi intrakranial, mikrosefali, pertumbuhan janin pembatasan, asites, atau hepatosplenomegali. Denmark dan beberapa negara Amerika baru-baru ini memilih untuk skrining berdasarkan deteksi neonatus yang terinfeksi saat lahir daripada prenatal screening. Strategi ini dapat mengidentifikasi beberapa subklinis terinfeksi bayi tetapi tidak mencegah bawaan infeksi. Di Kanada, hanya Nunavik dan Quebec utara memiliki program skrining untuk mendeteksi T. gondii antibodi selama kehamilan karena mereka yang tinggi seroprevalence.

BAB IIILAPORAN KASUSA. IdentitasNama: Ny. A.S.AUsia: 29 tahunAlamat: Jl. Uray Bawadi Gang Budi SetiaPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAgama: IslamSuku bangsa: MelayuTanggal masuk RS: 4 Maret 2014

B. Anamnesis Keluhan utamaIngin operasi melahirkan

Riwayat perjalanan penyakitPasien datang ke RSUD dr. Soedarso tidak merasakan perut mulas. Pengeluaran air ketuban (-). Hari pertama haid terakhir tanggal 20 Maret 2013. Hari Pertama Haid Terakhir 20 Agustus 2013, taksiran persalinan 27 Mei 2014. Pasien melakukan pemeriksaan USG di klinik bersalin dengan hasil kehamilan hidrosefalus. Kemudian dirujuk ke RSUD dr. Soedarso Tidak ada keluhan selama kehamilan.

Riwayat obstetrikPasien dengan status G3P2A0M0. Kehamilan pertama pasien melahirkan dibantu bidan (tahun 2005) dengan hasil kehamilan aterm dan jenis persalinan spontan berjenis kelamin perempuan dengan berat badan lahir 3100 gram. Kehamilan kedua pasien melahirkan dibantu bidan (tahun 2012) dengan hasil kehamilan aterm dan jenis persalinan spontan berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan lahir 4100 gram.

Riwayat kehamilan sekarang Total periksa selama kehamilan 3 kali. Pemeriksaan 1 kali dengan dokter dan 2 kali dengan bidan. Hari Pertama Haid Terakhir 20 Agustus 2013, dan taksiran persalinan tanggal 27 Mei 2014. Usia kehamilan 33 minggu.

Riwayat penyakit / operasi sebelumnyaRiwayat asma, diabetes mellitus, dan hipertensi disangkal. Riwayat operasi sebelumnya disangkal.

C. Pemeriksaan FisikKeadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisAnemis: -Ikterik: -Sianosis: -Berat badan: 78 kgTinggi badan: 156 cmTanda vitalTekanan darah: 150/80 mmHgNadi: 80 x/menitPernapasan: 20 x/menitSuhu: 36,50CStatus obstetrik Pemeriksaan luar:Tanggal/jam: 5 Maret 2014 / 10.00 WIBLeopold: teraba bagian bokong dari janin pada bagian fundus uteri. Teraba bagian punggung (keras dan memanjang) pada sisi kiri abdomen. Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul.Tinggi fundus: 33 cm DJJ: 152 x/menit ; teraturHis : Tidak adaPemeriksaan dalam: Tidak diperiksaEkstremitas: Udem (-/-) D. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratoriumHb: 11,3 g/dlWBC: 13,5 K/uLRBC: 4,29 M/uLPLT: 220 K/uLBT: 2 30CT: 7 00

2. USGDidapatkan kehamilan hidrosefalus, prematur 33-35 minggu denyut jantung janin (+)E. Diagnosis G3P2A0M0 hamil 33 minggu dengan hidrosefalusF. Tatalaksana Bed rest Infus RL 20 tetes per menit Dilakukan tindakan seksio sesareaLaporan seksio sesarea: Pasien dibaringkan di meja operasi. Dilakukan tindakan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya dengan alkohol dan betadine. Kemudian ditutup duk steril. Dilakukan insisi pada midline Fascia diperlebar ke arah kranial dan kaudal dengan gunting. Otot dipisahkan secara tumpul ke kanan dan kiri, kemudian peritoneum parietal dibuka. Plika vesikouterina dipisahkan dan diinsisi berbentuk semilunar Segmen bawah rahim diinsisi sampai menembus amnion Bayi dilahirkan pukul 14.45 WIB dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 3100 gram, panjang badan 49 cm, dan apgar score 8/9 Plasenta dilahirkan praabdominal lengkap.. Segmen bawah rahim dijahit jelujur terkunci dengan chromic I. Plika vesikouterina dijahit jelujur terkunci dengan plain 2.0. Otot dijahit satu-satu dengan plain 2.0. Fascia dijahit jelujur dengan chromic III. Subkutis dijahit subkutikuler dengan chromic III. Operasi selesai dikerjakan. Perdarahan terkontrol sekitar 100 cc. Keadaan pasien sebelum, selama, dan setelah operasi baik. Terapi post operasi Infus RL + drip syntosinon Ceftriaxon 1 gram 2x 1 ampul

G. Prognosis Ibu: dubia ad bonam Bayi: ad malam

H. Follow up 6 Maret 2014S: nyeri luka operasi, pusing (-), mual/muntah (-)O: keadaan umum: tampak sakit sedangkesadaran: compos mentistekanan darah: 110/70 mmHgnadi: 70x/menitnapas: 22x/menitsuhu: 36,20Cabdomen: soepel, bising usus (+), TFU setingggi umbilikus, kontraksi uterus baikA: P3A0M0 partus premature post SCK a/i hidrosefalus P: - observasi keadaan umum, tanda vital dan perdarahan - infus RL + drip ketorolac 30 mg - ceftriaxon 1 gram 2x sehari

BAB IVPEMBAHASAN

Pasien Ny. A.S.A, berusia 29 tahun, G3P2A0M0 datang ke rumah sakit pada tanggal 4 Maret 2014 dengan keluhan ingin operasi melahirkan. Pasien datang ke tidak merasakan perut mulas. Pengeluaran air ketuban (-). Total periksa selama kehamilan 3 kali. Pemeriksaan 1 kali dengan dokter dan 2 kali dengan bidan. Hari Pertama Haid Terakhir 20 Agustus 2013, dan taksiran persalinan tanggal 27 Mei 2014. Usia kehamilan 35 minggu. Pasien melakukan pemeriksaan USG di klinik bersalin dengan hasil kehamilan hidrosefalus. Kemudian dirujuk ke RSUD dr. Soedarso Tidak ada keluhan selama kehamilan.Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, dan suhu 36,20C. Status obstetrik pemeriksaan leopold teraba bagian bokong dari janin pada bagian fundus uteri. Teraba bagian punggung (keras dan memanjang) pada sisi kiri abdomen. Bagian terbawah janin kepala belum masuk pintu atas panggul. Tinggi fundus uteri 33 cm dentut jantung janin yaitu 152 x/menit teratur. His belum ada. Pemeriksaan dalam tidak dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Dari hasil USG dapat dipastikan kehamilan hidrosefalus dan denyut jantung janin (+), posisi janin dengan presentasi kepala Dilakukan tindakan seksio sesarea pada tanggal 5 Maret 2014. Pada kehamilan hidrosefalus lebih berisiko baik terhadap ibu dan janin serta salah satu presentasi terbawah janin adalah bokong. Diberikan metronidazol dan ceftriaxon 1 gram sebelum dilakukan tindakan operasi. Hal ini dilakukan sebagai profilaksis pencegahan terjadinya infeksi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi berlangsung. Dilahirkan janin dengan berat lahir lahir normal dengan apgar score cukup baik. Setelah operasi diberikan infus RL + drip syntosinon dan ketorolac serta ceftriaxon 1 gram 2x 1 ampul. Pemberian syntosinon dimaksudkan agar kontraksi uterus dapat berlangsung dengan baik dan perdarahan yang terjadi dapat segera berhenti, ketorolac diberikan sebagai analgesik, serta ceftriaxon untuk mencegah infeksi pasca operasi. Follow up didapatkan hasil yang baik. Keadaan umum, tanda vital, kontraksi uterus, dan perdarahan pada pasien membaik.

BAB V KESIMPULANKehamilan dengan bayi hidrosefalus, dapat memberikan dampak buruk bayi ibu dalam psikologisnya maupun proses persalinan. Pada wanita yang resiko tinggi terinfeksi T.gondii disarankan untuk melakukan skrining agar dapat dilakukan pengobatan dan dapat mencegah terjadinya kehamilan hidrosefalus. Ny A.S.A., 29 tahun G3P2A0M0, datang ke rumah sakit tanggal 4 Maret 2014 belum ada mulas, keluar darah dan lendir, maupun cairan ketuban. Denyut jantung janin normal. Hasil pemeriksaan USG menyatakan bayi hidrosefalus. 5 Maret 2014 dilakukan tindakan operasi seksio sesaria. Pemeriksaan follow up pasien baik.

DAFTAR PUSTAKA

Debora Moura da Paixo Oliveira et al. Mothers of Children with Hydrocephalus: Aspects about Prenatal Care, Public Health Research 2012, 2(3): 49-52Caroline Paquet, et al. Toxoplasmosis in Pregnancy: Prevention, Screening, and Treatment. J Obstet Gynaecol Can 2013;35S1S7.Hotop, A., Hlobil, H., and Gro1, U., Efficacy of Rapid Treatment Initiation Following Primary Toxoplasma gondii Infection During Pregnancy. Clinical Infectious Diseases 2012;54(11):154552.