Komunitas Remaja

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut dimasa dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena narkoba, alkohol maupun rokok serta pergaulan bebas, maka suram atau hancurlah masa depannya. Pada masa remaja justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang sangat tinggi. Data yang dihimpun oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) sampai tahun 2006, menggambarkan pola peningkatan penyalahgunaan zat termasuk alkohol yang significan, tahun 2006 terjadi 8.118 kasus penyalahgunaan narkotika, 21.318 kasus penyalahgunaan psikotropika dan 4.639 kasus penyalahguaan zat adiktif, dari tahun sebelumnya tahun 2005 terjadi 8.171 kasus penyalahgunaan narkotika, 6.733 kasus penyalahgunaan psikotropika, dan 1.348 kasus penyalahgunaan zat adiktif. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan Komunitas II | 1

description

Komunitas Remaja

Transcript of Komunitas Remaja

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut dimasa dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena narkoba, alkohol maupun rokok serta pergaulan bebas, maka suram atau hancurlah masa depannya. Pada masa remaja justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang sangat tinggi.

Data yang dihimpun oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) sampai tahun 2006, menggambarkan pola peningkatan penyalahgunaan zat termasuk alkohol yang significan, tahun 2006 terjadi 8.118 kasus penyalahgunaan narkotika, 21.318 kasus penyalahgunaan psikotropika dan 4.639 kasus penyalahguaan zat adiktif, dari tahun sebelumnya tahun 2005 terjadi 8.171 kasus penyalahgunaan narkotika, 6.733 kasus penyalahgunaan psikotropika, dan 1.348 kasus penyalahgunaan zat adiktif. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan pendidikan formal pada tahun 2006, SLTP dan SLTA menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus, SD dengan 8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus (anonim,2007, http://www.kadin-indonesia.go.id, 06-04-2009).Remaja dalam bertindak akan selalu dipengaruhi oleh konsep diri dan pengalaman dalam hidupnya. Sehingga penting bagi perawat untuk dapat menggali dan mencari informasi mengenai konsep diri serta pengalaman seorang remaja untuk dapat menentukan diagnose keperawatan yang tepat hingga merencanakan suatu intervensi pada remaja yang bermasalah. Melihat fenomena di atas, maka kami menyusun sebuah makalah yang merangkum materi mengenai remaja dan permasalahannya yang kami harapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi mengenai asuhan keperawatan komunitas pada remaja dengan benar dan tepat terutama bagi mahasiswa keperawatan. 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah definisi remaja?

2. Apa sajakah permasalahan yang dihadapi oleh remaja?

3. Bagaimanakah menangani masalah yang dihadapi remaja?

4. Bagaimanakah diagnosa dan intervensi keperawatan pada remaja? 1.3 Tujuan

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada komunitas kelompok remaja dengan baik dan benar

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi remaja

2. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai macam penyimpangan pada remaja

3. Mahasiswa mampu menyusun diagnosa keperawatan komunitas pada remaja

4. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan komunitas pada remaja1.4 ManfaatMahasiswa mampu memahami tentang konsep keperawatan pada komunitas kelompok remaja serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pada komunitas kelompok remaja dengan pendekatan Student Center Learning.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM,2002).Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

1) Karakteristik Masa Remaja

Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Menurut Aulia (2006) rinciannya adalah sebagai berikut:a. Masa remaja adalah periode yang pentingPeriode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minta yang baru.b. Masa remaja adalah masa peralihanPeriode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.c. Masa remaja adalah periode perubahanPerubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, (1) peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.d. Masa remaja adalah usia bermasalahPada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diriPada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkanMasa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistisRemaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasaPada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.2) Tugas Perkembangan Masa RemajaSemua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersipakan sikap dan perilaku orang dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin

2. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin3. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif4. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial5. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

6. Mempersiapkan untuk karir ekonomi7. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga8. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku2.2 Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja

1. Perubahan Fisik Masa Remajaa. Tinggi badanRata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia 17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.b. Berat badanPerubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.c. Proporsi tubuhBerbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal : badan lebih lebar dan lebih kuat.d. Organ seksualPada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada periode remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun kemudiane. Karakteristik sex sekunderKarakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada level dewasa pada periode remaja akhir.2. Emosionalitas Masa RemajaSelain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan dalam emosionalitas remaja yang cukup mengemuka, sehingga ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari perubahan pada aspek emosionalitas ini. Masa ini disebut sebagai masa storm and stres dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal.

Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol dan nampak irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap usia yang dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan meledak secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya mereka mengatakan tidak terlalu merasa khawatir.Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka diperlakukan seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak adil. Ekspresi kemarahannya mungkin berupa mendongkol, menolak untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Hal yang juga cukup mengemuka yaitu pada masa ini remaja lebih iri hati terhadap mereka yang memiliki materi lebih.

3. Perubahan Sosial pada remaja

Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang berlainan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan sekolah.

Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa dipahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja.

Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman, dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil sebagai seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.4. Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada remajaDengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan sosial pada remaja yang sangat cepat dan drastis menuntut remaja tersebut untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan baru yang menyertainya. Pada kenyataannya tidak semua remaja dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut, berikut adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian diri yang salah pada remaja :a. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikan sekolah.b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas dirinya.c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan dengan standar kelompok.d. Homesicknesse. Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk mengkompensir ketidakpuasan dari kehidupan sehari-hari.f. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya ngompol, ngamuk pada saat marah dan lain-lain.g. Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, seperti rasionalisasi, proyeksi, fantasi, dan displacement.2.3 Permasalahan Remaja

1. Remaja dan Rokok

Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. Penyebab remaja merokok, antara lain :a. Pengaruh orangtuaSalah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).b. Pengaruh temanBerbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).c. Faktor KepribadianOrang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,1999).d. Pengaruh IklanMelihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).2. Remaja dan Peyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.a. NarkobaNarkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Aditif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis narkotika adalah :a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.b. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang- Undang No. 5/1997).

Zat yang termasuk psikotropika antara lain:

Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol.Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin melupakan persoalan maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan kecanduanMasalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.b. Alkohol

Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras yang biasa disebut dengan spirit (35 55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30 90 menitsetelah diminum.

Pengaruh alkohol terhadap tubuh (fisik dan mental) bervariasi, tergantung pada beberapa faktor yaitu :

a. Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsib. Usia, berat badan, dan jenis kelamin

c. Makanan yang ada di dalam lambungd. Pengalaman seseorang minum-minuman beralkohole. Situasi dimana orang minum-minuman beralkoholTabel1. Pengaruh Alkohol pada Perilaku

Pengaruh alkohol pada perilaku

Konsentrasi alkohol dalam darahPengaruh yang ditimbulkan

Perasaansegar (well-being)Sampai dengan 0.50 g%Banyak bicaraSantaiLebih percaya diri

RisikoRendah0.05 0.08 g %Banyak bicaraBertindak dan lebih merasa percaya diriBerkurangnya kemampuan untuk berfikir dan bergerakBerkurangnya rasa malu

RisikoSedang0.08 0.15 g %Bicara cadelBerkurangnya keseimbangan dan koordinasi tubuhRefleks menjadi lambatPenglihatan kaburEmosi yang labilMual, muntah - muntah

Risiko tinggi0.15 0.30 g %Tidak dapat berjalan tanpa

3. Remaja dan Penyimpangan SeksualKita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.2.4 Remaja dan Perilaku Hidup SehatRemaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja yang mengerti tujuan hidup, memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan kematangannya, bergaul dengan bijaksana, dan terus menerus memperbaiki diri. Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah fisik 3, intelektual 20%, emosional 30%, dan spiritual 15%Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidaksama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja. Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina. Kadang-kadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai orang tua, teman. Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:1. Otoriter (demokratis2. Tertutup (terbuka3. Formal (informalSemua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju" Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa. "Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:1. Fisik yang kuat2. Emosi yang cepat tersinggung3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang saja dipakai. "Dalam perjalanan menuju" yang paling penting diketahui oleh remaja adalahbagaimana remaja dapat berproses :a. Menuju fisik yang idealb. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuhc. Menuju cara berfikir dewasad. Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat tatakramaBAB 3ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS3.1 Pengkajian

Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Community as Partner/Client pada kelompok remaja :

1. Data inti, terdiri dari :a. Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi perilaku remaja, semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah, semakin melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah tersebut pada diri remaja. b. Demografic. Vital statistik Kelahiran Mortalitas : Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS kelompok usia 15-19 berjumlah 151 orang (4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%)Bukan karena penyakit :

1. Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun2. Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2-5 kali resiko kematian ketika persalinan dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25 tahun akibat persalinan macet, perdarahan, maupun faktor lain. Ahmad (2004) dari laporan Save the Children : 1 dari 10 persalinan dialami oleh ibu yang masih anak2, berusia 11-12 tahun menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan membunuh 70,000 remaja puteri tiap tahun Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat dikelompokkan menjadi 2 : Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja antara lain : fraktur karena trauma, penyakit kulit, tipoid, penyakit infeksi, DBD, dan lain-lain. 1. HIV/AIDS kelompok usia 15 - 19 berjumlah 151 orang (4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%).2. Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun3. Penyakit menular seksual (PMS) sepertiga dari infeksi PMS di Negara-negara berkembang terjadi pada mereka yang berusia 13-20 tahun.Bukan karena penyakit1. Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun2. Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang tidak diinginkan. Survey di Negara-negara berkembang hamper 60 % kehamilan dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan 3. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan pendidikan formal pada tahun 2006, SLTP dan SLTA menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus, SD dengan 8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus (anonim,2007)d. Tipe Keluarga : remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara lain : orang tua yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh dan tidak punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan ekonomi yang kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di atas rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja.e. Status perkawinan : sebagian besar remaja belum menikah namun ada pula remaja yang sudah menikah.f. Kelompok etnis : Praktek perkawinan yang di atur oleh orang tua pada gadis di bawah usia 14 tahun masih sangat umum Beberapa budaya menyatakan bahwa pria muda diharapkan mendapatkan pengalaman pertama kali melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersil (PSK)

Di negara berkembang kehidupan remaja jalanan memaksa mereka melakukan survival sex yakni menukar seks untuk memperoleh uang, makanan, jaminan keamanan maupun obat terlaran

Beberapa etnis di Indonesia menggunakan alkohol pada acara tertentu sebagai bentuk perayaan

g. Nilai dan keyakinan : Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja kebanyakan dijual oleh orangtua mereka sendiri untuk biaya hidup anggota keluarga yang lain

Orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya dan pengaruh teman yang sesama perokok meyebabkan tingginya jumlah perokok remaja di Indonesia

Merokok dianggap sebagai tanda kedewasaan, kejantanan dan keglamoran

2. Komponen sub sistem, terdiri dari :a. Lingkungan fisikPengkajian lingkungan fisik1) Perumahan dan Lingkungan Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor memungkinkan remaja lebih banyak melakukan kegiatan negatif Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja berinteraksi dengan baik dengan tetangga 2) Lingkungan terbuka3) Batas4) Kebiasaan : Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid, warung-warung pinggir jalan dan lain-lain Waktu kumpul-kumpul : setelah pulang sekolah, saat libur sekolah Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji, kursus, dan lain-lain), negatif (merokok, mencoba narkoba, tawuran, berkelahi, membolos, nongkrong, minum alkohol, free sex, dan lain-lain)5) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang menyebabkan sikap pemberontakan dalam dirinya, biasanya ditunjukkan dengan sikap : ngebut-ngebutan6) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat pelayanan KRR di sekolah (meliputi : informasi akurat PMS, kontrasepsi, keterampilan remaja menghadapi tekanan kelompoknya dan meningkatkan tanggungjawab remaja), pelatihan kader remaja untuk menjadi edukator dan pemberi dukungan7) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di mall, pasar, pusat perbelanjaan8) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura 9) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi10) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman11) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen dan anak jalanan. Ada yang disebabkan karena kondisi ekonomi yang sulit dan bahkan ada remaja yang kabur dari rumahnya karena perseteruan denagn orang tua sehingga menjadi glandangan.b. Pelayanan kesehatan dan sosial : Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas, posyandu remaja Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang berhubungan dengan gender, kekerasan, perilaku seksual bertanggung jawab dan PMSc. Ekonomi Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki penghasilan sendiri dan masih bergantung pada orang tua. Namun ada sebagian remaja yang mempunyai pekerjaan sehingga mempunyai penghasilan sendiri, namun kebanyakan penghasilan tersebut hanya digunakan untuk menambah uang saku. Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki pekerjaan karena mereka masih sekolah. Namun, ada pula remaja yang putus sekolah (kebanyakan karena masalah ekonomi) dan memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh remaja antara lain, berjualan kue, koran, pelayan restoran, mengamen, bahkan banyak pula remaja yang menjadi PSK, dan lain-lain. d. Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh remaja adalah sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil dan sepeda mini. Dan sering pula remaja kurang memperhatikan keamanan dirinya karena sering mengebut saat mengendarai kendaraaan mereka.e. Politik dan pemerintahanKelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh remaja, antara lain : Karang Taruna, PMR, Pramuka, PKSf. Komunikasi Komunikasi formal : Koran, Radio, TV Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang narkoba, free sex, merokok), internetg. Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD, SMP, dan SMA. Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-sekolah untuk kesehatan remaja. Selain itu pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) telah dilakukan atas dukungan Depkes dan WHO di sekolah dan lembaga pendidikan.h. Rekreasi : Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan baik yang positif maupun negatif. Positif : kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, les pelajaran tambahan, les minat dan bakat, mengaji di masjid, dan lain-lain. Negatif : nongkrong sampai malam, main game sampai larut malam Media hiburan yang digunakan remaja, misalnya mall, tempat rekreasi, pusat perbelanjaan, warnet, dan lain-lain. 3.2 Diagnosa KeperawatanMasalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara lain :

a) Penggunaan NAPZA di kalangan remajab) Resiko penyimpangan seksual

c) Resiko tinggi konflik keluarga

d) Resiko terjadi kenakalan pada Remaja

e) Gangguan citra tubuh

f) Perilaku destruktif

g) Perubahan pemeliharaan kesehatanh) Depresi

i) Nutrisi kurang/lebih

j) Resiko cedera

k) Kurang Perawatan diril) Kurang pengetahuan

Diagnosa dari permasalahan di atas, yaitu :

1. Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya berhubungan dengan a. kurangnya kasih sayang dari orang tua b. dasar-dasar agama yang kurang2. Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW X kelurahan X Surabaya berhubungan dengan :a. Kurang pengetahuan remaja tentang tumbuh kembang dan masalah-msalah kenakalan remaja dan akibatnya.

b. Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukan kegiatan3. Resiko cedera pada remaja di di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya kebut-kebutan dijalan raya

4. Potensial dukungan LSM di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki remaja3.3 Intervensi Keperawatan1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja

Intervensi yang dilakukan :

a) Pada Klien :

Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah ketergantungan

Intervensi :

1. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan2. Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman yang dapat memberi pengaruh yang buruk3. Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrol keinginan4. Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam kelompok 5. Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanyab) Pada Keluarga :

Tujuan :

Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti menggunakan NAPZA

Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti

Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA

Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk

Intervensi :

1. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga2. Diskusikan tentang masalah yang dihadapai keluarga dalam merawat klien

3. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan atau keterganungan zat (tanda gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi)

4. Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu dirujuk ke RS

5. Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja agar terbuka pada keluarganya6. Memperhatikan pergaulan klien7. Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan remaja dan tugas perkembangan remajac) Pada Masyarakat :Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai keadaan klien yang sedang menjalani proses rehabilitasiIntervensi :1. Diskusikan bersama masyarakat mengenai proses rehabilitasi pasien NAPZA ketika sudah kembali di masyarakat

2. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya3. Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja dalam karang taruna

4. Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang penggunaan NAPZA dan akibatnya

2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual

Intervensi yang dilakukan:

a) Pada Klien :

Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan seksualIntervensi :1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi psikologis dan sosial remaja2) Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat dari free sex bagi kehidupan sosial3) Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman yang dapat memberi dampak yang buruk4) Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang perasaannya5) Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas yang akan dilaluinya6) Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial, emosional dan situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan otonomi dan tanggung jawab7) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanyab) Pada KeluargaTujuan : Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapi klien

Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja

Intervensi :

1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi psikologis dan sosial remaja2) Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan yang dimiliki keluarga.

3) Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan4) Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan yang sebagian besar merupakan dampak dari penyimpangan sex agar dapat bertanggung jawab5) Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugas yang akan dilalui oleh remajac) Pada Masyarakat

Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual di kalangan remajaIntervensi :1) Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang akibat penyimpangan sex2) RT setempat memberikan jam malam (maksimal jam 21.00) untuk remaja berada di luar rumah sehingga meminimalisasi kegiatan remaja yang kurang bermanfaat yang dapat memberikan dampak yang buruk3) Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki remaja untuk melakukan berbagai kegiatan positif melalui karang taruna3. Resiko cedera

a. Pada Klien :

Tujuan : Menghindari cedera pada remaja (kecelakaan lalu lintas)

Intervensi :

1) Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan akibatnya jika dilanggar2) Diskusi tentang semakin banyaknya pelajar yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas

3) Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalu lintas

4) Menganjurkan remaja untuk selalu memakai atribut pengaman dalam berkendara

b. Pada Keluarga

Tujuan : - Keluarga dapat mempertimbangkan penggunaan kendaraan bermotor untuk remaja

Keluarga dapat memberikan pengertian pada remaja tentang bahaya berkendara kebut-kebutan

Intervensi :

1) Diskusi tentang upaya memberi pengertian pada remaja bahaya berkendara kebut-kebutan dan pentingnya menaati peraturan lalu lintas

2) Diskusi tentang pentingnya memakai helm saat berkendara

3) Menganjurkan keluarga untuk selalu memantau pergaulan anaknya (misalnya anak berteman dengan geng motor)c. Pada Masyarakat

Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan remaja

Intervensi :

1) Bekerja sama dengan Polres setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang cara berkendara yang baik dan dampak melanggar peraturan lalu lintasb. Intervensi dari Pemerintah1. Melalui Puskesmas

a. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan,menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Tujuan umum dari adanya program ini adalah Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas.Kemudian tujuan umumnya yakni:

1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja.

4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.

Langkah langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR di Puskesmas

1. Identifikasi masalah melalui kajian sederhana:

a. Gambaran remaja di wilayah kerja : Jumlah remaja, pendidikan, pekerjaan.

Perilaku berisiko: Seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan lainnya.

Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV/AIDS, penyalah-gunaan NAPZA

b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai berhubungan dengan perilaku berisiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui, dan pelayanan apa yang dikehendaki

c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada

d. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk buku-buku pedoman tentang kesehatan remaja. Metoda kajian adalah dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung (remaja) atau tidak langsung (orang tua, guru, pengurus asrama remaja dan sebagainya).

Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan lanjutan untuk menentukan:

1. Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai dengan tingkat pendidikan dan permasalahan yang dihadapi

2. Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai besaran masalah remaja di wilayah kerja.jenis pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan remaja di wilayahnya3. Kelompok sasaran prioritas yang akan diintervensi

4. Terobosan dan inovasi kegiatan

5. Strategi advokasi sebelum dilaksanakannya PKPR

6. Strategi menjalin kemitraan

7. Data dasar untuk menilai dampak keberhasilan PKPR di kemudian hari.

2. Melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah suatu wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik minat remaja datang ke PIK remaja, nama generik ini dapat dikembangkan dengan nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera remaja setempat.

Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan informasi PKBR, Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR. Disamping itu, juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas dan sesuai minat dan kebutuhan remaja untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka tegar Keluarga guna mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, serta kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.

PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi seperti tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota atau provinsi. Artinya PIK Remaja dapat melayani remaja lainnya yang berada di luar lokasi wilayah administrasinya. PIK Remaja dalam penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat dan institusi pembinanya seperti PIK Remaja Sekolah, PIK Remaja Masjid, PIK remaja Pesantren, dan lain-lain.

Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang pnya komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti pelatihan dengan mempergunakan modul dan kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya.

Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberikan dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik yang berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi kepemudaan/remaja lainnya, seperti:

1. Pemerintah: kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan SKPDKB

2. Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi masyarakat (seperti: pengurus masjid, partor, pendeta, pedande, bukisu) dan pimpinan kelompok dan organisasi pemuda.

3. Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio, dan TV)

4. Rektor/dekan, kepala SLTP, kepala SLTA, pimpinan pondok pesantren, komite sekolah.

5. Orang tua, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR), majlis talim, program PKK.

6. Pimpinan kelompok sebaya melalui program karang taruna, pramuka, remaja masjid/gereja/vihara.

c. Program Sekolah dan Lembaga Pendidikan

Program kesehatan Remaja yang termasuk dalam Program Indonesia Sehat 2010 di atur oleh Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.Program ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan derajat kesehatan. Dan tujuan khusus dari program ini:

1. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat3. Memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat sekolah

Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategi dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 5.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah (sumber: Depdiknas,2007).

Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.

Kegiatan Promkes ini antara lain:

1. Membangun jamban sekolah dan sarana cuci tangan

2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah

3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun

4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan masyarakat5. Program pemberantasan kecacingan

6. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL

7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST8. Kampanye, Sungai Bersih, Sungai Kita Semua

9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat di sekolah,mencakup:

- Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian tugas guru pembina dan Komite Sekolah

- Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganyad. Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Tujuan : Membentuk masyarakat / organisasi yg kompeten dalam berpartisipasi mengenali keberadaan dan dampaknapza Komponen : Tokoh masyarakat, pemuda (kartar), PKK, Tenaga kesehatan (perawatkomunitas), LSM-LSM dan BNP.Kegiatan :1. Demand Reduction (Preventif, Kuratif, Rehabilitatif)2. Supply Control (Pengawasan, Pemberantasan, Harm Reduction)BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).

4.2 Saran

1. Penting bagi perawat terutama perawat komunitas untuk memahami definisi remaja serta permasalahan yang di hadapi oleh para remaja akibat lingkungan

2. Perawat berkolaborasi dari berbagai pihak, baik pemerintah, LSM, dan terutama keluarga untuk meningkatkan kesehatan remaja dan menjauhkan remaja dari hal-hal yang dapat membawa dampak burukDAFTAR PUSTAKA

Achir Yani. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta : FIK UI

Aulia Iskandarsyah. (2006). Remaja Dan Permasalahannya Perspektif Psikologi terhadap Permasalahan Remaja dalan Bidang Pendidikan. Jatinangor : FPsi UNPAD

Efri Widianti. (2007). Makalah Remaja dan Permasalahannya : Bahaya Merokok, Penyimpangan seks pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras Narkoba. Jatinangor : FIK UNPAD

Imami Nur. (2000). Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Mencegah Kematian Perinatal.

Jusuf Tjahjo. (2009). Intervensi Komunitas untuk Menghentikan Perilaku Merokok Remaja. Jakarta : FPsi Univ.Satya Wacana

Komisi Penanggulangan AIDS . (2007). Strategi Nasional PEnanggulangan HIV AIDS 2007-2010.

Lembaga Indonesia Untuk Pengembangan Manusia UNAIR. (2007). Program Pengembangan Remaja Melalui Sekolah Unggul. Surabaya : Pascasarjana UNAIR

Outlook Vol.16 Ed.Januari Hal.1-8. (2000). Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan yang Bermakna

Sofia Retnowati. (2008). Remaja dan Permasalahannya. Jogjakarta : FPsi UGM

Komunitas II | 2