LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

26
 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN II METABOLISME OBAT Disusun Oleh : Golongan IV Kelompok 4 1. Ananda Dwi Rahayu (G1F013034) 2. Syaeful Eko P (G1F013036) 3. Murti Setiati (G1F013038) 4. Feni Amalia F (G1F013040) 5. M. Imaduddin S (G1F013042) Tanggal Praktikum : Kamis, 17 April 2014  Nama Dosen Pembimbing Prak tikum : Heni Ekowati  Nama Asisten Praktikum : 1. Galih Samodra 2. Rahma JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2014

Transcript of LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    1/25

    LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

    PERCOBAAN II

    METABOLISME OBAT

    Disusun Oleh :

    Golongan IV Kelompok 4

    1.

    Ananda Dwi Rahayu (G1F013034)

    2. Syaeful Eko P (G1F013036)

    3. Murti Setiati (G1F013038)

    4.

    Feni Amalia F (G1F013040)

    5. M. Imaduddin S (G1F013042)

    Tanggal Praktikum : Kamis, 17 April 2014

    Nama Dosen Pembimbing Praktikum : Heni Ekowati

    Nama Asisten Praktikum : 1. Galih Samodra

    2. Rahma

    JURUSAN FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    PURWOKERTO

    2014

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    2/25

    PERCOBAAN II

    METABOLISME OBAT

    I. PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang

    Metabolisme obat sering disebut biotransformasi. Metabolisme obat penting

    dalam mengevaluasi keamaanan obat. Selain itu untuk mengetahui bagaimana

    obat dimetabolisme dan dideaktivasi,untuk mengenal jalur serta kecepatan

    distribusi dan eiminasi obat maupun metabolitnya.

    B. Tujuan Percobaan

    Mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme

    obat dengan mengukur efek farmakologinya.

    C. Dasar Teori

    Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat kimia

    dalam jaringan biologi yang dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Jumlah

    obat dalam tubuh dapat berkurang karena proses metabolisme dan ekskresi. Hati

    merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan efektif

    mengeksresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan mengalami reabsorpsi

    di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus. Oleh karena itu, obat yang lipofil

    harus dimetabolisme terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih polar supaya

    reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi.

    Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I merubah

    senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti OH,

    NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami proses

    perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin mempengaruhi efek

    farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim sitokrom

    P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga berperan penting

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    3/25

    dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak dan detoksifikasi zat

    eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak menggunakan

    enzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin, histamine dan etanol.

    Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup polar

    setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada zat yang sangat

    lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan zat endogen

    seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam amino. Hasil reaksi

    konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara farmakologi.

    Glukoronidasi adalah reaksi konjugasi yang paling umum dan paling penting

    dalam ekskresi dan inaktifasi obat.

    Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH dan

    COOH mungkin tidak perlu mengalami reaksi fase I untuk dimetabolisme fase II.

    Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi fase I terlebih dahulu

    sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme fase II terlebih

    dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I. (Mycek,2001)

    Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic

    reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstra

    hepatik) adalah: dinding usus, Ginjal, Paru, Darah, Otak dan Kulit,juga di lumen

    kolon(oleh flora usus).

    Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar (larut

    lemak) menjadi polar (larut air)agar dapat diekskresikan melalui ginjal atau

    empedu.dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif.Tapi

    sebagian berubah menjadi lebih aktif(jika asalnya prodrug),kurang aktif,atau

    menjadi toksik.

    Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytocrome

    P450 (cyp) yang disebut juga enzim monooksigenase atau MFO (Mixed Fungtion

    Oxidase) dalam endoplasmic reticulum (mikrosom) hati. Interaksi dalam

    metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim metabolisme, terutama

    enzim cyp.

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    4/25

    Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada tingkat

    transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang

    menjadi substrat enzim yang bersangkutan.

    Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara langsung

    dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi

    secara langsung. (Mardjono,2007,hal 8)

    Proses metabolisme dapat mempengaruhi aktivitas biologis, masa kerja,

    dan toksisitas obat. Oleh karena itu pengetahuan tentang metabolisme obat

    penting dalam studi.suatu obat dapat menimbulkan suatu respon biologis dengan

    melalui dua jalur, yaitu:

    a. Obat aktif setelah masuk melalui peredaran darah, langsung berinteraksi dengan

    reseptor dan menimbulkan respon biologis.

    b. Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah mengalami proses metabolisme

    menjadi obat aktif, berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respon biologis

    (bioaktivasi)

    Secara umum tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat menjadi

    metabolit tidak aktif dan tidak toksik (bioinaktivasi atau detoksifikasi), mudah

    larut dalam air dan kemudian diekskresikan dari tubuh. Hasil metabolit obat

    bersifat lebih toksik dibanding dengan senyawa induk (biootoksifikasi) dan ada

    pula hasil metabolit obat yang mempunyai efek farmakologis berbeda dengan

    senyawa induk. contoh: Iproniazid, suatu obat perangsang system syaraf pusat,

    dalam tubuh di metabolis menjadi isoniazid yang berkhasiat sebagai anti

    tuberkolosis.

    Faktor-faktor yang mempengarui metabolisme obat:

    Metabolisme obat secara normal melibatkan lebih dari satu proses kimiawi

    dan enzimatik sehingga menghasilkan lebih dari satu metabolit. Jumlah metabolit

    ditentukan oleh kadar dan aktivitas enzim yang berperan dalam proses

    metabolisme. Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas dan masa kerja

    obat. Kecepatan metabolisme ini kemungkinan berbeda-beda pada masing-masing

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    5/25

    individu. Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan intensitas dan

    memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan meningkatkan toksisitas obat.

    Kenaikan kecepatan metabolisme akan menurunkan intensitas dan memperpendek

    masa kerja obat sehingga obat menjadi tidak efektif pada dosis normal.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain:

    1. Faktor Genetik atau keturunan

    Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang-

    kadang terjadi dalam system kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa factor

    genetic atau keturunan ikut berperan terhadap adanya perbedaan kecepatan

    metabolisme obat.

    2. Perbedaan spesies dan galur

    Pada proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi pada

    spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi kadang-

    kadang ada perbedan uang cukup besar pada reaksi metabolismenya.

    3. Perbedaan jenis kelamin

    Pada spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin

    terhadap kecepatan metabolisme obat

    4. Perbedaan umur

    Bayi dalam kandungan atau bayi yang baru lahir jumlah enzim-enzim

    mikrosom hati yang diperlukan untuk memetabolisme obat relatif masih

    sedikit sehingga sangat peka terhadap obat.

    5. Penghambatan enzim metabolisme

    Kadang-kadang pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama

    suatu senyawa yang menghambat kerja enzim-enzim metabolisme dapat

    meningkatkan intensitas efek obat, memperpanjang masa kerja obat dan

    kemungkinan juga meningkatkan efek samping dan toksisitas.

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    6/25

    6. Induksi enzim metabolisme

    Pemberian bersama-sama suatu senyawa dapat meningkatkan

    kecepatan metabolisme obat dan memperpendek masa kerja obat. Hal inidisebabkan senyawa tersebut dapat meningkatkan jumlah atau aktivitas

    enzim metabolisme dan bukan Karena permeablelitas mikrosom atau adanya

    reaksi penghambatan. Peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat-obat

    tertentuatau proses induksi enzim mempercepat proses metabolisme dan

    menurunkan kadar obat bebas dalam plasma sehingga efek farmakologis

    obat menurun dan masa kerjanya menjadi lebih singkat.

    Induksi enzim juga mempengaruhi toksisitas beberapa obat karena

    dapat meningkatkan metabolisme dan metabolit reaktif.

    Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada jaringan-jaringan

    dan organ-organ seperti hati, ginjal, paru dan saluran cerna. Hati merupakan

    organ tubuh tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung enzim-

    enzim metabolisme dibanding organ lain. Metabolisme obat di hati terjadi padamembrane reticulum endoplasma sel. Retikulum endoplasma terdiri dari dua tipe

    yang berbeda, baik bentuk maupun fungsinya. Tipe 1 mempunyai permukaan

    membran yang kasar, terdiri dari ribosom-ribosom yang tersusun secara khas dan

    berfungsi mengatur susunan genetik asam amino yang diperlukan untuk sintesis

    protein. Tipe 2 mempunyai permukaan membran yang halus tidak mengandung

    ribosom. Kedua tipe ini merupakan tempat enzim-enzim yang diperlukan untuk

    metabolisme obat. Jalur umum metabolisme obat dan senyawa organik asing

    Reaksi metabolisme obat dan dan senyawa organic asing ada dua tahap yaitu:

    1. Reaksi fase I atau reaksi fungsionalisasi

    2. Reaksi fase II atau reaksi konjugasi.

    Yang termasuk reaksi fase I adalah reaksi-reaksi oksidasi, reduksi, dan

    hidrolisis. Tujuan reaksi ini adalah memasukkan gugus fungsional tertentu yang

    besifat polar.

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    7/25

    Yang termasuk reaksi fase II adalah reaksi konjugasi, metilasi dan

    asetilasi. Tujuan reaksi ini adalah mengikat gugus fungsional hasil metabolit

    reaksi fase I dengan senyawa endogen yamg mudah terionisasi dan bersifat polar,

    seperti asam glukoronat, sulfat, glisin dan glutamine, menghasilkan konjugat yang

    mudah larut dalam air. Hasil konjugasi yang terbentuk (konjugat) kehilangan

    aktivias dan toksisitasnya, dan kemudian di ekskresikan melalui urin.

    Pada metabolisme obat, gambaran secara tepat system enzin yang

    bertanggung jawab terhadap proses oksidasi, reduksi, masih belum diketahui

    secara jelas. Secara umum diketahui bahwa sebagian besar reaksi metabolik akan

    melibatkan prpses oksidasi. Proses ini memerlukan enzim sebagai kofaktor, yaitu

    bentuk tereduksi dari nikotinamid-adenin-dinukleotida fosfat (NADPH) dan

    nikotinamid-adenin-dinukleotida

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    8/25

    II. ALAT DAN BAHAN

    A. Alat

    Alat-alat yang digunakan yaitu Spuit injeksi (0,1-2 ml), jarum

    sonde, labu ukur 10 ml, stop watch, timbangan tikus, neraca analitik, dan

    alat-alat gelas.

    B. Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan yaitu aquabidest, diazepam, induktor

    enzim : fenobarbital 30 mg/kg BB, inhibitor enzim : simetidin dan

    siprofloksasin, hewan coba (tikus), kapas dan alkohol.

    III.

    CARA KERJA

    a. Tikus I

    -

    Ditimbang

    -

    Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)

    - Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)

    - Diambil 4 ml dengan spuit injeksi

    - Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut

    - Didiamkan 15 menit

    -

    Dicatat onset diazepam secara intra peritoneal- Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit

    ke 15, 30, 60, dan 90

    - Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod

    -

    Dicatat durasi diazepam secara intra peritoneal

    TIKUS

    DIAZEPAM AMPUL

    TIKUS

    DATA

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    9/25

    b. Tikus II

    -

    Ditimbang

    - Ditimbang

    - Digerus

    -

    Diambil sesuai dengan dosis (1,35 mg)

    - Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 25 ml)

    -

    Diambil 5 ml dengan jarum sonde

    - Diinjeksikan dalam tikus melalui mulut

    -

    Didiamkan 15 menit

    -

    Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)

    - Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)

    - Diambil 5 ml dengan spuit injeksi

    - Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut

    - Didiamkan 15 menit

    -

    Dicatat onset diazepam dengan induktor fenobarbital- Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit

    ke 15, 30, 60, dan 90

    - Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod

    -

    Dicatat durasi diazepam dengan induktor fenobarbital

    FENOBARBITAL TABLET

    TIKUS

    DATA

    TIKUS

    DIAZEPAM AMPUL

    TIKUS

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    10/25

    c. Tikus III

    -

    Ditimbang

    - Ditimbang

    - Digerus

    -

    Diambil sesuai dengan dosis (9 mg)

    - Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 10 ml)

    -

    Diambil 5 ml dengan jarum sonde

    Diinjeksikan dalam tikus melalui mulut

    -

    Didiamkan 15 menit

    - Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)

    - Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)

    - Diambil 5 ml dengan spuit injeksi

    - Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut

    -

    Didiamkan 15 menit- Dicatat onset diazepam dengan inhibitor ciprofloksasin

    - Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit

    ke 15, 30, 60, dan 90

    -

    Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod

    - Dicatat durasi diazepam dengan inhibitor ciprofloksasin

    CIPROFLOKSASIN TABLET

    TIKUS

    TIKUS

    DATA

    TIKUS

    DIAZEPAM AMPUL

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    11/25

    IV. PERHITUNGAN DAN HASIL PERCOBAAN

    Perhitungan Dosis :

    Ciprofloksasin

    Dosis obat : 500 mg

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    12/25

    Diazepam

    Dosis obat : 5 mg

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    13/25

    Fenobarbital

    Dosis obat : 30 mg

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    14/25

    Data Pengamatan :

    Kelompok 1 Onset Durasi 15 30 60 90

    Tikus I (Diaz) 16 40 - 5 3 2

    Tikus II (Feno +

    Diaz)

    6 52 3 4 3 4

    Tikus III (Simet

    + Diaz)

    29 24 5 3 3 5

    Kelompok 2 Onset Durasi 15 30 60 90

    Tikus I (Diaz) 13 22 5 4 4 5

    Tikus II (Feno +

    Diaz)

    11 24 4 4 1 1

    Tikus III (Simet

    + Diaz)

    28 67 5 4 1 1

    Kelompok 3 Onset Durasi 15 30 60 90

    Tikus I (Diaz) 9 75 15 7 5 2

    Tikus II (Feno +

    Diaz)

    11 65 10 12 5 1

    Tikus III (Cipro

    + Diaz)

    12 >90 8 6 6 5

    Kelompok 4 Onset Durasi 15 30 60 90

    Tikus I (Diaz) 5 70 17 9 7 3

    Tikus II (Feno +

    Diaz)

    4 69 9 9 7 4

    Tikus III (Cipro

    + Diaz)

    3 57 7 4 2 3

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    15/25

    V. PEMBAHASAN

    Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat kimia

    dalam jaringan biologi yang dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Jumlahobat dalam tubuh dapat berkurang karena proses metabolisme dan ekskresi. Hati

    merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan efektif

    mengeksresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan mengalami reabsorpsi

    di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus. Oleh karena itu, obat yang lipofil

    harus dimetabolisme terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih polar supaya

    reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi.

    Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I merubah

    senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti OH,

    NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami proses

    perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin mempengaruhi efek

    farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim sitokrom

    P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga berperan penting

    dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak dan detoksifikasi zat

    eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak menggunakanenzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin, histamine dan etanol.

    Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup polar

    setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada zat yang sangat

    lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan zat endogen

    seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam amino. Hasil reaksi

    konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara farmakologi.

    Glukoronidasi adalah reaksi konjugasi yang paling umum dan paling penting

    dalam ekskresi dan inaktifasi obat.

    Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH dan

    COOH mungkin tidak perlu mengalami reaksi fase I untuk dimetabolisme fase II.

    Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi fase I terlebih dahulu

    sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme fase II terlebih

    dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I. (Mycek,2001)

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    16/25

    Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada tingkat

    transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme obat yang

    menjadi substrat enzim yang bersangkutan.Contoh obat yang bersifat induksi

    adalah sebagai induktor yaitu fenobarbital

    Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara langsung

    dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi

    secara langsung. (Mardjono,2007,hal 8)

    Metabolisme merupakan proses mengubah struktur suatu zat menjadi zat

    lain yang memiliki sifat yang sama, menyerupai atau bahkan berbeda dengan zat

    itu sebelumnya (Sari, 2008).

    Zat-zat yang larut dalam lipid dimetabolisme oleh hati menggunakan dua

    set umum reaksi, fase I dan fase II. Reaksi fase I sering melibatkan sistem P-450.

    Reaksi fase II adalah konjugasi, sebagian besar dengan glukuronid. Reaksi fase I

    mengubah molekul lipofilik menjadi molekul-molekul yang lebih polar dengan

    memasukkan atau membuka gugus fungsional polar seperti OH atau NH2.

    Sebagian besar reaksi ini menggunakan enzim-enzim P-450 mikrosomal. Reaksi

    fase I merupakan dasar sejumlah interaksi obat. Terdapat suatu rangkaian lengkap

    enzim sitokrom P-450 yang dapat diinhibisi atau diinduksi. Diantara enzim-enzim

    tersebut, CYP3A4 mempunyai peran dalam metabolisme sekitar 50% obat yang

    akhir-akhir ini diresepkan. Inhibisi atau induksi CYP3A4 oleh satu obat akan

    mempengaruhi kadar obat lain yang juga dimetabolisme oleh CYP3A4. Sebagai

    contoh, rifampin menginduksi CYP3A4, yang dapat meningkatkan metabolisme

    estrogen, sehingga mengurangi keefektifan pil pengontrol kehamilan (pil KB)

    (Stringer, 2008).

    Reaksi fase II adalah reaksi konjugasi. Reaksi-reaksi ini mengombinasikan

    asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat atau asam amino dengan molekul obat

    sehingga obat tersebut menjadi lebih polar. Obat-obat yang sangat polar ini

    selanjutnya dapat diekskresikan oleh ginjal (Stringer, 2008).

    Suatu obat yang dapat meningkatkan metabolisme dari obat lain dengan

    merangsang (menginduksi) enzim-enzim hati. Obat-obat yang dapat menginduksi

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    17/25

    enzim-enzim disebut sebagai penginduksi enzim. Salah satu contoh dari

    penginduksi enzim adalah barbiturat (fenobarbital). Fenobarbital meningkatkan

    metabolisme penghambat reseptor beta (propanolol), kebanyakan dari

    antipsikotropik, dan teofilin. Metabolisme yang meningkat mempercepat

    eliminasi obat di dalam plasma. Akibatnya adalah penurunan kerja obat. Kadang-

    kadang enzim-enzim hati mengubah obat menjadi metabolit aktif atau pasif. Ada

    juga beberapa obat yang merupakan penghambat enzim (Kee dan Hayes, 1996).

    Inhibitor enzim menghambat metabolisme obat, meningkatkan durasi kerja

    dan konsentrasi plasma obat-obat pendamping. Contohnya simetidin, disulfiram,

    etanol, antibiotika makrolid, alopurinol, isoniazid, kloramfenikol, dan ketokonazol

    (Cairns, 2009).

    Kerja suatu inhibitor yaitu berikatan dengan enzim sehingga ketika ada

    obat lain masuk obat tersebut tidak akan dimetabolisme, lalu obat akan

    terakumulasi dalam plasma dan akan menyebabkan efek toksik. Akibatnya durasi

    efek terapi yang lama dan bahkan kematian hewan uji. Secara garis besar kerja

    inhibitor yaitu menghambat metabolisme suatu obat.

    Kerja suatu inductor yaitu membantu meningkatkan enzim pemetabolisme,

    ketika ada obat lain yang masuk obat tersebut akan langsung dimetabolisme dan

    di ekskesikan sehingga mengurangi kadarnya dalam plasma dan diperoleh durasi

    obat yang pendek

    Contoh obat yang bersifat inhibisi adalah sebagai inhibitor yaitu simetidin

    dan siprofloksasin

    Monografi dan mekanisme kerja

    1. Diazepam

    7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1.4-benzodiazepin-2-on,BM: 284,75

    Pemerian : Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning; praktis tidak

    berbau.

    Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam kloroform; larut

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    18/25

    dalam etanol. Suhu lebur :130-134Ph : diazepam dalam larutan relative stabil

    pada ph 4 dan maksimum stabilitas pada ph 5. Diazepam adalah N-demethylated

    oleh CYP3A4 dan 2C19 ke desmethyldiazepam metabolit aktif-N, dan

    dihidroksilasi oleh CYP3A4 ke temazepam metabolit aktif. N-desmethyldiazepam

    dan temazepam keduanya dimetabolisme lebih lanjut untuk

    oxazepam.Temazepam dan oxazepam sebagian besar dihilangkan dengan

    glucuronidation.

    Berikatan dengan reseptor stereospesifik benzodiazepin pada saraf GABA

    post-sinaps di beberapa tempat dalam sistem saraf pusat, termasuk sistem limbik,

    susunan retikular. Menambah efek penghambat GABA pada hasil eksitabilitas

    saraf dengan meningkatkan permeabilitas membran saraf terhadap ion klorin.

    Pertukaran ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi dan stabilisasi. (Lexy-Comp

    p.462)

    1. Fenobarbital

    Fenobarbital adalah antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif dalam

    mengatasi epilepsi pada dosis subhipnotis. Mekanisme kerja menghambat kejang

    kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja

    pada reseptor GABA, rekaman intrasel neuron korteks atau spinalis kordata

    mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan respons terhadap GABA

    yang diberikan secara iontoforetik. Efek ini telah teramati pada konsentrasi

    fenobarbital yang sesuai secara terapeutik. Analisis saluran tunggal pada out patch

    bagian luar yang diisolasi dari neuron spinalis kordata mencit menunjukkan

    bahwa fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor GABA dengan

    meningkatkan durasi ledakan arus yang diperantarai reseptor GABA tanpamerubah frekuensi ledakan. Pada kadar yang melebihi konsentrasi terapeutik,

    fenobarbital juga membatasi perangsangan berulang terus menerus; ini mendasari

    beberapa efek kejang fenobarbital pada konsentrasi yang lebih tinggi yang

    tercapai selama terapi status epileptikus.

    2. Cimetidine

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    19/25

    Cimetidine adaiah penghambat histamin pada reseptor H2 secara selektif

    dan reversible, penghambatan histamin pada reseptor H, akan menghambat sekresi

    asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh

    makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin. Cimetidine dengan cepat

    diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam plasma dicapai

    dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian. Cimetidine diekskresikan melalui

    urin.

    3. Siprofloksasin

    Ciprofloxacin (1-cyclopropyl-6-fluoro-1,4-dihydro-4-oxo-7-(-1-

    piperazinyl-3-quinolone carboxylic acid) merupakan salah satu obat sintetik

    derivat quinolone. mekanisme kerjanya adalah menghambat aktifitas DNA gyrase

    bakteri, bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif

    maupun gram negatif.

    Ciprofloxacin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna,

    bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein

    plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. metabolismenya

    dihati dan diekskresi terutama melalui urine.

    Tikus diberi diazepam 10mg/kg BB secara intraperitoneal. Diazepam

    bekarja dengan aksi gama-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter

    penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasipost

    sinaptik membran sel dan mendorongnya agar tidak dapat di eksitasi. Hal tersebut

    mangakibatkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensial alcohol,

    antikonvulsi dan relaxasi otot skeletal. Kemudian tikus II diberi fenobarbital

    30mg/70 kg BB dengan fenobarbital setelah 15 menit diberi diazepam.

    Fenobarbital adalah obat induksi enzim metabolisme menyebabkan enzim

    sitokrom P450 terinduksi akibatnya diazepam akan cepat di metabolisme sehingga

    obat akan cepat di eliminasi dari dalam tubuh. Akibatnya efek diazepam dalam

    tubuh berkurang karena hanya berefek sebentar. Sedangkan tikus III diberi

    simetidin setelah 15 menit diberi diazepam. Dan tikus IV diberi ciprofloksasin

    setelah 15 menit diberi diazepam. Simetidin dan ciprofloksasin merupakan obat

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    20/25

    penginhibisi enzim metabolism. Kerjanya menghambat kerja enzim sitokrom

    P450 sehingga metabolism obat dihambat. Obat di eliminasi lebih lama di dalam

    tubuh dan obat berefek lebih lama di dalam tubuh (Mardjono, 2007).

    Tikus diamati onset dan durasinya berdasarkan refleks balik badan.

    Jumlah jatuhnya tikus menandakan kesadaran tikus. Semakin banyak tikus jatuh

    berarti tikus dalam keadaan dibawah pengaruh sedasi. Onset bisa dilihat dari

    waktu mulainya tikus mulai lemas dan durasi bisa dilihat dari lamanya waktu

    tikus menjadi lemas sampai tikus terlihat mulai aktif kembali (Mardjono, 2007).

    Onset diazepam pada umumnya pada menit ke 4-8 setelah pemberian ( Anonim,

    2004).

    VI. KESIMPULAN

    Metabolisme obat dapat dipengaruhi oleh obat lain yang digunakan

    bersama-sama.

    Obat yang mempengaruhi metabolisme obat dapat memperlama atau

    memperpendek kerja obat.

    Contoh obat yang memperpanjang kerja obat (inhibitor) yaitu

    ciprofloksasin dan simetidin.

    Contoh obat yang memperpendek kerja obat (induktor) yaitu golongan

    barbitulat contohnya fenobarbital.

    Tikus yang diberi obat penghibisi enzim metabolisme mengalami

    durasi yang lebih lama daripada yang diberi obat penginduksi enzim

    metabolisme.

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    21/25

    VII.TUGAS

    1. Sebutkan senyawa-senyawa yang dapat menginduksi dan menginhibisi

    enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme!

    Jawab :

    Senyawa yang dapat menginduksi enzim yaitu fenobarbital,

    alobarbital, pentobarbital, dan sekobarbital. Seangkan senyawa yang

    dapat menginhibisi enzim yaitu simetidin, ciprofloksasin, dan

    eritromisin.

    2. Jelaskan mekanisme induksi dan inhibisi enzim!

    Jawab :

    Induksi seperti jenis fenobarbital akan menaikkan proliferasi RE

    dan dengan demikian bekerja menaikkan dengan jelas bobot hati.

    Induksi terutama pada sitokrom P450 dan juga pada glukuronil

    transfase, glutation transfase, dan epoksida hidrolase, induksi yang

    terjadi relatif cepat (beberapa hari). Induktor metilkolantren yang

    termassuk karbohidrat aromatik (misalnya benzpiren, metilkolatren,

    triklordibenodioksin, fenantren) dan beberapa herbisida, terutama

    meningkatkan kerja sitokrom P450 dan sintesis glukuronil transferase.

    Proliferasi RE dan dengan demikian kenaikan bobot hati sedikit.

    Sebagai akibat dari induksi enzim maka kapasitas penguraian

    meningkat, sehingga dalam waktu beberapa minggu menurun hingga

    pada tingkat asalnya.

    Pada penambahan inhibitor enzim terjadi pula mekanisme

    inhibisi enzim dengan cara bahan obat yang menyebabkan penurunansintesis atau menaikkan penguraian enzim RE atau antara 2 obat

    terdapat persaingan tempat ikatan pada enzim, akibatnya terjadi

    penghambatan penguraian secara kompetitif sehingga laju

    metabolisme menurun.

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    22/25

    3. Jelaskan hubungan antara induksi dan inhibisi enzim dengan efek

    farmakologi dan toksisitas!

    Jawab :

    Inhibisi berarti hambatan terjadi langsung, dengan akibat

    peningkatan kadar obat yang menjadi substrat dari enzim yang

    menghambat juga terjadi secara langsung untuk mencegah terjadinya

    toksisitas, diperlukan penurunan dosis obat yang bersangkutan atau

    bahkan tidak boleh diberikan bersama penghambatnya (kontra

    indikasi) jika akibatnya membahayakan. Hambatan pada umumnya

    bersifat kompetitif (karena merupakan substrat dari enzim yang sama),

    tetapi juga dapat bersifat non-kompetitif (bukan substrat dari enzim

    yang bersangkutan atau ikatannya irreversibel.

    Induksi berarti peningkatan sintesis enzim metabolisme pada

    tingkat transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan

    metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang bersangkutan,

    akibatnya diperlukan peningkatan dosis obat tersebut, berarti terjadi

    toleransi farmakokinetik karena melibatkan sintesis enzim maka

    diperlukan waktu beberapa hari (3 hari sampai 1 minggu) sebelum

    dicapai efek yang maksimal.

    VIII. DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia.

    Anonim, 1995,Farmakope Indonesia IV, Jakarta : Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia.

    Anonym, 2004,Diazepam, url :http://www.nursingtimes.netdiakses 15

    Mei 2014.

    Cairns, Donald. 2009.Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : EGC.

    http://www.nursingtimes.net/http://www.nursingtimes.net/http://www.nursingtimes.net/http://www.nursingtimes.net/
  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    23/25

    Kee, Joyce L., Dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan

    Proses

    Keperawatan, Jakarta : EGC.

    Mardjono, Mahar, 2007,Farmakologi dan Terapi, Jakarta : UI press.

    Martindale, 2006,The Complete drug Reference. 35th edition,AHFS

    DRUG.

    Mycek, Mary J, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2, Widya

    Medika, Jakarta.

    Sari, Wening, dkk. 2008. Care Yourself, Hepatitis. Jakarta : Penebar Plus.

    Siswandono, Soekardjo, 1995,Kimia Medisinal, Surabaya; Airlangga

    University Press.

    Stringer, Janet L. 2008.Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta : EGC

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    24/25

    Purwokerto, 16 Mei 2014

    Mengetahui,

    Dosen Pembimbing Praktikum

    (Esti Dyah Utami)

    Ketua Kelompok,

    (Syaeful Eko Prayitno)

  • 7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx

    25/25