Lp Gastritis
-
Upload
rahadi-fati -
Category
Documents
-
view
63 -
download
5
Transcript of Lp Gastritis
GASTRITIS
A. DEFINISI
Gastritis adalah suatu peradangan pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa
gaster (Sujono Hadi, 2009: 81).
Maag/sakit lambung adalah rusaknya lapisan dinding lambung yang disebabkan oleh
sekresi asam lambung yang berlebihan oleh sesuatu hal dengan gejala yang dapat sembuh
sendiri (Mansoer Arif, 2004)
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik,
difus atau local. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah gastritis superficial
akut dan gastritis atrofik kronik (Ana M. 2003)
Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung (Mizieviez. 2004).
B. ETIOLOGI
1. Kebiasaan atau pola makan yang tidak teratur.
2. Merokok, minum-minuman beralkohol dan minuman yang mengandung kafein.
3. Stres psikologis yang berat.
4. Terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat merangsang pengeluaran
asam lambung (obat penurun panas).
(Mansoer Arif. 2004)
C. PATOFISIOLOGI
Gastritis superfisial akut
Merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotoksin bakteri
(masuk setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin
merupakan agen – agen penyebab yang sering. Membaran mukosa lambung menjadi
edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan , cairan dan darah) dan mengalami erosi
superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat
sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat
menimbulkan hemoragi. Mukosa lambung dapat memperbaiki diri sendiri setelah
mengalami gastritis. Kadang – kadang hemoragi memerlukan intervensi bedah.
Gastritis atrofik kronik
Gastritis kronik diklasifikasikan menjadi tipe A dan tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) Ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai
kehilangan sel parietal dan sel chief. Akibatnya , produksi asam klorida, pepsin, dan
faktor intrinsic menurun. Dinding lambung menjadi tipis, dan mukosa mempunyai
permukaan yang rata. Minum alcohol berlebihan, teh panas dan merokok merupakan
predisposisi timbulnya gastritis akut. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori)
mempengaruhi antrum dan pylorus(ujung lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan
dengan bakteri H. pylori; faktor diet, seperti minuman panas atau pedas; penggunaan
obat – obatan dan alcohol; merokok; atau refluks isi lambung.
(Mansoer Arif. 2004)
E. TANDA DAN GEJALA
a. Nyeri pada ulu hati.
b. Kram pada perut.
c. Lesu, mual, dan muntah.
d. Perut terasa penuh walau pun belum makan.
e. Nafsu makan berkurang sehingga berat badan cenderung turun.
Gastritis superfisial akut
Manifestasi klinis gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak
jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala yang lebih berat seperti nyeri
epigastrium , muntah, perdarahan dan hematemesis.
Gastirits atrofik kronik
Gejala – gejala gastritis kronik umumnya bervariasi dan tidak jelas ; antara lain
perasaan penuh, anoreksia, dan distress epigastrik yang tidak nyata. Pasien dengan
gastritis tipe A secara khusus asimtomatik, kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B 12.
pada gastritis tipe B pasien mengeluh anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, kembung,
rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Mansoer Arif. 2004)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dokter dapat memperkirakan gastritis dengan mendengar riwayat medis. Bagaimanpun
juga satu – atunya cara yang tepat untuk membuat diagnosis adalah dengan edoscopy dan
biopsy batas perut. Endoscopy adalah pemeriksaan dengan bius ringan, cahaya dengan
jangkauan fleksibel dilewatkan kedalam peru. Gambar dapat digunakan, namunlebih
penting lagi, biopsy dapat digunakan untuk analisis di bawah mikroskop. Pemeriksaan
sinar X GIT bagian atas dan pemeriksaan darah akan sangat membantu.
1. Endoskopi
2. Biopsi mukosa lambung
3. Analisa cairan lambung
4. Pemeriksaan barium
5. Radiologi abdomen
6. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
7. Feces bila melena (Ana M. 2003)
G. Penatalaksaan
Perawatan pada klien dengan gastritis tergantung pada penyebabnya. Pada
kebanyakan tipe gastritits, mengurangi asam lambung dengan menggunakan obat – obatn
akan sangat membantu. Selain itu diagnosis spesifik perlu dibuat. Antibiotik digunakan
untuk infeksi. Mengurangi aspirin, NSAID atau alcohol diindikasikan saat salah satu dari
ketiga hal tersebut menjadi masalah. Untuk tipe gastritits yang tidak lazim lainnya
penatalaksaan juga diperlukan. Gastritis sendiri jarang menjadi masalah yang serius.
(Sujono Hadi, 2009: 81).
Penatalaksanaan dengan TOGA/ Tanaman obat keluarga adalah sebagai berikut:
Resep pertama
a. Bahan
Beberapa buah bengkuang
Seujung sendok teh garam
b. Proses pembuatan
Buah bengkuang dikupas terlebih daulu kemudian diparut dan diperas usahakan
sampai menghasilkan satu gelas ukuran 240-250 cc, selanjutnya tambahkan garam
kemudian aduk sampai rata.
c. Dosis
2 kali satu gelas (pagi dan sore) sesudah makan.
Resep kedua
a. Bahan
5 potong temulawak
2 siung bawang putih
½ gelas kacang hijau
b. Proses pembuatan
Temulawak dan bawang putih diiris tipis-tipis lalu rebus semua bahan dengan ½
gelas air ukuran 240-250 cc hingga tinggal seengahnya.
c. Dosis
2 kali 1 gelas (pagi dan sore) sesudah makan.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GASTRITIS
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat atau adanya faktor resiko
Riwayat garis perama keluarga tentang gastritis
Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung
Perokok berat
Pemajanan pada stres emosi kronis
2. Pengkajian fisik
Nyeri epigastrik. Nyeri terjadi 2 – 3 setelah makan dan sering disertai dengan
mual dan muntah. Nyeri sering digambarkan sebagai tumpul, sakit, atau rasa
terbakar, sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres
emosi.
Penurunan berat badan
Perdarahan sebagai hematemesis dan melena bila berat
3. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah sakit
4. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan,
pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif
5. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkanstres dan persepsi
tentang dampak penyakit pada gaya hidup
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut /kronis b/d peningkatan lesi skunder terhadap peningkatan sekresi gastik
2. Resiko peningkatan inefektif regimen terapeutik yang b/d kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, kontra indikasi, tanda dan gejala, komplikasi, dan program
pengobatan
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa tidak nyaman setelah makan ,
anoreksia, mual, muntah
4. Resiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder
C. RENCANA KEPERAWATAN
Dx/ Kep. 1.
Kriteria klien akan :
1. Melaporkan gejala ketidaknyamanan dengan segera
2. Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman dalam respon terhadap rencana
pengobatan
Intervensi :
1. Jelaskan hubungan antara sekresi asam hidroklorit dan awitan nyeri
2. Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat, bloker H2 sesuai pesanan
3. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan istirahat dan rileks
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi subtansi pengiritasi misalnya makanan
gorengan, pedas, kopi
5. Ajarkan tehnik diversional untuk reduksi stres dan penghilang nyeri
6. Nasehati klien untuk menghindari merokok dan penggunaan alkohol
7. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang mengandungkafein, bila
ada indikasi
8. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisal kecuali bila dianjurkan
dokter
9. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan saat tidak
nyeri sekalipun
Dx/ Kep. 2.
Kriteria : Berkaitan dengan perencanaan pemulangan, rujuk pada rencana pemulangan
Intervensi :
1. Jelaskan patofisiologi penyakit gastritis menggunakan terminologi dan media
yang tepat untuk tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2. Jelasskan perilaku yang dapat diubah atau dihilangkan untuk mengurangi resiko
kekambuhan:
a. penggunaan tembakau,
b. masukan alkohol berlebihan,
c. makanan dan minuman yang mengandung kafein,
d. jumlah besar produk yang mengandung susu.
3. Jika klien dipulangkan dengan terapi antasid, ajarkan hal-hal berikut:
a. kunyah tablet dengan baik dan minum segelas air, untuk meningkatkan
absorbsi
b. minum antasid 1 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan
lambung
c. berbaring selama 1/2 jam setelah makan untuk memperlambat pengosongan
lambung
d. Hindari antasid tinggi natrium ( misal: gelusil, amphojel, mylanta ), masukan
natrium berlebuhan memperberat rettensi cairan dan meningkatkan takanan
darah
4. Diskusikan tentang pengobatan lanjut bahkan saat tidak ada gejala
5. Instruksikan klien dan keluarga untuk memperhatikan dan melaporkan gejala ini :
Feces merah / hitam
Muntahan berdarah / hitam
Nyeri epigastrik menetap
Nyeri abdomen berat dan tiba-tiba
Konstipasi
Mual dan muntah menetap
Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Rujuk ke sumber komunitas, bila ada indikasi( misal : program penghentian
merokok, minum alkohol, penatalaksanaan stres)
Dx/ Kep. 3.
Kriteria: mempertahankan masukan makanan yang adekuat
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi pasien: diit, pola makan, makanan yang dapat menjadi pencetus
rasa nyeri
2. Kaji riwayat pengobatan pasien: aspirin, steroid, vasopresin
3. Pantau tanda-tanda vital / 4 jam
4. Pantau masukan dan haluaran
5. Pertahankan lingkungan tampa stres
6. Berikan diit dalam jumlah kecil dan sering
7. Pantau keefektifan / efek samping obat
Dx/ Kep. 4.
Kriteria:
1. mempertahankan input yang adekuat
2. tidak ada tanda-tanda dehidrasi dan kekurangan cairan
Intervensi :
1. Catat banyaknya perdarahan
R : dapat dijadikan pedoman untuk menggati jumlah darah yang keluar
2. Monitor tanda vital
R : mengetahui keadekuatan sirkulasi, tensi dan nadi dapat digunakan untuk
perkiraan kasar kehilangan darah.
3. Kaji perubahan tingkat kesadaran
R : perubahan tingkat kesadaran menunjukan suply darah ke otak kurang
4. Kolaborasi dokter untuk pemberian cairan intravena
R : mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Lorraine M, (2005), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta
2. Mansjoer a,dkk,(2004), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media
Euskulapius FKUI, Jakarta
3. Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta
4. FKUI, (2003), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta
5. Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2,
EGC, Jakarta
Woc
Anoreksia
Hipertensi/ vasokontriksi
Radikal bebas
Obat-obatan Stress Alkohol
Korteks
Hipotalamus
Medula
Sekresi asam lambung bikarbonat
naik turun
Gangguan mobilitas gastrointestinal
Refluks gaster duodenum
Iritasi mukosa
Nyeri
Cemas
Mual
Muntah
Volume cairan kurang
Nutrisi kurang
Lambung flow menurun mikrosirkulas menurun
Permebalitas naik
Progtaglin
Mukus bikromat opitel menurun impermeabilitas proliferasi
H’Aliran darah
pH intramukal
Keasaman jaringan kritis
Erosi/ ulserasi