PAPER 1 REMBESAN MINYAK DI BANYUMENENG -- RATNAYU-.docx

14
REMBESAN MINYAK DI SUNGAI BANYUMENENG, DEMAK, JAWA TENGAH PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG SARI Penelitian ini dilakukan di Sungai Banyumeneng yang berada pada bagian tenggara dari Kota Semarang, kawasan ini merupakan satuan Formasi Kerek (Tmk) yang berumur Miosen Tengah atau sekitar 11-17 juta tahun yang lalu. Lithologi yang dijumpai berupa napal, batupasir dengan ukuran butir sedang-sangat kasar (1/4-2mm) dan batugamping. Pada singkapan ini juga dijumpai struktur geologi sesar naik dengan nilai strike/dip N 226 0 E/50 0 . Struktur sesar inilah yang menjadi jalur migrasi minyak menuju ke permukaan karena tekanan yang lebih rendah. Dari lokasi ini ditemukan 5 spot rembesan minyak yang 2 di antaranya masih aktif mengeluarkan gas. Dari hasil measuring stratigraphy didapatkan dominasi batugamping dengan ketebalan berkisar antara 1-2,5 m dengan pola pengendapan coarsening upward dikarenakan perselingan antara batulanau, batupasir dan batugamping menunjukan gradasi ukuran butir yang semakin mengasar. Struktur sedimen yang ditemukan berupa laminasi, claycast, slump dan crossbed yang mengindikasikan lingkungan pengendapan laut tepatnya continental slope. Keywords: Banyumeneng, sesar naik, rembesan minyak ABSTRACT This research was conducted in Banyumeneng River located on the southeastern of the Semarang city. This area is part of Kerek formation (Tmk) in Middle Miocene Epoch or about 11-17 million years ago. Lithology is encountered in the form of napal, sandstone with grain size is medium-very coarse(1/4-2mm) and limestones. In this outcrop also found geology structure that is fault which up to the value of the

Transcript of PAPER 1 REMBESAN MINYAK DI BANYUMENENG -- RATNAYU-.docx

REMBESAN MINYAK DI SUNGAI BANYUMENENG, DEMAK, JAWA TENGAH

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

SARIPenelitian ini dilakukan di Sungai Banyumeneng yang berada pada bagian tenggara dari Kota Semarang, kawasan ini merupakan satuan Formasi Kerek (Tmk) yang berumur Miosen Tengah atau sekitar 11-17 juta tahun yang lalu. Lithologi yang dijumpai berupa napal, batupasir dengan ukuran butir sedang-sangat kasar (1/4-2mm) dan batugamping. Pada singkapan ini juga dijumpai struktur geologi sesar naik dengan nilai strike/dip N 2260E/500. Struktur sesar inilah yang menjadi jalur migrasi minyak menuju ke permukaan karena tekanan yang lebih rendah. Dari lokasi ini ditemukan 5 spot rembesan minyak yang 2 di antaranya masih aktif mengeluarkan gas. Dari hasil measuring stratigraphy didapatkan dominasi batugamping dengan ketebalan berkisar antara 1-2,5 m dengan pola pengendapan coarsening upward dikarenakan perselingan antara batulanau, batupasir dan batugamping menunjukan gradasi ukuran butir yang semakin mengasar. Struktur sedimen yang ditemukan berupa laminasi, claycast, slump dan crossbed yang mengindikasikan lingkungan pengendapan laut tepatnya continental slope.Keywords: Banyumeneng, sesar naik, rembesan minyak

ABSTRACTThis research was conducted in Banyumeneng River located on the southeastern of the Semarang city. This area is part of Kerek formation (Tmk) in Middle Miocene Epoch or about 11-17 million years ago. Lithology is encountered in the form of napal, sandstone with grain size is medium-very coarse(1/4-2mm) and limestones. In this outcrop also found geology structure that is fault which up to the value of the strike / dip is N 226 0E / 500. Fault structure that is the migration path towards the oil to the surface because of the lower pressure. From this location 5 spot oil seepage found that 2 of them are still active out of gas. From the results obtained from measuring stratigraphy, dominated by limestones with a thickness ranging from 1-2.5 meters with depositional patterns due to the coarsening upward. It can happen because interbedded siltstone, sandstone and limestone beds shows grain size gradation that coarser. Sedimentary structures is found in the form of laminated, claycast, crossbed, slump that indicates marine depositional environment rather continental slope facies.Keywords: banyumeneng, reverse fault, oil seepage

PENDAHULUAN

Sekarang keberadaan energi merupakan hal yang penting dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Kondisi sumberdaya energi yang semakin berkurang sedangkan populasi penduduk terus mengalami peningkatan mengakibatkan kelangkaan energi yang terjadi seperti sekarang ini. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa minyak bumi merupakan energi utama yang berperan penting dalam menopang keberlangsungan kegiatan industri baik dalam skala kecil ataupun besar. Untuk mengatasi masalah ini harus dilakukan penghematan dalam penggunaan energi, mencari sumber energi alternatif serta melakukan kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi yang baru. Pada dasarnya sumber energi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu energi konvensional dan unkonvensional. Energi konvensional merupakan sumber energi yang jika habis tidak dapat diperbaharui lagi seperti minyak bumi, batubara dan mineral logam lainnya, sedangkan energi unkonvensional merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui seperti matahari, air, angin dan biogas.

Kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan untuk menemukan sumber energi yang dapat dijadikan cadangan. Sesuai dengan data yang dikeluarkan dari SKK MIGAS bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini kegiatan ekplorasi migas di indonesia mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena resiko yang sangat besar sehingga merugikan pihak perusahaan. Daerah target merupakan tempat yang sangat terpencil sehingga sulit untuk diakses serta mengingat ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan eksplorasi. Peran geologist dan geopyhsics sangat diperhitungkan dimana survey geofisika yang dilakukan oleh geopyhsics yang hasilnya akan dianalisis oleh geologist untuk mengetahui gambaran bawah permukaan apakah dengan kondisi yang demikian memungkinkan terdapat minyak, melihat dari struktur batuan yang ada seperti source rock, reservoir rock, trap, migrasi dan caprock.

Daerah Banyumeneng, Kabupaten Demak berada di sebelah tenggara kota Semarang yang di sebelah utara berbatasan dengan Desa Kebonbatur, di sebelah selatan berbatasan dengan desa Kawengen, di sebelah timur berbatasan dengan desa Sumberejo dan di sebelah barat berbatasan dengan desa Kalikayen. Secara geologi regional, Banyumeneng memiliki morfologi berupa perbukitan bergelombang miring (van Bemmelen, 1962). Banyumeneng termasuk kedalam Zona Kendeng dan Formasi Kerek yang berumur Miosen Tengah (11-17 juta tahun lalu) yang memiliki satuan lithologi berupa batupasir, batulanau dan batugamping. Sedangkan pada Zona Kendeng terbentuk antiklinorium akibat deformasi kompresi berarah relatif utara-selatan pada kala Plio-Plistosen yang juga mengkibatkan terjadinya patahan di daerah ini.

PERMASALAHAN

Sungai Banyumeneng merupakan sungai utama yang berada di Kabupaten Demak dengan lebar sungai sekitar 15 m. Pembentukan sungai ini sangat dipengaruhi oleh proses tektonik, hal ini dicirikan dengan banyaknya struktur-struktur geologi yang terbentuk akibat deformasi. Pada bagian tepi sungai dibatasi oleh perbukitan yang didominasi oleh vegetasi berupa pohon

bambu, jati, ilalang dan semak belukar. Sungai ini memiliki peranan penting bagi warga sekitar disamping digunakan sebagai irigasi juga digunakan untuk mandi bagi sebagian warga masyarakat ketika mendapati sumur mereka kering akibat musim kemarau. Ditinjau dari aspek pendidikan kawasan ini digunakan sebagai objek studi geologi. Sebenarnya banyak sekali yang bisa dipelajari dari lokasi ini, namun pada kesempatan kali ini penulis akan memberikan ulasan hasil penelitian kami yang berhubungan dengan dunia migas, karena ditemukan beberapa spot rembesan minyak. Proses terbentuk dan pengaruh kondisi geologi sungai Banyumeneng dan regional menjadi bahan yang akan dibahas dalam penelitian.

METODOLOGI

Data yang didapatkan dalam paper ini merupakan data yang diambil langsung pada saat survey lapangan yang kemudian dikembangkan melalui analisis dari buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan kondisi geologi, minyak dan gas bumi, petrologi dan sedimentologi stratigrafi.

HASIL DAN ANALISIS

Data yang didapatkan dari survey lapangan berupa hasil observasi secara petrologi, struktur geologi dan measuring stratigraphy. Satuan lithologi yang menjadi penyusun daerah Banyumeneng yaitu satuan lithologi batupasir, satuan lithologi batulanau (napal) dan satuan lithologi batugamping. Satuan lithologi batupasir ini memiliki ukuran butir sedang-sangat kasar (1/2-2 mm), sortasi baik, kemas tertutup, roundness rounded, dan semennya karbonatan. Sedangkan batulanau memiliki ukuran 1/16-1/256 mm dengan sortasi sangat baik, kemas tertutup dan semennya karbonatan. Batugamping memiliki ukuran 1/8-1/4 mm, sortasi buruk, kemas terbuka dan roundness angular. Struktur satuan lithologi ini berupa perlapisan dan kedudukannya perulangan perselingan dengan nilai strike/dip N 1400E/550.

Struktur geologi yang ada di lapangan berupa kekar, sesar geser sinistral dan sesar naik. Kekar terbentuk akibat adanya gaya endogen tetapi belum mengakibatkan lapisan batuan bergeser. Sesar terbentuk akibat adanya deformasi sehingga menyebabkan lapisan batuan menjadi bergeser. Sesar geser sinistral terbentuk pada satuan lithologi batugamping dan batulanau. Sedangkan struktur sesar naik dicirikan dengan hangingwallnya berada diatas footwallnya. Struktur sesar ini menjadi faktor penting terbentuknya rembesan minyak di permukaan, karena rembesan dapat keluar melalui rekahan-rekahan yang terbentuk akibat proses tektonisme regional.

Measuring stratigraphy dilakukan sepanjang 26 meter dengan metode rentang tali. Metode ini dilakukan dengan merentangkan tali sepanjang lapisan batuan yang berupa perlapisan dimana harus tegak lurus dengan jurus perlapisan batuan. Metode ini bertujuan untuk mencari ketebalan sebenarnya dari lapisan batuan dan menentukan umur serta urutan lapisan batuan di daerah survey. Didapatkan hasil berupa nilai strike/dip batuan N 1400E/550 dengan lapisan batugamping dan batulanau yang cukup tebal dan batupasir yang menyisip. Struktur sedimen yang ditemukan yaitu crossbed laminasi dan claycast. Pola pengendapan mengkasar keatas (

coarsening upward )dan kedudukan lapisan batuan yang berupa perulangan perselingan serta terdapat bidang erosional menunjukkan adanya proses pengendapan dari arah darat dan laut. Proses transportasi material sedimen yaitu turbidit ditandai dengan adanya struktur sedimen claycast dan slump akibat adanya slope. Material ini membawa kandungan karbonat yang tinggi sehingga menyebabkan lithologi di daerah survey mengandung unsur CaCO3

(karbonatan). Sehingga material ini terendapkan di lingkungan pengendapan laut yaitu fasies Continental Slope.

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada hasil survey di lapangan didapatkan lithologi batupasir dengan struktur laminasi, ukuran butir pasir sedang-pasir sangat kasar (1/4-2 mm ), bentuk butir subrounded-rounded, sortasi baik dan kemas tertutup serta memiliki struktur cross-bedding, ripple, perlapisan dengan semen karbonatan ketebalan berkisar 0,1-2,34 m, batulanau juga memiliki semen karbonatan dengan ketebalan berkisar 0,3-0,9 m dan batugamping dengan ketebalan 0,58-2,67 m yang banyak dijumpai fosil-fosil moluska dan brachiopoda. Dari measuring stratigraphy yang dilakukan sepanjang 26 meter didapatkan perselingan batupasir, batugamping dan batulanau dimana batulanau dan batugamping lebih dominan dibanding batupasir. Pola pengendapannya adalah coarsening upward atau mengkasar ke atas. Hal ini menunjukkan adanya suatu peristiwa geologi yaitu proses pengendapan yang berasal dari dua arah dimana supply of sediment dari darat lebih besar daripada laut yang menyebabkan urutan stratigrafi berupa perselingan. Dengan ditemukan struktur sedimen seperti claycast, laminasi dan crossbed juga menandakan bahwa adanya supply of sediment dari 2 arah dan disertai dengan proses longsoran karena pengaruh slope ataupun pengaruh aktivitas tektonisme dimana daerah Banyumeneng yang termasuk Formasi Kerek dan Zona Kendeng mengalami proses deformasi sangat aktif pada Kala Pliosen.

Struktur geologi dibedakan menjadi 2 yaitu struktur primer dan struktur sekunder, struktur primer merupakan struktur yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan itu sendiri, contohnya perlapisan dan laminasi. Sedangkan struktur sekunder merupakan struktur yang terbentuk setelah batuan ada contohnya kekar, sesar dan lipatan. Di lokasi survey ditemukan struktur geologi berupa kekar, sesar geser sinistral dan sesar naik. Kekar yang ditemukan berupa kekar gerus yang berada di tepian sungai, serta kekar tarik yang berada di tebing. Kekar gerus merupakan kekar yang saling berpasangan membentuk huruf X, dimana pada daerah ini cenderung berarah utara-selatan atau dikenal dengan pola meratus. Kekar tarik sendiri terbentuk karena adanya gaya yang mendorong batuan untuk bergerak saling menjauhi, sehingga terbentuk alur seperti garis pada batuan.

Rembesan minyak (oil seepage) di sungai Banyumeneng ini ditunjukkan dengan gelembung gas. Rembesan ini keluar bersama sama dengan air. Rembesan dipengaruhi oleh kontrol tektonik dan stratigrafi regional. Dengan stratigrafi batupasir, batulanau dan batugamping dan adanya perselingan serta bidang erosional menandakan adanya pengendapan yang berbeda waktu. Pengendapan batugamping relatif lebih muda dibanding pengendapan batupasir dan batulanau ditandai dengan struktur sedimen claycast. Struktur sedimen claycast merupakan

struktur dimana material gampingan menginklusi material yang lebih halus seperti lanau sehingga menunjukkan adanya pengaruh slope atau gravitasi. Kontrol tektonik erat kaitannya dengan struktur patahan yang relatif berarah utara-selatan dimana jenis gayanya berupa kompresi. Aktivitas tektonisme ini membentuk struktur yaitu sesar yang ditemukan di lapangan dan antiklinorium secara regional yang berumur 3,6 juta tahun lalu. Sesar ini berupa sesar naik yang terjadi akibat gaya kompresi. Dengan lithologi berupa batupasir dan batugamping yang cukup tebal dimana memiliki sifat fisik porositas dan permeabilitas tinggi dapat menyimpan fluida dengan baik.

Pengaruh kontrol tektonik regional dengan adanya oil seepage sangat besar karena adanya patahan pula yang ditemukan di lapangan, dimana minyak yang berasal dari source rock yang pergerakanya dipengaruhi oleh tekanan yang ada di bawah permukaan menyebabkan terjadi proses migrasi hidrokarbon dari tekanan yang tinggi menuju ke tekanan yang lebih rendah yaitu sealed stratigraphic ataupun perangkap. Migrasi ini terjadi karena adanya batuan yang memiliki permeabilitas yang tinggi. Ketika minyak berada pada kondisi air yang jenuh, maka minyak akan mencoba menuju ke permukaan. Dengan volume minyak yang tidak terlalu besar di sungai Banyumeneng, dan adanya faktor tektonisme yang intensif serta adanya bidang erosional menunjukkan adanya ruang untuk minyak menuju ke permukaan melalui rekahan (leaking).

KESIMPULAN DAN SARAN

Daerah Banyumeneng, Demak, Jawa Tengah merupakan daerah yang memiliki stratigrafi dan struktur geologi yang cukup kompleks, dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang intensif pada kala Pliosen. Keberadaan struktur geologi inilah yang memungkinkan minyak bumi untuk bermigrasi, menuju tempat yang memiliki tekanan lebih rendah sehingga timbul rembesan minyak. Penelitian lebih lanjut sangat diharapkan baik dari Pemerintah ataupun Perguruan Tinggi mengingat penelitian penulis pada makalah ini terbatas pada metode yang digunakan yaitu metode observasi. Penelitian lebih lanjut dengan metode geologi dan geofisika dapat membuktikan keberadaan basic petroleum system dan potensi hidrokarbon di daerah ini terutama di Formasi Kerek karena memiliki struktur geologi dan stratigrafi yang kompleks dimana berada pada lingkungan pengendapan laut. UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada pihak yang saya sebutkan di bawah ini, saya ucapkan banyak terima kasih atas bantuanya sehingga paper ini dapat kami selesaikan. Terima kasih kepada ketua IATMI SM UNDIP 2013-2014 yang telah memberikan informasi mengenai pengajuan pengiriman paper dalam acara Simposium dan Kongres Nasional IATMI XIII-2014, kepada warga desa Banyumeneng yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terima kasih kepada kedua orang tua yang senantiasa mendukung kami untuk dapat menyelesaikan paper ini, dengan besar harapan kami untuk dapat mempresentasikan pada acara Simposium dan Kongres Nasional IATMI XIII-2014.

DAFTAR PUSTAKA

Rittenhouse, Gordon. 1972. Stratigraphic-trap classification:AAPG Mem 16 Stratigraphic Field Oil and Gas. 14-28

Halbouty, Michel T. 1972. Rationale for Deliberate Pursuit of Stratigraphic, Unconformity and Paleogeomorphic Traps : AAPG Mem 16 Stratigraphic Field Oil and Gas. 3-10

Nichols, Gary. 2009. Sedimentology and Stratigraphy Second Edition. A John Wiley and Sons Ltd. United Kingdom.

Tucker, Maurice E. 2003. Sedimentary Rock in the Field third edition. Department of Geological Science Unversity of Durham. UK

R.E. Thanden, H.Sumadirdja, P.W. Richards,K.Sutisna dan T.C. Amin .1996.Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang,Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

E.Fjhaer, R.M.Holt, P.Horsrud,A.M. Raaen dan R.Risnes.2008.Petroleum Related Rock Mechanic.Amsterdam.Elseiver

Magon, Leslie B dan Wallace G.Dow.1994.Petroleum System from Source to Trap.Oklahoma,USA. AAPG Memoir-60

http://media.unpad.ac.id/thesis/270110/2006/140710060030_a_2170.pdf [26 september 2014]

http://www.skkmigas.go.id/en/statistik/statistik-produksi [26 september 2014]http://www.skkmigas.go.id/en/statistik/statistik-penerimaan-negara-dari-sektor-hulu-migas

[25 september 2014]Pemuatan Gambar Kolom Stratigrafi dari Software Corel Draw x6

LAMPIRAN

Gb.1 rembesan minyak Gb.2 rembesan minyak pada rekahan

Gb.3 struktur perlapisan terdeformasi Gb.4 sesar geser sinistral

Gb.5 batugamping klastik Gb.6 struktur kekar tarik

Gb.7 Kolom stratigrafi sungai Banyumeneng

Gb.8 Grafik penurunan produksi migas Indonesia

Gb.9 Peta geologi daerah Banyumeneng

Sungai Banyumeneng, Formasi Kerek

Gb.10 Peta kontur daerah Banyumeneng