Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

download Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

of 30

Transcript of Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    1/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    2/30

    ii Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    ii

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    Pengarah:

    Dr. Thamrin Kasman

    Tim Pengembang Naskah:

    1. Drs. Negus Siregar, M.Si

    2. Drs. Jintan Hutapea

    3. Budy Suprapto, MA

    4. Nadia Mukhlisa

    5. Siti Nurjannah6. Yayu Mukaromah

    Ilustrator Sampul & Isi:

    Tri Isti

    Diterbitkan oleh:

    Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    Cetakan Kedua: Oktober 2013

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    3/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    KATA PENGANTAR

    Pendidikan Pencegahan HIVAIDS di Sekolah merupakan bagian dari pendidika

    karakter yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu, pemberia

    informasi kepada siswa yang akan atau sedang memasuki masa remaja adalah sangat pentin

    Karena masa remaja merupakan salah satu tahapan pertumbuhan dan perkembangamanusia yang dimulai dari bayi hingga dewasa. Pada masa tersebut antara pertumbuhan da

    perkembangan tidak sejalan. Pada masa ini pertumbuhan organ-organ reproduksi sedan

    mengalami proses pematangan, sehingga mengalami perubahan fisik maupun mental da

    perubahan tersebut akan mempengaruhi perilaku siswa atau remaja.

    Perubahan perilaku siswa atau remaja tidak hanya dipengaruhi oleh adany

    perubahan hormon tetapi juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri sendiri. Pengaruh yan

    paling besar terhadap perubahan perilaku adalah datang dari luar seperti pergaulan. Sala

    satu upaya untuk membentengi siswa dari masalah kesehatan khususnya HIVAIDS adala

    dengan memberikan informasi yang tepat dan benar, maka peran guru sangatlah pentingDengan diterbitkannya buku ini diharapkan agar para guru dapat leb

    memahami Pendidikan Pencegahan HIVAIDS di lingkungan sekolah serta mamp

    mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, buku peganga

    ini juga untuk mempercepat penyebarluasan informasi kepada siswa tentang bahaya HIV

    AIDS.

    Selain itu, buku ini juga dapat menambah jumlah koleksi buku-buku yang ada

    perpustakaan sekolah sebagai sumber informasi yang patut dibaca. Sebagian besar mate

    buku ini banyak menggunakan sumber bacaan dari buku yang pernahditerbitkanolehPus

    Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional.Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini kami ucapka

    terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga buku ini dapat menjadi pemacu semang

    para guru untuk terus berpacu dalam belajar dan mengajar secara kreatif, inovatif da

    bertanggungjawab.

      an. Direktur Jenderal

      Sekretaris Direktorat Jenderal,

      Dr. Thamrin Kasman

      NIP. 19601126 1988031001

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    4/30

    iv Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    DAFTAR ISI

    iv

    KATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI  iv

    BAB I INFEKSI MENULAR SEKSUAL  1A. Pengertian IMS 1B. Gejala Orang yang Terkena IMS 1C. Penyebab IMS 2D. Risiko Akibat IMS 2E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Meningkatnya Jumlah Pengidap IMS 2F. Jenis IMS yang Sering Terjadi di Masyarakat 3

    BAB II HIV-AIDS  5

    A. Pengertian HIV 5B. Pengertian AIDS 6C. Cara Penularan HIV 6D. Perilaku Berisiko 6E. Hal-hal yang Tidak Menularkan HIV 7F. Proses Infeksi 7G. Stadium Perjalanan Infeksi HIV 7H. Pemeriksaan HIV 9I. Pencegahan dan Pengobatan HIV-AIDS 11J. Penyebaran HIV-AIDS 14

    K. Dampak HIV-AIDS 15

    BAB III MORAL DAN ETIKA  19A. Peranan Moral dan Etika dalam Keyakinan Beragama 19B. Peranan Moralitas Agama dalam Menanggulangi HIV-AIDS 21C. Ajaran Agama dalam Perilaku Sosial 22D. Ajaran Agama dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika dan HIV-AIDS 23E. Pandangan Agama Terhadap HIV-AIDS 24F. Moral Agama Sebagai Benteng dalam Pencegahan HIV-AIDS 25

    DAFTAR PUSTAKA  26

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    5/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di SekolahPendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    BAB IINFEKSI MENULAR SEKSUAL

    Kehidupan masyarakat di tanah air kita pada masa-masa belakangan i

    bermunculan berbagai masalah yang berkaitan dengan perilaku seksual. Banya

    berita tentang penyimpangan perilaku seksual diberitakan di beberapa med

    masa. Berita tentang penyimpangan perilaku seksual tersebut merupakan masala

    kesehatan yang perlu diperhatikan dalam rangka pencegahannya.

    Masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan reproduksi erkaitanya dengan meningkatnya perilaku yang berisiko seperti bertukar pasanga

    salah satu akibatnya adalah penyakit IMS dan HIV-AIDS.

    A. Pengertian IMS

    Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi atau penyakit yang penularanny

    terutama melalui hubungan seksual. HIV juga merupakan penyakit yang dapa

    digolongkan ke dalam IMS, karena cara penularannya terutama melalui hubunga

    seksual.

    B. Gejala Orang yang Terkena IMS

    Gejala orang yang terkena IMS seringkali tidak nampak, terutama pada wanit

    tergantung dari jenis infeksi yang muncul, namun secara umum gejalanya sebag

    berikut:

    Keluar cairan dari alat kelamin (laki-laki atau perempuan) yang dapat berup

    cairan, darah atau nanah

     Terdapat luka pada alat kelamin

     Terdapat tumor, kutil, benjolan seperti jengger ayam atau bunga kol pada al

    kelamin

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    6/30

    2 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah2 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

     Terdapat benjolan pada lipatan paha

    Pembengkakan buah zakar pada laki-laki

    Rasa nyeri pada perut bagian bawah pada wanita

    C. Penyebab IMSPenyebab dari IMS dapat dilihat dari organismenya yaitu:

    Bakteri (kuman); misalnya gonorhoe, sifilis

    Virus; misalnya herpes genitalis, HIV-AIDS

    Jamur; misalnya kandidiasis

    D. Risiko Akibat IMS

    Bila tidak diobati sampai tuntas, maka dapat mengakibatkan:

    penyakitnya menjadi kronis dan menahun

    kemandulan (tidak punya anak)

    kanker alat reproduksi

    sering keguguran

    menularkan penyakitnya kepada bayi yang dikandung

    gangguan kehamilan (kehamilan di luar kandungan dan bayi lahir cacat)

    terkena infeksi HIV

    kematian

    E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Meningkatnya Jumlah Pengidap IMS

    Peledakan jumlah penduduk 

    Mobilitas masyarakat yang bertambah

    Perilaku seksual berisiko karena moral, budaya dan nilai agama yang kurang

    dihayatiKurangnya pendidikan kesehatan reproduksi

    Fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau

    Banyak yang tidak mempunyai gejala, tetapi dapat menularkanke orang lain

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    7/30

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    8/30

    4 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    menyadari bahwa dirinya mengidap gonore.

    Kuman gonokokus menyerang lapisan dinding saluran kemih dan alat reproduks

    sehingga akan timbul gejala:

    Rasa sakit ketika buang air kecil

    Pada laki-laki akan terdapat duh (cairan tubuh yang kental) berwarna puti

    kekuningan (nanah) keluar dari lubang saluran kemih.Pada wanita timbul keputihan yang berwarna kekuning-kuningan.

    3. Herpes GenitalisPenyakit ini diakibatkan oleh virus Herpes hominis  type 2, biasanya terjad

    pada orang dewasa atau pun anak-anak. Khusus pada perempuan, herpes jenis in

    dapat menimbulkan masalah tersendiri. Apabila perempuan yang terkena herpe

    aktif sedang hamil, maka risiko terjadinya keguguran makin besar. Herpes genitali

    sangat menular, terutama pada saat pengidap mendapat serangan. Pada seranga

    ini biasanya virus-virus sedang berkembang biak dan menimbulkan luka-luka lepuhKetika tidak ada serangan, infeksi ini tetap menular. Herpes genitalis yang biasany

    ditularkan melalui hubungan kelamin ini, cenderung dapat disembuhkan.

    4. Trikomonas (Trichomoniasis)Penyakit trikomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Pada wanita

    gejalanya adalah keputihan yang berwarna kekuningan, kuning hijau, berbau tida

    enak dan berbusa. Pada infeksi ini, pengidapnya mengeluh gatal-gatal, panas, sak

    dan keluar cairan. Jika infeksi telah akut, cairan dari vagina keluar sangat banyak da

    berbau, terkadang diikuti oleh rasa sakit pada saat berhubungan seksual dan keluharasa sakit pada perut bagian bawah.

    Pada laki-laki, penyakit ini umumnya tidak menimbulkan gejala atau gejal

    yang tampak lebih ringan dibandingkan pada wanita. Kadang-kadang menimbulka

    sakit sewaktu buang air kecil, kencing bernanah agak encer. Dapat pula terjadi ras

    gatal pada saluran kencing atau kencing keruh di pagi hari.

    4 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    9/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    BAB IIHIV-AIDS

    A. Pengertian HIV

    HIV adalah singkatan dari Huma

    Immunodeficiency Virus, yaitu virus

    yang menyerang sistem kekebalan

    tubuh manusia.

    Jika seseorang terinfeksi oleHIV maka virus ini akan menyeran

    sel darah putih. Selanjutnya ia aka

    merusak dinding sel darah putih untu

    masuk ke dalam sel dan merusa

    bagian yang memegang perana

    pada kekebalan tubuh. Sel darah put

    yang telah dirusak tersebut menja

    lemah, dan tidak lagi mampu melawa

    kuman-kuman penyakit. Lambat lau

    sel darah putih yang sehat akan sang

    berkurang. Akibatnya, kekebalan tubuh orang tersebut menjadi menurun, da

    akhirnya ia sangat mudah terserang penyakit.

    Seseorang yang terinfeksi oleh HIV, berarti di dalam tubuhnya sudah ada H

    dan disebut HIV+ (baca HIV positif) atau pengidap HIV. Orang yang telah terinfek

    HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukkan gejala apapun. Sehingg

    secara fisik ia kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang sehat, namun d

    sudah bisa menularkan ke orang lain. Setelah periode 5 hingga 10 tahun, atau jik

    kekebalan tubuhnya sudah sangat melemah karena berbagai infeksi lain, seoran

    pengidap HIV mulai menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda bermacam-maca

    penyakit yang muncul karena rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan ini disebu

    sebagai stadium AIDS.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    10/30

    6 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    B. Pengertian AIDS

    AIDS adalah singkatan dari  Acquired Immune Deficency Syndrome. Syndromatau sindroma, berarti kumpulan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Deficiencberarti kekurangan. Immune berarti kekebalan, sedangkan Acquired  berarti “diperoleh

    atau didapat. Dalam hal ini, “diperoleh” mempunyai pengertian bahwa AIDS bukapenyakit keturunan. Seseorang yang mengidap AIDS bukan karena ia dapatkan daorang tua yang mengidap AIDS, tetapi karena terinfeksi HIV. Oleh karena itu, AIDdapat diartikan sebagai kumpulan tanda dan gejala penyakit akibat menurunnysistem kekebalan tubuh seseorang. AIDS merupakan fase akhir dari infeksi HIV.

    Seorang pengidap HIV mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuhnymenurun, bahkan serangan suatu penyakit yang untuk orang lain dapat digolongkasebagai penyakit ringan. Sementara untuk pengidap HIV-AIDS bisa menjadi berabahkan dapat menimbulkan kematian.AIDS tidak menyebabkan kematian, tetapdisebabkan oleh penyakit penyerta lain.

    C. Cara Penularan HIV

    Penularan akan terjadi bila ada kontak dengan cairan tubuh yang mengandunHIV, yaitu:

    Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV. Hubungaseksual ini bisa homoseksual maupun heteroseksualPenggunaan jarum suntik yang tidak steril, darah yang tercemar dan transplantasorgan.

    Penularan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayiyang dikandungnya.Cairan tubuh yang bisa menularkan HIV adalah darah, air mani, cairan vagina

    air susu ibu.

    D. Perilaku Berisiko

    Orang yang memiliki perilaku berisiko menularkan atau tertular HIV adalah:Wanita dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungaseksual, dan pasangannyaWanita dan pria pekerja seks, serta pelanggan merekaOrang yang melakukan perilaku berisiko seperti anal dan oral seksPenggunaan narkotika dengan suntikan, yang menggunakan jarum suntik tidasteril secara bersama-sama atau bergantian

    •••

    6 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    11/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di SekolahPendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    E. Hal-hal yang Tidak Menularkan HIV

    Sebagaimana telah disebutkan, HIV mudah mati di luar tubuh manusia. Ole

    sebab itu HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari seperti:

    Bersentuhan dengan pengidap HIV

    Berjabat tanganBerenang bersama

    Menggunakan WC dan handuk yang sama dengan pengidap HIV

    Melalui gigitan nyamuk

    Atas dasar inilah maka seorang pengidap HIV ataupun pengidap AIDS tidak per

    dikucilkan atau diasingkan, ia dapat hidup biasa di tengah-tengah masyarakat.

    F. Proses Infeksi

    Mulai masuknya HIV sampai terdeteksi di dalam tubuh dikenal dengan masperiode jendela, dimana seseorang sudah terinfeksi HIV walaupun belu

    menunjukkan gejala.

    Pengidap HIV ini tampak seperti orang sehat lainnya, karena belum adanya geja

    sakit apapun. Namun walaupun demikian, ia dapat menularkan HIV kepada oran

    lain.

    Pada infeksi HIV sampai timbulnya gejala penyakit penyerta disebut stadium AID

    biasanya ini muncul antara 5 sampai 10 tahun. Disebut juga ODHA (Orang Denga

    HIV-AIDS). Gejala-gejala dan tanda-tanda sakit munculnya secara bertaha

    bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya pengidap meninggal duniaSkema perjalanan infeksi HIV adalah sebagai berikut:

    ••

    1.

    2.

    3.

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    12/30

    8 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    G. Stadium Perjalanan Infeksi HIV

    Ada 4 (empat) stadium gejala untuk orang yang terinfeksi HIV :

    1. STADIUM 1

    Beberapa hari atau beberapa minggu sesudah terjadi infeksi HIV untukpertamkali, seseorang mungkin akan menjadi sakit dengan keluhan dan gejala-gejala miri

    “seperti flu”, yaitu:

    Demam

    Rasa lemah dan lesu

    Sendi-sendi terasa nyeri

    Batuk 

    Nyeri tenggorokan

    Gejala-gejala ini hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja

    lalu hilang dengan sendirinya.2. STADIUM 2

    Pada masa ini pengidap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung beberap

    tahun, dulu disebut “fase laten” dan dianggap HIV dalam tubuh dalam keadaan tida

    aktif, dalam penelitian baru sekarang terbukti HIV selalu dalam keadaan aktif. Secar

    perlahan-lahan terus merusak sistem kekebalan.

    3. STADIUM 3Mula-mula pengidap mengalami gejala-gejala ringan, selanjutnya memasuk

    tahap di mana sudah mulai timbul gejala-gejala tetapi gejala-gejala inipun miridengan yang terjadi pada penyakit lain, yaitu:

    Demam berkepanjangan

    Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 bulan)

    Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktivitas fisik sehari-hari

    Pembekakan kelenjar: di leher, lipat paha dan ketiak 

    Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas

    Batuk dan sesak nafas lebih dari satu bulan secara terus-menerus

    Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan

    Gejala-gejala di atas ini memang tidak khas, karena dapat juga terjadi padpenyakit-penyakit lain. Namun gejala-gejala ini menunjukkan sudah adany

    kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.

    8 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    13/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    4. STADIUM 4Pengidap mengalami gejala yang lebih berat oleh karena kekebalan tubu

    sudah sangat menurun. Pada tahap ini pengidap mudah diserang penyakit lain, da

    disebut “infeksi oportunistik”. Maksudnya adalah penyakit yang disebabkan baik ole

    virus lain, bakteri, jamur atau parasit (yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yan

    bila sistem kekebalan tubuh baik, kuman ini dapat dikendalikan oleh tubuh.Pada tahap ini pengidap HIV telah berkembang menjadi pengidap AIDS.

    Radang paru: TBC ( Tuberculosis)

    Radang saluran pencernaan

    Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan

    Kulit: Herpes Simpleks, kanker kulit

    Gangguan susunan saraf: Toxoplasmosis

    Alat kelamin: herpes genitalia

    HIV tidak membunuh pengidap secara langsung, pada umumnya pengidapAID

    akan meninggal dunia karena penyakit oportunistik yang menyertainya.

    H. Pemeriksaan HIV

    1. TES HIV Tes HIV adalah suatu pemeriksaan melalui laboratorium untuk memastika

    seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak.

     Terjadinya infeksi HIV ini dapat dideteksi dengan melakukan pengujian adany

    antibodi terhadap HIV di dalam darah seseorang (tes antibodi HIV). Jadi, tes i

    tidak untuk melihat adanya virus dalam darah pengidap. Pemeriksaan dara

    terkait HIV biasanya dilakukan pada penyaringan atau skrining darah dono

    sebelum transfusi darah diberikan. Walaupun demikian, terdapat juga tes untu

    mengetahui adanya partikel virus atau HIV itu sendiri, atau disebut antigen, yan

    dilakukan untuk tujuan tertentu.

    Bakteri, virus, atau lainnya disebut antigen. Saat terinfeksi, tubuh kita aka

    membuat zat anti untuk melawan antigen tersebut. Zat anti ini disebut antibod

    yang keberadaannya di dalam darah dapat dideteksi dengan pemeriksaa

    menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagensia). Tubuh membutuhkawaktu tertentu untuk membentuk antibodi, yang kemudian dapat terdetek

    dengan pemeriksaan laboratorium.

    Pada infeksi HIV, adanya antibodi yang dapat terdeteksi dengan pemeriksaa

    a.

    b.

    c.

    d.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    14/30

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    15/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    masyarakat dan di semua sektor, agar stigmatisasidan diskriminasi terhada

    pengidap HIV tidak terjadi.

    5. PERSYARATAN TES HIV

    Agak berbeda dari tes-tes atau pemeriksaan laboratorium lainnya maka adpersyaratan khusus untuk menjalani tes HIV, yaitu:

    Harus dilaksanakan dengan sukarela

    Seseorang yang akan dites harus diberikan informasi yang lengkap dan bena

    mengenai tes HIV. Setelah ia memahami benar-benar mengenai tes, maka ia haru

    memberikan persetujuan tertulis (informed consent)

    Kepada orang yang akan menjalani tes harus diberikan konseling sebelum

    tes dan sesudah tes. Konseling ini dimaksudkan antara lain untuk membant

    mempersiapkan mental pengidap dan mengatasi masalah yang mungk

    dihadapi.Hasil tes harus dirahasiakan.

    I. Pencegahan dan Pengobatan HIV-AIDS

    Sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan maupun vaksin untu

    mencegah penyakit ini. Upaya-upaya pencegahan harus dikaitkan dengan bagaiman

    penularan HIV dapat terjadi, seperti yang telah di jelaskan sebelumnya.

    1. PENCEGAHAN PENULARAN MELALUIHUBUNGAN SEKSUAL

     Telah kita ketahui bahwa infeksi HIV terutama terjadi melalui hubungan seksua

    Oleh sebab itu pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang perana

    paling penting. Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang ama

    dan bertanggung jawab, yaitu:

     Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah( Abstinence). Hubunga

    seksual hanya dilkaukan melalui pernikahan yang sah.

    Bila telah menikah, hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangasendiri, yaitu suami atau isteri sendiri. Tidakmengadakan hubungan seksual di lu

    nikah (Be faithful.)

    Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubunga

    a.

    b.

    c.

    d.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    16/30

    12 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    seksual harus menggunakan kondom secara benar dan konsisten.

    Konsep pencegahan melalui “hubungan seksual” dikenal dengan istilah AB

    ( Abstinence, Be faithful, Condom). Selain itu, mempertebal iman dan taqwa aga

    tidak terjerumus ke dalam hubungan seksual di luar nikah.

    2. PENCEGAHAN PENULARAN MELALUI DARAHPenularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbaga

    tindakan yang berhubungan dengan darah maupun produk darah dan plasma.

     Transfusi Darah

    Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercema

    HIV. Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV (+) ataumengidap virus HIV dalam

    darahnya, untuk tidak menjadi donor darah. Begitu pula mereka yang mempunya

    perilaku berisiko tinggi

    Penggunaan produk darah dan plasmaSama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka terhada

    produk darah dan plasma (cairan darah) harus dipastikan tidak tercemar HIV

    Penggunaan alat suntik, dan alat lain yang dapat melukai kulit

    Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untu

    tindik, perlu memperhatikan masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi denga

    pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat pentin

    untuk dilakukan.

    3. PENCEGAHAN PENULARAN DARI IBU KEPADA ANAKSeorang Ibu yang terinfeksi HIV, risiko penularan terhadap janin yan

    dikandungnya atau bayinya cukup besar, kemungkinannya sebesar 30-40%. Risik

    semakin besar bila Ibu yang terinfeksi HIV atau sudah menunjukkan gejala AIDS

    Oleh karena itu, bagi seorang Ibu yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untu

    mempertimbangkan kembali tentang kehamilan.

    Risiko penularan ibu ke anak melalui proses dalam kandungan, persalinan, da

    pemberian air susu, sehingga dianjurkan bagi si Ibu untuk tidak menyusukan bay

    dengan ASI-nya, dan bisa digantikan oleh susu pengganti.

    Melihat kondisi di atas, yang bisa kita lakukan untuk pencegahan penyebara

    HIV adalah berperilaku sehat dan bertanggung jawab baik bagi diri kita sendi

    maupun orang lain.Hal ini dapat diwujudkan dengan kegiatan sederhana seperti:

    a.

    b.

    c.d.

    e.

    f.

    12 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    17/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    Memberikan informasi yang benar dan tepat yang sudah anda terima kepadalingkungan anda sendiri. Misalnya: keluarga, teman-teman, tetangga dan lainlain.Jika dalam percakapan sehari-hari anda mendengar informasi yang salah tentangHIV-AIDS, langsung diperbaiki dengan cara yang benar.

    Dalam lingkungan sekolah atau satuan pendidikan:Mengusulkan adanya diskusi dan seminar atau kegiatan lainnya yangberhubungan dengan kegiatan pencegahan HIV-AIDS.Mengadakan kegiatan lain yang berkaitan dengan masalah HIV-AIDS, misalnyalomba poster, lomba mengarang, dan lain sebagainya.Mengintegrasikan materi pencegahan HIV-AIDS ke dalam mata pelajaran dsekolah

    Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa ada beberapa hal penting dalammengurangi risiko terjadinya penularan HIV-AIDS.

     Tidak melakukan hubungan seks, bagi yang belum nikah (prinsip ABC)Selalu menghindarkan diri dari penggunaan obat-obat terlarang (narkotik

    heroin, ganja, dan lain-lain) dan menjauhkan diri dari minuman yang bisa

    memabukkan (D=drugs)

    Sebaiknya tidak menggunakan alat-alat tidak steril seperti alat suntik, alat tindik

    alat tatto, pisau cukur, atau sikat gigi bersama orang lain (E= Equipment )

    Sekarang dikenal 5 konsep pencegahan dengan istilah ABCDE( Abstinence, Be faithful, Condom, Drugs, Equipment )

    4. PENGOBATANSampai sekarang belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit AIDS

    Pengobatan yang dibutuhkan seorang pengidap AIDS diperlukan tidak saja untukmelawan infeksi sampingan yang muncul, tetapi juga untuk mencegah komplikasvirus lebih lanjut dan untuk memperbaiki fungsi tubuh pengidap akibat sistemkekebalannya yang sudah rusak.

    Ada beberapa jenis obat yang telah ditemukan yang berfungsi hanya untukmenghambat perkembangan HIV. Obat-obat bekerja menghambat kerja 3 enzim

    yang terdapat pada inti sel, sehingga diperlukan 3 kombinasi obat dengan carakerja yang berbeda yang kini disebut ARV (Anti Retro Viral). Akan tetapi obat ARV inbelum menjamin proses penyembuhan. Ini mungkin hanya memperpanjang hiduppengidap.

    a.

    b.

    a.

    b.

    c.

    1.2.

    3.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    18/30

    14 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

     J. Penyebaran HIV-AIDS

    Situasi AIDS di Indonesia

    Kasus AIDS yang pertama di Indonesia dilaporkan dari Bali pada tahun198

    (seorang wisatawan asing). Kemudian jumlah pengidap HIV atau pengidap AID

    bertambah terus secara cepat. Perlu diketahui bahwa AIDS merupakan fenomengunung es: yang muncul ke permukaan merupakan bagian kecil dari keadaa

    sebenarnya.

    Jumlah kumulatif infeksi HIV sampai dengan Juni 2013 sebanyak 108.600 orang

    sedangkan untuk AIDS sebanyak 43.667 orang.

    Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Juni 2013, HIV-AIDtersebar di 348 dari 497 kabupaten/kota di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemuka

    adanya kasus HIV-AIDS adalah di Bali, sedangkan yang terakhir yang melaporka

    adalah provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011.

    Kasus HIV sampai dengan tahun 2005, jumlah yang dilaporkan sebanyak 85

    kasus, tahun 2006 (7.195 kasus), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 200

    (9.793), tahun 2010 (21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511). Sedangka

    Kasus AIDS sampai dengan tahun 2005 jumlah AIDS yang dilaporkan sebanyak 4.987

    tahun 2006 (3.514), tahun 2007 (4.452), tahun 2008 (4.943), tahun 2009 (5.483), tahu

    2010 (6.845), tahun 2011 (7.004), dan tahun 2012 (5.686).

    14 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    19/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    K. Dampak HIV-AIDS

    1. DAMPAK SOSIAL DARI HIVAIDSBeberapa dampak sosial dari epidemi HIV-AIDS antara lain adalah:

    Menurunnya produktivitas masyarakatMengganggu terhadap program pengentasan kemiskinan

    Meningkatnya angka pengangguran

    Mempengaruhi pola hubungan sosial di masyarakat

    Meningkatkan kesenjangan pendapatan/kesenjangan sosial

    Munculnya reaksi negatif dalam bentuk; deportasi, stigmatisasi,

    Diskriminasi dan Isolasi, tindakan kekerasan terhadap para pengidap HIV da

    pengidap AIDS.

    2. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP PENGEMBANGAN SDMAIDS bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, orang tua maupu

    anak muda dan bayi. Data menunjukan bahwa persentase infeksi HIV tertingdilaporkan pada kelompok umur 25 – 49 tahun (70,7%), diikuti kelompok umur 2024 tahun (17,1%), dan kelompok umur 15-19 tahun (4,5%). Sedangkan persentaskumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (35,0%), kemudiadiikuti kelompok umur 30-39 tahun (28,2%), 40-49 tahun (10%), 15-19 tahun (3,2%dan 50-59 tahun (3,0%). Disimpulkan bahwa banyak kelompok usia produktif yanterinfeksi sehingga memiliki dampak besar pada pengembangan SDM, seperti :

    Mempengaruhi mutu SDMMenurunkan mutu SDM masa yang akan datangMenurunkan produktivitas tenaga kerja yang sedang aktif.

    3. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP DEMOGRAFILedakan kasus HIV-AIDS tidak hanya berdampak terhadap ekonomi saja teta

     juga kepada struktur demografi di Indonesia pun akan bergeser/berbeda dari yantelah diproyeksikan. Perubahan pergeseran-pergeseran proyeksi sebagai akib

    penyakit AIDS yang dapat terjadi antara lain:Menurunnya angka harapan hidupKomposisi berkurangnya tenaga kerja mudaMakin berkurangnya tenaga kerja muda

    a.b.

    c.

    d.

    e.

    f.

    g.

    a.b.c.

    a.b.c.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    20/30

    16 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    Biaya tenaga kerja mahal bersamaan dengan peningkatan kesulitan mencapekerjaanAngka kematian bayi dan anak meningkatAngka kematian Ibu meningkat

    4. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP SEKTOR KESEHATANAIDS merupakan penyakit yang belum ditemukan obat untuk menyembuhkanny

    dan belum ada vaksin untuk mencegahnya. Perawatan pengidap AIDS di rumah sakakan menambah beban biaya pelayanan kesehatan, karena akan meningkatkan pultingkat hunian rumah-rumah sakit. Akibatnya biaya operasional untuk merawat parpengidap AIDS akan bertambah, sehingga berdampak terhadap program lain dalamhal berkurang penyediaan anggarannya, misalnya untuk program Kesehatan Ibdan Anak (KIA), gizi anak, pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan

    imunisasi, sanitasi lingkungan,dan lain-lain.

    Sedangkan program-program di atas sangat penting dan berperan besar dalam

    peningkatan SDM untuk masa yang akan datang.

    Selain itu dampak HIV-AIDS terhadap kesehatan fisik dan psikologis adala

    sebagai berikut:

    a. Dampak Fisik 

    Dilema transfusi darah, artinya orang yang menerima donor darah menjadi turu

    terinfeksi HIV, padahal di satu sisi dia sangat memerlukan tambahan darah

    Menstruasi tergangggu tingkat kesuburan menurun

    Meningkatnya angka kesakitan dan kematian Ibu, laju infeksi, hamil di luarahim, bayi lahir mati, komplikasi masa hamil

    Risiko tinggi kanker leher rahim

    Meningkatnya penyakit oportunistik 

    b. Dampak Psikologis

     Timbulnya kecemasan dan depresi, karena banyak hal yaitu: sudah terinfek

    penyakit mengerikan, ditolak lingkungan, tidak mampu memiliki jalan keluar, tida

    yakin akan kesembuhan, akibat buruk HIV-AIDS termasuk kematian, kehilanga

    kepercayaan, kehilangan kesempatan sekolah dan kehilangan pekerjaan, karen

    stigma dan diskriminasi oleh mitra, teman, sanak keluarga dan masyarakaKebahagiaan dan ketahanan keluarga menjadi berkurang.

    d.

    e.f.

    16 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    21/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    5. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP SEKTOR PENDIDIKANHIV-AIDS yang penularannya sangat cepat dan mematikan, menimbulka

    ancaman sekaligus dampak yang sangat serius, khususnya pada sektor pendidika

    Mengapa demikian, oleh karena data menunjukkan bahwa penyakit tersebu

    menyerang usia produktif, bahkan 65 % diantaranya remaja dan pemuda (15-3

    tahun) dan masa usia tersebut merupakan masa usia sekolah. Ancaman bagi paremaja dan pemuda patut diwaspadai oleh karena masa remaja biasanya bersifa

    ingin tahu dan berkeinginan untuk mencoba-coba serta berpetualang dalam h

    hubungan seksual, alkohol, serta pornografi yang akhirnya dapat menyebabka

    korban HIV-AIDS.

    Beberapa dampak HIV-AIDS terhadap sektor pendidikan, antara lain:

    Menurunnya semangat/produktivitas belajar

    Menurunnya jumlah peserta pendidikan, pelajar/mahasiswa

    Menurunnya mutu pendidikan

    Menurunnya SDM secara kualitatif dan kuantitatif.

    6. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP ASPEK KEAMANAN DAN

    ASPEK POLITIKDampak HIV-AIDS pada bidang politik merupakan akibat yang ditimbulkan ole

    dampak HIV-AIDS pada bidang lainnya seperti kesehatan, sosial, ekonomi, buday

    dan agama.

    Akibat sosial yang disebabkan oleh wabah HIV-AIDS berdampak secara langsun

    pada bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan dalam semusegi, mutu pelayanan yang menurun, terjadinya diskriminasi di masyarak

    dan menurunnya moral akan berdampak di bidang keamanan dan ketertiba

    masyarakat dan hal ini akan berakibat luas pada segi pembangunan yang akhirny

    akan berdampak politik.

    Dampak negatif HIV-AIDS pada kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, buday

    dan agama yang merupakan sendi-sendi vital kehidupan suatu negara aka

    melemahkan ketahanan nasional negara yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosia

    budaya dan pertahanan keamanan (IPOLEKSOSBUDHANKAM). Hal demikian aka

    berakibat terjadinya ketidakstabilan politik dan kemelut politik yang panjang. Hini tentunya akan menghambat laju pembangunan nasional.

    a.

    b.

    c.

    d.

    a.

    b.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    22/30

    18 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    7. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP ASPEK EKONOMIDampak HIV-AIDS di bidang ekonomi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu dampa

    secara langsung dan secara tidak langsung. Dampak ini dimulai dari tingkat individu

    keluarga, masyarakat dan akhirnya pada negara dan mungkin dunia.

    a. Dampak Ekonomi secara LangsungEpidemi HIV-AIDS akan menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak pengida

    maupun pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan obat penyembuh yang belum

    ditemukan. Sehingga biaya harus terus dikeluarkan hanya untuk perawatan da

    memperpanjang usia pengidap. Di lain pihak, penelitian harus terus-meneru

    dilakukan dan biaya lainnya sangat dibutuhkan seperti biaya untuk upaya-upay

    pencegahan.

    b. Dampak Ekonomi secara tidak Langsung

    Sumber daya alam yang besar menjadi kurang mampu dikelola oleh sumbe

    daya manusia baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai konsumen potensial akibaterganggunya kesehatan mereka. Hal ini tentu akan mengakibatkan menurunny

    produksi dari berbagai investasi.

    18 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    23/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    BAB IIIMORAL DAN ETIKA

    A. Peranan Moral dan Etika dalam

      Keyakinan Beragama

     Moralitas merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, maka seja

    dini manusia harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimula

    perkembangan moralnya. Dalam hal ini, penanaman nilai-nilai keagamaan adala

    mutlak. Menurut Zakiah Darajat (dalam Lilis Suryani dkk., 2008: 1.9), agama suat

    keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanaka

    dalam tindakan, perkataan, dan sikap. Oleh karenanya, pandangan dasar ini menja

    salah satu landasan bahwa agama yang benar tidak mengakui adanya pelimpahabeban seorang pribadi manusia kepada seorang pribadi lainnya dalam berhubunga

    dengan Tuhan. Dalam agama ditegaskan bahwa hubungan antara seoran

    hamba dengan Tuhannya bersifat sangat pribadi, terutama berkenaan denga

    pertanggungjawaban suatu amal perbuatan.

    Dalam berbagai ungkapan keagamaan, dinyatakan adanya keterpaduan anta

    iman dan amal shaleh, antara tali hubungan dari sesama manusia, serta antara taqw

    dan budi pekerti luhur (akhlaq, etika, moral). Keterpaduan tersebut harus berjala

    seiring satu sama lain, jika tidak maka akan menyebabkan runtuhnya nilai-nil

    agama yang dianut manusia.Sedangkan etika atau nilai etis dari perbuatan manusia merupakan faktor yan

    cukup penting untuk menyertai sikap taqwa manusia kepada Allah, Tuhan Yang Mah

    Esa.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    24/30

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    25/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    B. Peranan Moralitas Agama dalam

      Menanggulangi HIV-AIDS

    Ajaran agama dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS diintegrasikadengan pelaksanaan pembangunan agama yang meliputi peningkatan keimanadan ketaqwaan, kerukunan beragama dan peningkatan peran aktif umat dalapembangunan nasional yang dilaksanakan melalui pendidikan keluarga, pendidikamasyarakat, pendidikan formal serta penyediaan sarana dan prasarana yanmemadai. Sejalan dengan pola tersebut, maka ajaran agama dalam penanggulangaHIV-AIDS dapat dilaksanakan sebagai berikut.

    1. Peningkatan Pengetahuan AgamaUpaya peningkatan pengetahuan agama dalam sekolah diarahkan agar supay

    siswa memahami ajaran agama terutama yang menyangkut kehidupan praktsehari-hari, mengingat volume pelajaran agama yang diberikan di sekolah relatsangat minim, sehingga siswa tidak mungkin dapat menyerap ajaran agama dalawaktu singkat. Oleh karena itu peran guru agama di dalam sekolah maupun di luasekolah menjadi faktor yang sangat penting terutama di dalam menterjemahkaajaran agama di dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pendidikan agama dlingkungan rumah tangga terutama yang dilakukan oleh para orang tua terhadaanggota keluarga perlu terus ditingkatkan.

    2. Peningkatan Pengamalan AgamaUpaya peningkatan pengalaman agama dilaksanakan seiring dengan upay

    peningkatan pengetahuan agama yang dimiliki oleh para siswa terutama yanbersifat aplikatif. Untuk merealisasikan hal tersebut guru agama maupun para orantua dituntut menjadi pelopor pelaksanaan ajaran-ajaran agama yang bersifat praktdan dapat dirasakan oleh siswa secara langsung dalam lingkungan sekolah maupudi rumah. Tempat-tempat peribadatan seperti mushola dan tempat lain yang dapadijadikan tempat ibadah sebaiknya dirintis dan dijadikan sentral kegiatan dalampengembangan ajaran agama terutama yang menyangkut pengamalan dalakehidupan sehari-hari.

    3. Peningkatan Penghayatan Ajaran Agama

    Upaya peningkatan penghayatan ajaran agama dapat dilaksanakan sejaladengan upaya peningkatan pengetahuan dan pengamalan agama. Upaya idilaksanakan dengan memperdalam pengetahuan agama, menggali nilai-nilkeimanan dan ketaqwaan yang terkandung dalam pengetahuan dan pengamala

    agama.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    26/30

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    27/30

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    28/30

    24 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    Dari apa yang diuraikan di atas, maka tidak menutup kemungkinan bahw

    pengaruh teman kelompok sebaya merupakan faktor pencetus bagi terjadiny

    penyalahgunaan narkotik maupun alkohol, yang pada gilirannya sampai pad

    ketergantungan dengan segala konsekensinya.

    Dalam hal hubungan antar sesama manusia misalnya, ada perilaku manusi

    yang menyimpang dari norma atau nilai kehidupan agama atau sosial, maka sebagasesama manusia wajib mengingatkannya agar jangan melakukan penyimpanga

    perilaku yang dilarang oleh agama atau tidak sesuai dengan perilaku kehidupa

    sosial. Adapun cara mengingatkannya tersebut dapat dilakukan baik secara lisa

    atau pun melalui tulisan (KIE).

    E. Pandangan Agama Terhadap HIV-AIDS

    Pandangan agama terhadap HIV-AIDS dapat ditinjau dari 2 (dua) sisi,yaitu dasisi sejarah (historis) dan dari sisi IPTEK.

    1. TINJAUAN SEJARAHPada dasarnya manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling cerdas da

    semua ciptaan Tuhan.

    Dengan dibekali akal budi serta bentuk tubuh yang dapat dipergunakan untu

    menjalani hidupnya sesuai dengan apa yang diharapkan penciptanya. Tapi manusi

     juga mendapat kebebasan dari Sang Pencipta untuk melaksanakan keputusan da

    tindakan dalam hidupnya. Penggunaan fungsi alat tubuh serta penyaluran keingina

    yang berlebihan di luar hasrat yang sewajarnya sering kali membawa bencana yan

    tidak diharapkan oleh manusia itu sendiri. Perilaku seksual berisiko adalah salah sat

    contohnya yang menjadi media penularan HIV.

    2. TINJAUAN DARI SISI IPTEKKemajuan IPTEK pada era informasi dan globalisasi di samping mempunya

    dampak positif, bila manusia tidak dibentengi dengan moral dan iman yang kuat jug

    akan dapat menimbulkan dampak yang negatif. Kemajuan IPTEK secara langsun

    atau tidak langsung telah menimbulkan perubahan pola dan gaya hidup. Banya

    manusia telah meninggalkan nilai-nilai ajaran agama, dn merubahnya dengan pol

    dan gaya hidup serta faham yang baru (“new morality”)  yang memperbolehka

    segala-galanya, kemudian mengakibatkan masyarakat kehilangan pegangan mora

    24 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    29/30

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

    Hal tersebut menjadi salah satu penyebab timbulnya perilaku seksual berisiko dala

    masyarakat dan menjadi penyebab timbulnya penyakit HIV-AIDS.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus HIV-AIDS banyak terjadi di nega

    yang mengalami dekadensi moral. Pada negara dimana ajaran agama/moralitas da

    lembaga perkawinan masih dipegang teguh oleh masyarakatnya tingkat epidem

    HIV relatif lebih kecil. Namun hal ini tidak dapat dijadikan jaminan selamanymengingat cara penularan HIV adalah universal artinya sudah tidak memandang la

    batas antar bangsa, suku, agama dan budaya.

    F. Moral Agama Sebagai Benteng dalam

    Pencegahan HIV-AIDS

    Manusia baik sebagai mahluk individu maupun sosial mempunyai keingina

    dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Ketidakmampuan mengendalikan perilakberisiko tersebut akan menyeret manusia terjerumus ke jalan yangsalah, tidak hany

    melanggar norma, etika bahkan agama.

    Banyak manusia yang karena keinginannya, melakukan sesuatu yang tida

    bermoral dan bertentangan dengan etika dan agama. Meningkatnya jumlah oran

    yang terinfeksi HIV-AIDS di Indonesia, merupakan indikator banyaknya perilak

    berisiko. Moral dan agama sebagai pondasi dari perilaku manusia merupaka

    benteng yang tangguh bagiorang-orang yang mentaatinya, khususnya dari berbag

    godaan dan keinginan terhadap hal-hal yang berisiko seperti; menggunakan oba

    obat terlarang, minum-minuman keras, melakukan hubungan seks bebas/seks di lunikah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk memperkoko

    benteng moral dan agama adalah dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaa

    kepada Tuhan Yang MahaEsa.

    Hal ini mengisyaratkan bahwa ajaran agama merupakan benteng yang tanggu

    bagi orang-orang yang mentaatinya dalam menangkal penyabaran HIV-AIDS. Usah

    yang efektif untuk penanggulangan HIV-AIDS ialah mengembalikan perilaku manus

    kepada perilaku agamis, di samping penyuluhan dan penyediaan informasi mengen

    HIV-AIDS kepada masyarakat.

    Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah

  • 8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualitas Jasman

    Pedoman dan Modul Pendidikan Kecakapan Hidup Sehat Bagi SLTP dan yang sederajaJakarta, 2000.

    Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualitas Jasman

    “Remaja dan Gaya Hidup (Bacaan Siswa SLTP, SMU dan SMK)”. Jakarta, 2000.

    Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualita

    Jasmani,”Remaja dan Permasalahannya (Bacaan Siswa SLTP, SMU dan SMK)”   Jakarta

    2000.

    Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Penegembangan Kualitas Jasman

    “Pedomandan Modul Pelatihan Pendidikan Sebaya (Peer Education) untuk Pencegaha

    HIV/AIDS Bagi Siswa SMA/SMK” . Jakarta, 2004.Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualitas Jasman

    Pedomandan Modul Pelatihan Pendidikan Kecakapan Hidup Untuk Pencegahan HIV

     AIDS. Jakarta, 2005.

    Departemen Kesehatan RI, “AIDS dan Penanggulangannya”. Depkes bekerjasam

    dengan The Food Foundation dan Studio Driya Media, Jakarta 1997.

    Division of Mental Health and Prevention of Substance Abuse, WHO, Life Skill

    Education In School , Geneva, 1997.

    Gordon Dryden A Dr. Jeannetee Vos, Revolusi Cara Belajar (The Learning Orientas

    Perlindungan Hak-hak Anak dan Wanita, Cipanas, 16-1/ Juni, 1998.WHO Information Series on School Health, Life Skills Education; An Essentialo

    Health Promoting Scholls, WHO Geneva, 1998.

    Widjajanti, Widaninggar, dr, M.Ed. Dan Ananto, Purnomo, Drs, MM. “Pendidika

    Kecakapan Hidup (Life Skills Education)”. Departemen Pendidikan Nasional, Pusa

    Pengembangan Kualitas Jasmani bekerjasama dengan UNICEF Indonesia, Jakarta

    2002.