POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

109
POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROMA NEFROTIK DIRUANGAN RAWAT ANAK IRNA KEBIDANAN DAN ANAK RSUP.Dr.M.DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH BETRI WAHYUNI 143110207 JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG 2017

Transcript of POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Page 1: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

SINDROMA NEFROTIK DIRUANGAN RAWAT

ANAK IRNA KEBIDANAN DAN ANAK

RSUP.Dr.M.DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

BETRI WAHYUNI

143110207

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

2017

Page 2: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

SINDROMA NEFROTIK DIRUANGAN AKUT-

KRONIS IRNA KEBIDANAN DAN ANAK

RSUP.Dr.M.DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai syarat untuk meraih

gelar ahli madya keperawatan

BETRI WAHYUNI

143110207

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D IIII KEPERAWATAN PADANG

2017

Page 3: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Betri Wahyuni

Nim : 143110207

Tempat/tanggal lahir : Solok/ 17 Mei 1996

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Orangtua

Ayah : Damris

Ibu : Zainidar

Alamat : Jl. Lintas Timur No.63, Kecamatan Rengat Barat,

Kabupaten Indragiri Hulu, Riau

Riwayat Pendidikan :

Pendidikan Tahun

TKN Pembina Pematang Reba 2001-2002

SDN 007 KOTA LAMA 2002-2008

SMPN 5 RENGAT BARAT 2008-2011

SMAN 2 SOLOK 2011-2014

POLTEKKES KEMENKES PADANG 2014-2017

Page 4: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

KATA PENGANTAR

Page 5: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Sindroma Nefrotik

diruangan Rawat Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP.Dr.M.Djamil

Padang”. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada

Ibu Hj. Tisnawati,S.St,M.Kes dan Ibu Delima,S.Pd,M.Kes selaku pembimbing

Karya Tulis Ilmiah atas bimbingan, pengarahan dan memberikan masukan dengan

penuh kesabaran dan perhatian sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terima kasih ini juga peneliti tujukan kepada :

1. Bapak H. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI Padang.

2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.

3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Padang.

4. Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal

ilmu untuk bekal peneliti.

5. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik

Kesehatan Padang Program Studi Keperawatan Padang. Terima kasih atas

dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi

peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan

Page 6: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah

SWT. Amin.

Padang, Juni 2017

Peneliti

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

Page 7: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017

Betri Wahyuni

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Sindroma Nefrotik di Ruang Rawat

Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017

Isi : ix + 68 halaman + 9 lampiran

ABSTRAK

Pada survey awal, ditemukan 73 anak dengan sindroma nefrotik sepanjang tahun

2014 dan angka ini meningkat pada 2015 mencapai 76 anak. Tujuan penelitian ini

untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik

di ruangan Rawat Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian studi

kasus. Penelitian dilakukan diruang rawat inap akut anak, waktu pelaksanaan

selama 7 hari. Populasi penelitian, semua anak dengan sindroma nefrotik. Sampel

sebanyak 2 orang dengan teknik purposive sampling. Instrumen pengumpulan

data digunakan format pengkajian anak dan alat pemeriksaan fisik. Cara

pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis

dilakukan dengan menganalisis semua data pada tahapan proses keperawatan

dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan .

Hasil penelitian, An. A edema pada hampir seluruh bagian tubuh, pasien rewel dan

peningkatan berat badan. Sedangkan pada partisipan tampak edema, demam dan

penurunan nafsu makan. Diagnosa utama adalah Kelebihan volume cairan

berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid. Intervensi yaitu monitor

cairan, manajemen cairan dan monitor tanda-tanda vital. Evaluasi diharapkan

tekanan darah dalam batas normal, keseimbangan cairan, edema berkurang dan

keseimbangan intake output. Masalah teratasi sebagian dengan adanya penurunan

berat badan dan edema berkurang. intervensi dilanjutkan dengan didelegasikan

pada perawat ruangan.

Disarankan kepada kepala instalasi kebidanan dan Anak agar dapat mengadakan

pembaharuan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam merawat pasien dengan

sindroma nefrotik.

Kata Kunci : Sindroma Nefrotik, Asuhan Keperawatan

Daftar pustaka : 18 (2006-2016)

DAFTAR ISI

Page 8: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................. iLEMBAR ORISINALITAS.................................................................. iiHALAMAN PENGESAHAN................................................................ iiiPERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................ ivKATA PENGANTAR............................................................................ vABSTRAK.............................................................................................. viiDAFTAR ISI........................................................................................... viiiDAFTAR SKEMA.................................................................................. xDAFTAR TABEL................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN1. Latar Belakang............................................................................. 12. Rumusan Masalah......................................................................... 33. Tujuan........................................................................................... 44. Manfaat ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS1. Konsep Dasar Kasus Sindroma Nefrotik1. Pengertian............................................................................... 62. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis.......................................... 63. Etiologi...................................................................................74. Patofisiologi............................................................................ 85. WOC....................................................................................... 106. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis....................... 127. Manifestasi Klinis................................................................... 138. Penatalaksanaan...................................................................... 132. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Sindroma Nefrotik1. Pengkajian..............................................................................152. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan................................... 203. Intervensi Keperawatan.......................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN1. Desain Penelitian.......................................................................... 302. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................303. Populasi dan Sampel.................................................................... 304. Alat dan instrumen....................................................................... 315. Jenis dan teknik pengumpulan data............................................. 316. Rencana Analisis.......................................................................... 34

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN1. Deskripsi Kasus............................................................................ 352. Asuhan Keperawatan1. Hasil Pengkajian..................................................................... 352. Diagnosa Keperawatan........................................................... 383. Intervensi Keperawatan.......................................................... 404. Implementasi Keperawatan.................................................... 445. Evaluasi Keperawatan............................................................ 463. Pembahasan

1. Pengkajian............................................................................. 482. Diagnosa Keperawatan.......................................................... 523. Intervensi Keperawatan.......................................................... 564. Implementasi Keperawatan.................................................... 585. Evaluasi Keperawatan............................................................ 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Page 9: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

1. Kesimpulan .................................................................................. 662. Saran ............................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Page 10: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

1. Latar Belakang

Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering

ditemukan pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang

disebabkan oleh adanya kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak

dengan karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan

edema (Suradi & Yuliani, 2010).

Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan

dapat berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak.

Insiden yang ditemukan pada Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas

dan prognosis anak bervariasi berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat

kerusakan ginjal, usia anak serta respon anak terhadap pengobatan.

Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak

perempuan (Betz & Sowden, 2009).

Insidens Sindroma Nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika

Serikat dan Inggris terdapat 2-7 kasus baru per 100.000 anak dalam satu

tahun, dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di

negara berkembang insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6

per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun.

Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1 (Konsensus IDAI, 2012

dalam Arif Y. Prabowo, 2014).

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurisya, dkk

(2014) di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Bandung, di dominasi oleh laki-laki dengan

rasio laki-laki berbanding perempuan 1,4:1. Hasil ini sesuai pula dengan

yang dikemukakan oleh Niaudet serta Dolan dan Gill bahwa penderita SN

anak laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan.

Pramana, dkk (2013) melaporkan bahwa penderita Sindroma Nefrotik

yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP.Dr.M.Djamil Padang periode 1

Page 11: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Januari 2009- 30 April 2012 sebanyak 56 orang yang didominasi oleh anak

pada usia > 6 tahun sebanyak 55,4% serta rasio kejadian Sindroma

Nefrotik pada anak laki-laki dan perempuan sebesar 1,43:1.

Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital,

sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya

sebagian besar (±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik

terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya

akan relaps dan sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan

steroid (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y. Prabowo, 2014).

Jika seorang anak memberikan respon baik terhadap pengobatan dan

diperbolehkan untuk rawat jalan, maka perawat perlu memberikan

pendidikan kesehatan pada orangtua mengenai tanda dan gejala

kekambuhan sindroma nefrotik seperti edema, oligurie bahkan anurie serta

urine yang berwarna pekat. Jika tanda dan gejala tersebut telah muncul

pada anak, anjurkan kepada orangtua atau keluarga untuk segera

membawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat.

Namun, jika anak tidak berespon baik terhadap pngobatannya dampak

yang akan tejadi adalah Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Pardede dan Chunnaedy, (2009) di RS Dr.Cipto

Mangunkusumo, penyebab PGK didominasi oleh sindroma nefrotik

(55,5%). Dampak lain yang sering terjadi pada anak dengan Sindroma

Nefrotik adalah infeksi seperti hipertensi, serta selulitis dan peritonitis

akibat penurunan daya tahan tubuh (Betz & Sowden, 2009).

Survey awal yang dilakukan pada 11 Januari 2017 diruang Akut IRNA

Kebidanan Anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang ditemukan 24 orang anak

dirawat,1 orang anak diantaranya dengan diagnosa medis Sindroma

Nefrotik. Pada anak dengan Sindrom Nefrotik, Diagnosa keperawatan

yang muncul adalah Kelebihan volume cairan dan hipertermi. Adapun

implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan kepada anak tersebut

ialah kompres hangat serta memantau suhu anak, menimbang berat badan

Page 12: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

anak setiap hari, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian terapi

diit, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi (steroid,

antibiotik, antihipertensi ).

Salah satu peran perawat yaitu berkolaborasi dengan tim pelayanan

kesehatan lain untuk memberikan perawatan dan pengobatan yang

optimal, perawat dapat berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian

terapi diuretik dalam kasus Sindroma Nefrotik ini. Selain itu, perawat

perlu memberikan penilaian serta mengobservasi tingkat keparahan

edema, penambahan berat badan, mengontrol kelembaban kulit serta

memantau protein serum pada anak dengan Sindroma Nefrotik (Betz &

Sowden, 2009).

Dengan diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan

terjadi peningkatan kesehatan anak yang berpengaruh kepada

berkurangnya jumlah hari rawatan di rumah sakit dan meminimalkan

biaya yang akan dikeluarkan serta mencegah terjadinya komplikasi lebih

lanjut dari Sindroma Nefrotik seperti Penyakit Ginjal Kronik dan Infeksi

akibat penurunan daya tahan tubuh anak. Hasil pengamatan peneliti,

perawat ruangan cenderung melanjutkan pendokumentasian dari shift

sebelumnya tanpa melakukan pengkajian terlebih dahulu.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma

Nefrotik di Ruang Akut IRNA Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang

pada tahun 2017.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan

keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut

Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Tujuan

Page 13: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

1. Tujuan Umum

Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan

Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr.

M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus

Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP

Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Mampu mendeskripsikan rumuskan diagnosa keperawatan pada

anak dengan kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna

Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan

kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan

kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

5. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan kasus

Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP

Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

4. Manfaat

Page 14: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

1. Penulis

Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan

ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan

asuhan keperawatan pada Anak dengan penyakit Sindroma

Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2017.

2. Rumah sakit

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pikiran dalam menerapakan asuhan keperawatan pada Anak dengan

Penyakit Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan &

Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Institusi Pendidikan

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan

keperawatan pada anak dengan penyakit Sindroma Nefrotik di

Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang

tahun 2017.

Page 15: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Kasus Sindroma Nefrotik

1. Pengertian

Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan

glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein

plasma yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,

hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).

Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,

hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat

hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).

2. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis

Ginjal mendapatkan darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari

aorta abdominalis. Arteri renalis memiliki cabang yang besar yaitu arteri

renalis anterior dan juga memiliki cabang yang kecil yaitu arteri renalis

posterior. Cabang anterior memberikan darah untuk ginjal anterior dan

ventral sedangkan cabang posterior memberikan darah untuk ginjal

posterior dan dorsal.

Diantara kedua cabang ini terdapat suatu garis yaitu Brudels Line yang

terdapat disepanjang margo lateral dari ginjal. Pada garis ini tidak terdapat

pembuluh darah, sehingga kedua cabang ini akan menyebar hingga

kebagian anterior dan posterior dari kolisis sampai ke medula ginjal yang

terletak diantara piramid dan disebut dengan arteri interlobularis yang

berjalan tegak kedalam korteks dan berakhir sebagai vasa aferen

glomerulus untuk 1-2 glomerulus, ploksus kaliper sepanjang sepanjang

tubulus dan melingkar didalam korteks serta sebagai pembuluh darah yang

menembus kapsul Bowman.

Page 16: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Dari glomerulus keluar pembuluh darah aferen dan terdapat suatu

anyaman yang mengelilingi tubuli kontorti. Disamping itu ada cabang

yang lurus menuju pelvis renalis untuk memberikan darah pada ansa henle

dan duktus koligen yang dinamakan dengan arteri rektal. (Syaifuddin,

2012).

3. Etiologi

Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab

Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit

autoimun. Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:

1. Sindroma Nefrotik Bawaan

Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien

ini biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan.

Adapun gejala yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus.

Umumnya, perkembangan pada klien terbilang buruk dan klien akan

meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.

1. Sindroma Nefrotik Sekunder

Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan

kromosom, namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti:

1. Malaria kuartana atau parasit lainnya

2. Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid

3. Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis

4. Penyakit sel sabit, dll

2. Sindrom Nefrotik Ideopatik

Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga

disebut Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang

tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan

mikroskop elektron, Churg, dkk membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik

kedalam 4 golongan yaitu :

1. Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat

normal, namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel epitel

berpadu.

Page 17: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

2. Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus

3. Glomerulonefritis Proliferatif

3. Glomerulonefritis fokal segmental

Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu

sklerosis glomerulus yang disertai atrofi tubulus.

4. Patofisiologi

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat

pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.

Kelanjutan dari proteinuria akan dapat mengakibatkan

hipoalbuminemia. Dengan menurunnya jumlah albumin, terjadilah

penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler akan

berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan

volume cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi

hipovolemik pada pasien, kondisi hipovolemik ini jika tidak segera

diatasi akan berdampak pada hipotensi.

Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi

aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan

merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi

antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang

mengakibatkan retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada

edema. Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat

hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma

Nefrotik akan rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.

Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan

kolesterol dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi

lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik

plasma. Selain itu, peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar

akibat kompensasi hilangnya protein dapat mengakibatkan terjadinya

hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam urine atau

lipiduria.

Page 18: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma

nefrotik atau keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang

sekresi hormon renin yang berperan penting dalam mengatur tekanan

darah. Selanjutnya renin mengubah angiotensin yang disekresi hati

menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah

angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos

sekeliling arteriola. Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami

tekanan darah tinggi. Dalam kondisi lain, ketidakseimbangan natrium

akibat konsumsi natrium yang terlalu sedikit akan mengakibatkan anak

mengalami hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010).

Page 19: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Penyakit Sekunder

Proteinuria

Hipoalbuminemia

Edema

Hiperlipidemia

SINDROMA NEFROTIK

Penyakit SistemikReaksi Autoimun Idiopaik

Kerusakan Glomerulus

Sintesis

protein &

Lipid

Kolesterol Sakit KepalaMK: Nyeri

Akut

Hipertensi

MK :

Keidakefekifan

Pola Napas

Bladder

Penurunan

Filtrasi

Glomerulus

Decompensasi

Cordis

Blood

Reabsorbsi

Na & Air

Volume

Intravaskuler

Beban Kerja

Jantung

Meningkat

Kontraakivitas

Ventrikel

Menurun

Aritmia, Bradicardi,

Perubahan EKG,

Edema,

MK: Penurunan

Curah Jantung

Protein

Teriltrasi

Volume Cairan

Vaskuler Menurun

Simulasi Renin-

Angiotensis

Sekresi ADH

Reabsorbsi Na &

Air Meningkat

Volume Sekresi

Urine menurun

MK : Gangguan

Eliminasi Urine

Hipoalbumi

nemia

Tekanan Osmoik

Plasma Menurun

Tekanan

Hidrostaik

Meningkat

Perpindahan

Cairan dari

Intravaskuler

Ke Intrasisial

Dyspnea,

Takipnea,

Tarikan

Dinding

Dada

Distensi

Abdomen

Menekan

Diafragma

Penurunan

Ekspansi

Paru

Breathing

Asites

Brain

Cardiac

Output

Menurun

Perfusi Darah

Ke Otak

Menurun

MK: Risiko

Keidakefekifan

Perfusi Jaringan

Otak

Penurunan Ig

G & Ig A

Imunitas

Menurun

MK : Risiko

Infeksi

5. WOC

Page 20: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Bowel

Menekan

saraf Vagus

dan

Lambung

Persepsi

kenyang

dan idak

nyaman di

epigastrium

Anoreksi

MK :

Keidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Edema sal.

pencernaan

Absorbsi tdk

adekuat

Feses

Encer

MK : Diare

Cairan Intravaskuler

Hipovolemik

MK: Risiko Syok

Hipovolemik

Bone

Tirah Baring

Tekan

lama pd

bag.

edema

Sirkulasi

perifer

tdk

adekuat

MK:

Kerusakan

Integritas

KulitPerpindahan

cairan dari

intravaskuler ke

intersiial

Bagan 2.1

WOC Sindroma Nefrotik

Sumber: Price & Wilson, 2006

Page 21: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

1. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

Syaifuddin, (2012) mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada anak

dengan sindrom nefrotik adalah :

1. Sistem Peredaran Darah (Sirkulasi)

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerulus

mengakibatkan protein lolos dan keluar bersama urine yang

menyebabkan protein dalam plasma berkurang, tekanan osmotik

koloid menurun dan tekanan hidrostatik meningkat, akibatnya

cairan intravaskuler berpindah kedalam interstisial. Respon tubuh

anak adalah edema, edema akan semakin parah dan hal ini terlihat

dari postur tubuh anak yang hingga mengalami edema anasarka.

Jumlah cairan intravaskuler yang menurun dapat mengakibatkan

syok hipovolemik.

2. Sistem Pencernaan

Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mengakibatkan

peningkatan tekanan abdomen yang mendesak lambung. Respon

tubuh anak adalah anoreksia dan mual muntah.

3. Sistem Pernapasan

Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mendesak rongga

dada, sehingga ekspansi paru menurun. Respon tubuh anak adalah

napas cepat.

4. Sistem Perkemihan

1. Stimulus yang diberikan oleh hormon renin – angiotensin mengakibatkan

peningkatan sekresi hormon ADH. Sehingga, reabsorbsi Na+ dan Air juga

mengalami peningkatan. Respon tubuh anak adalah penurunan haluaran

urine atau Oliguri bahkan anak bisa mengalami anurine, selain itu anak

juga akan mengalami edema yang akan memburuk menjadi edema

anasarka.

Page 22: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

2. Penurunan fungsi filtrasi glomerulus mengakibatkan protein terfiltrasi dan

ikut keluar bersama urine, jika dilakukan pemeriksaan hematologi akan

ditemukan hasil hipoalbuminemia. Respon tubuh anak adalah daya tahan

tubuh yang rendah.

2. Manifestasi Klinis

Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan

proses penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma

nefrotik adalah:

1. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.

2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia

dan ekstremitas).

3. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri

abdomen, anoreksia dan diare.

4. Pucat.

5. Keletihan dan intoleransi aktivitas.

6. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m2/hari, albumin

serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.

(Betz & Sowden, 2009)

3. Penatalaksanaan

Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk

sindrom nefrotik meliputi :

1. Pemberian kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk

menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu

terapi. Jika pasien mengalami kekambuhan, maka perlu diberikan

kortikosteroid dengan dosis tinggi untuk beberapa hari.

2. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin

melalui makanan atau melalui intravena.

3. Pengurangan edema.

1. Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna

mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan

trombus maupun ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Page 23: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

2. Membatasi pemberian natrium.

4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.

5. Pengobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan

dengan edema maupun tindakan medis yang dilakukan kepada pasien.

6. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain, mengingat

pasien dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi akibat daya tahan

tubuhnya yang rendah.

7. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan terapi

steroid.

Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak

dengan Sindroma nefrotik Meliputi :

1. Diit tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila

edema masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan

sedikit garam ( Buku Kuliah IKA Jilid II).

2. Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan

menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.

3. Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian

terapi KCl.

4. Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan

antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping

penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat

hati-hati.

5. Berikan diuretik untuk mengatasi edema

6. Berikan terapi kortikosteroid. International Kooperative Study Of Kidney

Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai

berikut:

1. Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas

permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas permukaan badan.

2. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan dosis 40

mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis 60 mg/hari/lpb.

Page 24: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindroma Nefrotik

1. Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:

1. Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir,

panjang badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak,

jenis kelamin, anak ke, jumlah saudara dan identitas orang tua.

2. Keluhan Utama

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa

bagian tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta

bagian genitalia. Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan

anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh anaknya terbilang

rendah.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk

menilai adanya peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat

keluarga dengan sindroma nefrotik seperti adakah saudara-

saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan riwayat

tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah

mengalami diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya

penurunan volume haluaran urine.

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan

adakah menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau

kencing manis, konsumsi obat-obatan maupun jamu tradisional

yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol

selama hamil.

4. Riwayat Pertumbuhan

Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan

pertumbuhan karena keletihan akibat lambung yang mengalami

Page 25: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

tekanan oleh cairan intrastisial dan memberikan persepsi

kenyang pada anak.

5. Riwayat Psikososial dan Perkembangan

Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan

perfusi darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada

ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral pada anak.

Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang

dengan baik.

3. Pemeriksaan Fisik

1. TTV

1. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah

sistole normal 80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole

normal 60 mmHg. Anak dengan hipovolemik akan

mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan darah

kurang dari nilai normal atau dapat ditemukan anak

dengan hipertensi apabila kolesterol anak meningkat.

2. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun

105x/ menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun

95x/menit, frekuensi nadi anak usia 10-14 tahun 85x/menit

dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun 82x/menit.

3. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21-

30x/menit, anak 6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak

usia 10-14 tahun 18-22x/menit.

2. Postur

BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur

dalam tahun) + 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak

sebelum sakit untuk menentukan adanya peningkatan BB pada

anak dengan sindroma nefrotik. Edema pada anak juga dapat

ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%.

3. Kepala-leher

Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya

Jugularis Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus

Page 26: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

sternalis pada posisi 450, pada anak dengan hipovolemik akan

ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada anak

dengan hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke

angulus mandibularis pada posisi anak 450.

4. Mata

Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami

edema pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari

setelah bangun tidur atau konjunctiva terlihat kering pada anak

dengan hipovolemik.

5. Hidung

Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,

namun anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan

memiliki pola napas yang tidak teratur sehingga akan

ditemukan pernapasan cuping hidung.

6. Mulut

Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat

penurunan saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula

bibir kering serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .

7. Kardiovaskuler

1. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola

napas yang tidak teratur

2. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut

jantung

3. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah

4. Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta

penurunan bunyi napas pada lobus bagian bawah

Bila dilakukan EKG, maka akan ditemukan aritmia,

pendataran gelombang T, penurunan segmen ST, pelebaran

QRS, serta peningkatan interval PR.

8. Paru-Paru

1. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan

2. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila

anak mengalami dispnea

3. Perkusi, biasanya ditemukan sonor

4. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun,

frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.

9. Abdomen

1. Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak

asites

Page 27: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

2. Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar

perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran

3. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan

4. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness

10. Kulit

Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare

akan tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit

anak tegang akibat edema dan berdampak pada risiko

kerusakan integritas kulit.

11. Ekstremitas

Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila

edema anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja.

Selain itu dapat ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.

12. Genitalia

Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada

skrotum dan pada anak perempuan akan mengalami edema

pada labia mayora.

4. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Urine

1. Urinalisis

1. Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam

urine lebih dari 2 gr/m2/hari.

2. Ditemukan bentuk hialin dan granular.

3. Terkadang pasien mengalami hematuri.

2. Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan

darah.

3. Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya

proteinuria ( normalnya 50-1.400 mOsm).

4. Osmolaritas urine akan meningkat.

2. Uji Darah

1. Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang

dari 2 gr/dl (normalnya 3,5-5,5 gr/dl).

2. Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai

450-1000 mg/dl (normalnya <200 mg/dl).

Page 28: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

3. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau

mengalami hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki

44-52% dan pada Perempuan 39-47% ).

4. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000-

1.000.000/ µl (normalnya 150.000-400.000/µl).

5. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan

penyakit perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+

135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106

mEq/L )

3. Uji Diagnostik

Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan

status glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap

penatalaksanaan medis dan melihat proses perjalanan penyakit.

(Betz & Sowden, 2009)

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan Diagnosis Keperawatan 2012-2014, diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul:

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik

koloid

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan.

3. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen biologis.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

sekuder,imunosupresan.

5. Diare berhubungan dengan edema mukosa usus.

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis.

7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologik.

Page 29: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Kelebihan volume cairan

Batasan Karakteristik :

1. Gangguan elektrolit

2. Anasarka

3. Perubahan tekanan darah

4. Perubahan pola napas

5. Penuruna hematokrit

6. Penurunan hemoglobin

7. Edema

8. Asupan melebihi

haluaran

9. Oliguri

10. Distensi vena jugularis

11. Efusi pleura

12. Penambahan berat badan

dalam waktu singkat

Faktor Berhubungan

dengan :

1. Gangguan

mekanisme

regulasi

2. Kelebihan asupan

cairan

3. Kelebihan asupan

natrium

1. Keseimbangan

cairan

Kriteria Hasil:

1. Keseimbanga

n intake dan

output dalam

24 jam

2. Berat badan

stabil

3. Turgor kulit

4. Asites

5. Edema

perifer

2. Eliminasi urine

Kriteria hasil :

1. Pola

eliminasi

2. Bau urine

3. Jumlah urine

4. Warna urine

1. Manajemen cairan

1. Timbang berat

badan setiap

hari dan

monitor status

pasien

2. Jaga dan catat

intake/output

3. Monitor status

hidrasi

4. Monitor tanda-

tanda vital

pasien

5. Monitor

kelebihan

cairan atau

retensi

(misalnya

edema, distensi

vena jugularis

dan edema)

6. Kaji luas dan

lokasi edema

7. Monitor status

gizi

8. Berikan cairan

dengan tepat

9. Berikan diuretik

yang diresepkan

2. Monitor Cairan

1. Tentukan riwayat,

jumlah dan tipe

intake/output

2. Monitor serum dan

elektrolit urine

3. Monitor TD, HR

dan RR

4. Catat intake/output

akurat

3. Monitor tanda-tanda

vital

Page 30: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

1. Monitor tekanan

darah, nadi, suhu

dan status

pernapasan dengan

tepat

2. Monitor irama dan

laju pernapasan

3. Monitor warna kulit,

suhu dan

kelembaban

4. Monitor sianosis

sentral dan perifer

2. Ketidakefektifan pola

napas

Batasan Karakteristik :

1. Bradipnea

2. Penurunan

tekanan ekspirasi

3. Pernapasan

cuping hidung

4. Fase ekspirasi

memanjang

5. Pernapasan bibir

Faktor Berhubungan

dengan :

1. Obesitas

2. Nyeri

3. Posisi tubuh

1. Status

pernapasan

Kriteria hasil :

1. Frekuensi

pernapasan

2. Irama

pernapasan

3. Kedalaman

inspirasi

4. Suara

auskultasi

pernapasan

5. Penggunaan

otot bantu

napas

6. Retraksi

dinding dada

7. Sianosis

8. Pernapasan

cuping

hidung

1. Monitor pernapasan

1. Monitor kecepatan,

irama, kedalaman

dan kesulitan dalam

bernapas

2. Catat pergerakan

dada, catat

ketidaksimetrisan,

penggunaan otot-

otot bantu

pernapasan dan

retraksi dada

3. Monitor suara napas

tambahan seperti

ngorok

4. Monitor pola napas

(misalnya:bradipnea

,takipnea,

hiperventilasi,

kusmaul)

5. Palpasi kesimetrisan

ekspansi paru

6. Monitor

peningkatan

kelelahan,

kecemasan dan

kekurangan udara

pada pasien

Manajemen Jalan

Napas

1. Atur posisi pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

2. Catat adanya suara

Page 31: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

napas tambahan

Monitor tanda-tanda

vital

1. Monitor tekanan

darah, nadi, suhu dan

status pernapasan

dengan tepat

2. Monitor irama dan

laju pernapasan

3. Monitor warna kulit,

suhu dan

kelembaban

4. Monitor sianosis

sentral dan perifer

3 Nyeri Akut

Batasan Karakteristik :

1. Perubahan

tekanan darah

2. Perubahan

frekuensi

pernapasan

3. Mengekspresikan

dengan perilaku

4. Melaporkan nyeri

secara verbal

Faktor yang

berhubungan :

1. Agen cedera biologis

1. Kontrol nyeri

Kriteria Hasil :

1. Mengenali

kapan terjadi

nyeri

2. Menggunaka

n tindakan

pengurangan

nyeri non

analgetik

3. Melaporkan

nyeri yang

terkontrol

2. Tingkat nyeri

Kriteria Hasil :

1. Nyeri yang

dilaporkan

2. Ekspresi

nyeri wajah

Manajemen nyeri

Lakukan pengkajian

nyeri komprehensif

yang meliputi lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi,kualitas,int

ensitas dan faktor

pencetus

Kendalikan faktor

lingkungan yang

dapat mempengaruhi

terjadinya nyeri

seperti suhu

Ajarkan prinsip

managemen nyeri

(teknik relaksasi)

Dukung istirahat yang

adekuat untuk

mengurangi nyeri

Monitor kepuasan klien

terhadap

managemen nyeri

yang diberikan

kepada klien

Pemberian analgetik

1. Cek perintah

pengobatan meliputi

nama, dosis dan

frekuensi

2. Cek adanya riwayat

alergi obat

3. Monitor tanda vital

Page 32: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

sebelum dan sesudah

pemberian terapi

4. Berikan terapi sesuai

dengan waktu

paruhnya terutama

saat nyeri hebat

5. Evaluasi keefektifan

terapi analgetik

Aplikasi panas /

dingin

1. Jelaskan

penggunaan aplikasi

panas atau dingin,

alasan dan pengaruh

terhadap nyeri

2. Pertimbangkan

kondisi kulit dan

kontraindikasi

3. Bungkus perangkat

panas/dingin dengan

media seperti kain

4. Tentukan durasi

pengaplikasian

berdasarkan respon

verbal, perilaku, dan

biologis individu

4 Risiko infeksi

Batasan Karakteristik :

1. Kerusakan integritas

kulit

2. Statis cairan tubuh

3. Penurunan

hemoglobin

4. Vaksinasi tidak

adekuat

1. Kontrol risiko:

proses infeksi

Kriteria Hasil :

1. Mengidentifi

kasi faktor

risiko infeksi

2. Mengidntifik

asi tanda dan

gejala infeksi

3. Menggunaka

n alat

pelindung

diri

4. Mencuci

tangan

2. Status nutrisi

Kriteria hasil :

1. Asupan gizi

2. Asupan

makanan

3. Ratio berat

1. Kontrol Infeksi

1. Batasi jumlah

pengunjung

2. Anjurkan pasien

mengenai teknik

cuci tangan yang

benar

3. Anjurkan

pengunjung untuk

mencuci tangan saat

memasuki dan

meninggalkan

ruangan pasien

2. Monitor nutrisi

1. Timbang berat badan

pasien

2. Lakukan pengukuran

antropometri pada

komposisi tubuh

3. Monitor

Page 33: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

badan/tinggi

badan

4. hidrasi

kecenderungan naik

dan turunnya berat

badan anak

4. Identifikasi

perubahan berat

badan terakhir

3. Pengecekan kulit

1. Amati warna,

kehangatan,

bengkak, pulsasi,

tekstur, edema dan

ulserasi pada

ekstremitas

2. Monitor warna dan

suhu kulit

3. Monitor warna kulit

untuk memeriksa

adanya ruam atau

lecet

4. Monitor kulit untuk

adanya kekeringan

atau kelembaban

5. Monitor infeksi,

terutama dari daerah

edema

5 Diare

Batasan Karakteristik :

1. Bising usus hiperaktif

2. Nyeri abdomen

sedikitnya tiga

kali defekasi

perhari

3. Kram

Faktor yang

berhubungan :

1. Proses infeksi dan

parasit

2. malabsorbsi

1. Eliminasi

Usus

Kriteria Hasil:

1. Pola

eliminasi

2. Warna feses

3. Suara bising

usus

1. Manajemen

Diare

1. Tentukan riwayat

diare

2. Intruksikan pasien

atau anggota

keluarga untuk

mencatat warna,

volume, frekuensi

dan konsistensi tinja

3. Anjurkan pasien

menghindari

makanan pedas dan

yang menimbulkan

gas dalam perut

4. Monitor tanda dan

gejala diare

5. Monitor kulit

perinium terhadap

adaya iritasi dan

ulserasi

6. Ukur diare atau

Page 34: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

output pencernaan

7. Timbang pasien

secara berkala

8. Beritahu dokter jika

terjadi peningkatan

frekuensi atau suara

perut

2. Manajemen

cairan

1. Timbang berat

badan setiap

hari dan

monitor status

pasien

2. Jaga intake

dengan akurat

dan hitung

output pasien

3. Monitor status

hidrasi

4. Monitor tanda-

tanda vital

pasien

3. Pengecekan

Kulit

1. Amati warna kulit

2. Monitor suhu kulit

3. Monitor kulit dan

selaput lendir

4. Monitor adanya

kelembaban atau

kekeringan yang

berlebihan

5. Dokumentasi membran

mukosa

6 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Batasan Karakteristik :

1. Nyeri abdomen

2. Diare

3. Bising usus

hiperaktif

1. Status

nutrisi

Kriteia Hasil :

1. Asupan gizi

2. Asupan

makanan

3. Asupan

cairan

4. Energi

1. Terapi nutrisi

1. Lengkapi

pengkajian

nutrisi sesuai

kebutuhan

2. Monitor

intruksi diet

yang sesuai

untuk

Page 35: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

4. Membran mukosa

pucat

5. Tonus otot

menurun

Faktor yang

Berhubungan :

1. Faktor psikologis

5. Rasio berat

badan/ tinggi

badan

6. Hidrasi

memenuhi

kebutuhan

nutrisi pasien

perhari sesuai

kebutuhan

3. Berikan nutrisi

yang

dibutuhkan

sesuai dengan

batasan anjuran

diet

2. Monitor

nutrisi

1. Timbang berat badan

pasien

2. Lakukan pengukuran

antropometrik pada

komposisi tubuh

3. Monitor

kecenderungan

naik dan turunnya

berat badan anak

4. Identifikasi perubahan

berat badan

terakhir

5. Monitor adanya mual

dan muntah

6. Identifikasi

abnormalitas

eliminasi bowel

7. Monitor diet dan

asupan kalori

8. Identifikasi perubahan

nafsu makan dan

aktivitas akhir-

akhir ini

9. Tentukan pola makan

(misalnya makanan

yang disukai dan

tidak disukai,

konsumsi makanan

cepat saji, makan

tergesa-gesa)

3. Penahapan

diet

1. Berikan nutrisi

Page 36: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

peroral sesuai

kebutuhan

2. Monitor toleransi

peningkatan diet

3. Tawarkan

kemungkinan

makan 6 kali dalam

porsi kecil

4. Ciptakan

lingkungan yang

memungkinkan

makanan disajikan

sebaik mungkin

7 Kerusakan integritas kulit

Batasan Karakteristik :

1. Kerusakan

lapisan kulit

2. Gangguan

permukaan kulit

Faktor yang

Berhubungan :

1. Perubahan turgor

2. Kondisi gangguan

metabolik

1. Integritas

jaringan:

Kulit &

Membran

mukosa

Kriteria Hasil :

1. Suhu kulit

2. Sensasi

3. Elastisitas

4. Keringat

5. Tekstur

6. Ketebalan

7. Perfusi

jaringan

8. Lesi pada

kulit

9. Pengelupasan

kulit

1. Manajemen

tekanan

1. Berikan pakaian

yang tidak ketat

pada pasien

2. Monitor area

kulit yang

mengalami

kemerahan dan

pecah-pecah

3. Monitor

mobilitas dan

aktivitas pasien

4. Monitor sumber

tekanan dan

gesekan

2. Pengecekan

Kulit

1. Amati warna,

kehangatan,

bengkak, pulsasi,

tekstur, edema dan

ulserasi pada

ekstremitas

2. Monitor warna dan

suhu kulit

3. Monitor warna

kulit untuk

memeriksa adanya

ruam atau lecet

4. Monitor kulit untuk

adanya kekeringan

atau kelembaban

5. Monitor infeksi,

terutama dari

Page 37: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

daerah edema

3. Manajemen

cairan

1. Timbang berat badan

setiap hari dan

monitor status

pasien

2. Jaga intake dengan

akurat dan hitung

output pasien

3. Monitor status hidrasi

4. Monitor kelebihan

cairan atau retensi

(misalnya edema,

distensi vena

jugularis dan

edema)

5. Kaji luas dan lokasi

edema

6. Monitor status gizi

7. Berikan cairan dengan

tepat

8. Berikan diuretik yang

diresepkanSumber: NIC-NOC 2016

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah kualitatif dengan desain penelitian studi kasus yang

dijabarkan secara deskriptif yaitu mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-

peristiwa penting yang terjadi pada masa kini dan rancangan penelitian studi

kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,

komunitas, atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini diarahkan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana penerapan asuhan

keperawatan pada anak dengan Sindroma Nefrotik di ruang Akut IRNA

Kebidanan dan Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.

Page 38: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April - Juni 2017 diruangan rawat inap anak

IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Djamil Padang. Waktu pengumpulan

data ±7 hari pada 24-30 Mei 2017.

3. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2015). Populasi dari penelitian ini adalah semua anak yang

dirawat dengan Sindroma Nefrotik diruangan Akut IRNA Kebidanan

RSUP Dr.M.Djamil Padang.

2. Sampel penelitian ini adalah anak dengan Sindroma Nefrotik diruangan

Akut IRNA Kebidanan RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan jumlah sampel

2 orang. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu

suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam

penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2015).

Adapun kriteria dalam pengambilan sampel ini adalah:

1. Kriteria inklusi

1. Anak yang dirawat dengan Sindroma Nefrotik diruangan rawat

anak IRNA Kebidanan dan anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang.

2. Anak dan orangtua bersedia menjadi responden.

2. Kriteria ekslusi

1. Anak dengan hari rawatan kurang dari lima hari dan berasal dari luar kota

Padang.

4. Alat atau Instrumen pengumpulan data

Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data, dalam pembuatannya

mengacu pada variable, defenisi operasional dan skala pengukuran data yang

dipilih (Suyanto, 2011), pada penelitian ini alat yang dibutuhkan untuk

pemeriksaan fisik adalah Termometer,stetoskop, timbangan, ,arloji dengan

detik, penlight,tensi meter anak, instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian

ini format asuhan keperawatan anak (pengkajian, dignosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi ) dan kusioner.

5. Jenis dan Teknik pengumpulan data

1. Jenis data

1. Data primer

Page 39: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari

sumber data atau responden (Supardi & Rustika, 2013). Data primer

dari penelitian ini didapatkan dengan cara wawancara langsung dan

observasi dengan anak atau orangtua anak untuk memperoleh identitas

pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari dirumah dan

pemeriksaan fisik terhadap pasien.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah cara pengumpulan data penelitian dengan

menyalin data yang tersedia kedalam format isian yang telah disusun.

Kelebihan data sekunder adalah efesiensi dalah hal waktu, tenaga, dan

biaya (Supardi & Rustika, 2013). Data sekunder umumnya berupa hasil

pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap,

pemeriksaan urin, hasil biopsi ginjal bila sudah parah.

2. Cara pengumpulan data

1. Wawancara

Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti dan juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini wawancara dilakukan

untuk mendapatkan identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola

aktivitas sehari-hari dirumah dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui

pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual

maupun alat (Supardi & Rustika 2013). Pada penelitian ini obeservasi

dilakukan untuk pemeriksaan fisik pasien secara inspeksi, palpasi

perkusi dan auskultasi, memantau intake dan output, memantau

keadaan edema, memantau hasil laboratorium terkait sindroma

nefrotik seperti urinalisa dan pemeriksaan darah lengkap serta

memonitor bagaimana perubahan kesehatan dari pasien.

3. Pengukuran

Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan

mengukur objek (Supardi & Rustika, 2013). Pada penelitian ini

dilakukan pemantau kondisi pasien dengan metoda pengukuran

Page 40: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan pengukuran

tanda-tanda vital dan menimbang berat badan anak.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang

sudah berlalu dan disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien.

Dokumentasi keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil

pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan fisik pasien. Dalam

penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit sebagai

penunjang penelitian seperti hasil urinalisa meliputi kadar/jumlah

protein dalam urine, pemeriksaan darah lengkap meliputi nilai

hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan leukosit serta pemeriksaan

kimia klinik meliputi albumin serum, kolesterol, serta nilai elektrolit

dalam darah ( Natrium, Kalium, Kalsium, Klorida).

Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

adalah:

1. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu

Poltekkes Kemenkes Padang.

2. Meminta surat rekomendari ke RSUP DR. M. Djamil Padang.

3. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang.

4. Meminta izin ke Kepala Keperawatan IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

5. Meminta izin kepada kepala ruangan rawat inap anak (Akut) IRNA

Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

6. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien anak

Sindroma Nefrotik. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan

cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti.

7. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang

tujuan penelitian.

8. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan

responden dalam penelitian.

9. Responden dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya.

Page 41: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

10. Responden/ orang tua menandatanggani informed consent. Peneliti

meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan

pamit.

Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:

1. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden menggunakan

metode wawancara, observasi dan pengukuran.

2. Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada

responden.

3. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan

diberikan pada responden.

4. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden.

5. Peneliti melakukan tindakan keperawatan pada responden.

6. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang

diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai

pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

6. Analisis Data

Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis

semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan

konsep dan teori keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik. Data yang

ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data

subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan,

kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan

evaluasi keperawatan pada anak dengan Sindroma Nefrotik. Analisis

selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

responden 1 dan responden 2.

Page 42: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

1. Deskripsi Kasus

An. A (participant 1) laki-laki berusia 38 bulan datang dibawa orangtuanya

ke RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada 22 Mei 2017 pukul 22.05 wib melalui

IGD RSUP.Dr.M.Djamil Padang dengan rujukan dari RSUD Pariaman. Ibu

pasien mengeluhkan anak mengalami sembab pada seluruh bagian

tubuhnya, tanda-tanda vital anak menunjukkan TD 150/100 mmHg, nadi

112x/i, pernapasan 24x/i dan suhu 36,8oC. Diagnosa medis anak adalah

Sindroma Nefrotik.

An.R (participant 2) perempuan berusia 14 tahun datang dibawa ibu dan

kakaknya ke RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada 18 Mei 2017 pukul 17.10

wib melalui IGD RSUP.Dr.M.Djamil Padang untuk melaksanakan

kemoterapi CPA yang kelima, keluhan keluarga saat ini anak mengalami

sembab pada tangan dan kaki serta mengalami demam dan anak

mengalami penurunan nafsu makan, tanda-tanda vital anak menunjukkan

TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i, pernapasan 21x/i dan suhu 38,5oC.

Diagnosa medis anak saat ini adalah SLE + Sindroma Nefrotik.

2. Asuhan Keperawatan

PARTICIPANT 1 PARTICIPANT 2

1. Hasil Pengkajian

An.A laki-laki berusia 38 bulan

dibawa ke RSUP.Dr.M.Djamil

Padang pada tanggal 22 Mei 2017

pukul 22.05 wib melalui IGD

rujukan dari RSUD. Pariaman.

Pasien datang dengan keluhan

edema pada seluruh bagian tubuh

selama ± 2 hari, urine sedikit dan

berwarna gelap serta mengalami

hematurie. An.A di rawat di ruang

Akut IRNA Kebidanan dan anak

dengan diagnosa medis Sindroma

Nefrotik.

An.R perempuan berusia 14

tahun dibawa ke

RSUP.Dr.M.Djamil Padang

pada tanggal 18 Mei 2017 pukul

17.10 wib melalui IGD. Pasien

datang untuk melakukan

kemoterapi ke-5. An.R di rawat

di ruang Akut IRNA Kebidanan

dan anak dengan diagnosa

medis SLE + Sindroma

Nefrotik.

Page 43: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Data hasil pengkajian riwayat

sekarang, pada 24 Mei 2017 pukul

14.30 wib dengan hari rawatan ke-2

pasien mengalami edema pada

bagian tubuh meliputi palpebra,

pipi, ekstremitas, skrotum dan

asites, pasien sedikit rewel, berat

badan sebelum sakit 9,5 kg dan saat

ini berat badan pasien 12 kg.

Data hasil pengkajian riwayat

sekarang, pada 24 Mei 2017

pukul 16.00 wib dengan hari

rawatan ke-6 pasien mengalami

edema pada bagian punggung

kaki dan punggung tangan,

demam sejak ± 1 minggu,

pasien tidak menghabiskan

makanannya dan berat badan

saat ini 29 kg.

Pada riwayat kesehatan dahulu,

pasien sudah pernah dirawat 3x

karena penyakit yang sama, selama

dirumah pasien mudah demam dan

orangtuan biasa membelikan obat

diwarung saja. Jika pasien

mengkonsumsi makanan ringan

siap saji, biasanya edema akan

muncul.

Pada riwayat kesehatan dahulu,

pasien sudah mengalami SLE

dan Sindroma Nefrotik sejak ±

1,5 tahun. Pasien mudah

mengalami demam dan sudah

dirawat 5x untuk kemoterapi

CPA.

Data hasil pemeriksaan fisik

sebagai berikut: TD 150/100 mmHg

(sistol 80-100 mmHg dan diastol 60

mmHg), nadi 112x/i (105x/ menit),

pernapasan 24x/i (21-30x/menit),

suhu 36,8oC (36,5 - 37,5oC) dan

kesadaran kompos mentis. Berat

badan pasien saat dilakukan

penimbangan 12 kg. Namun,

sebelumnya hanya 9,5 kg dan tinggi

badan 85 cm.

Pada bagian mata, pasien edema

pada palpebra. Abdomen terlihat

mengkilat dan tegang, saat dipalpasi

teraba distensi, lingkar perut 61 cm.

Pada ekstremitas atas ditemukan

edema pada jari, punggung tangan

hingga batas lengan, ekstremitas

bawah ditemukan edema pada

punggung kaki hingga bagian paha.

Turgor kulit kembali dengan cepat.

Pada genitalia ditemukan edema

pada skrotum.

Data hasil pemeriksaan fisik

sebagai berikut: TD 100/60

mmHg (sistol 80-100 mmHg

dan diastol 60 mmHg), nadi

82x/i (85x/menit), pernapasan

21x/i (18-22x/menit), suhu

38,5oC (36,5 - 37,5oC) dan

kesadaran kompos mentis.

Berat badan pasien saat

dilakukan penimbangan 29 kg.

Namun, sebelumnya mencapai

36 kg dan tinggi badan 152 cm.

Pada ekstremitas atas hasil

pengukuran lingkar lengan atas

19 cm, terdapat edema pada

punggung tangan dan jari-jari

dan ditemukan pula edema

pada ekstremitas bawah bagian

punggung kaki. Turgor kulit

kembali dengan cepat. Tidak

ditemukan adanya edema labia.

Data pengkajian kegiatan sehari- Data pengkajian kegiatan

Page 44: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

hari, pasien mendapatkan makanan

dari rumah sakit berupa nasi, lauk,

sayur, buah (MB Nefrotik 1100

kkal, protein 20 gr/day, garam 1

gr/day) dan menghabiskan 1 porsi,

cairan yang dikonsumsi selama 1

hari ±1200 cc, tidur siang ±3 jam

dan malam hari mulai tidur pada

pukul 22.00 wib dan terbangun

pada 06.00 wib (8 jam). Dalam

sehari, pasien BAK 5x (±900 cc)

berwarna kuning kecokelatan,

namun 3 hari sebelum dirawat

pasien mengalami hematurie dan

kebiasaan BAB 1x sehari

konsistensi lembek dan berwarna

kuning kecokelatan.

sehari-hari, pasein

mendapatkan makanan dari

rumah sakit berupa nasi, lauk,

sayur, buah (MB DN 2048

kkal, protein 30 gr/day, lemak

36,4 gr/day) dan

menghabiskan ¼ porsi, cairan

yang dikonsumsi selama 1 hari

±1000 cc, tidur siang ±2jam

dan malam hari mulai tidur

pada pukul 23.00 wib dan

terbangun pada pukul 06.00

wib (7 jam). Dalam sehari,

pasien BAK 5x (±800 cc)

berwarna kekuningan dan

kebiasaan BAB 1x sehari

konsistensi lembek dan

berwarna kuning kecokelatan.

Data hasil pemeriksaan penunjang

pada tanggal 22 Mei 2017

didapatkan total protein 3,2 gr/dL

(6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1

gr/dL(3,8-5,0 gr/dL), nilai natrium

128 Mmol/L (136-145 Mmol/L) dan

kalsium 7,6 mg/dL (8,1-10,4

mg/dL). Data hasil urinalisa pada

22 Mei 2017 didapatkan protein +2

dalam urine.

Data hasil pemeriksaan

penunjang pada tanggal 18 Mei

2017 didapatkan nilai asam urat

7,5 mg/dL ( 2,4-5,7 mg/dL),

total kolesterol 237 mg/dl

(<200 mg/dl), nilai natrium

130 Mmol/L (136-145

Mmol/L), total protein 6,3

gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin

2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Data

hasil urinalisa pada 18 Mei

2017 didapatkan protein +2

dalam urine.

Data terapi pasien antara lain

Prednison 1-1-2 tab, Captopril

3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg,

Lasix 2x10 mg, Simfastatin 1x10

mg, Cefixime 2x25 mg

Data terapi pasien antara lain

Methylprednisolon 1x24 mg,

Captopril 3x12,5 mg, Vit.C

3x100 mg, Bicnat 3x3 mg,

Luminal 2x60 mg, Cefixime

2x150 mg, Allopurinol 3x100

mg, Calc 3x500 mg

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang

peneliti lakukan, maka masalah

keperawatan yang muncul pada

An.A 1) kelebihan volume cairan

Berdasarkan analisa data yang

peneliti lakukan, maka masalah

keperawatan yang muncul pada

An.R 1) hipertermi

Page 45: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

berhubungan dengan penurunan

tekanan osmotik koloid, data

subjektif: Ny.J mengatakan anaknya

mengalami sembab pada hampir

seluruh bagian tubuh (mata, pipi,

perut, kaki, tangan, kelamin),

sedikit rewel, minum ±1200 cc dan

BAK ±900 cc. Data objektif: edema

pada palpebra, pipi, punggung

tangan hingga batas lengan,

punggung kaki hingga paha,

skrotum, abdomen, anak terlihat

gelisah, saat dilakukan

penimbangan berat badan pasien 12

kg, sebelum sakit 9,5 kg, nilai

natrium 128 Mmol/L (136-145

Mmol/L) dan kalsium 7,6 mg/dL

(8,1-10,4 mg/dL).

Pada diagnosa 2) risiko infeksi

dengan faktor risiko

ketidakadekuatan pertahanan

sekunder didukung oleh data

subjektif: orangtua mengatakan

pasien sudah 3x dirawat karena

penyakit yang sama dan mudah

demam. Data objektif: terpasang

tryway di vena radialis dextra, total

protein 3,2 gr/dL, albumin 1,1

gr/dL, leukosit 11.7600/mm3.

Diagnosa 3) defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya

informasi, data subjektif: ibu

mengatakan sangat khawatir dengan

kondisi anaknya saat ini, belum

mendapatkan informasi yang jelas

mengenai penyakit anaknya, panik

jika melihat anaknya tiba-tiba

sembab saat berada dirumah. Data

objektif: orang tua pasien bingung

ketika ditanya tentang penyakit

anaknya, terlihat sangat antusias

saat dijelaskan tantang penyakit

yang diderita anaknya.

berhubungan dengan penyakit.

Data subjektif: Tn.R

mengatakan adiknya demam

dan badannya teraba hangat.

Data objektif: suhu 38,5oC,

kulit teraba hangat, wajah

memerah, leukosit 5.700/mm3.

Pada diagnosa 2)

ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor

biologis diperoleh data

subjektif: Tn.R mengatakan

adiknya terlihat pucat dan tidak

menghabiskan makanan, pasien

mengeluh rasa makanan

hambar. Data objektif: mukosa

mulut kering, bibir pecah-

pecah, LILA 19 cm, berat badan

saat ini 29 kg, berat badan

sebelumnya 36 kg, HDL 21

mg/dL (dislipidemia), diit MB

DN 2048 kkal dengan protein

30 gr dan lemak 36,4 gr, habis

¼ porsi.

Diagnosa 3) risiko infeksi

dengan faktor risiko

ketidakadekuatan pertahanan

sekunder, data subjektif: Tn.R

mengatakan adiknya sering

mengalami demam dan sudah

±1,5 tahun didiagnosa SLE +

Sindroma Nefrotik. Data

objektif: total protein 6,3 gr/dL,

albumin 2,4 gr/dL.

Page 46: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Diagnosa 4) kelebihan volume

cairan berhubungan dengan

penurunan tekanan osmotik

koloid, data subjektif: Tn.R

mengatakan adiknya

mengalami sembab pada

punggung tangan dan

punggung kaki hingga lutut.

Data objektif: edema pada

punggung tangan dan

punggung kaki hingga lutut,

BB saat ini 29, sebelum sakit

36 kg, minum ±1000 cc dan

BAK ±800cc, nilai natrium 130

Mmol/L.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan masing-masing

diagnosa yang telah peneliti

rumuskan maka dibuat intervensi

keperawatan sebagai berikut: 1)

kelebihan volume cairan

berhubungan dengan penurunan

tekanan osmotik koloid, tujuannya

tekanan darah dalam batas normal,

keseimbangan intake dan output

dalam 24 jam, berat badan stabil,

edema berkurang, tidak ditemuka

asites, nilai elektrolit dalam batas

normal. Rencana intervensinya

adalah a) manajemen cairan,

aktivitas keperawatannya seperti

timbang berat badan setiap hari dan

monitor status pasien, jaga dan catat

intake/output, monitor status

hidrasi, monitor tanda-tanda vital

pasien, monitor kelebihan cairan

atau retensi (misalnya edema,

distensi vena jugularis dan edema),

b) monitor cairan, aktivitas

keperawatannya seperti tentukan

riwayat, jumlah dan tipe

intake/output, monitor serum dan

elektrolit urine, monitor TD, HR

dan RR, catat intake/output akurat,

Berdasarkan masing-masing

diagnosa yang telah peneliti

rumuskan maka dibuat

intervensi keperawatan sebagai

berikut: 1) hipertermi

berhubungan dengan

penyakit, tujuannya

keseimbangan antara produksi

dan kehilangan panas, tanda-

tanda vital dalam batas normal.

Rencana intervensi tersebut

adalah a) perawatan demam,

aktivitas keperawatannya

seperti monitor suhu, monitor

intake/output, berikan terapi

antipiretik, b) pengaturan suhu,

aktivitas keperawatannya

seperti monitor warna dan suhu

kulit, monitor tanda-tanda

hipertermi, tingkatkan intake

nutrisi. c) monitor tanda-tanda

vital, aktivitas keperawatannya

seperti monitor kualitas nadi,

monitor adanya pola napas

abnormal.

Page 47: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

c) monitor tanda-tanda vital,

aktivitas keperawatannya seperti

monitor tekanan darah, nadi, suhu

dan status pernapasan dengan tepat,

monitor irama dan laju pernapasan,

monitor warna kulit, suhu dan

kelembaban, monitor sianosis

sentral dan perifer.

Pada diagnosa keperawatan 2)

risiko infeksi, tujuannya

mengidentifikasi faktor risiko

infeksi, mengidentifikasi tanda dan

gejala infeksi, asupan gizi klien

adekuat, ratio berat badan/tinggi

badan ideal, status hidrasi adekuat.

Intervensi yang direncanakan

adalah a) kontrol infeksi, aktivitas

keperawatannya seperti batasi

jumlah pengunjung, anjurkan pasien

mengenai teknik cuci tangan yang

benar, anjurkan pengunjung untuk

mencuci tangan saat memasuki dan

meninggalkan ruangan pasien, b)

monitor nutrisi, aktivitas

keperawatannya seperti timbang

berat badan pasien, lakukan

pengukuran antropometri pada

komposisi tubuh, monitor

kecenderungan naik dan turunnya

berat badan anak, identifikasi

perubahan berat badan terakhir, c)

pengecekan kulit, aktivitas

keperawatannya seperti amati

warna, kehangatan, bengkak,

pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi

pada ekstremitas, monitor warna

dan suhu kulit, monitor warna kulit

untuk memeriksa adanya ruam atau

lecet, monitor kulit untuk adanya

kekeringan atau kelembaban,

monitor infeksi, terutama dari

daerah edema.

Untuk diagnosa keperawatan 3)

Pada diagnosa keperawatan 2)

ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh, tujuannya asupan gizi,

makanan dan cairan adekuat,

rasio berat badan/ tinggi badan

mencapai ideal. Intervensi yang

direncanakan adalah a) Terapi

nutrisi, aktivitas

keperawatannya seperti

lengkapi pengkajian nutrisi

sesuai kebutuhan, monitor

intruksi diet yang sesuai untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien perhari sesuai

kebutuhan, berikan nutrisi yang

dibutuhkan sesuai dengan

batasan anjuran diet, b) monitor

nutrisi, aktivitas

keperawatannya seperti timbang

berat badan pasien, lakukan

pengukuran antropometrik pada

komposisi tubuh, monitor

kecenderungan naik dan

turunnya berat badan anak,

identifikasi perubahan berat

badan terakhir, monitor adanya

mual dan muntah, identifikasi

abnormalitas eliminasi bowel,

monitor diet dan asupan kalori,

c) penahapan diet, aktivitas

keperawatannya seperti berikan

nutrisi peroral sesuai

kebutuhan, monitor toleransi

peningkatan diet, tawarkan

kemungkinan makan 6 kali

dalam porsi kecil, ciptakan

lingkungan yang

memungkinkan.

Page 48: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

defisiensi pengetahuan, tujuannya

berinteraksi positif dengan anak,

membantu menyediakan kebutuhan

fisik anak, memberikan nutrisi sesuai

kebutuhan, menggambarkan perilaku

yang mengurangi resiko tinggi.

Intervensinya adalah a) pengetahuan

manajemen penyakit, aktivitas

keperawatan seperti memberikan

pendidikan kesehatan b) perilaku

patuh diit yang disarankan, seperti

memberikan informasi tentang diit

yang didapatkan anak.

Untuk diagnosa keperawatan 3)

risiko infeksi tujuannya

mengidentifikasi faktor risiko

infeksi, mengidentifikasi tanda

dan gejala infeksi, asupan gizi

klien adekuat, ratio berat

badan/tinggi badan ideal.

Intervensi yang direncanakan

adalah a) kontrol infeksi,

aktivitas keperawatannya

seperti batasi jumlah

pengunjung, anjurkan pasien

mengenai teknik cuci tangan

yang benar, anjurkan

pengunjung untuk mencuci

tangan saat memasuki dan

meninggalkan ruangan pasien,

b) monitor nutrisi, aktivitas

keperawatannya seperti timbang

berat badan pasien, lakukan

pengukuran antropometri pada

komposisi tubuh, monitor

kecenderungan naik dan

turunnya berat badan anak,

identifikasi perubahan berat

badan terakhir, c) pengecekan

kulit, aktivitas keperawatannya

seperti amati warna,

kehangatan, bengkak, pulsasi,

tekstur, edema dan ulserasi pada

ekstremitas, monitor warna dan

suhu kulit, monitor warna kulit

untuk memeriksa adanya ruam

atau lecet, monitor kulit untuk

adanya kekeringan atau

kelembaban, monitor infeksi,

terutama dari daerah edema.

Pada diagnosa keperawatan 4)

kelebihan volume cairan

berhubungan dengan

penurunan tekanan osmotik

koloid, tujuannya tekanan

darah dalam batas normal,

keseimbangan intake dan

output dalam 24 jam, berat

badan stabil, edema berkurang,

tidak ditemuka asites, nilai

Page 49: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

elektrolit dalam batas normal.

Rencana intervensi tersebut

diantaranya a) manajemen

cairan, aktivitas

keperawatannya seperti

timbang berat badan setiap hari

dan monitor status pasien, jaga

dan catat intake/output, monitor

status hidrasi, monitor tanda-

tanda vital pasien, monitor

kelebihan cairan atau retensi

(misalnya edema, distensi vena

jugularis dan edema), b)

monitor cairan, aktivitas

keperawatannya seperti

tentukan riwayat, jumlah dan

tipe intake/output, monitor

serum dan elektrolit urine,

monitor TD, HR dan RR, catat

intake/output akurat, c) monitor

tanda-tanda vital, aktivitas

keperawatannya seperti monitor

tekanan darah, nadi, suhu dan

status pernapasan dengan tepat,

monitor irama dan laju

pernapasan, monitor warna

kulit, suhu dan kelembaban,

monitor sianosis sentral dan

perifer.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang

dilakukan peneliti selama

pengelolaan kasus 5 hari untuk

diagnosa keperawatan 1) kelebihan

volume cairan berhubungan

dengan penurunan tekanan

osmotik koloid, dilakukan tindakan

keperawatan meliputi a)

menimbang berat badan dengan

hasil 12 kg b) memonitor tanda-

tanda vital yaitu TD 150/100

mmHg, nadi 112x/i, pernapasan

24x/i dan suhu 36,8oC c) memantau

retensi cairan yaitu piting edema

Implementasi keperawatan yang

dilakukan peneliti selama

pengelolaan kasus 5 hari untuk

diagnosa keperawatan 1)

hipertermi berhubungan

dengan penyakit yaitu a)

monitor suhu, hasilnya 38,5oC

b) monitor warna kulit, tidak

ditemukan kemerahan dan

bengkak c) memberikan

paracetamol 300 mg, d)

mengajarkan keluarga kompres

hangat.

Page 50: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

positif, d) menilai luas dan lokasi

edema hasilnya edema pada

(palpebra, ekstremitas, skrotum)

dan asites, e) memantau

intake/output yaitu intake cairan

±1200cc dan output ±900cc, f)

memberikan Lasix 2x10mg

Selanjutnya, implementasi

keperawatan untuk diagnosa

keperawatan 2) risiko infeksi

dengan faktor risiko

ketidakadekuatan pertahanan

sekunder yaitu a) memberikan

Cefixime 2x25 mg, b) mengajarkan

pasien dan keluarga cara mencuci

tangan dengan benar, c) melakukan

pengecekan kulit terkait adanya

tanda gejala infeksi seperti bengkak

dan kemerahan, d) memberikan diit

MB Nefrotik 1100 kkal, e)

melakukan pengukuran suhu

hasilnya suhu 36,8oC, f) memantau

adanya peningkatan atau penurunan

berat badan, berat badan 12 kg.

Implementasi keperawatan untuk

diagnosa keperawatan 3) defisiensi

pengetahuan berhubungan

dengan kurang informasi yaitu a)

menggali pengetahuan orangtua

tentang penyakit yang diderita anak

saat ini melalui diskusi terbuka, b)

memberikan pendidikan kesehatan

dengan berdiskusi terbuka bersama

orangtua tentang tanda gejala

penyakit, diit dan pengobatan anak.

Diperoleh hasil orang tua

mengetahui pengertian, tanda dan

gejala serta diit pada pasien dengan

sindroma nefrotik.

Selanjutnya, implementasi

keperawatan untuk diagnosa

keperawatan 2)

ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor

biologis yaitu a) menimbang

berat badan, berat badan pasien

29 kg, b) memantau adanya

mual muntah, c) memberikan

DN 2048 kkal habis ¼ porsi, d)

memotivasi pasien untuk

makan, e) pantau sebab

penurunan nafsu makan.

Implementasi keperawatan

untuk diagnosa keperawatan 3)

risiko infeksi dengan faktor

risiko ketidakadekuatan

pertahanan sekunder yaitu a)

memberikan Cefixime 2x150

mg, b) mengajarkan pasien dan

keluarga cara mencuci tangan

dengan benar, c) melakukan

pengecekan kulit, tidak

ditemukan bengkak dan

kemerahan, d) melakukan

pengukuran suhu, hasilnya suhu

38,5oC.

Pada implementasi keperawatan

untuk diagnosa keperawatan 4)

kelebihan volume cairan

berhubungan dengan

penurunan tekanan osmotik

koloid, yaitu a) menimbang

berat badan, hasilnya 29 kg b)

memonitor tanda-tanda vital,

TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i,

pernapasan 21x/i dan suhu

38,5oC c) memantau retensi

cairan, ditemukan adanya piting

edema, d) menilai luas dan

lokasi edema, terdapat edema

(punggung kaki dan punggung

Page 51: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

tangan), e) memantau

intake/output, intake cairan

±1000cc dan output cairan ±800

cc.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka didapatkan hasil

perkembangan kondisi pasien

sebagai berikut: 1) kelebihan

volume cairan berhubungan dengan

penurunan tekanan osmotik koloid,

data subjektif: Ny.J mengatakan

sembab pada bagian mata anak

sudah berkurang dan anak sudah

tidak rewel. Data objektif: TD

130/90 mmHg, nadi 113x/i,

pernapasan 22x/i, suhu 36,9oC,

namun berat badan anak masih 12

kg. Masalah teratasi sebagian

dengan kriteria hasil tekanan darah

dalam batas normal dan edema

berkurang. Namun masih

ditemukan asites, ketidakstabilan

berat badan dan ketidakseimbangan

intake output Intervensi dilanjutkan.

Untuk diagnosa keperawatan 2)

risiko infeksi dengan faktor risiko

ketidakadekuatan pertahanan

sekunder, data subjektif: orangtua

mengatakan selama dirawat

anaknya tidak pernah demam. Tidak

ditemukan data objektif yang

menunjukkan adanya tanda dan

gejala infeksi pada anak. Masalah

tidak terjadi dengan kriteria tidak

ditemukan tanda dan gejala infeksi,

sehingga intervensi masih

dilanjutkan untuk mencegah

terjadinya infeksi.

Evaluasi untuk diagnosa

keperawatan 3) defisiensi

pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi, data subjektif:

orangtua mengatakan memahami

tentang penyakit yang diderita

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka didapatkan

hasil perkembangan kondisi

pasien sebagai berikut: 1)

hipertermi berhubungan dengan

penyakit, data subjektif: Tn.R

mengatakan adiknya sudah

tidak demam lagi. Data

objektif: kulit tidak teraba

panas, TD 110/60 mmHg, nadi

84x/i, pernapasan 21x/i, suhu

37,0oC. Masalah teratasi

dengan kriteria hasil suhu

dalam batas normal, tidak

ditemukan kulit kemerahan.

Intervensi dihentikan.

Untuk diagnosa keperawatan 2)

ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor

biologis, data subjektif: Tn.R

mengatakan adinya

menghabiskan ½ dari 1 porsi

makanannya. Data objektif:

berat badan anak 30 kg, LILA

19 cm. Masalah teratasi dengan

kriteria hasil makanan dan

cairan adekuat. Intervensi

dihentikan.

Evaluasi untuk diagnosa

keperawatan 3) risiko infeksi

dengan faktor risiko

ketidakadekuatan pertahanan

Page 52: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

anaknya saat ini dan kekhawatiran

berkurang. Data objektif: orangtua

pasien mampu menjelaskan kembali

tanda dan gejala sehingga anak

perlu dibawa ke pelayanan

kesehatan. Masalah teratasi dengan

kriteria hasil orangtua memberikan

nutrisi sesuai kebutuhan anak dan

memahami diit anak. Intervensi

dihentikan.

sekunder, data subjektif: Tn.R

mengatakan adiknya sudah

tidak demam lagi. Data objektif:

tidak ditemukan tanda dan

gejala infeksi pada anak.

Namun, karena daya tahan

tubuh anak yang lemah

menyebabkan anak rentan

terserang penyakit. Masalah

belum terjadi dengan kriteria

tidak ditemukan tanda dan

gejala infeksi, sehingga

intervensi masih dilanjutkan

untuk mencegah terjadinya

infeksi.

Evaluasi pada diagnosa

keperawatan 4) kelebihan

volume cairan berhubungan

dengan penurunan tekanan

osmotik koloid, data subjektif:

Tn.R mengatakan masih

sembab pada kaki dan tangan

adiknya. Data objektif: piting

edema masih ditemukan pada

punggung tangan dan kaki

pasien, berat badan pasien 30

kg, TD 110/60 mmHg, nadi

84x/i, pernapasan 21x/i, suhu

37,0oC. Masalah belum teratasi

karena masih ditemukan

edema, berat badan belum

stabil dan cairan belum

seimbang.Intervensi

dilanjutkan.

Page 53: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

3. ..4. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas antara teori dan

laporan kasus asuhan keperawatan pada An.A dan An.R dengan Sindroma

Nefrotik yang telah dilakukan sejak tanggal 24 – 30 Mei 2017 di ruang

akut IRNA Kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Damil Padang. Kegiatan

yang dilakukan meliputi observasi hasil pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi

keperawatan yang dilakukan oleh perawat ruangan.

1. Pengkajian keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 13.30

WIB didapatkan Participant I, ibu mengatakan anak mengalami

sembab pada hampir seluruh bagian tubuh (mata, pipi, perut, kaki,

tangan, kelamin), begitu pula pada Participant II, keluarga mengatakan

anak mengalami sembab pada tangan dan kaki. Hasil pemeriksaan fisik

pada pemeriksaan tekanan darah, didapatkan pada Participant I

150/100 mmHg dan pada Participant II 100/60 mmHg.

Data hasil pemeriksaan penunjang pada Participant I, total protein 3,2

gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL), nilai natrium

128 Mmol/L (136-145 Mmol/L). Sedangkan pada Participant II, nilai

natrium 130 Mmol/L (136-145 Mmol/L), total protein 6,3 gr/dL (6,6-

8,7 gr/dL), albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL).

Menurut Betz & Sowden, (2009) Walaupun gejala pada anak akan

bervariasi seiring dengan perbedaan proses penyakit, gejala yang

paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik yaitu Retensi cairan

dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia dan

ekstremitas). Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema

pada skrotum dan pada anak perempuan akan mengalami edema pada

labia mayora. Selain itu dapat ditemukan adanya peningkatan tekanan

darah akibat retensi cairan dan natrium.

Page 54: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Menurut Pramana, dkk, (2013) Sindrom Nefrotik adalah kumpulan

gejala yang terdiri dari proteinuria massif (≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau

rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 atau dipstick ≥ 2+),

hipoalbuminemia (≤ 2,5 gr/dL), edema, serta dapat disertai

hiperkolesterolemia (250 mg/uL) serta peningkatan tekanan darah.

Sedangkan hasil urinalisis akan ditemukan proteinuria lebih dari 2

gr/m2/hari, uji dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan

darah, berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya

proteinuria ( normalnya 50-1.400 mosm), osmolaritas urine akan

meningkat ( Suriadi & Yuliani, 2010 ).

Menurut asumsi peneliti, gejala edema, hiponatremia,

hipoalbuminemia, hipoproteinemia dan proteinurie yang dikemukakan

oleh teori ditemukan pada kedua participant baik melalui pemeriksaan

fisik maupun pemeriksaan penunjang. Edema yang muncul pada kedua

participant disebabkan oleh hipoalbuminemia dan menurunnya tekanan

osmotik plasma. Sehingga cairan intravaskuler akan berpindah keruang

interstisial. Pada Participant I ditemukan peningkatan tekanan darah,

peneliti berpendapat retensi cairan atau rendahnya kadar natrium yang

merangsang enzim renin kemudian meningkatkan tekanan darah.

Namun, pada Participant II tidak ditemukan adanya peningkatan

tekanan darah, peneliti berpendapat bahwa retensi cairan pada

participant II tidak terlihat begitu dominan dan tidak adanya

kehilangan natrium yang berlebihan.

Data hasil pengkajian didapatkan partisipan I dengan diagnosa medis

sindroma nefrotik dan pada partisipant II dengan SLE + sindroma

nefrotik.

Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab

Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit

autoimun. Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan

kromosom, namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti Penyakit

Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid,

Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis, Penyakit

sel sabit, dll.

Menurut Prabowo, (2014) Sindroma Nefrotik Primer sampai saat ini

belum diketahui penyebabnya. Namun, pada Sindroma Nefrotik

Sekunder beberapa penyebabnya meliputi lupus erimatosus sistemik

(LES), keganasan, seperti limfoma dan leukemia, vaskulitis, seperti

Page 55: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

granulomatosis Wegener (granulomatosis dengan poliangitis), sindrom

Churg-Strauss (granulomatosis eosinofilik dengan poliangitis).

Pada kasus ini, faktor penyebab yang dikemukakan teori ditemukan

pada Participant II yaitu SLE yang merupakan suatu penyakit akibat

kelainan imunologik yang menyebabkan terjadinya pembentukan dan

pengendapan kompleks antigen-antibodi pada organ-organ tubuh, pada

kasus ini pembentukan dan pengendapan tersebut terjadi pada organ

ginjal sehingga anak menderita sindroma nefrotik. Namun, pada

Participant I peneliti berasumsi bahwa sindroma nefrotik yang

dideritanya merupakan tipe Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga

disebut Sindroma Nefrotik Primer yaitu belum diketahui penyebabnya.

Hasil pengkajian didapatkan partisipan I berusia 38 bulan sedangkan

partisipan II saat ini berusia 14 tahun.

Pramana, dkk (2013) melaporkan bahwa penderita Sindroma Nefrotik

yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP.Dr.M.Djamil Padang

periode 1 Januari 2009- 30 April 2012 sebanyak 56 orang yang

didominasi oleh anak pada usia > 6 tahun sebanyak 55,4% serta rasio

kejadian Sindroma Nefrotik pada anak laki-laki dan perempuan

sebesar 1,43:1.

Peneliti berasumsi, perbedaan usia pada anak dapat terjadi karena pola

asuh yang kurang tepat. Menurut penelitian sebelumnya, sindroma

nefrotik banyak terjadi pada anak usia >6 tahun. Sedangkan saat ini

usia partisipan I adalah 38 bulan. Salah satu penyebabnya dapat terjadi

karena anak yang terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji atau

berbahan pengawet yang dapat memperberat kerja ginjal. Ini berbeda

dengan yang dialami oleh partisipan II, anak didiagnosa sindroma

nefrotik diawali oleh lupus atau penyakit autoimun.

Data terapi partisipan I mendapatkan Prednison 1-1-2 tab, Captopril

3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg, Lasix 2x10 mg, Simfastatin 1x10 mg,

Cefixime 2x25 mg, sedangkan terapi partisipan II antara lain

Methylprednisolon 1x24 mg, Captopril 3x12,5 mg, Vit.C 3x100 mg,

Bicnat 3x3 mg, Luminal 2x60 mg, Cefixime 2x150 mg, Allopurinol

3x100 mg, Calc 3x500 mg

Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk

sindrom nefrotik meliputi pemberian kortikosteroid seperti prednison

atau prednisolon untuk menginduksi remisi, penggantian protein,

terapi diuretik, pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis

lain, mengingat pasien dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi

Page 56: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

akibat daya tahan tubuhnya yang rendah, terapi Imunosupresif untuk

anak yang gagal berespon dengan terapi steroid.

Menurut Ngastiyah, (2014) terapi untuk pasien dengan sindroma

nefrotik seperti bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik, Kondisi

alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian terapi

KCl, Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian

obat-obatan antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan

efek samping penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan

dengan sangat hati-hati, berikan diuretik untuk mengatasi edema.

Partisipan I dan II mendapatkan terapi kortikosteroid, antibiotik dan

antihipertensif. Sementara, pada partisipan II tidak ditemukan adanya

peningkatan tekanan darah. Asumsi peneliti, partisipan II diberikan

antihipertensif karena total kolesterolnya yang melebihi nilai normal

total kolesterol 237 mg/dl (<200 mg/dl) sehingga anak berisiko

mengalami hipertensi. Pada partisipant I mendapatkan terapi diuretik,

peneliti berpendapat karena awalnya pasien mengalami edema

anasarka, sedangkan partisipan II tidak mendapatkan terapi diuretik,

peneliti berpendapat hal ini mencegah terjadinya shock hipovolemik

karena pasien sudah mengalami penurunan berat badan hingga >30%.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kasus, diagnosa

yang muncul pada Participant I adalah kelebihan volume cairan

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, risiko infeksi

dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan

defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Sedangkan pada Participant II diagnosa yang muncul adalah hipertermi

berhubungan dengan penyakit, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, risiko infeksi

dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan

kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi.

Menurut Diagnosis Keperawatan NANDA 2012-2014, diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan sindroma

nefrotik adalah Kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi, Ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan keletihan otot pernapasan, Risiko infeksi

berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekuder

imunosupresan, Diare berhubungan dengan edema mukosa usus,

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

Page 57: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

dengan faktor biologis, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

penurunan imunologik.

Kelebihan volume cairan pada anak dengan sindroma nefrotik terjadi

akibat menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun

sehingga cairan intravaskuler berpindah kedalam interstisial.

Menurunnya volume cairan intravaskuler menyebabkan alirah darah ke

renal berkurang, sehingga ginjal merangsang produksi renin

angiotensin, meningkatkan sekresi ADH dan aldosteron maka

terjadilah retensi natrium dan air yang menyebabkan edema (Suriadi&

Yuliani, 2010). Kelebihan volume cairan menyebabkan cairan

intravaskuler berpindah keruang interstisial, sehingga akan terlihat

gejala edema (palpebra, ekstermitas), abdomen mengkilat, ukuran

abnormalitas pada lingkar perut edema skrotum pada anak laki-laki

dan edema labia mayora untuk anak perempuan, selain itu dapat pula

ditemukan peningkatan berat badan >20%.

Menurut analisa peneliti, pada Participant I dan Participant II dapat

ditegakkan diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi. Menurunnya jumlah albumin dan

tekanan osmotik menyebabkan ruang interstisial berisi cairan

intravaskuler. Sehingga pada postur tubuh anak akan ditemukan

peningkatan berat badan, edema, peningkatan tekanan darah dan

gelisah pada anak, ini sesuai dengan batasan karakteristik yang

ditetapkan teori, sehingga diagnosa ini dapat ditegakkan.

Penurunan plasma albumin dan tekanan osmotik mengakibatkan

kolesterol dan trigliserida serum meningkat. Hilangnya protein

menyebabkan hati melakukan kompensasi yaitu meningkatkan

produksi lipo-protein sehingga berdampak pada kondisi

hiperlipidemia. Respon imun akan menurun karena sel imun tertekan,

hal ini mungkin disebabkan oleh hipoalbuminemia dan hiperlipidemia

(Suriadi & Yuliani, 2010).

Asumsi peneliti, pada Participant I dan Participant II dapat ditegakkan

diagnosa risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan

pertahanan sekunder, sesuai dengan batasan karakteristik yaitu

terpasang kateter intravena, statis cairan, penggunaan steroid dan

malnutrisi. Didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium

Participant I yaitu total protein 3,2 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1

gr/dL (3,8-5,0 gr/dL) sedangkan Participant II nilai asam urat 7,5

mg/dL ( 2,4-5,7 mg/dL), total protein 6,3 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL),

albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL).

Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi informasi

kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA, 2014).

Page 58: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Berdasarkan analisa peneliti, kurangnya pengetahuan pada orangtua

anak disebabkan oleh tidak adanya pendidikan kesehatan yang

didapatkan dari pihak pelayanan kesehatan. Family centre care

merupakan salah satu cara untuk mempercepat pemulihan pada anak,

disamping itu untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang

kondisi anak perlu adanya promosi kesehatan terkait cara menjaga

kesehatan anak dirumah. Berdasarkan hal tersebut, diagnosa defisiensi

pengetahuan pada Participant I dapat ditegakkan.

Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

(NANDA, 2014). Menurut Suriadi&Yuliani, (2010) menurunnya

respon imun pada anak dengan sindroma nefrotik dapat disebabkan

oleh tertekannya sel imun, hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau

defisiensi seng. Asumsi peneliti, karena albumin serum dan total

protein pada participant II rendah dapat mempengaruhi daya tahan

tubuh, hal ini menyebabkan pasien berisiko terhadap infeksi.

Hipertemi merupakan salah satu respon tubuh terhadap infeksi.

Diagnosa keperawatan ini tidak ditemukan pada teori, namun dapat

ditegakkan karena sesuai dengan batasan karakteristik yang ditemukan

pada diagnosis keperawatan NANDA 2014.

Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mengakibatkan

peningkatan tekanan abdomen yang mendesak lambung. Respon tubuh

anak adalah anoreksia dan mual muntah (Betz & Sowden, 2009).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis yang terjadi pada Participant II ditandai dengan

pasien mengalami penurunan berat badan 20%, pasien tidak

menghabiskan makanan, membran mukosa terlihat pucat, kehilangan

rambut berlebihan serta mengeluh gangguan sensasi rasa. Dengan

demikian, diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan faktor biologis dapat ditegakkan.

Kerusakan integritas kulit merupakan perubahan atau gangguan

epidermis dan atau dermis (NANDA, 2014). Menurut analisa peneliti,

pada kedua Participant tidak ditemukan adanya kerusakan kulit

ataupun gangguan permukaan kulit meskipun pada anak terdapat

perubahan status cairan. Berdasarkan data diatas, diagnosa Kerusakan

integritas kulit tidak dapat diangkat.

Menurut Syaifuddin, (2012) pada pasien dengan sindroma nefrotik

penumpukan cairan keruang interstisial dapat mendesak rongga dada,

hal ini menyebabkan penurunan ekspansi paru sehingga akan

ditemukan pasien mengalami napas cepat. Ketidakefektifan pola napas

merupakan inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan

ventilasi adekuat (NANDA, 2014). Menurut analisa peneliti, pada

Page 59: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

kedua participant tidak ditemukan adanya ketidakefektifan pola napas

meskipun pada Participant I ditemukan adanya asites, namun frekuensi

napasnya normal. Berdasarkan data diatas dan batasan karakteristik

pada diagnosis keperawatan NANDA 2014, diagnosa Ketidakefektifan

Pola Napas tidak dapat diangkat.

Diare merupakan feses yang lunak dan tidak berbentuk (NANDA,

2014). Menurut Syaifuddin, (2012) retensi cairan pada anak dengan

sindroma nefrotik tidak hanya dapat dilihat dari luar permukaan tubuh

saja, namun edema dapat terjadi pada mukosa usus, sehingga pasien

akan mengalami diare. Menurut analisa peneliti, pada kedua

participant tidak ditemukan adanya diare meskipun pada keduanya

terjadi retensi cairan. Sehingga diagnosa keperawatan diare tidak dapat

diangkat.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan kepada diagnosa

keperawatan yang muncul pada partisipan I dan partisipan II.

Berdasarkan kasus, tindakan yang dilakukan selama 5 hari sesuai

dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa kelebihan

volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

rencana yang terjadi pada kedua participant tindakan terdiri dari a)

manajemen cairan, aktivitas keperawatannya seperti timbang berat

badan setiap hari dan monitor status pasien, jaga dan catat

intake/output, monitor status hidrasi, monitor tanda-tanda vital pasien,

monitor kelebihan cairan atau retensi (misalnya edema, distensi vena

jugularis dan edema), b) monitor cairan, aktivitas keperawatannya

seperti tentukan riwayat, jumlah dan tipe intake/output, monitor serum

dan elektrolit urine dan menilai protein urine kuantitatif (tes Esbach)

yang digunakan untuk memonitor adanya protein dalam urine/ 24 jam,

monitor TD, HR dan RR, catat intake/output akurat, c) monitor tanda-

tanda vital, aktivitas keperawatannya seperti monitor tekanan darah,

nadi, suhu dan status pernapasan dengan tepat, monitor irama dan laju

pernapasan, monitor warna kulit, suhu dan kelembaban, monitor

sianosis sentral dan perifer.

Pada diagnosa keperawatan risiko infeksi dengan faktor risiko

ketidakadekuatan pertahanan sekunder yang terjadi pada kedua

participant rencana tindakan terdiri dari a) kontrol infeksi, aktivitas

keperawatannya seperti batasi jumlah pengunjung, anjurkan pasien

mengenai teknik cuci tangan yang benar, anjurkan pengunjung untuk

mencuci tangan saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien, b)

monitor nutrisi, aktivitas keperawatannya seperti timbang berat badan

pasien, lakukan pengukuran antropometri pada komposisi tubuh,

monitor kecenderungan naik dan turunnya berat badan anak,

Page 60: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

identifikasi perubahan berat badan terakhir, c) pengecekan kulit,

aktivitas keperawatannya seperti amati warna, kehangatan, bengkak,

pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi pada ekstremitas, monitor warna

dan suhu kulit, monitor warna kulit untuk memeriksa adanya ruam atau

lecet, monitor kulit untuk adanya kekeringan atau kelembaban, monitor

infeksi, terutama dari daerah edema.

Intervensi yang direncanakan pada An.A untuk diagnosa defisiensi

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terdiri dari a)

pengetahuan manajemen penyakit, aktivitas keperawatan seperti

memberikan pendidikan kesehatan b) perilaku patuh diit yang

disarankan, seperti memberikan informasi tentang diit yang didapatkan

anak.

Pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan penyakit

pada An.R rencana tindakan terdiri dari a) perawatan demam, aktivitas

keperawatannya seperti monitor suhu, monitor intake/output, berikan

terapi antipiretik, b) pengaturan suhu, aktivitas keperawatannya seperti

monitor warna dan suhu kulit, monitor tanda-tanda hipertermi,

tingkatkan intake nutrisi. c) monitor tanda-tanda vital, aktivitas

keperawatannya seperti monitor kualitas nadi, monitor adanya pola

napas abnormal.

Intervensi yang direncanakan pada An.R untuk diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis terdiri dari a) Terapi nutrisi, aktivitas

keperawatannya seperti lengkapi pengkajian nutrisi sesuai kebutuhan,

monitor intruksi diet yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien perhari sesuai kebutuhan, berikan nutrisi yang dibutuhkan

sesuai dengan batasan anjuran diet, b) monitor nutrisi, aktivitas

keperawatannya seperti timbang berat badan pasien, lakukan

pengukuran antropometrik pada komposisi tubuh, monitor

kecenderungan naik dan turunnya berat badan anak, identifikasi

perubahan berat badan terakhir, monitor adanya mual dan muntah,

identifikasi abnormalitas eliminasi bowel, monitor diet dan asupan

kalori, c) penahapan diet, aktivitas keperawatannya seperti berikan

nutrisi peroral sesuai kebutuhan, monitor toleransi peningkatan diet,

tawarkan kemungkinan makan 6 kali dalam porsi kecil, ciptakan

lingkungan yang memungkinkan.

4. Implementasi Keperawatan

Peneliti melakukan semua imlementasi berdasarkan tindakan yang

telah direncanakan pada intervensi, pada kedua partisipan tidak dapat

dilakukan tindakan pemantauan nilai elektrolit serum karena

Page 61: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan pada awal saat pasien

masuk. Pada masalah kelebihan volume cairan yang dialami kedua

participant telah dilakukan tindakan keperawatan meliputi a)

menimbang berat badan anak setiap hari, b) memonitor tanda-tanda

vital meliputi TD, nadi, pernapasan dan suhu, c) memantau retensi

cairan dengan menilai adannya piting edema, d) menilai luas dan

lokasi edema, e) memantau intake/output perhari, f) memberikan terapi

diuretik sesuai medikasi.

Menurut Syaifuddin, (2012) Meningkatnya permeabilitas dinding

kapiler glomerulus mengakibatkan protein lolos dan keluar bersama

urine yang menyebabkan protein dalam plasma berkurang, tekanan

osmotik koloid menurun dan tekanan hidrostatik meningkat, akibatnya

cairan intravaskuler berpindah kedalam interstisial. Respon tubuh anak

adalah edema, edema akan semakin parah dan hal ini terlihat dari

postur tubuh anak yang hingga mengalami edema anasarka, selain itu

dapat ditemukan peningkatan berat badan anak serta peningkatan

tekanan darah.

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan intervensi pada diagnosa ini

sangat penting untuk mengetahui perubahan status sirkulasi anak.

Mengetahui adanya peningakatan berat badan sebagai respon edema

pada tubuh anak, mengetahui adanya peningkatan tekanan darah akibat

retensi natrium dan air, mengetahui balance cairan anak melalui nilai

intake dan output. Selain itu, perlu juga untuk memantau adanya tanda-

gejala syock hipovolemik akibat berkurangnya cairan intravaskuler

karena berpindah keruang interstisial. Perubahan-perubahan ini harus

selalu dimonitor karena berpengaruh terhadap proses pengobatan

selanjutnya. Analisa lain terkait kelebihan volume cairan, pada kedua

partisipan tidak dilakukan tes Esbach. Peneliti berasumsi, tidak ada

indikasi yang mengharuskan pasien untuk dilakukan tes esbach.

Indikator tersebut meliputi mengetahui jumlah awal protein dalam

urine dan mengetahui waktu remisi dicapai. Selain itu, pada kedua

participan telah dilakukan urinalisa untuk mengetahui adanya

proteinurie. Sehingga tidak diperlukan lagi tes esbach.

Pada masalah risiko infeksi yang dialami oleh kedua responden,

implementasi yang dilakukan peneliti adalah a) memberikan terapi

antibiotik, b) mengajarkan pasien dan keluarga cara mencuci tangan

dengan benar, c) melakukan pengecekan kulit terkai adanya tanda

gejala infeksi seperti bengkak dan kemerahan, d) memberikan diit

Page 62: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

sesuai kebutuhan pasien, e) melakukan pengukuran suhu, f) memantau

adanya peningkatan atau penurunan berat badan.

Menurut Syaifuddin, (2012) Penurunan fungsi filtrasi glomerulus

mengakibatkan protein terfiltrasi dan ikut keluar bersama urine, jika

dilakukan pemeriksaan hematologi akan ditemukan hasil

hipoalbuminemia. Respon tubuh anak adalah daya tahan tubuh yang

rendah seperti mudah demam, pucat, kelelahan.

Menurut analisis peneliti, pelaksaan intervensi pada diagnosa ini sudah

tepat. Sehingga peneliti dapat mengetahui adanya peningkatan suhu

sebagai respon tubuh akibat infeksi, mengetahui adanya peningkatan

ataupun penurunan nafsu makan dan berat badan anak, selain itu dapat

menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara mencuci

tangan yang benar sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran

kuman penyakit.

Pada masalah partisipan I yaitu defisiensi pengetahuan telah dilakukan

tindakan keperawatan seperti a) menggali pengetahuan orangtua

tentang penyakit yang diderita anak saat ini melalui diskusi terbuka, b)

memberikan pendidikan kesehatan dengan berdiskusi terbuka bersama

orangtua anak.

Defisit pengetahuan banyak terjadi pada orang tua anak yang sedang

sakit. Biasanya, kekhawatiran orangtua terhadap keadaan anaknya

merupakan salah satu bentuk ketidaktahuan orang tua terhadap proses

penyakit. Menurut analisa peneliti, kurangnya informasi kepada

orangtua anak sangat berpengaruh teradap pola koping keluarga dalam

menghadapi anak yang sedang sakit, sehingga pendidikan kesehatan

kepada keluarga pasien sangat perlu diberikan. Informasi yang telah

diberikan kepada keluarga pasien meliputi tanda-gejala anak dengan

sindroma nefrotik sehingga anak perlu segera dibawa ke pelayanan

kesehatan terdekat, serta memberikan pengetahuan tentang diit rendah

garam dan tinggi protein kepada anak.

Pada masalah partisipan II yaitu hipertermi telah dilakukan tindakan

keperawatan seperti a) memonitor suhu pasien setiap 6 jam, b)

memonitor warna kulit untuk menilai adanya infeksi seperti bengkak

dan kemerahan, c) memberikan terapi antipiretik, d) mengajarkan

keluarga kompres hangat, e) memberikan terapi antibiotik.

Menurut Ngastiyah, (2014) Mencegah infeksi juga perlu dilakukan

pada pasien dengan sindroma nefrotik, hal ini dikarenakan daya tahan

Page 63: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

tubuh anak yang rendah. Salah satu respon tubuh anak terhadap infeksi

adalah peningkatan suhu tubuh. Menurut analisa peneliti, pelaksanaan

intervensi yang dilakukan sudah baik, sehingga dapat mengetahui

perkembangan kondisi pasien seperti suhu tubuh, respon tubuh pasien

terhadap pemberian terapi antipretik serta mengidentifikasi

kemampuan keluarga dalam melakukan kompres hangat pada anggota

keluarga yang sakit.

Pada masalah partisipan II yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah a)

menimbang berat badan anak setiap hari, b) memantau adanya mual

muntah, c) memberikan diit, d) memotivasi pasien untuk makan, e)

pantau sebab penurunan nafsu makan.

Menurut Syaifuddin, (2012) Penumpukan cairan keruang interstisial

dapat mengakibatkan peningkatan tekanan abdomen yang mendesak

lambung. Respon tubuh anak adalah anoreksia dan mual muntah.

Menurut Ngastiyah, (2014) salah satu Penatalaksanaan medis pada

anak dengan Sindroma nefrotik Meliputi Diit tinggi protein sebanyak

2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila

edema sudah berkurang, maka dapat diberikan sedikit garam ( Buku

Kuliah IKA Jilid II).

Menurut analisa peneliti, pelaksanaan intervensi yang dilakukan sudah

baik. Dengan tindakan tersebut, peneliti dapat mengetahui adanya

penurunan berat badan >20%, mengetahui adanya mual muntah,

mengetahui penyebab kurangnya nafsu makan pasien, mengetahui

kebiasaan makan pasien dan memberikan anjuran modifikasi yang

sesuai.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan dari tanggal 24–30 Mei 2017 dengan metode

penilaian Subjektiv, Objektiv, Assasment, Planning (SOAP) untuk

mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah dilakukan. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan I selama 5 hari untuk

masalah keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi ditemukan data subjektif ibu

mengatakan sembab pada bagian mata anak sudah berkurang dan anak

sudah tidak rewel, Sedangkan data objektif diperoleh TD 130/90

mmHg, nadi 113x/i, pernapasan 22x/i, suhu 36,9oC, namun berat badan

anak masih 12 kg. Masih terdapat edema pada ekstremitas dan skrotum

serta asites. balance cairan +150 cc. Kriteria yang harus dicapai adalah

Tekanan Darah dalam batas normal, Keseimbangan intake dan output

Page 64: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

dalam 24 jam, Berat badan stabil, edem berkurang, tidak ditemukan

asites, nilai elektrolit dalam batas normal.

Menurut analisa peneliti, masalah ini timbul akibat menurunnya

jumlah albumin dan penurunan tekanan osmotik yang mengakibatkan

cairan intravaskuler berpindah keruang interstisial yang

dimanifestasikan dengan edema (palpebra, ekstremitas, kelamin,

abdomen), peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah,

oliguri bahkan anurine. Sehingga dapat disimpulkan masalah belum

teratasi, namun karena pasien pulang paksa pada hari rawatan ke-8

telah diberikan pendidikan kepada keluarga untuk mengatur makanan

pasien rendah garam dan mengatur kebutuhan protein pasien 20

gr/hari, jika hal ini tidak diperhatikan maka anak akan mengalami

edema, oliguri, dan peningkatan tekanan darah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan I selama 5

hari untuk masalah keperawatan risiko infeksi dengan faktor risiko

ketidakadekuatan pertahanan sekunder diperoleh data subjektif

orangtua mengatakan selama dirawat anaknya tidak pernah demam.

Sedangkan tidak ditemukan data objektif yang menunjukkan adanya

tanda dan gejala infeksi pada anak. Kriteria hasil yang harus dicapai

adalah mengidentifikasi faktor risiko infeksi pada klien,

mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi pada klien, asupan gizi klien

adekuat, ratio berat badan/tinggi badan ideal, status hidrasi adekuat.

Menurut analisa peneliti, masalah ini timbul akibat kondisi

hipoalbumin dan hiperlipidemia yang dialami oleh anak, sehingga anak

akan mengalami penurunan daya tahan tubuh yang dimanifestasikan

dengan penurunan albumin serum dan total protein, peningkatan

kolesterol, demam, tanda infeksi pada kulit seperti bengkak dan

kemerahan, sehingga dapat disimpulkan masalah tidak terjadi,

intervensi dilanjutkan untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien.

Pada diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi pada partisipan I telah dilakukan implementasi selama 5

hari, dari hasil tersebut data subjektif orangtua mengatakan memahami

tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini dan kekhawatiran

berkurang. Sedangkan data objektif ditemukan orangtua pasien mampu

menjawab pertanyaan peneliti, masalah teratasi, intervensi dihentikan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan II selama 5

hari pada masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan

penyakit ditemukan data subjektif Tn.R mengatakan adiknya sudah

tidak demam lagi. Pada data objektif ditemukan anak tidak

Page 65: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

berkeringat, kulit tidak teraba hangat, TD 110/60 mmHg, nadi 84x/i,

pernapasan 21x/i, suhu 37,0oC. Masalah teratasi. Intervensi dihentikan.

Dengan kriteria hasil keseimbangan antara produksi dan kehilangan

panas, tanda-tanda vital serta kontrol risiko hipertensi.

Menurut peneliti, pasien dengan sindroma nefrotik mengalami kondisi

hipoalbuminemia dan hipoproteinemia yang menyebabkan penurunan

daya tahan tubuh pasien sehingga rentan terhadap infeksi. Demam

merupakan salah satu kompensasi tubuh terhadap infeksi yang sedang

terjadi dengan manifestasi klinis peningkatan suhu tubuh, berkeringat,

kulit kemerahan dan teraba hangat sehingga dapat disimpulkan

masalah teratasi, intervensi dihentikan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 5 hari pada masalah

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis pada partisipan II ditemukan data

subjektif Tn.R mengatakan anak menghabiskan ½ dari 1 porsi

makanannya. Pada data objektif ditemukan berat badan anak sudah

bertambah 1 kg, LILA 19 cm. Dengan kriteria hasil Asupan gizi,

makanan dan cairan adekuat, Rasio berat badan/ tinggi badan

mencapai ideal.

Menurut peneliti, masalah ini timbul akibat cairan yang mengisi

rongga abdomen mendesak lambung, sehingga anak akan mengeluh

mual bahkan muntah. Selain itu terapi makanan anak yang rendah

garam menyebabkan anak mengalami gangguan sensasi rasa, akhirnya

anak akan mengeluh makanan tidak enak maupun tidak selera makan.

Karena batasan karakteristik dan kriteria hasil sesuai dengan diagnosa

telah tercapai dapat disimpulkan masalah teratasi, intervensi

dihentikan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari pada masalah

keperawatan risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan

pertahanan sekunder ditemukan data subjektif Tn.R mengatakan

adiknya sudah tidak demam lagi. Pada data objektif tidak ditemukan

tanda dan gejala infeksi pada anak. Namun, karena daya tahan tubuh

anak yang lemah menyebabkan anak rentan terserang penyakit.

Menurut analisa peneliti, masalah ini timbul akibat kondisi

hipoalbumin dan hiperlipidemia yang dialami oleh anak, sehingga anak

akan mengalami penurunan daya tahan tubuh yang dimanifestasikan

dengan penurunan albumin serum dan total protein, peningkatan

kolesterol, demam, tanda infeksi pada kulit seperti bengkak dan

kemerahan, sehingga dapat disimpulkan masalah tidak terjadi,

intervensi dilanjutkan untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien.

Page 66: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari pada masalah

keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

tekanan osmotik koloid ditemukan data subjektif Tn.R mengatakan

masih sembab pada kaki dan tangan adiknya. Pada data objektif piting

edema masih ditemukan pada punggung tangan dan kaki pasien, berat

badan pasien bertambah 1 kg, TD 110/60 mmHg, nadi 81x/i,

pernapasan 21x/i, suhu 37,1oC. Kriteria hasil yang diharapkan tekanan

darah dalam batas normal, keseimbangan intake dan output dalam 24

jam, berat badan stabil, edem berkurang, tidak ditemuka asites, nilai

elektrolit dalam batas normal, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa masalah teratasi sebagian, sehingga pada hari rawatan ke-13

intervensi pemberian terapi kortikosteroid tetap dilanjutkan hingga hari

rawatan pasien ke-28 hari. Selain itu perlu dipantau keseimbangan

cairan pasien dan monitor adanya perubahan tekanan darah. Sehingga,

keseimbangan cairan dapat terjaga, tidak ditemukan keparahan kondisi

edema dan tekanan darah tetap stabil.

Page 67: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Partisipan I dan Partisipan

II dengan sindroma nefrotik diruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak RSUP DR.

M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa orangtua Partisipan I mengeluh

anak sembab, rewel dan berat badan meningkat. Dari pemeriksaan fisik

ditemukan piting edema positif pada palpebra, ekstremitas, skrotum dan

asites, tekanan darah 150/100 mmHg, berat badan anak 12 kg, lingkar

perut 61 cm. Hasil pemeriksaan penunjang pada Participant I, total

albumin 1,1 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Sedangkan pada Partisipan II, Tn.R

mengeluh adiknya sembab, pucat dan penurunan nafsu makan. Dari

pemeriksaan fisik ditemukan piting edema positif pada punggung tangan

dan punggung kaki, berat badan 29 kg, LILA 19 cm. Hasil pemeriksaan

penunjang pada Participant II albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL).

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada sindroma nefrotik sebanyak

tujuh diagnosa. Berdasarkan kasus, diagnosa yang muncul pada Partisipan

I adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi, risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan

pertahanan sekunder, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi. Sedangkan pada partisipan II diagnosa yang muncul

yaitu hipertermi berhubungan dengan penyakit, ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, risiko

infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan

kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi.

3. Intervensi keperawatan yang direncakan tergantung pada masalah

keperawatan yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan

Page 68: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

berdasarkan diagnosa kelebihan volume cairan pada Partisipan I a)

manajemen cairan, aktivitas keperawatan seperti menimbang berat badan

anak setiap hari, jaga dan catat intake/output, b) monitor cairan, aktivitas

keperawatan seperti monitor serum dan elektrolit urine, c) monitor tanda-

tanda vital, aktivitas keperawatan seperti monitor tekanan darah, nadi,

suhu, pernapasan, irama napas. Sedangkan beberapa intervensi pada

diagnosa kelebihan volume cairan pada kasus Partisipan II sama dengan

intervensi pada kasus Partisipan I.

4. Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai rencana tindakan yang

telah disusun. Implementasi keperawatan pada Partisipan I dilakukan

selama lima hari sedangkan implementasi keperawatan pada Partisipan II

dilakukan selama tujuh hari.

5. Hasil evaluasi :

1. Evaluasi tindakan keperawatan selama lima hari pada Partisipan I dengan

diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan didapatkan data subjektif:

orangtua mengatakan sembab pada anak sudah berkurang, dan data

objektif: TD 130/90 mmHg, nadi 113x/i, pernapasan 22x/i dan suhu

36,9oC, berat badan anak 12 kg, balance cairan +150 cc, piting edema

positif pada punggung tangan, punggung kaki, skrotum dan asites pada

abdomen, masalah belum teratasi, namun karena pasien pulang paksa pada

hari rawatan ke-8 telah diberikan pendidikan kepada keluarga untuk

mengatur makanan pasien rendah garam dan mengatur kebutuhan protein

pasien 20 gr/hari, jika hal ini tidak diperhatikan maka anak akan

mengalami edema, oliguri, dan peningkatan tekanan darah.

2. Evaluasi yang dilakukan selama tujuh hari pada Partisipan II dengan

diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan didapatkan data subjektif:

Tn.R mengatakan masih sembab pada kaki adiknya, dan data objektif:

anak tidak berkeringat, tidak ada kemerahan pada kulit anak, suhu 37,1oC,

tidak teraba panas pada kulit, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

masalah teratasi sebagian, sehingga pada hari rawatan ke-13 intervensi

pemberian terapi kortikosteroid tetap dilanjutkan hingga hari rawatan

pasien ke-28 hari. Selain itu perlu dipantau keseimbangan cairan pasien

Page 69: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

dan monitor adanya perubahan tekanan darah. Sehingga, keseimbangan

cairan dapat terjaga, tidak ditemukan keparahan kondisi edema dan

tekanan darah tetap stabil.

2. Saran

1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang

Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada

semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal

dan meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.

2. Bagi Ruang Rawat Inap Anak

Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran

bagi perawat di ruang akut IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang dalam melakukan asuhan keperawatan secara

profesional.

3. Bagi instiusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan

perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode

etik keperawatan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara tepat dan

mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang

didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan, harus

terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta

mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan

benar.

2. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan

keperawatan yang baik pada pasien dengan sindroma nefrotik.

Page 70: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

1. Pengkajian

Waktu PengkajianHari Tanggal Jam

Rabu 24 Mei 2017 15.00 wib

Rumah Sakit /

Klinik/Puskesmas

: RSUP.Dr.M.Djamil Padang

Ruangan : Akut, IRNA Kebidanan dan Anak

Tanggal Masuk RS : 22 Mei 2017

No. Rekam Medik : 979363

Sumber informasi : Orangtua klien

1. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA

1. IDENTITAS ANAK

Nama / Panggilan An. A

Tanggal lahir / Umur 24 Maret 2014/ 38 bulan

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Pendidikan Belum sekolah

Anak ke / jumlah

saudara

1/1

Diagnosa Medis Sindroma Nefroik

2. IDENTITAS ORANGTUA IBU AYAH

Nama Ny.J Tn.R

Umur 20 th 32 th

Agama Islam Islam

Suku bangsa Minang Minang

Pendidikan SMP SD

Pekerjaan IRT Sopir

Alamat Parik Malintang Parik Malintang

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

NoNama

(Inisial)

Usia

(bl/th

)

JK Hub.dg KKPendi

dikanStatus kesehatan Ket

1 Tn.B 50th LK Kakek klien SD Tidak ada masalah -

2 Ny.J 49th PR Nenek klien SD Tidak ada masalah -

3 Ny.M 23th PR Tante klien SMA Tidak ada masalah -

Page 71: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

1. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA Ny.J mengatakan An.A masuk ruang HCU anak RSUP.Dr.M.Djamil

Padang pada 22 Mei 2017 pukul 22.05 wib rujukan RSUD.Pariaman

karena sembab pada seluruh bagian tubuh anak, urine anak keluar

sedikit dan disertai darah

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei 2017 pukul 16.00 wib Ny.J mengatakan

anaknya mengalami sembab pada hampir seluruh bagian tubuh (mata, pipi, perut,

kaki, tangan, kelamin). Ny.J mengatakan berat badan anak saat ini 12 kg sementara

sebelum sakit hanya 9,5 kg.

2. Riwayat kesehatan dahulu

Ny.J mengatakan anaknya sudah pernah dirawat 3x karena penyakit yang sama dan

anak mudah demam. Sembab pada An.A akan selalu imbul saat anak mengkonsumsi

makanan siap saji.

1. Prenatal

Riwayat gestasi G1P1A0H1

HPHT 30 Mei 2013

Pemeriksaan kehamilan Bidan

Frekuensi Teratur

Masalah waktu hamil Ada, mual muntah

Sikap ibu terhadap kehamilan Posiif

Emosi ibu pada saat hamil Stabil

Obat-obatan yang digunakan Ada, vit.C dan tablet zinc

Perokok Tidak

Alkohol Tidak

2. Intranatal

Tanggal persalinan 24 maret 2014

BBL / PBL 2900 gr / 49 cm

Tempat persalinan Rumah Sakit

Penolong persalinan Dokter

Jenis persalinan Secio Caesaria (SC)

Penyulit persalinan ada, panggul sempit

3. Post natal (24 jam)

APGAR skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10

Pemberian Vit K ada

Koord. relek hisap dan relek Baik

Page 72: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

c

menelan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tidak

BBLR : Perawatan kangguru Tidak

Kelainan kongenital idak ada

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga pernah

sakit Ada, penyakit ISPA dan diare

Riwayat penyakit keturunan Tidak ada

Genogram

Ket :

: Laki-laki O : Perempuan

©/ : Klien

/O : Meninggal

: Menikah : Cerai ╫ : Saudara

: Tinggal serumah

III. RIWAYAT IMUNISASI

BCG Simpulan :

lengkap sesuai usia

idak lengkap

DPT 1 2 3

Polio 1 2 3 4

Hepaiis B 0 1 2 3

Campak

IV.Lingkungan

Ny.J mengatakan dilingkungan rumah terdapat kandang ayam, didalam rumah

klien memelihara seekor kucing dan terdapat wc selain itu, ayah dan suami Ny.J

merokok memiliki kebiasaan merokok. Diluar rumah klien terdapat sepictank dan

tempat pembakaran sampah. Sumber air minum yang dikonsumsi klien adalah air

galon.

V. PENGKAJIAN KHUSUS

A. ANAK

1. Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran CM

GCS : E4M6V5 Jumlah : 15

b. Tanda Vital Suhu : 36,8 oC RR : 24 x/m HR :112 x/m TD : 150/100 mmHg

c. Posture BB : 12 kg PB/TB : 85 cm

d. Kepala Bentuk : normocepal

Kebersihan : bersih

Benjolan : idak ada

e. Mata simetris

Sklera : idak ikterik Konjungiva : idak anemis

Relek cahaya : posiif Palbebra : edema

Page 73: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Pupil : isokor

f. Hidung Letak : simetris

Pernapasan cuping hidung : idak ada

Kebersihan : bersih

g. Mulut Warna bibir, lidah, palatum : merah muda

Kebersihan rongga mulut : bersih

h. Telinga Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : idak ada

j. Dada

- Toraks Inspeksi : idak ada retraksi dinding dada

Auskultasi : vesikuler, idak ada bunyi napas tambahan

Palpasi : pergerakan fremitus kiri dan kanan simetris

Perkusi : sonor

- Jantung Inspeksi : ictus cordis idak terlihat

Auskultasi : irama jantung teratur

Palpasi : Ictus cordis teraba pada RIC V kiri

k. Abdomen Inspeksi : Mengkilat dan tegang pada kulit

Auskultasi : shiting dullness (+)

Palpasi : distensi abdomen

Perkusi : impani

Lingkar

perut

: 61 cm

l. Kulit Turgor : Kembali cepat

Kelembaban: Lembab

Warna: Merah muda

m. Ekstremitas

Atas

Lingkar lengan atas : 13 cm

Capillary reill : < 3 dtk

terpasang tryway pada vena radialis dextra dan edema pada jari,

Page 74: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

punggung tangan hingga batas lengan

n. Ekstremitas

Bawah

edema pada punggung kaki hingga bagian paha dengan CRT <3 deik

o. Genitalia dan

anus

Laki-laki

Bentuk : normal

Data lain : terdapat edema pada skrotum

3) Kebiasaan sehari-hari

1. Nutrisi dan

cairan

makanan dari rumah sakit berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB

Nefroik 1100 kkal, protein 20 gr/day, garam 1 gr/day) dan habis 1

porsi. Sedangkan cairan yang dikonsumsi anak selama 1 hari ±1200

cc. Anak mengatakan porsi makan yang diberikan kurang.

2. Isirahat dan

idur

Siang

Pola idur : teratur

Jumlah jam idur :3 jam/hari

Masalah :idak ada

Malam

Pola idur : teratur

Jumlah jam idur :8 jam/hari

Masalah :idak ada

3. Eliminasi BAK : Frek 5x/hari, Jumlah ±900 cc, Warna kuning kecokelatan

Masalah :pernah mengalami hematurie

BAB : Frek 1x/hari

Konsistensi lembek

Masalah :idak ada

4. Personal

higiene

Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : 7 x/mg Sikat gigi :2x/hr

Masalah :idak ada

5. Akivitas

bermain

Dengan teman sebaya

6. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : idak teratur

VI. DATA PENUNJANG

Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada 22 Mei 2017 diperoleh total

protein 3,2 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1 gr/dL(3,8-5,0 gr/dL), nilai

natrium 128 Mmol/L (136-145 Mmol/L) dan kalsium 7,6 mg/dL (8,1-10,4

mg/dL). Sedangkan hasil urinalisa pada 22 Mei 2017 diperoleh protein +2

dalam urine.

Terapi medis Pada 24 Mei 2017, An.A mendapatkan terapi medis antara lain Prednison

1-1-2 tab, Captopril 3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg, Lasix 2x10 mg,

Simfastain 1x10 mg, Ceixime 2x25 mg

Perawat Yang Melakukan

Pengkajian

(_________________________)

BETRI WAHYUNI

Analisa Data

Page 75: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

No Data Eiologi Masalah

1 DS:

1. Ny.J mengatakan anaknya

mengalami sembab pada

hampir seluruh bagian

tubuh,

2. Ny.J mengatakan anak juga

sedikit rewel

DO:

1. anak minum ±1200 cc dan

BAK ±900 cc.

2. Piing edema posiif pada

palpebra, pipi, punggung

tangan hingga batas lengan,

punggung kaki hingga paha,

skrotum, abdomen,

3. anak terlihat gelisah,

4. BB anak 12 kg, sebelum sakit

9,5 kg.

5. nilai natrium 128 Mmol/L

dan kalsium 7,6 mg/dL.

Kelebihan asupan

cairan

Kelebihan volume

cairan

2 DS:

1. Ny.J mengatakan ananya

sudah 3x dirawat karena

penyakit yang sama,

2. Ny.J mengatakan, selama

dirumah anak sering

mengalami demam

DO:

1. terpasang tryway di vena

radialis dextra

2. total protein 3,2 gr/dL,

albumin 1,1 gr/dL, leukosit

11.7600/mm3.

Keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

Risiko infeksi

3 DS:

1. Ny.J mengatakan sangat

khawair dengan kondisi

anaknya saat ini,

2. Ny.J mengatakan belum

mendapatkan informasi yang

jelas mengenai penyakit

anaknya dan panik jika

Kurangnya

informasi

Deisiensi

pengetahuan

Page 76: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

melihat anaknya iba-iba

sembab saat berada dirumah

DO:

Orangtua terlihat bingung saat

ditanya tentang penyakit

anaknya

2. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

2. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1 Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

3. Keseimbangan cairan

Kriteria Hasil:

6. Keseimbangan

intake dan output

dalam 24 jam

7. Berat badan stabil

8. Turgor kulit

9. Asites

10. Edema perifer

4. Eliminasi urine

Kriteria hasil :

5. Pola eliminasi

6. Bau urine

7. Jumlah urine

8. Warna urine

4. Manajemen cairan

10. Timbang berat

badan seiap

hari dan

monitor

status pasien

11. Jaga dan catat

intake/output

12. Monitor

status hidrasi

13. Monitor

tanda-tanda

vital pasien

14. Monitor

kelebihan

cairan atau

retensi

(misalnya

edema,

distensi vena

jugularis dan

edema)

15. Kaji luas dan

lokasi edema

16. Monitor

status gizi

17. Berikan cairan

dengan tepat

Page 77: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

18. Berikan

diureik yang

diresepkan

5. Monitor Cairan

5. Tentukan riwayat,

jumlah dan ipe

intake/output

6. Monitor serum

dan elektrolit

urine

7. Monitor TD, HR

dan RR

8. Catat

intake/output

akurat

6. Monitor tanda-tanda

vital

5. Monitor tekanan

darah, nadi, suhu

dan status

pernapasan

dengan tepat

6. Monitor irama dan

laju pernapasan

7. Monitor warna

kulit, suhu dan

kelembaban

8. Monitor sianosis

sentral dan perifer

2 Risiko infeksi

dengan faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

3. Kontrol risiko: proses

infeksi

Kriteria Hasil :

5. Mengideniikasi

faktor risiko infeksi

6. Mengidniikasi

tanda dan gejala

infeksi

7. Menggunakan alat

pelindung diri

8. Mencuci tangan

4. Status nutrisi

Kriteria hasil :

5. Asupan gizi

4. Kontrol Infeksi

4. Batasi jumlah

pengunjung

5. Anjurkan pasien

mengenai teknik

cuci tangan yang

benar

6. Anjurkan

pengunjung untuk

mencuci tangan

saat memasuki dan

meninggalkan

ruangan pasien

Page 78: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

6. Asupan makanan

7. Raio berat

badan/inggi badan

8. hidrasi

5. Monitor nutrisi

5. Timbang berat

badan pasien

6. Lakukan

pengukuran

antropometri pada

komposisi tubuh

7. Monitor

kecenderungan

naik dan turunnya

berat badan anak

8. Ideniikasi

perubahan berat

badan terakhir

6. Pengecekan kulit

6. Amai warna,

kehangatan,

bengkak, pulsasi,

tekstur, edema dan

ulserasi pada

ekstremitas

7. Monitor warna dan

suhu kulit

8. Monitor warna

kulit untuk

memeriksa adanya

ruam atau lecet

9. Monitor kulit

untuk adanya

kekeringan atau

kelembaban

10. Monitor

infeksi, terutama

dari daerah edema

3 Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi

5. Pengetahuan: Diet yang

disarankan

Kriteria Hasil :

1. Mengetahui

makanan yang

diperbolehkan dan

dilarang selama

diet

2. Mengetahui

manfaat diet yang

1. Pengajaran:

peresepan diit

1. Kaji pola

makan pasien

saat ini dan

sebelumnya,

termasuk

makanan yang

disukai dan

pola makan

Page 79: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

dianjurkan

3. Mengetahui porsi

makanan yang

disarankan

saat ini

2. Kaji adanya

keterbatasa

inansial yang

dapat

mempengaru

hi

3. Ajarkan

pasien dan

keluarga

nama

makanan yang

sesuai dengan

diit yang

disarankan

4. Jelaskan pada

pasien

mengenai

tujuan

kepatuhan

terhadap diit

2. Manajemen

hipervolemi

1. Monitor

intake/output

2. Monitor

edema perifer

3. Batasi asupan

natrium

sesuai indikasi

3. Manajemen berat

badan

1. Hitung berat

badan ideal

pasien

2. Diskusikan

dengan

keluarga

kondisi medis

yang

mempengaru

hi berat badan

4. Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi

Page 80: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

24 Mei 2017

Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan pasien :

12 kg

2. memonitor tanda-tanda vital : TD

150/100 mmHg, nadi 112x/i,

pernapasan 24x/i, suhu 36,8oC

3. menilai luas dan lokasi edema :

edema posiif pada palpebra,

punggung tangan hingga batas

lengan, punggung kaki hingga

bagian paha

4. mencatat intake dan output: intake

±1200 output ±900

5. memberikan diureik : anak

diberikan terapi Lasix 2x10 mg.

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

1. memberikan terapi anibioik:

Ceixime 2x25 mg

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan benar

3. melakukan pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai kebutuhan

pasien: MB Nefroik 1100 kkal

5. melakukan pengukuran suhu:

36,80C

6. memantau adanya peningkatan

atau penurunan berat badan: BB 12

kg

7. memantau adanya tanda gejala

infeksi

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi

1. menggali pengetahuan orangtua

tentang penyakit yang diderita anak

saat ini

2. memberikan pendidikan kesehatan

dengan berdiskusi terbuka bersama

orangtua anak

25 Mei 2017 Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan

pasien : 12 kg

2. memonitor tanda-tanda vital :

TD 140/90 mmHg, nadi, 112x/i,

pernapasan 22 x/i dan suhu

36,7oC

3. menilai luas dan lokasi edema :

edema posiif pada palpebra,

punggung tangan hingga batas

lengan, punggung kaki hingga

bagian paha

Page 81: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

4. mencatat intake dan output:

intake cairan ±1400cc output

cairan ±1200cc

5. memberikan diureik : anak

diberikan terapi Lasix 2x10 mg.

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

1. memberikan terapi anibioik:

Ceixime 2x25 mg

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan benar

3. melakukan pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai kebutuhan

pasien: MB Nefroik 1100 kkal

5. melakukan pengukuran suhu:

36,7oC

6. memantau adanya peningkatan

atau penurunan berat badan: BB 12

kg

7. memantau adanya tanda gejala

infeksi

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi

1. menggali pengetahuan orangtua

tentang penyakit yang diderita anak

saat ini

2. memberikan pendidikan kesehatan

dengan berdiskusi terbuka bersama

orangtua anak

26 Mei 2017 Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan

pasien : 12 kg

2. memonitor tanda-tanda vital :

TD 150/100 mmHg, nadi

114x/i, pernapasan 23x/i dan

suhu 36,7oC

3. menilai luas dan lokasi edema :

edema posiif pada palpebra,

punggung tangan hingga batas

lengan, punggung kaki hingga

bagian paha

4. mencatat intake dan output: ,

intake cairan ±1100 cc output

cairan ±1000cc.

5. memberikan diureik : anak

diberikan terapi Lasix 2x10 mg.

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan

1. memberikan terapi anibioik:

Ceixime 2x25 mg

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan benar

Page 82: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

sekunder 3. melakukan pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai kebutuhan

pasien: MB Nefroik 1100 kkal

5. melakukan pengukuran suhu:

36,7oC

6. memantau adanya peningkatan

atau penurunan berat badan: BB 12

kg

7. memantau adanya tanda gejala

infeksi

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi

1. menggali pengetahuan orangtua

tentang penyakit yang diderita anak

saat ini

2. memberikan pendidikan kesehatan

dengan berdiskusi terbuka bersama

orangtua anak

27 Mei 2017 Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan

pasien : 12 kg

2. memonitor tanda-tanda vital :

TD 130/90 mmHg, nadi 110x/i,

pernapasan 23x/i dan suhu

37,2oC

3. menilai luas dan lokasi edema :

edema posiif pada palpebra,

punggung tangan hingga batas

lengan, punggung kaki hingga

bagian paha

4. mencatat intake dan output:

intake cairan ±1200 cc output

cairan ±900cc.

5. memberikan diureik : anak

diberikan terapi Lasix 2x10 mg.

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

1. memberikan terapi anibioik:

Ceixime 2x25 mg

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan benar

3. melakukan pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai kebutuhan

pasien: MB Nefroik 1100 kkal

5. melakukan pengukuran suhu:

37,2oC

6. memantau adanya peningkatan

atau penurunan berat badan: BB 12

kg

7. memantau adanya tanda gejala

Page 83: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

infeksi

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi

1. menggali pengetahuan orangtua

tentang penyakit yang diderita anak

saat ini

2. memberikan pendidikan kesehatan

dengan berdiskusi terbuka bersama

orangtua anak

28 Mei 2017

Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan

pasien : 12 kg

2. memonitor tanda-tanda vital :

TD 140/90 mmHg, nadi 113x/i,

pernapasan 22x/i dan suhu

36,9oC

3. menilai luas dan lokasi edema :

edema posiif pada punggung

tangan hingga batas lengan,

punggung kaki hingga bagian

paha

4. mencatat intake dan output:

intake cairan ±1000 cc output

cairan ±900cc.

5. memberikan diureik : anak

diberikan terapi Lasix 2x10 mg.

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

1. memberikan terapi anibioik:

Ceixime 2x25 mg

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan benar

3. melakukan pengecekan kulit

4. memberikan diit sesuai kebutuhan

pasien: MB Nefroik 1100 kkal

5. melakukan pengukuran suhu:

36,9oC

6. memantau adanya peningkatan

atau penurunan berat badan: BB 12

kg

7. memantau adanya tanda gejala

infeksi

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi

1. menggali pengetahuan orangtua

tentang penyakit yang diderita anak

saat ini

2. memberikan pendidikan kesehatan

dengan berdiskusi terbuka bersama

orangtua anak

Page 84: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

5. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf

24 Mei 2017

Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: orangtua mengatakan badan anaknya

masih sembab dan anak masih rewel

O:

1. TD 150/100 mmHg, nadi 112x/i,

pernapasan 24x/i, suhu 36,8oC,

2. BB 12 kg,

3. intake ±1200cc dan output ±900 cc

4. terapi lasix 2x10mg

5. anak terlihat rewel

6. piing edema posiif pada palpebra,

ekstremitas, skrotum dan asites

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: orangtua mengatakan anaknya idak

mengalami demam saat ini

O:

7. terapi Ceixime 2x25mg diberikan

8. terpasang tryway pada vena radialis

dextra

9. suhu 36,8oC

A: masalah idak terjadi

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

S: orangtua mengatakan sudah mengetahui

tanda-gejala pada anak dengan sindroma

nefroik

O:

orangtua mampu menjelaskan kembali

tanda-gejala sindroma nefroik

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

25 Mei 2017 Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: orangtua mengatakan badan anaknya

masih sembab dan anak masih rewel

O:

10. TD 140/90 mmHg, nadi, 112x/i,

pernapasan 22 x/i dan suhu 36,7oC

11. BB 12 kg,

12. intake ±1400cc dan output ±1200 cc

13. terapi lasix 2x10mg

Page 85: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

14. anak terlihat rewel

15. piing edema posiif pada palpebra,

ekstremitas, skrotum dan asites

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: orangtua mengatakan anaknya idak

mengalami demam saat ini

O:

16. terapi Ceixime 2x25mg diberikan

17. terpasang tryway pada vena radialis

dextra

18. suhu 36,7oC

A: masalah idak terjadi

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

S: orangtua mengatakan sudah mengetahui

diet pada anak dengan sindroma nefroik

O:

orangtua mampu menjelaskan kembali jenis

makanan untuk anaknya

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

26 Mei 2017 Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: orangtua mengatakan badan anaknya

masih sembab dan anak masih rewel

O:

19. TD 150/100 mmHg, nadi 114x/i,

pernapasan 23x/i dan suhu 36,7oC

20. BB 12 kg,

21. intake ±1100cc dan output ±1000 cc

22. terapi lasix 2x10mg

23. anak terlihat rewel

24. piing edema posiif pada palpebra,

ekstremitas, skrotum dan asites

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: orangtua mengatakan anaknya idak

mengalami demam saat ini

O:

25. terapi Ceixime 2x25mg diberikan

26. terpasang tryway pada vena radialis

dextra

27. suhu 36,7oC

A: masalah idak terjadi

Page 86: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

S: orangtua mengatakan sudah mengetahui

penyebab sembab pada anak

O:

orangtua mampu menjelaskan kembali

makanan yang boleh dan idak boleh

dikonsumsi anak

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

27 Mei 2017

Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: orangtua mengatakan badan anaknya

masih sembab dan anak masih rewel

O:

28. TD 130/90 mmHg, nadi 110x/i,

pernapasan 23x/i dan suhu 37,2oC

29. BB 12 kg,

30. intake ±1200cc dan output ±900 cc

31. terapi lasix 2x10mg

32. anak terlihat rewel

33. piing edema posiif pada palpebra,

ekstremitas, skrotum dan asites

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: orangtua mengatakan anaknya idak

mengalami demam saat ini

O:

34. terapi Ceixime 2x25mg diberikan

35. terpasang tryway pada vena radialis

dextra

36. suhu 37,2oC

A: masalah idak terjadi

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

S: orangtua mengatakan sudah mengetahui

penyebab tekanan darah anak inggi

O:

orangtua mampu menjelaskan kembali

makanan yang mempengaruhi terjadinya

peningkatan tekanan darah

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

28 Mei 2017 Kelebihan volume

cairan

berhubungan

S: orangtua mengatakan badan anaknya

masih sembab dan anak masih rewel

Page 87: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

dengan kelebihan

asupan cairan

O:

37. TD 140/90 mmHg, nadi 113x/i,

pernapasan 22x/i dan suhu 36,9oC

38. BB 12 kg

39. intake ±1000cc dan output ±900 cc

40. terapi lasix 2x10mg

41. anak terlihat rewel

42. piing edema posiif pada

ekstremitas, skrotum dan asites

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan dengan pemberian

pendidikan kesehatan kepada keluarga

tentang tanda-gejala anak perlu segera

dibawa ke pelayanan kesehatan

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: orangtua mengatakan anaknya idak

mengalami demam saat ini

O:

43. terapi Ceixime 2x25mg diberikan

44. terpasang tryway pada vena radialis

dextra

45. suhu 37,2oC

A: masalah idak terjadi

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

S: orangtua mengatakan sudah mengetahui

penyebab tekanan darah anak inggi

O:

orangtua mampu menjelaskan kembali

makanan yang mempengaruhi terjadinya

peningkatan tekanan darah

A: masalah teratasi

P: intervensi dihenikan

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

2. Pengkajian

Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam

Page 88: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Rabu 24 Mei 2017 16.00 wib

Rumah Sakit /

Klinik/Puskesmas

: RSUP.Dr.M.Djamil Padang

Ruangan : Akut, IRNA Kebidanan dan Anak

Tanggal Masuk RS : 18 Mei 2017

No. Rekam Medik : 963183

Sumber informasi : Keluarga (kakak kandung)

2. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA

4. IDENTITAS ANAK

Nama / Panggilan An. R

Tanggal lahir / Umur 18 September 2002/ 14 tahun

Jenis kelamin Perempuan

Agama Islam

Pendidikan SMP

Anak ke / jumlah

saudara

3/3

Diagnosa Medis SLE + Sindroma Nefroik

5. IDENTITAS ORANGTUA IBU AYAH

Nama Ny.W Tn.D

Umur 45 th 46 th

Agama Islam Islam

Suku bangsa Minang Minang

Pendidikan SMTA STM

Pekerjaan IRT Buruh

Alamat Tilatang Kamang Tilatang Kamang

6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

NoNama

(Inisial)

Usia

(bl/th

)

JK Hub.dg KKPendi

dikanStatus kesehatan Ket

1 Tn.R 21 th LK Kakak kandung SMK Tidak ada masalah -

2. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA Tn.R mengatakan adiknya masuk ruang Akut RSUP.Dr.M.Djamil

Padang pada 18 Mei 2017 pukul 17.10 wib untuk melakukan

kemoterapi ke-5 nya.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei 2017 Tn.R mengatakan adiknya mengalami

sembab pada tangan dan kaki, selain itu juga mengalami demam sejak seminggu lalu.

Tn.R mengatakan adiknya juga terlihat pucat dan idak menghabiskan makanan.

Page 89: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

c

2. Riwayat kesehatan dahulu

Tn.R mengatakan adiknya sudah mengalami SLE dan Sindroma Nefroik sejak ± 1,5

tahun yang lalu dan sering mengalami demam. An.R sudah sering dirawat untuk

menjalani kemoterapi.

4. Prenatal

Riwayat gestasi G3P3A0H3

HPHT 6 Desember 2001

Pemeriksaan kehamilan Bidan

Frekuensi Teratur

Masalah waktu hamil Tidak ada

Sikap ibu terhadap kehamilan Posiif

Emosi ibu pada saat hamil Stabil

Obat-obatan yang digunakan Ada, vit.C dan tablet zinc

Perokok Tidak

Alkohol Tidak

5. Intranatal

Tanggal persalinan 18 september 2002

BBL / PBL 3100 gr / 51 cm

Tempat persalinan Klinik Bidan

Penolong persalinan Bidan

Jenis persalinan Spontan

Penyulit persalinan Tidak ada

6. Post natal (24 jam)

APGAR skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10

Pemberian Vit K ada

Koord. relek hisap dan relek

menelan

Baik

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Ada

BBLR : Perawatan kangguru Tidak

Kelainan kongenital idak ada

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga pernah

sakit Ada, penyakit ISPA dan diare

Riwayat penyakit keturunan Tidak ada

Genogram

Ket :

: Laki-laki O : Perempuan

©/ : Klien

/O : Meninggal

: Menikah : Cerai ╫ : Saudara

: Tinggal serumah

Page 90: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

III. RIWAYAT IMUNISASI

BCG Simpulan :

lengkap sesuai usia

idak lengkap

DPT 1 2 3 4

Polio 1 2 3 4

Hepaiis B 0 1 2 3

Campak

IV.Lingkungan

Tn.R mengatakan dilingkungan rumah terdapat tempat pembakaran sampah dan

sepictank, sedangkan didalam rumah terdapat anggota keluarga yang merokok

yaitu ayah Tn.R. Sumber air minum yang dikonsumsi klien adalah air galon.

V. PENGKAJIAN KHUSUS

A. ANAK

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran CM

GCS : E4M6V5 Jumlah : 15

b. Tanda Vital Suhu : 38,5 oC RR : 21 x/m HR :82 x/m TD : 100/60 mmHg

c. Posture BB : 29 kg PB/TB : 152 cm

d. Kepala Bentuk : normocepal

Kebersihan : bersih

Benjolan : idak ada

e. Mata simetris

Sklera : idak ikterik Konjungiva : subanemis

Relek cahaya : posiif Palbebra : normal

Pupil : isokor

f. Hidung Letak : simetris

Pernapasan cuping hidung : idak ada

Kebersihan : bersih

g. Mulut Warna bibir, lidah, palatum : pucat

Kebersihan rongga mulut : bersih

h. Telinga Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : idak ada

j. Dada

- Toraks Inspeksi : idak ada retraksi dinding dada

Auskultasi : vesikuler, idak ada bunyi napas tambahan

Palpasi : pergerakan fremitus kiri dan kanan simetris

Page 91: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Perkusi : sonor

- Jantung Inspeksi : ictus cordis idak terlihat

Auskultasi : irama jantung teratur

Palpasi : Ictus cordis teraba pada RIC V kiri

k. Abdomen Inspeksi : Tidak mengkilat, normal

Auskultasi : ada suara bising usus

Palpasi : idak ada distensi abdomen

Perkusi : impani

Lingkar

perut

: 65 cm

l. Kulit Turgor : Kembali cepat

Kelembaban: Lembab

Warna: Merah muda

m. Ekstremitas

Atas

Lingkar lengan atas : 19 cm

Capillary reill : > 3 dtk

edema pada jari, punggung tangan hingga batas lengan

n. Ekstremitas

Bawah

edema pada punggung kaki hingga bagian paha dengan CRT >3 deik

o. Genitalia dan

anus

Perempuan

Bentuk : normal

Data lain : terdapat edema pada labia mayora

3) Kebiasaan sehari-hari

7. Nutrisi dan

cairan

makanan dari rumah sakit berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB DN

2048 kkal, protein 30 gr/day, lemak 36,3 gr/day) dan habis ¼ porsi.

Sedangkan cairan yang dikonsumsi anak selama 1 hari ±1000 cc.

Anak mengatakan idak nafsu makan karena makanan hambar.

8. Isirahat dan

idur

Siang

Pola idur : teratur

Jumlah jam idur :2 jam/hari

Masalah :idak ada

Malam

Pola idur : teratur

Jumlah jam idur :7 jam/hari

Masalah :idak ada

9. Eliminasi BAK : Frek 5x/hari, Jumlah ±800 cc, Warna kuning kecokelatan.

BAB : Frek 1x/hari

Konsistensi lembek

Page 92: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Masalah :idak ada

10. Personal

higiene

Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi :2x/hr

Masalah :idak ada

11. Akivitas

bermain

Dengan teman sebaya

12. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : idak teratur

VI. DATA PENUNJANG

Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada 18 Mei 2017 diperoleh nilai asam

urat 7,5 mg/dL ( 2,4-5,7 mg/dL), total kolesterol 237 mg/dl (<200 mg/dl),

nilai natrium 130 Mmol/L (136-145 Mmol/L), total protein 6,3 gr/dL (6,6-

8,7 gr/dL), albumin 2,4 gr/dL (3,8-5,0 gr/dL). Sedangkan hasil urinalisa

pada 18 Mei 2017 diperoleh protein +2 dalam urine.

Terapi medis Pada 24 Mei 2017, An.R mendapatkan terapi medis antara lain

Methylprednisolon 1x24 mg, Captopril 3x12,5 mg, Vit.C 3x100 mg, Bicnat

3x3 mg, Luminal 2x60 mg, Ceixime 2x150 mg, Allopurinol 3x100 mg, Calc

3x500 mg

Perawat Yang Melakukan

Pengkajian

(_________________________)

BETRI WAHYUNI

Analisa Data

N

o

Data Eiologi Masalah

1 DS:

Tn.R mengatakan adiknya

demam dan badannya teraba

hangat.

DO:

6. suhu 38,5oC

7. kulit teraba hangat

8. wajah memerah

9. leukosit 5.700/mm3.

Penyakit Hipertermi

2 DS:

Tn.R mengatakan adiknya

terlihat pucat dan idak

menghabiskan makanan,

pasien mengeluh rasa

makanan hambar.

DO:

Faktor biologis Keidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 93: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

3. mukosa mulut kering,

4. bibir pecah-pecah,

5. LILA 19 cm,

6. berat badan saat ini 29 kg,

berat badan sebelumnya 36

kg,

7. HDL 21 mg/dL

(dislipidemia),

8. diit MB DN 2048 kkal

dengan protein 30 gr dan

lemak 36,4 gr, habis ¼ porsi

3 DS:

Tn.R mengatakan adiknya

sering mengalami demam dan

sudah ±1,5 tahun didiagnosa

SLE + Sindroma Nefroik

DO:

total protein 6,3 gr/dL,

albumin 2,4 gr/dL.

Keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

Risiko infeksi

4 DS:

Tn.R mengatakan adiknya

mengalami sembab pada

punggung tangan dan

punggung kaki hingga lutut.

DO:

13. edema pada

punggung tangan dan

punggung kaki hingga

lutut,

14. BB saat ini 29,

sebelum sakit 36 kg,

15. minum ±1000 cc dan

BAK ±800cc,

16. nilai natrium 130

Mmol/L.

Kelebihan asupan

cairan

Kelebihan volume

cairan

2. Diagnosa Keperawatan

4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologi

6. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder

7. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

3. Intervensi Keperawatan

Page 94: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

No Diagnosa NOC NIC

1 Hipertermi

berhubungan

dengan penyakit

2. Termoregulasi

Kriteia Hasil :

7. Tidak ada

dehidrasi

8. Suhu dalam batas

normal

9. Tidak ada

peningkatan suhu

kulit

10. Tidak ada

perubahan warna

kulit

1. Pengaturan suhu

1. Monitor suhu dan

warna kulit

2. Monitor tekanan

darah,nadi,respira

si

3. Monitor dan

laporkan adanya

hipotermia

4. Tingkatkan nutrisi

yang adekuat

5. Berikan medikasi

2. Perawatan

demam

1. Pantau suhu dan

tanda vital lain

2. Monitor asupan dan

haluaran

3. Lembabkan hidung

dan mukosa bibir

yang kering

3. Kontrol Infeksi

7. Batasi jumlah

pengunjung

8. Anjurkan pasien

mengenai teknik

cuci tangan yang

benar

9. Anjurkan

pengunjung untuk

mencuci tangan

saat memasuki dan

meninggalkan

ruangan pasien

2 Keidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan faktor

biologi

3. Status nutrisi

Kriteia Hasil :

1. Asupan

gizi

2. Asupan

makanan

3. Asupan

cairan

4. Energi

5. Rasio

4. Terapi nutrisi

4. Lengkapi

pengkajian

nutrisi sesuai

kebutuhan

5. Monitor

intruksi diet

yang sesuai

untuk

memenuhi

Page 95: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

berat badan/

inggi badan

6. Hidrasi

kebutuhan

nutrisi pasien

perhari sesuai

kebutuhan

6. Berikan nutrisi

yang

dibutuhkan

sesuai dengan

batasan

anjuran diet

5. Monitor

nutrisi

10. Timbang berat badan

pasien

11. Lakukan pengukuran

antropometrik

pada komposisi

tubuh

12. Monitor

kecenderungan

naik dan

turunnya berat

badan anak

13. Ideniikasi

perubahan berat

badan terakhir

14. Monitor adanya mual

dan muntah

15. Ideniikasi

abnormalitas

eliminasi bowel

16. Monitor diet dan

asupan kalori

17. Ideniikasi

perubahan nafsu

makan dan

akivitas akhir-

akhir ini

18. Tentukan pola makan

(misalnya

makanan yang

disukai dan idak

disukai, konsumsi

makanan cepat

Page 96: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

saji, makan

tergesa-gesa)

6. Penahapan

diet

5. Berikan nutrisi

peroral sesuai

kebutuhan

6. Monitor toleransi

peningkatan diet

7. Tawarkan

kemungkinan

makan 6 kali

dalam porsi kecil

8. Ciptakan

lingkungan yang

memungkinkan

makanan

disajikan sebaik

mungkin

3 Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

6. Kontrol risiko: proses

infeksi

Kriteria Hasil :

9. Mengideniikasi

faktor risiko

infeksi

10. Mengidniikasi

tanda dan gejala

infeksi

11. Menggunakan

alat pelindung diri

12. Mencuci tangan

7. Status nutrisi

Kriteria hasil :

9. Asupan gizi

10. Asupan makanan

11. Raio berat

badan/inggi badan

12. hidrasi

4. Kontrol Infeksi

10. Batasi jumlah

pengunjung

11. Anjurkan

pasien mengenai

teknik cuci tangan

yang benar

12. Anjurkan

pengunjung untuk

mencuci tangan

saat memasuki dan

meninggalkan

ruangan pasien

5. Monitor nutrisi

9. Timbang berat

badan pasien

10. Lakukan

pengukuran

antropometri pada

komposisi tubuh

11. Monitor

kecenderungan

naik dan turunnya

berat badan anak

Page 97: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

12. Ideniikasi

perubahan berat

badan terakhir

6. Pengecekan kulit

11. Amai warna,

kehangatan,

bengkak, pulsasi,

tekstur, edema dan

ulserasi pada

ekstremitas

12. Monitor

warna dan suhu

kulit

13. Monitor

warna kulit untuk

memeriksa adanya

ruam atau lecet

14. Monitor kulit

untuk adanya

kekeringan atau

kelembaban

15. Monitor

infeksi, terutama

dari daerah edema

4 Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

5. Keseimbangan cairan

Kriteria Hasil:

11. Keseimbangan

intake dan output

dalam 24 jam

12. Berat badan stabil

13. Turgor kulit

14. Asites

15. Edema perifer

6. Eliminasi urine

Kriteria hasil :

9. Pola eliminasi

10. Bau urine

11. Jumlah urine

12. Warna urine

7. Manajemen cairan

19. Timbang berat

badan seiap

hari dan

monitor

status pasien

20. Jaga dan catat

intake/output

21. Monitor

status hidrasi

22. Monitor

tanda-tanda

vital pasien

23. Monitor

kelebihan

cairan atau

retensi

(misalnya

edema,

distensi vena

Page 98: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

jugularis dan

edema)

24. Kaji luas dan

lokasi edema

25. Monitor

status gizi

26. Berikan cairan

dengan tepat

27. Berikan

diureik yang

diresepkan

8. Monitor Cairan

9. Tentukan riwayat,

jumlah dan ipe

intake/output

10. Monitor

serum dan

elektrolit urine

11. Monitor TD,

HR dan RR

12. Catat

intake/output

akurat

9. Monitor tanda-tanda

vital

9. Monitor tekanan

darah, nadi, suhu

dan status

pernapasan

dengan tepat

10. Monitor irama

dan laju

pernapasan

11. Monitor

warna kulit, suhu

dan kelembaban

12. Monitor

sianosis sentral

dan perifer

4. Implementasi Keperawatan

Page 99: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi

24 Mei 2017

Hipertermi

berhubungan dengan

penyakit

1. monitor suhu, hasilnya 38,5oC

2. monitor warna kulit, idak

ditemukan kemerahan dan

bengkak

3. memberikan paracetamol 300 mg,

4. mengajarkan keluarga kompres

hangat.

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan sekunder

1. memberikan Ceixime 2x150 mg,

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan

benar,

3. melakukan pengecekan kulit, idak

ditemukan bengkak dan

kemerahan,

1. melakukan pengukuran suhu,

hasilnya suhu 38,5oC.

Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan, hasilnya

29 kg

2. memonitor tanda-tanda vital, TD

100/60 mmHg, nadi 82x/i,

pernapasan 21x/i dan suhu 38,5oC

3. memantau retensi cairan,

ditemukan adanya piing edema,

4. menilai luas dan lokasi edema,

terdapat edema (punggung kaki

dan punggung tangan),

5. memantau intake/output, intake

cairan ±1000cc dan output cairan

±800 cc.

25 Mei 2017 Hipertermi

berhubungan dengan

penyakit

1. monitor suhu, hasilnya 37,1oC

2. monitor warna kulit, idak ditemukan

kemerahan dan bengkak

3. memberikan paracetamol 300 mg,

4. mengajarkan keluarga kompres

hangat.

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan sekunder

1. memberikan Ceixime 2x150 mg,

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan

benar,

3. melakukan pengecekan kulit,

idak ditemukan bengkak dan

Page 100: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

kemerahan,

4. melakukan pengukuran suhu,

hasilnya suhu 37,1oC.

Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan, hasilnya 29

kg

2. memonitor tanda-tanda vital, TD

130/80 mmHg, nadi 88x/i,

pernapasan 24x/i, suhu 37,1oC

3. memantau retensi cairan, ditemukan

adanya piing edema

4. menilai luas dan lokasi edema,

terdapat edema (punggung kaki

dan punggung tangan)

26 Mei 2017

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan sekunder

1. memberikan Ceixime 2x150 mg,

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan

benar,

3. melakukan pengecekan kulit,

idak ditemukan bengkak dan

kemerahan,

4. melakukan pengukuran suhu,

hasilnya suhu 36,7oC.

Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan, hasilnya 29

kg

2. memonitor tanda-tanda vital, TD

110/60 mmHg, nadi 83x/i,

pernapasan 22x/i, suhu 36,7oC

3. memantau retensi cairan, ditemukan

adanya piing edema

4. menilai luas dan lokasi edema,

terdapat edema (punggung kaki

dan punggung tangan)

27 Mei 2017 Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan sekunder

1. memberikan Ceixime 2x150 mg,

2. mengajarkan pasien dan keluarga cara

mencuci tangan dengan benar,

3. melakukan pengecekan kulit, idak

ditemukan bengkak dan

kemerahan,

4. melakukan pengukuran suhu, hasilnya

suhu 36,7oC.

Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan, hasilnya 29

kg

2. memonitor tanda-tanda vital, TD

110/60 mmHg, nadi 83x/i,

pernapasan 22x/i, suhu 36,7oC

Page 101: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

3. memantau retensi cairan, ditemukan

adanya piing edema

4. menilai luas dan lokasi edema,

terdapat edema (punggung kaki

dan punggung tangan)

28 Mei 2017

Risiko infeksi dengan

faktor risiko

keidakadekuatan

pertahanan sekunder

1. memberikan Ceixime 2x150 mg,

2. mengajarkan pasien dan keluarga

cara mencuci tangan dengan

benar,

3. melakukan pengecekan kulit,

idak ditemukan bengkak dan

kemerahan,

4. melakukan pengukuran suhu,

hasilnya suhu 36,9oC.

Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

1. menimbang berat badan, hasilnya 29

kg

2. memonitor tanda-tanda vital, TD

120/80 mmHg, nadi 83x/i,

pernapasan 23x/i, suhu 36,9oC

3. memantau retensi cairan, ditemukan

adanya piing edema

4. menilai luas dan lokasi edema,

terdapat edema (punggung kaki

dan punggung tangan)

5. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf

24 Mei 2017 Hipertermi

berhubungan

dengan penyakit

S: Tn.R mengatakan badan adiknya masih

panas

O:

46. Suhu 38,50C

47. Kulit teraba panas

48. Terapi paracetamol 300mg diberikan

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: Tn.R mengatakan adiknya mengalami

demam saat ini

O:

49. terapi Ceixime 2x150mg diberikan

50. suhu 38,5oC

A: masalah belum teratasi

Page 102: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: Tn.R mengatakan masih sembab pada

tangan dan kaki adiknya

O:

1. berat badan anak 29 kg

2. TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i,

pernapasan 21x/i, suhu 38,5oC

3. Piing edema posiif pada punggung

tangan dan punggung kaki

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

25 Mei 2017

Hipertermi

berhubungan

dengan penyakit

S: Tn.R mengatakan badan adiknya idak

panas lagi

O:

51. Suhu 37,10C

52. Terapi paracetamol 300mg diberikan

A: masalah teratasi

P: intervensi dilanjutkan pemantauan suhu

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: Tn.R mengatakan adiknya idak mengalami

demam saat ini

O:

53. terapi Ceixime 2x150mg diberikan

54. suhu 37,1oC

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: Tn.R mengatakan masih sembab pada

tangan dan kaki adiknya

O:

4. berat badan anak 29 kg

5. TD 100/60 mmHg, nadi 82x/i,

pernapasan 21x/i, suhu 38,5oC

6. Piing edema posiif pada punggung

tangan dan punggung kaki

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

26 Mei 2017 Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: Tn.R mengatakan badan adiknya masih

sembab dan anak masih rewel

O:

55. TD 130/80 mmHg, nadi 88x/i,

pernapasan 24x/i, suhu 37,1oC

Page 103: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

56. BB 29 kg,

57. piing edema posiif pada ekstremitas

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: Tn.R mengatakan adiknya idak mengalami

demam saat ini

O:

58. terapi Ceixime 2x150mg diberikan

59. suhu 37,1oC

A: masalah idak terjadi

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

27 Mei 2017

Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: Tn.R mengatakan badan adiknya masih

sembab dan anak masih rewel

O:

60. TD 110/60 mmHg, nadi 83x/i,

pernapasan 22x/i, suhu 36,7oC

61. BB 29 kg,

62. piing edema posiif pada ekstremitas

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

S: Tn.R mengatakan adiknya idak mengalami

demam saat ini

O:

63. terapi Ceixime 2x150mg diberikan

64. suhu 36,7oC

A: masalah idak terjadi

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

28 Mei 2017 Kelebihan volume

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

asupan cairan

S: Tn.R mengatakan badan adiknya masih

sembab dan anak masih rewel

O:

65. TD 110/70 mmHg, nadi 86x/i,

pernapasan 23x/i, suhu 37,2oC

66. BB 29 kg,

67. piing edema posiif pada ekstremitas

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Page 104: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Risiko infeksi

dengan faktor

risiko

keidakadekuatan

pertahanan

sekunder

Deisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

S: Tn.R mengatakan adiknya idak mengalami

demam saat ini

O:

68. terapi Ceixime 2x150mg diberikan

69. suhu 37,2oC

A: masalah idak terjadi

P: intervensi dilanjutkan pemberian

anibioik dan memantau suhu

Page 105: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 106: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 107: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 108: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 109: POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …