Post Partum (Masa Nifas)

23
LAPORAN PENDAHULUAN NAMA : M.Firdaus V.S TEMPAT PRAKTEK: R.BRW NIM : 06010131 TOPIK : ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM (MASANIFAS) 1. PENGERTIAN Puerperium (masa nifas) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. 2. ADAPTASI FISIOLOGIS MASA NIFAS a. Tanda-tanda vital Suhu tubuh dalam 24 jam pertama 38c. Jika hari 1-2 sampai pada hari ke 10 38c hati-hati terhadap adanya infeksi puerperalis, infeksi saluran kemih, endometritis, mastitis dan infeksi lain. b. Adaptasi sistem kardiovaskuler Tekanan darah stabil Bradikardi (50-70x/menit) normal jika tidak ada keluhan. Takhicardi akibat persalinan lama dan perdarahan hebat Diaforesis dan menggigil yang disebabkan instability vasomotor. Keadaan ini normal jika tidak disertai demam. Komponen darah trombosit lebih aktif (resiko troboemboli). c. Adaptasi sistem urinaria Mekanisme persalinan dapat menyebabkan edema, laserasi, dan trauma uretraakibat tindakan kateterisasi. Persalinan dengan tindakan sc.dapat mengakibatkan penurunan sensifitas bladder dan penurunan tonus bladder. d. Adaptasi sistem endokrin

Transcript of Post Partum (Masa Nifas)

Page 1: Post Partum (Masa Nifas)

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA : M.Firdaus V.S

TEMPAT PRAKTEK: R.BRW

NIM : 06010131

TOPIK : ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM

(MASANIFAS)

1. PENGERTIAN

Puerperium (masa nifas) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.

2. ADAPTASI FISIOLOGIS MASA NIFAS

a. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh dalam 24 jam pertama 38c. Jika hari 1-2 sampai pada hari ke 10 38c hati-

hati terhadap adanya infeksi puerperalis, infeksi saluran kemih, endometritis, mastitis dan

infeksi lain.

b. Adaptasi sistem kardiovaskuler

Tekanan darah stabil

Bradikardi (50-70x/menit) normal jika tidak ada keluhan.

Takhicardi akibat persalinan lama dan perdarahan hebat

Diaforesis dan menggigil yang disebabkan instability vasomotor. Keadaan ini normal jika

tidak disertai demam.

Komponen darah trombosit lebih aktif (resiko troboemboli).

c. Adaptasi sistem urinaria

Mekanisme persalinan dapat menyebabkan edema, laserasi, dan trauma uretraakibat tindakan

kateterisasi.

Persalinan dengan tindakan sc.dapat mengakibatkan penurunan sensifitas bladder dan

penurunan tonus bladder.

d. Adaptasi sistem endokrin

Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan progesteron yang menurun.

Hormon-hormon pituitary jadi prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH menurun.

Produksi ASI mulai pada hari ke 3 post partum yang mempengaruhi hormon prolaktin,

oksitosin,reflek let. Down dan reflek sucking.

e. Adaptasi sistem pencernaan

Terjadi konstipasi akibat klien takut episiotomi rusak. Penurunan tonus abdomen, kurang

intake menjelang partus dan pengaruh klisma.

Page 2: Post Partum (Masa Nifas)

f. Adaptasi sistem muskuloskeletal.

Penigkatan ukuran uterus menyebabkab distasisrektus abdominis

Sensasi ektrimitas bawah mengalami penurunan

Tromboplebitis terjadi akibat penurunan aktifitas dan peningkatan protrombin

Edema terjadi pada periode post partum dini.

g. Adaptasi Sistem reproduksi

Fundus uteri

Merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi

dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil

WAKTU POSISI FUNDUSBERAT

UTERUS

1-2 jam

12 jam

3 hari

9 hari

5-6 mgg

Sepusat

1 cm bawah pusat

3 cm bawah pusat

Tidak teraba diatas sompisis

Tidak teraba

1000 g

750 g

600 g

500 g

Endometrium

Endometrium mengalami involusi daerah inplantasi plasenta. Nekrosis pembuluh darah

terjadi hari 2-3 post partum. Pada hari ke 7 terbentuk lapisan basal dan pada 16 hari

normal kembali.

Lohea

NAMA WAKTU BENTUK ABNORMAL

Rubra

Sanguin

olenta

Serosa

Alba

1-3 hari

4-9 hari

10 hari

Darah bekuan

Bau agak anyir

- Peningkatan perdarahan bila

meneteki

- Pink / coklat

Agak anyir

Kuning / Putih

Bekuan banyak

Bau busuk

Bau busuk

Tetap serosa

Kembali merah >

2 – 3 minggu

Serviks

Ukuran luar melebar dan memanjang.

Page 3: Post Partum (Masa Nifas)

Vagina

Beberapa saat setelah melahirkan tonus otot menurun edema membiru, terdapat laserasi,

dan saluran melebar.

Clitoris / labia

Kencang dan tidak terlalu keras.

Peritonium

Luka pada episiotomi terasa nyeri. Pada tahap early edema dan luka biru.

Payudara

Putting sus, areola mammaeu, duktus dan lobulus membesar, vaskularisasi meningkat

(Breast engorgement).Colostrum 3 PP dan ASI > 3 hari PP.

3. ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU POST PARTUM (MENURUT RUBIN KOX ADAPTASI

IBU TERDIRI YAITU :

1. Taking In pada jam pertama sampai 1-2 hari. Ibu mengalami dependen ,pasif, fokus pada diri

sendiri.

2. Taking Hold Ibu mengalami dependen dan independen

3. Letting Go Ibu mengalami hari-hari terakhir pada minggu persalinan independen pada peran

baru

Page 4: Post Partum (Masa Nifas)

4. PATOFISIOLOGI

Post partum/masa nifas/puerperium

Aspek fisiologis Aspek psikososial

Tanda vital Sist.kardiovaskuler Sist.endokrin Sist.urinaria Kelahiran bayi

Sist.pencernaan Sist.muskuloskletal Reproduksi Perubahan dalam keluarga

Adaptasi Tidak beradaptasi

Suhu meningkat Sensasi eks.bawah

Breast engorgement Tromboplebitis

Edema Resiko ggn.proses parenting

Nyeri Ggn. Pemenuhan ADL Diuresis

Resiko gangguan proses laktasi Urgensi

Resiko infeksi puerperalis Urinary frekuency

Nafsu makan Meningkat Prod. Hormon turun.

Penurunan tonus abdomen Prolaktin meningkat Ggn. Eleminasi BAK

Prod. ASI

Resiko konstipasi Resiko ggn. Proses parenting

Bradikardia Involusi uteri

Takikardia involusi daerah impalntasi plasenta

Cerviks

Instability vasomotor Perubahan pd. vagina

Kencang pd clitoris dan labia

Diaporesis/menggigil Luka perineum

Pengeluaran kolostrum.

Gangguan rasa nyaman

Resiko infeksi puerperalis

Ggn.rasa nyaman(nyeri)

Resiko ggn proses laktasi

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN:

Page 5: Post Partum (Masa Nifas)

1. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;

keringat berlebihan.

2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.

3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak

seimbang; trauma persalinan.

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;

hemoroid; pembengkakan payudara.

5. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

6. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.

7. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.

6. ANALISA DATA

No D A T A Etiologi Masalah Paraf

1. S: Pasien mengatakan luka jahitan pada

kemaluan terasa sakit bila duduk dan

bergerak. Pasien juga mengatakan sakit

dirasa bila cebok setelah berkemih dan

buang air besar. Pasien mengatakan

jahitan terasa tegang. Ibu mengatakan

payudara terasa bengkak dan nyeri, ASI

tidak mau keluar dengan lancar.

O: Pasien meringis saat berpindah posisi,

pasien post partum hari I, riwayat

persalinan pertama kali, TD: 110/70

mmHg, N: 84 x/mnt.

Peregangan

perineum, luka

episiotomi, involusi

uteri,

pembengkakan

payudara.

Nyeri.

2. S: --

O: Luka perineoterapi masih basah, tanda

infeksi tidak ada, pasien post partum hari

I, riwayat persalinan pertama kali, pasien

meringis bila berpindah posisi, S: 37,20C.

Trauma jalan lahir;

perineoterapi.

Resiko infeksi.

3. S: Pasien banyak bertanya tentang

perawatan bayinya, pasien mengatakan

belum pernah sebelumnya merawat bayi,

pasien mengatakan persalinan ini adalah

persalinan yang pertama kali.

O: Pasien terlihat canggung dalam merawat

bayi (menggendong, memandikan,

menyusui bayi), Ibu primipara, usia 21

tahun, ASI keluar belum lancar, bayi

sering menangis karena kecukupan ASI

kurang terpenuhi.

Kurangnya

pengetahuan

tentang cara

merawat bayi.

Resiko gangguan

proses parenting.

Page 6: Post Partum (Masa Nifas)

7. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional

Resiko defisit volume

cairan b/d pengeluaran

yang berlebihan;

perdarahan; diuresis;

keringat berlebihan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan Pasien dapat

mendemostrasikan status

cairan membaik.

Kriteria evaluasi:

tak ada manifestasi dehidrasi,

resolusi oedema, haluaran urine

di atas 30 ml/jam, kulit

kenyal/turgor kulit baik.

1. Pantau Tanda-tanda vital setiap 4 jam.

2. Warna urine.

3. Berat badan setiap hari.

4. Status umum setiap 8 jam.

5. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30

ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di

bawah rentang normal, urine gelap atau

encer gelap.

6. Konsultasi dokter bila manifestasi

kelebihan cairan terjadi.

7. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar

setiap 8 jam.

Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan

perlunya peningkatan cairan.

Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi kelebihan cairan

yang beresiko terjadinya oedem paru.

Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara

adekuat dan teratur.

Perubahan pola eleminasi

BAK (disuria) b/d trauma

perineum dan saluran

kemih.

Pola eleminasi (BAK) pasien

teratur.

Kriteria hasil: eleminasi BAK

lancar, disuria tidak ada,

bladder kosong, keluhan

kencing tidak ada.

1. Kaji haluaran urine, keluhan serta

keteraturan pola berkemih.

2. Anjurkan pasien melakukan ambulasi

dini.

3. Anjurkan pasien untuk membasahi

perineum dengan air hangat sebelum

berkemih.

4. Anjurkan pasien untuk berkemih secara

teratur.

Mengidentifikasi penyimpangan dalam pola berkemih

pasien.

Ambulasi dini memberikan rangsangan untuk pengeluaran

urine dan pengosongan bladder.

Membasahi bladder dengan air hangat dapat mengurangi

ketegangan akibat adanya luka pada bladder.

Menerapkan pola berkemih secara teratur akan melatih

pengosongan bladder secara teratur.

Page 7: Post Partum (Masa Nifas)

5. Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000

ml/24 jam.

6. Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi

bila pasien kesulitan berkemih.

Minum banyak mempercepat filtrasi pada glomerolus dan

mempercepat pengeluaran urine.

Kateterisasi memabnatu pengeluaran urine untuk

mencegah stasis urine.

Perubahan pola eleminasi

BAB (konstipasi) b/d

kurangnya mobilisasi; diet

yang tidak seimbang;

trauma persalinan.

Pola eleminasi (BAB) teratur.

Kriteria hasil: pola eleminasi

teratur, feses lunak dan warna

khas feses, bau khas feses,

tidak ada kesulitan BAB, tidak

ada feses bercampur darah dan

lendir, konstipasi tidak ada.

1. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna,

bau, konsistensi dan jumlah.

2. Anjurkan ambulasi dini.

3. Anjurkan pasien untuk minum banyak

2500-3000 ml/24 jam.

4. Kaji bising usus setiap 8 jam.

5. Pantau berat badan setiap hari.

6. Anjurkan pasien makan banyak serat

seperti buah-buahan dan sayur-sayuran

hijau.

Mengidentifikasi penyimpangan serta kemajuan dalam pola

eleminasi (BAB).

Ambulasi dini merangsang pengosongan rektum secara

lebih cepat.

Cairan dalam jumlah cukup mencegah terjadinya

penyerapan cairan dalam rektum yang dapat menyebabkan

feses menjadi keras.

Bising usus mengidentifikasikan pencernaan dalam kondisi

baik.

Mengidentifiakis adanya penurunan BB secara dini.

Meningkatkan pengosongan feses dalam rektum.

Gangguan pemenuhan

ADL b/d immobilisasi;

kelemahan.

ADL dan kebutuhan beraktifitas

pasien terpenuhi secara

adekuat.

Kriteria hasil:

- Menunjukkan

peningkatan dalam

beraktifitas.

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas

menggunakan parameter berikut: nadi

20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat

peningaktan TD, dispnea, nyeri dada,

kelelahan berat, kelemahan, berkeringat,

pusing atau pinsan.

2. Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada

Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien

terhadap stres aktifitas dan indikator derajat penagruh

kelebihan kerja jnatung.

Menurunkan kerja miokard/komsumsi oksigen ,

Page 8: Post Partum (Masa Nifas)

- Kelemahan dan

kelelahan berkurang.

- Kebutuhan ADL

terpenuhi secara mandiri

atau dengan bantuan.

- frekuensi jantung/irama

dan Td dalam batas normal.

- kulit hangat, merah

muda dan kering

dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan

aktifitas senggang yang tidak berat.

3. Kaji kesiapan untuk meningkatkan

aktifitas contoh: penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi,

peningaktan perhatian pada aktifitas dan

perawatan diri.

4. Dorong memajukan aktifitas/toleransi

perawatan diri.

5. Anjurkan keluarga untuk membantu

pemenuhan kebutuhan ADL pasien.

6. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari

aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat

tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri,

bangun dari tempat tidur, belajar berdiri

dst.

menurunkan resiko komplikasi.

Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk

menunjukkan tingkat aktifitas individu.

Komsumsi oksigen miokardia selama berbagai

aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada.

Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-

tiba pada kerja jantung.

Teknik penghematan energi menurunkan

penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen.

Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung,

meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas

berlebihan.

Gangguan rasa nyaman

(nyeri) b/d peregangan

perineum; luka episiotomi;

involusi uteri; hemoroid;

pembengkakan payudara.

Pasien mendemonstrasikan

tidak adanya nyeri.

Kriteria hasil: vital sign dalam

batas normal, pasien

menunjukkan peningkatan

1. Kaji tingkat nyeri pasien.

2. Kaji kontraksi uterus, proses involusi

uteri.

3. Anjurkan pasien untuk membasahi

perineum dengan air hangat sebelum

Menentukan intervensi keperawatan sesuai skala nyeri.

Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan

berdasarkan involusi uteri.

Mengurangi ketegangan pada luka perineum.

Page 9: Post Partum (Masa Nifas)

aktifitas, keluhan nyeri

terkontrol, payudara lembek,

tidak ada bendungan ASI.

berkemih.

4. Anjurkan dan latih pasien cara merawat

payudara secara teratur.

5. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat

luka perineum dan mengganti PAD

secara teratur setiap 3 kali sehari atau

setiap kali lochea keluar banyak.

6. Kolaborasi dokter tentang pemberian

analgesik bial nyeri skala 7 ke atas.

Melatih ibu mengurangi bendungan ASI dan

memperlancar pengeluaran ASI.

Mencegah infeksi dan kontrol nyeri pada luka perineum.

Mengurangi intensitas nyeri denagn menekan rangsnag

nyeri pada nosiseptor.

Resiko infeksi b/d trauma

jalan lahir.

Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil: tanda infeksi tidak

ada, luka episiotomi kering dan

bersih, takut berkemih dan BAB

tidak ada.

1. Pantau: vital sign, tanda infeksi.

2. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan

jumlah.

3. Kaji luka perineum, keadaan jahitan.

4. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap

habis berkemih dengan cara yang benar

dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari

atau setiap kali pengeluaran lochea

banyak.

5. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam

merawat pasien (merawat luka perineum,

merawat payudara, merawat bayi).

Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan sesuai

intervensi yang dilakukan.

Mengidentifikasi kelainan pengeluaran lochea secara dini.

Keadaan luka perineum berdekatan dengan daerah basah

mengakibatkan kecenderunagn luka untuk selalu kotor

dan mudah terkena infeksi.

Mencegah infeksi secara dini.

Mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi.

Resiko gangguan proses

parenting b/d kurangnya

Gangguan proses parenting

tidak ada.

1. Beri kesempatan ibu untuk melakuakn

perawatan bayi secara mandiri.

Meningkatkan kemandirian ibu dalam perawatan bayi.

Page 10: Post Partum (Masa Nifas)

pengetahuan tentang cara

merawat bayi.

Kriteria hasil: ibu dapat merawat

bayi secara mandiri

(memandikan, menyusui).

2. Libatkan suami dalam perawatan bayi.

3. Latih ibu untuk perawatan payudara

secara mandiri dan teratur.

4. Motivasi ibu untuk meningkatkan intake

cairan dan diet TKTP.

5. Lakukan rawat gabung sesegera

mungkin bila tidak terdapat komplikasi

pada ibu atau bayi.

Keterlibatan bapak/suami dalam perawatan bayi akan

membantu meningkatkan keterikatan batih ibu dengan

bayi.

Perawatan payudara secara teratur akan

mempertahankan produksi ASI secara kontinyu sehingga

kebutuhan bayi akan ASI tercukupi.

Mneingkatkan produksi ASI.

Meningkatkan hubungan ibu dan bayi sedini mungkin.

Page 11: Post Partum (Masa Nifas)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian

Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.

2. Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

3. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

4. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),

Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta

Page 12: Post Partum (Masa Nifas)

RENCANA INTERVENSI, RASIONAL DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa

Keperawatan

Rencana Keperawatan Implementasi Keperawatan Paraf

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Rencana Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

1. Nyeri b/d

Peregangan

perineum, luka

episiotomi, involusi

uteri,

pembengkakan

payudara.

Pasien

menunjukkan tidak

adanya nyeri.

Kriteria hasil: vital

sign dalam batas

normal (TD: 110-

120/70-80 mmHg,

N: 70-90 x/mnt),

pasien menunjukkan

peningkatan

aktifitas, keluhan

nyeri terkontrol,

payudara lembek,

tidak ada

bendungan ASI.

Kaji tingkat nyeri pasien.

Kaji kontraksi uterus, proses

involusi uteri.

Anjurkan pasien untuk

membasahi perineum

dengan air hangat sebelum

berkemih.

Anjurkan dan latih pasien

cara merawat payudara

secara teratur.

Jelaskan pada ibu tentang

teknik merawat luka

perineum dan mengganti

PAD secara teratur setiap 3

kali sehari atau setiap kali

lochea keluar banyak.

Delegatif dokter tentang

pemberian analgesik Mef.

Acid 3x500 mg.

Menentukan intervensi

keperawatan sesuai skala

nyeri.

Mengidentifikasi

penyimpangan dan kemajuan

berdasarkan involusi uteri.

Mengurangi ketegangan pada

luka perineum.

Melatih ibu mengurangi

bendungan ASI dan

memperlancar pengeluaran

ASI.

Mencegah infeksi dan kontrol

nyeri pada luka perineum.

Mengurangi intensitas nyeri

denagn menekan rangsnag

nyeri pada nosiseptor.

Page 13: Post Partum (Masa Nifas)

2. Resiko infeksi b/d

trauma jalan lahir;

perineoterapi

Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil: tanda

infeksi tidak ada,

luka episiotomi

kering dan bersih,

vital sign dalam

batas normal (S: 36-

370C, N: 70-90

x/mnt).

Pantau: vital sign, tanda

infeksi.

Kaji pengeluaran lochea,

warna, bau dan jumlah.

Kaji luka perineum, keadaan

jahitan.

Anjurkan pasien membasuh

vulva setiap habis berkemih

dengan cara yang benar dan

mengganti PAD setiap 3 kali

perhari atau setiap kali

pengeluaran lochea banyak.

Pertahnakan teknik septik

aseptik dalam merawat

pasien (merawat luka

perineum, merawat

payudara, merawat bayi).

Delegatif pemberian

antibiotika Amoxicillin 3x500

mg.

Mengidentifikasi

penyimpangan dan kemajuan

sesuai intervensi yang

dilakukan.

Mengidentifikasi kelainan

pengeluaran lochea secara

dini.

Keadaan luka perineum

berdekatan dengan daerah

basah mengakibatkan

kecenderunagn luka untuk

selalu kotor dan mudah

terkena infeksi.

Mencegah infeksi secara dini.

Mencegah kontaminasi silang

terhadap infeksi.

Antibiotika mampu membunuh

kuman penyebab infeksi.

3. Resiko gangguan

proses parenting b/d

Gangguan proses

parenting tidak ada.

Beri kesempatan ibu untuk

melakukan perawatan bayi

Meningkatkan kemandirian ibu

dalam perawatan bayi.

Page 14: Post Partum (Masa Nifas)

kurangnya

pengetahuan

tentang cara

merawat bayi.

Kriteria hasil: ibu

dapat merawat bayi

secara mandiri

(memandikan,

menggendong,

menyusui), bayi

tidak menangis, ASI

keluar dengan

lancar.

secara mandiri.

Libatkan suami dalam

perawatan bayi.

Latih ibu untuk perawatan

payudara secara mandiri

dan teratur.

Motivasi ibu untuk

meningkatkan intake cairan

dan diet TKTP.

Lakukan rawat gabung

sesegera mungkin bila tidak

terdapat komplikasi pada ibu

atau bayi.

Keterlibatan bapak/suami

dalam perawatan bayi akan

membantu meningkatkan

keterikatan batih ibu dengan

bayi.

Perawatan payudara secara

teratur akan mempertahankan

produksi ASI secara kontinyu

sehingga kebutuhan bayi akan

ASI tercukupi.

Mneingkatkan produksi ASI.

Meningkatkan hubungan ibu

dan bayi sedini mungkin.

Page 15: Post Partum (Masa Nifas)

CATATAN PERKEMBANGAN

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Perkembangan

1. Nyeri b/d Peregangan perineum,

luka episiotomi, involusi uteri,

pembengkakan payudara.

Data penunjang:

S: Pasien mengatakan luka

jahitan pada kemaluan terasa

sakit bila duduk dan bergerak.

Pasien juga mengatakan sakit

dirasa bila cebok setelah

berkemih dan buang air

besar. Pasien mengatakan

jahitan terasa tegang. Ibu

mengatakan payudara terasa

bengkak dan nyeri, ASI tidak

mau keluar dengan lancar.

O: Pasien meringis saat

berpindah posisi, pasien post

partum hari I, riwayat

persalinan pertama kali, TD:

110/70 mmHg, N: 84 x/mnt.

2. Resiko infeksi b/d trauma jalan

lahir; perineoterapi.

Data penunjang:

S: --

O: Luka perineoterapi masih

basah, tanda infeksi tidak

ada, pasien post partum hari

I, riwayat persalinan pertama

kali, pasien meringis bila

berpindah posisi, S: 37,20C.

Page 16: Post Partum (Masa Nifas)

3. Resiko gangguan proses

parenting b/d kurangnya

pengetahuan tentang cara

merawat bayi.

Data penunjang:

S: Pasien banyak bertanya

tentang perawatan bayinya,

pasien mengatakan belum

pernah sebelumnya merawat

bayi, pasien mengatakan

persalinan ini adalah

persalinan yang pertama kali.

O: Pasien terlihat canggung

dalam merawat bayi

(menggendong, memandikan,

menyusui bayi), Ibu primipara,

usia 21 tahun, ASI keluar

belum lancar, bayi sering

menangis karena kecukupan

ASI kurang terpenuhi.