Presentasi Kasus Dr. Dadiya
-
Upload
jauhar-nafies -
Category
Documents
-
view
232 -
download
4
description
Transcript of Presentasi Kasus Dr. Dadiya
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kamal RT 005 RW 002 Giri Tengah, Borobudur
Tgl MRS : 3 November 2015-9 November 2015
No.RM : 128718
II. ANAMNESIS
a. Keluhan utama : Benjolan besar di payudara sebelah kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan benjolan di payudara sebelah kiri 3 bulan
SMRS. Awalnya benjolan berukuran kecil namun dirasakan membesar dan
semakin mengeras saat dipegang. Beberapa hari terakhir dirasakan nyeri. Nyeri
dirasakan pasien terus menerus dan mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Tidak
ada cairan yang keluar dari puting. Benjolan tidak berbau, konsistensi benjolan
keras dan immobile. Pasien tidak mengeluhkan demam, nyeri kepala (-), nyeri
perut (-), mual (-), muntah (-), sesak (-), makan dan minum baik. Buang air
besar dan buang air kecil lancar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes Melitus : Disangkal
Asma : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Benjolan lainnya : Disangkal
1
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku di keluarganya tidak ada yang memiliki keluhan serupa
dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK (3-11-2015)
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Vital Sign : TD = 110/85mmHg
N = 72x /menit, isi penuh, regular
RR = 20x/menit
S = 37 °C
SpO2 = 96%
Berat Badan : 61 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Kepala
Bentuk : Normal simetris
Rambut : Hitam dengan distribusi yang merata dan tidak mudah
dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik
Pupil isokor kanan dan kiri sama
Refleks cahaya positif
Telinga : Bentuk normal, simetris, tidak ada cairan yang keluar
dari telinga.
2
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, tidak
krepitasi, tidak hiperemis dan tidak ada sekret yang
keluar dari hidung.
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Mulut : Bentuk normal, tidak sianotik.
Leher
Inspeksi : Tidak terlihat benjolan atau massa
Palpasi : Kelenjar getah bening teraba tidak membesar, tidak
nyeri, Tidak ada deviasi trakhea.
Pemeriksaan Thorax
Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal atau simetris, pergerakan nafas tidak
ada yang tertinggal, tidak terlihat massa di daerah dada
sebelah kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kanan dan kiri sama
Perkusi : Suara sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tidak terdapat ronkhi basah kasar,
tidak terdapat ronkhi basah halus pada basal paru, tidak
terdapat wheezing pada paru kanan dan kiri maupun depan dan
belakang
Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi iktus cordis
Palpasi : Teraba iktus kordis di SIC V, linea mid clavikula sinistra,
tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi : - Batas kiri atas : ICS II linea parasternal sinistra
- Batas kiri bawah : ICS V linea midclavikula sinistra
- Batas kanan atas : ICS II linea parasternal dekstra
- Batas kanan bawah : ICS IV linea parasternal dekstra
3
Auskultasi : S1 > S2, murni, reguler, bising (-), gallop (-)
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Datar, dinding perut tidak tegang, ikterik tidak ada
Auskultasi : Bunyi usus (+) normal
Palpasi : Perut supel
Hepar tidak teraba pembesaran
Lien dalam batas normal,
Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen
Nyeri ketok kostovertebrae kanan dan kiri (-)
Kulit
Turgor kulit baik, kulit tidak mengelupas, tidak pucat dan tidak gatal.
Ekstremitas
- Superior : Deformitas (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), tremor (-/-),
edema (-/-), akral dingin (-/-), kesemutan (-/-), sensorik dan
motorik baik
- Inferior : Deformitas (-/-), edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-),
kesemutan, (-/-), sensorik dan motorik baik
-
Status lokalis:
Mamae sinistra
Inspeksi : Tampak benjolan besar mammae sinistra, warna kehitaman
tidak sama dengan kulit, tampak retraksi puting susu, pe’u
d’orrange (+), ulkus (-).
Palpasi : Nyeri tekan (+), immobile (+), berbatas tegas (+), konsistensi
keras, berukuran seperti buah melon dengan diameter 10 cm.
4
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 3-11-2015
Hemoglobin 11,5 11 – 15 g/dL
Hematokrit 37,9 36 – 48%
Eritrosit 4,30 4.3 – 6.0juta/Ul
Leukosit 6800 4.0 – 10.0 /uL
Trombosit 257.000 150.000 – 400.000/uL
MCV 88.2 80 – 96 fL
MCH 29.8 27 – 32 pg
MCHC 33.8 32 – 36 g/dL
Kimia Klinik
Ureum 38 8 – 50 mg/dL
Kreatinin 1,7 0 – 1.3 mg/dL
Glukosa Darah 180 70-110 mg/dL
SGOT 19 3 – 35U/L
SGPT 17 8 – 41 U/L
Foto : Rontgen
Kesan :
Tak tampak gambaran nodul metastasis/reticuler metastasis pada kedua paru
Saran: Foto ulang
V. DIAGNOSIS
Ca Mamae Sinistra
Diagnosis sekunder :
Anemia
5
VI. PENATALAKSANAAN
Operatif :
Radikal mastektomi
Medikamentosa :
Infus RL
Ceftriaxone 1x1 gr
Kalnex 3x500 mg
Ketorolac 2x30 mg
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
6
RIWAYAT RAWAT INAP
Follow Up Pre- Operatif (3 November 2015)
Subyektif
Keluhan: benjolan pada payudara kiri, nyeri (+), mual (-), muntah (-) Buang air kecil
dan besar dalam batas normal, nyeri kepala (-), demam (-) puasa (+).
Obyektif
o Kesadaran/GCS : compos mentis/ E4M6V5
o Tanda Vital :
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Laju nafas : 18 x/menit
- Suhu : 36 ° C.
o Status Generalis :
- Kepala : Normocephal
- Mata : Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat(-), pupil bulat isokor,
diameter 2 mm ki = ka
- THT : Faring tdk hiperemis, tonsil T1-T1 tdk hiperemis
- Leher : tdk ada pembesaran KGB
- Toraks :
o Paru : pergerakan dinding dadasimetris, retraksi (-), Suara
nafas vesikuler (+/+), rh (-/-), wh(-/-),
o Jantung : BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : datar , nyeri tekan epigastrium (+), BU (+), hepar dan
lien tidak teraba pembesaran, nyeri ketok CVA (-)
- Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 s
7
o Status Lokalis :
Mammae Sinistra
Inspeksi : tampak benjolan, warna kulit hitam tidak sama dengan
sekitarnya, tampak retraksi puting susu, pe’u d’orrange (+),
ulkus (-).
Palpasi : Nyeri tekan (-), immobile (+), berbatas tegas (+), konsistensi
keras, berukuran seperti buah melon dengan diameter 10 cm.
Assessment
o Ca Mammae
Planning
a. Diagnostik
o Lab darah lengkap
o Rontgen thoraks
b.Terapi
Konservatif
Infus RL
Ceftriaxone 1x1 gr
Kalnex 3x500 mg
Ketorolac 2x30 mg
Rencana operasi besok
Co. Anestesi
8
Follow Up Post Operatif Hari 1 (5 November 2015)
Subjektif
Nyeri dan pegal pada bekas jahitan (+), nyeri kepala (-), nyeri pada leher (-)
mual (), muntah (-), buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal, makan
minum baik.
Objektif
KU : sakit sedang
Kesadaran/GCS : compos mentis/E4M6V5
Pemeriksaan Fisik:
Vital Sign
o Tekanan darah : 120/80
o Nadi : 90 x/ menit
o Suhu : 36,8 0C
o Pernafasan : 24 x/ menit
Kepala : CA -/- , SI -/-
Pupil isokor : 3 milimiter
Thorax :
o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)
o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Akral sianosis (-/-) (-/-)
Oedem (-/-) (-/-)
Capillary Refill < 2” < 2”
11
Regio payudara kiri
Inspeksi : perban (+), hipafix (+), rembesan darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), hangat disekitar jahitan
Assessment
Post operasi Ca mammae Dextra H+1
Penatalaksanaan:
Terapi:
Infus RL
Ceftriaxone 1x1 gr
Kalnex 3x500 mg
Ketorolac 2x30 mg
Follow Up Post Operatif Hari 2 (6 November 2015)
Subjektif
Nyeri dan pegal pada bekas jahitan (+), nyeri kepala (-), nyeri pada leher (-)
mual (-), muntah (-), buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal, makan
minum baik.
Objektif
KU : baik
Kesadaran/GCS : compos mentis/E4M6V5
Pemeriksaan Fisik:
Vital Sign
o Tekanan darah : 120/70
o Nadi : 70 x/ menit
o Suhu : 36,5 0C
o Pernafasan : 20 x/ menit
Kepala : CA -/- , SI -/-
Pupil isokor : 3 mm ka/ki
Thorax :
12
o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)
o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Akral sianosis (-/-) (-/-)
Oedem (-/-) (-/-)
Capillary Refill < 2” < 2”
Regio payudara kiri
Inspeksi : perban (+), hipafix (+), rembesan darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), hangat disekitar jahitan
Assessment
Post operasi Ca mammae Dextra H+2
Penatalaksanaan:
Terapi:
Infus RL
Ceftriaxone 1x1 gr
Kalnex 3x500 mg
Ketorolac 2x30 mg
Follow Up Post Operatif Hari 3 (7 November 2015)
Subjektif
Nyeri dan pegal pada bekas jahitan berkurang(+), nyeri kepala (-), nyeri pada
leher (-) mual (-), muntah (-), buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal,
makan minum baik.
13
Objektif
KU : sakit sedang
Kesadaran/GCS : compos mentis/E4M6V5
Pemeriksaan Fisik:
Vital Sign
o Tekanan darah : 130/80
o Nadi : 75 x/ menit
o Suhu : 36,8 0C
o Pernafasan : 20 x/ menit
Kepala : CA -/- , SI -/-
Pupil isokor : 3 mm ka/ki
Thorax :
o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)
o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Akral sianosis (-/-) (-/-)
Oedem (-/-) (-/-)
Capillary Refill < 2” < 2”
Regio payudara kiri
Inspeksi : perban (+), hipafix (+), rembesan darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), hangat disekitar jahitan
Assessment
Post operasi Ca mammae Dextra H+3
14
Penatalaksanaan:
Terapi:
Infus RL
Ceftriaxone 1x1 gr
Kalnex 3x500 mg
Ketorolac 2x30 mg
Follow Up Post Operatif Hari 4 (8 November 2015)
Subjektif
Nyeri dan pegal pada bekas jahitan berkurang(+), nyeri kepala (-), nyeri pada
leher (-) mual (-), muntah (-), buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal,
makan minum baik.
Objektif
KU : sakit sedang
Kesadaran/GCS : compos mentis/E4M6V5
Pemeriksaan Fisik:
Vital Sign
o Tekanan darah : 120/80
o Nadi : 80 x/ menit
o Suhu : 36 0C
o Pernafasan : 18 x/ menit
Kepala : CA -/- , SI -/-
Pupil isokor : 3 mm ka/ki
Thorax :
o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)
o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.
15
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Akral sianosis (-/-) (-/-)
Oedem (-/-) (-/-)
Capillary Refill < 2” < 2”
Regio payudara kiri
Inspeksi : perban (+), hipafix (+), rembesan darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), hangat disekitar jahitan
Assessment
Post operasi Ca mammae Dextra H+4
Penatalaksanaan:
Terapi:
Infus RL
Ceftriaxone 1x1 gr
Kalnex 3x500 mg
Ketorolac 2x30 mg
Follow Up Post Operatif Hari 5 (9 November 2015)
Subjektif
Nyeri dan pegal pada bekas jahitan (-), nyeri kepala (-), nyeri pada leher (-)
mual (-), muntah (-), buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal, makan
minum baik.
Objektif
KU : baik
Kesadaran/GCS : compos mentis/E4M6V5
Pemeriksaan Fisik:
16
Vital Sign
o Tekanan darah : 110/80
o Nadi : 70 x/ menit
o Suhu : 36 0C
o Pernafasan : 16 x/ menit
Kepala : CA -/- , SI -/-
Pupil isokor : 3 mm ka/ki
Thorax :
o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)
o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen : BU (+) normal, supel, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Akral sianosis (-/-) (-/-)
Oedem (-/-) (-/-)
Capillary Refill < 2” < 2”
Regio payudara kiri
Inspeksi : perban (+), hipafix (+), rembesan darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), hangat disekitar jahitan
Assessment
Post operasi Ca mammae Dextra H+5
Planning
Terapi: Aff infuse
Paisen pulang dengan Obat Pulang:
Cefadroxil 2x1 gr
Asam Mefenamat 3x1 gr
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi dan Fisologi Mammae
Payudara wanita dewasa terletak di antara costae kedua dan keenam dan
antara tepi sternum dan garis midaxillar. Payudara terdiri dari kulit, jaringan
subkutan, dan jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut termasuk elemen
kedua epitel dan stroma. Elemen epitel membentuk 10% sampai 15% massa
payudara, dengan sisanya adalah stroma. Setiap payudara mempunyai jaringan
kelenjar (glandular) yang terdiri 15 hingga 20 lobus yang disangga oleh jaringan
ikat fibrosa.1
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Mammae
II.1.2. Vaskularisasi 1
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari :
(1) cabang arteri mammaria interna;
(2) cabang lateral dari arteri interkostalis posterior; dan
(3) cabang dari arteri aksillaris termasuk arteri torakalis lateralis, dan
cabang pectoral dari arteri torakoakromial.
18
II.1.3. Aliran Limfe
Aliran limfe mammaria secara praktis dibagi menjadi kuadran-
kuadran. Kuadran lateral mengalirkan cairan limf nya ke nodi axillares
anteriores atau kelompok pectorales (terletak tepat posterior terhadap
pinggir bawah musculus pectoralis mayor). kuadran medial
mengalirkan cairan limf nya melalui pembuluh-pembuluh yang
menembus ruangan intercostalis dan masuk ke dalam kelompok nodi
thoracales internae (terletak di dalam cavitas thoracis di sepanjang
arteria thoracica interna). Beberapa pembuluh limf mengiktui arteriae
intercostales posteriores dan mengalirkan cairan limf nya ke posterior
ke dalam nodi intercostales posteriores (treletak di sepanjang arteriae
intercostales posteriores); beberapa pembuluh berhubungan dengan
pembuluh limf dari payudara sisi yang lain dan berhubungan juga
dengan kelenjar di dinding anterior abdomen. 9
Gambar 2. Aliran limf Kelenjar mammae
19
II.1.4. Innervasi
Bagian superior payudara mendapat persarafan dari saraf-saraf
suprakavikularis. Saraf-saraf klavikularis mendapat persafaran dari
cabang ketiga dan keempat plekus servikalis. Kulit di bagian medial
payudara dipersarafi oleh bagian kulit anterior saraf antariga kedua
sampai ketujuh. Sensasi di payudara berasal dari cabang kulit lateral
saraf antariga keempat.1
II.1.5. Kuadran Payudara1
Untuk kepentingan anatomis & deskripsi letak tumor &kista,
permukaan payudara di bagi menjadi 4 kuadran:
Superior (upper)medial
Inferior (lower)medial
Superior(upper)lateral
Inferior(lower)lateral
Gambar 3. Kuadran Payudara
II. 2. Ca Mammae
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan
jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase.7
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.1
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel
kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase
20
dapat terjadi pada kerlenjar getah bening (limfe) aksilla ataupun di atas tulang
belikat (clavicula). Selain itu, sel-sel kanker dapat pula bersarang di tulang,
paru, hati, kulit dan bawah kulit.8
Kanker payudara adalah salah satu pertumbuhan sel-sel abnormal yang
cenderung menginvasi jaringan disekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat
jauh.10
II.3. Etiologi 9
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang
menyebabkan seorang wanita menderita kanker payudara.
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar
4. Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya
kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2.
5. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia
55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara.
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya.
III. 4. Epidemiologi 10
21
Kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi no.2 di
Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insiden ini meningkat,
seperti halnya di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat
92/100.000 wanita per tahun dengan mortalitas uang cukup tinggi 27/100.000 atau
18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia berdasarkan’’
Pathological Based Registration’’ kanker payudara mempunyai insiden relatif 11,5%.
Diperkirakan di Indonesia mempunyai insiden minimal 20.000 kasus baru per tahun,
dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut.
Kurva insidens-usia bergerak naik sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang
sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada
usia 45-66 tahun. Insidensi karsinoma mammae pada laki-laki hanya 1% dari
kejadian pada perempuan. Insidensi tinggi di negara Barat dan lebih banyak pada
populasi kulit putih dibandingkan kulit hitam.
II.5. Klasifikasi Ca Mamae7
a. Kanker Payudara Non Invasif
1. Karsinoma intraduktus non invasive
Karsinoma intraduktus adalah karsinoma yang mengenai duktus disertai
infiltrasi jaringan stroma sekitar. Terdapat 5 subtipe dari karsinoma
intraduktus, yaitu komedokarsinoma, solid, kribriformis, papiler, dan
mikrokapiler. Komedokarsinoma ditandai dengan sel-sel yang berproliferasi
cepat dan memiliki derajat keganasan tinggi. Karsinoma jenis ini dapat meluas
ke duktus ekskretorius utama, kemudian menginfiltrasi papilla dan areola,
sehingga dapat menyebabkan penyakit Paget pada payudara.
2. Karsinoma lobular insitu
Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus terminal dan
atau tubulus, tanpa disertai infiltrasi ke dalam stroma. Sel-sel berukuran lebih
besar dari normal, inti bulat kecil dan jarang disertai mitosis.
b. Kanker Payudara Invasif
22
1. Karsinoma duktus invasif
Karsinoma jenis ini merupakan bentuk paling umum dari kanker payudara.
Karsinoma duktus infiltratif merupakan 65-80% dari karsinoma payudara.
Secara histologis, jaringan ikat padat tersebar berbentuk sarang atau beralur-
alur. Sel berbentuk bulat sampai poligonal, bentuk inti kecil dengan sedikit
gambaran mitosis. Pada tepi tumor, tampak sel kanker mengadakan infiltrasi
ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat atau seperti kelenjar. Jenis ini disebut
juga sebagai infiltrating ductus carcinoma not otherwiser specified (NOS),
scirrhous carcinoma, infiltrating carcinoma, atau carcinoma simplex.
2. Karsinoma lobular invasif
Jenis ini merupakan karsinoma infiltratif yang tersusun atas sel-sel berukuran
kecil dan seragam dengan sedikit pleimorfisme. Karsinoma lobular invasif
biasanya memiliki tingkat mitosis rendah. Sel infiltratif biasanya tersusun
konsentris disekitar duktus berbentuk seperti target. Sel tumor dapat berbentuk
signet-ring, tubuloalveolar, atau solid.
3. Karsinoma musinosum
Pada karsinoma musinosum ini didapatkan sejumlah besar mucus intra dan
ekstraseluler yang dapat dilihat secara makroskopis maupun mikroskopis.
Secara histologis, terdapat 3 bentuk sel kanker. Bentuk pertama, sel tampak
seperti pulau-pulau kecil yang mengambang dalam cairan musin basofilik.
Bentuk kedua, sel tumbuh dalam susunan kelenjar berbatas jelas dan
lumennya mengandung musin. Bentuk ketiga terdiri dari susunan jaringan
yang tidak teratur berisi sel tumor tanpa diferensiasi, sebagian besar sel
berbentuk signet-ring.
4. Karsinoma meduler
Sel berukuran besar berbentuk polygonal/lonjong dengan batas sitoplasma
tidak jelas. Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki prognosis lebih
baik daripada karsinoma duktus infiltratif. Biasanya terdapat infiltrasi limfosit
yang nyata dalam jumlah sedang diantara sel kanker, terutama dibagian tepi
jaringan kanker.
23
5. Karsinoma papiler invasif
Komponen invasif dari jenis karsinoma ini berbentuk papiler.
6. Karsinoma tubuler
Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler selapis,
dikelilingi oleh stroma fibrous. Jenis ini merupakan karsinoma dengan
diferensiasi tinggi.
7. Karsinoma adenokistik
Jenis ini merupakan karsinoma invasif dengan karakteristik sel yang
berbentuk kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara.
8. Karsinoma apokrin
Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma eosinofilik,
sehingga menyerupai sel apokrin yang mengalami metaplasia. Bentuk
karsinoma apokrin dapat ditemukan juga pada jenis karsinoma payudara yang
lain.
Menurut
AJCC VI :
24
Tx : tumor primer tidak dapat ditetapkan
To : tumor primer tidak dapat ditemukan
Tis : Ca in situ (intraduktal Ca, Lobular Ca in situ, penyakit Paget pada Papilla)
T1 : tumor berdiameter < 2 cm
T1a : diameter <0,5cm
T1b : diameter 0,5-1cm
T1c : diameter 1-2cm
T2 : diameter 2-5cm
T3 : diameter >5cm
T4a : infiltrasi pada dinding dada (fascia pektoralis)
T4b : infiltrasi pada kulit (edem,ulserasi,lesi satelit)
T4c : infiltrasi pada dinding dada dan kulit
T4d : Ca inflammatory
Nx : metastase lnn tidak dapat ditetapkan
No : metastase lnn tidak dapat ditemukan
N1 : metastase lnn axilla ipsilateral
N2a : metastase lnn axilla ipsilateral terfiksir satu sama lain atau perlekatan dengan
struktur sekitarnya
N2b : metastase lnn mamaria interna tanpa metastase ke lnn axilla
N3a : metastase lnn infraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke lnn axilla
N3b : metastasis lnn mamaria interna dengan metastasis lnn axilla
N3c : metastasis lnn supraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke lnn axilla
Mx : metastasis jauh tidak dapat ditetapkan
Mo : metastasis jauh tudak dapat ditemukan
M1 : terdapat metastasis jauh
II.6. Gambaran Klinis1
25
Stadium I (Stadium Dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran
(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan
penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak
metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar
getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30-
40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II
biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada
seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk
memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan
kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak
ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan
chemotherapie (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-
kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah
parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker
dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal
mungkin.
Stadium IV
Sudah mengalami metastase jauh, seperti pada paru, tulang, hati ataupun otak.5
Gejala yang Dirasakan Penyebab yang MungkinNyeri:Berubah sesuai siklus menstruasi
Rasa nyeri menetap, tidak tergantung siklus menstruasi
Nyeri lebih khas pada infeksi dari pada tumorPenyebab fisiologis, seperti pada tegangan pramenstruasi atau penyakit fibrokistik
Bisa disebabkan oleh infeksi, kadang tumor jinak, atau tumor ganas
Benjolan di PayudaraKeras Permukaan licin pada fibroadenoma atau kista
Permukaan kasar, berbenjol, atau melekat pada kanker atau inflamasi non-infektif
26
Kenyal
Lunak
Kelainan Fibrokistik
LipomaPerubahan Kulit
BercawakBenjolan kelihatanKulit jerukKemerahanTukak
Penarikan kulit/dinding dada lebih khas pada tumor daripada penyakit jinakSangat mencurigakan karsinomaKista, karsinoma, fibroadenoma membesarDi atas benjolan: kanker (tanda khas)Infeksi (jika ada tanda panas)Kanker lama (biasa pada usia lanjut)
Kelainan Puting/AreolaRetraksiInversi Baru
Eksema
Fibrosis karena kankerRetraksi fibrosis karena kanker (kadang fibrosis karena pelebaran duktus)Unilateral: penyakit Paget (tanda khas kanker)
Keluarnya CairanSeperti susuJernihHijau
Hemoragik
Kehamilan atau laktasiNormal(Peri) menapousePelebaran duktusKelainan fibrokistikKarsinomaPapiloma intraduktus
II.7. Diagnosis 8
1. Anamnesis
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya:
Benjolan,
Rasa sakit,
Kecepatan tumbuh,
Nipple discharge,
Nipple retraksi
Krusta pada areola,
Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi,
Perubahan warna kulit,
Benjolan ketiak,
Edema lengan.
b. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain :
Nyeri tulang (vertebra, femur),
Rasa penuh di ulu hati,
27
Batuk,
Sesak.
Sakit kepala hebat dan lain-lain
2. Pemeriksaan fisik 4
a. Status Generalis
b. Status Lokalis
Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
Masa tumor
- Lokasi
- Ukuran
- Konsistensi
- Permukaan
- Bentuk dan batas tumor
- Jumlah tumor
- Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m.
pektoralis dan dinding dada
Perubahan kulit
- Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit
- Peu d’orange, ulserasi
Nipple
- Tertarik
- Discharge
- Erosi
- Krusta
Status kelenjar getah bening
- Kelenjar Getah Bening Aksila
- Kelenjar Getah Bening Infraklavikula
- Kelenjar Getah Bening Supraklavikula
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiodiagnostik/ Imaging.
28
Diharuskan (recommended)
- USG payudara dan mamografi untuk tumor <3cm
- Foto thoraks
- USG abdomen (hepar)
Optional (atas indikasi)
- Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi atau klinis
sangat mencurigai pada lesi >5cm)
- CT scan
b.Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Blopsy-sitologi.
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas.
c. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau
parafin. Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui
Care biopsy
Biopsi eksisional untuk tumor ukuran >3cm.
Biopsi insisional untuk tumor
- Operabel ukuran > 3 cm operasi definitif.
- Inoperable.
d.Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai
dengan perkiraan metastasis.
II.8. Diagnosa Banding1
Galaktokel
Merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya
saluran atau duktus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu yang baru atau
sedang menyusui.
Mastitis
Adalah infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan dapat
berkembang menjadi abses. Biasanya terdapat pada ibu yang menyusui.
29
II.9. Penatalaksanaan
1. Pembedahan11
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis
mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis
minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.
c. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
d. Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
2. Radiotherapy 3
Merupakan terapi utama untuk kanker payudara stadium IIIb (locally
advanced),dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu terapi hormonal dan
kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi di daerah tulang
weight bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed yang
berdarah difus dan berbau yang mengganggu sekitarnya.
Prinsip dasar radiasi adalah memberikan stress fisik pada sel kanker yang
berada pada keadaan membelah sehingga terjadi kerusakan DNA dan
menyebabkan terbentuknya radikal bebas dari air yang dapat merusak
membran, protein, dan organel sel. Tingkat keparahan radiasi tergantung pada
30
oksigen. Sel yang hipoksia akan lebih resisten terhadap radiasi dibandingkan
dengan sel yang tidak hipoksia. Hal ini terjadi karena radikal bebas yang dapat
menyebabkan kerusakan sel berasal dari oksigen. Oleh karena itu, pemberian
oksigen dapat meningkatkan sensitivitas radiasi.
Radioterapi dapat diberikan dengan tiga cara, yaitu :
a) Teleteraphy
Teknik ini berupa pemberian sinar radiasi yang memiliki jarak yang cukup
jauh dari tumor. Teknik ini dapat digunakan sendirian atau kombinasi
dengan kemoterapi untuk memberikan kesembuhan terhadap tumor atau
kanker yang lokal dan mengkontrol tumor primer. Teleterapi paling sering
digunakan dalam radioterapi.
b) Bachytherapy
Teknik ini berupa implantasi sumber radiasi ke dalam jaringan kanker atau
jaringan disekitarnya.
c) Systemic therapy
Teknik ini berupa pemberian radionuklida ke dalam masa tumor atau
kanker.
3. Chemotherapy7
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama
diberikan pada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat
pula diberikan pada kanker payudara yang sudah dilakukan operasi mastektomi,
yang bersifat adjuvant. Kanker payudara stadium IV, pengobatan yang primer
adalah bersifat sistemik. Terapi ini berupa kemoterapi dan terapi hormonal.
Radiasi kadang diperlukan untuk paliatif pada daerah-daerah tulang yang
mengandung metastasis. Pilihan terapi sistemik dipengaruhi pula oleh terapi lokal
yang dapat dilakukan, keadaan umum pasien, reseptor hormon dan penilaian
klinis. Karena terapi sistemik bersifat paliatif, maka harus dipikirkan toksisitas
yang potensial terjadi. Kanker payudara dapat berespons terhadap agen
kemoterapi, antara lain anthrasikin, agen alkilasi, taxane, dan antimetabolit.
Kombinasi dari agen tersebut dapat memperbaiki respon namun hanya memilki
31
efek yang sedikit untuk meningkatkan survival rate. Pemilihan kombinasi agen
kemoterapi tergantung pada kemoterapi adjuvant yang telah diberikan dan
jenisnya. Jika pasien telah mendapat kemoterapi adjuvant dengan agen
Cyclophosphamide, Methotrexat dan 5-Fluorouracil (CMF), maka pasien ini tidak
mendapat agen yang sama dengan yang didapat sebelumnya. Untuk pasien dengan
kanker payudara dapat diberikan kemoterapi intravena (IV). Cara pemberian
kemoterapi IV bervariasi, tergantung pada jenis obat. Adapun jenis-jenis
kombinasi kemoterapi yang diberikan adalah :
FEC (Fluorourasil, Eprubisin, Cyclophosphamide)
o Indikasi
Terapi adjuvant, neoadjuvant maupun pada kanker payudara yang
sudah metastasis.
o Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Pasien dengan usia di atas 60 tahun atau ada riwayat penyakit
jantung, sebelum kemoterapi harus dilakukan pemeriksaan
echocardiogram atau multiple gated acquisition test of cardiac
output (MUGA) untuk menjamin bahwa fungsi ventrikel kiri
masih baik.
Periksa fungsi hati. Jika ada insufisiensi hati, maka dosis 5-FU di
kurangi.
Periksa fungsi ginjal. Jika ada insufisiensi ginjal, dosis epirubisin
dikurangi.
Periksa darah rutin lengkap. Jika netrofil < 1500/mm3, atau AT <
100.000/mm3, maka kemoterapi ditunda.
Berikan antiemetik yang kuat sebelum kemoterapi.
Kontrol dosis epirubisin, untuk menghindari kardiotoksisitas bila
dosis kumulatif epirubisin >900 mg/m2
Beritahu pasien tentang kemungkinan rambut dapat rontok akibat
kemoterapi.
32
o Dosis
5-FU 500 mg/m2 pada hari 1.
Epirubisin 60 mg/m2 pada hari 1
Siklofosfamid 500 mg/m2
o Cara Pemberian
5-FU dan siklofosfamid disuntikan secara IV pelan-pelan atau
dilarutkan dalam NaCl 0,9% 100 ml dan diinfuskan dalam 10-20
menit.
Epirubisin disuntikan lewat selang infus salin.
o Siklus dan Jumlah siklus
Lama siklus 21 hari
Jumlah siklus 6
o Efek Samping
Mual dan muntah
Mukositis
Kardiomiopati
Sistitis hemoragik, bila dosis siklofosfamid tinggi
4. Terapi hormonal.2
Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip
terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen
terapi kanker. Ketika berikatan dengan ligand, reseptor ini mengurangi
transkripsi gen dan menginduksi apoptosis.
Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker payudara
primer atau metastasis juga mengandung reseptor tersebut. Tumor dengan
reseptor estrogen tanpa ada reseptor progesteron memiliki respon sebesar
30%, sedangkan jika memiliki reseptor estrogen dan progesteron, respon
terapi dapat mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas dan
ketersediaan. Pada banyak pasien, terapi endokrin inisial berupa inhibitor
33
aromatase. Untuk wanita dengan reseptor estrogen yang positif, respon
terhadap inhibitor aromatase lebih besar dibandingkan dengan tamoxifen.
Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada
perempuan dengan kanker payudara yang telah di reseksi. Penggunaan
tamoxifen harus diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan kanker
payudara yang telah metastasis, lebih sering digunakan inhibitor aromatase.
Namun, bagi pasien yang yang memburuk setelah mendapat inhibitor
aromatase, tamoxifen dapat memberikan manfaat. Selain itu, tamoxifen juga
bermanfaat sebagai kemopreventif kanker payudara.
Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali
sehari karena waktu paruh yang panjang. Efek samping yang dapat
ditimbulkan antara lain hot flushes, kelainan sekresi cairan vagina dan
toksisitas retina, walaupun tidak mengancam penglihatan. Efek samping yang
harus diperhatikan adalah bahwa tamoxifen dapat menyebabkan penurunan
densitas tulang pada wanita premenopause dan kanker endometrium.
Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga golongan penderita menurut status
menstruasi:
- Premenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu bilateral
oopharektomi.
- Postmenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat anti estrogen.
- 1-5 Tahun Menopause
Jenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek estrogen. Efek
estrogen positif dilakukan terapi ablasi, jika efek estrogen negatif maka
dilakukan pemberian obat-obatan anti estrogen.
II.10. Komplikasi 5
Adanya metastase ke jaringan sekitar secara limfogen dan hematogen
merupakan komplikasi pada carcinoma mamae. Metastase secara limfogen menyebar
34
sampai ke paru, pelura, hati dan tulang. Sedangkan metastase secara hematogen
menyebar sampai ke otak.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. Breast cancer facts and figures 2005-2006. World
Wide Web URL: www.cancer.org
2. Brunicardi, C. F. et al. 2005. Scwartz’s Principle Of Surgery, eighth edition .USA:
the McGraw Hill Companies Inc.
35
3. C. J. H. Van de Velde (1996), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono”.
Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC
4. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih
Bahasa Monica Ester, Jakarta, EGC
5. Daniell Jane Charette (1995), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA
Alih Bahasa Imade Kariasa, Jakarta, EGC
6. Leksana, Mirzanie H. 2005. Chirurgica. Solo. Tosca Enterprise. Halaman VIII.12-
VIII.21
7. Lowy, F. D.2006. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th ed. New York:
McGraw Hill.
8. Machsoos, B. D. 2006. “Pendekatan Diagnostik Tumor Padat”. Buku Ajar
Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 819-901.
9. Parkin DM, Bray FI, Devesa SS. Cancer burden in the year 2000. The global
picture. Eur J Cancer 2001;37(Suppl 8):4.
10. Ries L, Eisner M, Kosary CL, et al. SEER cancer statistics review, 1975–2001.
Bethesda, MD: National Cancer Institute, 2004.
11. Soepadi, S., Oesman D., Huda,S., Semita, I. N., Risalah Kuliah Ilmu Bedah
Semester V. Jember: SMF Bedah RSUD Dokter Soebandi Jember.
36