Laporan kasus
Transcript of Laporan kasus
Laporan kasusIkterus neonatorum
Pembimbing :
Dr. Nur Ramadhan, Sp.A, M.Biomed
Oleh :
M.Hanafie heluth, S.Ked
SMF Ilmu penyakit Anak
RSUD Kanjuruhan kepanjen
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak 41,4 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat.
Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa
cerebral palsy
tuli nada tinggi
paralisis
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal
Hal ini dapat terjadi karena :
jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak.
usianya lebih pendek.
Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan
Tinjauan pustaka
Definisi
Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% – 50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat inkompatibiitas Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan lain-lain.
Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi.
Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.
Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis, kecuali:
Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL.
Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
Ikterus menetap pada usia >2 minggu.
Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum. Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak. Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik.
Jenis bilirubin
Tidak terkonyugasi:
Bilirubin indirek
Tidak larut dalam air
Berikatan dengan albumin untuk transport
Komponen bebas larut dalam lemak
Komponen bebas bersifat toksik untuk otak
Terkonyugasi:
Bilirubin direk
Larut dalam air
Tidak larut dalam lemak
Tidak toksik untuk otak
14
IKTERUS FISIOLOGIS
Terjadi pada minggu pertama
Pada NCB Terlihat pada hari ke 2 -3, hilang pada hari ke 6-
8, tapi mungkin sampai 14 hari dengan kadar tertinggi <12 mg/dl
Pada NKB Terlihat pada hari ke 3-4, dan hilang pada hari
10-20 dengan kadar tertinggi < 15mg/dl
15
Kadar bilirubin berdasarkan waktu
Kadar bilirubin sebesar 10 mg/dl, pada usia 72 jam, pada bayi cukup bulan mungkin merupakan kadar fisiologis
Kadar bilirubin 10 mg/dl pada usia 10 jam BUKAN kadar fisiologis dan memerlukan perhatian segera (lihat riwayat penyakit dari ikterus fisiologis)
16
Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan dan prematur
0
2
4
6
8
10
12
14
16
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
Cukup bulannormal
Prematur
Dikutip dari :NTSG (NEONATAL TECHNICAL SUPERVISORY GROUP) IDAI
17
IKTERUS NON FISIOLOGIS
Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
Tingkat cutoff
> 15 mg/dl pada bayi cukup bulan?
> ? mg/dl pada bayi prematur?
Ikterus bertahan
> 8 hari pada bayi cukup bulan
> 14 hari pada bayi prematur
Tanda penyakit lain
18
HIPERBILIRUBINEMIA – PENYEBAB PRODUKSI BERLEBIHAN (HEMOLISIS)
Hematoma darah ekstravaskuler, memar Ketidaksesuaian golongan darah feto-maternal
Ibu Rh neg / bayi Rh pos
Ibu golongan darah O/ bayi A atau B Kelainan sel darah merah intrinsik
Defisiensi G-6-PD
Sferositosis herediter Polisitemia
19
Hiperbilirubinemia fisiologis vs non-fisiologis
02468
101214161820
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
fisiologis
non- fisiologis
Dikutip dari : NTSG (NEONATAL TECHNICAL SUPERVISORY GROUP) IDAI
20
GANGGUAN OBSTRUKTIF :Hiperbilirubinemia Direk
Kolestasis Atresia biliaris Kista koledokus
# Bilirubin direk > 2 mg/dL# Warna tinja# Warna urine
21
HIPERBILIRUBINEMIA Diagnosis
Riwayat
Pemeriksaan fisis: Usia kehamilan
Aktivitas/pemberian minum
Kadar ikterus
pucat
hepatosplenomegali
memar, cephalhematoma
22
HIPERBILIRUBINEMIA- diagnosis
Uji Laboratorium
– Kadar bilirubin: total dan direk– Golongan darah ibu dan tipe Rh-nya– Golongan darah bayi dan tipeRh-nya– Uji Coomb direk pada bayi– Hemoglobin/pemeriksaan darah lengkap– Sediaan apus darah– Hitung retikulosit– Bila ada hemolisis; Hb electrophoresis, G6PD
HIPERBILIRUBINEMIA - tatalaksana
Hidrasi – Pemberian asupan Fototerapi Transfusi tukar Koreksi hipoksia, infeksi, asidosis
23
24
Tabel 17.1: Tatalaksana Hiperbilirubinemia pada Neonatus Cukup Bulan Sehat
Usia (jam)
Pertimbangkan terapi
sinarTerapi sinar Transfusi
tukarTransfusi tukar dan Terapi sinar
25-48
> 12 mg/dl*(> 200 #mol/L)
> 15 mg/dl(> 250 #mol/L)
> 20 mg/dl(> 340 #mol/L)
> 25 mg/dl(> 425 #mol/L)
49-72
> 15 mg/dl(> 250 #mol/L)
> 18 mg/dl(> 300 #mol/L)
> 25 mg/dl(> 425 #mol/L)
> 30 mg/dl(> 510 #mol/L)
>72> 17 mg/dl(> 290 #mol/L)
> 20 mg/dl(> 340 #mol/L)
> 25 mg/dl(> 425 #mol/L)
> 30 mg/dl(> 510 #mol/L)
Sumber: Halamek, L. P. and D. K. Stevenson. 1977. “Neonatal Jaundice and Liver Disease,” in Neonatal-Perinatal Medicine: Diseases of the Fetus and Infant, Fanaroff, A. A. and R. J. Martin, eds. 6th ed. St. Louis: Mosby-Year Book, p. 1345-89.
25
Tabel 17.2: Tatalaksana Hiperbilirubinemia pada Neonatus Kurang Bulan Sehat dan Sakit (< 37 minggu)
Neonatus Kurang Bulan Sehat:
Kadar Total Bilirubin Serum (mg/dl)
Neonatus Kurang Bulan Sakit:
Kadar Total Bilirubin Serum (mg/dl)
Berat Terapi sinar Transfusi tukar Terapi sinar Transfusi
tukar
Hingga 1.000 g 5-7 10 4-6 8-10
1.001-1.500 g 7-10 10-15 6-8 10-12
1.501-2.000 g 10 17 8-10 15
> 2.000 g 10-12 18 10 17Sumber: Halamek, L. P. and D. K. Stevenson. 1977. “Neonatal Jaundice and Liver Disease,” in Neonatal-Perinatal Medicine: Diseases of the Fetus and Infant, Fanaroff, A. A. and R. J. Martin, eds. 6th ed. St. Louis: Mosby-Year Book, p. 1345-89.
26
Nomogram untuk penentuan risiko berdasarkan kadar bilirubin serum spesifik berdasarkan waktu, pada saat bayi pulang Bhutani et al., Pediatrics 1999
27
Panduan untuk fototerapi pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu atau lebihAmerican Academy of Pediatrics, Juli 2004
28
FOTOTERAPI
Isomer bilirubin non konyugasi natural : ZZ
ZZ ZE(# toksik, tidak perlu konyugasi)
ZZ lumibilirubin
ZZ produk fotooksidasi
Foto isomerisasi
Struktural isomerisasi
fotooksidasi
29
30
Komplikasi fototerapi
Komplikasi bermakna jarang sekali terjadi Pemisahan ibu dari bayi akan menggangu
keberhasilan menyusui dan memperlama ikterus
Peningkatan insensible water loss dan dehidrasi pada bayi prematur
Bronze-baby syndrome (bayi dengan ikterus kolestatik)
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : By.T
Tanggal Lahir : 5 februari 2013
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Gondang Legi
Orang Tua Pasien
Ayah Ibu
Nama : Tn. T Ny. N
Umur : 30 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Perkawinan : Pertama Pertama
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaa : Pedagang Ibu rumah tangga
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 7 februari 2013 pukul 16.00 WIB secara alloanamnesis dengan ibu pasien.
Keluhan Utama
Kuning hampir seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien lahir pada tanggal 5 februari 2013 pukul 09.15 WIB dengan cara operasi sectio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini. Berat lahir pasien 3450 gram dengan panjang badan 51 cm. Pasien tidak memiliki kelainan bawaan, anus (+). APGAR Score 7/8. Ketuban mekonial berbau. BAB Mekoneum (+), BAK (+). Pada 7 februari 2013 diusia 2 hari pukul 11.15 WIB pasien terlihat kuning hampir seluruh tubuh. Perdarahan (-), pucat (-), muntah (-), kejang (-), demam (-), refleks hisap baik, tonus otot baik.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien dikandung selama 39 minggu. Selama hamil ibu pasien rutin kontrol setiap bulan ke bidan. Selama hamil Ibu pasien tidak pernah saki, tekanan darah selalu dalam batas normal, riwayat kencing manis disangkal, dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan dan jamu. Tidak pernah pijat oyok. Golongan darah ibu adalah A, tidak tahu rhesus (+) atau (-). Pada kehamilan 39 minggu ketuban pecah, lalu ibu dibawa ke RSUD kanjuruhan setelah satu hari ketuban pecah.
Riwayat penyakit Keluarga
Pasien adalah anak ke 2. Anak pertama laki-laki berumur 7 tahun, kedua adalah pasien. saudara kandung pasien juga mengalami kuning saat berusia 2 hari, berlangsung sampai usia 7 hari, tidak pernah mendapat terapi sinar sebelumnya, hanya dijemur di bawah sinar matahari.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai pedagang buah dipasar. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 7 februari 2013 pukul 10.00 WIB. Pasien dalam keadaan bangun dan tenang.
Keadaan umum : menangis kuat, gerak aktif.
Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 3400 gram
Panjang badan : 51 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 32 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm
Tanda vital
HR : 140 x / menit
RR : 43 x / menit
Suhu : 36 °C diukur di aksila
Kulit : ikterik (+) di seluruh tubuh, pucat (-), ptekie (-), hematom (-), sianosis (-).
Kepala : normocephali, caput (-), cephal hematom (-), rambut halus, UUB datar.
Mata : CA -/-, SI +/+, perdarahan subkonjungtiva (-), pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+.
Telinga : telinga cepat kembali setelah dilipat.
Hidung : septum deviasi (-), sekret (-),napas cuping hidung(-).
Mulut : bibir kering (-), pucat (-).
Tenggorok : sulit dinilai.
Leher : KGB tidak teraba.
Toraks : bentuk dan gerak dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-).
retraksi sela iga (-).
Jantung Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS IV linea midclavicularis
sinistra.
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis sinistra.
Perkusi : tidak dilakukan.
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
Paru Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : tidak dilakukan.
Perkusi : tidak dilakukan.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/-.
Abdomen
Inspeksi : cembung
Palpasi : supel, turgor baik, hepar teraba, lien tidak teraba.
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Ekstremitas : gerak aktif, akral hangat, perfusi baik, CRT < 2 detik.
Genitalia : laki-laki,Testis turun +/+
Refleks rooting : (+)
Refleks sucking : (+)
Refleks Moro : (+)
Refleks grasp : plantar +/+, palmar +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG05 februari 2013 (DL)
Hb :17,4 gr/dL
Ht : 45,1 %
Leukosit : 23000/ul
Trombosit : 268.000/ul
Erytrosit : 5,29
Hasil Lab Bil T/D/I 7 februari 2013
Bilirubin total 14,4 mg/dL
Bilirubin indirek 13,9 mg/dL
Bilirubin direk 0,5 mg/dL
DIAGNOSIS KERJA
BBLCB Hiperbilirubinemia Potensial infeksi neonatorum
PENATALAKSANAAN
Cefotaxim 2 x 175 mg
ASI ad libitum
Fototerapi 1x 24 jam
Cek bilirubin serum post fototerapi
Planing monitoring
Vital sign BB/hari Tanda-tanda dehidrasi Intake BAB dan BAK
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam Ad fungsionam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam
PEMBAHASAN KASUS
Penegakan diagnosis hiperbilirunemi dan potensial infeksi neonatorum dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan, pasien lahir dengan seksio cesar atas indikasi ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, ketuban mekonial berbau.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya ikterus neonatorum kremer IV pada usia 2 hari. Dari pemeriksaan penunjang bilirubin total,direct dan indirect didapatkan peningkatan kadar bilirubin indirek (11,9 mg/dl) yang mengarahkan diagnosa pasien ini kearah hiperbilirubinemi.
Pada pasien ini dianjurkan pemeriksaan golongan darah bayi dan tipe Rhesusnya dan pemeriksaan enzim G6PD untuk mencari etiologi dari ikterus.
Penatalaksanaan pasien ini adalah dengan fototerapi. Hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam darah yang bersifat toksik terhadap otak. sehingga ikterus tidak berlanjut menjadi bentuk ikterus yang lebih berbahaya seperti kernikterus. Pada pasien ini diberikan antibiotik karena terdapat resiko mayor untuk terjadinya infeksi neonatorum yaitu PRM lebih dari 18 jam dan cairan ketuban berbau
Terima kasih