Trauma Thoraks

38
BAB I PENDAHULUAN Trauma toraks dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam. Dimana trauma tumpul toraks umumnya akibat kecelakaan lalu lintas sedangkan trauma tajam akibat benda-benda tajam seperti pisau, peluru, clurit, tombak, panah dan sebagainya, umumnya tergantung tingkat kekerasan daripada masyarakat. Cedera toraks sering disertai dengan cedera perut, kepala, dan ekstremitas sehingga merupakan cedera majemuk. 1,2 Angka kematian yang terbatas hanya akibat trauma toraks sebesar 4-8%, dan bila disertai dengan organ lain 10-15%, angka ini akan lebih meningkat apabila trauma mengenai beberapa (multipel) organ yang cedera seperti trauma capitis, trauma abdomen dan trauma musculoskeletal (35%), oleh karena itu tidak boleh kita hanya terpaku pada kelainan di toraks tetapi harus juga dilihat atau dicari adanya kelainan organ atau kelainan sistem yang lain. Sebesar 90% daripada trauma toraks 1

description

trauma thorak

Transcript of Trauma Thoraks

Page 1: Trauma Thoraks

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma toraks dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam. Dimana

trauma tumpul toraks umumnya akibat kecelakaan lalu lintas sedangkan trauma

tajam akibat benda-benda tajam seperti pisau, peluru, clurit, tombak, panah dan

sebagainya, umumnya tergantung tingkat kekerasan daripada masyarakat. Cedera

toraks sering disertai dengan cedera perut, kepala, dan ekstremitas sehingga

merupakan cedera majemuk.1,2

Angka kematian yang terbatas hanya akibat trauma toraks sebesar 4-8%, dan

bila disertai dengan organ lain 10-15%, angka ini akan lebih meningkat apabila

trauma mengenai beberapa (multipel) organ yang cedera seperti trauma capitis,

trauma abdomen dan trauma musculoskeletal (35%), oleh karena itu tidak boleh

kita hanya terpaku pada kelainan di toraks tetapi harus juga dilihat atau dicari

adanya kelainan organ atau kelainan sistem yang lain. Sebesar 90% daripada

trauma toraks umumnya tidak memerlukan tindakan operasi thoracostomy, tetapi

untuk menyelamatkan nyawa penderita adakalanya memerlukan tindakan operasi.1

Trauma toraks yang memerlukan tindakan darurat adalah obstruksi jalan

napas, hematotoraks besar, tamponade jantung, pneumotoraks desak, flail chest

(dada instabil), pneumotoraks terbuka, dan kebocoran udara trakea-bronkus.2

Seperti yang sudah lazim, pemeriksaan dimulai dengan anamnesa yang baik

(allo atau auto anamnesa), dan kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik yang

baik agar dapat membuat diagnosa yang tepat. Memang pemeriksaan radiologik

toraks, biasanya dapat dibuat diagnosa dengan tindakan yang tepat dan

1

Page 2: Trauma Thoraks

menyelamatkan jiwa pasien. Apalagi kalau kita berada didaerah perifer, dimana

sarana untuk itu belum memadai. Bahkan pada keadaan tertentu mungkin

pemeriksaan radiologik hanya memperpanjang waktu, yang diagnosa sebetulnya

sudah diperkirakan.1

Menangani trauma toraks yang baik harus mengetahui mekanisme trauma,

patofisiologi dan diagnosa. Sering kita terkecoh dengan keadaan pasien yang hanya

memberikan penampakan luar tidak gawat darurat tetapi sebetulnya terdapat suatu

keadaan yang lebih serius didalam atau sebaliknya seperti keadaan serius tetapi

sebetulnya tidak, karena kita melupakan mekanisme trauma, diagnosa dan

patofisiologi. Tetapi harus diingat mungkin pada keadaan gawat darurat kita

terpaksa mengambil suatu tindakan tanpa mengetahui secara tepat diagnosa,

mekanisme trauma dan patofisiologinya untuk menyelamatkan jiwa pasien. 1

2

Page 3: Trauma Thoraks

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DEFINISI

Trauma toraks adalah semua rudapaksa yang mengenai toraks yang meliputi

dinding toraks dan segenap isinya baik rudapaksa tajam, tumpul maupun tajam.3

II.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernapasan berlangsung dengan

bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernapasan,

yaitu m. Interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar

sehingga udara akan terhisap masuk melalui trakea dan bronkus.2

Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus, mengembang dan mengempis

tergantung mengembang atau mengecilnya rongga dada. Dinding dada yang

mengembang akan menyebabkan paru-paru mengembang sehingga udara terhisap

ke alveolus. Sebaliknya bila m. Interkostalis melemas, dinding dada mengecil

kembali dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intraabdomen,

diafragma akan naik ketika tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu lenturnya

dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen

menyebabkan ekspirasi jika otot interkostal dan diafragma kendur dan tidak

mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi merupakan

kegiatan yang pasif. 2

Jika pernapasan gagal karena otot pernapasan tidak bekerja, ventilasi paru

dapat dibuat dengan meniup cukup kuat agar paru mengembang di dalam toraks

bersamaan dengan mengembangnya toraks. Kekuatan tiupan harus melebihi

3

Page 4: Trauma Thoraks

kelenturan dinding dada, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen.

Hal ini dilakukan pada ventilasi dengan respirator atau pada resusitasi dengan

napas buatan mulut ke mulut. 2

Adanya lubang di dinding dada atau di pleura visceralis akan menyebabkan

udara masuk kedalam rongga pleura, sehingga pleura visceralis terlepas dari

pleura parietalis dan paru tidak lagi ikut dengan gerak napas dinding toraks dan

diafragma. Hal ini terjadi pada pneumotoraks. Jika dipasang penyalir tertutup

yang diberi tekanan negatif, udara ini akan terhisap dan paru dapat dikembangkan

lagi. 2

II.3. KLASIFIKASI

Menurut Marijata (2006), berdasarkan penyebabnya trauma toraks dbagi

menjadi 2, yaitu:

1. Trauma toraks terbuka

Akibat luka tusuk atau luka yang menembus/membuat lubang.

Patologi pembedahan : trauma yang menusuk pada dinding dada akibat pisau,

tembakan pistol, atau luka lain besar kemungkinannya terjadi komplikasi

berupa pneumotoraks, kerusakan organ visceral intratorakal, dan infeksi.

2. Trauma toraks tertutup

Akibat trauma tumpul, deselerasi, atau luka remuk.

Patologi pembedahan : trauma tumpul langsung pada dinding dada terjadi

akibat luka tabrak, terkena dashboard dan kemudi setir yang dapat

menyebabkan patah tulang iga, dada flail (flail chest) dengan gerakan

paradoksal, ruptur diafragma, atau komplikasi kardiovaskuler yang serius.

4

Page 5: Trauma Thoraks

Kekerasan deselerasi, yang dapat terjadi pada kecelakaan pesawat dan mobil

besar kemungkinannya menyebabkan ruptur aorta descenden distal arteri

subclavia dan ruptur diafragma. Luka yang remuk/hancur menyebabkan

perdarahan intraalveolar, hematom pulmo dan hipoksia.

II.4. PATOFISIOLOGI

Secara singkat patofisiologi dari trauma toraks meliputi : 3

1. Perdarahan

Keluar (exsanguinasi)

Tertampung pada rongga pleura (hematotoraks)

Perdarahan kecil-kecil, masuk kedalam jaringan (hematoma)

Perdarahan intraalveolar, diikuti kolapsnya kapiler-kapiler dan atelektasis,

hingga tahanan perifer di paru meningkat, diikuti aliran darah menurun dan

akan terjadi gangguan pertukaran gas.

Perdarahan tertampung pada cavum pericardii (tamponade cordis)

2. Kerusakan akveoli/jalan napas/pleura sehingga pernapasan bocor

Tertampung pada cavum pleura (pneumotoraks)

Tempat kebocoran bersifat katub/ventil, terjadi pneumotoraks desakan

(tension pneumotorax)

Udara masuk kedalam jaringan bawah kulit (emfisema kutis)

Udara masuk kedalam jaringan di mediastinum (emfisema mediastinum)

3. Patah tulang iga

Timbulnya rasa nyeri, sehingga penderita tidak mau bernafas (terjadi

gangguan ventilasi) dan tidak mau batuk (sekret/dahak terkumpul/tidak

5

Page 6: Trauma Thoraks

bisa keluar).

Terjadi fail chest bila patah tulang iga jamak dan segmental (lebih dari satu

tempat)

4. Kompresi pada dada dapat menimbulkan terjadinya asfiksia traumatika

5. ”luka menghisap” pada dinding dada , paru mengempis/kolaps

II.5. GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis dari trauma toraks terdiri dari : 4,6

A. Gejala trauma dada :

1. Nyeri – akibat fraktur costae atau komplikasi pulmo maupun kardivaskular

2. Dyspneu – akibat fraktur, pneumotoraks, hematotoraks, flail chest, ruptur

diafragma, ruptur trakhea atau bronkhus utama atau kerusakan

serius organ viseral; pernapasan yang tiba-tiba meningkat (sesak

napas memburuk secara cepat) merupakan ciri khas terjadinya

pneumotoraks desak (tension pneumothorax)

B. Tanda trauma dada :

1. Syok – akan parah jika brhubungan dengan kerusakan organ dalam

2. Trauma dinding dada – akan tampak memar, suara menyedot dari dinding

dada, gerakan dinding dada paradoksal, atau nyeri pada fraktur kosta.

3. Emfisema – ada sensasi krepitasi di bawah tangan pemeriksa akibat udara

yang masuk ke subkutan, disebabkan fraktur kosta atau rupturnya trakhea

daerah servikal/bronkhus.

4. Emfisema Mediastnum dengan Mediastinitis – ditandai dengan nyeri atau

suara ngik-ngik dari laring dan suara klik parakardial yang terjadi

bersamaan dengan suara jantung dicurigai adanya rutur esofagus atau

trakhea.

6

Page 7: Trauma Thoraks

5. Deviasi trakhea – akibat pneumotoraks hebat atau hematoraks pada sisi

sebelahnya, akibat kolapsnya paru pada sisi yang sama.

6. Peningkatan Tekanan Vena Jugularis (Jugular Vwenous Pressure/JVP) –

terjadi pada tamponade kordis akibat hemoperikardiva

7. Paru – hipersonor menunjukkan pneumotoraks, dan suara napas yang

menurun atau hilang menunukkan hemothoraks, pneumothoraks atau

kolaps paru.

Tabel gawat dada : 2

PENYEBAB KLINIS

Obstruksi jalan napas

Hemotoraks masif

Tamponade jantung

Pneumotoraks desak

Toraks instabil

Pneumotoraks terbuka

Kebocoran trakea-bronkial

- sianosis, pucat, stridor- otot napas bantuan +- retraksi supraklavikula dan interkostal- anemia, syok hipovolemik- sesak napas- pekak pada perkusi- suara napas berkurang- tekanan vena sentral tidak meninggi- syok kardiogenik- tekanan vena meninggi (leher)- bunyi jantung berkurang- hemitoraks mengembang- gerakan hemitoraks kurang- suara napas berkurang- emfisema subkutis- trakea terdorong kesisi lateral- gerakan napas paradoksal- sesak napas, sianosis- inpeksi luka- kebocoran udra terdengar dan tampak- pneumotoraks- emfisema- infeksi

II.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

7

Page 8: Trauma Thoraks

Pemeriksaan penunjang pada keadaan trauma toraks terdiri dari : 4

1. Foto X-ray dada. Harus dilakukan dan akan menunjukkan adanya fraktur

fraktur kosta, pneumothoraks, hematothoraks, ruptur diafragma, kontusi pulmo

dan ateletaksis. Cedera pada aorta dan cabang-cabang mayornya akan terjadi

perdarahan dan bayangan mediastinum bagian atas akan meluas. Pada

hemoperikardiva akan terlihat bayangan jantung melebar.

2. Elektrokardiogram (EKG). Dilakukan bila dicurigai terjadinya trauma

cardial

3. Aortografi. Sebaiknya dilakukan jika dicurigai kerusakan arteri besar,

khususnya jika ada perlusan mediastinal pada foto x-ray dada.

II.7. TERAPI

Tergantung pada tingkat keparahan trauma dada serta luasnya cedera yang

menyertainya. 4,5,6

1. Respirasi

Jalan napas yang bebas dan gerakan paru yang baik, sangat penting untuk

pernapasan yang adekuat.

Bebaskan jalan napas

Retensi sputum disertai obstruksi bronkus dan ateletaksis dapat terjadi

pada : a. Pasien tidak sadar (cedera kepala)

b. syok

c. trauma dada yang nyeri

d. produksi sekret berlebihan seperti pada kontusi paru, oedem

paru, hematom pulmo masif, dan pada trauma dada hebat.

Terapi, berupa :

a. Analgesik yang adekuat

b. Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan

8

Page 9: Trauma Thoraks

c. Posisi tubuh dan fisioterapi

d. Antibiotik

e. Penghisapan nasofaringeal

f. Penghisapan naso trakheal

g. Penghisapan melalui bronkoskopi

h. Trakheostomi

Gerakan paru yang memadai

Gerakan paru yang tidak adekuat dapat terjadi ketika :

a. flail chest dengan pernapasan paradoksal

b. cedera kepala berat dengan kerusakan batang otak

c. adanya udara atau darah di rongga pleura

Terapi, berupa :

a. trakeostomi dan respirasi tekanan positif intermiten dengan

respirator

b. udara didalam rongga pleura harus dikeluarkan dengan WSD

atau darah pada rongga pleura diaspirasi, drainas, atau operasi

c. penutupan luka dinding dada yang menghisap (sucking chest

wall wound)

2. Sirkulasi

Pengembalian kembali cairan dan darah yang hilang harus dilakuka.

Transfusi darah diperlukan jika terjadi kerusakan organ viseral

intrathorakal dan jika ada trauma abdomen yang biasanya menyertai

(ruptur lien dan hepar).

3. Penilaian progerifitas yang teratur

9

Page 10: Trauma Thoraks

Pada trauma dada sedang dan parah, penilaian klinis dan radiologis

berulang untuk melihat kemajuan pasien penting dilakukan. Sebagai

tambahan, peeriksaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida serial

dilakukan untuk melihat fungsi respirasi.

4. Trauma dada

Trauma Dada Terbuka

Penutupan luka dada yang terbuka dan menghisap harus segera dilakukan .

dapat dilakukan dengan penutupan maupun jahitan sementara dan

kemudian dilakukan prosedur elektif. Torakotomi perlu dilakukan jika ada

trauma organ viseral intrathorakal, pengambilan benda asing di rongga

pleura dan atau bila ada infeksi (swarte)

Fraktur Costa Simpel

Trauma yang paling sering terjadi pada dinding torakal dimana nyeri yang

menyertai saat bernafas dapat menyebabkan ventilasi berkurang, retensi

sputum, ateletaksis dan pneumonia, terutama pada orang tua.

Terapi :

a. mengurangi nyeri dengan analgesik, atau blok nervus

intercostalis dan atau paravertebra.

b. Fisioterapi dan diusahakan batuk

c. Sedasi menggunakan Chlorpromazine (largactil) atau Diazepam

(valium)

d. Operasi diindikasi untuk fragmen sternum yang overlap

Flail Chest

Ketika terjadi gerakan paradoksal, maka respirasi menjadi tidakadekuat

10

Page 11: Trauma Thoraks

dan terjadi hipoksia, hiperkapnea, asidosis dan penurunan pengisisan

jantung (penurunan kardiak output) dan retensi sputum dengan ateletaksis

mungkin terjadi.

Terapi :

Untuk kasus ringan : - analgesik adekuat

- sedasi

- posisi tubuh dan fisioterafi

- oksigen intranasal

- respirator dengan mouthpiece

Untuk kasus berat : trakheostomi dan respirasi tekanan positif intermiten

diperlukan paling tidak selama 10 hari. Jika tidak ada insufisiensi

respirasi, analis gas drah serial perlu dilakukan untuk menentukan

perlunya trakheostomi dan bantuan pernapasan.

Pneumothoraks

Kemungkinan terjadi akibat :

a. fraktur costae yang menusuk paru

b. fraktur costae dengan tusukan ke paru dengan sistem katup

menyebabkan pneumotoraks desak (tension pnemothorax)

c. ruptur trakhe atau bronkhus utama, menyebabkan tension

pnemothorax

d. trauma dada terbuka, menyebabkan pneumothoraks hisap (sucking

pneumothorax)

Terapi :

a. shallow pneumothorax tidak mengganggu pernapasan, sehingga

11

Page 12: Trauma Thoraks

tidak membutuhkan terapi, respirasi tekanan positif intermiten

diperlukan pada kondisi tertentu

b. deep pneumothorax membutuhkan insersi interkostal dan kemudian

ujung distal dibenamkan ke dalam air (underwater seal)

c. tension pneumothorax membutuhkan insersi segera WSD atau

jarum pada underwater seal.

d. tension pneumothorax akibat ruptur trakhea atau bronkus utama

dicurigai terjadi jika paru gagal berkembang setelanh pemasngan

drainase pada rongga pleura dan dapat dikonfirmasi dengan

bronkoskopi. Kemudian torakotomi dan perbaikan perlu dilakukan.

Hematotoraks

Dapat terjadi dari :

a. pembuluh darah parietal (interkostal, mammaria interna), jika

perdarahan terus menerus berlangsung.

b. Pembuluh darah pulmo berhubungan dengan trauma paru, jika

perdarahan tekanan rendah terjadi, biasanya berhenti

sendiri/spontan.

c. Trauma diafragma dan subdiafragma, jika darah dari diafragma

yang ruptur dan atau organ abdomen bagian atas terhisap ke rongga

pleura.

Terapi :

a. Minimal – observasi ketat

b. Sedang – diaspirasi dengan syringe, jarum dan two-way tap (pungsi

dua arah), secara menyeluruh dan sesering mungkin bila

12

Page 13: Trauma Thoraks

dibutuhkan

c. Banyak (gross) – WSD

d. Kontinyu – torakotomi dan mempertahankan hemostasis

e. Menjendal (clotted) – enzim fibrinolitik intrapleural dapat

digunakan

f. Terinfeksi – pembentukan empyema akan membutuhkan

thorakotomi dan drainase

Pada semua kasus, transfusi darah, antibiotik dan analgesik diberikan

jika ada indikasi.

Kontusi/Laserasi Pulmo

Jarang menyebabkan hemoptisis profuse yang terus menerus

Terapi :

a. Tindakan suportif yang sering dilakukan adalah membersihkan

jalan nafas dan trakeostomi

b. Jika perlu dilakukan dranase hematotoraks

c. Hematom pulmo yang masif perlu diexcisi

d. Bagian paru yang terdapat laserasi jarang dilakukan

perbaikan/repair

Ruptur Trakhea atau Bronkhus Utama

Sering terlewat tetapi cenderung terjadi pada trauma dada yang lebih

parah. Mungkin muncul sebagai :

a. Pnemotoraks desak akut (acute tension pneumothorax), karena

kebocoran udara yang persisten ke dalam rongga pleura

b. Ateletaksis kronis dan infeksi paru berulang jika kebocoran

13

Page 14: Trauma Thoraks

udara menutup secara spontan.

Diagnosis dibuat melalui bronkoskopi.

Terapi :

a. Akut : thorakotomi dan perbaikan/repair

b. Kronis : thorakotomi dan pneumonektomi jika paru tidak dapat

mengembang atau sekret bronkhus terinfeksi, atau thorakotomi

dan anastomosis bronkial jika paru dapat mengembang dan

sekret bronkhus tidak terinfeksi

Ruptur Esofagus

Ruptur esofagus jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat luka yang

menusuk atau luka tubrukan. Esofagus juga dapat sobek dari dalam

karena esofagoskopi atau pedang yang tertelan.

Ruptur esofagus terjadi sebagai emfisema mediastinum dan

mediastinitis dan bila dicurigai, diagnosis dibuat berdasarkan

esofagoskopi dan foto x-ray dengan kontras oral (gastrografin).

Terapi : - Thorakostomi dan perbaikan/repair

- Terapi pengganti intravena atau pemberian makanan lewat

jejunostomi

- Trakheostomi dan tindakan suportif jika berhubungan dengan

ruptur trakhea

Trauma Jantung

Hemoperikardia, laserasi dan kontusi kardial, ruptur kardial, ruptur

perikardial, dan cedera pada mekanisme katup dapat terjadi setelah

tubrukan, deselerasi dan luka remuk/hancur.

14

Page 15: Trauma Thoraks

Diagnosis seringkali susah ditegakkan tetapi tamponade kordis dengan

tekanan arteri rendah, tekanan vena tinggi, pulsus paradoksus dan

pembesaran bayangan jantung akan menimbulkan kecurigaan.

Elektrokardiografi menunjukkan perubahan non spesifik, anomali QRS

dan berbagai macam aritmia.

Terapi : jika terjadi tamponade, perlu dilakukan perikardisintesis atau

thorakotomi.

Ruptur Aorta Thorakalis

Biasanya cepat berkembang menjadi fatal. Ruptur sering terjadi

dibagian distal arteri subclavia sinister dan biasanya akibat trauma

deselerasi. Jika pasien bertahan hidup, biasanya karena dinding pleura

mediastinum dan adventitia aorta terdapat hematom yang pulsating.

Ketika pasien tiba dirumah sakit dalam keadaan hidup, kecurigaan

diagnosis jika foto X-ray menggambarkan perluasan mediastinum

superior dan pergeseran trakhea. Kemudian aortogram lewat arteri

brakhialis dextra akan menunjukkan letak defek.

Terapi : thorakotomi dada kiri dan penyambungan dengan jahitan atau

diganti dengan prosthese memanfaatkan by-pass atrium kiri ke arteri

femoralis.

Ruptur Duktus Thoraksikus

Merupakan komplikasi yang terjadi akibat trauma tubrukan atau cedera

hiperekstensi pada vertebra.

Sesak napas akibat chylothoraks (biasanya bagian kanan) dan diagnosis

ditegakkan dari parasintesis, hasilnya cairan seperti susu berisi droplet

15

Page 16: Trauma Thoraks

lemak, kholesterol, limfosit dan mengandung tinggi protein.

Terapi : - Aspirasi sesering mungkin aau kateter interkostal dan

penghisapan (Suction)

- Thorakotomi dan ligasi duktus thoraksikus antara chylii

sisterna dan di bagian luka perlu dilakukan jika cara

konservatif gagal.

Ruptur Diafragma

Bisa terjadi akibat tubrukan deselerasi yang mengakibatkan luka

menususk. Kebanyakan terjadi pada hemidiafragma kiri dan terletak di

tengah/sentral. Herniasi lambung, lien, omentum dan usus kecil dapat

terjadi melalui defek dan bangunan-bangunan ini sering terkena trauma

akibat gaya trauma yang diteruskan. Ada 2 fase dari kondisi ini :

1. Akibat segera dari ruptur : a. Syok

b. Nyeri

c. Kehilangan darah

d. Hematothorax.

2. Efek masuknya organ abdomen kedalam rongga dada :

a. pergeseran paru, jantung dan isi mediastinum

b. obstruksi organ viseral abdomen atau etrjadi

perforasi

Terdapat 6 tanda ruptur diafragma, yaitu :

a. Berkurangnya gerakan napas dada

b. Suara sonor dinding dada yang terganggu

c. Hilanngnya retraksi spatium intercostal pada pergerakan

16

Page 17: Trauma Thoraks

diafragma

d. Munculnya suara gastrointestinal di dalam rongga dada

e. Pergeseran jantung

f. Syok

Terapi :

a. Koreksi syok

b. Laparatomi atau thorakotomi

c. Reposisi isi abdomen ke asalnya

d. Perbaikan kembali ruftur diafragma

e. Drainase rongga pleura

17

Page 18: Trauma Thoraks

BAB III

PRESENTASI KASUS

Obs. TRAUMA TORAKS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : S

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Candisari RT 01 / 02 Bnyuurip Purworejo

Agama : Islam

Pekerjaan : Pekerja lepas

Pendidikan : Tamat SMP

Tgl. Masuk : 06 Desember 2006 Pukul : 05.55 WIB

No. CM : 076054

Kelas : II ( Kenanga )

II. ANAMNESIS

Anamnesis diberikan oleh pasien dan keluarganya.

A. Keluhan Utama : Nyeri pada dada kanan

B. Keluhan Tambahan : Kepala terasa agak pusing, nafas terasa agak sesak, dan

terasa nyeri pada luka lecet di pelipis dan lutut kanan.

C. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD Saras Husada Purworejo melalui IGD pada

tanggal 06 Desember 2006 dengan keluhan nyeri pada dada kanan. Keluhan

18

Page 19: Trauma Thoraks

tersebut dirasakan setelah pasien mengalami jatuh dari sepeda motor

(kecelakaan tunggal) pada tanggal 06 Desember 2006 jam 05.55 WIB, pada

waktu itu pasien habis pulang dari menarik ojek, pasien terjatuh ketika

melintasi tikungan yang licin karena penuh pasir. Pasien memakai helm, kepala

tidak langsung mengenai aspal saat terjatuh, dada kanan menghantam setang

sepeda motor. Pada waktu kejadian pasien dalam keadaan sadar begitu pula

ketika sampai di rumah sakit.

Setelah kejadian, selain mengeluh dada kanan terasa sakit pasien juga

mengeluhkan kepala terasa agak pusing, nafas terasa agak sesak, dan terasa

nyeri pada luka lecet di pelipis dan lutut kanan.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat penyakit Jantung : disangkal

- Riwayat penyakit Hipertensi : disangkal

- Riwayat penyakit DM : disangkal

- Riwayat penyakit Asma : disangkal

- Riwayat jatuh sebelum kejadian ini : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita sakit yang sama.

19

Page 20: Trauma Thoraks

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sedang, kooperatif

Kesadaran : Compos mentis (GCS : E4V5M6)

Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 90 x/menit

Respirasi : 26 x/menit

Suhu : 36,5 °C (Axiler)

Status Generalisata

Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak

sianosis, tugor cukup

Kepala : Simetris, mesochepal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

isokor 3 mm, refleks cahaya (+/+)

Hidung : Simetris, Discharge (-/-)

Mulut : Bibir agak kering, Sianosis (-), lidah kotor (-)

Telinga : Tidak ada kelainan bentuk

Leher : Simetris, JVP tidak meningkat, kelenjar thyroid tidak

membesar, kelenjar limfe tidak membesar

Thoraks

- Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

20

Page 21: Trauma Thoraks

Palpasi : Ictus cordis tak kuat angkat

Perkusi : Batas kiri atas ICS II LPS sinistra

Batas kanan atas ICS II LPS dekstra

Batas kiri bawah ICS V LMC sinistra

Batas kanan bawah ICS IV LPS dekstra

Auskultasi : S1 > S2 reguler, bising jantung (-)

- Paru : Simetris, retraksi (-), Rh (-/-), Wh (-/-)

Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : Superior kanan : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup

kiri : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup

Inferior kanan : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup

kiri : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup

Reflek :

Ektremitas superior : RF : +/+ normal, RP : -/-

Ektremitas inferior : RF : +/+ normal, RP : -/-

B. Status Lokalis :

Regio Thorax

Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak tidak ada, retraksi tidak ada,

hematom (-), vulnus (-)

Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri, krepitasi (-/-),

Nyeri tekan (+/-)

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

21

Page 22: Trauma Thoraks

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium tgl 12 Desember 2006

HEMATOLOGI

- AE 4,8 x 106 / mm3

- AL 15,2 x 103 / mm3 4.000-11.000/mmk

- AT 200.000 / mm3 150.000-400.000/mmk

- Hb 14,5 gr/dl 12-16 gr/dl

- Hitung Jenis Leukosit

Granula : 88,6 %

Limfosit : 8,9 %

Monosit : 2,5 %

- Waktu perdarahan 2’ 40” 1-3 menit

- Waktu pembekuan 3’ 25” 2-6 menit

KIMIA

- GDS 119 gr/dl < 200 gr/dl

B. Rontgen Thorax :

: Tampak perselubungan inhomogen hemitorax dekstra. Sinus lancip,

diafragma licin. Besar cor tidak valid untuk dinilai (inspirasi kurang

dalam). Syst. Tulang yang tervisualisasi intak, tidak tampak fraktur

Kesan : Susp. Kontusio pulmo dekstra.

Besar cor tidak valid untuk dinilai

Syst. Tulang yang tervisualisai intak, tidak tampak fraktur.

22

Page 23: Trauma Thoraks

V. RESUME

A. Anamnesis

Laki-laki

Usia 25 tahun

Nyeri pada dada kanan

Kepala terasa agak pusing, nafas terasa agak sesak, dan terasa nyeri pada

luka lecet di pelipis dan lutut kanan.

Riwayat penyakit asma disangkal

Riwayat jatuh sebelum kejadian ini disangkal

Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama

B. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang, kooperatif

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : Dalam batas normal

Status Generalisata : Dalam batas normal

Status lokalis :

Regio Thorax

Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak tidak ada, retraksi tidak ada,

hematom (-), vulnus (-)

Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri, krepitasi (-/-),

Nyeri tekan (+/-)

Perkusi : Sonor (+/+)

23

Page 24: Trauma Thoraks

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

VI. DIAGNOSIS KLINIS

- Obs. Trauma Thorax

VII. DIAGNOSIS BANDING

- Sesak napas non traumatik

VIII. SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Rontgen thorax ulang AP ½ duduk

VIII. PENATALAKSANAAN

- O2 3-5 lt/menit

- Analgetik : Remopain inj 3 x 1

- Antibiotik : Ciprofloxacin 2 x 200 mg

IX. PROGNOSIS :

- Bonam

24

Page 25: Trauma Thoraks

BAB IV

PEMBAHASAN

Trauma toraks dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam. Dimana

trauma tumpul toraks umumnya akibat kecelakaan lalu lintas sedangkan trauma

tajam akibat benda-benda tajam

Trauma toraks yang memerlukan tindakan darurat adalah obstruksi jalan

napas, hematotoraks besar, tamponade jantung, pneumotoraks desak, flail chest

(dada instabil), pneumotoraks terbuka, dan kebocoran udara trakea-bronkus.

Dari kasus didapatkan pasien seorang laki-laki berusia 25 tahun mengalami

kecelakaan tunggal dengan sepeda motor, mengeluh nyeri dada kanan akibat

menghantam setang speda motor. Pasien sadar penuh dengan keluhan tambahan

dada terasa agak sesak. Dari UGD didapatkan diagnosa sementara observasi trauma

thorax. Dari pemeriksaan fisik terutama regio thorax didapatkan hasil yang normal,

dimana tidak mengarah pada keadaan kegawat daruratan thorax. Pada kasus ini

dilakukan pemeriksaan radiologi rontgen toraks, dari pembacaan didapat hasil

yang normal.

25

Page 26: Trauma Thoraks

DAFTAR PUSTAKA

1. Rachmad, K. B., Purba, R. T., 1991, Trauma Torak dan Laporan Kasus Trauma

Torak dalam Simposium Pengenalan Dini Dan Penatalaksanaan Pada Kasus

Trauma, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta: 25-35

2. Sjamsuhidajat, R., de Jong W., 1997, Buku-Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,

Jakarta: 512-524

3. Anonym, 2000, Standar Pelayanan Medis RSUP DR.Sardjito, jilid 3, 2nd ed, Medika

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: 167-172

4. Marijata, 2006, Trauma Dada dalam Pengantar Dasar Bedah Klinis, Unit Pelayanan

Kampus (UPK) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: 18-26

5. Anonym, 2006, Primary Trauma Care,

http://www.primarytraumacare.org/PTCMain/Training/pfd/PTC_INDO.pdf

6. Anonym, 2006, Chest Injury, http://www.madsci.com/manu/trau_che.htm#60

26