Trombin
-
Upload
sry-rahayu -
Category
Documents
-
view
261 -
download
7
Transcript of Trombin
http://catatan-dr-yokie.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html
DIC
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakangh
Hemostasis ialah proses pembentukan bekuan pada dinding pembuluh darah yang
rusak, untuk mencegah kehilangan darah, sementara tetap mempertahankan datah dalam
keadaan cair di dalam system pembuluh darah. Sekumpulan mekanisme sistemik kompleks
yang saling berkaitan akan bekerja untuk mempertahankan imbangan antara koagulasi dengan
antikoagulasi. Sebagai tambahan, imbangan tersebut dipengaruhi oleh factor lokal pada
berbagai organ yang berbeda.
Respons terhadap cedera
Kalau suatu pembuluh terpotong atau rusak, cedera tersebut memulai suatu rangkaian peristiwa
( seperti pada gambar) yang menghasilkan terbentuknya bekuan (hemostasis). Bekuan ini
menyumbat daerah yang rusak dan mencegah terjadinya kehilangan darah lebih lanjut. Peristiwa
yang mula-mula terjadi adlaah konstriksi pembuluh darah dan pembentukan sumbat hemostatik
sementara dari trombosit yang akan tercetus bila trombosit mengikat kolagen dan beragregasi.
Peristiwa ini diikuti dengan konversi sumbat tersebut menjadi bekuan definitif.
Mekanisme pembekuan
Agregasi trombosit yang longgar pada sumbat sementara diikat dan dikonversi menjadi
sumbat definitive oleh fibrin. Mekanisme pembekuan yang berperan dalam pembentukan fibrin
melibatkan kaskade reaksi enzim yang tidak aktif di ubah menjadi aktif, dan enzim tersebut
selanjutnya mengaktifkan enzim lain yang belum aktif. Kompleksnya, system tersebut pada
masa lalu dipersulit oleh berbagai penamaan, tetapi diterimanya system pemberian nomor untuk
berbagai factor pembekuan lebih mempermudah keadaan
Reaksi mendasar dalam pembekuan darah adlah konversi protein olasma yang larut,
yaitu fibrinogen menjadi fibrin yang tidak Larut. Proses ini mencakup pembebasan dua pasang
polipeptida dari setiap molekul fibrinogen.Bagian yang tersisa, monomer fibrin, kemudian
mengalamai polimerisasi dengan molekul-molekul monomer lain sehinga membentuk fibrin.
Fibrin mula-mula berupa gumpalan longgar benang-benang yang saling menjalin. Selanjutnya,
pembentukan ikatan-ikatan silang kovalen akan mengubah gumpalan longgar menjadi agregat
yang padat dan ketat. Reaksi yang terakhir ini dikatalisis oleh faktor XIII yang telah diaktifkan dan
memerlukan Ca2+.
Perubahan fibrinogen menjadi dikatalisis oleh trombin. Trombin adalh suatu serin
protease yang terbentuk dari prekursornya di sirkulasi, protrombin, oleh kerja faktor X yang telah
diaktifkan. Kerja tambahan trombin adalah pengaktifan trombosit, sel endotel, serta leukosi
melalui sedikitnya satu reseptor gabungan protein G.
Faktor X dapat daktifkan melalui reaksi pada salah satu dari 2 sistem, sistem intrinsik dan
sistem ektrinsik. Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi faktor XII inaktif menjadi
faktor XII aktif (XIIa). Aktivasi ini yang dikatalisis oleh kininogen berberat molekul tinggi dan
kalikrein dapat dilakasanakan in vitro dengan pemajanan darah terhadap permukaan bermuatan
elektronegatif yang mudah dibasahi, seperti gelas dan serat kolagen. Aktivasi in vivo terjadi
kalau darah terpajan terhadap serat-serat kolagen yang berada dibawah lapisan endotel pada
pembuluh darah. Faktor XII aktif kemudian mengaktifkan faktor XI, dan faktor XI aktif
mengaktifkan faktor IX. Faktor IX yang telah diaktikan membentuk suatu kompleks dengan faktor
VIII aktif, yang menjadi aktif kalau terpisah dari faktor von Willebrand. Kompleks Ixa dan VIIIa
mengaktifkan faktor X. Fosfolipid dari trombosit yang beragregasi (PL) dan Ca2+diperlukan untuk
pengaktifan sempurna faktor X. Sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan tromboplastin jaringan,
suatu campuran protein-fosfolipid yang mengaktifkan faktor VII. Tromboplastin jaringan dan
faktor VII mengaktifkan faktor IX dan X. Dengan adanya PL, Ca2+, dan faktor V, faktor X yang
telah diaktifkan mengatalisis konversi protrombin menjadi trombin. Jalur ekstrinsik dihambat oleh
suatu penghambat jalur faktor jaringan yang membentuk struktur kuartener dengan TPL, faktor
VIIa dan faktor Xa.
Contoh-contoh penyakit yang disebabkan oleh defisiensi faktor pembekuan
Defisiensi faktor : Sindroma klinis Penyebab
I Afibrinogemia Pengurasan selama kehamilan disertai pelepasan plasenta prematur; juga kongenital (jarang)
II Hipoprotrombinemia (kecenderungan perdarahan pada penyakit hati)
Penurunan sintesis oleh hati, biasanya sekunder akibat defisiensi vitamin K
V Parahemofilia kongenital
VII Hipokonvertinemia kongenital
VIII Hemofilia A (hemofilia klasik)
Cacat kongenital yang disebabkan oleh aneka macam kelainan gen pada kromosom X yang mengode faktor VIII; karena itu penyakit ini diturunkan seagai ciri-ciri yang terkait seks.
IX Hemofilia B (penyakit Christmas)
kongenital
X Defisiensi faktor Stuart- prower
kongenital
XI Defisiensi PTA kongenital
XII Ciri Hageman kongenital
Gangguan pembekuan dapat terjadi oleh karena gangguan pada tahap pertama, kedua
atau ketiga ataupun karena adanya antikoagulansia yang beredar di dalam darah atau karena
proses pembekuan dalam pembuluh darah.
GANGGUAN TAHAP PERTAMA
Gangguan ini dapat disebabkan kekurangan faktor pembekuan yang bekerja pada tahap
tersebut. Kekurangan faktor pembekuan pada tahap pertama dapat diketahui dari pemeriksaan
SPT (serum prothrombin time) atauprothrombin consumption time). PTT (Partial thromboplastin
time), pemeriksaan TGT (thromboplastin generation test).Bila terdapat kekurangan faktor
pembekuan dalam tahap pertama maka SPT kurang dari 40 detik (normal lebih dari 40 detik),
PTT dan TGT memanjang atau abnormal.
Gangguan mekanisme pembekuan pada tahap pertama terdapat pada penyakit :
a. Hemofilia A (kekurangan faktor VIII)
b. Hemofilia B (kekurangan faktor IX)
c. Penyakit von Willebrand ( pseudohemofilia, hemofilia vaskular)
GANGGUAN TAHAP KEDUA
Gangguan ini ditetapkan dengan pemeri8ksaan T (plasma prothrombin time) dengan
lebih dahulu dibuktikan bahwa mekanisme pembekuan tahap pertama normal atau dengan
perkataan lain tromboplastin yang dibentuk cukup. Bila PTT lebih dari 20 detik (normal 20 detik),
berarti bahwa faktor pembekuan tahap kedua ( II, V, VII, X) kurang.
Untuk penentuan faktor mana yang kurang, maka masing-0masing faktor harus diselidiki lebih
lanjut.
ETIOLOGI
1. Faktor kongenital
Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor pembekuan tersebut
menurun.
2. Faktor didapat
Biasanya disebabkan defisiensi faktor II (prothrombin), yang terdapat pada keadaan sebagai
berikut:
a. Neonatus, terutama yang kurang bulan yaitu karena fungsi hati yang belum sempurna sehingga
pembentukan faktor pembekuan II mengalami gangguan.
b. Defisiensi vitamin K. Hal ini dapat terjadi pada penderita ikterus obstruktif, fistula biliaris,
absorbsi vitamin K dari usus yang tidak sempurna atau karena gangguan pertumbuhan bakteri
usus.
c. Beberapa penyakit seperti sirosis hati, uremia, sindrom nefrotik dan lain-lain.
d. Terdapatnya zat antikoagulansia (dikumarol, heparin) yang bersifat antagonistik terhadap
prothrombin.
e. Disseminated intravaskular coagulation (DIC)
GANGGUAN TAHAP TIGA
Untuk menentukan adanya kelainan pembekuan pada tahap tiga harus dibuktikan dahulu
bahwa mekanisme pembekuan tahap pertama dan kedua berjalan normal.
Gangguan pada tahap tiga ini biasanya ialah kekurangan fibrinogen. Pemeriksaan kadar
fibrinogen dapat dilakukan kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif ialah dengan
menentukan thrombin time. Bila thrombin time memanjang (normal kurang dari 15-20 detik)
berarti terdapat hipofibrinogenemia. Secara kuantitatif ialah dengan mengukur kadar fibrinogen
dalam plasma (normal 250-350 mg%)
Kekurangan fibrinogen ini dapat kongenital dan bersifat resesif autosomal atau didapat
misalnya setelah mengalami operasi berat, solusio plasenta, DIC
B. Tujuan
1. Memahami mekanisme hemostasis dalam tubuh manusia
2. Dapat menjelaskan patogenesis dan patofisiologi penyakit pasien
3. Mengetahui dan memahami apa dilakukan untuk menegakkan diagnosis
4. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan penyakit pasien
C. Data pelaksana tutorial
1. Judul blok : Blok Hematologi
2. Nama Tutor : dr. Tina S.
3. Data Diskusi
a. SGD I
Hari/tanggal : Jumat, 14 Mei 2010
Waktu : 10.30-12.00 WIB
Tempat : Ruang Diskusi
b. SGD II
Hari/tanggal : Senin, 17 Mei 2010
Waktu : 07.50-09.30 WIB
Tempat : Ruang Diskusi
c. Pleno
Hari/tanggal : Kamis, 20 Mei 2010
Waktu : 07.50-09.30 WIB
Tempat : Ruang Diskusi
D. Pemicu / Skenario
SKENARIO 3
SI AMAT YANG DEMAM
Amat (laki-laki 15 tahun) adalah remaja yang memiliki segudang aktivitas. Akhir-akhir ini Amat
mengalami demam tinggi, menggigil, nausea, vomitus serta pada permukaan tubuhnya dijumpai
petechiae, ekimosis dan terjadi perdarahan yang sulit berhenti dibekas suntikan. Amat pun pergi
ke dokter untuk mendapatkan pengobatan dan sekaligus melakukan pemeriksaan darah. Pada
pemeriksaan darah dijumpai trombosit 100.000/ mm3, leukosit 14.000 mm/ mm3, PT 18 detik,
aPTT 45 detik. Kira-kira apakah yang terjadi pada Amat dan bagaimana pengobatan yang
seharusnya diterima Amat.E. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui hemostasis
2. Mengetahui Hemofilia
3. Mengetahui Defisiensi Vitamin K
4. Mengetahui Thalassemia
5. Mengetahui DIC
6. Mengetahui ITP
7. Mengetahui von Willebrand
F. Pertanyaan yang muncul dalam curah pendapat
1. Apa maksud dari pemeriksaan penunjang pada DIC menurut Sistem Skor DIC (ISTH 2001) ?
2. Bagaimana penatalaksanaan penyakit yang diderita sesuai skenario ?
G. Jawaban atas pertanyaan
1. Penilaian dibaca sesuai skor yang dibuat sistem skor DIC (ISTH 2001) .
2. Yang pertama dilakukan adalah pemberian vitamin K untuk penanganan perdarahan pertama
kemudian dilanjutkan dengan pemberian heparin dengan dosis 300-500 U/ jam, plasma
trombosit, dan penghambat pembekuan III.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. KLARIFIKASI
ISTILAH
1. Petechiae : bintik merah kecil akibat keluarnya sejumlah kecil darah
2. Ekimosis : bercak perdarahan yang kecil pada kulit atau membran mukosa, lebih besar dari
petekie, yang membentuk bercak biru atau ungu yang bundar atau tidak teratur serta tanpa
elevasi.
3. Vomitus : muntah; bahan yang dimuntahkan
4. Nausea : sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mrngacu pada
epigastrium dan dan abdomen.
5. PT : prothrombin time. ukuran dari jalur ekstrinsik koagulasi
6. aPTT : activated partial thromboplastin time. waktu yang diperlukan untuk
membentuk bekuan yang stabil dalam plasma darah setelah terpapar dengan komponen dari
platelet.
B. MENETAPKAN PERMASALAHAN
1. OS mengalami demam tinggi, menggigil, nausea, vomitus dan dijumpai petechiae dan ekimosis
2. Terjadi perdarahan yang sulit berhenti di bekas suntikan.
3. Hasil pemeriksaan darah
- Trombosit : 100.000/ mm3
- Leukosit : 14.000/ mm3
- PT : 18 detik
- aPTT : 45 detik
C. ANALISIS MASALAH
Demam tinggi menggigil
Faktor mikroorganisme/ nonmikroorganismeGangguan hemostasis
Mempengaruhi thrombositDemam tinggi, menggigil
Nausea, vomitus
Stimulus berupa gangguan hemostasis(menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit)
Nausea, vomitus
Petechiae/ ekimosis
Kapiler/ pembuluh darah intra dermal pecah
Gangguan hemostasisPetechiae/ ekimosis
Perdarahan yang tidak berhenti
Gangguan hemostasisGangguan faktor koagulasiperdarahan
Hasil Lab :
Thrombosit : 100.000/ mm3
Leukosit : 14.000/ mm3 Tanda-tanda gangguan koagulasi
PT : 18 Detik
aPTT : 45 detik
Remaja memiliki segenap aktivitas risiko terhadap intake
Istirahat tidak adekuat
Daya tahan tubuh menurun
HEMOSTASISDEFENISI
Hemostasis adalah penghentian perdarahan oleh sifat fisiologis vasokontriksi dan koagulasi
(Dorland, 2006). Hemostasis dan koagulasi juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian
kompleks reaksi yang menyebabkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan trombosit
dan bekuan fibrin pada tempat cedera
KOMPONEN HEMOSTASIS
• Pembuluh
• Trombosit
• Kaskade faktor koagulasi
• Inhibitor koagulasi
• Fibrinolisis
SUMBAT HEMOSTASIS PRIMER : Pembentukan agregasi trombosit
SUMBAT HEMOSTASIS SEKUNDER : Pembentukan fibrin
URUTAN MEKANISME HEMOSTASIS DAN KOAGULASI
Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang
rusak itu menyebabkan dinding pembuluh berkontraksi sehingga dengan segera aliran darah
dari pembuluh darah yang pecah akan berkurang (terjadi vasokonstriksi). Setelah itu, akan diikuti
oleh adhesi trombosit, yaitu penempelan trombosit pada kolagen. ADP (adenosin difosfat)
kemudian dilepaskan oleh trombosit kemudian ditambah dengan tromboksan A2 menyebabkan
terjadinya agregasi (penempelan trombosit satu sama lain). Proses aktivasi trombosit ini terus
terjadi sampai terbentuk sumbat trombosit, disebut juga hemostasis primer. Setelah itu
dimulailah kaskade koagulasi yaitu hemostasis sekunder, diakhiri dengan pembentukan
fibrin. Produksi fibrin dimulai dengan perubahan faktor X menjadi faktor Xa. Faktor X diaktifkan
melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik. Jalur ekstrinsik dipicu oleh tissue
factor/tromboplastin. Kompleks lipoprotein tromboplastin selanjutnya bergabung dengan faktor
VII bersamaan dengan hadirnya ion kalsium yang nantinya akan mengaktifkan faktor X. Jalur
intrinsik diawali oleh keluarnya plasma atau kolagen melalui pembuluh darah yang rusak dan
mengenai kulit. Paparan kolagen yang rusak akan mengubah faktor XII menjadi faktor XII yang
teraktivasi. Selanjutnya faktor XIIa akan bekerja secara enzimatik dan mengaktifkan faktor XI.
Faktor XIa akan mengubah faktor IX menjadi faktor IXa. Setelah itu, faktor IXa akan bekerja
sama dengan lipoprotein trombosit, faktor VIII, serta ion kalsium untuk mengaktifkan faktor X
menjadi faktor Xa. Setelah itu, faktor Xa yang dihasilkan dua jalur berbeda itu akan memasuki
jalur bersama. Faktor Xa akan berikatan dengan fosfolipid trombosit, ion kalsium, dan juga faktor
V sehingga membentuk aktivator protrombin. Selanjutnya senyawa itu akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Trombin selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin
(longgar), dan akhirnya dengan bantuan fakor VIIa dan ion kalsium, fibrin tersebut menjadi kuat.
Fibrin inilah yang akan menjerat sumbat trombosit sehingga menjadi kuat. Selanjutnya apabila
sudah tidak dibutuhkan lagi, bekuan darah akan dilisiskan melalui proses fibrinolitik. Proses ini
dimulai dengan adanya proaktivator plasminogen yang kemudian dikatalis menjadi aktivator
plasminogen dengan adanya enzim streptokinase, kinase jaringan, serta faktor XIIa. Selanjutnya
plasminogen akan diubah menjadi plasmin dengan bantuan enzim seperti urokinase. Plasmin
inilah yang akan mendegradasi fibrinogen/fibrin menjadi fibrin degradation product
SISTEM HEMOSTASIS
I. Sistem Pembuluh Darah
Fungsinya :
1. Kontraksi pembuluh darah.
2. Aktivasi pembekuan darah dengan memproduksi tromboplastin.
3. Aktivasi trombosit dengan memproduksi faktor von Willebrand.
4. Trombotik : melepaskan aktivator plasminogen.
II. Sistem Trombosit
Fungsinya :
1. Memelihara supaya pembuluh darah tetap utuh setelah trauma pada endotel.
2. Mengawali penyumbatan pembuluh darah dengan membentuk sumbat primer.
3. Stabilisasi sumbat trombosit (fibrin), melalui beberapa tahap:
Adhesi trombosit.
Agregasi trombosit.
Reaksi pelepasan (release).
III. Sistem Pembekuan Darah
Pembekuan terjadi oleh karena interaksi antara pro-koagulan (faktor pembeku), fosfolipid dan ion
Pro koagulan antara lain :
Substrat : fibrinogen (F I).
Kofaktor : FIII, FV, FVIII, HMWK.
Enzim : faktor koagulasi yang lain.
IV. Sistem Fibrinolisis
1. Proaktivator plasminogen diubah menjadi aktivator plasminogen.
2. Aktivator plasminogen akan mengubah plasminogen menjadi plasmin.
3. Plasmin menghidrolisis fibrinogen dan fibrin menjadi fibrin degradation product (FDP).
HOMEOSTATIC HEMOSTASIS adalah mekanisme fisiologis yang mempertahankan darah
dalam bentuk cairan di dalam sirkulasi, yang menggambarkan suatu kesetimbangan yang baik
antara perdarahan dan pembekuan
HEMOSTASIS, (Virchow’s Triad)
Kerjasama 3 komponen : pembuluh darah, aliran darah dan darah
MEKANISME HEMOSTASIS
Istilah hemostasis berarti pencegahan hilangnya darah. Bila pembuluh darah mengalami cidera
atau pecah, hemostasis akan terjadi. Peristiwa ini terjadi melalui beberapa cara yaitu :
vasokonstriksi pembuluh darah yang cidera, pembentukan sumbat trombosit, pembekuan darah,
dan pertumbuhan jaringan ikat kedalam bekuan darah untuk menutup pembuluh yang luka
secara permanen. Kerja mekanisme pembekuan in vivo ini diimbangi oleh reaksi-reaksi
pembatas yang normalnya mencegah mencegah terjadinya pembekuan di pembuluh yang tidak
mengalami cidera dan mempertahankan darah berada dalam keadaan selalu cair.
Vasokonstriksi pembuluh darah
Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang
rusak menyebabkan dinding pembuluh berkontraksi sehingga aliran darah dari pembuluh darah
yang pecah barkurang. Kontraksi terjadi akibat refleks syaraf dan spasme miogenik setempat.
Refleks saraf dicetuskan oleh rasa nyeri atau lewat impuls lain dari pembuluh darah yang rusak.
Kontraksi miogenik yang sebagian besar menyebabkan refleks saraf ini, terjadi karena
kerusakan pada dinding pembuluh darah yang menimbulkan transmisi potensial aksi sepanjang
pembuluh darah. Konstriksi suatu arterioul menyebabkan tertutupnya lumen arteri.
Pembentukan sumbat trombosit
Perbaikan oleh trombosit terhadap pembuluh darah yang rusak didasarkan pada fungsi penting
dari trombosit itu sendiri. Pada saat trombosit bersinggungan dengan pembuluh darah yang
rusak misalnya dengan serabut kolagen atau dengan sel endotel yang rusak, trombosit akan
berubah sifat secara drastis. Trombosit mulai membengkak, bentuknya irreguler dengan tonjolan
yang mencuat ke permukaan. Trombosit menjadi lengket dan melekat pada serabut kolagen dan
mensekresi ADP. Enzimnya membentuk tromboksan A, sejenis prostaglandin yang disekresikan
kedalam darah oleh trombosit. ADP dan tromboksan A kemudian mengaktifkan trombosit yang
berdekatan sehingga dapat melekat pada trombosit yang semula aktif. Dengan demikian pada
setiap lubang luka akan terbentuksiklus aktivasi trombosit yang akan menjadi sumbat trombosit
pada dinding pembuluh.
Pembentukan bekuan darah
Bekuan mulai terbentuk dalam 15-20 detik bila trauma pembuluh sangat hebat dan dalam 1-2
menit bila trauma pembuluh kecil. Banyak sekali zat yang mempengaruhi proses pembekuan
darah salah satunya disebut dengan zat prokoagulan yang mempermudah terjadinya
pembekuan dan sebaliknya zat yang menghambat proses pembekuan disebut dengan zet
antikoagulan. Dalam keadaan normal zat antikoagulan lebih dominan sehingga darah tidak
membeku. Tetapi bila pembuluh darah rusak aktivitas prokoagulan didaerah yang rusak
meningkat dan bekuan akan terbentuk. Pada dasarnya secara umum proses pembekuan darah
melalui tiga langkah utama yaitu pembentukan aktivator protombin sebagai reaksi terhadap
pecahnya pembuluh darah, perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisa oleh aktivator
protombin, dan perubahan fibrinogen menjadi benang fibrin oleh trombin yang akan menyaring
trombosit, sel darah, dan plasma sehingga terjadi bekuan darah.
a. Pembentukan aktivator protombin
Aktivator protombin dapat dibentuk melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik. Pada
jalur ekstrinsik pembentukan dimulai dengan adanya peristiwa trauma pada dinding pembuluh
darah sedangkan pada jalur intrinsik, pembentukan aktivator protombin berawal pada darah itu
sendiri.
Langkah-langkah mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembekuan
1. Pelepasan tromboplastin jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang luka. Yaitu fosfolipid dan
satu glikoprotein yang berfungsi sebagai enzim proteolitik.
2. Pengaktifan faktor X yang dimulai dengan adanya penggabungan glikoprotein jaringan dengan
faktor VII dan bersama fosfolipid bekerja sebagai enzim membentuk faktor X yang teraktivasi.
3. Terjadinya ikatan dengan fosfolipid sebagai efek dari faktor X yang teraktivasi yang dilepaskan
dari tromboplastin jaringan . Kemudian berikatan dengan faktor V untuk membentuk suatu
senyawa yang disebut aktivator protombin.
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembekuan
Langkah-langkah mekanisme intrinsik sebagai awal pembekuan
1. Pengaktifan faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang terkena trauma. Bila
faktor XII terganggu misalnya karena berkontak dengan kolagen, maka ia akan berubah menjadi
bentuk baru sebagai enzim proteolitik yang disebut dengan faktor XII yang teraktivasi.
2. Pengaktifan faktor XI yang disebabkan oleh karena faktor XII yang teraktivasi bekerja secara
enzimatik terhadap faktor XI. Pada reaksi ini diperlukan HMW kinogen dan dipercepat oleh
prekalikrein.
3. Pengaktifan faktor IX oleh faktor XI yang teraktivasi. Faktor XI yang teraktivasi bekerja secara
enzimatik terhadap faktor IX dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan faktor X oleh faktor IX yang teraktivasi yang bekerja sama dengan faktor VIII dan
fosfolipid trombosit dari trombosit yang rusak untuk mengaktifkan faktor X.
5. Kerja dari faktor X yang teraktivasi dalam pembentikan aktivator protombin. Langkah dalam jalur
intrinsic ini pada prinsipnya sama dengan langkah terakhir dalam jalur ekstrinsik. Faktor X yang
teraktivasi bergabung dengan faktor V dan fosfolipid trombosit untuk membentuk suatu kompleks
yang disebut dengan activator protombin. Perbedaannya hanya terletak pada fosfolipid yang
dalam hal ini berasal dari trombosit yang rusak dan bukan dari jaringan yang rusak. Aktivator
protombin dalam beberapa detik mengawali pemecahan protombin menjadi trombin dan
dilanjutkan dengan proses pembekuan selanjutnya.
b. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh activator protombin.
Setelah activator protombin terbentuk sebagai akibat pecahnya pembuluh darah, activator
protombin akan menyebabkan perubahan protombin menjadi trombin yang selanjutnya akan
menyebabkan polimerisasi molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam 10-
15 detik berikutnya. Pembentukan activator protombin adalah faktor yang membatasi kecepatan
pembekuan darah. Protombin adalah protein plasma, suatu alfa 2 globulin yang dibentuk terus
menerus di hati dan selalu dipakai untuk pembekuan darah. Vitamin K diperlukan oleh hati untuk
pembekuan protombin. Aktivator protombin sangat berpengaruh terhadap pembentukan trombin
dari protombin. Yang kecepatannya berbanding lurus dangan jumlahnya. Kecepatan pembekuan
sebanding dengan trombin yang terbentuk.
c. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Trombin merupakan enzim protein yang mempunyai kemampuan proteolitik dan bekerja
terhadap fibrinogen dengan cara melepaskan 4 peptida yang berberat molekul kecil dari setiap
molekul fibrinogen sehingga terbentuk molekul fibrin monomer yang mempunyai kemampuan
otomatis berpolimerisasi dengan molekul fibrin monomer lain sehingga terbentuk retikulum dari
bekuan. Pada tingkat awal dari polimerisasi, molekul-molekul fibrin monomer saling berikatan
melalui ikatan non kovalen yang lemah sehingga bekuan yang dihasilkan tidaklah kuat daan
mudah diceraiberaikan. Oleh karena itu untuk memperkuat jalinan fibrin tersebut terdapaat faktor
pemantap fibrin dalaam bentuk globulin plasma. Globulin plasma dilepaskan oleh trombosit yang
terperangkap dalam bekuan. Sebelum faktor pemantap fibrin dapat bekerja terhadap benang
fibrin harus diaktifkan lebih dahulu. Kemudian zat yang telah aktif ini bekerja sebagai enzim
untuk menimbulkan ikatan kovalen diantara molekul fibrin monomer dan menimbulkan jembatan
silang multiple diantara benang-benang fibrin yang berdekatan sehingga menambah kekuatan
jaringan fibrin secara tiga dimensi.
Gangguan pembekuan dapat terjadi oleh karena gangguan pada tahap pertama, kedua
atau ketiga ataupun karena adanya antikoagulansia yang beredar di dalam darah atau karena
proses pembekuan dalam pembuluh darah.
GANGGUAN TAHAP PERTAMA
Gangguan ini dapat disebabkan kekurangan faktor pembekuan yang bekerja pada tahap
tersebut. Kekurangan faktor pembekuan pada tahap pertama dapat diketahui dari pemeriksaan
SPT (serum prothrombin time) atauprothrombin consumption time). PTT (Partial thromboplastin
time), pemeriksaan TGT (thromboplastin generation test).Bila terdapat kekurangan faktor
pembekuan dalam tahap pertama maka SPT kurang dari 40 detik (normal lebih dari 40 detik),
PTT dan TGT memanjang atau abnormal.
Gangguan mekanisme pembekuan pada tahap pertama terdapat pada penyakit :
d. Hemofilia A (kekurangan faktor VIII)
e. Hemofilia B (kekurangan faktor IX)
f. Penyakit von Willebrand ( pseudohemofilia, hemofilia vaskular)
GANGGUAN TAHAP KEDUA
Gangguan ini ditetapkan dengan pemeri8ksaan T (plasma prothrombin time) dengan
lebih dahulu dibuktikan bahwa mekanisme pembekuan tahap pertama normal atau dengan
perkataan lain tromboplastin yang dibentuk cukup. Bila PTT lebih dari 20 detik (normal 20 detik),
berarti bahwa faktor pembekuan tahap kedua ( II, V, VII, X) kurang.
Untuk penentuan faktor mana yang kurang, maka masing-0masing faktor harus diselidiki lebih
lanjut.
ETIOLOGI
3. Faktor kongenital
Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor pembekuan tersebut
menurun.
4. Faktor didapat
Biasanya disebabkan defisiensi faktor II (prothrombin), yang terdapat pada keadaan sebagai
berikut:
f. Neonatus, terutama yang kurang bulan yaitu karena fungsi hati yang belum sempurna sehingga
pembentukan faktor pembekuan II mengalami gangguan.
g. Defisiensi vitamin K. Hal ini dapat terjadi pada penderita ikterus obstruktif, fistula biliaris,
absorbsi vitamin K dari usus yang tidak sempurna atau karena gangguan pertumbuhan bakteri
usus.
h. Beberapa penyakit seperti sirosis hati, uremia, sindrom nefrotik dan lain-lain.
i. Terdapatnya zat antikoagulansia (dikumarol, heparin) yang bersifat antagonistik terhadap
prothrombin.
j. Disseminated intravaskular coagulation (DIC)
GANGGUAN TAHAP TIGA
Untuk menentukan adanya kelainan pembekuan pada tahap tiga harus dibuktikan dahulu
bahwa mekanisme pembekuan tahap pertama dan kedua berjalan normal.
Gangguan pada tahap tiga ini biasanya ialah kekurangan fibrinogen. Pemeriksaan kadar
fibrinogen dapat dilakukan kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif ialah dengan
menentukan thrombin time. Bila thrombin time memanjang (normal kurang dari 15-20 detik)
berarti terdapat hipofibrinogenemia. Secara kuantitatif ialah dengan mengukur kadar fibrinogen
dalam plasma (normal 250-350 mg%)
Kekurangan fibrinogen ini dapat kongenital dan bersifat resesif autosomal atau didapat
misalnya setelah mengalami operasi berat, solusio plasenta, DIC
Gejalanya sama seperti kekurangan faktor pembekuan yang lain.
FAKTOR – FAKTOR PEMBEKUAN
I : Fibrinogen
II : Protrombin
III : Tromboplastin
IV : Ion Ca
V : Proekselerin, Faktor labil, Globulin akseletor
VII : Prokonvertin, SPCA, Faktor stabil
VIII : Faktor anti hemofilia (AHF), Faktor antihemofilia A, Globulin antihemofilia (AHG)
IX : Faktor Christmas, Faktor antihemofilia B
X : Faktor Stuart-Power
XI : Turunan tromboplasti plasma (PTA), Faktor antihemofilia C
XII : Faktor Hageman, Faktor gelas
XIII : Faktor penstabil fibrin, Faktor Laki-Lorand
Mekanisme pembekuan darah ( Hemostasis)
Cedera dinding pembuluh darah
Kontraksi Kolagen Tromboplastin jaringan
Reaksi trombosit Aktivasi koagulasi
Agregasi trombosit Trombin longgar
Sumbatan hemostatik definitif
Reaksi-reaksi pembatas
PEMERIKSAAN PENUNJANG HEMOSTASIS
1. Pemeriksaan untuk hemostasis primer
a. Tes Rumpel Leede (Torniquet test) :Tes ini untuk mengevaluasi integritas pembuluh darah.
b. Hitung jumlah trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi.Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan
laboratorium pertama yang terpenting,karena dengan cara ini dapat ditentukan dengan cepat
adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat ditentukan penyebab trombositopenia itu.
c. Masa perdarahan (bleeding time = BT) memanjang pada pasien dengan
trombositopenia,gangguan faal trombosit dan pada pasien dengan vaskulopati.
d. Faal trombosit : dikerjakan bila ada dugaan gangguan faal trombosit,misalnya pada pasien
dengan gangguan hemostasis primer tetapi jmlah trombositnya normal.Tes faal trombosit ini
untuk melihat kemampuan adhesi sel trombosit dan kemampuan agregasi sel trombosit.
2. Pemeriksaan untuk hemostasis sekunder (fase koagulasi)
a. Masa pembekuan (clotting time = CT) dan masa rekalsifikasi plasma (plasma recalcification time
= PRT) memanjang bila ada defisiensi faktor; pada defisiensi ringan ,CT masih normal.
b. Perlu diperhatikan retraksi bekuan (clot retraction = CR) setelah 1-2 jam.Bila tidak ada
retraksi maka hal ini menunjukkan adanya gangguan faal trombosit yaitu kurangnya enzim
retraktrozim.
c. APTT (activated partial thromboplastin time) memanjang pada pasien dengan defisiensi faktor
intrinsik atau adanya antikoagulan terhadap faktor tersebut.Nilai normalnya 30-40 detik.
d. PPT (plasma prothrombine time) memanjang pada pasien dengan defisiensi faktor-faktor
ekstrinsik atau adanya antikoagulan terhadap faktor tersebut.
3. Pemeriksaan untuk integritas pembentukan fibrin
a. Masa thrombin (thrombin time = TT) dapat memanjang pada keadaan berikut:
- Defisiensi faktor-faktor pada common pathway atau adanya antikoagulan terhadap faktor
tersebut.
- Kadar fibrinogen sangat rendah (< 80 mg/dL)
Nilai normal antara 14-16 detik.
4. Pemeriksaan untuk stabilitas fibrin.Defisiensi faktor XIIIa menghasilkan bekuan yang larut
dalam urea 5M atau 1% asam monoklorosetat.
5. Pemeriksaan untuk integritas fibrinolisis
a. Waktu trombin (TT) dapat memanjang akibat terdapatnya fibrinogen degradation product (FDP).
b. Euglobulin clot lysis time dan whole blood atau dilute whole blood clot lysis time biasanya normal
pada fibrinolisis lokal.Masa ini memendek bila ada peningkatan kadar aktivator plasminogen
dalam darah.
c. Kadar FDP meningkat bila terjadi proses fibrinolisis yang berlebihan baik primer maupun
sekunder.
DEFISIENSI VITAMIN K
DEFINISI
Vitamin K adalah nama generik untuk beberapa bahan yang diperlukan dalam pembekuan darah
yang normal. Bentuk dasarnya adalah vitamin K1 (filokuinon), yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan, terutama sayuran berdaun hijau. Bakteri dalam usus kecil sebelah bawah dan bakteri
dalam usus besar menghasilkan vitamin K2 (menakuinon), yang dapat diserap dalam jumlah
yang terbatas.
Kecenderungan terjadinya perdarahan akibat gangguan proses koagulasi yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin K atau dikenal dengan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB).
PATOFISIOLOGI
Vitamin K diperlukan untuk sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX dan X (kompleks protrombin)
serta protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan (menghambat proses pembekuan).
Selain itu Vitamin K diperlukan untuk konversi faktor pembekuan tidak aktif menjadi aktif.Ada 3 Kelompok :
VKDB dini VKDB klasik VKDB lambat atau acquired prothrombin complex deficiency (APCD) Secondary prothrombin complex (PC) deficiency
DIAGNOSIS
Anamnesis1. onset perdarahan
2. lokasi perdarahan
3. pola pemberian makanan
4. riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan
Pemeriksaan fisikAdanya perdarahan di saluran cerna, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi dan lain sebagainya
Pemeriksaan penunjang Waktu pembekuan memanjang
PPT (Plasma Prothrombin Time) memanjang
Partial Thromboplastin Time (PTT) memanjang
Thrombin Time normal
USG, CT Scan atau MRI untuk melihat lokasi perdarahan
Tabel : Perdarahan akibat defisiensi vitamin K pada anak
VKDB dini VKDB klasik VKDB lambat(APCD)
Secondary PC deficiency
Umur < 24 jam 1-7 hari (terbanyak 3-5 hari)
2 minggu-6 bulan (terutama 2-8 minggu)
Segala usia
Penyebab &Faktor resiko
Obat yang diminum selama kehamilan
- Pemberian makanan terlambat- Intake Vit K inadekuat- Kadar vit K rendah pada ASI
- Intake Vit K inadekuat- Kadar vit K rendah pada ASI- Tidak dapat profilaksis vit K
- obstruksi bilier-penyakit hati-malabsorbsi-intake kurang
- Tidak dapatprofilaksis vit K
(nutrisi parenteral)
Frekuensi < 5% pada kelompok resiko tinggi
0,01-1%(tergantung pola makan bayi)
4-10 per 100.000 kelahiran (terutama di Asia Tenggara)
Lokasi perdarahan
Sefalhematom, umbilikus, intrakranial, intraabdominal, GIT, intratorakal
GIT, umbilikus, hidung, tempat suntikan, bekas sirkumsisi, intrakranial
Intrakranial (30-60%), kulit, hidung, GIT, tempat suntikan, umbilikus, UGT, intratorakal
Pencegahan -penghentian / penggantian obat penyebab
-Vit K profilaksis (oral / im)- asupan vit K yang adekuat
Vit K profilaksis (im)- asupan vit K yang adekuat
PENATALAKSANAANPencegahan VKDBDapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis� Vitamin K1 pada bayi baru lahir 1 mg im (dosis tunggal) atau per oral 3 kali @ 2 mg pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari dan umur 1-2 tahun� Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan mendapat profilaksis vitamin K1 5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg im pada 24 jam sebelum melahirkan. Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg im dan diulang 24 jam kemudian Pengobatan VKDB� Vitamin K1 dosis 1-2 mg/hari selama 1-3 hari� Fresh frozen plasma (FFP) dosis 10-15 ml/kg
HEMOPHILIA AAdalah defisiensi factor pembekuan herediter yang paling banyak ditemukan. Prevalensinya
adalah sekitar 30-100 tiap sejuta populasi. Pewarisannya berkaitan dengan jenis kelamin, tetapi
hingga 33% pasien tidak mempunyai riwayat dalam keluarga dan terjadi akibat mutasi spontan.
Gen factor VIII terletak di dekat ujung lengan panjang kromosom X. Gen ini sangat besar dan
terdiri dari 26 ekson. Protein factor VIII meliputi meliputi region rangkap tiga A1, A2, A3dengan
homologi sebesar 30% antar mereka, suatu region rangkap dua C1 , C2 dan suatu domain B
yang sangat terglikosilasi, yang dibuang pada waktu factor VIII diaktifkan oleh thrombin.
Defeknya adalah tidak ada atau rendahnya kadar factor VIII plasma. Sekitar separuh dari pasien-
pasien tersebut mengalami mutasi missensei atau frameshift atau delesi dalam gen factor VIII.
Gambaran klinis
Bayi dapat menderita perdarahan pascasirkumsisi atau mengalami perdarahan sendi dan
jaringan lunak serta memar yang berlebihan pada saat mereka mulai aktif. Hemartrosis berulang
yang terasa nyeri dan hematom otot mendominasi perjalanan penyakit pada pasien yang sakit
berat dan jika tidak diobati dengan baik, dapat menyebabkan deformitas sendi yang progresif
dan kecacatan. Perdarahan yang berkepanjangan terjadi setelah ekstrasi gigi. Hematuria dan
perdarahan saluran cerna yang spontan juga dapat terjadi. Keparahan klinis penyakit berkolerasi
dengan beratnya defisiensi factor VIII. Perdarahan operatif dan pasca trauma dapat mengancam
jiwa baik pada pasien yang sakit berat maupun ringan. Walaupun tidak sering, perdarahan
intrasebral spontan lebih sering terjadi daripada populasi umum dan merupakan penyebab
kematian yang penting pada pasien dengan penyakit berat.
Hasil pemerikasaan laboratorium
Pemeriksaan berikut ini hasilnya abnormal
1. Masa tromboplastin parsial teraktivasi, APTT
2. Pemeriksaan factor pembekuan VIII
Masa perdarahan dan masa protrombin normal
Deteksi pembawa sifat dan diagnosis antenatal
Sekarang deteksi pembawa sifat dapat lebih baik dilakukan dengan pelacak DNA. Suatu mutasi
spesifik yang diketahui dapat diidentifikasi atau polimorfisme panjang fragmen restriksi didalam
atau dekat gen factor VIII memungkinkan alel mutan diacak.
Pengobatan
Sebagian besar pasien dating ke pusat khusus hemophilia dengan tim multidisipliner yang
berdedikasi pada perawatan mereka. Episode perdarahan diobati dengan terapi penggantian
factor VIII dan perdarahan spontan biasanya terkendali bila kadar factor VIII pasien meningkat
diatasi 20% dari normal.
Factor VIII rekombinan dan preparat factor VIII yang dimurnikan dengan imunoafinitas saat ini
tersedia untuk penggunaan klinis dan mengeliminasi risiko penularan virus.
DDAVP (desmopresia) member cara alternative untuk meningkatkan kadar factor VIII plasma
pada penderita hemophilia yang lebih ringan. DDAVP juga dapat diberikan per-nasal-cara ini
telah digunaka sebagai pengobatan segera untuk henofilia ringan setelah trauma kecelakaan
atau perdarhan.
Tindakan suportif local yang digunakan untuk hemartrosis dan hematoma meliputi
pengistirahatan bagian yang sakit dan ppencegahan trauma lebih lanjut.
Terapi penderita hemofilia dengan konsentrat faktor VIII; ini cukup memudahkan perkiraan dosis
yang diperlukan untuk mencapai tinhkat hemostasis. Menurut definisi, 1ml plasma normal
mengandung 1 unit faktor VIII. Karena volume plasma kira-kira 45 ml/kg, maka diperlukan infus
faktor VIII 45 unit/kg untuk menaikkan kadarnya pada resipien yang hemofilia dari 0-100% (0-100
unit/dl). Dosis faktor VIII sebesar 25-50 unit/kg biasanya diberikan untuk menIKKn kadar pada
resipien menjadi 50-100% (50-100 unit/dl) normal. Karena waktu paro faktor VIII kir-kira 8-12
jam, infus berulang dapat diberikan, menurut kebutuhan, untuk mempertahankan tingkat aktivitas
yang diinginkan.
Bila anak hemofilia mengalami perdarahan nyata, terapi penggantian harus segera
dilaksanakan. Tindakan pertolongan pertama harus mencakup aplikasi suhu dingin dan tekanan,
tetapi ini tidak boleh sebagai ganti dari terapi penggantian adekuat. Untuk hemartrosis biasa ,
diperlukan menaikkan kadar faktor VIII sampai sekitar 50% (50 unit/dl) dan mempertahankannya
paling tidak diatas 5% (5 unit/dl) selama 48-72 jam. Infus tunggal konsentrat faktor VIII 20-30
unit/kg cukup, memungkinkan terapi satu langkah episode perdarahan biasa. Imobilisasi pada
awalnya terindikasi , tetapi latihan pasif harus dimulai dalam 48 jam untuk mencegah kekakuan
dan fibrosis sendi.
Apabila perdarahan terjadi di daerah vital seperti otak atau leher, atau bila pembedahan
diperlukan, terapi intensif dengan menggunakan konsentrat faktor VIII selama 2 minggu
terindikasi untuk mempertahankan kadar plasma diatas 50% (50 unit/dl). Asam ε-aminokaproat,
50-100 mg/kg tiap 6 jam, mungkin terindikasi berbarengan dengan terapi penggantian untuk
perdarahan mukosa dan ekstraksi gigi.
Faktor Pabrik Proses
Produk-produk faktor VIII
A. Murni imunoafinitasMonoklat PHemofili MMetode
ArmourBaxter –HylandBexter –Hyland untuk palang amerika
PasteurisasiPelarut –deterjenPelarut –deterjen
B. Kemurnian sedang dan kemurnian tinggiKaotat-HPHumat –PMelat SDAlfanat
Bank darah N.Y
Cutter BehringwerkeBank darah N.YAlfaBank darah N.Y, -Melville biologik
Pelarut- deterjenPasteurasiPelarut-deterjenPelarut –deterjenPelarut –deterjen
C. Babi (porcine)Hyate : C Proton /speywood Polielektronik kromatografi
D. Rekayasa genetikAHF rekombinanAHF KoGeNate
BaxterCutter
Rekayasa genetikRekayasa genetik
Pengobatan profilaksis
Meningkatnya ketersedian konsetrat factor VIII yang dapat disimpan di kulkas rumah
telah mengubah pengobatan hemophilia secara dramatis. Seoarang anak yang menderita
hemophilia dapat diobati di rumah begitu terdapat kecurigaan tanda-tanda awal perdarahan.
Kemajuan ini telah mengurangi angka kejadian hemartrosis yang menyebabkan cacat dan
perlunya penanganan rawat inap. Pasien sakit berat sekarang dapat mencapai usia dewasa
dangan arthritis ringan atau tanpa arthritis.
Penderita hemophilia dianjurkan untuk menjalani perawatan gigi yang teratur. Anak-
anak penderita hemophilia dan orang tua mereka sering kali memerlukan bantuan ekstensif
dalam masalah social dan psikologis.
Terapi gen
Untuk mencegah sebagian besar mortalitas mortalitas dan morbiditas akibat defisiensi factor VIII
atau factor IX hanya perlu mempertahankan kadar factor >1%, sehingga terdapat ketertarikan
pada terapi berdasar gen dan saat ini sedang dilakukan uji klinis.
Inhibitor
Salah satu komplikasi hemophilia yang paling serius adalah terbentuknya antibody (inhibitor)
terhadap factor VIII yang diinfuskan, yang terjadi pada 5-10% pasien. Imunosupresi telah
digunakan dalam usaha mengurangi pembentukan antibody. Konsentrat factor VIII babi, factor
VIIa rekombinan dan konsentrat kompleks protrombin aktif (juga dikenal sebagai FEIBA –factor
eight inhibitor bypassing activity (aktivitas pintas inhibitor factor VIII ) dapat berguna dalam
pengobatan episode perdarahan.
HEMOPHILIA B
Pewarisan dan gambaran klinis defisiensi factor IX (penyakit Christmas) identik dengan yang
terdapat pada hemophilia A. Bahkan kedua kelainan tersebut hanya dapat dibedakan dengan
pemeriksaan factor pembekuan spesifik. Insidensi –nya seperlima dari insidensi hemophilia A.
factor IX dikode oleh gen yang terletak dekat dengan gen untuk factor VIII dekat ujung lengan
panjang kromosom X. Deteksi pembawa sifat dan diagnosis antenatal dilakukan sama seperti
untuk hemophilia A. Prinsip terapi penggantian sama dengan hemophilia A. Episode perdarahan
diatasi dengan konsentrat factor IX. Factor IX rekombinan saat ini telah tersedia. Pemberian
dosis yang lebih tinggi diperlukan dibandingkan dengan factor IX yang berasal dari plasma.
Hasil pemeriksaan laboratorium
Uji-uji berikut ini memberinya hasil yang abnormal.
1. aPTT
2. Pemeriksaan Faktor pembekuan IX
Seperti pada hemophilia A, masa perdarahan dan PT member hasil yang abnormal.
Pengobatan
Penggantian faktor IX dilakukan dengan infus plasma beku segar atau konsentrat faktor IX.
Karena waktu paro faktor IX lebih lama dari pada faktor VIII (kira-kira 24 jam), faktor IX dapat
diberikan kurang sering. Satu unit faktor IX /kg menaikkan faktor IX plasma dari 1-1,2% normal
(1 unit/kg faktor VIII dapat menaikkan faktor VIII plasma resipien dengan 2%. Jadi untuk
mencapai aktivitas 100% ( 100 unit/dl) pada penderita dengan hemofilia B berat diperlukan infus
100 unit faktor IX /kg.
KOAGULASI INTRAVASKULAR DISEMINATAKoagulasi Intravaskular Diseminata (KID) ditandai dengan proses aktivasi dari sistem koagulasi
yang menyeluruh yang menyebabkan pembentukan fibrin di dalam pembuluh darah sehingga
terjadi oklusi trombotik di dalam pembuluh darah berukuran sedang dan kecil. Proses tersebut
menjadikan aliran darah terganggu sehingga terjadi kerusakan pada banyak organ tubuh. Pada
saat yang bersamaan, terjadi pemakaian trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan
sehingga terjadi perdarahan. Sebelum dikenal istilah KID, dahulu dikenal istilah-istilah lain yang
diberikan sesuai dengan patofisiologinya:
1. Coagulation consumption
2. Hyperfibrinosis
3. Defibrinasi
4. Thrombohaemoraghic Syndrome
KID merupakan keadaan yang termasuk dalam kategori kedaruratan medik, sehingga
memerlukan tindakan medis dan penanganan segera. Tindakan dan penanganan yang diberikan
tergantung dari patofisiologi penyakit
yang mendasarinya, apakah terjadi secara akut atau memang sudah ada penyakit yang sudah
lama diderita. Namun yang utama dalam memberikan penanganan tersebut adalah mengetahui
proses patologi KID itu sendiri, sepeti telah disebutkan sebelumnya, yakni terjadinya proses
trombosis mikrovaskular dan kemungkinan terjadi perdarahan (diatesa hemoragik) secara
bersamaan.
Gambar 1. Mekanisme KID
Trombosis pada pembuluh darah dan kegagalan multi organAktivasi Sistem KoagulasiKonsumsi trombosit dan faktor koagulasiPembentukan Fibrin intravaskularPerdarahan
Tanda-tanda yang dapat dilihat pada penderita KID yang disertai dengan perdarahan misalnya:
petekie, ekimosis, hematuria, melena, epistaksis, hemoptisis, perdarahan gusi, penurunan
kesadaran hingga terjadi koma yang disebabkan oleh perdarahan otak.
Sementara tanda-tanda yang dapat dilihat pada trombosis mikrovaskular adalah gangguan aliran
darah yang mengakibatkan terjadi iskemia pada organ dan berakibat pada kegagalan fungsi
organ tersebut, seperti: gagal ginjal akut, gagal nafas akut, iskemia fokal, gangren pada
kulit.Berikut ini adalah kondisi klinik yang dapat menyebabkan terjadinya KID:
⇒ Sepsis
⇒ Trauma
o Cidera jaringan berat
o Cidera kepala
o Emboli lemak
⇒ Kanker
o Myeloproliferative disorder
o Tumor padat
⇒ Komplikasi Obstetrik
o Emboli cairan amnion
o Abruptio Placentae
⇒ Kelainan pembuluh darah
o Giant hemangioma
o Aneurysma Aorta
⇒ Reaksi terhadap toksin
⇒ Kelainan Imunologik
o Reaksi alergi yang berat
o Reaksi hemolitik pada transfusi
o Rejeksi pada transplant
PATOGENESIS
Pada pasien dengan KID, terjadi pembentukan fibrin oleh trombin yang diaktivasi oleh faktor
jaringan. Faktor jaringan, berupa sel mononuklir dan sel endotel yang teraktivasi, mengaktivasi
faktor VII. Kompleks antara faktor jaringan dan faktor VII yang teraktivasi tersebut akan
mengaktivasi faktor X baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara mengaktivasi
faktor IX dan VIII. Faktor X yang teraktivasi bersama dengan faktor V akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Di saat yang bersamaan terjadi konsumsi faktor antikoagulan
seperti antitrombin III, protein C dan jalur penghambat-faktor jaringan, mengakibatkan kurangnya
faktor-faktor tersebut. Pembentukan fibrin yang terjadi tidak diimbangi dengan penghancuran
fibrin yang adekuat, karena sistem fibrinolisis endogen (plasmin) tertekan oleh penghambat-
aktivasi plasminogen tipe 1 yang kadarnya tinggi di dalam plasma menghambat pembentukan
plasmin dari plasminogen. Kombinasi antara meningkatnya pembentukan fibrin dan tidak
adekuatnya penghancuran fibrin menyebabkan terjadinya trombosis intravaskular yang
menyeluruh.
DIAGNOSIS
Diagnosis KID tidak dapat ditegakan hanya berdasarkan satu tes laboratorium, karena itu
biasanya digunakan beberapa hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berdasarkan
kondisi klinik pasien.Dalam praktik klinik diagnosis KID dapat ditentukan atas dasar temuan
sebagai berikut:
1.adanya penyakit yang mendasari terjadinya KID.
2.Pemeriksaan trombosit kurang dari 100.000/mm³.
3.Pemanjangan waktu pembekuan (PT, aPTT).
4.Adanya hasil degradasi fibrin di dalam plasma (ditandai dengan peningkatan D-dimer).
5.Rendahnya kadar penghambat koagulasi (Antitrombin III)Rendahnya trombosit pada KID
menandakan adanya aktivasi trombin yang terinduksi dan penggunaan trombosit.
Memanjangnya waktu pembekuan menandakan menurunnya jumlah faktor pembekuan yang
tersedia seperti vitamin K.Pemeriksaan kadar penghambat pembekuan (AT III atau protein C)
berguna untuk memberikan informasi prognostik. Pemeriksaan hasil degradasi fibrin seperti D-
dimer, akan membantu untuk membedakan KID dengan kondisi lain yang memiliki gejala serupa,
pemanjangan waktu pembekuan dan turunnya trombosit, seperti pada penyakit hati kronik.
Rekomendasi KonNas Tatalaksana DIC pada Sepsis tahun 2001
Kriteria minimal untuk diagnosis DIC adalah didapatkan keadaan atau gambaran klinik yang
dapat menyebabkan DIC dengan manifestasi perdarahan, tromboemboli atau keduanya, disertai
dengan pemeriksaan laboratorium trombositopenia dan gambaran eritrosit sel Burr atau D-dimer
positif.Bilamana fasilitas laboratorium memungkinkan dapat digunakan kriteria menurut Bick atau
berdasarkan skor DIC dari ISTH 2001.
Kriteria Laboratorium DIC menurut KonNas Tata laksana DIC pada sepsis 2001
1.Hitung trombosit: trombositopeni pada 98% DIC
2.PT: memanjang pada 50-70% DIC
3.aPTT: memanjang pada 50-60% DIC
4.Masa Trombin : memanjang
5.Fibrinogen
6.sFM (soluble fibrin monomer)
7.D-dimer: meningkat
8.FDP: meningkat
9.Antitrombin: menurun
Kriteria Laboratorium DIC menurut Bick
1.Aktivasi prokoagualan: PF1+2, TAT, D-dimer, fibrinopeptide
2.Aktivasi fibrinolitik: D-dimer, FDP, plasmin, PAP
3.Konsumsi inhibitor: AT III, TAT, PAP, Protein C & S
4.Kerusakan/kegagalan organ: LDH, kreatinin, pH, pO2
Sistem Skor DIC (ISTH 2001)
1.Penilaian risiko: apakah terdapat penyebab DICjika tidak ada, penilaian tidak dilanjutkan
2.Uji Koagulasi (trombosit, PT, D-dimer, fibrinogen)
3.Skor:
a. Trombosit: > 100000 = 0
50000-100000 = 1
<50000 = 2
b. D-dimer: < 500 = 0
500-1000 = 1
>10000=2
c. PT memanjang: <3 detik = 0
4-6 detik = 1
>6 detik = 2
d. Fibrinogen: <100mg/dl = 1
>100 mg/dl = 0
4.Jumlah skor:≥ 5 : sesuai DIC: skor diulang setiap hari
< 5 : sugestif DIC: skor diulang dalam 1-2 hari
PENATALAKSAAAN
Penatalakasanaan KID yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya KID.
Jika hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap KID tidak akan berhasil. Kemudian
pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat diberikan.
1.Antikogulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses pembekuan, baik
yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian heparin juga banyak
diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam penelitian klinik pada pasien KID,
heparin tidak menunjukkan komplikas perdarahan yang signifikan.
Dosis heparin yang diberikan adalah 300 – 500 u/jam dalam infus kontinu.Indikasi: 1.Penyakit
dasar tak dapat diatasi dalam waktu singkat2.Terjadi perdarahan meski penyakit dasar sudah
diatasi3.Terdapat tanda-tanda trombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindroma
gagal nafasDosis:100iu/kgBB bolus dilanjutkan 15-25 iu/kgBB/jam (750-1250 iu/jam) kontinu,
dosis selanjutnya disesuaikan untuk mencapai aPTT 1,5-2 kali kontrol Low molecular weight
heparin dapat menggantikan unfractionated heparin
2.Plasma dan trombosit
Pemberian baik plasma maupun trombosit harus bersifat selektif. Trombosit diberikan hanya
kepada pasien KID dengan perdarahan atau pada prosedur invasive dengan kecenderungan
perdarahan. Pemberian plasma juga patut dipertimbangkan, karena di dalam palasma hanya
berisi faktor-faktor pembekuan tertentu saja, sementara pada pasien KID terjadi gangguan
seluruh faktor pembekuan.
3.Penghambat pembekuan (AT III)
Pemberian AT III dapat bermanfaat bagi pasien KID, meski biaya pengobatan ini cukup
mahal.Direkomendasikan sebagai terapi substitusi bila AT III<70%Dosis:
a. Dosis awal 3000 iu (50 iu/kgBB) diikuti 1500 iu setiap 8 jam dengan infus kontinu selama 3 – 5
hari.
b. rumus: 1.1 iu x BB (kg) x ∆ AT III, dengan target AT III > 120%2.∆ AT III x 0,6 x BB (kg),
dengan target AT III > 125%
4.Obat-obat antifibrinolitik
Antifibrinolitik sangat efektif pada pasien dengan perdarahan, tetapi pada pasien KID pemberian
antifibrinolitik tidak dianjurkan. Karena obat ini akan menghambat proses fibrinolisis sehingga
fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah, akibatnya KID yang terjadi akan semakin berat.
ITP ( Idiopathic Trombocytopenic Purpura )
DEFENISI
Suatu kelaianan didapat yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia
oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini didalam sistem retikuloendotel akibat
adanya auto antibodi terhadap trombosit yang berasal dari Ig G.
KLASIFIKASI
ITP akut : Pada anak –anak, paling sering usia 2-4 tahun
ITP kronis : Pada orang dewasa.
ETIOLOGI
Penyakit yang pasti belum diketahui, tetapi dikemukakan berbagai kemungkinan diantaranya
ialah hipersplenisme, infeksi virus ( demam berdarah, morbili, varisela, dan sebagainya),
intoksikasi makanan atau obat.
GEJALA KLINIK
1. ITP akut :
Di jumpai pada anak jarang pada umur dewasa
Awitan penyakit biasanya mendadak
Riwayat infeksi sering mengawali terjadinya perdarahan berulang
Manifestasi perdarahan ITP akut pada anak biasanya ringan
ITP akut pada anak biasanya self limiting
2. ITP kronis :
Awitan seringkali terjadi perlahan dengan perdarahan berupa petekie,mudah memar, menoragia
(pada wanita), perdarahan mukosa (misalnya epitaksis atau perdarahan gusi)
Riwayat perdarahan sering dari yang ringan sampai sedang.
ITP kronis cenderung mengalami relaps dan menyembuh secara spontan sehingga perjalanan
klinisnya sulit diprediksi.
PENGOBATAN
1. ITP AKUT
Tanpa pengobatan, karena dapat sembuh secara spontan
Pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteroid ( prednison) peroral dengan atau tanpa
transfusi.
Pada trombositopenia yang disebabkan DIC, dapat diberikan heparin intravena. Pada pemberian
heparin ini sebaiknya selalu disiapkan antidotumnya yaitu protamin sulfat
Bila keadaan sangat gawat ( perdarahan otak ) hendaknya diberikan transfusi trombosit.
2. ITP KRONIS
Kortikosteroid, diberikan selama 6 bulan
Splenektomi dianjurkan bila tidak diperoleh hasil dengan penambahan obat imunosupresif selama
2-3 bulan.
Terapi Ig intravena dosis tinggi
Obat-obatan imunosupresif : vinkristin, siklofosfamid, azitiopurin)
Danazol dan Ig anti O untuk tindakan emergenci transfusi trombosit.
Indikasi Transfusi Trombosit
a. Trombositopenia / fungsi trombosit abnormal. Pada saat terjadi perdarahan atau sebelum
dilakukan tindakan infasif dan tidak tersedia terapi alternatif ( misal steroid, atau Ig dosis tinggi).
Hitung trombosit harus > 50000/mm3 sebelum biopsi hati.
b. Secara profilaksis pada pasien dengan hitung trombosit < 5000 – 10000/mm3. Jika terdapat
infeksi tempat perdarahan yang potensial atau koagulopati. Jumlah tersebut harus
dipertahankan > 20000/mm3.
PENYAKIT VON WILLEBRANDPenyakit ini adalah kelainan perdarahan herediter disebabkan oleh defisiensi factor von
Willebrand (FVW).
FVW membantu trombosit melekat pada dinding pembuluh darah dan antara sesamanya, yang
diperlukan untuk pembekuan darah.
Faktor von Willebrand
FVW adalah suatu glokoprotein multimer heterogen dalam plasma dengan dua fungsi utama:
1. Memudahkan adhesi trombosit pada kondisi stress berat dengan menghubungkan reseptor
membrane trombosit ke subendotel pembuluh darah.
2. Bekerja sebagai pembawa plasma bagi factor VIII, suatu protein koagulasi darah yang penting.
Penyakit Von Willebrand (PVW)
Kelainan perdarahan kronis ditandai baik agregasi trombosit maupun pembentukan bekuan tidak
terjadi secara memadai. Kelainan adhesi trombosit mungkin akibat kelainan reseptor trombosit
intriksik atau karena kelainan atau defisiensi molekul pelekat seperti FVW. Penyakit ini disebut
juga sebagai pseudohemofilia atau hemophilia vascular.
Klasifikasi dan Patologi
PVW disebabkan oleh kelainan kuantitatifdan/atau kualitatif FVW, suatu protein factor
pembekuan yang diperlukan untuk interaksi antara trombosit-dinding pembuluh darah dan untuk
pembawa factor VIII. Pada banyak kasus juga terdapat defisiensi factor VIII. Kelainan yang nyata
pada FVW bertanggung jawab terhadap 3 tipe utama PVW.
Kelainan Kuantitatif FVW
Tipe 1 dan 3 ditandai dengan kelainan kuantitatif FVW. Identifikasi kelainan gen adalah sulit
pada tipe 1 dan 3 PVW. Tipe 1 merupakan kelainan ringan, dan menjadi kasus terbanyak. Tipe 3
merupakan bentuk terberat tetapi jarang terjadi.
Kelainan Kualitatif FVW
Tipe 2 yang terdiri dari subtype 2A, 2B, 2M, dan 2N, meliputi pasien dengan kelainan kualitatif
FVW. Tipe 2 meliputi kalainan yang ringan sampai sedang, ditandai dengan gejala –gejala yang
sifatnya khas. Tipe 2A ditandai dengan penurunan fungsi FVW yang terkait trombosit dan
termasuk subtype II A dan II C. Tipe 2B ditetapkan dengan meningkatnya afinitas FVW terhadap
GP 1 b trombosit. Tipe 2N, ditandai oleh kelainan ikatan FVW pada factor VIII.
Gambaran Klinik
Gejala paling sering terjadi meliputi: perdarahan gusi, hematuria, epistaksis, perdarahan saluran
kemih, darah dalam feses, mudah memar, menoragi.
Pada PVW simtomatik, seperti pada gangguan fungsi trombosit lainnya, biasanya tampil dengan
perdarahan mukokutan, terutama epistaksis, muah memar, menoragi, dan perdarahan gusi dan
gastrointestinal. Pasien dengan kadar VIII yang sangat rendah bahkan dapat menunjukkan
hemartrosis dan perdarahan jaringan dalam tubuh. Seringkali gambaran kelaianan ini tidak nyata
sampai terdapat pemberat seperti trauma atau perdarahan. Seringkali terdapat riwayat yang
jelas dalam keluarga dengan perdarahan abnormal dan berat, namun daya tembus dan ekspresi
gen yang mengalami mutasi sangat bervariasi/. Pasien dengan gen resesif tunggal khas
asimptomatik tetapi menunjukkan kadar aktivitas antigen FVW abnormal. Keturunan dengan
heterozigot ganda, ang diturunkan dari orangtua yang keduanya membawa gen cacat,
menghasilkan penyakit berat tipe 3.
Diagnosis
Diagnosis PVW memerlukan:
1. Kecurigaan terhadap gambaran klinis tingkat tinggi dan
2. Kecakapan pemamfaatan laboratorium.
Bila pasien dalam keadaan kritis, sulit menetapkan diagnosis yang tepat. Bila PVW dianggap
merupakan factor penunjang pada perdarahan pasien, lebih dahulu harus diobati secara empiris
dan penelusuran laboratories yang rumit ditunda sampai pasien secara klinis stabil dan tidak
mendapat prosuk darah dan obat selama beberapa minggu.
PVW selain congenital juga ada yang didapat. PVW yang didapat berbeda dari PVW congenital,
jarang terjadi, tampil lambat, dan tanpa riwayat perdarahan dalam keluarga. PVW yang didapat
berkaitan dengan sejumlah penyakit kronis termasuk kelainan berikut:
1. Autoimun
2. Gamopati monoclonal
3. Limfoproliferatif
4. Keganasan epidemic
5. Hipotiroidisme
6. Tumor Wilm
7. Mieloproliferatif
8. Sebab pemakaian obat, termasuk siproloksasin
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemanjangan BT
2. Penurunan kadar FVW plasma
3. Penurunan secara parallel kadar aktivitas biologi diperiksa dengan penentukan kofaktor
ristosetin
4. Penurunan aktivitas factor VIII
Evaluasi Penapisan
Untuk PVW harus mencakup pemeriksaan BT, hitung trombosit, PT, dan APTT.
1. PVW ringan tipe 1 biasanya hasil pemeriksaan normal. Bila penyakit lebih berat BT memanjang
antara 15-30 menit sedangkan hitung trombosit normal.
2. Pasien dengan defisiensi berat FVW atau kelainan factor VIII mengikat FVW berakibat
pemanjangan APTT, sekunder akibat menurunnya kadar kofaktor VIII dalam plasma.
3. Untuk menetapkan diagnosis diperlukan pemeriksaan khusus kadar FVW dan fungsinya.
D. KESIMPULAN SEMENTARA
1. Adanya gangguan hemostasis
a. DIC
b. Hemofilia
c. Thalassemia
d. ITP
2. Defisiensi vitamin K
ANAMNESIS
Nama : Amat
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : -
Umur : 15 tahun
Keluhan utama : perdarahan yang sulit berhenti pada bekas suntikan.
Keluhan tambahan : demam tinggi, menggigil, nausea, vomitus, petechiae dan ekimosis
Riwayat penyakit terdahulu : -
Riwayat sosial : memiliki segudang aktivitas
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : petechiae, ekimosis
Palpasi : demam tinggi
Perkusi : -
Auskultasi : -
Pemeriksaan Laboratorium
Thrombosit : 100.000/ mm3
Leukosit : 14.000/ mm3
PT : 18 Detik
aPTT : 45 detik
DIAGNOSA AWAL
DIC
DIAGNOSA BANDING
DIC, defisiensi vitamin K, ITP, Hemofilia
DIAGNOSA AKHIR
DIC
E. KESIMPULAN AKHIR
OS mengalami gangguan hemostasis sehingga menyebabkan perdarahan pada
bekas suntikan yang sulit berhenti.
BAB IIIPENUTUP
Diagnosis anemia DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) ditegakkan berdasarkan
hasil temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung
sehubungan dengan gejala klinis yang sering tidak khas.
Prinsip penatalaksanaan DIC adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta
memberikan terapi sesuai dengan faktor penyebabnya. Mencari faktor penyebab DIC pada
pasien merupakan suatu hal yang sulit dilakukan. Jika penatalaksanaannya tidak dilakukan
sesuai dengan faktor penyebabnya maka pengobatannya tidak akan berhasil. Selain itu perlu
juga diberikan pengobatan secara suportif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta
2. Farmakologi UI, 1995, Farmakologi dan Cairan, edisi 4, Jakarta
3. Fakultas Kedokteran UI, 2005, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta
4. Sylvia A.Price,Lorraine M.Wilson,2005,Patofisiologi,EGC,Jakarta
5. A.V Hoffbrand,J.E.Pettit.P.A.H.Moss,2005,Kapita selekta Hematologi,EGC Jakarta
6. Fakultas Kedokteran UI,1985, Ilmu Kesehatan Anak,edisi 4,Jakarta
http://ayipsyarifudinnur.blogspot.com/2012/11/anatomi-dan-fisiologi-sistem-hematologi.html
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan lingkungan luar (Silvia A. Price dan Lorraine M. Wilson : 2005 )
Darah membentuk sekitar 80% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter. Darah terdiri dari 3 jenis unsur sel khusus , eritrosit , leukosit dan trombosit yang terendam dalam cairan kompeks plasma. Pergerakan konstan darah sewaktu mengalir melalui pembuluh darah menyebabkan unsure-unsur sel terbesar relative merata di dalam plasma . Hematokrit pada wanita rata-rata adalah 42% dan untuk pria sedikit lebih tinggi yaitu 48%.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah :
bagaimanakah komponen – komponen darah secara normal yang di butuhkan oleh tubuh.?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari perbuatan makalah ini adalah agar kelompok dapat memahami tentang kebutuhan darah dalam tubuh secara teoritis.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat memahami pengertian dari darah
1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi darah
1.3.2.3 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami komponen – komponen darah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.I Pengertian
Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi missal jarak jauh berbagai bahan antara sel-sel itu sendiri (Lauralee Sherwood : 2001)
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan lingkungan luar (Silvia A. Price dan Lorraine M. Wilson : 2005 )
Plasma adalah suatu caiaran kompleks yang berfungsi sebagai medium transportasi untuk zat-zat yang diangkut dalam darah. (Lauralee Sherwood : 2001)
Leukosit adalah unit pertahanan tubuh. (Lauralee Sherwood : 2001)
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan aspeknya pada keadaan sehat atau sakit dalam keadaan normal volume darah manusia ± 7-8 % dari berat badan. (Lauralee Sherwood : 2001)
Trombosit adalah jenis unsure sel ke-tiga yang terdapat didalam darah. (Lauralee Sherwood : 2001)
2.2 Fungsi Darah
1. Sebagai alat pengangkut yaitu :
Mengambil O2 di paru_paru untuk diedarkan keseluruh jaringn
Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru
Mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan keseluruh jaringan atau alat tubuh
Mengangkat dan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui kulit dan ginjal
2. Sebagai pertahana tubuh
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh
2.3 Komponen Darah
1.Plasma
90% terdiri dari air yang bertugas sebagai:
a. Sebagai medium untuk mengangkut baerbagai bahan dalam tubuh.
b. Menyerap dan mendistribusikan banyak panas yang dihasilkan oleh metabolisme di dalanm jaringan.
c. Tempat larutnya sejumlah besar zat organic dan an organik
Konstituen Plasma:
a) Konstituen Organik yang paling banyak adalah protein .Plasma yang membentuk 6% sampai 8% dari berat total plasma.Protein plasma itu sendiri adalah sekelompok konstituen plasma yang tidak sekedar diangkut dalam keadaan normal. Protein plasma untuk melakuakan fungsinya protein plasma berda dalam bentuk disperse koloid.
Fungsi protein plasma :
1. Menghambat pengeluaran berlebihan plasma dari kapiler ke dalam cairan intertisium dan dengan demikian membantu mempertahankan volume plasma.
2. Menyangga perubahan pH darah.
3. Menentukan viskositas darah.
4. Menghasilkan energi bagi sel.
Kelompok Protein Plasma:
1. Albumin
Albumin darah di hasilkan oleh hati, albumin plasma merupakan molekul protein besar yang berada dalam pembuluh darah. Cairan albumin biasanya digunakan untuk mengatasi hipovolemik.
Albimin plasma berfumgsi untuk memelihara volume caiaran dalam system vaskuler yang mengikat berbagai zat dalam plasma bila kadar albumin darah rendah, maka cairan akan keluar dari pembuluh darah dan akan pergi ke rongga perut, dan cairan akan berkumpul di rongga perut (asites),Kadar normalnya 4-5.2g/dh.
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak mengikat banyak zat seperti garam empedu, yang berguna untuk transportasi melalui plasma yang sangat berperan dalam menentukan tekanan osmotik kolendakra jumlahnya.
2.Globulin α,β,γ
Globulin α,β spesifik mengikat dan mengankut sejumlah zat dalam plasma
Sebagai factor pembekuan darah
Globulin γ (gama) berperan sebagi anti bodi.
3. Fibrinogen ( factor pembeku darah )
Prokoagullan (factor pembeku darah)
Proses pembekuan darah dapat terjadi karna terjadi interaksi enzimatik antara prokoagillan,fosfolipid,dan ion cl prokoagulan berada dalam sirkualasi darah dengan baentuk isi aktif dan aktifasi nya.biasanya di awali oleh luka pada pembuluh darah ada 15 prokoagulin dimana yang 13 diantara nya telah diberi symbol angka romawi
I sd XIII→ Artinya prokoagulan dalam bentuk isi aktif
Ia sd XIIa→ Artinya dalam bentuk aktif
Faktor pembeku darah (koagulan) secara rinci
1. Faktor I disebut dgn fibrinogen
Disintesis di hati pd mekanisme pembekuan darah factor ini terlibat pd jalur intrinsic dan jalur ekstrinsik
2. Faktor II disebut dengan
Disintesis dihati,prokogualin termasuk vit k dependen terlibat pada jalur intrinsic dan ekstrinsik
3. Faktor III disebut dengan trombopiastine jaringan
Disintesis di jarngan (otak,paru-paru,plasenta)tersebut jalur ekstrinsik.
4. Faktor IV disebut dengan ion kalsium (Ca)
Berasal dari makanan,terlibat pada jalur intrinsic dan ekstrinsik
5. Faktor V disebut dangan proasellerin (factor labil)
Disintesis dihati jalur yang terlibat intrinsic dan ekstrinsik
6. Faktor VI tidak pernah diguna kan bentuk aktif dari intrinsic (accselerasi)
7. Faktor VII yang disebut dengan SPCA (serum protombine conversion acceleratif)
Disebut factor stabil,disintesis dihati termasuk prokogualin vit k dependen,terlibat pada ekstrinsik
8. Faktor VIII
→ Aktif (snit hemofilli factor)
Suatu protein BM rendah dengan fungsi sbb: sebagai penunjangan fator VIII disintesis di RE termasuk vit k dependen terlibat pd intrinsic
→ Protein lain dengan BM tinggi (VWF/Von wille brand)
Merupakan protein cames bagi protein tinggi diatas.berperan pd proses adhesi dan anggtromensit disintesis pd sel endoteldan megakarosit kedua protein ini membentuk kompleks melalui ikatan kovalen berperan pada intrinsic
9. Faktor IX disebut dengan chismas
Disintesis dihati terlibat pada intrinsic dan vit k dependen
10. Faktor X disebut stuart-power
Disintesis dihati vit k dependen terlibat pada unsure intrinsic dan ekstrinsik
11. Faktor XI disebut PTA(plasma thromboplastiarik acenden)
Disintesis di hati terlibat unsure intrinsic
12. Faktor XII disebut Hageman
Disintesis dihati dan terlibat unsure ektrinsik dan intrinsic
13. Faktor XIII : Fibrin stabilizing factor (FSF)
Disintesis di hati dan megakarosit
14. Faktor XIV (belum dapat anga romawi)
Disebut dengan prekalikreisi ataw factor fletcher pada intrinsic
15. Faktor XV (High molecular weigh kininogen=HMWIK)
Kininogen berat mol tinggi
Disebut factor fitgerait=factor Williams=Washington factor disintesis di hati terlibat dalam intrinsic,20% terdapat dalam plasma.
Mekanisme pembekan darah (Koagulasi)
→berlangsung secara bertahap sedemikian rupa sehingga salah satu factor koagilasi di ubah menjadi bentuk aktif. Ia akan mengubah bentuk factor akogulasi berikutnya menjadi bentuk aktif demikian selanjutnya di akhiri dengan pembentukan fibrin (bekuan) mekanisme ini menyerupai = cascade air terjun)→konsep terbaru
1. Teori klasik (Morawitz 1904)
Protombin Protoplastin Trombin
Ca ↓
Fibrinogen→Fibrin
2. Teori cascade (MC Farland 1964)
Konsep yang dipakai sekarang melibatkan hamper seluruh prokoagulan.
Ada 3 jalur yang dilalui untuk menjadi fibrin (bekuan) yaitu
a. Jalur intrinsic (i)
Jalur ini dimulai setelah kontak dengan permukaan tertentu menyebabkan XII→XIII insivu ini terjadi karena kontak dan kolagen dan substansidinding menurun pendarahan yang rusak karena trauma / luka XIIa akan mengubah 3 jenis enzim yaiti
-Prekalikrein
-XI
-Proaktifatur plasminogen (Sistem fibriolitik)
Aktivasi XII merupakan awal dari proses pembekuan darah sekaligus awal dari aktifasi system fibrinolitik dan komplemen. Prekalikren diubah menjadi kalikrein yang kemudian memecah HMWK menjadi frakmen polipeptida vaso aktif yang bersifat fasolidatasi fembekuan darah→menurun tekanan dara,meningkat kan permeabilitas kapiler dan merangsang factor kemotaktik.sebaliknya khaliksein menunjukkan umpan balik(+) terhadap XII→mengaktifkan XII→XIIa. XIIa mengubah XI→XIa dan reaksi ini memerlukan HMWK selanjutnya XIa mengaktifkan IX→IXa dengan bantuan Ca pada tahap beraksi nya XIa bersama XIII dan Ca dan PF³(platetat faktor3)factor tromo→mengaktifkan X—Xa
b. Jalur ekstrinsik (E)
Suatu lipoprotein yang dilepas dari jaringan yang rusak disebut dengan factor jaringan trombopla jaringan. Factor ini mengaktifkan VII→VIIa dengan bantuan Ca VII ini merupakan serisi protease kuat yang mampu mengaktifkanX-Xa adanya kalikrein dapat meningkat fungsi VIIa adanya dugaan bahwa VIIa dapat mengaktifkan X→Xa secara tidak langsung (indirek) yang lebih dulu mengaktifkan X selanjutnya proses koagulasi berlanjut melalui jalur bersama
c. Jalur bersama
Setelah X-Xa (I&E).Xa berinteraksi dengan PF3,Ca dan eofaktor V→mengaktifkan II→IIa (protombin-trombin) IIa (trombin) mengubah I (fibrinogen) jadi Ia (fibrin=bekuan) trombin IIa juga merupakan serisi protease kuat. Jumlah trombin yang di hasilkan oleh 1ml plasma bila di lepaskan sekaligus mampu membekukan seluruh darah dalm sirkulasi.disamping mengubah fibrinogen→fibrin tronbin juga meningkatkan reaksi pelepasan trombosit dan aktifasi V,VII dan XIII pada akhir nya proses akoagulasi trombin mengubah fibrinogen.→fibrin yang mulanya monomer secara spontan mjd fibrin pollmer yang sifatnya irevesibel
b) Konstituen anorganik
membentuk 1% dari berat plasma yang paling banyak Na+ dan Cl- , yang sedikit HCO3-,K+, Ca++.
Fungsi dari caiarn ekstraseluler ini yaitu :
Eksitabilitas membrane
Distribusi osmotic cairan anatara CES dan sel
Menyangga perubahan pH.
2. SEL (7-9 %)
a. Sel Darah Merah ( RBC )
o Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang tidak berinti yang berumur ± 120 hari dengan proses pematangan sel darah merah 1 minggu dan tidak mempunyai organel. dan ribosom.Normal SDM :5.000.000.000 sel/ml darah. Bentuk eritrosit adalah:
Lempeng berkonkraf ,Fungsinya adalah menghasilkan luas permukaan yang lebih besar bagi difusi O2 menembus membrane dari pada yang dihasilkan oleh sel bulat denagn volume yang sama.
Tebalnya 1 cm bagian tengah dan tepi luar 2 cm funsinya memeungkin O2 berdifusi lebih cepat antara bagian paling dalam sel dengan ekteriumnya.
Garis depan nya 8cm. Fungsinya agar mampu mengalami deformasi saat mereka menyelinap satu persatu melalui kapiler.
o Hematokritnya 42% untuk untuk wanita dan 45% untuk pria.
o Mempunyai Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu pigmeb(yaitu secara alamiah berwarna. Karena kandunagan besinya , hemoglobin tampak kemerahan apabila berikatan dengan O2 dan kebiruan apbila mengalami deoksigenasi.Dengan demikian ,darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah dan darah vena yang telah kehilangan sebagian O2 nya di jaringan memperlihatkan rona kebiruan.
Selain mengangkut O2,hemoglobin juga dapat berikatan dengan zat-zat berikut:
Karbondioksida,Dengan demikian , hemoglobin ikut berperan mengangkut zat ini dari jaringan kembali ke paru.
Bagian ion hydrogen asam (H+) dar5i asam karbonat yang terionisasi ,yang dibentuk dari CO2 pada tingkat jarinagn. Hemoglobin ,dengan demikian ,menyangga asam ini, sehingga pH tidak terlalu terpengaruh.
Karbon monoksida(CO).Gas ini dalm keadaan normal tidak terdapat dalam darah tetapi ,jika terhirup ,menempati tempat pengikatan O2 di hemoglobim ,sehingga terjadi keracunan karbon monoksida
Molekul hemoglobin terdiri dari 2 bagian :
1. Bagian Globin,suatu protein yang terbentu dari empat rantai polipeptida yang sangat berlipat-lipat
2. gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yang dikenal sebagai gugus hem(heme) ,yang masing-masing terikat ke satu poipeptida.
o Eritrotrosit matang mempunyai enzim:
1. Enzim glikolitik untuk menghasilkan yang dibutuhkan dalam menjalankan meknisme tranformasi aktif yang terlibat dalam pemeliharaan.
2. Enzim KarbonatHidrase, berperan untuk pengangkutan CO2.Enzim ini mengkatalis sebuah reaksi kunci yang akhirnya menyebabkan perubahab CO2 hasil metabolisme menjadi ion karbonat yaitu bentuk utama tranportasi CO2 di dalam darah.
o Pembentukan sel darah merah
Proses pembentukan sel darah merah disebut dengan eritropoesis melalui sum – sum tulamg belakang --- jaringan lunak yang seluler yang mengisi rongga internal tulang .sum – sum tulang belakng dapat memproduksi sel darah merah dengan kecepatan 2 – 3 juta x / detik .
Pembentukan eritrosi pada usia prenatal yaitu selama masa perkembangan janin , eritosit di produksi di kantong kunir ( yolk suc )---Usia janin 3 – 10 minggu , kemudian akan dilanjutkan di hati pada usia janin 6 minggu sampai janin berusia 3-4 bulan dan masih berlansung beberapa minggu sebelum janin lahir .Setelah itu limfa di mulai pada usia janin 10 minggu mencapai puncaknya usia 4 bulan dan menurun sesudah usia 6 bulan . kemudian akan di ambil alih oleh sum – sum tulang belakang sampai seumur hidup .
Eritropoesis dikontrol oleh eritropoetin dari ginjal ,terjadinya penurunan oksigen ke ginjal akan merangsang pengeluaran hormone eritropoitein yang masuk ke dalam darah dan kemudian akan meransang sum – sum tulang belakang untuk menghasilkan sel darah merah .
o Sel darah merah mengakhiri hidup nya di limfa (terletak di bagian kiri abdomen ,jarinagn kapiler yang sempit dan berbelit-belit).Fungsinya karena bentuk jarinagn kapilernya yang sempit dan berbelit0belit akan membuat sel-sel manjadi rapuh dan terjepit dan hancur,fungsi kainnya yaitu dapat menyimoan trombosit dan limfosit
b . Sel darah putih ( RBW )
o Mempunyai nukeus dan tidak mempunyai hemoglobin dan merupakn unit yang mobiler dlam sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang mengacu pada kemampuan tubuh untuk menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
o Nilai normal leukosit
Heonatus =10.000-25.000
10-7 tahun = 6.000-18.000
8-12 tahun = 4.500-13.500
Dewasa =5.000-10.000
o Fungsi leukosit
1. memakan invasi oleh patogen melalui prosesfagositosis
2. mengidentifikasi dan menghancurkan selsek kanker yang muncul dalam tubuh
3. berperan sebagai petugas pembersih sampah tubuh dari debris yang berasal dari sel yang cidera atau mati.
o Jenis leukosit
Dibagi berdasarkan adanya gambaran nukleus dan granula di sitoplasma
1. Granulosit polimorfonukleus ( sel yang banyak mengandung granula dan nukleuz
neutrofil adalah spesialis fagositik merupakan pertahanan pertama pada invasi bakteri,respon peradanagn dan pembersihan depris,peningkatan neurofil dalam darah (neurifilia) terjadi akibat infeksi bakteri akut
eosinofil peningkatan disirkulasi darah (eosinofilia) dikaitkan denagn keadaan keadaan alergi
Basofil
Jumlahnya sedikt dan belum diketahui sifatnya.
Menbentuk dan menyimpan histamin dan heparin yang merupakan zat kimia kuat yang dapat dikeluarkan apabila sel tersebut diransang.seperti histamin dapat keluar apabila terjadi reaksi alergi, heparin dpat mempercepat pembersihan partikel partikel lemak dan dapat mencegah terjadinya pembekuan darah
2. Agrunolosit mononukleus (tidak memiliki granula dan inukleus )
Monosit
berperan sebagai fagositosisa keluar dari sumsum tulang belakang dalam keadaan imatur,kemudian beredar ke darah selama 1-2 hari.sebelum akhirnya menetap dijaringan seluruh tubuh. Kemudian berkembang menjadi sel yang besar yang dikenal dengan mikrofag
limposit
Limposit mempunyai usia 100-300 hari yang beredar dijaringan limpoit limfe dan darah
sebagai sistem pertahana tubuh
Limposit B menghasilkan antibody kemudian limposit T menghancurkan sel- sel sasaran spesifik seperti sel kanker.
c . trombosit ( platelet )
o Trombosit dalah fragmen sel sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum tulang.trombosit berperan penting dalam hemostasis,penghentian peredaran dari pembuluh yang cidera.
o Nilai normal dari tombosit adalah 150 .000-400.000.mm3
o Fungsi dari tombosit adalah :
Memelihara perdarahan agar tetap utuh setelah mikrotrauma yang terjadi sehari – hari pada endotel
Mengawali epnyumbatan pembuluh darah yang terkena trauma
Menjaga stabilitas fibrin
o Tiga langkah utamuy pada hemostsis adalah :
a. Spasme vaskuler
b. Trombosit
c. Pembentukan bekuan
o Spasme vaskuler mengurangi aliran darah melalui pembuluh yang cedera, sementara agregasi trombosit di tempat cidera pembuluh dengan cepat menambal defek yang terjadi. ---Trombosit mulai berkumpul apabila berkontrak dengan kolagen di dinding pembuluh yang rusak---Pembentukan pembekuan memperkuat sumbat trombosit yang mengubah darah di sekitar tempat yang cedera menjadi suatu gel yang tidak mengalir.---Sebagian besar faktor yang diperlukan untuk pembekuan darah selalu terdapat dalam plasma dalam bentuk frekunsor inaktif.---Sewaktu pembuluh mengalami cidera,kolagen yang terdapat kemudian mengalami reaksi berjenjang yang melibatkan pengaktifan suksesif.---faktor faktor pembekuan tersebut yang akhirnya mengubah fibrinogen menjadi fibrin.---Fibrin suatu molekul berbentuk benang yang tidak larut membentuk jaringan bekuan .—jaringan ini kemudian menangkap sel – sel darah dan menyempurnakan pembentukan pembekuan
http://ismirayanti.blogspot.com/2010/10/gangguan-perdarahan.html
Gangguan Perdarahan
A. Kasus
Skenario : Perdarahan
Seorang anak wanita, umur 5 tahun, dibawa ke rumah sakit karena ada bintik-bintik merah di lengan, tungkai dan badan, dan keluar darah dari anusnya, serta tidak disertai demam. Enam hari sebelumnya anak tersebut baru sembuh dari batuk pilek.
B. Kata Kunci
1. Anak wanita 5 tahun
2. Bintik-bintik merah di lengan, tungkai dan badan
3. Keluar darah dari anusnya
4. Tidak disertai demam
5. Sembuh dari batuk pilek enam hari sebelumnya
C. Kata Sulit
1. PurpuraPurpura adalah : 1) setiap kelompok penyakit yang dicirikan oleh ekimosis atau perdarahan
kecil lain di kulit, membran mukosa, atau permukaan serosa; kemungkinan penyebab terdiri dari kelainan darah, abnormalitas vaskuler, dan trauma. 2) setiap dari beberapa kondisi yang menyerupai gugus purpura tradisional, yang dapat disebabkan karena penurunan perhitungan trombosit, abnormalitas trombosit, defek vaskular, atau reaksi terhadap obat.
2. PetekiePetekie adalah bintik merah keunguan kecil dan bulat sempurna yang tidak menonjol akibat
perdarahan intradermal atau submukosa.
Petekie merupakan lesi perdarahan keunguan, mendtar 1 sampai 4 mm, bulat, tidak memucat, berdarah, dan dapat bergabung menjadi lesi yang lebih besar yang dinamakan purpura. Dapat ditemukan pada membran mukosa dan kulit, khususnya di daerah yang bebas atau daerah tertekan. Petekie umumnya menggambarkan kelainan trombosit.
3. EkimosisEkimosis adalah bercak perdarahan yang kecil, lebih lebar dari petekie, pada kulit atau selaput
lendir, membentuk bercak biru atau ungu yang rat, bulat atau irregular.
Ekimosis adalah tanda memar atau tanda biru kehitaman, merupakan daerah makula besar akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan subkutan dan kulit. Perdarahan yang baru berwarna biru kehitaman dan berubah warna menjadi hijau kecoklatan dan menjadi kuning bila mengalami resolusi. Walaupun ekimosis sering ditemukan pada trauma, tetapi ekimosis yang luas dapat menggambarkan kelainan trombosit atau gangguan pembekuan.
4. HematocheziaHematochezia adalah pengeluaran tinja berdarah.
5. MelenaMelena adalah keluarnya feses gelap dan pekat diwarnai oleh pigmen darah atau darah yang
berubah.
D. Pertanyaan
1. Bagaimana mekanisme hemostasis dan pembekuan normal ?
2. Bagaimana patomekanisme dari setiap gejala yang ada pada skenario ?
3. Apakah hubungan riwayat enam hari sebelumnya anak tersebut baru sembuh dari batuk pilek dengan gejala yang timbul ?
4. Bagaimanakah hasil pemeriksaan laboratorium pada penyakit perdarahan ?
5. Bagaimanakah gambaran radiologi pada penyakit perdarahan ?
6. Jelaskan farmakokinetik obat-obat hemostatis darah ?
7. Apa differensial diagnosisnya ?
E. Jawaban
1. Mekanisme hemostasis dan pembekuan normal.
Hemostatis (= proses penghentian perdarahan) adalah usaha tubuh agar tidak kehilangan darah terlalu banyak bila terjadi luka pada pembuluh darah dan darah tetap cair dan mengalir secara lancar. Proses hemostatis dimulai bila bila trauma, pembedahan atau penyakit yang merusak lapisan
endotel pembuluh darah dan darah terpajan pada jaringan ikat subendotel. Kelangsungan hemostatis dipertahankan melalui proses keseimbangan antara perdarahan dan trombosis, bergantung pada beberapa komponen :
a. Sistem vaskuler
b. Trombosit
c. Faktor koagulasi darah
d. Fibrinolisis, dan akhirnya perbaikan jaringan
Gangguan sistem ini dapat menimbulkan masalah mulai dari bermacam-macam perdarahan yang sulit diatasi setelah terjadinya luka sampai pembekuan darah yang tidak pada tempatnya dalam pembuluh darah.
Mekanisme hemostatis normal terdiri atas 3 fase, yaitu :
a. Interaksi sel endotel dengan trombosit = primary hemostatic plug. Proses vasokonstriksi lokal dan pembentukan platelet plug dinamakan hemostatis primer. Ini terjadi dalam beberapa detik selama terjadinya luka dan amat penting untuk menghentikan kehilangan darah melalui kapiler, arteriol kecil, dan venula.
b. Fase koagulasi, disini trombin dihasilkan dan fibrin terbentuk pada platelet scaffold. Proses koagulasi darah sekitar luka sampai terbentuknya fibrin stabil dinamakan hemostatis sekunder. Proses ini berlangsung beberap menit. Untaian fibrin yang terbentuk memperkuat primary hemostatic plug.
c. Terbentuknya ikatan peptida antara molekul fibrin sehingga menghasilkan jaringan fibrin yang stabil.
Fibrinolisis adalah proses degradasi enzimatik pada bekuan fibrin untuk membatasi aktivasi koagulasi sampai daerah sekitar luka dinding pembuluh darah dan menjaga keutuhan pembuluh darah.
a. Hemostasis Primer
Gangguan terhadap endotel secara langsung mengaktifkan keempat komponen hemostatis. Setelah kejadian ini, akan berlangsung kejadian-kejadian berikut :
1) Pertama, vasokontriksi yang cepat mengurangi aliran darah dan mendorong aktivasi kontak trombosit dan faktor-faktor koagulasi. Vasokontriksi merupakan reaksi refleks otot polos dalam pembuluh darah yang berlangsung singkat yang dihasilkan oleh cabang simpatik sistem saraf otonom akibat luka pada pembuluh darah kecil untuk menghentikan perdarahan. Vasokontriksi ini ditunjang dan dipertahankan dengan dikeluarkannya serotonin dari trombosit dan terbentuknya tromboksan A2. Vasokontriksi juga mengakibatkan perluasan kontak antara dinding pembuluh darah yang terobek, trombosit, dan protein koagulasi. Endotel mengandung jenis jaringan seperti kolagen dan elastin. Matriks jaringan ikat ini mengendalikan permeabilitas bagian dalam dinding pembuluh
darah dan merupakan stimulus utama terhadap trombosis setelah terjadi kerusakan pembuluh darah.
2) Pada fase berikutnya, trombosit segera beradhesi pada jaringan subendotel yang terpajan, terutama serabut kolagen dengan bantuan faktor von Willebrand, mengeluarkan pseudopod sepanjang permukaan. Adhesi ini berlangsung selama 1-2 menit setelah robekan endotel. Adenosindifosfat (ADP), yang dikeluarkan dari granula padat trombosit memulai agregasi trombosit, membentuk primary hemostatic plug yang longgar dan tidak stabil. Fosfolipid membran trombosit membentuk asam arakhidonat, untuk menghasilkan tromboksan A2. Tromboksan A2 mempunyai efek vasokonstriktor, kemudian menyebabkan agregasi trombosit. Trombin yang semula terbentuk akibat dorongan luka merangsang perubahan bentuk trombosit, disertai perubahan plug primer dari tidak stabil menjadiplug yang stabil, tempat fibrin kemudian diletakkan. Selain pembentukan plug hemostatik, trombosit mempunyai peran penting yang lain, yaitu menyediakan aktivitas prokoagulan esensial disebutplatelet fctor 3 (PF-3) yang jadi tersedia selama agregasi trombosit.Plug pada tempat luka juga mendorong terjadinya vasokontriksi pembuluh darah lokal dengan mengeluarkan tromboksan A2 dan amin vasoaktif, termasuk serotonin dan epinefrin.
Agregasi trombosit dapat ditimbulkan oleh beberapa bahan seperti kolagen, enzim proteolitik (misalnya trombin), dan amin biologik (misalnya epinefrin dan serotonin). Agregasi trombosit yang disebabkan oleh ADP, disertai oleh reaksi platelet-release (degranulasi) yang mengelurkan isi granula sitoplasmik tombosit pada permukaan trombosit.
Trombosit berbentuk cakram diameternya 1-2 μm, volumenya rata-rata 5-8 fl, berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit di sumsum tulang; tiap sitoplasma megakariosit menghasilkan kurang lebih 1.000 – 4.000 trombosit. Jumlah trombosit di dalam darah tepi rata-rata 250.000/mm3 (antara 150.000 – 400.000/mm3) dan selalu kurang lebih konstan, karena mekanisme kontrol dari bahan humoral yang disebut trombopoietin. Pertukaran trombosit atau trombopoiesis efektif yang dirangsang oleh trombopoietin, rata-rata 350.000/mm3 ± 4.300/mm3/hari. Bila jumlah trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoietin lebih banyak yang merangsang trombopoiesis. Tempat pembuatan trombopietin ini masih belum diketahui dengan jelas.
Marrow Transit Time, periode maturasi megakariosit, lebih kurang 5 hari. Diyakini bahwa trombosit semula masuk limpa dan tinggal disana selama 2 hari, kemudian berada baik dalam sirkulasi darah atau dalam cadangan limpa yang aktif. Selama itu, rata-rata dua pertiga jumlah seluruh trombosit berada dalam sirkulasi sistemik, sedang sepertiga lainnya tetap berada sebagai cadangan trombosit dalam limpa dan bebas bertukar dengan trombosit sirkulsi umum. Umur trombosit di dalam darah tepi berkisar antara 7 sampai 10 hari. Pada akhir hidupnya, trombosit difagositosis oleh hati dan limpa dan jaringan sistem retikuloendotelial lain.
Dengan pemeriksaan mikroskop elektron, ultrastruktur trombosit diketahui terdiri atas beberapa bagian :
1) Glikokaliks, selaput berbulu halus, mengelilingi membran trombosit. Reseptor glikoprotein pada glikokaliks ini menjadi media reaksi kontak membran pada adhesi trombosit, perubahan bentuk sel, kontraksi internal dan agregasi.
2) Membran sitoplasma, di sini dan ke bagian dalam trombosit terdapat open ended canalicular system = surface connecting system, yang berfungsi sebagai tempat absorbsi selektif faktor-faktor koagulasi plasma; menghasilkan aktivitas prokoagulan (PF-3) dan asam arakhidonat untuk proses koagulasi fagositosis tempat pengeluaran ADP, serotonin, PF-3, dan lain-lain.
3) Mikrofilamen dan mikrotubula, terdapat langsung dibawah membran sel; menghasilkan sitoskeleton untuk mempertahankan bentuk diskoid sel dalam sirkulasi dan mempertahankan posisi organel; mengatur orgnisasi internal sekresi bahan koagulasi darah, misalnya fibrinogen; bekerjasama dengandense tubular system mengatur pengeluaran ion Ca; mengandung trombostenin yang dapat menyebabkan trombosit berkonstriksi.
4) Granula dalam trombosit yan matang: granula alfa yang terbanyak,electrondense granules, lisozom, dan granula glikogen. Granula-alfa yang spesifik mengadung antagonis heparin PF-4, tromboglobulin-beta, retraktozim, platelet-derived growth factor (PDGF), beberapa protein yang terdapat dlam plasma termsuk fibrinogen dan faktor V dan VII dan faktor-faktor koagulasi lain yang diserap dari plasma. Electrondense granules mengandung serotonin, cadangn ADP, ion Ca++, fosfat, katekolamin, prostaglandin, dan PF-4. Granula lisozom mengandung enzim hidrolitik. Sekresi dikeluarkan melalui kontraksi seluler, disalurkan kedalamopen ended canalicular system. Granula glikogen adalah sumber glikogen untuk glikolisis anaerobik.
5) Mitokondria, berperan pada proses fosforilasi oksodatif; merupakan sumber energi metabolisme aerob.
6) Kandungan lain sitoplasma: protein kontraktil, termasuk aktomiosin (trombostenin), miosin dan filamin; glikogen, dan enzim jalur glikolitik dan heksosa.
Faal trombosit bermacam-macam, yaitu:
1) Reaksi adhesi. Segera setelah terjadi luka pada pembuluh darah, sel-sel trombosit beradhesi pada jaringan kolagen sobendotelial pada tempat luka tersebut. Agar faal adhesi dapat berlangsung baik diperlukan 2 hal, yaitu: adanya faktor von Willebrand yang cukup dan adany fosfolipid yang adekuat pada lapisan permukaan trombosit.
2) Reaksi release: Kontak antara sel trombosit dengan jaringan kolagen subendotelial atau trombin dapat merangsang terjadinya reaksi release ini. Pada reaksi ini ADP, serotonin, faktor-4 trombosit dan tromboksan-A2dikeluarkan melalui open ended canalicular system. Tromboksan dan serotonin menyebabkan vasokontriksi lokal sedang ADP menyebabkan reksi agregasi.
3) Reaksi agregasi: Zat ADP dan juga tromboksan-A2 meyebakan trombosit beragregasi pada tempat luka. Dengan demikian terbentuklah platelet pulgdan perdarahan dapat berhenti.
4) Aktivitas prokoagulan: Salah satu aktivitas prokoagulan yang penting adalah produksi faktor-3 trombosit (PF-3), yang suatu fosfolipid yang dihasilkan oleh lapisan permukaan trombosit. PF-3 ini berperan penting dalam proses hemostatis sekunder (koagulasi)
5) Reaksi fusi: ADP kadar tinggi, beberapa enzim dan trombostenin menyebabkan trombosit yang telah beragregasi mengadakan fusi secara ireversibel.
Trombosit bertanggung jawab terhadap berbagai aktivitas akibat kerusakan vaskuler, termasuk :
1) Terus menerus mempertahankan integritas vaskuler dengan menutup defisiensi minor pada endotel
2) Menstabilkan platelet plug melalui efek prokoagulan fosfolipid, PF-3
3) Pada mekanisme koagulasi darah untuk membentuk fibrin
4) Mendorong penyembuhan vaskuler dengan menstimulasi migrasi dan proliferasi sel endotel dan sel otot polos media melalui penglepasan mitogenplatelet-derived growth factor (PDGF)
Kelainan hemostatis primer, pada dasarnya berupa:
1) Vaskulopati, misalnya Sindrom Schönlein-Henoch
2) Trombopati kuantitatif :
i) Trombositopenia
(1) Gangguan produksi:
(a) Hipoproliferasi: anemia aplastik
(b) Trombopoiesis tidak efektif:
Anemia Megaloblastik
ANLL M7
(2) Gangguan distribusi:
(a) Splenomegali: “pooling” trombosit
(b) Limfoma
(3) Pengenceran/pencairan : Transfusi darah masif
(4) Pengrusakan abnormal
(a) Non-imun : DIC
(b) Infeksi: DHF, sepsis
(c) Imun:
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
Obat: Kina, kinidin, sulfa, dilantin dll.
Trombositopeni neonatal
Purpura post-transfusi
(5) Konsumsi abnormal : DIC, DHF
ii) Trombositosis
3) Trombopati Kualitatif (fungsional) = Trombastenia atau prombopati
i) Gangguan adhesi
ii) Gangguan agregasi
Diphenydramin : mencegah agregasi trombosit
iii) Gangguan platelet release reaction
as. Asetil salisilik : mengganggu pelepasan ADP
asetilasi membran trombosit
b. Hemostatis Sekunder (=koagulasi)
Proses koagulasi terjadi segera setelah reaksi adhesi dan agregasi trombosit. Pada luka pembuluh darah yang sangat kecil tidak diperlukan hemostatis sekunder. Sasaran fase koagulasi adalah konversi fibrinogen yang larut menjadi fibrin yang tidak larut. Dalam keadaan normal trombin tidak terdapat dalam sirkulasi dan harus diaktifkan dari zimogennya, protrombin, oleh protrombinase, sebuah aktivitas yang dihasilkan dari kompleks yang terdiri dari serine protease (enzim), kofaktor, dan setengah lemak.
Proses koagulasi ini terdiri dari :
1) Koagulasi invitro
2) Koagulasi invivo
3) Regulasi Koagulasi
4) Pembentukan Fibrin
5) Stabilisasi Fibrin
c. Proses Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah pelarutan fibrin secara enzimatik oleh suatu zat yang dinamakan plasmin. Fibrinolisis terjadi mengikuti pengeluaran aktivator plasminogen jaringan dari dinding pembuluh darah. Pembersihan dengan cara fibrinolisis terhadap bahan hemostatis yang berlebih diperlukan untuk mengembalikan integritas pembuluh darah.
Sumber utama komponen fibrinolitik dan penghambat fibrinolisis dlam darah adalah hati (misalnya plasminogen dan inhibitor utama plasmin : alfa – 2 – antiplasmin) dan dinding pembuluh darah (misalnya aktivator plasminogen tipe-jaringan = tissue-type plasminogen activator = t-PA). Inhibitor utama aktivator plasminogen, PAI-1, dihasilkan dalam jumlah besar oleh endotel pembuluh darah, juga terdapat dalam trombosit dalam peredaran darah.
Deposit fibrin disertai oleh aktivaasi fibrinolisis. Fibrinogen dan fibrin merupakan substrat untuk aksi proteolitik plasmin. Plasmin normal terdapat dalam bentuk zimogennya yang inaktif, plasminogen dan cairan tubuh. Aktivator plasminogen yang dibuat dalam endotel dan sel-sel lain terdapat dalam 2 bentuk utama : aktivator plasminogen jaringan (t-PA) dan urokinase. Aktivator ini, pada gilirannya, diinaktivasi oleh inhibitor aktivator plasminogen (PAIs), diantaranya adalah PAI-1. Fibrin yang dihasilkan, plasminogen dan t-PA membentuk suatu kompleks.
Plasmin yang ditimbulkan melalui aktivasi plasminogen oleh t-PA, akan menghidrolisis fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen degradation product (FDP). Dengan demikian fibrinolisis lokal berlangsung, fibrin yang tidak diperlukan dilarutkan sehingga hambatan aliran darah dapat dicegah. FDP sendiri mempunyai sifat antikoagulan dan dengan demikian juga dapat menghambat proses koagulasi yang berlebihan.
Plasmin yang masuk sirkulasi segera dinetralkan oleh inhibitor netral, terutama alfa-2-antiplasmin. Aktivitas proteolitik plasmin dengan demikian dibatasi pada tempat deposit fibrin. Pada beberapa keaadaan inhibitor dapat terkekang, hingga terjadi hiperplasminemia dengan akibat terjadi fibrinogenolisis.
2. Patomekanisme dari setiap gejala yang ada pada skenario.
Trombositopenia dapat disebabkan oleh gangguan fungsi trombosit, gangguan produksi trombosit, gangguan penghancuran trombosit dan gangguan distribusi trombosit, serta kebutuhan trombosit yang meningkat. Trombositopenia dapat memudahkan terjadinya perdarahan dan darah sulit membeku terutama pada kulit dan membran mukosa. Manifestasi perdarahan pada kulit dapat berupa bintik-bintik merah yang disebut peteki. Manifestasi perdarahan juga dapat terlihat pada mukosa, misalnya pada mukosa saluran cerna sehingga akan muncul gejala berupa keluar darah dari anus yang disebut hematochezia.
3. Hubungan riwayat enam hari sebelumnya anak tersebut baru sembuh dari batuk pilek dengan gejala yang timbul.
Infeksi bakteri/virus pada saluran napas atas menyebabkan batuk pilek. Bakteri/virus tersebut tidak dapat dihancurkan oleh imunitas seluler sehingga imunitas humoral diaktifkan. Akhirnya, dibentuk IgG. IgG tersebut memiliki reseptor pada membran trombosit. Trombosit yang dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja pada jaringannya sendiri). Antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah trombosit sehingga terjadi trombositopenia. Trombositopenia tersebut menimbulkan gejala-gejala perdarahan seperti gejala pada kasus.
4. Hasil pemeriksaan laboratorium pada penyakit perdarahan.
a. Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)
Pada pemeriksaan darah tepi, gambaran yang dapat dijumpai adalah :
Trombositopenia
Anemia normositik, bila lama dapat berjenis mikrositik hipokrok
Leukosit biasanya normal, dapat terjadi leukositosis ringan dengan pergeseran ke kiri bila terdapat perdarahan hebat.
Pada keadaan yang lama dapat ditemukan limfositosis relatif dan leukopenia ringan
Hapusan darah : Bentuk trombosit abnormal, ukuran besar, terpisah-pisah
Retraksi bekuan berkurang atau abnormal
Waktu perdarahan memanjang
Waktu protrombin (PT) normal
Activated partial tromboplastin time (APTT) normal
Gambaran sumsum tulang biasanya normal dan hal ini penting untuk menyingkirkan kemungkinan anemia aplastik dan leukimia.
Megakariosit muda jumlahnya dapat bertambah dengan morfologi : imatur, sitoplasma lebih basofil, dan kurang granulasi
Tes Rumple – Leed (Uji Turniket) positif
b. Dissemenated Intravascular Coagulation (DIC)
Pemeriksaan hemostatis
a) hitung trombosit rendah
b) masa perdarahan dan masa pembekuan memanjang
c) masa rekalsifikasi memendek dengan kadar fibrinogen merendah dan kadang-kadang
disertai tanda fibrinolisis
d) produk pemacahan fibrinogen (dan fibrin) seoerti D-dimer dalam kadar yang tinggi
ditemukan dalam serum dan urine
e) PT dan APTT memanjang pada sindrom akut
f) pengukuran FDP secara kuantitatif
Pemeriksaan sediaan hapus darah tepi
a) trombositopenia, bentuk trombosit besar, bentuk eritrosit abnormal/fragmentosit
b) pungsi sumsum tulang akan memperlihatkan gambaran megakariosit yang bertambah
c) pada banyak pasien, dijumpai anemia hemolitik dan eritrosit memperlihatkan fragmentasi
nyata karena kerusakan saat melewati benang-benang fibrin dalam pembuluh darah kecil
c. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
LED normal atau meningkat
Hitung trombosit pada umumnya normal
d. Hemofilia
Diagnosis labiratorium meliputi pengukuran kadar faktor yang sesuai : Faktor VIII untuk hemofilia A atau faktor IX untuk hemofilia B. karena faktor-faktor VIII dan IX merupakan bagian dari jalur intrinsik koagulasi, maka PTT memanjang, sedangkan PT normal. Waktu perdarahan, pemeriksaan fungsi trombosit biasanya normal, tetapi dapat terjadi perdarahan yang terlambat karena stabilisasi fibrin yang tidak adekuat. Jumlah trombosit normal.
e. Von Willebrand Disease (VWD)
Kadar vWD sangat rendah
Masa perdarahan mungkin memanjang
5. Gambaran radiologi pada penyakit perdarahan.
Gambaran radiologi pada Hemofilia, yaitu perubahan gambaran radiologik tergantung daripada berat penyakit dan mencerminkan akibat daripada perdarahan ke dalam ruang sendi (paling sering pada lutut walaupun sendi-sendi lain dalam badan dapat terlibat). Hemoragi Intraarticular (hemarthrosis), dapat terjadi tanpa trauma, yang pada awalnya perdarahan ini akan terlihat sebagai bayangan efusi di sekeliling sendi. Sendi yang terkena adalah lutut, siku dan mata kaki.
Pada episode yang berulang (subakut hemarthrosis) akan menyebabkan penebalan synovial sehingga meningkatkan densitas jaringan dan dengan penimbunan hemosiderin, menyebabkan erosi tulang rawan dan periarticular tulang (erosi marginal). Akibat adanya hiperemia terjadi osteoporosis (disuse) dan pembesaran epifisis dan terjadi deformitas model tulang serta penutupan dini dari growth plate.
Gambaran radiografinya, yaitu :
o Celah sendi tidak beraturan dan menyempit
o Epiphysis menjadi kasar
o Pada lutut celah interkondilar menjadi lebar dan batas bawah dari patella menjadi persegi (squared)
o Pada tractus urinarius terjadi obstruksi uropathy sekunder & obstruksi ureteral
o Perdarahan retroperitonel dan fibrosis pada 1/3 kasus
o Adakalanya perdarahan submukosa usus kecil
6. Farmakokinetik obat-obat hemostatis darah.
a. Hemostatik lokal
1) Hemostatik serap
Hemostatik serap menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan asing, trombosit akan pecah dan membebaskan faktor yang memulai proses pembekuan darah.
2) Astrigen
Zat ini bekerja lokal dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarah dapat dihentikan.
3) Koagulan
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
4) Vasokonstriktor
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokonstriksi, dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler permukaan.
b. Hemostatik sistemik
1) Faktor antihemofilik (faktor VIII) dan Cryoprecipitated Antihemofilik Factor. Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada pasien hemofilia A (defisiensi faktor VIII yang sifatnya herediter) dan pada pasien yang darahnya mengandung faktor VIII. Cryoprecipitated Antihemofilik Factor di dapat dari plasma donor unggal dan kaya akan faktor VIII, fibrinogen dan protein plasma lain.
2) Kompleks faktor IX
Sediaan ini mengandung faktor II, VII,IX dan X, serta sejumlah kecil protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B atau bila diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan.
3) Desmopresin
Desmopresin merupakan vasopresin sintetik yang dapat meningkatkan kadar faktor VIII dan vWf untuk sementara.
4) Fibrinogen
Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen dalam darah pasien dan daya pembekuan yang sebenarnya.
5) Vitamin K
Sebagai hemostatik, vitamin K memerrlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor-faktor pembekuan darah lebih dahulu.
6) Asam aminokaproat
Asam aminokaproat adalah penghambat bersaing dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin.
7) Asam traneksamat
Obat ini merupakan analog asam aminokaproat, mempunyai indikasi dan mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokaproat tetapi 10 kali lebih potent dengan efek samping yang lebih ringan.
7. Differensial diagnosis :
a. Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)
b. Dissemenated Intravascular Coagulation (DIC)
c. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
d. Hemofilia
e. Von Willebrand Disease (VWD)
E. Tujuan pembelajaran Selanjutnya
Tujuan pembelajaran selanjutnya, yaitu:
1. Mengetahui lebih dalam tentang penyakit-penyakit yang menyebabkan perdarahan.
2. Mengetahui penatalaksanaan penyakit-penyakit yang menyebabkan perdarahan.
F. Informasi Baru
1. Penyakit-penyakit yang menyebabkan perdarahan.
a. Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)
1) Defenisi
Purpura trombositopenia idiopatik dapat diartikan sebagai suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit ataupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui.
2) Epidemiologi
Purpura trombositopenia idiopatik akut paling sering terjadi pada anak antara umur 2 – 8 tahun, dan lebih sering pada anak wanita.
3) Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui. Adapun berbagai kemungkinan penyebab yang dapat dikemukakan adalah:
Akibat hiperspenisme
Intoksikasi makanan atau obat [asetosal, para amino salisilat (PAS), fenilbutazon, diamoks, kina, sedormid]
Bahan kimia
Pengaruh fisis (radiasi, panas)
Kekurangan faktor pematangan (misalnya malnutrisi)
Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC)
Autoimun, perlekatan kompleks imun non spesifik
Pada lebih dari 50 % kasus, 1 – 6 minggu sebelumnya terkena infeksi virus (ISPA, hepatitis, mumps, mononudeosus infectisa, sitomegalovirus, dll) seperti cacar air atau mononukleosis infeksiosa.
4) Patogenesis
Sebagaimana telah diketahui bahwa penyebab pasti Purpura Trombositopenia Idiopatik akut belum diketahui. Dan setiap kemungkinan penyebab akan memberikan patogenesis gejala yang berbeda-beda. Trombosit yang melekat pada kolagen yang terbuka dari pembuluh yang cedera, mengkerut dan melepaskan ADP serta faktor 3 trombosit, yang semuanya sangat penting untuk mengawali sistem pembekuan. Kelainan jumlah dan/atau fungsi trombosit dapat mengganggu pembekuan darah. Trombositopenia merupakan keadaan dimana jumlah trombosit sangat menurun.
Jumlah trombosit yang sangat menurun hingga dibawah 50.000 permikroliter (trombositopenia) dapat menyebabkan seseorang cenderung mengalami perdarahan yang berasal dari venula-venula atau kapiler-kapiler kecil dimana diketahui bahwa trombosit terutama diperlukan untuk menutup kebocoran-kebocoran kecil di kapiler dan pembuluh kecil lainnya tersebut. Sebagai akibatnya, timbul bintik-bintik perdarahan yang dapat berwarna merah atau ungu diseluruh jaringan tubuh. Ekimosis yang bertambah dan perdarahan yang lama akibat trauma ringan ditemukan pada jumlah kurang dari 50.000/mm3. Adapunpetekie merupakan manifestasi utama yang ditemukan bila jumlah kurang dari 30.000/mm3. Perdarahan mukosa, jaringan dalam dan intrakranial ditemukan bila jumlah kurang dar 20.000/mm3, dan keadaan ini memerlukan tindakan segera untuk mencegah perdarahan dan kematian.
Pada penderita Purpura Trombositopenia Idiopatik dapat ditemukan trombosit yang dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh otoantibodi (antibodi yang bekerja pada jaringannya sendiri). Umur eritrosit menjadi lebih pendek akibat destruksi yang menigkat tersebut.
Antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati.
5) Gejala Klinis
Gejala klinis pada penderita ITP akut dapat berupa :
Perdarahan → kulit dan selaput lendir
Petekie dan ekimosis
Melena, hematuri
Perdarahan alat dalam → jarang
Trombositopeni berat → perdarahan otak
6) Prognosis
Sebagian besar ( 85 – 90 % ) dapat sembuh. Sedangkan 10 – 15 % lainnya dapat berubah menjadi ITP kronis.
b. Dissemenated Intravascular Coagulation (DIC)
1) Definisi
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-
bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan. DIC merupakan suatu gangguan hemostatis, khususnya dalam
mekanisme pembekuan yang didapat. Biasanya terjadi selama perjalanan atau merupakan
akhir suatu penyakit. Kelainan ini bukan merupakan penyakit primer tetapi sebagai akibat
rangsangan dari penyakit primernya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembekuan yang
luas di dalam pembuluh darah dengan memakai semua factor pembekuan dan trombosit
sehingga kemudian terbentuk trombin di dalam pembuluh darah
Bila proses tersebut berjalan cepat dan luas denngan akibat berkurangnya secara nyata
factor pembekuan dan trombosit. Akibat hal ini fungsi hemostatis terganggu sehingga
mudah terjadi perdarahan spontan. Oleh karena itu kelainan ini kadang-kadang disebut pula
consumption coagulopathy atau sindrom defibrinasi.
Di dalam pembuluh darah secara normal pembekuan tidak terjadi, karena mekanisme
pembekuan tidak diaktifkan, tetapi pada penderita DIC, mekanisme pembekuan oleh suatu
sebab diaktifkan walaupun si dalam pembuluh darah yang masih utuh.
Pada sebagian besar kasus DIC dapat ditemukan trombosis dan perdarahan pada saat
yang sama. Tetapi gambaran yang seperti itu tidak dijumpai pada semua kasus. Seringkali
tidak dapat dibuktikan trombosis, hal ini diduga disebabkan terjadi penghancuran kembali
fibrin yang telah terbentuk oleh system enzim fibrinolitik
2) Patogenesis
DIC dapat dicetuskan oleh masuknya materi prokoagulan ke dalam darah pada
keadaan-keadaan berikut ini: eembolo cairan amnion, solusio plasenta, adenokarsinoma
yang menyereksi musin secara luas, leukemia promielositik akut (LMA tipa M3), penyakit
hati, malaria falsiparum berat, reaksi tranfusi hemolitik, dan beberapa gigitan ular.
DIC dapat juga dicetuskan oleh beberapa kerusakan endotel luas dan pemajanan
kolagen (missal: endotoksemia, septicemia Gram negative, dan meningokokus, aborsi
septic), infeksi virus tertentu dan luka bakar berat atau hipotermia.
Selain peranannya dalam deposisi fibrin di dalam mikrosirkulasi, pembentukan trombin
intravascular menghasilkan sejumlah besar fibrin monomer bersirkulasi yang membentuk
kompleks dengan fibrinogen. Fibrinolisis yang intens dirangsang oleh trombus pada dinding
pembuluh darah,dan pelepasan produk-produk pemecahan fibrin mengganggu polimerasi
fibrin sehingga menyebabkan defek koagulasi. Gabungan kerja trombin dan plasmin pada
keadaan normal menyebabkan berkurangnya fibrinogen, protrombin, serta factor V dan VIII.
Trombin intravascular juga menyebabkan agregasi trombosit yang tersebar luas serta
deposisinya dalam pembuluh darah. Masalah perdarahan yang mungkin merupakan
gambaran DIC dipersulit oleh trombositopenia yang disebabkan oleh konsumsi trombosit.
3) Etiologi
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya
dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Karena jumlah faktor pembekuan
berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.
Perdarahan terjadi karena :
hipofibrinogenemia
trombositopenia
beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen)
fibrinolisis berlebihan
DIC dapat terjadi pada penyakit-penyakit :
infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika,
infeksi oleh beberapa jenis riketsia)
komplikasi kehamilan (solusio plasentae, kematian janin intrauterin, emboli cairan amnion)
setelah operasi (operasi paru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi, splenektomi)
keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut)
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:
Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
Penderita cedera kepala yang hebat
Pria yang telah menjalani pembedahan prostat
Terkena gigitan ular berbisa.
4) Gejala Klinis
Gambaran klinis di dominasi oleh pendarahan, khususnya dari tempat pungsi vena atau luka baru. Mungkin terdapat perdarahan generalisata pada saluran cerna, orofaring, paru, saluran urogenital, dan pada kasus kasus obsetri, perdarahan vagina mungkin sangat berat. Mikrotrombus dapat menyebabkan lesi kulit, gagal ginjal, gangrene jari-jari tangan atau kaki, atau iskemia serebral (lebih jarang terjadi) DIC biasanya muncul tiba-tiba dan bisa bersifat sangat berat.
Jika keadaan ini terjadi setelah pembedahan atau persalinan, maka permukaan sayatan atau jaringan yang robek bisa mengalami perdarahan hebat dan tidak terkendali. Perdarahan bisa menetap di daerah tempat penyuntikan atau tusukan; perdarahan masif bisa terjadi di dalam otak, saluran pencernaan, kulit. Otot dan rongga tubuh. Bekuan darah di dalam pembuluh darah yang kecil bisa merusak ginjal (kadang sifatnya menetap) sehingga tidak terbentuk air kemih.
5) Diagnosis
Umumnya ditegakkan berdasarkan gambaran klinik. Umumnya mudak ditegakkan bila
terdapat penyakit akut dan berat, berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
laboratorium, sedangkan yang ringak biasanya memerlukan pemeriksaan yang lebih
terperinci.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit terutama bila disertai atau pernah
menderita salah satu keadaan yang dapat menimbulkan DIC.
6) Prognosis. Tergantung dari : hebatnya reaksi koagulasi, jumlah perdarahan , dan etiologi.
c. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
1) Definisi
Henoch-Schonlein purpura (HSP atau anaphylactoid purpura) adalah suatu bentuk peradang (inflamasi) atau vasculitis pada pembuluh darah. Ada banyak kondisi-kondisi berbeda yang dapat
menimbulkan vasculitis. Setiap bentuk vasculitis melibatkan pembuluh darah dengan karakteristik tertentu. HSP mempengaruhi pembuluh darah arteri kecil yang disebut kapiler pada kulit dan sering pada ginjal. HSP mengakibatkan ruam kulit (kebanyakan terlihat pada pantat dan di bagian belakang ekstremitas bawah yang dihubungkan dengan radang/inflamasi sendi (arthritis) dan menambah gambaran nyeri pada abdomen.
2) Penyebab
HSP terjadi paling sering dalam musim semi dan sering mengikuti suatu infeksi/peradangan kerongkongan atau jalan lintasan bernafas. HSP nampak untuk menimbulkan suatu reaksi tidak biasa sistem imun yang adalah sebagai jawaban atas infeksi/peradangan ini (salah satu virus atau bakteri). HSP terjadi paling umum pada anak-anak, tetapi orang dari semua kelompok umur dapat terpengaruh.
3) Gejala
Secara Sederhana HSP menyebabkan ruam kulit, nyeri abdomen, dan radang sendi (arthritis). Tulang sendi paling sering bengkak dan nyeri pada mata kaki dan lutut. Pasien dengan HSP dapat juga mengalami demam. Radang pada pembuluh darah ginjal dapat menyebabkan protein dan/atau darah dalam air seni. Komplikasi ginjal serius jarang, tetapi dapat terjadi. Gejala pada umumnya bertahan kira-kira suatu bulan. Kambuh jarang, tetapi dapat terjadi.
4) Prognosis
Ramalan untuk pasien dengan HSP biasanya sempurna. Hampir semua pasien tidak punya permasalahan jangka panjang. Ginjal adalah organ yang paling serius yang dilibatkan manakala dipengaruhi. Jarang, pasien mempunyai kerusakan ginjal jangka panjang yang serius atau suatu bowel abnormal yang disebut intussusception. Beberapa pasien mempunyai gejala kambuh untuk sepasang tahun setelah serangan penyakit.
Data terbaru menunjukkan HSP pada orang dewasa biasanya lebih berat dibandingkan pada anak-anak. Orang dewasa mempunyai keterlibatan ginjal yang lebih berat dan dapat memerlukan perawatan yang lebih agresif. Hasil terakhir, bagaimanapun, sangat baik untuk kedua-duanya anak-anak dan orang dewasa.
d. Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter yang paling sering dijumpai bermanifesatasi sebagai episode perdarhan intermitten. Hemofilia disebabkan mutasi gen faktor VIII atau faktor IX, dikelompokkan sebagai hemofilia A dan hemofilia B. kedua gen tersebut terdapat dalam kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait X. oleh karena itu semua semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan ank laki-laki tidak terkena. Anak laki-laki dari perempuan yang karier memiliki kemungkinan 50% untuk menderit
hemofilia. Dapt terjadi wanita homozigot dengan hemofilia tetapi keadaan ini jarang terjadi. Kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi spontan.
Dua jenis hemofilia yang secara klinis identik adalah :
a) Hemofilia A atau klasik, yang ditemukan adanya defisiensi atau tidak adanya aktivitas anti hemofilia VIII, dan
b) Penyakit Cristmas atau hemofilia B yang ditemukan adanya defisiensi atau tidak adanya aktivitas vaktor IX
Hemofilia dikategorikan sebagai :
a) Berat dengan kadar aktivitas faktor kurang dari 1%
b) Sedang dengan kadar aktifitas faktor antara 1%-5%
c) Ringan dengan kadar aktivitas faktor 5% atau lebih. Pada kasus ini, perdarahan umumnya berkaitan dengan trauma atau prosedur pembedahan .
Manifestasi klinis meliputi :
a) perdarahan jaringan lunak, otot, sendi, terutama senndi-sendi yang menopang berat tubuh (hemartosis)
b) degenerasi kartilago artikularis disertai gejala-gejala artritis
c) perdarahan retroperitoneal dan intrakranial yang mengancam jiwa.
Perdarahan dapat terjadi segera atau berjam-jam setelah cedera. Perdarahan akibat pembedahan sering terjadi pada pasien hemofilia, dan segala prosedur pembedahan yang diantisipasi memerlukan penggantian faktor secara agresif sewaktu operasi dan pasca operasi sebanyak lebih dari 50% tingkat aktivitas.
e. Von Willebrand Disease (VWD)
1) Definisi
Penyakit ini disebut penyakit Von Willebrand karena nama ini adalah nama
seorang dokter Finlandia, Erik Von Willebrand, yang pertama kali menguraikan kondisi
ini pada 1925. Ia menyadari bahwa penyakit ini tidak sama dengan hemofilia, yang
dalam kondisi beratnya jatuh pada laki - laki.
Penyakit Von Willebrand (VWD) adalah kelainan perdarahan yang paling banyak
diderita orang. Faktanya, ia bukan penyakit tunggal, tetapi penyakit keluarga.Jenis
penyakit ini disebabkan oleh masalah Von Willebrand Factor (VWF). Ini adalah protein
dalam darah yang diperlukan untuk pembekuan darah. Gen yang membuat VWF
bekerja pada dua jenis sel yaitu :
- Sel endotel yaitu yang melapisi pembuluh darah dan
- trombosit
Jika tidak terdapat cukup VWF dalam darah, atau tidak bekerja dengan baik, maka
dalam proses pembekuan darah memerlukan waktu lebih lama.
Penyakit Von Willebrand adalah penyakit herediter, jika salah satu dari kedua
orang tua punya VWD, mereka dapat menurunkan penyakit ini ke anak - anaknya.
2) Insiden
Dokter sekarang berpendapat bahwa VWD dapat mengenai 1 diantara 100 orang.
Karena banyak orang - orang ini hanya mengalami perdarahan ringan, maka hanya
sejumlah kecil yang tahu bahwa dirinya membawa pernyakit ini. Penyakit Von
Willebrand dapat mengenai pria dan wanita. Namun, karena banyak wanita dengan
VWD mengalami perdarahan haid yang banyak dan perdarahan lama setelah
melahirkan, lebih banyak wanita yang mempunyai gejala dibandingkan pria. Anak - anak
juga dapat menderita VWD. Mereka dilahirkan dengan penyakit ini. Hal ini karena vWD
adalah kelainan yang diturunkan.
5) Patogenesis
VWD dapat terjadi pada dua tahap terakhir pada proses pembekuan darah. Pada
tahap ke 3, seseorang dapat berkemungkinan tidak memiliki cukup Faktor Von
Willebrand (VWF) di dalam darahnya atau faktor tersebut tidak berfungsi secara normal.
Akibatnya VWF tidak dapat bertindak sebagai perekat untuk menyangga trombosit di
sekitar daerah pembuluh darah yang mengalami kerusakan. Trombosit tidak dapat
melapisi dinding pembuluh darah. Pada tahap ke 4, VWF membawa Faktor VIII. Faktor
VIII adalah salah satu protein yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan yang kuat.
Tanpa adanya faktor VIII dalam dalam jumlah yang normal maka proses pembekuan
darah akan memakan waktu yang lebih lama.
2. Penatalaksanaan penyakit-penyakit yang menyebabkan perdarahan.
a. Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)
Pengobatan ITP, meliputi :
Pada yang ringan hanya dilakukan observasi tanpa pengobatan karena dapat sembuh secara spontan
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, diberikan kortikosteroid
Pada trombositopenia akibat Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC) dapat diberikan heparin intravena. Pada pemberian heparin sebaiknya selalu disiapkan antidotumnya yaitu protamin sulfat.
Bila keadaan sangat gawat (terjadi perdarahan otak atau saluran cerna), berikan transfusi suspensi trombosit.
b. Dissemenated Intravascular Coagulation (DIC)
Pengobatan pada DIC, meliputi :
a) pengobatan terpenting adalah mengobati penyebab yang mendasari, diantaranya dengan
pemberian antibiotika, koreksi pH darah, elektrolit, mengatasi renjatan, dll
b) Heparin. Dosis sangat bervariasi, umumnya dipakai 1 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan
infus intravena dengan dosis 1 mg/kgBB/4 jam. Pada pemberian heparin harus diperhatikan
benar tidak terdapat suatu tempat yang dapat mengakibatkan perdarahan hebat, misalnya
luka, oleh karena heparin akan menghalangi proses hemostatis normal. Apabila setelah
pemberian heparin perdarahan bertambah hebat, maka segera harus diberikan
antidotumnya yaitu protamin sulfat intravena dengan dosis yang equivalen dengan heparin
yang diberikan. Heparin diberikan sampai proses pembekuan dalam vaskulus berhenti dan
penyakit primer dapat diatasi. Biasanya setelah pemberian heparin jumlah trombosit dan
faktor pembekuan naik
c) terapi pengganti. Darah atau packed red cells diberikan untuk mengganti darah yang keluar.
Bila dengan pengobatan yang baik, jumlah trombosit tetap rendah dalam waktu sampai
seminggu, berarti tetap mungkin terjadi perdarahan terus atau ulangan, sehingga dalam
keadaan ini perlu diberikan platelet concentrate
d) obat penghambat fibrinolitik. Pemakain Epsilon Amino Caproic Acid atau asam traneksamat
untuk menghambat fibrinolisis sama sekali tidak boleh dilakukan, karena akan menyebabkan
trombosis. Bila perlu sekali, baru boleh diberi sesudah heparin disuntikkan. Lama
pengobatan tergantung dari perjalanan penyakit primernya. Bila penyekit primernya dpat
diatasi cepat, misalnya komplikasi kehamilan dan sepsis, pengobatan DIC hanya perlu untuk
1-2 hari. Pada keganasan leukemia dan penyalit-penyakit lain dimana pemngobatan tidak
efektif, heparin perlu lebih lama diberikan. Pada keadaan ini sebaiknya diberikan heparin
subkutan secara berkala. Antikoagilan lain jarang diberikan. Sodium warfarin kadang-
kadang menberikan hasil baik
e) kortikosteroid, umumnya merupakan bagian daripada pengobatan penyakit penyebab.
c. Purpura Henoch-Schonlein (PHS)
HSP biasanya suatu penyakit ringan yang sembuh secara spontan, hal itu dapat menyebabkan permasalahan serius dalam perut dan ginjal. Ruam dapat sangat prominen, terutama pada ekstremitas bawah.
Perawatan HSP diarahkan ke arah area keterlibatan yang paling penting. Nyeri sendi dapat dihilangkan oleh obat antiinflammatory, seperti aspirin atau ibuprofen (Motrin). Beberapa pasien dapat memerlukan pengobatan kelenjar hormon, seperti prednisone, terutama yang dengan penyakit ginjal atau nyeri abdominal. Dengan penyakit ginjal yang lebih berat, cyclophosphamide (Cytoxan) telah digunakan untuk menekan sistem imun. Jika infeksi/peradangan timbul, dapat digunakan antibiotik.
d. Hemofilia
Pengobatan hemofilia menganjurkan pemberian infus profilaktik yang dimulai pada usia 1-2 pada anak-anakyang mengalami defisiensi berat untuk mencegah penyakit sendi kronis Intervensi dini pada saat timbul gejala-gejala perdarahan paling awal serta penggantian faktor praoperatif untuk persiapan prosedur pembedahan. Pengobatan ditujukan untuk meningkatkan faktor yang berkurang ke tingkat normal untuk mencegah komplikasi. Pada perdarahan ringan tingkat aktivitas cukup dipertahankan sebanyak 20%-50%. Sedangkan perdarahan berat sebaiknya ditingkatkan mencapai 100 % dan dipertahankan minimal dua minggu.
e. Von Willebrand Disease (VWD)
Penatalaksanaan tergantung penyakit dasarnya.
G. Analisis Informasi
Pada kasus, Seorang anak wanita, umur 5 tahun, dibawa ke rumah sakit karena ada bintik-bintik merah di lengan, tungkai dan badan, dan keluar darah dari anusnya, serta tidak disertai demam. Enam hari sebelumnya anak tersebut baru sembuh dari batuk pilek.
Informasi yang tertera pada modul merupakan informasi yang sangat umum, gejala-gejala yang muncul merupakan gejala umum pada penyakit hematologi sehingga pengambilan diagnosis yang pasti merupakan hal yang kurang bijak dan tidak tepat. Oleh karena itu dengan berdasarkan gejala-gejala tersebut, dapat dimunculkan beberapa diagnosis banding yang masih memerlukan tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya yang memungkinkan munculnya kausa penyakit dan penegakan diagnosa yang tepat. Diagnosa bandingnya adalah : Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), Dissemenated Intravascular Coagulation (DIC), Purpura Henoch-Schonlein (PHS), Hemofilia, dan Von Willebrand Disease (VWD)
Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita dalam pasien, maka dapat dianalisis sebagai berikut:
DD ITP DIC PHS Hemofilia VWD
Kata Kunci
Anak wanita 5 tahun + + + +
Bintik-bintik merah di lengan, tungkai, badan
+ + + +
Keluar darah dari anus + + + +
Tidak disertai demam + - - -
Sembuh dari batuk pilek enam hari sebelumnya
+ - - -
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, maka dapat ditetapkan bahwa Differensial Diagnosis utama adalah Idiopatic Trombositopenia Purpura (ITP). Namun, dalam penetapan diagnosis tetap harus dilakukan pemeriksaan penunjang karena manifestasi klinis yang diberikan skenario sangatlah umum.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis, yaitu pemeriksaan darah tepi. Pada pemeriksaan tersebut dapat ditemukan trombositopenia, retraksi bekuan berkurang atau abnormal, waktu perdarahan memanjang, waktu protrombin (PT) normal, Activated partial tromboplastin time (APTT) normal, dan tes Rumple – Leed (Uji Turniket) positif.