Post on 04-Aug-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa di
antaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi
penghuni dalam tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit
dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan
anggur, keju, yogurt, produksi penicillin, serta proses-proses perlakuan yang
berkaitan dengan pembuangan limbah1
Pada uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotic dan penghitungan jumlah
mikroba. Maksud dari penggunaan antibiotic pada praktikum ini adalah untuk
mengetahui seberapa resisten suatu bakteri terhadap antibiotic. Sedangkan
penghitungan mikroba dilakukan untuk mengetahui beberapa proses-proses yang
terjadi pada bakteri yang telah d inokulasi.2
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode
untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji
sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan
produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada
konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.3
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini ialah :3
1. Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman
penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis.
2. Mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.
Penyebab kuman resisten terhadap antibiotic:3
1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.
2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.
3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbterbunuh oleh
antibiotik.
Dasar penentuan antimikroba secara invitro adalah MIC (minimum inhibition
concentration) dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC merupakan
konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan
hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan pada pembiakan
kaldu. Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah antimikroba yang dapat
membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Agar
antimikroba efektif pada MIC atau MBC. Sedapat mungkin mencapai tempat
infeksi. Absorpsi obat dan distribusi antimikroba akan mempengaruhi dosis, rute dan
frekuensi pemberian antimikroba untuk mendapatkan dosis efektif di tempat
terjadinya infeksi.3
Penentuan konsentrasi minimum antibiotik yang dapat membunuh
bakteri / minimumbactericidal concentration (MBC) dilakukan dengan menanam
bakteri pada perbenihan cair yang digunakan untuk MIC ke dalam agar kemudian
diinkubasi semalam pada 37⁰C. MBC adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan lagi
pada agar. 3
Keuntungan dan kerugian metode dilusi adalah teknik dilusi memungkinkan
penentuan kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-sama. MIC dapat
membantu dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk
penggunaan antimikroba. Kerugiannya metode ini tidak efisien karena
pengerjaannya yang rumit, memerlukan banyak alat-alat dan bahan serta memerlukan
ketelitian dalam proses pengerjaannya termasuk persiapan konsentrasi antimikroba
yang bervariasi.3
1.2. Tujuan
- Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai cara pemeriksaan uji
potensi antibiotik
- Untuk mengetahui daya antibakteri dari suatu antibiotika terhadap bakteri
standar
- Untuk mengetahui adanya suatu zat antibakteri pada suatu tanaman obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uji Potensi Antibiotik (Dilusi)
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman
atau juga untuk prevensis infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara
provilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga
sebelum cabut gigi. Jumlah antibiotika yang beredar dipasaran sekarang ini semakin
banyak macamnya dan melonjak tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Antibiotika dalam penggunaannya membutuhkan waktu yang lama baik dalam
penyimpanan dan peredarannya. Hal ini dapat menyebabkan potensi dari antibiotika
menurun dan bahkan bisa hilang.
Antibiotik merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak
antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh, akan tetapi dalam
praktek sehari-hari antibiotik sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba
(misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.4
Kadar minimum yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan suatu
mikroorganisme disebut Kadar Hambatan Minimum (KHM). Anti mikroba dapat
meningkatkan aktivitasnya dari bakteriostatik menjadi bakteriosid, apabila kadar anti
mikrobanya ditingkatkan lebih besar dari MIC (Minimum Inhibitory Concentration),
untuk mengetahui kadar MIC maka digunakan metode dilusi. Aktivitas anti bakteri
ditentukan oleh spectrum kerja, cara kerja, MIC, serta potensi pada MIC. Suatu
bakteri dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi bila MIC terjadi pada kadar
rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar.5
Metode dilusi adalah metode yang menggunakan antimikrobia dengan kadar
yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat yang kemudian
media diinokulasi bakteri uji dan diinkubasi. Tahap akhir dilarutkan antimikrobia
dengan kadar yang menghambat atau mematikan.4
Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan yaitu teknik dilusi perbenihan
cair dan teknik dilusi agar. Yang bertujuan untuk penentuan aktifitas antimikroba
secara kuantitatif, antimikroba dilarutkan kedalam media agar atau kaldu, yang
kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi semalam, konsentrasi
terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri di sebut dengan MIC
(minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula dibandingkan
dengan konsentrasi obat yang didapat di serum dan cairan tubuh lainnya untuk
mendapatkan perkiraan respon klinik.1
Metode dilusi yaitu :
a. Dilusi cair
Dilusi cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada prinsipnya
pengerjaannya sama hanya berbeda dalam volume. Untuk makrodilusi volume yang
digunakan lebih dari 1 ml, sedangkan mikrodilusi volume yang digunakan 0,05 ml
sampai 0,1 ml. Antimikroba yang digunakan disediakan pada berbagai macam
pengenceran biasanya dalam satuan µg/ml, konsentrasi bervariasi tergantung jenis
dan sifat antibiotik. (misalnya cefotaxime untuk uji kepekaan terhadap Streptococcus
pneumonia, pengenceran tidak melebihi 2 μg/ml, sedangkan untuk Escherichia
coli pengenceran dilakukan pada 16 µg/ml atau lebih).1
Secara umum untuk penentuan MIC pengenceran antimikroba dilakukan
penurunan konsentrasi setengahnya misalnya mulai dari 16, 8, 4, 2, 1, 0,5,
0,25µg/ml)konsentrasi terendah yang menunjukkan hambatan pertumbuhan dengan
jelas baik dilihat secara visual atau alat semiotomats dan otomatis, disebut dengan
konsentrasi daya hambat minimum/ MIC (minimal inhibitory concentration).1
b. Dilusi padat
Metode dilusi padat yaitu menyesuiakan antibiotik dengan pengenceran lalu
ditambahkan kedalam agar, sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai
jumlah pengeceran ditambah satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa penambahan
antibiotik , konsentrasi terendah antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri merupakan MIC antibiotik yang di uji.1
2.2 Uji Daya Antibakteri Suatu Tanaman Obat
Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam keluarga belimbing
(Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman
ini tumbuh baik di negara asalnya sedangkan di Indonesia banyak dipelihara di
pekarangan dan kadang-kadang tumbuh secara liar di ladang atau tepi hutan. tumbuh
di daerah dengan ketinggian hingga 500 m di atas permukaan laut dan dapat ditemui
di tempat yang banyak terkena sinar matahari langsung tetapi cukup lembab.6,17
Tanaman belimbing wuluh dikenal sebagai tanaman obat, diantaranya bagian
bunga digunakan sebagai obat batuk, bagian buah digunakan sebagai obat batuk
rejan, gusi berdarah, sariawan, jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan,
memperbaiki fungsi pencernaan dan radang rectum. Bagian daun sebagai obat encok,
obat penurun panas dan obat gondok. Sebagian masyarakat Indonesia memanfaatkan
belimbing wuluh sebagai bumbu masak, obat dan pengawet ikan secara tradisional.7
Buah belimbing wuluh mengandung banyak vitamin C alami yang berguna
sebagai penambah daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap berbagai penyakit.
Belimbing wuluh mempunyai kandungan unsur kimia yang disebut asam oksalat dan
kalium.8
Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing
wuluh yang dilakukan Herlih (1993) menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh
mengandung golongan senyawa oksalat, minyak menguap, fenol, tanin, flavonoid dan
pektin. Flavonoid dan tanin diduga merupakan senyawa aktif antibakteri yang
terkandung dalam buah belimbing wuluh. Zat-zat tersebut merupakan senyawa aktif
dalam tanaman yang berkhasiat sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri.8,18
Kadar senyawa aktif tertinggi terdapat pada bagian daun (Leinmuler et. al.,
1991 dalam Abdurohman, 1998). Warna hijau pada daun berasal dari kandungan
klorofil daun, sedangkan daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah
menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur) .
Perbandingan kadar tanin pada bagian belimbing wuluh terutama bagian daun. Hasil
uji kualitatif menunjukkan bahwa daun muda dan daun tua mengandung tanin serta
ditemukan suatu perbedaan, yaitu kadar tannin daun muda sebesar 1,60 %, sedangkan
1,28 % daun tua.7
Bahan antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme bakteri, sehingga bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan
atau bahkan membunuh bakteri. Cara kerja bahan antibakteri antara lain dengan
merusak dinding sel, merubah permeabilitas sel, merubah molekul protein dan asam
nukleat, menghambat kerja enzim, serta menghambat sintesis asam nukleat dan
protein. 9
Tanin diduga berperan sebagai antibakteri karena memiliki kemampuan
membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hydrogen. Jika ikatan
hidrogen antara tanin dengan protein enzim yang terdapat pada bakteri, kemungkinan
protein akan terdenaturasi sehingga metabolisme bakteri menjadi terganggu Enzim
yang dikeluarkan oleh mikroba adalah protein dan protein akan mengendap oleh tanin
sehingga enzim tersebut tidak akan aktif.7
Senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) merupakan salah satu antibakteri
yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada konsentrasi
rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit
penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan pada konsentrasi
tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel (Volk
dan Wheller, 1993). Flavonoid bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma
sehingga bakteri akan rusak dan mati.7
Pemakaian antibakteri yang berlebihan menyebabkan mikroba yang semula
sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Oleh karena itu, senyawa antibakteri
diperlukan untuk mengatasi bakteri resisten tersebut (Lenny, 2006a). Davis Stout
dalam Ardiansyah (2005) mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan antibakteri
adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah
hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan daerah hambatan 5 mm
atau kurang berarti lemah.10
Pada umumnya, bakteri gram positif mudah dimatikan oleh penisilin,
gramisidin, atau lebayung gentian berkadar rendah, sedangkan bakteri gram negatif
lebih tahan terhadap senyawa-senyawa tersebut di atas, namun cukup peka terhadap
streptomisin.11
2.3. Salmonella typhi
S. typhi merupakan bakteri batang gram negatif dan tidak membentuk spora,
serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan sering disebut sebagai
facultative intra-cellular parasites. Dinding selnya terdiri atas murein, lipoprotein,
fosfolipid, protein, dan lipopolisakarida (LPS) dan tersusun sebagai lapisan-lapisan.
Karena habitat aslinya yang berada di dalam usus manusia maupun binatang, bakteri
ini dikelompokkan ke dalam enterobacteriaceae..12
Ukuran panjangnya bervariasi, dan sebagian besar memiliki peritrichous
flagella sehingga bersifat motil. S. typhi membentuk asam dan gas dari glukosa dan
mannosa. Organisme ini juga menghasilkan gas H2S, namun hanya sedikit. Bakteri
ini tahan hidup dalam air yang membeku untuk waktu yang lama.12
Seperti halnya semua bakteri basil enterik, S. typhi juga menghasilkan
endotoksin. Endotoksin merupakan senyawa lipopolisakarida (LPS) yang dihasilkan
dari lisisnya sel bakteri. Di peradaran darah, endotoksin ini akan berikatan dengan
protein tertentu kemudian berinteraksi dengan reseptor yang ada pada makrofag dan
monosit.12
BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1. Uji Potensi Antibiotik (Dilusi Cair)
Alat:
Tabung kecil
Pipet volume 1 ml, 5 ml, 10 ml
Bahan:
BHI volume 52 ml dalam Erlenmeyer
Aquadest volume 15 ml
Antibiotik +/- 5 ml
Larutan kuman 108 cfu/ml
Cara Kerja:
1. Lakukan pengenceran antibiotika yang diperiksa, sehingga didapat beberapa
konsentrasi. Caranya:
Siapkan 10 tabung steril nomor 1 s/d 10
Tabung no. 2 s/d 10 masing-masing isi dengan 1 ml aquades steril
Tabung no. 1 isi dengan 2 ml larutan antibiotic
Tabung no.2 ditambah 1 ml larutan antibiotika (diambil dari tabung 1,
campur homogen, ambil 1 ml dan masukkan pada tabung no.3, campur
homogen. Ambil 1 ml masukkan pada tabung no.4 dan seterusnya sampai
no.10, yang terakhir ambil 1 ml masukkan ke tabung steril untuk control
(tabung no.11).
2. Ambil 4-5 koloni kuman, suspensikan dengan +/- 1 ml BHI eramkan 370
selama 24 jam, untuk menyamakan pertumbuhan. Tambah aquades steril
sampai kekeruhan sebanding dengan 108 cfu/ml, dengan membandingkan
dengan kekeruhan larutan standar Mc Farland I. Lalu encerkan 1:200 dengan
media cair BHI/MH broth.
3. Tabung no.1 sampai dengan no.10 masing-masing ditambah suspense kuman
1 ml, kocok-kocok supaya homogeny.
4. Sebagai control, tabung ke 11 berisi sisa pengenceran antibiotika + 1 ml
media MH broth steril.
Tabung 12: berisi 2 ml media MH broth steril (control negatif)
Tabung 13: berisi 2 ml suspensi kuman (control positif)
5. Eramkan semua tabung-tabung tersebut 370 selama 18-24 jam. Lihat
pertumbuhan. Hasil didapat: konsentrasi yang terkecil yang masih bisa
menghambat pertumbuhan kuman (MIC).
3.2. Uji Daya Antibakteri Suatu Tanaman Obat
1 ose Media BHI inkubasi 24 jam, 37oC
Standarisasi jumlah bakteri
Kapas Lidi
Deret tabung Mac Farland 1-10 Kekeruhan BHI =Mac Farland No 1
10% 20%
Media MH Agar
Disk antibiotic
(konrol +)
Diukur diameter hambat efek tanaman obat
10%
20%
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1. Uji Potensi Antibiotik (Dilusi Cair)
Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
25 µg/ml 12.5 µg/ml 6.25 µg/ml 3.125 µg/ml
Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
9 10 11 12 13
(kontrol (kontronegatif) positif)
Keterangan:
Tabung 11 = Sisa larutan antibiotic + 1 ml BHI steril
Tabung 12 (kontrol negatif) = 2 ml BHI
Tabung 13 (kontrol positif) = 1 ml aquadest dan 1 ml BHI + kuman
4.2. Uji Daya Antibakteri Suatu Tanaman Obat
Ekstrak Buah Belimbing dengan Bakteri Salmonella typhii
Keterangan:
Diameter hambat ekstrak buah belimbing 10% =11,5 mm
Diameter hambat ekstrak buah belimbing 20% = 17 mm
Diameter hambat antibiotic Ciprofloxacin = 29 mm
Diameter hambat disk blank = 0 mm
Disk Antibiotik Ciprohoxasin (kontrol positif)
Disk blank(kontrol negatif)
Disk ekstrak buah belimbing
10%
20%
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Uji Potensi Antibiotik (Dilusi Cair)
MIC obat terhadap kuman yang diperiksa adalah konsentrasi terkecil obat
yang dapat menghambat pertumbuhan kuman. Konsentrasi terkecil yang tidak
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme dikatakan sebagai Minimum Inhibitory
Concentration (MIC). Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pada tabung
pertama sampai tabung keempat, menunjukan tidak ada pertumbuhan kuman, hal ini
ditandai dengan larutan yang masih jernih atau tidak terdapat kekeruhan, sedangkan
pada tabung kelima sampai kesepuluh, menunjukkan sudah ada pertumbuhan kuman
yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi lebih keruh. Berarti Kadar
Hambat Minimum (KHM)/ Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dihitung dari
tabung satu sampai tabung keempat, yaitu = 3,125 µg/ml.13
Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman menjadi
resisten terhadap antibiotika. Mekanisme tersebut antara lain adalah :14
1. Mekanisme memproduksi enzim yang merusak daya kerja obat.
2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat tertentu.
3. Terjadi perubahan pada tempat/lokus tertentu di dalam sel sekelompok
mikroorganisme tertentu yang menjadi target dari obat.
4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat.
5. Terjadi perubahan ensimatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup
dengan baik tapi kurang sensitif terhadap antibiotika.
Di samping enzim yang dapat mengahncurkan obat yang dihasilkan oleh
mutasi, dapat pula timbul enzim semacam itu akibat kontak antar sel dan obat. Enzi
mini dikenal sebagai enzim adaptif atau induksi. Mekanisme ketahanan (resistensi)
terhadap obat ini hanya ditemukan pada mikroorganisme, tetapi juga serangga
(misalnya resistensi nyamuk dan lalat terhadap insektisida), sehingga merupakan
masalah yang besar dalam kemoterapi dan pengendalian hama.15
3.2 Uji Daya Antibakteri Tanaman Obat (Ekstrak buah belimbing)
Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing wuluh yang
dilakukan Herlih (1993) menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh mengandung
golongan senyawa oksalat, minyak menguap, fenol, tanin, flavonoid dan pektin.
Flavonoid dan tanin diduga merupakan senyawa aktif antibakteri yang terkandung
dalam buah belimbing wuluh. Zat-zat tersebut merupakan senyawa aktif dalam
tanaman yang berkhasiat sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri. Kebalikan dari obat sintetik, tanaman antimikroba
tidak berhubungan dengan efek samping yang merugikan. 8, 18, 19
Bahan antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme bakteri, sehingga bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan
atau bahkan membunuh bakteri. Cara kerja bahan antibakteri antara lain dengan
merusak dinding sel, merubah permeabilitas sel, merubah molekul protein dan asam
nukleat, menghambat kerja enzim, serta menghambat sintesis asam nukleat dan
protein. 9
Tanin diduga berperan sebagai antibakteri karena memiliki kemampuan
membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hydrogen. Jika ikatan
hidrogen antara tanin dengan protein enzim yang terdapat pada bakteri, kemungkinan
protein akan terdenaturasi sehingga metabolisme bakteri menjadi terganggu Enzim
yang dikeluarkan oleh mikroba adalah protein dan protein akan mengendap oleh tanin
sehingga enzim tersebut tidak akan aktif. 7
Senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) merupakan salah satu antibakteri
yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada konsentrasi
rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit
penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan pada konsentrasi
tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel (Volk
dan Wheller, 1993). Flavonoid bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma
sehingga bakteri akan rusak dan mati.7
Isolat flavonoid Fraksi FB dari ekstrak kental air buah belimbing manis
diduga dapat menghambat bakteri gram positif dan gram negatif, masing-masing
mulai dari konsentrasi 500 ppm dan 100 ppm. (Sukadana, 2009)
Davis Stout dalam Ardiansyah (2005) mengemukakan bahwa ketentuan
kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih
berarti sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang
dan daerah hambatan 5 mm atau kurang berarti lemah.10
Pada hasil pengamatan uji daya antibakteri terhadap ekstrak buah belimbing,
didapat hasil pengukuran diameter hambat disk ekstrak buah belimbing 10% adalah
11.5mm, diameter hambat disk ekstrak buah belimbing 20% adalah 17mm, disk
antibiotic Ciprofloxacin (kontrol positif) adalah 29mm, dan disk kosong (kontrol
negatif) adalah 0 mm. Terlihat pada hasil pengamatan, terdapat zona iradikal pada
sekitar disk ekstrak buah belimbing 10% dan 20%, Ini menunjukkan bahwa
komponen aktif dalam ekstrak belimbing dapat dikatakan bahwa ekstrak buah
belimbing sensitive terhadap bakteri Salmonella typhii. Jadi, ekstrak buah belimbing
merupakan tanaman obat yang bersifat antibakteri.14
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC. 1991.
2. Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UGM. 1992.
3. Jawet, Melnick, Adelberg. Mikologi Kedokteran. In: Sjabana D editor. Mikrobiologi Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Salemba Medika; 2005
4. Jawelz, M. A. 1995. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi 20.
5. Lakare, C. Mikrobiologi Kedokteran.FKUH. ujung Pandang. 1997
6. Thomas, A.N.S., 2007, Tanaman Obat Tradisional 2, Kanisius, Yogyakarta, hal 17-18.
7. Mukhlisoh, Wardatul. Pengaruh Ekstrak Tunggal Dan Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Terhadap Efektivitas Antibakteri Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia, 2010 hal 19-57.
8. Zakaria, Z.A., Zaiton, H., Henie, E.F.P., Jais, A. M.M., and Zainuddin, E.N.H., In Vitro Antibacterial Activity of Averrhoa bilimbi L. Leaves and Fruits Extracts, International Journal of Tropical Medicine, 2007. 2(3):96-100
9. Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid 1, Alih Bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., dan Angka, S.L., UI-Press, Jakarta,1986 hal 117 dan 145-148
10. Lenny, S. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.2006
11. Ganiswarna, S.G. Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta,2003 hal 573-575
12. Marbun, Rumondang A.H., Deteksi Salmonella enteric I serotype typhi Bakso Yang Dijajakan Di Area Kampus Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 2011 hal 3-4
13. Das S, et al. Antibacterial and cytotoxic activities of methanolic extracts of leaf and fruit parts of the plant Averrhoa bilimbi (Oxalidaceae). American Journal Of Scientific And Industrial Research. 2011.
14. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Indonesia. 1993. hal 34-35
15. Irianto Koes. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Volume 1. Yrama Widya. Bandung. Indonesia. 2006. hal 90.
16. Wakte SR & Patil DA. Antimicrobial And Antioxidant Activity Of Averrhoa CarambolaL. Fruit At Various Stages of Ripening. Journal of Herbal Medicine and Toxicology 5 (2) 121-129 (2011)
17. Sukadana I M. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn L). JURNAL KIMIA 3 (2), JULI 2009 : 109-116
18. Sunardi IK. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007)
19. Rao NM, et al. Efficacy Of Ripened And Unripened Fruit Extracts Of Musa X Paradisiaca L.(Bontha Cultivar)Against Human Pathogens. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol 4. Issue 1. 2012. P.455-460