Post on 04-Aug-2015
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, karena-Nya ”Laporan Praktikum Mikrobiologi – Pemeriksaan Feses” dapat terselesaikan.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan dalam blok sistem
digestif ini. Saya harap penyusunan laporan ini dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman
kami mengenai pemeriksaan feses, khususnya cara kerja dan mengintepretasikannya.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan saya harapkan. Semoga Tuhan selalu
memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua di dalam melaksanakan tugas dan menerima amal
ibadah kita. Amin
Tinjauan Pustaka
Cacing Cambuk ( Trichuris trichiura )
Infeksi cacing cambuk (Trichuris trichiura) lebih sering terjadi di daerah panas, lembab dan
sering terjadi bersama – sama dengan infeksi Ascaris. Jumlah cacing dapat bervariasi, apabila
jumlahnya sedikit pasien biasanya tidak terpengaruh dengan adanya cacing ini.
a. Morfologi dan Daur Hidup
1. Morfologi
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian
enterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian
posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina bentuknya membulat tumpul, sedangkan
pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon
asendens dan sekum (caecum) dengan satu spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti
cambuk masuk kedalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur
setiap hari antara 3000-10.000 butir.
Gambar 1. Cacing Trichuris trichiura dewasa (Kiri : betina, Kanan : jantan)
Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam
penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan
dan bagian dalamnya jernih.
Gambar 2. Telur Cacing Trichuris trichiura
2. Daur Hidup
Cacing betina dewasa dapat memproduksi sampai 20.000 telur per hari dan tidak infektif sampai
berkembang menjadi larva di dalam tanah selam 2-4 minggu. Telur yang dibuahi dikeluarkan
dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam
lingkungan yang sesuai, yaitu padatanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah
telur yang berisi larva dan merupakan bentuk yang infektif. Cara infeksi langsung bila secara
kebetulan hospes menelan telur matang. Sekali ditelan, larva akan berpenetrasi dibagian mukosa
epitel kripte di sekum. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk
kedaerah kolon, terutama sekum (caecum). Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa
pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina menetaskan telur kira-
kira 30-90 hari. Cacing dewasa yang panjangnya 4 cm, bisa bertahan di dalam host selama 1-2
tahun.
Gambar 3. Daur hidup Trichuris trichiura
b. Patologi dan Gejala Klinis
Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga
ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak, cacing ini tersebar di
seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus
akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam
mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus.
Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu rupanya cacing ini
menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia. Bila infeksinya ringan
biasanya asymtomatis (tanpa gejala). Bila jumlah cacingnya banyak biasanya timbul acute
diarrhea dengan feses yang berlendir, nyeri perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan
menurun.
c. Penegakan Diagnosis
Anamnesis : ditanyakan mengenai riwayat pekerjaan, sosial dan kegiatan
sehari-hari. Ditanyakan mengenai gejala yang ditimbulkan terakhir.
Pemeriksaan fisik : tidak terlalu spesifik
Pemeriksaan penunjang : gold standard untuk menemukan jenis telur T.trichiuria pada
mikroskopi feses. Trikuiris yang disentri perlu di DD dengan amebiasis dan bacilliary.
d. Pengobatan
Pilihan rekomendasi obatnya adalah albendazole 400 mg (atau mebendazole 200 mg) setiap hari
sampai 3 hari. Untuk anak dengan berat <10 kg, diberikan dosis setengah dari dosis awal. Atau
pirantel 11 mg/kgBB single dose.
e. Pencegahan
Pakai kakus standar dan bersih, meningkatkan PHBS dan mencuci sayur dan buah agar
mengganggu siklus hidupnya.
Pemeriksaan Feses
Ada beberapa macam pemeriksaan feses yang bisa kita lakukan, dalam hal ini kita melakukan
pemeriksaan feses secara kuantitatif dengan menggunakan metode natif, yakni menggunakan
cairan eosin 2% untuk melihat telur atau larva parasit yang ada di dalam feses, serta tambahan
larutan lugol atau iodine 2% untuk melihat adanya protozoa dalam feses.
Interpretasi yang dilakukan meliputi 2 hal, yakni makroskopis dan mikroskopis (untuk melihat
ada tidaknya telur, larva, kista, cacing maupun protozoa).
Pemeriksaan secara makroskopis dapat menilai keadaan feses normal atau abnormal.
Bau :
Indol, Skatol dan Asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika
dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi
tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam
disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan
itu menjadi asam
Empat kriteria untuk infeksi oleh cacing parasit (Darwin Karyadi) :
Infeksi sangat ringan : 1-9 (15-149 butir telur)
Infeksi ringan : 10-24 (150-375 butir telur)
Infeksi sedang : 25-49 (375-749 butir telur)
Infeksi berat : > 50 (750 butir telur lebih)
Tabel kriteria warna Tabel hubungan intepretasi makros/mikros feses terhadap kemungkinan penyakit penyebab
Pendahuluan
A. Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal : Sabtu, 10 Desember 2011
Waktu : 10.00-13.00 WITA
Tempat : Laboratorium Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram
B. Alat dan Bahan
Alat
Botol spesimen feses
Objek glass 2 buah
Cover glass 4 buah
Tusuk gigi 2-4 buah
Tissue
Mikroskop
Bahan
Feses 1 dan feses 2 (segar)
Pewarna eosin 1-2%
Pewarna lugol 1-2%
C. Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengecek label spesimen feses yang akan diteliti
3. Membuka wadah yang berisi feses patologis
4. Menilai pemeriksaan feses secara makroskopis (warna, konsistensi, bau, lendir, darah,
dan cacing jika ditemukan)
5. Mencatat hasil pengamatan
6. Menyiapkan preparat feses
7. Meneteskan (1 tetes) bahan pewarna eosin dan lugol pada kedua sisi objek glass dengan
jarak yang cukup
8. Mengambil spesimen feses secukupnya dengan menggunakan tusuk gigi
9. Menutup wadah yang berisi feses “1”
10. Mengoleskan di atas tetesan pewarnaan eosin secara merata
11. Mengambil spesimen feses secukupnya dengan tusuk gigi yang baru atau menggunakan
ujung lain dari tusuk gigi sebelumnya
12. Mengoleskan kembali di atas tetesan pewarnaan lugol secara merata
13. Menutup sediaan dengan cover glass secara hati-hati
14. Mengulangi prosedur yang sama pada spesimen feses 2
15. Setelah itu, memeriksa kedua preparat feses di bawah mikroskop dengan perbesaran
maksimal (10x100)
16. Mencatat hasil pengamatan
17. Merapikan, membersihkan dan membuang sisa alat dan bahan kembali.
Contoh gambar preparat feses
Pembahasan
A. Hasil pengamatan
Makroskopis
Spesimen feses 1 Spesimen feses 2 (segar)
1. Warna : berwarna coklat tua
2. Konsistensi : padat, lunak dan berbentuk
bulat
3. Bau : berbau normal (indol)
4. Darah : tidak ada
5. Lendir : tidak berlendir
(tidak ditemukan cacing)
1. Warna : berwarna coklat kekuningan
2. Konsistensi : padat, lunak namun tidak
beraturan
3. Bau : berbau normal (indol)
4. Darah : tidak ada
5. Lendir : tidak berlendir
(tidak ditemukan cacing)
Mikroskopis
Preparat feses 1 Preparat feses 2 (segar)Eosin Lugol Eosin Lugol
Didapatkan telur jenis Trichuris trichiuria dengan ciri :Ukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti barel drum dengan penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
Tidak ditemukan cacing pada seluruh lapang pandang, hanya ditemukan benda asing, debridemen maupun semacam serat
Tidak ditemukan telur maupun larva pada seluruh lapang pandang, hanya ditemukan benda asing, debridemen maupun semacam serat
Tidak ditemukan cacing pada seluruh lapang pandang, hanya ditemukan benda asing, debridemen maupun semacam serat
B. Gambar Hasil Pengamatan
Preparat feses 1 Preparat feses 2 (segar)Eosin Lugol Eosin Lugol
C. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, kami hanya melakukannya secara kualitatif dengan tidak menghitung jumlah telur atau parasit yang ada. Ada dua spesimen feses yang digunakan, dengan intepretasi makroskopis spesimen pertama (1) tidak didapatkan darah maupun lendir dan bau serta warnanya masih dalam batas normal, serta konsistensinya padat lunak, pada spesimen kedua (2) yang masih segar, juga tidak ditemukan lendir, darah, bau, warna normal dan konsistensi padat lunak. Pada pemeriksaan mikroskopis, preparat feses (1) ditemukan telur Trichuris trichiuria pada pewarnaan eosin, sedangkan pada pewarnaan lugol tidak ditemukan cacing, telur maupun kelainan. Dalam hal ini preparat positif mengandung parasit dan dianggap patologis. Pada preparat (2), tidak ditemukan telur maupun larva pada pewarnaan eosin, begitu juga pada pewarnaan lugol sehingga dianggap normal.
Daftar Pustaka
Guandalini, S. (2004). Textbook of pediatric gastroenterology and nutrition. London & New
York: Martin Dunitz Book
Levinson, W. (2004). Review of medical microbiology and immunology, 9th ed. USA:
McGrawHill LANGE
Behrman, Kliegman, et al. (2007). Nelson textbook of pediatrics, 18th ed. Philadelphia -USA:
Saunders Elsevier
Papadakis, M.A, & McPhee, S.J. (2010). Currrent medical diagnosis & treatment, 49th ed. USA:
McGrawHill LANGE
Brooks, G.F., Butel, J.S., et al. (2008). Jawets, Melnick, & Adelberg : mikrobilogi kedokteran, ed
23. Jakarta : EGC