Post on 15-Jan-2016
JURNAL PRAKTIKUM TOKSIKOLOGIPENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM
SAMPEL BEDAK SALICYL DENGAN TITRASI ASAM-BASA
OLEH :
KELOMPOK 6
LUH PUTU SUCIANA CANDRA DEWI (P07134013037)
GUSTYARI JADURANI GIRI (P07134013039)
NI MADE YUNI TRISNA DEWI (P07134013041)
NI PUTU MERI KUSUMAWATI (P07134013043)
I PUTU BANDEM ARISTA PUTRA (P07134013045)
I GUSTI AYU TARI DIVA PRADNYA DEWI (P07134013047)
MARISSAH THAMRIN (P07134013049)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar asam salisilat dalam
sampel serbuk bedak salicyl dengan titrasi asam-basa
Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pembakuan larutan asam-basa
2. Mampu melakukan titrasi asam-basa (titrasi balik dan titrasi langsung)
3. Mampu melakukan penetapan kadar asam salisilat dalam sampel
serbuk
1.2. Latar Belakang
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat
iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan
yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam
salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan
pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam
asetilsalisilat.
Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa
Latin: salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari
situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan
tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku
Indian seperti Cherokee. Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan
dalam pembuatan obat aspirin. Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan
asamnya. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru.
Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan.
Sifat asam salisilat
Secara kimia asam salisilat disintesis pada tahun 1860 dan telah di
gunakan secara luas dalam terapi dermotologis sebagai suatu agen keratolitik.
Digunakan pada bagian luar tubun yang pada kulit sebagai antiseptik lemah
serta keratolitikun (melarutkan sel-sel kulit mati). Agen ini berupa bubuk
berwarna putih yang mudah larut dalam alkohol tetapi sukar larut dalam air.
Asam salisilat merupakan zat anti akne sekaligus keratolitik yang lazim
diberikan secara topikal. Penggunaanya dalam kosmetik anti akne atau
karatolitik merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan kosmetika
tersebut umpamanya dalam kosmetika perawatan kulit yang berjerawat.
Asam salisilat berkhasiat keratolotis dan sering digunakan sebagai
obat ampu terhadap kutil kulit, yang berciri penebalan eidermis setempat dan
disebabkan oleh infeksi dengan virus papova. Asam salisilat sangat iritatif,
sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat dipakai
secara sistemik adalah ester salisilat dan asam organik dengan subtitusi pada
gugus hidroksil misalnya asetosal.
Kegunaan asam salisilat
Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik yaitu akan
mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan cara
melarutkan semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan
pengelupasana kulit. Asam organis ini berkhasiat fungisit terhadap banyak
fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Di samping itu, zat ini juga bekerja
keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-
10%.
Toksisitas asam salisilat
Salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan
dan tidak berarti sehingga banyak terjadi penggunasalahan atau
penyalahgunaan obat bebas ini. Keracunan salisilat yang berat dapat
menyebabkan kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan.
Gejala saluran cerna lebih menonjol pada intoksikasi asam salisilat. Efek
terhadap saluran cerna, perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada
dosis besar dan pemberian contoh kronik. Salisilisme dan kematian terjadi
setelah pemakaian secara topikal. Gejala keracunan sistemik akut dapat
terjadi setelah penggunaan berlebihan asam salisilat di daerah yang luas pada
kulit, bahkan sudah terjadi beberapa kematian.
Pemakaian asam salisilat secara topikal pada konsetrasi tinggi juga
sering mengakibatkan iritasi lokal, peradangan akut, bahkan ulserasi. Untuk
mengurangi absorpsinya pada penggunaan topikal maka asam salisilat tidak
digunakan dalam penggunaan jangka lama dalam konsentrasi tinggi, pada
daerah yang luas pada kulit dan pada kulit rusak.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Dasar Teori
2.1.1. Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam
dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik
ekivalen antara antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam
pada titrasi asam atau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam
kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104.
Selama titrasi asam basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah
secara drastis bila volume titrannya mencapai titik ekivalen.
Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke
molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H3+O. Reaksi
asam basa bersifat reversible. Reaksi dapat digambarkan sebagai berikut:
HA + H2O → H3+O + A- air sebagai basa
B + H2O → BH+ + OH- air sebagai asam
Disini [A-] adalah basa konjugasi, H+B adalah asam konjugasi. Berarti
secara umum:
Asam + Basa basa konjugasi + asam konjugasi
CH3COOH + H2O → CH3COO- + H3O+ (basa)
CH3COO- + H2O → CH3COOH + OH- (asam)
2.1.2. Indikator Asam Basa
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau
membentuk fluoresen atau kekeruhan pada satu range (trayek) pH tertentu.
Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-
zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan
perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan
warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator
mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. Indikator asam basa
secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan:
a) Indikator ftalein dan indikator sulfoftalein
b) Indikator azo
c) Indikator trifenilmetana
Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol,
yaitu fenoftalein.
2.1.3. Salisilat
Asam salisilat (ortho Hydroxy Benzoid Acid) dan derivate-
derivatnya seperti aspirin merupakan golongan senyawa yang penting dan
sebagian besar dipakai dalam bidang pengobatan sebagai obat-obatan
analgesic, antipyretica, antirematik, penyakit kulit yang disebabkan jamur
dan sebagainya.
Pengaruh Rcaun dan Toksikologi
Devirat-devirat biasa dari asam salicylilc mnimbulkan syndrome
racun yang sama (salicylism).
Keracunan Phenyil salicylate (salol) disebabkan pengaruh dari
phenol yang disebabkan dengan hydrolysis dalam saluran usus dan
kemungkinan juga dalam jaringan-jaringan lainnya.
Dalam dosis racun salicylamide yang tidak dimetabolik menjadi
asam salicylic menyebabkan depresi (penekanan) terhadap saraf-saraf
sentral sebagaimana terlihad pada cirri-ciri keracunan salicyl.
Pengaruh racun biasanya muncul bila menelan sepuluh gram atau
lebih dari macam salicylate dalam dosis tunggal (sekali minum) atau
dalam dosis yang dibagi dalam satu periode 12 jam-24 jam atau bila kadar
Salicylate dalam plasma darah melebihi 30 mg per 100 ml/cc.
Dosis lethal (LD) atau dosis yang mematikan dari sodium
salicylate dan acethylsalicylate (aspirin) bagi orang dewasa terletak antara
20g-30g. pada anak-anak terutama dibawah umur 3 tahun, mudah
terpengaruh oleh racun salisilat dibandingkan dengan orang dewasa.
Methyl dan Phenyl salicylate kadang-kadang menimbulkan
keracunan sistemik melalui penembusan kulit dan penyerapan bawah kulit
dari asama salicylate dan derivate-derivatnya.
Tingkat keracunan dapat dibatasai dengan menutup sebagian kulit
dengan obat basa seperti lanolin. Sebagian tanda-tanada dan gejala-gejala
racun dimulai (datang) akibat rangasangan (stimulasi) dan depresi dari
system saraf sentral, tanda-tanada sentral antara lain:
1. Emesis (muntah); hyperpnea (napas kerasa lebih dari yang biasa)
2. Sakit kepala; tinnitus (suara berdengung dalam kuping)
3. Confusion (bingung); maniak (gangguang mental, ingin berbuat
sesuatu)
4. Kerajng-kejang umum (convulsion)
Alergik terhadat salicylate menyebabkan busung air (edema) pada
angioneuritic yang mengakibatkan kejang buluh darah, danbusung air
(edema) pada laryngeal (pangkal tenggorok) yang konsekuensinya
mengakibatkan asphyxia (mati perangai/mati suri) dan asma.
Keterangan
Ketosis adalah bahan-bahan keton yang tertimbun dalam darah dan
jaringan-jaringan tubuh disebabkan oksidasi zat hidrat arang yang kurang
sempurna. (Adiwisastra.1985)
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat-alat
- Erlenmeyer
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Gelas beaker
- Labu ukur
- Buret + Statif dan klem
- Neraca analitik
- Corong gelas
- Penjepit tabung
3.1.2. Bahan
- NaOH
- HCl
- Asam Oksalat
- Asam Salisilat
- Phenolphtalein
- Kloroform
- Aquades
3.2. Skema Kerja
3.2.1. Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat 0,1 N
Ditimbang 3,15 g
asam oksalat dihidrat
Dimasukkan
kedalam beaker
glass 25 mL
Dilarutkan dengan
air 20ml hingga
larut
Dipindahkan ke
dalam labu ukur
500mL
Tambahkan air
hingga tanda batas
Kocok hingga homogen dan larutan siap digunakan
10ml larutan asam oksalatTambahkan 3 tetes indikator PP
Masukkan NaOH ke dalam buret
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Titrasi asam oksalat dengan NaOHTerjadi warna merah muda stabil
Hentikan titrasi
3.2.2. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N
3.2.3. Pembuatan Larutan Indikator Phenolphtalein 1%
3.2.4. Pembakuan Larutan NaOH
Ditimbang 2 g
natrium hidroksida
Dimasukkan
kedalam beaker
glass 25 mL
Dilarutkan dengan
air 20ml hingga
larut
Dipindahkan ke
dalam labu ukur
500mL
Tambahkan air
hingga tanda batas
Kocok hingga
homogen
Larutan siap
digunakan
Ditimbang 0,1 g
phenolphthalein
dalam wadah labu
ukur 10ml
Dilarutkan dengan
etanol 10ml
Dilarutkan dengan
air 20ml hingga larut
Tambahkan air
hingga tanda batas Kocok hingga
homogen
Larutan siap
digunakan
10ml larutan NaOH
Hentikan titrasi
Masukkan ke dalam erlenmeyerTambahkan 3 tetes indikator PP
Terjadi warna jernih Titrasi NaOH dengan HClMasukkan HCl ke dalam buret
100 mg sampel serbuk
Ambil bagian jernih hasil saringan masing-masing 10ml
Masukkan ke dalam erlenmeyerTambahkan 30 ml kloroform
Siapkan 2 tabung reaksiSaring dengan kertas saring
Kocok hingga homogen
Masukkan ke dalam tabung reaksiUapkan kloroform pada suhu 80-900C
Tambahkan 2 ml etanol Tambahkan 8ml airTambahkan 3 tetes PP
Siapkan NaOH dalam buretTitrasi sampel dengan NaOHTerjadi warna merah muda stabil
Hentikan titrasi
3.2.5. Pembakuan Larutan HCl
3.2.6. Penetapan Kadar Senyawa Asam Salisilat dalam Sampel Serbuk
1) Titrasi Langsung
100 mg sampel serbuk
Ambil bagian jernih hasil saringan masing-masing 10ml
Masukkan ke dalam erlenmeyerTambahkan 30 ml NaOH
Siapkan 2 erlenmeyer Saring dengan kertas saring Kocok hingga homogen
Masukkan ke dalam erlenmeyerTambahkan 3 tetes PP
Siapkan HCl dalam buretTitrasi sampel dengan HClTerjadi warna jernih
Hentikan titrasi
2) Titrasi Balik
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1. Penentuan Normalitas Larutan Baku NaOH
Normalitas larutan baku asam oksalat 0,1 N
Indikator Phenolphtalein
Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi :dari jernih (tidak
berwarna) menjadi merah muda
Data volume titrasi :
Pengulangan Vol. Titrat (Asam
oksalat)
Vol. Titran (NaOH)
I 10 ml 10,5 ml
II 10 ml 10,4 ml
Rata rata 10,45 ml
-Setelah dilakukan titrasi
dengan larutan NaOH
-Warna larutan menjadi
merah muda (fuchia)
-10 mL asam oksalat + tetes
indikator phenolftalein
-Warna larutan tidak
berwarna
Perhitungan : V1 X N1=V2 X N2
VAs. Ok X NAs. Ok = VNaOH X NNaOH
10 ml X 0,1N = 10,45 ml X NNaOH
NNaOH = 0,09596N
MNaOH = 0,09596M
Jadi normalitas baku NaOH adalah 0,09596N
4.2. Penentuan Normalitas Larutan Baku HCL
Normalitas larutan baku NaOH 0,1 N
Indikator Phenolphtalein
Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi : dari merah muda
menjadi jernih (tidak berwarna)
-Setelah dilakukan titrasi
dengan larutan HCl
- Warna larutan menjadi
tidak berwarna
-10 mL NaOH + 3 tetes
indikator phenolftalein
- Warna larutan merah
muda (fuchia)
Data volume titrasi :
Pengulangan Vol. Titrat (Asam oksalat) Vol. Titran (NaOH)
I 10 ml 8,5 ml
II 10 ml 8,2 ml
Rata rata 8,35 ml
Perhitungan : V1 X N1=V2 X N2
V NaOH X N NaOH = VHCL X NHCL
10 ml X 0,09596N = 8,35 ml X NNaOH
NNaOH = 0,1149 N
MNaOH = 0,1149 M
Jadi normalitas baku HCl adalah 0,1149 N
4.3. Penetapan Kadar Sampel
-Setelah dititrasi dengan
larutan baku HCl
-Larutan sampel berubah
menjadi tidak berwarna
-0,1 gr sampel dilarutkan dalam 30
mL NaOH + 3 tetes phenolftalein
-Warna larutan merah muda
(fuchia)
Titrasi Balik
Indikator : phenolphtalein
Perubahan warna yang terjadi saat titik ahkir titrasi :dari warna merah muda
menjadi jernih ( Tidak berwarna)
Data Volume Titrasi
Pengulangan Volume Titrat (Asam
Salisilat + NaOH)
Volume Titran ( HCL)
I 10 ml 7,5 ml
II 10 ml 7,7 ml
Perhitungan :
1) Mol NaOH bereaksi = Mol NaOH total - Mol HCL
=(0,09596 M X Vol NaOH) – (Vol HCL X M HCL)
= (0,09596 M X 0,03 L) – (0,0075 L X 0,1149 M)
= 0,0028788 – 0,00086175
= 0,00201705 Mol
Mol Asam Salisilat = (Koefisien asam salisilat/koefisien NaOH) X Mol
NaOH bereaksi
= 11
X 0,00201705 Mol
= 0,00201705 Mol
Massa Asam Salisilat = Mol asam salisilat X Mr Asam Salisilat
= 0,00201705 Mol X 138,12 gram/Mol
= 0,278594946 gram
Konsentrasi Asam Salisilat % (b/b) = massa asam salisilat
massa serbuk X 100 %
= 0,278594946
0.1 gram X 100 %
= 278,594946 %
2) Mol NaOH bereaksi= Mol NaOH total - Mol HCL
=(0,09596 M X Vol NaOH) – (Vol HCL X M HCL)
=(0,09596 M X 0,03 L) – (0,0077 L X 0,1149M)
=0,0028788 – 0,00088473
=0,00199407 Mol
Mol Asam Salisilat = (Koefisien asam salisilat/koefisien NaOH) X Mol
NaOH bereaksi
= 11
X 0,00199407 Mol
= 0,00199407 Mol
Massa Asam Salisilat = Mol asam salisilat X Mr Asam Salisilat
= 0,00199407 Mol X 138,12 gram/Mol
= 0,2754209484 gram
Konsentrasi Asam Salisilat % (b/b) = massa asam salisilat
massa serbuk X 100 %
= 0,2754209484
0.1 gram X 100 %
= 275,4209484 %
Rata-rata = 278,594946 %+275,4209484 % /2
= 277,0079472 %
Jadi kadar asam salisilat dalam sampel bedak salicyl adalah277,0079472 %
Volume HCL yang sebenarnya :
NaOH = M X V
= 0,09596 X 0,03
= 0,0028788 mol
C7O3H6= gram / Mr
= 0,002 / 138,12
= 0,00001448
NaOH + C7O3H6 NaC7O3H5
Mula mula 0,0028788 0,00001448 -
Bereaksi 0,00001448 0,00001448 0,00001448
Setimbang 0,00286432 - 0,00001448
NaOH + HCL NaCl
Mula mula 0,00286432 - -
Bereaksi 0,00286432 0,00286432 0,00286432
Setimbang - 0,00286432 0,00286432
Mol HCL = M X V
0,00286432 = 0,1149 N X V
V = 0,00286432/ 0,1149
= 0,02492 L
= 24,92 ml
Jadi volume HCl yang sebenarnya adalah 24,92 ml
BAB V
PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titran, berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan
titer tepat habis bereaksi). Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
pada larutan titer yang telah ditambahkan indicator.
Indikator phenolftalein mempunyai trayek pH 8,3-10,0 ini digunakan
karena sangat mudah diamati perubahan warnanya. Bila dalam keadaan tidak
terionisasi, indicator ini tidak akan mengalami perubahan warna. Sedangkan
dalam lingkungan basa, phenolftalein akan terionisasi dan menghasilkan warna
merah.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana
jumlah asam yang mengandung 1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna
dengan jumlah basa yang mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana
jumlah asam dan basa berada dalam jumlah yang sama dan disebut titik ekivalen.
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Asam kuat – Basa kuat
2. Asam kuat – Basa lemah
3. Asam lemah – Basa kuat
4. Asam kuat – Garam dari asam lemah
5. Basa kuat – Garam dari basa lemah
Titrasi yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah titrasi asam kuat
dan basa kuat dengan menggunakan Indicator phenolftalein (pp) untuk
menentukan kadar asam salisilat yang terdapat pada sampel serbuk.
Asam salisilat (C7H6O3 ) merupakan asam yang bersifat iritan lokal,
yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan
sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester
salisilat dari asam organik.
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup tinggi
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang
cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan
obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik serta pembuatan bahan baku untuk
keperluan farmasi, tetapi jika menyalahgunaan obat ini maka akan memberkan
dampak buruk seperti keracunan dan sebagiannya.
Dosis oral sehari dari natrium salisilat 9 mg/kg untuk 20 orang pria dan
20 orang wanita. Dan dosis letas minimum asam salisilat sebesar 15 gram.
Penentuan kadar asam salisilat dilakukan dengan menyiapkan larutan
baku terlebih dahulu, larutan baku yang digunakan adalah larutan baku Asam
oksalat, larutan baku NaOH, dan larutan baku HCl.
Pada praktikum penetuan kadar asam salisilat ini dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu:
1.Pembakuan Larutan NaOH
Larutan asam oksalat 0,1n sebanyak 10 mL ditambahkan 3 tetes indicator
phenolftalein dan dititrasi dengan larutan baku NaOH hingga terjadi perubahan
warna dari jernih (tidak berwarna) menjadi merah muda. Kemudian diperoleh
normalitas dari NaOH adalah 0,09596N
2. Pembakuan Larutan HCl
Larutan NaOH sebanyak10 mL ditambahkan 3 tetes indicator phenolftalein
dan dititrasi dengan larutan baku HCl hingga terjadi perubahan warna dari merah
muda menjadi jernih (tidak berwarna). Kemudian diperoleh normalitas dari HCl
adalah 0,1149 N
3. Titrasi Balik (Penetapan Kadar Sampel)
Sampel serbuk 100 mg dilarutkan dengan larutan baku NaOH sebanyak
30mL, kemudian Larutan sampel diambil sebanyak 10 mL dan ditambahkan 3
tetes indicator phenolftalein dan dititrasi dengan larutan baku HCl hingga terjadi
perubahan warna dari warna merah muda menjadi jernih ( Tidak berwarna).Dari
hasil titrasi balik ini diperoleh volume titrasi yaitu 7,5 mL dan 7,7 mL. Hasil
perhitungan kadar asam salisilat pada sampel bedak salicyl diperoleh
277,0079472 %. Dan voleme HCl yang sebenarnya digunakan adalah 24,92 ml
Akan tetapi kadar asam salisilat dari sampel bedak salicyl sebenarnya adalah 2%.
Sehingga kadar yang diperoleh pada praktikum lebih besar. Ini mungkin
disebabkan kesalahan dalam proses praktikum. Faktor – faktor yang dapat
mengakibatkan terjadinya kesalahan yaitu :
a. Proses penitrasian yang salah.
b. Kebersihan dari alat-alat yang digunakan saat melakukan pentitrasian,
masih ada zat lai yang tersisa dan kemudian bereaksi dengan titran.
c. Kurangnya bobot zat sampel saat penimbangan, sehingga memengaruhi
hasil akhir titrasi.
d. Kesalahan dalam pembacaan volume titrasi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Pembakuan larutan asam basa untuk Larutan Baku NaOH diperoleh
dengan mentitrasi Larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 10 mL yang
ditambahkan dengan 3 tetes indicator phenolftalein dengan larutan baku
NaOH hingga terjadi perubahan warna dari jernih (tidak berwarna)
menjadi merah muda. Sehingga diperoleh normalitas dari NaOH adalah
0,09596N
2) Pembakuan larutan asam basa untuk Larutan Baku HCl diperoleh dengan
mentitrasi Larutan NaOH sebanyak 10 mL (normalitas=0,09596N) yang
ditambahkan 3 tetes indicator phenolftalein dengan larutan baku HCl
hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi jernih (tidak
berwarna). Sehingga diperoleh normalitas dari HCl adalah 0,1149 N
3) Penetapam kadar asam salisilat pada sampel bedak salicyl dilakukan
dengan titrasi balik yaitu mentitrasi larutan sampel (100gram dalam 30
mL NaOH) sebanyak 10 mL dan ditambahkan 3 tetes indicator
phenolftalein dengan larutan baku HCl hingga terjadi perubahan warna
dari warna merah muda menjadi jernih ( Tidak berwarna). Sehingga
diperoleh kadar asam salisilat pada sampel bedak salicyl yaitu
277,0079472 %. Dan voleme HCl yang sebenarnya digunakan adalah
24,92 ml
4) Kadar yang diperoleh lebih besar dari kadar yang sebenarnya yaitu 2 %
6.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kami berharap laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua. Karena hasil yang diperoleh kadar asam salisilat itu
melebihi jadi penggunaan sampel bedak salisyl ini tidak perbolehkan karena dapat
memberikan efek terhadap kulit yaitu iritasi lokal, peradangan akut, bahkan
ulserasi.
Daftar Pustaka
Adiwisastra,A.1985.Keracunan.Sumber, Bahaya, Serta
Penanggulangannya.Bandung: Angkasa
Khopkar,S.M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI Press
Basset,J. dkk.1994.Buku Ajar Vogel,Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik.Jakarta: EGC
Ajub, tarmizi .2011. Modul praktikum kimia farmasi. Padang : ATIP
Putri.2013.Penentuan Kadar
Salisilat.Online.http://putrimardiati.blogspot.com/2012/10/laporan-tpp-
pembuatan-selai.html. Diakses tanggal 26 Maret 2015
T. Jonathan.2013.Penetapan Kadar Asam Salisilat.Online.
http://tjsianturi.blogspot.com/2013/11/penetapan-kadar-asam-salisilat-
dalam.html.Diakses tanggal 26 Maret 2015