faal gaster.doc

14
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Gaster Fungsi Gaster : Fungsi Motorik 1. Fungsi menampung: menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak ada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin. 2. Fungsi mencampur: memecahkan makanan menjadi pertikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung. 3. Fungsi pengosongan lambung: diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotic, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan dan olahraga. Pengosongan lambung diatur oleh factor saraf dan hormonal seperti kolesistokin. Fungsi Pencernaan dan Sekresi 1. Pencernaan protein, oleh pepsin dan HCL dimulai di sini 2. Sintesis dan pelepasan gastrin, dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan vagus. 3. Sekresi factor intrinsic memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal

description

gaster

Transcript of faal gaster.doc

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Gaster

Fungsi Gaster : Fungsi Motorik

1. Fungsi menampung: menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak ada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin.

2. Fungsi mencampur: memecahkan makanan menjadi pertikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.

3. Fungsi pengosongan lambung: diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotic, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan dan olahraga. Pengosongan lambung diatur oleh factor saraf dan hormonal seperti kolesistokin.Fungsi Pencernaan dan Sekresi

1. Pencernaan protein, oleh pepsin dan HCL dimulai di sini

2. Sintesis dan pelepasan gastrin, dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan vagus.

3. Sekresi factor intrinsic memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal

4. Sekresi mucus membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.

5. Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mucus, tampaknya berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin.Motilitas gaster bersifat kompleks dan dikontrol oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengisian lambung

Jika lambung kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi organ ini mengembang hingga kapasitasnya kira-kira mencapai 1 liter ketika makan. Saat volume lambung naik, maka ketegangan di dinding lambung akan meningkat, sehingga tekanan intralambung juga meningkat. Ada dua faktor yang mempengaruhi tekanan intralambung, yaitu plastisitas yang merupakan kemampuan otot polos mempertahankan ketegangan konstan dan relaksasi reseptif yang merupakan relaksasi refleks lambung ketika menerima makanan yang meningkatkan akomodasi lambung dengan hanya mengalami sedikit peningkatan yang diperantarai oleh nervus vagus.

2. Penyimpanan lambung

Depolarisasi parsial yang otonom dan ritmik terdapat di otot polos lambung di daerah fundus bagian atas. Pola depolarisasi yang spontan ritmik tersebut, yaitu BER (basis electricity rhythm) lambung, berlangsung secara terus menerus dan disertai oleh kontraksi lapisan otot polos sirkuler lambung. BER memulai kontraksi otot yang dikenal sebagai gelombang peristaltik dan menyapu isi lambung dengan kecepatan sesuai BER, yaitu 3 kali per menit. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke antrum, tempat berlangsungnya pencampuran makanan.

3. Pencampuran lambung

Kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Kontraksi tonik sfingter pilorus dalam keadaan normal menjaga sfingter hampir, tetapi tidak seluruhnya, tertutup rapat. Lubang yang tersedia cukup besar untuk air dan cairan lain lewat, tetapi terlalu kecil untuk kimus yang kental lewat, kecuali apabila kimus terdorong oleh kontraksi peristaltik yang kuat. Akibatnya, terjadilah gerakan kimus maju mundur dalam antrum yang disebut gerak retropulsi, menyebabkan kimus bercampur secara merata di antrum.

4. Pengosongan lambung

Kontraksi peristaltik antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung, juga menghasilkan gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat di lambung dan duodenum. Faktor-faktor di duodenum memegang peranan yang paling penting pada pengosongan lambung.

Faktor di lambung yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung:

1. Jumlah kimus, merupakan faktor utama yang mempengaruhi kekuatan kontraksi lambung.

2. Peregangan lambung, melalui efek langsung peregangan otot polos serta keterlibatan pleksus intrinsik, saraf vagus, dan hormon lambung gastrin.

3. Derajat keenceran kimus

Faktor di duodenum yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung:

1. Lemak, merupakan perangsang terkuat penghambat motilitas lambung.

2. Asam

3. Hipertonisitas

4. Peregangan

Di lambung yang kosong terjadi kontraksi peristaltik sebelum makan berikutnya. Hal ini mungkin diaktifkan oleh hipotalamus sebagai respons terhadap penurunan pemakaian glukosa hipotalamus.

Mekanisme Pencernaan Makanan

1. Mastikasi (Mengunyah)

Gigi sudah dirancang dengan sangat tepat untuk mengunyah, gigi anterior (insisivus) untuk memotong yang kuat dan gigi posterior (molar) untuk menggiling. Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan sebesar 55 pound pada incisivus dan 200 pound pada molar.

Otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nucleus dalam batang otak, terjadi karena adanya suatu refleks mengunyah. Perangsangan daerah retikularis spesifik pada pusat pengecapan batang otak akan menimbulkan pergerakan yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan bahkan di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu seringkali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.2. Deglutisi (Menelan)

Faring diubah hanya dalam beberapa detik menjadi traktus untuk mendorong masuk makanan. Yang terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu karena proses menelan.

Menelan dibagi menjadi 3:

a) Tahap volunteer dari proses menelan. Bila makanan sudah siap ditelan, secara sadar makanan ditekan atau digulung ke arah posterior ke dalam faring oleh tekanan lidah ke atas dan ke belakang terhadap palatum.

b) Tahap faringeal dari proses menelan. Sewktu bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah epitel reseptor menelan di sekeliling pintu faring, khususnya pada tiang-tiang tonsil, dan sinyal-sinyal dari sini berjalan ke batang tak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis sebagai berikut:

1) Palatum molle tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior, untuk mencegah refluks makanan ke rongga hidung

2) Lipatan-lipatan palatofaringeal pada setiap sisi faring tertarik ke arah medial untuk saling berdekatan dan membentuk celah sagital yang harus dilewati oleh makanan yang telah cukup dikunyah untuk masuk ke dalam faring posterior.

3) Pita suara laring menjadi sangat berdekatan, laring tertarik ke aras dan anterior, diganung dengan adanya ligamen yang mencegah pergerakan epiglottis ke atas, seluruh efek ini bekerja bersama mencegah masuknya makanan ke dalam hidung dan trakea.

4) Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan ke esophagus. Dikarenakan otot sfingter esophagus atas berelaksasi sehingga makanan dapat bergerak dengan mudah dan bebas dari faring posterior ke dalam esophagus bagian atas.

5) Akhirnya mendorong makanan ke dalam esophagus melalui proses peristaltic.

Seluruh tahap ini terjadi dalam waktu kurang dari 6 detik.c) Tahap fasogeal dari proses menelan. Esophagus berfungsi untuk menyalurkan makanan secara cepat dari faring ke lambung. Esophagus memperlihatkan dua tipe gerakan peristaltic, yaitu peristaltic primer dan sekunder. Peristaltic primer hanya merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltic yang dimulai di faring dan menyebar ke esophagus selama tahap faringeal dari proses menelan. Jika gelombang peristaltic primer gagal mendorong semua makanan yang telah masuk ke esofagus ke dalam lambung, terjadi gelombang peristaltic sekunder yang dihasilkan dari peregangan esophagus oleh makanan yang tertahan, gelombang ini terus lanjut sampai semua makanan dikosongkan ke dalam lambung. Gelombang peristaltic sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf intrinsic dalam system saraf mientrikus dan sebagian oleh refleks-refleks yang dimulai pada faring lalu dihantarkan ke atas melalui serabut-serabut aferen vagus ke medulla dan kembali lagi ke esophagus melalui serabut-serabut saraf eferen glosofaringeal dan vagus.

Fungsi Penyimpanan Lambung

Sewaktu makanan masuk ke dalam lambung, makanan membentuk lingkaran konsentris makanan di bagian oral lambung. Normalnya bila makanan meregangkan lambung refleks vasovagal dari lambung ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan mengurangi tonus di dalam dinding otot korpus lambung sehingga dinding menonjol keluar secara progresif, menampung jumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai batas saat lambung berelaksasi sempurna, yaitu 0,8-1,5 L.

Proses Pengosongan Lambung

Pengosongan lambung ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yang kuat pada antrum lambung. Pada saat yang sama, pengosongan dilawan oleh berbagai tingkat resistensi terhadap pasase kismus di pilorus. Pada umumnya, kontraksi-kontraksi ritmis lambung bersifat lemah dan terutama berfungsi untuk menyebabkan percampuran makanan dan sekresi gaster. Akan tetapi, sekitar 20 persen dari seluruh waktu di mana makanan berada dalam lambung, kontraksi menjadi kuat, bermula pada bagian pertengahan lambung dan menyebar melalui kaudal lambung tidak lagi sebagai kontraksi penyampur yang lemah tetapi sebagai peristaltik yang kuat, konstriksi seperti cincin yang sangat ketat. Sewaktu lambung secara progresif menjadi semakin kosong, konstriksi ini mulai makin menjauh dalam korpus lambung dan membantu makanan ini menjadi kismus dalam antrum. Kontraksi peristaltik yang kuat ini sering membuat tekanan air sebesar 50 sampai 70 sentimeter, yang kira-kira enam kali lebih kuat dari jenis gelombang peristaltik pencampuran yang biasa. Intensitas peristaltik antrum ini merupakan faktor utama yang menentukan kecepatan pengosongan lambung.

Bila tonus pilorus normal, setiap gelombang peristaltik yang kuat akan mendorong beberapa mililiter kismus ke dalam duodenum. Jadi gelombang peristaltik menyediakan kerja pemompaan yang disebut pompa pilorus.

Pembukaan bagian distal lambung adalah pilorus. Di sini ketebalan otot sirkular menjadi 50 sampai 100 persen lebih besar daripada bagian awal antrum lambung, dan secara tonik tetap berkontraksi secara ringan hampir sepanjang waktu. Oleh karna itu otot sirkular pilorus disebut sfinger pilorus.

Walaupun terdapat kontraksi tonik sfingter pilorus, pilorus biasanya terbuka bagi air dan cairan lain untuk dikosongkan dari lambung dengan mudah. Sebalikya, kontriksi biasanya mencegah pasase sebagian besar partikel makanan semuanya telah tercampur dalam kismus hinga memiliki konstitensi hampir cair.

Derajat konstriksi pilorus dapat ditingkatkan atau diturunkan di bawah pengaruh sinyal saraf dan humoral dari lambung dan duodenum.

Pengaturan Pengosongan diatur oleh sinyal dari lambung dan duodenum. Akan tetapi, duodenum memberi sinyal yang lebih kuat, selalu mengontrol pengosongan kismus ke dalam duodenum pada kecepatan yang tidak melebihi kecepatan kismus dicerna dan diabsorbsi dalam usus halus.

Faktor-faktor Ringan dari Lambung yang Mengakibatkan Pengosongan :

1. Efek Volume Makanan Pada Lambung Terhadap Kecepatan Pengosongan

Peningkatan volume makanan dalam lambung menimbulkan peningkatan pengosongan dari lambung. Peningkatan pengosongan ini tidak terjadi untuk alasan yang diperkirakan oleh seseorang. Bukan peningkatan tekanan makanan yang disimpan dalam lambung yang menyebabkan peningkatan pengosongan karena dalam jangkauan volume normal yang biasa, peningkatan volume tidak meningkat secara bermakna. Sebaliknya, peregangan dinding lambung terutama menghasilkan refleks-refleks mienterik setempat dalam dinding yang sangat merangsang aktivitas pompa pilorus dan pada saat yang bersamaan sedikit menghambat pilorus.2. Efek Hormon Gastrin terhadap pengosongan lambung

Peregangan demikian pula adanya jenis makanan tertentu dalam lambung terutama hasil pencernaan daging menghasilkan pelepasan hormon yang disebut gastrin dari mukosa antrum. Gastrin mempunyai efek yang kuat untuk menyebabkan sekresi cairan lambung yang sangat asam oleh kelenjar lambung. Gastrin juga menpunyai efek perangsangan fungsi motorik pada lambung dari ringan sampai sedang. Yang paling penting, gastrin kelihatannya meningkatkan aktvitas pompa pilorus. Jadi gastrin juga membantu sedikitnya pengsongan lambung.Faktor-Faktor kuat dari duodenum yang menghambat pengosongan

1. Pengaruh penghambatan oleh refleks-refleks saraf enterogastrik dari duodenum :

Derajat peregangan duodenum.

Adanya iritasi dengan derajat berapapun dalam mukosa duodenum.

Derajat keasaman kismus duodenum.

Derajat osmolalitas kismus.

Adanya hasilhasil pemecahan tertntu dalam kismus, terutama hasil pemecahan protein dan mungkin sedikit lemak.

2. Umpan baik humoral dari duodenum menghambat pengosongan lambung serta peranan lemak dan hormon kolesistokinin.

Pengosongan lambung hanya diatur dalam derajat sedang oleh faktor-faktor lambung, seperti derajat pengisian lambung dan efek perangsangan gastrin pada peristaltik lambung. Mungkin kontrol pengosongan lambung yang lebih penting terletak pada impuls umpan balik dari duodenum, termasuk refleks umpan balik sistem saraf enterogastrik dan umpan balik hormonal. Kedua mekanisme penghambat umpan balik ini bekerja sama mempelambat pengosongan bila kismus yang terdapat dalam usus halus sudah terlalu banyak, kismus terlalu asam, mengandung terlalu banyak protein atau lemak yang belum dicerna, bersifat hipotonik atau hipertonik, atau mengiritasi. Dalam keadaan ini, kecepatan pengosongan lambung dibatasi sampai sejumlah kismus dapt diproses di dalam usus halus.

Sekresi Lambung dan Pembentukan Asam Lambung

Karakteristik dari Sekresi Lambung

Selain sel-sel yang mensekresi mukus, yang mengelilingi seluruh permukaan lambung, mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting : Kelenjar oksintik dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik mensekresi asam hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorik terutama mensekresi mukus untuk melindungi mukosa pilorus, juga beberapa pepsinogen dan yang sangat penting, hormon gastrin.

Sekresi dari Kelenkar Oksintik

Kelenjar dari tiga tipe sel : sel leher mukus, yang terutama menyekresi mukus namun juga beberapa pepsinogen ; sel peptik ( chief cell), yang menyekresi sejumlah besar pepsinogen; dan sel parietal (oksintik) yang menyekresi asam hidroklorida dan faktor intrinsik.

Sekresi mukus dan gastrin dari kelenjar-kelenjar pilorus

Kelenjar kelenjar pilorus mengandung beberapa sel peptik dan hampir tidak ada sel parietal. Sebaliknya kelenjar terutama mengandung sel-sel mukus yang identik dengan sel sel leher mukus pada kelenjar gaster. Sel-sel ini menyekresikan sejumlah kecil pepsinogen, mukus tipis yang membantu melumasi pergerakan makanan demikian juga melindungi dinding lambung dari pencernaan enzim-enzim gaster.

Fase sekresi lambung

Pusat vagus

Medulla

Makanan srbt sensoris

Gastrin

Sistem sirkulasi

Gambar 1. Fase sekresi asam lambungKontrol sekresi lambung melibatkan tiga fase, yaitu:

1. Fase sefalik

Fase ini muncul sebelum makanan masuk ke lambung dan mempersiapkan lambung untuk mencerna. Penglihatan, bau, rasa dan pikiran tentang makanan merangsang refleks ini. Impuls syaraf dari cerebral korteks atau feeding centre di hipotalamus mengirimkan impuls ke medulla oblongata di otak kemudian medulla oblongata menyampaikan impuls melalui serabut parasimpatis pada syaraf vagus untuk merangsang sekresi dari kelenjar.

2. Fase lambung

Terjadi ketika makanan memasuki lambung. Semua jenis makanan menyebabkan penggelembungan (distension) dan merangsang reseptor yang terdapat pada dinding lambung. Reseptor mengirim impuls ke medulla kelenjar lambung merangsang sekresi dari getah lambung. Protein dan kafein yang tercerna sebagian merangsang mukosa pilorus untuk mensekresikan hormon gastrin, selanjutnya hormon gastrin merangsang kelenjar lambung untuk mensekresikan getah lambung. Kelenjar lambung yang merangsang sekresi sejumlah besar getah lambung, juga menimbulkan kontraksi lower esophageal spinchter dan ileocecal spinchter. Sekresi gastrin terhalang saat pH cairan lambung (HCl) mencapai 2.0. Mekanisme negative feedback ini membantu menyediakan pH optimal untuk memfungsikan enzim-enzim di perut.

3. Fase usus

Fase ini terjadi saat makanan meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Saat protein yang telah tercerna sebagian memasuki duodenum, protein ini merangsang lapisan mukosa pada dinding duodenum untuk melepaskan enteric gastrin, hormon yang merangsang kelenjar gastrik untuk melanjutkan sekresi.

Parasimpatis merangsang produksi pesin dan asam

Fase sefalik melalui vagus

Fase gastrik:

Refleks sekretoris saraf setempat

Refleks vagus

Perangsangan gastrin

Fase intestinal :

Mekanisme saraf

Mekanisme hormonal