Lp Pneumotorak

31
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMOTORAK oleh Karina Diana Safitri NIM 132310101019

description

laporan pendahuluan

Transcript of Lp Pneumotorak

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMOTORAK

olehKarina Diana SafitriNIM 132310101019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER19

2015

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah disetujui dan diperiksa sebagai Laporan Akhir Komprehensif 1

Diketahui OlehDisetujui OlehSekertaris 1 PSIK UNEJPJMK Komprehensif 1

Ns. Wantiyah, M.KepNs. Siswoyo, S.Kep M.KepNIP 19810712200604201NIP.198004122006041002

Disahkan OlehKetua Program Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Jember

Ns. Lantin Sulistyorini, M. KesNIP. 197803232005012002

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PengertianPneumotorak merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga pleura, antara plura visceral dan parinteral, yang dapat menyebabkan timbulnya kolaps paru. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. (Rahajoe, 2012)

Klasifikasi Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Pneumotoraks spontan yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu:a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya atau tanpa penyakit dasar yang jelas. Lebih sering pada laki-laki muda sehat dibandingkan wanita. Timbul akibat ruptur bulla kecil (12 cm) subpleural, terutama di bagian puncakparu.b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, Tersering pada pasien bronkitis dan emfisema yang mengalami ruptur emfisema subpleura atau bulla. Penyakit dasar lain: Tb paru, asma lanjut, pneumonia, abses paruatau Ca paru. fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.

2. Pneumotoraks traumatik, Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma. b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis ini pun masih dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi pleura. 2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate) Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan paru.Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu :a. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax) Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di rongga pleura tetap negatif.b. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax), Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka (sucking wound).c. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax) Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar . Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas. Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru (< 50% volume paru). b. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (> 50% volume paru)

1.2 EtiologiPneumothorax spontan dibagi menjadi dua jenis: primary, yang terjadi tanpa adanya penyakit paru-paru diketahui, dan sekunder, yang terjadi pada seseorang dengan penyakit paru-paru yang mendasari. Penyebab pasti pneumotoraks spontan primer tidak diketahui tetapi faktor risiko termasuk jenis kelamin laki-laki,merokok, dansejarah keluargadari pneumotoraks. yang diduga berbagai mekanisme yang mendasari dibahasdi bawah ini.Pneumotoraks spontan sekunder terjadi pada pengaturan dari berbagai penyakit paru-paru\Yang paling umum adalahpenyakit paru obstruktif kronikyang menyumbang sekitar 70% dari kasus. Diketahui penyakit paru-paru yang dapat meningkatkan risiko untuk pneumotoraks adalah:a. Penyakit padasaluran udara:Penyakit paru obstruktif kronis(terutama ketikaemfisemadan bula paru-paru yang hadir),akut berat asma,cystic fibrosisb. Infeksi paru-paru:pneumonia(PCP),tuberkulosis,necrotizing pneumoniac.Penyakit paru-paru interstisial:sarkoidosis,fibrosis paru idiopatik,histiocytosis X,lymphangioleiomyomatosis(LAM)

1.3 PatofisiologiRongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan digunakan untuk melakukan proses ventilasi dan oksigenasi, yaitu pertama tulang, tulang tulang yang menyusun struktur pernapasan seperti tulang klafikula, sternum, scapula. Kemudian yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat berperan pada proses inspirasi dan ekspirasi. Jika salah satu dari dua struktur tersebut mengalami kerusakan, akan berpengaruh pada proses ventilasi dan oksigenasi. contoh kasusnya, adanya fraktur pada tulang iga atau tulang rangka akibat kecelakaan, sehingga bisa terjadi keadaaan flail chest atau kerusakan pada otot pernapasan akibat trauma tumpul, serta adanya kerusakan pada organ viseral pernapasan seperti, paru-paru, jantung, pembuluh darah dan organ lainnya 4 di abdominal bagian atas, baik itu disebabkan oleh trauma tumpul, tajam, akibat senapan atau gunshot. Tekanan intrapleura adalah negatif, pada proses respirasi, udara tidak akan dapat masuk kedalam rongga pleura. Jumlah dari keseluruhan tekanan parsial dari udara pada kapiler pembuluh darah rata-rata (706 mmHg). Pergerakan udara dari kapiler pembuluh darah ke rongga pleura, memerlukan tekanan pleura lebih rendah dari -54 mmHg (-36 cmH2O) yang sangat sulit terjadi pada keadaan normal. Jadi yang menyebabkan masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat trauma yang mengenai dinding dada dan merobek pleura parietal atau visceral, atau disebabkan kelainan konginetal adanya bula pada subpleura yang akan pecah jika terjadi peningkatan tekanan pleura. Akibatnya dari trauma tersebut pasien pneumotorak akan merasakan sesak napas akibat udara yang mulai masuk mengisi rongga pleura. Jika terus berlanjut penderita akan terlihat gelisah akibat kesulitan bernapas. Usaha dari tubuh untuk mengkompensasi akibat sesak napas yang terjadi adalah bernapas yang cepat (takipneu) dan denyut nadi yang meningkat (takikardia). Udara yang masuk kedalam rongga pleura ini akan menyebakan terjadi pendesakan pada parenkim paru- paru hingga menjadi kolaps, jadi yang mengisi rongga dada yang mengalami pneumotoraks adalah udara, pada saat diperiksa dengan mengetuk dinding dada akan terdengar suara hipersonor, akibat akumulasi udara pada rongga pleura. Kolapsnya paru-paru yang terdesak oleh udara yang berada di rongga pleura ini menyebabkan proses ventilasi dan oksigenasi berkurang atau malah tidak terjadi, sehingga jika didengarkan dengan stetoskop suara napas tidak terdengar

1.4 Manifestasi KlinisGejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps. Gejalanya bisa berupa :1. Sesak nafas2. Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.3. Dada terasa sempit4. Mudah lelah5. Denyut jantung cepat6. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.7. Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur.8. Gejala lain yang mungkin ditemukan :9. Hidung tampak kemerahan10. Cemas, stress, tegang11. Tekanan darah rendah (hipotensi)12. Tension pneumotorak Hipoksemia (tanda awal) Ketakutan Gawat napas (takipneu berat) Peningkatan tekanan jalan napas puncak dan merata, penurunan komplians, dan auto-tekanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanis. Kolaps kardiovaskuler (frekunsi jantung >140x/menit pada setiap hal berikut : sianosis perifer, hipotensi, aktivitas lintrik tanpa denyut nadi). Morton, 2012

1.5 Komplikasi dan Prognosis1.5.1 Komplikasi Pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang sehat juga dapat terkena dampaknya.Selain itu pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy, trachea berubah.

1.5.2 PrognosisPneumotorak pada orang dewasa muda prognosisnya sangat baik. Hal ini diakibatkan karena jaringan parunya sendiri masih cukup baik, kecuali daerah tempat terjadinya kebocoran dengan terapi yang tepat, kesembuhan yang dicapai selalu sempurna dan kemungkinan kambuh prkatis kecil sekali, tgerkecuali bila penderita kemudian hari menjadi seorang perokok, juga bila terapi terhadap penyakit dasarnya (TB) tidak sempurna.Sebaliknya pneumotorak pada orang dewasa setengah tua atau memang sudah tua, apabila kalau dia seorang peroko, maka pada sudah ada emfisema paru dengan tekanan udara intrapulmonal yang tinggi, maka pada keadaan sedemikian kesembuhan dapat disusul dengan suatu kekambuhan yang bahkan dapat sampai berkali-kali (Halim Danusantoso, 2000)

1.6 Pemeriksaan Penunjanga. Analisa Gas Darah Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanisme pernapasan dan kemampuan mengkompesasi. P4 Co2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun.b. Rontgen Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceral. Pada foto terlihat bayangan udara dari pneumothoraks yang berbentuk cembung, yang memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis. Bila penumothoraksnya tidak begitu besar, foto dengan pernafasan dalam (inspirasi penuh) pun tidak akan menunjukkan kelainan yang jelas. Dalam hal ini dianjurkan membuat foto dada dengan inspirasi dan ekspirasi penuh. Selama ekspirasi maksimal udara dalam rongga pleura lebih didorong ke apeks, sehingga rongga intrapleura di apeks jadi lebih besar. Selain itu terdapat perbedaan densitas antara jaringan paru dan udara intrapleura sehingga memudahkan dalam melihat pneumothoraks, yakni terdapatnya kenaikan densitas jaringan paru selama ekspirasi tapi tidak menaikkan densitas pneumothoraks. d. Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah

1.7 Penatalaksanaan Medis1. Chest wound/sucking chest woundLuka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut plastik yang steril merupan alat yang baik, namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar udara dapat keluar dan paru-paru akan mengembang.2. Blast injury or tentionJika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru, perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan agar paru dapat mengembang kembali.3. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )4. Perawatan Per-hospitalBeberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk. Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik.5. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).

1.8 Clinical Pathway

Pecahnya blebsTrauma / cederaLuka tembus dadaIntervensiMedismedisPneumathoraks spontan, traumatic, iatrogenikMeningkatkan tekanan intra pleuraSucking chest woundPergeseran MediastinumUdara masuk ke dalam kavum pleurahipoksiaKehilangan kesadarankomaKemampuan dilatasi alveoli menurunIntoleransi aktivitasatelektasisSesak napasPola Napas tidak efektifIntoleransi aktivitas Napas tidak efektifNafsu makan menurunNutrisi kurang dari kebutuhan tubuhPenyumbatan aliran vena kava superior dan inferiorMengurangi Cardiac PreloadMenurunkan cardiac outputIntoleransi aktivitasGangguan pola tidur

Nyeri akut

BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Identitas KlienPada identitas klien berisikan tentang nama, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, tanggal MRS.2.2 Keluhan UtamaKeluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.

2.3 Riwayat Kesehatan SekarangKeluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah ada riwat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan pada paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul di dada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.

2.4 Riwayat Kesehatan DahuluPerlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB Paru dimana sering terjadi pada pneumothorax spontan.

2.5 Riwayat Kesehatan KeluargaPerlu ditanyakan adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin menyebabkan pneumothorax seperti kanker paru, asma, TB paru dan lain-lain.

2.6 Pemeriksaan Fisika. Aktivitas / IstirahatGejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahatb. SirkulasiTanda : Takikardia, frekuensi tak teratur/disritmia, irama jantung gallop. Nadi apical berpindah, hipertensi, hipotensi.c. Integritas EgoTanda : Ketakutan, gelisah, bingung, ansietasd. Makanan / CairanTanda : Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanane. Nyeri / KenyamananGejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk, tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan.Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam.Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit a. Perilaku distraksib. Mengerutkan wajahf. PernapasanGejala : Kesulitan bernapas, lapar napasa. Batukb. Riwayat bedah dada/trauma, inflamasi/infeksi paruc. Pneumothorak spontan sebelumnya, PPOMTanda : Takipnea, bunyi napas menurun atau tidak adaa. Peningkatan kerja napasb. Fremitus menurunc. Hiperresonan (udara), bunyi pekak (cairan)d. Gerakan dada tidak samae. Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutanf. Terapi PEEP

g. Keamanan Gejala : Adanya trauma dadaa. Radiasi / kemoterapi untuk keganasanh. Penyuluhan / pembelajaranGejala : Riwayat faktor risiko keluarga : TBC, Kankera. Bukti kegagalan membaik

2.7 Pengkajian B61. B1 (Breathing)a. InspeksiPeningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.b. PalpasiTaktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga bisa saja normal atau melebar.c. PerkusiSuara ketuk pada sisi yang sakithipersonorsampaitimpani.Batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.d. Auskultasi Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.

2. B2 (Blood)Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan pengisian kapiler/CRT.

3. B3 (Brain)Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.4. B4 (Bladder)Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.5. B5 (Bowel)Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.6. B6 (Bone)Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum.

2.9 Prioritas DiagnostikNo.Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara), gangguan muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi

2. Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan akan ketahanan nyeri.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

2.10 Nursing Care PlanNoDiagnosaTujuan & kriteria hasilIntervensiRasional

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara), gangguan muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasiSetelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas pasien paten dengan kriteria hasil:1. GDA dalam batas normal (70-150 mg/dl)2. Bebas sianosis3. Bebas dari tanda dan gejala hipoksia 4. Tidak ada penggunaan otot aksesoris pernapasan

2. Identifikasi etiologi/faktor pencetus (kolaps paru).3. Evalusi fungsi pernapasan, catat kecepatan/pernapasan serak, dispnea.4. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik.5. Kaji fremitus6. Awasi/gambarkan seri GDA7. Berikan oksigen tambahan melaui kanula/masker sesuai indikasi.1. Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lain. 2. distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri/dapat menunjukan terjadinya syok sehubung dengan hipoksia.3. kesulitan bernapas dengan ventilator dan/atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi.4. suara dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan5. Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan terapi.6. alat dalam menurunkan kerja napas.

2.Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunderSetelah dilakukan tindakan keperawatan masalah Nyerisudah teratasi dengan kriteriahasil :1. melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri2. mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)3. merasakan nyaman setelah nyeri berkurang

1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.2. pantau tanda tanda vital 3. Berikan tindakan nyaman, misalnya, relaksasi, latihan napas.4. kolaborasikan pemberian analgesik sesuai indikasi.5. berikan terapi oksigen sesuai indikator

1. nyeri trauma ada dalam beberapa derajat.2. perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri.3. dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.4.menekan batuk non produktif, meningkatkan rasa nyaman.5. pemberian oksigen dapat membantu menghilangkan rasa nyeri.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan akan ketahanan nyeri.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah intoleransi aktivitassudah teratasi dengan kriteriahasil :1. pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan perawat atau keluarga (sesuai toleransi) 1. Tingkatkan tirah baring atau duduk, jaga lingkungan tenang 2.Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi3. Bantu melakukan rentang gerak sendi pasif/aktif4. Berikan obat sesuai indikasi, sedative, agen anti ansietas

1. meningkatkan istirahat dan ketenangan2. Tirah baring lama nenurunkan kemampuan3.Membantu meregangkan persendian4. Membantu dalam manajemen keterbukaan / kebutuhan tidur

4Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi pasien tercukupi kriteriahasil :1. peningkatan berat badan2. porsi makan bertambah

1. Awasi perawatan diet. Beri makan sedikit tapi sering2. Berikan perawatan mulut sebelum makan.3. Anjurkan makan pada posisi tegak4. konsul dengan ahli diet, sesuai kebutuhan5. Berikan obat sesuai indikasi 1. makanan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia2 Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan3. menurunkan rasa penuh pada abdomen4. berguna untuk membuat program diet klen5. dapat menurunkan dan meningkatkan toleransi makanan

ReferensiDanu santoso, Halim, 2000, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : HipokratesHalim Dabusantoso (2000)Ilmu penyakit paru,jakarta ; HipocratesNurarif,Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, NIC-NOC Jilid 2.Punarbawa, I Wayan,dkk. (Tanpa Tahun). Identifikasi Awal dan Bantuan Hidup Dasar pada Pneumotorak. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.[Jurna] http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82536&val=970 diakses pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 15.00Rahajoe Nastini, Supriyanto Bambang. 2012. Buku Ajar Respirologi anak Edisi 1. IDAIUdjianti, Juni Wajan . 2010 . Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba MedikaWilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC