Spondilitis TB

23
SPONDILITIS TB KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karuniaNya yang tak terkira sehingga makalah ini guna memenuhi persyaratan kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Rumah Sakit Haji Medan dengan judul Spondilitis Tb. Tak lupa seiring shalawat dan dalam kepada nabi besar kita Muhammad SAW. Terimakasih kepada dr. Sumarnita, Sp.S selaku dokter pembimbing selamat mengikuti Kepainteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Rumah Sakit Haji Medan atas bimbingan yang tlah diberikan. Penyusun menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran agar penyusun menjadi lebih baik dalam penyusunan makalah. Medan, Februari 201 Penyusun SPONDILITIS TB Page 1 KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Transcript of Spondilitis TB

Page 1: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karuniaNya yang tak terkira

sehingga makalah ini guna memenuhi persyaratan kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu

Penyakit Syaraf Rumah Sakit Haji Medan dengan judul Spondilitis Tb.

Tak lupa seiring shalawat dan dalam kepada nabi besar kita Muhammad SAW.

Terimakasih kepada dr. Sumarnita, Sp.S selaku dokter pembimbing selamat mengikuti

Kepainteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Rumah Sakit Haji Medan atas

bimbingan yang tlah diberikan.

Penyusun menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna dan banyak kekurangan.

Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran agar penyusun menjadi lebih baik

dalam penyusunan makalah.

Medan, Februari 201

Penyusun

SPONDILITIS TB Page 1KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 2: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar BelakangSpondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal terhitung kurang lebih 3 juta kematian

terjadi setiap tahun. Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang

dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anakn, yang terutama berusia 3-5 tahun. Saat

ini dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami

perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-

anak.

Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi diseluruh dunia dan biasanya berhubungan

dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial di

negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber morniditas dan mortalitas

utama pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi

dan kepadatan penduduk masih menjadi masalah utama.

B.   Rumusan MasalahAdapun masalah yang didapatkan antara lain:

1.      Apa definisi dari spondilitis tuberkulosa?

2.      Bagaimana patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa?

3.      Bagaimana gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa?

4.      Apa saja komplikasi dari spondilitis tuberkulosa?

5.      Apa saja pemeriksaan untuk spondilitis tuberkulosa?

6.      Apa saja diagnosis banding spondilitis tuberkulosa?

7.      Bagaimana penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa?

C.   TujuanAdapun tujuan yang didapatkan antara lain:

1.      Agar dapat mengetahui definisi dari spondilitis tuberkulosa

2.      Agar dapat mengetahui patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa

3.      Agar dapat mengetahui gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa

SPONDILITIS TB Page 2KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 3: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

4.      Agar dapat mengetahui komplikasi dari spondilitis tuberkulosa

5.      Agar dapat mengetahui pemeriksaan untuk spondilitis tuberkulosa

6.      Agar dapat mengetahui diagnosis banding spondilitis tuberkulosa

7.      Agar dapat mengetahui penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa

D.   ManfaatAdapun tujuan yang didapatkan antara lain:

1.      Mengetahui definisi dari spondilitis tuberkulosa

2.      Mengetahui patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa

3.      Mengetahui gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa

4.      Mengetahui komplikasi dari spondilitis tuberkulosa

5.      Mengetahui pemeriksaan untuk spondilitis tuberkulosa

6.      Mengetahui diagnosis banding spondilitis tuberkulosa

7.      Mengetahui penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa

SPONDILITIS TB Page 3KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 4: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   DefinisiTuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa

merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh Mycobacterium

tuberculosa. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di

tempat lain dalam tubuh. Percivall Pott (1973) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini

dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang

belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott atau

tuberculous vertebral osteomyelitis. 1

B.   EtiologiPenyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil. Bakteri yang paling sering

menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, walaupun spesies Mycobacterium

yang lain pun dapat juga bertanggung jawab sebagai penyebabnya, seperti Mycobacterium

africanum, bovine tubercle baccilus, ataupun non-tuberculous mycobacteria (Brooks, 2008)

Spondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di

tubuh, 90-95% disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa typic (2/3 dari tipe human dan

1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh Mycobacterium tuberculosa atypic. Lokalisasi spondilitis

tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas, sehingga diduga

adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya

melalui pleksus Batson pada vena paravertebralis. 1

C.   PatofisiologiPatogenesis penyakit ini sangat tergantung dari kemampuan bakteri menahan cernaan

enzim lisosomal dan kemampuan host untuk memobilisasi imunitas seluler. Jika bakteri tidak

dapat diinaktivasi, maka bakteri akan bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu.

Komponen lipid, protein serta polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat immunogenik,

sehingga akan merangsang pembentukan granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa

antigen yang dihasilkannya dapat juga bersifat immunosupresif (Mansjoer, 2000)

SPONDILITIS TB Page 4KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 5: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

Penyakit ini umumnya mengenai korpus vertebra. Infeksi ini dapat menyebar melalui

ligamen yang berdekatan sehingga sering mengenai 2 korpus vertebra yang berdekatan.

Diskus intervertebral tidak memiliki vaskularisasi tapi dapat terinfeksi secara langsung dari

abses vertebra. Infeksi dapat menyebar ke sentral ke dalam kanalis spinalis. Selain itu dapat

juga menyebar ke jaringan lunak paraspinal (Sudoyo, 2007).

Infeksi berawal dari bagian sentral bagian depan atau daerah epifisial korpus vertebra.

Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan

korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan pada korteks epifisis, diskus intervertebralis dan

vertebra sekitarnya. Kerusakan pada bagian depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya

kifosis yang khas disebut gibus (Mansjoer, 2000).

Kemudian eksudat (yang terdiri atas serum, leukosit, kaseosa, tulang yang fibrosis serta

basil tuberkulosa) menyebar ke depan, di bawah ligamentum longitudinal anterior. Eksudat

ini dapat menembus ligamentum dan berekspansi ke berbagai arah di sepanjang garis ligamen

yang lemah. Pada daerah servikal, eksudat terkumpul di belakang fasia paravertebralis dan

menyebar ke lateral di belakang muskulus sternokloidemastoideus. Eksudat dapat mengalami

protrusi ke depan dan menonjol ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Abses

dapat berjalan ke mediastinum mengisi tempat trakea, esofagus atau kavum pleura. Abses

pada vertebra torakalis biasanya tetap tinggal pada daerah toraks setempat menempati daerah

paravertebral, berbentuk massa yang menonjol dan fusiform. Abses pada daerah ini dapat

menekan medula spinalis sehingga timbul paraplegia. Abses pada daerah lumbal dapat

menyebar masuk mengikuti muskulus psoas dan muncul di bawah ligamentum inguinal pada

bagian medial paha. Eksudat juga dapat menyebar ke daerah krista iliaka dan mungkin dapat

mengikuti pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei atau regio glutea. 1

Lima stadium perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa, antara lain: (Rasjad, 2007)

1.      Stadium implantasi

Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri

akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini

umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak-anak umumnya pada daerah sentral

vertebra.

2.      Stadium destruksi awal

Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan

yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.

3.      Stadium destruksi lanjut

SPONDILITIS TB Page 5KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 6: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk massa kaseosa

serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang terjadi 23 bulan setelah stadium

destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus

intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging

anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.

4.      Stadium gangguan neurologis

Tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan oleh tekanan

abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis

tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga

gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi gangguan neurologis,

maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu:

a.       Derajat I

Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau setelah

berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.

b.      Derajat II

Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan

pekerjaannya.

c.       Derajat III

Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas atau

penderita serta hipestesia/anestesia.

d.      Derajat III

Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan gangguan

defekasi dan miksi. Tuberkulosis praplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau

lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.

Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi karena tekanan ekstradura dari abses

paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi

jaringan. Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif atau sembuh terjadi oleh karena

tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang

progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan

dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra. Derajat I-

III disebut sebagai paraparesis dan derajat IV disebut sebagai paraplegia.

5.      Stadium deformitas residual

Stadium ini terjadi kurang lebih 35 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau

gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif di sebelah depan.

SPONDILITIS TB Page 6KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 7: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal 3 bentuk spondilitis: (Rasjad,

2007)

1.      Peridiskal/paradiskal

Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di bawah ligamentum

longitudinal anterior/area subkondral). Banyak ditemukan pada orang dewasa. Dapat

menimbulkan kompresi, iskemia, dan nekrosis diskus. Terbanyak ditemukan di regio lumbal.

2.      Sentral

Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga disalahartikan sebagai

tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering menimbulkan kolaps vertebra lebih

dini dibandingkan dengan tipe lain sehingga menghasilkan deformitas spinal yang lebih

hebat. Dapat terjadi kompresi yang bersifat spontan atau akibat trauma. Terbanyak ditemukan

di regio torakal.

3.      Anterior

Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas dan bawahnya.

Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi di bagian anterior dari

sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga disebabkan karena adanya pulsasi aortik

yang ditransmisikan melalui abses prevertebral di bawah ligamentum longitudinal anterior

atau karena adanya perubahan lokal dari suplai darah vertebral.

4.      Bentuk atipikal

Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat

diidentifikasikan. Termasuk di dalamnya adalah spondilitis tuberkulosa dengan keterlibatan

lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis tanpa keterlibatan tulang

(tuberkuloma), lesi di pedikal, lamina, prosesus transversus dan spinosus, serta lesi artikuler

yang berada di sendi intervertebral posterior. Insidensi tuberkulosa yang melibatkan elemen

posterior tidak diketahui tetapi diperkirakan berkisar antara 2-10%.

SPONDILITIS TB Page 7KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 8: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

D.   GejalaSecara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala

tuberkulosis pada umumnya, yaitu: (Mansjoer, 2000)

1.      Terdapat gejala klasik tuberkulosis berupa penurunan berat badan, keringat malam, demam

subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.

2.      Nyeri vertebra/lokal pada lokasi infeksi sering dijumpai dan menghilang bila istirahat.

3.      Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus (akibat abses

dingin).

4.      Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan kifosis).

5.      Pada awalnya terjadi nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut, kemudian diikuti

paraparesis yang lambat laun semakin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan

refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang vertebra.

6.      Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul terutama gangguan

motorik.

7.      Gangguan menelan dan pernapasan akibat adanya abses retrofaring.

E.    Diagnosis bandingAdapun diagnosis banding spondilitis tuberkulosis yaitu: (Rasjad, 2007)

1.      Infeksi piogenik

Adanya sklerosis atau pembentukan tulang baru pada foto rontgen menunjukkan adanya

infeksi piogenik. Selain itu keterlibatan dua atau lebih corpus vertebra yang berdekatan lebih

menunjukkan adanya infeksi tuberkulosa daripada infeksi bakterial lain.

2.      Infeksi enterik

SPONDILITIS TB Page 8KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 9: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

Dapat dibedakan dari pemeriksaan laboratorium.

3.      Tumor atau penyakit keganasan (leukemia, Hodgkin’s disease, granuloma eosinofilik,dll)

Metastase dapat menyebabkan destruksi dan kolapsnya corpus vertebra tetapi berbeda dengan

spondilitis tuberkulosa karena ruang diskusnya tetap dipertahankan. Secara radiologis

kelainan karena infeksi mempunyai bentuk yang lebih difus sementara untuk tumor tampak

suatu lesi yang berbatas jelas.

4.      Scheuermann’s disease

Mudah dibedakan dari spondilitis tuberkulosa oleh karena tidak adanya penipisan korpus

vertebrae kecuali di bagian sudut superior dan inferior bagian anterior dan tidak terbentuk

abses paraspinal.

F.    KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi antara lain: (Staf IKA UI, 2007)

1.      Cedera corda spinalis (spinal cord injury)

Dapat terjadi karena adanya tekanan ekstradural sekunder karena pus tuberkulosa, sekuestra

tulang, sekuester dari diskus intervertebralis atau dapat juga langsung karena keterlibatan

korda spinalis oleh jaringan granulasi tuberkulosa. Jika cepat diterapi sering berespon baik.

MRI dan mielografi dapat membantu membedakan paraplegi karena tekanan atau karena

invasi dura dan corda spinalis.

2.      Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torkal ke dalam pleura.

G.   PemeriksaanAdapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit spondilitis

tuberkulosa antara lain: (Rasjad, 2007)

1.      Pemeriksaan laboratorium

a.       Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai leukositosis

b.      Uji Mantoux positif

Dilakukan dengan penyuntikan intrakutan dan “multiple puncture method” dengan 4-6 jarum

berdasarkan cara Heaf dan Tine. Sampai sekarang cara Mantoux masih dianggap sebagai cara

yang paling dapat dipertanggungjawabkan karena jumlah zat yang dimasukkan ke intrakutan

dapat diketahui banyaknya. Reaksi lokal yang terdapat pada uji mantoux terdiri atas: (Staf

IKA UI, 2007)

1)      Eritema karena vasodilatasi primer

2)      Edema karena reaksi antara antigen yang disuntikan dengan antibodi

SPONDILITIS TB Page 9KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 10: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

3)      Indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus

c.       Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan Mycobacterium

d.      Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional

e.       Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel

2.      Pemeriksaan radiologis

a.       Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru

b.      Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik, dan destruksi korpus vertebra,

disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan

mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral

c.       Pada foto AP, abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarung burung (bird’s nets) di

daerah torakal berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal abses terlihat berbentuk fusiform

d.      Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis

e.       Pemeriksaan foto dengan zat kontras

f.       Pemeriksaan mielografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang

g.      Pemeriksaan CT scan atau CT dengan mielografi

h.      Pemeriksaan MRI

H.   PengobatanPada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosis harus dilakukan sesegera mungkin

untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia. Pengobatan terdiri

atas: (Rasjad, 2007)

1.      Terapi konservatif, berupa:

a.       Tirah baring (bed rest)

b.      Memperbaiki keadaan umum penderita

c.       Pemasangan brace pada penderita, baik yang dioperasi ataupun yang tidak dioperasi

d.      Pemberian obat antituberkulosa

Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:

1)      Isonikotinik hidrasit (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengan dosis

maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.

2)      Asam para amino salisilat. Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan

3)      Etambutol. Dosis per oral 15-25 mg/kg berat badan per hari

4)      Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada orang dewasa

300-400 mg per hari.

5)      Streptomisin, pada saat ini tidak digunakan lagi.

SPONDILITIS TB Page 10KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 11: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila:

1)      Keadaan umum penderita bertambah baik

2)      Laju endap darah menurun dan menetap

3)      Gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang

4)      Gambaran radiologik ditemukan adanya union pada vertebra

2.      Terapi operatif

Indikasi operasi yaitu:

a.       Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat.

Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa

diberikan obat tuberkulostatik.

b.      Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan sekaligus

debrideman serta bone graft.

c.       Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT

dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.

Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita tuberkulosis

tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam beberapa

hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.

Abses Dingin (Cold Abses)

Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena dapat terjadi resorbsi

spontan dengan pemberian tuberkulostatik. Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah.

Ada tiga cara menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:

a.       Debrideman fokal

b.      Kosto-transveresektomi

c.       Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.

Paraplegia

Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:

a.       Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata

b.      Laminektomi

c.       Kosto-transveresektomi

d.      Operasi radikal

e.       Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang

Operasi kifosis

SPONDILITIS TB Page 11KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 12: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat. Kifosis mempunyai tendensi

untuk bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi

posterior atau melalui operasi radikal

  

  

BAB III

SPONDILITIS TB Page 12KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 13: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

PEMBAHASAN

Feri usia 3 tahun, jatuh terduduk dari sepeda mainannya, tiba-tiba tak bisa berjalan,

kedua ekstremitas bawah tak dapat digerakkan, tidak ada hipoestesi dan saat disentuh masih

terasa. BAK dalam batas normal. Pada skenario ini, kasus yang didapatkan adalah spondilitis

tuberkulosa. Sebelum jatuh dari sepeda, Feri sudah lebih dulu terkena penyakit spondilitis ini.

Jadi jatuh disini bukan sebagai faktor pemicu timbulnya penyakit. Setelah jatuh, ekstremitas

bawah Feri tidak bisa digerakkan dan tidak terjadi hipoestesi. Hipoestesi adalah suatu

penurunan sensitivitas secara abnormal. Tidak adanya hipoestesi dan masih normalnya BAK

menandakan bahwa penyakit yang diderita Feri belum sampai pada stadium lanjut, dengan

kata lain belum mengenai sistem persarafan (Rasjad, 2007).

Orang tua Feri mengatakan, anaknya ini tidak bisa membungkuk dengan sempurna

dan sering menangis saat posisi punggung mau menekuk. Sekitar 5 bulan sebelumnya mulai

timbul gibbus di tulang punggung yang semakin lama semakin membesar.  Gibbus yaitu

bengkoknya tulang belakang akibat terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosa. Gibbus

merupakan tanda khas pada penyakit spondilitis ini. Mycobacterium tuberculosa yang masuk

ke dalam tulang vertebra perhematogen menginfeksi daerah korpus vertebra. Oleh karena itu

korpus mengalami perlunakan, sehingga vertebra akan membengkok ke depan akibat

tekanan. Seperti yang telah diketahui, vertebra berfungsi juga sebagai penopang tubuh,

sehingga tekanan untuk mempertahankan posisi tertentu ikut memicu timbulnya gibbus yang

menyerupai kifosis. Feri tidak bisa membungkuk dengan sempurna dikarenakan adanya

gibbus dan rasa nyeri di bagian punggungnya. Adapun lokasi terjadinya gibbus adalah sekitar

torakal 8 sampai lumbal 6 (Sudoyo, 2007)

Pada pemeriksaan elevasi kaki lurus dan fleksi leher Feri menangis kesakitan.

Gambaran radiologi: penyempitan articulatio antar corpus vertebrae. Setelah dilakukan

pemeriksaan fisik yaitu elevasi atau menaikkan kaki ke daerah yang lebih tinggi dalam

keadaan lurus dan posisi fleksi leher, Feri merasa kesakitan karena perasaan nyeri pada tumit

dan vertebra. Sedangkan pada pemeriksaan radiologi, yaitu foto polos vertebra, ditemukan

penyempitan diskus intervertebralis yang berada di antara korpus dan mungkin ditemukan

adanya massa abses paravertebral (Delp, 1996).

Sudah lama mengalami anoreksia, tidak batuk dan sebelumnya sering mengalami

panas subfebril. Sejak bayi Feri tinggal serumah dengan kakeknya yang telah meninggal 9

bulan yang lalu karena TBC. Anoreksia atau kehilangan nafsu makan bisa disebabkan karena

adanya abses retrofaring yang menyebabkan gangguan menelan. Atau dapat pula terjadi

SPONDILITIS TB Page 13KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 14: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

akibat terganggunya saraf di dekat vertebra yang mempengaruhi pusat rasa lapar. Sedangkan

panas subfebril adalah panas yang suhunya sedikit meningkat, kira-kira kurang dari 37,2oC.

Hal ini juga mungkin dikarenakan adanya gangguan pada pusat pengatur suhu akibat infeksi

Mycobacterium tuberculosis. Dalam kasus ini, Feri memiliki riwayat resiko terpapar

Mycobacterium tuberculosis dari sang kakek. Mycobacterium tuberculosis dapat droplet dan

akhirnya masuk ke dalam paru-paru Feri, lalu dapat menginfeksi vertebra melalui darah atau

limfe (Rasjad, 2007)

BAB IV

SPONDILITIS TB Page 14KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 15: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

KESIMPULAN DAN SARAN

A.   KesimpulanSpondilitis tulang atau penyakit Pott adalah peradangan granulomatosa yang bersifat

kronik destruktif oleh Mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini merupakan infeksi sekunder

dari fokus di tempat lain. Gejalanya mirip tuberkulosis paru, ditambah lagi adanya gibbus,

nyeri pada punggung, dan gangguan pergerakan tulang belakang. Pemeriksaan kadar LED

diperlukan untuk melihat adanya infeksi. Sedangkan pada pemeriksaan radiologis ditemukan

penyempitan diskus intervertebralis. Pengobatannya dapat diberikan terapi konservatif dan

operatif.

B.   Saran1.      Hindari kotak langsung anak-anak dengan penderita penyakit menular

2.      Periksakan secepatnya apabila terdapat keluhan pada anak

3.      Berikan obat pada penderita secara teratur dan sesuai dosis

DAFTAR PUSTAKA

SPONDILITIS TB Page 15KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Page 16: Spondilitis TB

SPONDILITIS TB

1.Rasjad C. Spondilitis Tuberkulosa dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Ed.II. Makassar: Bintang Lamumpatue. 2003. p. 144-149

2. Harsono. Spondilitis Tuberkulosa dalam Kapita Selekta Neurologi. Ed. II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2003. p. 195-197

3. Wim de Jong, Spondilitis TBC, Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta; EGC. hlm. 1226-1229

SPONDILITIS TB Page 16KKS BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF