ASUHAN KEPERAWATAN DHF

20
PENDAHULUAN DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. P enyakit ini menyerang anak,remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam ,nyeri otot dan sendi.Demam Berdarah Dengue sering disebut juga Dengue Haemoragik Fever ( DHF). Demam berdarah merupakan penyakit yang sangat membahayakan ,banyak sekali kasus yang mengakibatkan kematian.Demam Berdarah muncul seiring dengan datangnya musim hujan dan bisa juga terjadi secara endemis. Kebersihan lingkungan sekitar, dapat membantu memutuskan rantai berkembangbiaknya nyamuk aides aigepty yang menjadi penyebab penyakit Demam Berdarah.Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dari kaleng-kaleng atau benda-benda yang dapat digenangi air .Benda-benda tersebut sebaiknya ditimbun,selain itu menguras bak mandi,tempat air bersih atau air minum 1 minggu sekali dapat mematikan jentik jentik nyamuk.Ada cara lain yang juga merupakan usaha untuk tidak digigit nyamuk seperti tidur menggunakan kelambu,atau menggunakan obat gosok. Masyarakat perlu diberikan informasi tentang cara mencegah atu melakukan pertolongan pertama sampai hal-hal yang harus dilakukan bila ada anggota keluarga ,tetangga atau masyarakat sekitar yang terkena demam berdarah. Gejala demam berdarah sangat mirip dengan batuk,filek atu flu biasa,tetapi kita harus menginformasikan kepada masyarakat bahwa apabila ada anggota keluarga yang panas 3 hari sdah minum obat tapi keluhan tetap,kita harus waspada pada kasus demam

description

dhf

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN DHF

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

PENDAHULUAN

DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk dalam tubuh melalui

gigitan nyamuk spesies aides. P enyakit ini menyerang anak,remaja, dan dewasa yang

ditandai dengan demam ,nyeri otot dan sendi.Demam Berdarah Dengue sering

disebut juga Dengue Haemoragik Fever ( DHF). Demam berdarah merupakan

penyakit yang sangat membahayakan ,banyak sekali kasus yang mengakibatkan

kematian.Demam Berdarah muncul seiring dengan datangnya musim hujan dan bisa

juga terjadi secara endemis.

Kebersihan lingkungan sekitar, dapat membantu memutuskan rantai

berkembangbiaknya nyamuk aides aigepty yang menjadi penyebab penyakit Demam

Berdarah.Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dari kaleng-kaleng atau

benda-benda yang dapat digenangi air .Benda-benda tersebut sebaiknya

ditimbun,selain itu menguras bak mandi,tempat air bersih atau air minum 1 minggu

sekali dapat mematikan jentik jentik nyamuk.Ada cara lain yang juga merupakan

usaha untuk tidak digigit nyamuk seperti tidur menggunakan kelambu,atau

menggunakan obat gosok.

Masyarakat perlu diberikan informasi tentang cara mencegah atu melakukan

pertolongan pertama sampai hal-hal yang harus dilakukan bila ada anggota

keluarga ,tetangga atau masyarakat sekitar yang terkena demam berdarah. Gejala

demam berdarah sangat mirip dengan batuk,filek atu flu biasa,tetapi kita harus

menginformasikan kepada masyarakat bahwa apabila ada anggota keluarga yang

panas 3 hari sdah minum obat tapi keluhan tetap,kita harus waspada pada kasus

demam berdarah dan diperlukan pemeriksaan lebih lanjut,seperti pemeriksaan

laboratorium.

Kata kunci yang harus dipahami bahwa demam berdarah dapat dicegah dan

mencegah lebih baik daripada mengobati.

TUJUAN :

1. Untuk mempelajari suatu landasan teori asuhan keperawatan yang

berhubungan dengan anak DHF.

2. Dapat merumuskan pengkajian focus dan membuat serta melaksanakan

asuhan keperawatan yang perlu dilakukan berdasarkan teori yang ada.

3. Dapat menyikapi kasus –kasus DHF secara maksimal sehingga komplikasi

atau akibat buruk yan terjadi dapat dihindari.

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

I. PENGERTIAN

DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui

gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan

dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah

Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

II. PATOFISIOLOGI

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,

pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang

mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-

kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena

kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler

karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system

kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat

berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan

ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura

dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan

plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic

dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.

Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi

trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses

imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.

Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang

fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

W O C

Virus dengue

Proliferasi dan transformasilimfosit imun dalam tubuh

Replikasi virus dalam limfosit

Aktifasi sistem komplemen

Sel fagosit mononukleus

Makrofag, histiosit, sel Cutfer tempat tjd

infeksi virus

Non neutralizing antibody virus dengue melekat pd sel fagosit

mono nuklues

virus bereplikasi dalam se fagosit mono

nucleus

fakt XIIaktifasi Fakt.XII

fungsi agregasi trombosit pelepasan anafilaktoxin histamin menurun serotonin

sist.kinin terangsanng

megakariosit meningkat permeabilitas kapiler meningkat

umur trombosit menurun ekstravasasi cairan intravaskulerke ektravaskuler

trombositopeni volume plasma menurun

pedarahan hipotensi,hemokonsentrasi,hipoproteinemia,efusi dan renjatan

PK syok hipovolemi anoksia jaringan ,asidosis metb

Sistm Cardiovaskuler Sistm perkemihan Sistm pencernaan

Mual, nafsu makan menurun

kebutuhan nutrisi ↓

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

III. KLASIFIKASI DHF

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji

tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti

petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat

(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun,

(120/80 120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 )

Derajat IV

Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota

gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

IV. TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda

dangejala lain adalah :

- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

- Asites

- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

V. PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS

- Trombositopeni ( 100.000/mm3)

- Hb dan PCV meningkat ( 20% )

- Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )

- Isolasi virus

- Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder

- Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam

atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis,

FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

VI. PENATALAKSANAAN

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :

- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan

kurang ) atau kejang-kejang.

- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet

positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV

meningkat.

- Panas disertai perdarahan

- Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan

Grade I dan II

Oral ad Libitum obat – obatan : Antibiotika: bila ada infeksi Antipiretik : bila panas

Darah 15cc/kg BB/hari : bila ada perdarahan hebatBB < 10 kg : infuse RL 75 ml/kgBB/hariBB > 10 kg : infuse RL 50 ml/kgBB/hari ditambah minuman oralit, air buah/susu secukupnya

Bila anak tidak suka minum, pemberian cairan sesuaidengan kebutuhan pasien dalam waktu 24 jam :

BB < 25 kg : 100 ml/kgBB/24 jam BB 26 – 30 kg : 75 ml/kgBB/24 jam BB 31 – 40 kg : 60 ml/kgBB/24 jam BB 41 – 50 kg : 59 ml/kgBB/24 jam

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

Dengan Renjatan

Grade III

Infus RL 20 ml/ kgBB/1 jam

Tensi > 80 mmHg (sistolik) Tensi < 80 mmHg (sistolik) Nadi < 120 x/mnt (teraba) Nadi > 120 x/mnt (teraba) Akral hangat Akral dingin

RL 10 ml/kgBB/1 jam Plasma expander 10ml/kgBB/1 jam (max : 30ml/kgBB/24 jam)

Tensi dan nadi stabil

Cairan infuse sesuai kebutuhanCairan dalam 24 jam dikurangiCairan yang sudah masuk (24 jamdikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan) yaitu :

100 mil/kgBB/24 jam : untuk BB < 25 kg 75 ml/kgBB/24 jam : untuk 26-30 kg 60 ml/kgBB/24 jam : untuk 31-40 kg 50 ml/kgBB/24 jam : untuk 41-50 kg

Keadaan umum blm membaik (tensi ↓ < 80 mmHg) nadi cepat, lemah dan akral dingin

Keadaan umum membaik

Plasma expander 10 ml/kgBB/1 jam(max30ml/kgBB/24jam)

Cairan RL sesuai kebutuhan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk selama mengatasi renjatan

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DHF

A.Pengkajian

1.Identitas

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia

kurang dari 15 tahun ), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,

pendidikan orang tua.

2.Keluhan utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu

makan menurun

3.Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan

menurun.

4.Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

5.Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit pada anggota keluarga yang lain sangat

menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui

gigitan nyamuk aides aigepti.

6.Riwayat Kesehatan Lingkungan.

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti

kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya,

bak mandi jarang dibersihkan.

7.Riwayat Tumbuh Kembang

8.Pengkajian Per Sistem

8.1 Sistem Pernafasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan dangkal,

epistaksis,pergerakan dada simetris,perkusi sonor,pada auskultasi terdengar

ronchi, krekles.

8.2 Sistem persyarafan

Pada grade III ; kesadaran apatis, somnolen,keadaan umum lemah, serta

pada grade IV kesadaran koma, kejang..

8.3 Sistem Cardiovaskuler.

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji torniquet positif,

trombositopeni, pada grade II nadi lemah, kecil dan tidak teratur, ada

perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi, pada grade III dapat terjadi

kegagalan sirkulasi,nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut,

hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak

dapat diukur.

8.4 Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada

epigastrik,pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,

penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat

hematemesis, melena.

8.5 Sistem Perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/ jam, akan

mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.

8.6 Sistem integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif

pada uji torniquet, pada grade II terjadi perdarahan spontan petekie, pada

grade IV ekstrimitas teraba dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

B. Diagnosa keperawatan

1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.

2 Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler.

3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan deangan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu

makan menurun.

5 Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan faktor-faktor pembekuan

darah (thrombositopeni )

6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan

perdarahan.

7 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1 DP :Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Tujuan : Suhu tubuh normal

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 0 C – 37 0 C

Nadi antara 60 -- 100 X / menit

Akral teraba hangat.

Intervensi :

a. Beri kompres dingin

Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara

konduksi.

b. Berikan/ anjurkan pasien pada grade I & II untuk minum banyak 1500-

2000 cc/ hari ( sesuai toleransi ), Infus cairan ringer laktat dosis 75 ml /

Kg BB / hari untuk anak dengan BB > 10 kg atau 50 ml / Kg BB / hari

untuk anak dengan BB < 10 kg ( kolaborasi ).

Rasional :Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah

menyerap keringat.

Rasional :Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah

menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah )

tiap 3 jam.

Rasional : mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui

keseimbangan cairan dan elektrolit , tanda vital merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum pasien.

e Kolaborasi : pemberian cairan intra vena dan obat sesuai program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu

tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan suhu tubuh

pasien

2 DP :Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan

intra vaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan.

Kriteria : Input dan output seimbang

Akral hangat.

Nadi : 60 – 100 X / menit

Tekanan darah : 100 / 60 mm Hg – 120 / 80 mm Hg.

Intervensi.

a Awasi vital sign tiap 3 jam / lebih sering .

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

intravaskuler.

b. Observasi capillary refill.

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.

c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ.

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga

dehidrasi

d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 cc/ hari (sesuai toleransi ).

Rasional : Untuk memenuhi cairan tubuh peroral

e Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah

terjadinya hipovolemik syok.

.

3. DP : Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan,pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolumik.

Kriteria : Tanda vital dalam batas normal.

Nadi : 60 – 100 X / menit

Tekanan darah : 100 / 60 mm Hg – 120 / 80 mm Hg.

Intervensi :

a. .Monitor Keadaan umum pasien

Rasional : Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama

saat terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok.

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih.

Rasional :Perawat perlu terus mengobservasi vital sign untuk

memastikan tidak terjadi presyok/ syok.

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera

laporkan jika terjadi perdarahan.

Rasional : Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda

perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat

dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan

cairan tubuh secara hebat.

e.Kolaborasi : Pemeriksaan : HB, PCV, Trombo

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang

dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

4. DP: Resiko pemenuhan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan

nafsu makan menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi.

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi :

Berat Badan naik / tetap

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

Rasional :Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan

intervensi.

b. Observasi dan catat masukan pasien.

Rasional : Mengawasi masukan kalori / kualitas kekurangan konsumsi

makanan.

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu

makan.

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan masukan, juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral.

f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

5. DP :Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor

pembekuan darah ( thrombositopeni )

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan.

Kriteria : Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, thrombosit meningkat

TD 100 / 60 mm Hg, N : 80- 100 x / menit reguler, pulsasi kuat.

Intervensi :

a. Monitor tanda- tanda penurunan thrombosit yang disertai dengan tanda-tanda

klinis.

Rasional : penurunan thrombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran

pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda tanda

klinis

berupa perdarahan (nyata ) seperti epistaksis, petikie,dll.

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

b. Memberikan penjelasan tentang pengaruh thrombositopenia pada pasien.

Rasional : Agar pasien / keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi

pada pasien dan dapat membantu mengantipasi terjadinya perdarahan karena

thrombositopeni.

c. Memonitor jumlah thrombosit tiap hari.

Rasional : Dengan jumlah thrombosit yang dipantau setiap hari,dapat

diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan

yang dialami pasien.

d Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat.

Rasional : aktifitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya

perdarahan

6. DP : Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan

perdarahan

Tujuan : Tidak mengalami kecemasan.

Kriteria hasil : Wajah tampak tenang

Tidak selalu bertanya kepada petugas.

Intervensi :

a. Kaji rasa cemas yang dialami psien / keluarga.

Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien / keluarga

b. Menjalin hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.

Rasional : Agar pasien / keluarga bersikap terbuka dengan perawat.

c. Menunjukkan sikap empati.

Rasional:Sikap empati akan membuat pasien / keluarga merasa diperhatikan

dengan sungguh-sungguh

d.Berikan kesempatan kepada pasien / keluarga untuk mengungkapan rasa

cemasnya.

e. Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan, diajarkan pada pasien /

keluarga memberikan hasil yang efektif.

f. Menjawab semua pertanyaan pasien / keluarga dengan jujur dan benar.

Rasional :jawaban yang jujur dan benar akan mempertahankan kepercayaan

pasien pada perawat. Ini sangat penting agar pasien / keluarga tetap bersikap

terbuka pada perawat.

g. Berikan penjelasan tiap prosedur / tindakan yang akan dilakukan terhadap

pasien dan manfaatnya bagi pasien.

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN DHF

Rasional : Memberikan penjelasan tentang proses penyakit ( kolaborasi

dokter ). Menjelaskan tentang kemungkinan pemberian perawatan intensif

jika memang diperlukan oleh pasien untuk mendapatkan perawatan yang

lebih optimal.

h.Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara

bergantian

Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang jika ada anggota keluarga yang

menemani

.

7. DP : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien mengerti tentang informasi yang diberikan.

Kriteria hasil : Pasien / keluarga dapat menjelaskan kembali tentang ( proses

penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan bagi penderita DHF ).

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien / keluarga tentang penyakit DHF.

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien / keluarga, perawat

perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan tentang penyakit

yang diketahui pasien serta kebenaran informasi yang telah didapatkan

sebelumnya.

b. Kaji latar belakang pendidikan pasien / keluarga.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat

pendidikan mereka sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang

direncanakan berhasil.

c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada

pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dipahami.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga

tidak menimbulkan kesalahpahaman.

d. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien.

Rasional : Dengan mengetahui prosedur atau tindakan yang akan dialami,

pasien akan lebih kooperatif dan kecemasannya menurun.

e.Berikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan hal-hal yang

ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien.

Rasional : Mengurangi kecemasan dan memotivasi pasien untuk kooperatif

selama masa perawatan atau penyembuhan.

.

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN DHF