Asuhan Keperawatan Katarak
-
Upload
iwan-anggara -
Category
Documents
-
view
226 -
download
3
Transcript of Asuhan Keperawatan Katarak
Asuhan Keperawatan Katarak
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia sehingga tercapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan tujuan nasional. Sebagaimana kita ketahui
untuk mengupayakan tercapainya tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan meningkatkan
pengetahuan dengan kesadaran masyarakat mengenai lembaga-lembaga kesehatan baik
pemerintah maupun swasta.
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai oleh
pembangunan kesehatan adalah masyarakat. Bangsa dan Negara yang sehat dan penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup yang selalu memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-setinggi diseluruh wilayah Indonesia.
Derajat kesehatan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang makin
memenuhi harapan dengan makin meningkatnya kemampuan masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan mereka secara mandiri dan merupakan tanggung jawab kita
semua terutama perawat yang terlibat langsung dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa penyakit katarak sangat rentang dialami oleh
masyarakat dan dari tahun ketahun semakin meningkat. Sehubungan dengan hal itu maka
perlu pengembangan dan peningkatan pelayanan keperawatan khusunya pada pasien
penderita katarak.
Dengan adanya masalah tersebut, maka penulis memilih judul “RESUME
PENYAKIT KATARAK pada pasien Tn”H” dengan gangguan system pengindraan
“KATARAK” di ruangan Poli mata RSUD. Prof Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyusun materi ini dengan judul
“Resume penyakit KATARAK Tn “H” dengan gangguan system pengindraan “KATARAK”
di ruangan poli mata RSUD. Prof Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan Pemberian resume dengan masalalah
penyakit katarak di rungan poli mata RSUD. Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.\
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian, analisis data dan merumuskan diagnosa keperawatan
KATARAK.
b. Dapat menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah KATARAK.
c. Dapat melaksanakan implementasi pada pasien dengan masalah KATARAK.
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai masukan informasi bagi tenaga keperawatan khusunya yang berkaitan dengan kasus
KATARAK.
2. Sebagai bahan bacaan
3. Sebagai bahan tambahan pengalaman berharga bagi penulis untuk memperluas dan
menambahkan wawasan dalam RESUME.
E. Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan materi ini, pendekatan yang digunakan dalam menghimpun data dan
informasi dalam melaksanakan Resume Pada pasien dengan masalah KATARAK adalah :
1. Metode kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca buku dan diklat serta laporan yang
ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas
2. Study kasus
Study kasus ini dilaksanakan dengan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dengan
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan, secara
konprehensif untuk menghimpun data-data yang digunakan :
a. Wawancara
Untuk melakukan pendekatan bila mancari data-data khususnya bila pasien maupun keluarga,
tim medis dan profesi lainnya yang berkaitan dengan kasus tersebut.
b. Observasi
Dengan mengamati secara langsung gejala-gejala yang terjadi
c. Study dokumentasi
Dengan melihat catatan pada status pasien dan hasil tes diagnostiknya
F. Sistematika Penulisan
Penulisan materi ini dibagi dalam 3 BAB yang disesuaikan dalam sub-sub BAB
dengan uraian sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Pembahasan, akan dibahas mengenai konsep atau teori yang
mendasari materi.
A. Konsep Dasar Medis Terdiri atas :
1. Pengertia KATARAK
2. Klasifikasi KATARAK
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinik
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan medik
8. Test diagnostic
B. Konsep dasar Asuhan Keperawatan, terdiri atas :
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi & implementasi
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Penutup, terdiri atas 2 bagian, yakni kesimpulan dan saran atau masukan yang kiranya dapat
bermanfaat bagi dunia keperawatan, khusunya perawatan pasien penderita KATARAK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis
ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan
mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur
pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau
mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.
2. Etiologi Katarak
1. Ketuaan ( Katarak Senilis )
2. Trauma
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )
4. Penyakit sistemik (DM)
5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus
prenatal, seperti German Measles )
3. Patofisiologi
Anatomi Mata
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior
merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
7 Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan,
alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang
lama.
4. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-
abu atau putih.
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM.
6. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di
mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetes dan glaucoma
~ Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai
98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Aktifitas Istirahat :
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Neurosensori :
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang
gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar,
perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda :
~ Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak),
~ Pupil menyempit dan merah/mata keras,
~ kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
3. Nyeri / Kenyamanan:
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan
pada atau sekitar mata, sakit kepala
2.Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
DX.1 : Resiko tinggi terhadap cedera b/d kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler,
peningkatan TIO
TUJUAN :
Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
INTERVENSI :
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas,
penampilan, balutan mata.
Bahas perlunya penggunaan
kecamata
Anjurkan keluarga membantu pasien menata
lingkungan
Anjurkan untuk tidak memeberikan tekanan pada mata yang terkena
trauma
Anjurkan menggunaan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata
DX.2 : Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi.
TUJUAN :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan
sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
INTERVENSI :
Kaji kemampuan melihat, mengorientasikan klien terhadap lingkungan dan
aktifitas
Jelaskan terjadinya gangguan persepsi
penglihatan
Observasi tanda-tanda disorientasi.
DX.3 ; Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif
TUJUAN :
menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
INTERVENSI :
Kaji tingkat pengetahuan klien
Beri pendekatan kesehatan (penyuluhan tentang
penyakitnya.)
Beri kesempatan pada klien atau keluarga untuk
bertanya.
Beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN:
Nama klien : TN “ H”
Umur : 50 THN
Jenis kelamin : LAKI-LAKI
Alamat : jln mawar
Agama : islam
Sts. Perkawinan : kawin
Suku : makassar
Pendidikan : smp
Pekerjaan : wiraswasta
II. PENGKAJIAN:
A. Alasan masuk Rumah Sakit:
- Klien mengatakan penglihatannya kabur sejak 3 bulan yang lalu
B. Riwayat kesehatan:
1. Riwayat kesehatan sekarang:
~ Klien mengatakan penglihatannya kabur
~ Klien mengatakan sulit untuk melihat benda pada jarak jauh
~ Klien mengeluh karna takut tentang kondisinya
13
2. Riwayat kesehatan masa lalu:
~ Klien mengatakan pernah mengalami penyakit saraf
~ Klien sering mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri
C. Pengkajian Fisik
1. KU : Lemah
2. Mengukur TTV:
TD : 100/60 mmHg
N : 88x/i
S : 36,5
P : 22x/i
3. Sistem Penginderaan ( mata) :
1. Visus 3/6
2. Retina Nampak berwarna putih
3. Penglihatan kabur
III. DATA FOKUS
A. Data Subyektif
~ Klien mengatakan pada matanya terjadi penurunan ketajaman penglihatan
~ Klien mengatakan sulit melihat benda pada jarak jauh
~ Klien mengeluh tentang kondisi penglihatannya
~ Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
14
B. Data Obyektif
~ Penglihatan klien nampak kabur
~ Mata sebelah kiri nampak tertutup verban
~ Ekspresi wajah nampak gelisah
~ Klien Nampak bingung1
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX.1 : Resiko tinggi terhadap cedera b/d pandangan kabur,ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan pada matanya terjadi penurunan ketajaman penglihatan
DO : Penglihatan klien nampak kabur
DX.2 : Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan sulit melihat benda pada jarak jauh
DO : Penglihatan klien nampak kabur
14
DX.3 ; Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif ditandai
dengan:
DS : -Klien mengeluh tentang kondisi penglihatannya
-Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
DO : -Klien Nampak bingung
-Ekspresi wajah nampak gelisah
V. INTERVENSI :
DX.1 : Resiko tinggi terhadap cedera b/d pandangan kabur,ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan pada matanya terjadi penurunan ketajaman penglihatan
DO : Penglihatan klien nampak kabur
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi cedera dapat berkurang dengan
criteria :
1. Ketajaman penglihatan klien baik
2. Penglihatan tidak nampak kabur
16
Intervensi :
Anjurkan keluarga klien membantu menata lingkungan
R/ memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera
Anjurakn perlunya penggunaan kaca mata
R/ kaca mata melindungi mata terhadap cedera
Ajarkan cara pemberian obat tetes
R/ cedera dapat terjadi bila wadah obat
Anjurkan untuk tidak memberikan tekanan pada mata yang cedera
R/ tekanan pada mata menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut
DX.2 : Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi, ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan sulit melihat benda pada jarak jauh
DO : Penglihatan klien nampak kabur
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan persepsi penglihatan dapat
berkurang,dengan criteria :
1. Klien dapat melihat benda pada jarak jauhs
2. Penglihatan tidak nampak kabur
17Intervensi :
16Tentukan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,apakah satu mata atau dua mata
yang terlibat
R/ kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan terjadi lambat dan
progresif, tiap mata dapat berlanjut pada laju berbeda,tapi biasanya hanya satu mata.
Jelaskan terjadinya gangguan persepsi penglihatan
R/ Agar klien mengetahui penyebab gangguan penglihatan
DX.3 : kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif,ditandai
dengan :
DS : -Klien mengeluh tentang kondisi penglihatannya
-Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
DO : -Klien Nampak bingung
-Ekspresi wajah nampak gelisah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mengetahui tentang penyakitnya
dengan criteria
1. Klien tidak mengeluh tentang kondisinya
2. Klien mengetahui tentang penyakitnya
3. Klien tidak bingun
4. Ekspresi wajah nampak ceria
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien
R/ tingkat pengetahuan perlu di kaji agar dalam memberikan informasi kesehatan kita mampu
menyesuaikan sesuai dengan tingkat pengetahuan atau pendidikan
HE tentang pencegahan dan penularan penyakit
R/ agar klien mengerti atau paham tentang penyakit yang di deritanya
Beri kesempatan pada klien atau keluarga untuk bertanya.
R/ agar klien dapat terbuka dan mau menanyakan apa yang mereka tidak
ketahui
Beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien
R/ agar klien mengetahui tentang pentignnya obat-obatan untuk kesembuhannya
VI. IMPLEMENTASI
DX 1: Resiko tinggi terhadap cedera b/d kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler,
peningkatan TIO.
Menganjurkan keluarga klien membantu menata lingkungan
H/ keluarga klien mampu melakukan anjuran yang diberikan
Menganjurakn perlunya penggunaan kaca mata
H/ klien mau menggunakan
kecamata
Mengajarkan cara pemberian obat tetes
H/ klien mengerti tentang cara pemberian obat tetes mata
Menganjurkan untuk tidak memberikan tekanan pada mata yang cedera
H/ klien paham tentang anjuran yang diberikan dan akan melaksanakannya
DX.2 : Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi.
Menentukan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,apakah satu mata atau dua
mata yang terlibat
H/ Melalui tes visus,klien tidak mampu melihat jarak
jauh
mengkaji kemampuan melihat, mengorientasikan klien terhadap lingkungan dan aktifitas
H/ untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien melihat
menjelaskan terjadinya gangguan persepsi penglihatan
H/ untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi ansietas
20
20Dx 3: kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
Memberi pendekatan kesehatan (penyuluhan tentang penyakitnya.)
H/ klien mengerti dan paham tentang penyakit yang di deritanya
Memberikan kesempatan pada klien atau keluarga untuk bertanya.
H/ klien mampu terbuka dan mau menanyakan apa yang klien tidak ketahui
Memberitahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien
H/ klien mengetahui tentang pentignnya obat-obatan untuk kesembuhannya
penyakitnya
NASEHAT PULANG
Memberitahu pada klien bahwa obatnya di minum secara teratur.
Anjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan matanya
Anjurkan klien untuk tidak membasahi mata dan kepalanya selama penyakit belum sembuh.
Anjurkan klien untuk istirahat secukupnya.
Anjurkan klien untuk selalu minum yang Vitamin A.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata.
2. Defek kongenital mrupakan salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus
prenatal, seperti German Measles.
3. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan.
4. Salah satu diagnosa kep.yang bisa muncul yaitu Resiko tinggi terhadap cedera b/d kehilangan
vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO
5. Nasehat pulang dapat menganjurkan klien untuk tidak membasahi mata dan kepa
lanya selama penyakit belum sembuh.
B. Saran
1. Memberitahu pada klien bahwa obatnya di minum secara teratur
2. .Anjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan matanya
3. Anjurkan klien untuk istirahat secukupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta. EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC