BAB II Nifas Dengan Sc Ready

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Teori Medis a. Pengertian Nifas Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2008). Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). b. Klasifikasi Masa Nifas Menurut Suherni (2008), tahapan masa nifas (post partum atau puerperium) adalah : 1) Puerperium dini masa kepulihan, yakni saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan 5 |

description

tinjauan teori

Transcript of BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Page 1: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Teori Medis

a. Pengertian Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu

sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu

berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan

kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2008).

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Saleha, 2009).

b. Klasifikasi Masa Nifas

Menurut Suherni (2008), tahapan masa nifas (post partum atau puerperium) adalah :

1) Puerperium dini masa kepulihan, yakni saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-

jalan

2) Puerperium Intermedial, masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital,

kira-kira antara 6 – 8 minggu.

3) Remote Peurperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

Tahap masa nifas menurut Winkjosastro (2007), meliputi :

1) Periode immediete postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering

terjadi banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu

bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran

lokia, tekanan darah dan suhu.

5 |

Page 2: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

2) Periode early postpartum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal tidak ada

perdarahan, lokia tidak berbau busuk tidak demam, ibu cukup mendapatkan

makanan dan cairan, ibu dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari

serta konseling KB.

c. Perubahan Fisiologi Nifas

1) Uterus

Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan

iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plascenta site) sehingga jaringan

perlekatan plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas (Suherni,

2009).

2) Bekas Implantasi

6 |

Tabel perubahan yang normal di dalam uterus selama pst partum

Bobot

uterus

Diameter

uterus

Palpasi

uterus

Pada akhir persalinan 900 gram 12.5 cm Lembut/lunak

Pada akhir minggu ke-1 450 gram 7.5 cm 2 cm

Pada akhir minggu ke-2 200 gram 5.0 cm 1 cm

Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2.5 cm Menyempit

Sumber : Pusdiknaskes, 2003

Page 3: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasardan menonjol ke

dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan

diameter + 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal.

Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai

2,4 mm. (Wiknjosastro, 2006)

3) Luka-luka perineum

Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang

juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis

tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat (Suherni,

2009).

4) After pains

After pains adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada abdomen bagian

bawah yang sering dijumpai pada hari ke-7 hingga ke-10 postnatal (Suherni,

2009).

5) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mempunyai reaksi

basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada

kondisi asam yang ada pada vagina normal (Pusdiknakes, 2003).

Menurut Suherni (2008), macam-macam lochea antara lain:

a) Lochea rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel desidua, venix caseosa

atas palit atau semacam noda dan sel epite yang menyelimuti, lanugo dan

meconium atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman,

selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lochia Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3 – 7

pasca persalinan.

c) Lochia Serosa

7 |

Page 4: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7 – 14 pasca

persalinan.

d) Lochea Alba

Lochea Alba adalah cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.

e) Lochea purulenta,

Lochea purulenta ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

f) Lochiotosis

Lochiotosis adalah lochia tidak lancar keluarnya.

6) Servik

Perubahan-perubahan yang terdapat serviks ialah servik agak menganga seperti

corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan servik tidak berkotraksi, sehingga seolah-olah pada

perbatasan korpus dan servik terbentuk semacam cincin (Wiknjosastro, 2005).

7) Ligamen-ligamen

Ligamen facia dan diafragma pelvis serta facia yang meregang sewaktu kehamilan

dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur mengecil kembali seperti

sediakala. Tidak jarang ligamentum rotondum menjadi kendor yang

mengakibatkan uterus jatuh ke belakang (Wiknjosastro, 2006).

8) Perubahan Sistem Tubuh lainnya

Menurut Suherni (2009), perubahan sistem tubuh lainnya, yaitu

a) Perubahan pada sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya

disebabkan karena makanan pada dan kurangnya makanan berserat selama

persalinan. Di samping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan

jahitan pada perineum.

b) Perubahan Perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu tergantung

pada:

Keadaan atau status sebelum persalinan,

8 |

Page 5: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Lamanya partus kalau dilalui.

Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.

Di samping itu dari hasil pemeriksaan sistocopic (sistoskopik) segera setelah

persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia dinding vesica

urinaria, akan tetapi sering terjadi ektravasari.

c) Laktasi

Proses ini dikenal dengan istilah inisiasi menyusu dini, dimana ASI baru akan

keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon

penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.

Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi, sehingga

susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2 – 3 hari setelah melahirkan (Saleha,

2009).

2. Konsep Dasar sectio caesarea

a. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada

dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui

perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan

sehat (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

Sectio caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi dinding abdomen

(laparotomy) dan dinding uterus (histerektomi) (Garry, 2005)

b. Macam – macam operasi Sectio Caesarea (Garry, 2005)

1) Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio caesarea transperitonealis:

Sectio caesarea klasik atau corporal ( dengan insisi memanjang pada

corpus uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus

uteri kira- kira10 cm.

Kelebihan :

Mengeluarkan janin dengan cepat.

Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

9 |

Page 6: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Sayatan biasa diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan :

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperitonealis yang baik.

Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri

spontan.

Sectio caesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada

segmen bawah rahim).

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen

bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

Penjahitan luka lebih mudah.

Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.

Perdarahan tidak begitu banyak.

Kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

Kekurangan :

Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat

menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan

banyak.

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

b. Sectio caesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum

perietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.

2) Vagina (sectio caesarea vaginalis) menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea

dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Sayatan memanjang (longitudinal).

b. Sayatan melintang (transversal).

c. Sayatan huruf T (T insicion).

c. Indikasi

10 |

Page 7: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Menurut Winkjosastro (2006), operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran

pervaginal mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada janin,

dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio caesarea proses

persalinan normal/kegagalan proses persalinan normal (Dystosia) :

1) Fetal distress

2) His lemah/melemah

3) Janin dalam posisi sungsang atau melintang

4) Bayi besar (BBL >4,2 kg)

5) Plasenta previa

6) Kelainan letak

7) Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)

8) Ruptur uteri mengancam

9) Hydrocephalus

10) Primi muda atau tua

11) Partus dengan komplikasi

12) Panggul sempit

d. Perawatan ibu nifas post sectio caesarea

1) Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama dan 30

menit pada 4 jam kemudian.

2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.

3) Pemberian transfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.

4) Pemberian antibiotika.

Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat

dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan dengan

kolaborasi SpOG untuk terapi obat

5) Mobilisasi

Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan

dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke

kamar mandi dengan bantuan.

6) Pemulangan

11 |

Page 8: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima

setelah operasi (Mochtar, 2004).

B. Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan ketrampilan dalam rangka/tahapan yang logis untuk pengambilan

keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004).

2. Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Varney

Proses manajemen menurut Varney (2007) ada 7 langkah dimulai dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Pengkajian Data

Pengkajian data adalah langkah pengumpulan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Langkah ini

menentukan proses interpretasi data tahap selanjutnya sehingga harus

komprehensif. Hasil pemeriksaan menggambarkan kondisi atau masukan klien

yang sebenarnya atau valid (Varney, 2004).

1) Data subjektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan

oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi

(Ambarwati dan Wulandari, 2008).

a) Biodata

Biodata adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap

sehingga sesuai dengan sasaran (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Identitas meliputi :

Nama : Untuk mengetahui dan mengenal pasien.

12 |

Page 9: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Umur : Untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.

Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting

dalam pemberian KIE.

Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.

Suku bangsa : Dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial budaya

pasien.

Alamat : Dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di

lingkungan tempat tinggal pasien.

b) Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas

misalnya pasien merasa mules, pada kasus post sectio caesarea keluhan biasa

muncul yaitu rasa nyeri pada perut, badan terasa lemah, pusing, sulit mobilisasi

(Manuaba, 2007).

c) Riwayat Kebidanan

a. Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidak,

sudah beberapa kali menikah, berapa jumlah anaknya (Wiknjosastro, 2005).

b. Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah

yang dikeluarkan dan pernah disminorhoe (Ambarwati dan Wulandari,

2008).

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,

jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan

nifas yang lalu (Wiknjosastro, 2005).

d. Riwayat kehamilan, persalinan saat ini

Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau tidaknya

penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut

(Wiknjosastro, 2005).

13 |

Page 10: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Untuk mengetahui jenis persalinan, penolong persalinan, lama persalinan

kala I, II, III, IV, keadaan anak, jumlah air ketuban, komplikasi persalinan

ibu dan bayi pada kasus ini riwayat persalinan sekarang adalah sectio

caesarea (Wiknjosastro, 2005).

d) Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit

yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas

dan bayinya (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat

atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang

dapat mempengaruhi pada masa nifas ini (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

e) Pola kebiasaan selama sehari-hari

1. Pola nutrisi

Untuk mengetahui pola makan dan minum frekuensi, banyaknya jenis

makanan, makanan pantangan (Ambarwati, 2008).

2. Pola eliminasi

Pada kasus nifas post sectio caesarea BAK melalui kateterisasi pada

ibu masih berbaring ditempat tidur untuk beberapa hari, sedangkan

BAB menggunakan pispot (Ambarwati, 2008).

3. Pola istirahat

Untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur.

Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat

yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati, 2008).

f) Keadaan psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, keadaan

mental ibu nifas post sectiocaesarea adalah cemas, sulit tidur, merasa

bersalah, mudah tersinggung, pikiran negatif terhadap bayinya (Manuaba,

2007). Mengetahui bagaimana dukungan keluarga, status rumah tinggal,

14 |

Page 11: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat yang dilakukan (Manuaba, 2007).

b. Data objektif

Data objektif adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

pasien yang meliputi :

1) Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,

sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan section

caesarea adalah sedang (Hacker, 2004).

b. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis,

apatis, apakah somnolen atau koma (Alimul, 2006).

Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan sectio

caesarea adalah composmentis (Alimul,2006).

c. Tanda vital

Tekanan darah : Untuk mengetahui atau mengukur batas normal

tekanan darah antara 90/80 mmHg sampai 130/90

mmHg (Prawirohardjo, 2005). Sedangkan tekanan

darah ibu nifas post sectio caesarea adalah

110/70-130/80 mmHg (Prawirohardjo, 2005).

Suhu : Untuk mengambil suhu basal pada ibu, suhu badan

yang normal 360C sampai 370C (Sulistyawati,2005).

Sedangkan suhu pada ibu nifas post sectio caesarea

adalah 36°C- 38°C (Prawirohardjo, 2005).

Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis

melahirkan, biasanya denyut nadi akan lebih

cepat (Ambarwati, 2008).

Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang

dihitung dalam menit (Prawirohardjo, 2005).

Sedangkan respirasi pada ibu nifas post sectio

caesarea cenderung lebih cepat 16-26 x/menit

(Prawirohardjo, 2005).

15 |

Page 12: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : Untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit kepala dan

karakteristik seperti rambut bersih, rontok atau tidak (Nursalam,

2007).

Muka : Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema

apa tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak (Wiknjosastro, 2006).

Mata : Conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan mata

cekung atau tidak (Wiknjosastro, 2006).

Mulut : Untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau kotor, ada

stomatitis apa tidak, pada gusi terdapat caries apa tidak dan pada gigi

terdapat karang gigi atau tidak (Wiknjosastro, 2006).

Leher : Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tiroid atau

kelenjar gondok (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Dada : Untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada

nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, puting susu

menonjol atau tidak dan pengeluaran ASI atau kolostrum

(Farrer,

2004)

Axilla : Untuk mengetahui adanya pembengkakan, benjolan dan nyeri

(Wiknjosastro, 2006).

Perut : Untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak (Saifuddin

2006). Pada kasus ibu nifas dengan post sectio caesarea

terdapat bekas luka operasi (Saifuddin, 2006).

Vulva : Untuk mengetahui apakah ada luka perinium, apakah terdapat tanda-

tanda infeksi dan apakah ada lochea sesuai dengan masa nifas

pada ibu post section cesarean (Saifuddin, 2006).

Anus : Untuk mengetahui apakah ada hemoroid (Ambarwati & Wulandari,

2008).

Ekstremitas :Untuk mengetahui ada tidaknya varices (Alimul, 2006).

16 |

Page 13: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa

seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi (Varney, 2004).

Pada post sectio caesarea pemeriksaan haemoglobin perlu diukur sebab

biasanya setelah dioperasi terjadi penurunan haemoglobin sebanyak 2 gr%

(Saifuddin, 2006).

b. Interpretasi Data

Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang

diperoleh dengan teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien.

Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan

(Prawirohardjo, 2005).

1) Diagnosa kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan

(Prawirohardjo, 2005). Diagnosa pada kasus ini ditegakkan Ny. X P…

A.. umur … tahun nifas dengn post sectio caesarea hari ke berapa.

Dasar:

a. Data subyektif

Menurut Prawirohardjo (2005), data subyektif meliputi:

Ibu mengatakan keadaan setelah post sectio caesarea.

Ibu mengatakan kecemasan atau rasa ketidaknyamanan setelah post

sectio caesarea.

b. Data obyektif

Menurut Prawirohardjo (2005), data obyektif meliputi:

Keadaan umum

Keadaan umum ibu setelah dilakukan tindakan section caesarea, adalah

sedang.

Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan sectio caesarea, adalah

composmentis (Prawirohardjo, 2005).

Tanda-tanda vital

17 |

Page 14: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

Tekanan darah

Ibu nifas post sectio caesarea tekanan darahnya teratur apa tidak.

Tekanan darah ibu post sectio caesarea 110/90 – 130/80 mmHg

(Prawirohardjo, 2005).

Suhu

Ibu nifas post sectio caesarea suhu tubuhnya normal atau tidak. Suhu

pada ibu post sectio caesarea 36° - 38°C (Prawirihardjo, 2005).

Nadi

Ibu nifas post sectio caesarea nadinya normal apa tidak. Nadi pada ibu

post sectio caesarea adalah 50 – 90 x/menit (Prawirohardjo, 2005).

Respirasi

Ibu nifas post sectio caesarea respirasinya cenderung lebih cepat

atau lambat. Respirasi ibu post section caesarea 16 -26 x/menit

(Prawirohardjo, 2005)

TFU pada ibu nifas post sectio caesarea dalam 1 hari masih setinggi pusat

(Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Perut terdapat luka jahitan berbentuk jelujur.

Kontraksi uterus kuat, sedang, atau lemah. Kontraksi uterus kuat (Ladewig,

dkk, 2006).

Pemeriksaan haemoglobin perlu dilakukan karena biasanya setelah

melakukan operasi terjadi penurunan haemoglobin sebanyak 2 gr%

(Saifuddin, 2002).

2) Masalah

Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dan hasil dari pengkajian

(Varney, 2004). Dalam kasus ibu nifas post section caesarea adalah cemas,

sulit tidur, merasa bersalah, mudah tersinggung, pikiran negatife terhadap bayi

(Manuaba, 2007).

3) Kebutuhan

Merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam

diagnosa dan masalah (Varney, 2004).

18 |

Page 15: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

c. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang sudah diidentifikasi

(Varney, 2004). Diagnosa yang kemungkinan terjadi adalah infeksi nifas,

pendarahan, jika kandung kemih (Wiknjosastro, 2006).

d. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Dalam langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Varney, 2004). Antisipsi

pertama yang dilakukan pada ibu post sectio caesarea antara lain kolaborasi

dengan SpOG, pemberian antibiotic profilaksis (Wiknjosastro, 2006).

e. Intervensi

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau

diantisipasi (Manuaba, 2002). Adapun rencana asuhan yang diberikan adalah :

a. Lakukan manajemen post operatif

b. Anjurkan mobilisasi/aktifitas

c. Lakukan perawatan luka

d. Lakukan katerisasi dan observasi eliminasi

e. Beri KIE tentang KB

f. Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah kelima dan dilakukan secara efisien dan aman

(Saifuddin, 2002).

g. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di

19 |

Page 16: BAB II Nifas Dengan Sc Ready

dalam diagnosa dan masalah dengan hasil keadaan umum dan tanda-tanda vital

sing keadaan luka post sectio cesarean tidak ada tanda-tanda infeksi mobilisasi

dengan baik (Saifuddin, 2002). Evaluasi asuhan kebidanan pada ibu post section

caesarea antara lain keadaan umum baik dan tanda – tanda vital normal,

tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka post operasi (Saifuddin, 2002).

3. Data Perkembangan

Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah SOAP

menurut Varney (2004) yang meliputi:

Subyektif : Pengumpulan data klien melalui anamnesis.

Obyektif : Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasl laboratorium

dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung assesment.

Assesment : Pendokumentasian hasil analisa interpretasi data subyekti dan

obyektif dalam suatu identifikasi yang meliputi:

Diagnosa atau masalah.

Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.

Planning : Pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan,

berdasarkan assesment.

20 |