BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

12
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi 1. Pengertian Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja 2011). Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan. Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ransangan internal (pikiran) dan rangsangan ekternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010). Halusinasi pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam mempersepsikan suara yang disengar klien. Suara bisa menyenangkan, ancaman, membunuh, dan merusak (yosep, 2010). 2 Faktor predisposisi Menurut (Stuart dan Sudeen, 2009) faktor predisposisi dapat meliputi : a. Biologis Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut: - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

1. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja 2011).

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau

gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar

yang dapat meliputi semua sistem penginderaan. Halusinasi hilangnya

kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan

rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat

tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata

(Kusumawati, 2012).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

ransangan internal (pikiran) dan rangsangan ekternal (dunia luar). Klien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau

rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara padahal

tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010). Halusinasi

pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam mempersepsikan suara

yang disengar klien. Suara bisa menyenangkan, ancaman, membunuh, dan

merusak (yosep, 2010).

2 Faktor predisposisi

Menurut (Stuart dan Sudeen, 2009) faktor predisposisi dapat meliputi :

a. Biologis

Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor

herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat

penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza.

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

7

1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang

lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak

klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,

atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan

kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

b. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan

kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,

kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.

c. Sosial budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan

kehidupan yang terisolasi disertai stress.

3 Faktor presipitasi

Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014)

:

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. Stres lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

8

c. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

4 Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi

termasuk :

a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku

kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan

dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi

ansietas.

b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi

pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai

upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi).

c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun

psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber

stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-

lain, sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis,

mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan

bermusuhan.

5 Rentang Respon

Menurut (Stuart & Laraia, 2009) halusinasi merupakan salah satu respon

maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini

merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya

akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus

berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra (pendengaran,

penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi

mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus

tersebut tidak ada. Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti

dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

9

Pikiran logis Pikiran terkadang

menyimpng

Kelainan pikiran

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Emosional berlebihan /

dengan pengalaman

kurang

Tidak mampu mengontrol

emosi

Perilaku sosial Perilaku ganjil Ketidak teraturan

Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologis ( Muhith, 2015 )

Keterangan :

1. Respon adaptif

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial

budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas

normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecakan maslah

tersebut respon adaptif:

a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.

b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada keyantaan.

c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli.

d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.

e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan

lingkungan.

6 Respon psikososial

Respon psikososial meliputi :

a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang yang menimbulkan

gangguan.

b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang

penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena ransangan

panca indra.

c. Emosi berlebihan atau berkurang .

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

10

d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran.

e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain.

7 Respon maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,

adapun respon maladaptif meliputi :

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.

b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

c. Kerusakan proses emosi perubahan sesuatu yang timbul dari hati.

d. Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.

2.1.2 Pengkajian Halusinasi

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan yang sistematis dalam pengumpilan data dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengindentifikasimstatus kesehatan klien. (Abdul

Muhith, 2015:4) . Adapun pengkajian meliputi :

a. Identitas klien meliputi biodata pasien.

b. Keluhan utama

Setelah dilakukan wawancara dan observasi, muncul data subyektif dan

obyektif dari hasil wawancara dan observasi. ( Ah Yusuf,dkk, 2015 :106)

1) Data subjektif (DS)

a) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

b) Merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman, perabaan, atau

pengecapan

2) Data objektif (DO)

a) Distorsi sensori

b) Respons tidak sesuai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

11

c) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium

sesuatu

d) Menyendiri dan marah-marah tanpa sebab

c. Aspek Biologis

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress

yang di alami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat

yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres berkepanjang

menyebabkan teraktivitasnya neurotransmiter otak, sehingga dapat

menimbulkan kelainan bawaan atau cedera pada otak, kekurangan nutrisi

pada fisik (Yosep 2010).

d. Aspek Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat

diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari halusinasi

berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi

menetang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat

sesuatu terhadap kekuatan tersebut (Yosep 2010).

e. Aspek Intelektual

Individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan

fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri

untuk melawan impuls yang menekan, namum merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian

klien dan jarang akan mengontrol semua perilaku klien (Yosep 2010).

f. Aspek Sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan

comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata

sangat membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia

merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,

kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi

halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah

halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung

mengikutinya (Damayanti, M & Iskandar (2012.62).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

12

g. Aspek Spritual

Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,

tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara

spiritual untuk menyucikan diri, irama sikardiayanya terganggu, karena

ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun

merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir

tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan

dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk (Damayanti, M

& Iskandar (2012)

2.1.3 Diagnosa Keperawatan

Gangguan sensori persepsi Halusinasi Pendengaran.

Menurut (SDKI, 2016) diagnosa pada gangguan jiwa halusinasi adalah

gangguan persepsi sensori. Gangguan persepsi sensori adalah suatu

perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang

disertai dengan respon yang berkurang, berlebih atau terdistorsi. Gangguan

persepsi sensori disebabkan oleh gangguan penglihatan, pendengaran,

penghidungan, perabaan, hipoksia serebral, penyelahgunaan zat, usia lanjut,

pemajanan toksin lingkungan.

Diagnosa gangguan persepsi sensori memiliki dua tanda dari gejala

mayor dan minor. Tanda gejala mayor antara lain: mendengarkan suara

bisikan alam melihat bayangan, merasakan sesuatu melalui indera perabaan,

penciuman, pengecapan, penderita kadang bersikap seolah melihat,

mendengar, mengecap, meraba, atau menciumsesuatu, distorsi sensori dan

kadang penderita berespon tidak sesuai. Sedangkan tanda minor antara lain:

penderita menyatakan kesal, saat dilakukan pengamatan klien tampak

menyendiri, melamun, konsentrasi buruk, disorientasi waktu, tempat,

situasi, melihat ke satu arah, mondar-mandir, bicara sendiri.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

13

2.1.4 Perencanaan Tindakan Keperawatan

Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Intervensi Rasional

Tujuan Kriteria

Evaluasi

Gangguan Persepsi

Sensori TUM:

Klien dapat

mengontrol

halusinasi yang

dialaminya

TUK:

a. Klien dapat

mengenal

halusinasinya

Setelah 1x

interaksi klien

menyatakan

perasaan dan

responnya saat

mengalami

halusinasi:

a. Marah

b. Takut

c. Sedih

d. Senang

e. Cemas

f. Jengkel

Observasi:

a. Monitor

perilaku yang

mengindikasi

halusinasi

b. Monitor dan

sesuaikan

tingkat aktivitas

dan stimulasi

lingkungan

c. Monitor isi

halusinasi

(kekerasan atau

membahayakan

diri).

Observasi:

a. Klien dapat

menjelaskan

terjadinya

halusinasi

b. Agar klien

tetap dalam

keadaan aman

dan nyaman

c. Klien tetap

keadaan stabil

dan dapat

mengontrol

halusinasinya

TUK:

Klien dapat

mengontrol

halusinasinya

Setelah 1x

interaksi klien

menyebutkan:

a. Tindakan yang

biasanya

dilakukan

untuk

mengatasi

halusinasi

b. Menyebutkan

cara baru

mengontrol

halusinasi

c. Dapat memilih

dan

memperagakan

cara mengatasi

halusinasi

d. Melaksanakan

cara yang telah

dipilih untuk

mengendalikan

halusinasinya

e. Mengikuti

terapi aktivitas

kelompok

Terapeutik:

a. Pertahankan

lingkungan yang

aman

b. Lakukan

Tindakan

keselamatan

Ketika tidak

dapat

mengontrol

perilaku (limit

setting,

pembatasan

wilayah,

pengekangan

fisik dan

seklusi)

c. Diskusikan

perasaan dan

respons terhadap

halusinasi

d. Hindari

perdebatan

tentang validitas

halusinasi.

Terapeutik:

a. Klien tetap

terjaga dari

bahaya

b. Klien dapat

mengontrol

halusinasi yang

dapat

membahayaka

n diri sendiri

maupun orang

lain serta

lingkunganya

c. Klien dapat

memahami apa

yang terjadi

pada dirinya

saat halusinasi

d. Agar klien

tetap nyaman

dan tidak

tersinggung

oleh orang lain.

TUK:

a. Klien dapat

dukungan dari

Setelah 1x

pertemuan

keluarga, keluarga

Edukasi:

a. Anjurkan

memonitor

Edukasi:

a. Klien dapat

mengontrol

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

14

keluarga dalam

mengenal

halusinasinya

b. Klien dapat

menerapkan

terapi yang

dilakukan

menyatakan

setuju:

a. Untuk

mengikuti

pertemuan

dengan

keluarga

b. Keluarga

menyebutkan

pengertian,

tanda dan

gejala, roses

terjadinya

halusinasi dan

tindakan untuk

mengendalikan

halusinasi

sendiri situasi

terjadinya

halusinasi

b. Anjurkan bicara

pada orang yang

dipercaya untuk

memberi

dukungan dan

umpan balik

korektif

terhadap

halusinasi

c. Anjurkan

melakukan

distraksi

(mendengarkan

music,

melakukan

aktivitas dan

Teknik

relaksasi)

d. Ajarkan pasien

dan keluarga

cara mengontrol

halusinasi

halusinasinya

sendiri tanpa

bantuan orang

lain

b. Agar klien

mempunyai

teman untuk

mengobrol dan

dipercayainya

sendiri

c. Cara

melupakan

bahwa klien

terjadi

halusinasi dan

menjadikan

klien rileks

d. Klien dan

keluaganya

dapat

mengontrol

halusinasi

dengan cara

terapi yang

dilakukan

TUK:

Klien dapat

menerapkan terapi

music

Setelah 1x

interaksi klien

dapat mengikuti

terapi musik:

a. Klien dapat

mengikuti

perintah

b. Klien mampu

mengungkapka

n perasaan

setelah

mengikuti

terapi music

c. Klien membuat

kegiatan untuk

berinteraksi

dengan orang

lain

a. Intuksikan

pasien untuk

mengikuti

perintah

b. Tanyakan

bagaimana

perasaan

setelah

melakukan

terapi music

c. Tuntun pasien

dalam

berinteraksi

dengan orang

lain

d. Buat jadwal

untuk terapi

music dan latih

cara

berinteraksi

a. Untuk

meningkatka

n kemampuan

klien

b. Untuk

mengalihkan

pikirannya ke

hal positif

c. Untuk

mempercepat

penyembuhan

halusinasi

d. Untuk

melatih

secara rutin

2.2. intervensi Keperawatan (SIKI, 2018) (SLKI, 2019)

2.1.5 Implementasi

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami

gangguan jiwa halusinasi pendengaran :

1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya halusinasi

2. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama

orang lain

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

15

3. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien

4. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan aktifitas terjadwal

5. Melatih klien minum obat secara teratur

6. Melatih kemampuan klien mengontrol halusinasi nya dengan cara

terapi musik klasik (Damayanti, M & Iskandar (2012)

2.1.6 Evaluasi

Melakukan Evaluasi SOAP berdasarkan kriteria hasil yang diharapkan

ekspresi wajah klien bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak

mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab

salam, mau duduk disamping dengan perawat. Klien dapat menyebutkan

waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi. Klien dapat menyebutkan

tindakan yang biasa dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.klien

dapat membina hubungan saling percaya. Klien dan keluarga dapat

menyebutkan manfaat dosis dan efek samping obat (Damayanti, M &

Iskandar (2012)

2.2 Teori terapi musik

2.2.6 Pengertian

Terapi musik adalah suatu proses yang terencana bersifat preventif,

dalam usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengalami kelainan

atau hambatan dalam pertumbuhannya, baik fisik motorik, sosial emosional,

maupun mental intelegensi. Terapi musik menggunakan musik atau elemen

musik oleh seseorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan

mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual (Suryana,

2012, hlm 13).

Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang

bertujuan untuk mengurangi perilaku agresif, memberikan rasa tenang,

sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual

dan menyembuhkan gangguan psikologi. Terapi musik juga digunakan oleh

psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan

kejiwaan dan gangguan psikologis.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

16

Penggunaan terapi musik dimulai setelah Perang Dunia I, ketika pelaku

terapi musik hanya sekelompok pemusik dan digunakan untuk mengobati

para veteran yang memiliki trauma dari perang baik mental maupun fisik

dari perang tersebut. Setelah Perang Dunia II, terapi musik dikembangkan

secara intensif pada rumah sakit di Amerika kemudian di Eropa.

Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisasi,

terdiri atas melodi, ritme, harmoni, warna (timbre), bentuk, dan gaya. Musik

memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang di

alami oleh seseorang. Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi,

musik dapat meningkatkan, memulihkan, memelihara kesehatan fisik,

mental, emosional, sosial, dan spiritual dari setiap individu. Hal ini

dikarenakan musik memiliki beberapa kelebihan, seperti bersifat universal,

nyaman, menyenangkan, dan terstruktur. Perlu diingat bahwa banyak proses

dalam hidup berakar dari irama. Sebagai contoh, nafas, detak jantung, dan

pulsasi semuanya berulang dan berirama.

Manfaat musik untuk kesehatan dan fungsi kerja otak telah diketahui

sejak zaman dahulu. Para dokter Yunani dan Romawi kuno menganjurkan

metode penyembuhan dengan mendengarkan permainan alat musik seperti

harpa dan flute. Secara psikologis pengaruh penyembuhan musik pada

tubuh adalah pada kesempatan khusus untuk berinteraksi dan membangun

pendekatan emosional.

2.2.2 Jenis Terapi Musik

Semua jenis musik dapat digunakan sebagai terapi. Seperti lagu-lagu

rileksasi lagu popular, maupun klasik. Namun dianjurkan untuk memilih

lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan per menit yang bersifat rileks. Jika

temponya terlalu cepat, maka secara tidak sadar stimulus yang masuk akan

membuat kita mengikuti irama tersebut, sehingga tidak mencapai keadaan

istirahat yang optimal. Musik klasik yang menjadi acuan adalah karya

Mozart. Hampir semua karya Mozart memilik nada-nada dengan frekuensi

tinggi, rentang nada luas, dan tempo yang dinamis (Turana, 2006).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Asuhan Keperawatan ...

17

2.2.3 Teknik terapi musik

Persiapan alat dan lingkungan:

1) Kursi dan meja.

2) Kaset CD, tape recorde, atau mp3 jenis musik yang digunakan.

3) Lingkungan yang tenang, nyaman, dan bersih.

Persiapan kilen :

1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan, serta meminta

persetujuan klien untuk mengikuti terapi musik.

2) Posisikan tubuh klien secara nyaman dan rileks.

Prosedur :

1) Memberi kesempatan klien memilih jenis musik.

2) Mengaktifkan tape recorder dan mengatur volume suara sesuai selera

klien.

3) Mempersilakan klien mendengar musik selama minimal 15 menit.

4) Saat klien mendengar musik arahkan untuk fokus dan rileks terhadap

lagu yang didengar dan melepaskan semua beban yang ada.

5) Setelah musik berhenti klien dipersilakan mengungkapkan perasaan

yang muncul saat musik tersebut di putar, serta perubahan yang terjadi

dalam dirinya.

Kriteria Evaluasi :

1) Mengkaji proses dan hasil terapi musik menggunakan catatan aktivitas

terapi yang di gunakan.

2) Menganalisis sesi yang telah di lakukan untuk melihat keefektifan

terapi.

3) Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat dapat

mengetahui progres teknik yang dilakukan klien dalam

mengembangkan sesi.

4) Klien tidak mengalami kejenuhan, raut wajah tampak segar dan bugar.

(Setyoadi, 2011 :45)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--