Laporan Faal Fix

85
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA Oleh : KELOMPOK B-16 Ketua:MuhammadFajar Ramadhan 1102012172 Sekretaris:Reza Ardi Wibowo 1102012242 Zulfah 1102013320 Muhammad Rezki Saputra 1102013184 Nadhila Adani 1102013196 Meidika Wulandari 1102013166 Nadhia Putri Anggraeni 1102013195 Salsabila Rahma 1102013260 Widi Astuti Rosa 1102013300 Putri Cantika Revera 1102012230 Raesya Dwi Ananta 1102012239 FAKULTAS KEDOKTERAN

description

Faal

Transcript of Laporan Faal Fix

Page 1: Laporan Faal Fix

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK PANCA INDERA

Oleh :

KELOMPOK B-16

Ketua:MuhammadFajar Ramadhan 1102012172

Sekretaris:Reza Ardi Wibowo 1102012242

Zulfah 1102013320

Muhammad Rezki Saputra 1102013184

Nadhila Adani 1102013196

Meidika Wulandari 1102013166

Nadhia Putri Anggraeni 1102013195

Salsabila Rahma 1102013260

Widi Astuti Rosa 1102013300

Putri Cantika Revera 1102012230

Raesya Dwi Ananta 1102012239

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2015/2016

Page 2: Laporan Faal Fix

DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................................ 2

Praktikum Fisiologi I............................................................................................................. 3

Praktikum Fisiologi II............................................................................................................ 16

Praktikum Fisiologi III........................................................................................................... 33

Praktikum Fisiologi IV..........................................................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 53

2 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 3: Laporan Faal Fix

PRAKTIKUM FISIOLOGI ILENSA TIPIS

1. Tujuan PercobaanMenentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen)

serta sifat bayangan.

2. Alat dan Bahan1. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa,

benda, cermin, benda, dan tabir (layar).2. Lensa cembung dan cekung3. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala.4. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

3. Teori DasarA. Rumus Gauss

Benda nyata yang terletak di depan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata di belakang lensa. Bayanngan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan lensa konvergen f= titik fokus, O= pusat sumbu optik lensa.Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa

1 = 1 + 1 f b v

f = b . v b+v

Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuanf = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen

3 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 4: Laporan Faal Fix

v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan negatif untuk benda mayab = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk bayangan nyata dan negatif untuk bayangan maya

Bayangan nyata terletak dibelakanh lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya terletak didepan lensa dan tidak dapat ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik leinnya (lensa dan cermin).

Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap objek dapat diperoleh dari persamaan

m = tinggi bayangan = - b.tinggi benda v

Munculnya tanda negatif hanya karena keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus maka perjanjiannya akan terbalik.

B. Rumus BesselJika jarak antara benda dan tabir dibuat tetap dan lebih besar dari 4f

maka terdapat dua kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir.

Gambar 2. Dua kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir.

Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan

a = jarak benda ke tabird = jarak antara dua kededekan lensa yang menghasilkan bayangna

4 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 5: Laporan Faal Fix

tajam yang diperbesar dan diperkecil.vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesarbb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesarvk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecilbk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa:

d = vk – vb

=bb – bk

=bb – vb

Mengingat bahwa a = vb + bb maka diperoleh (4)

vb = a – d 2

bb = a + d2

Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) menghasilkan

f = a 2 – d 2 4a

(5)

Perhatikan bahwa a dan d selalu positif.

C. Gabungan Lensa dengan Cermin DatarMisalkan benda diletakkan pada bidang fokus lensa dan dibelakang

lensa terdapat cermin datar.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar.

5 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 6: Laporan Faal Fix

Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga terbentuk bayangan di tempat tak berhingga. Selanjutnya oleh cermin datar berkas ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehingga berbentuk bayangan sama besar pada bidang fokus/benda.

D. Rumus lensa GabunganUntuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa.

Dalam analisis pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jaarak fokus fg. Untuk gabungan dua lensa fg dirumuskan sebagai :

1 = 1 + 1 – t .fg f1 f2 f1 f2

dengan t adalah jarak dua sumbu optik lensa.Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga :

1 = 1 + 1 fg f1 f2

E. Pembentukan Bayangan oleh gabungan lensa Konvergen-DivergenLensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata

tetapi dari benda maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlikan bantuan lensa positif dengan susunan seperti gambar berikut.

Gambar 4. Pembentukan bayangan oleh gabungan lensa konvergen dan divergen, O- adalah bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi objek/ benda maya lensa divergen (-).B- adalah nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-

4. Cara KerjaA. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen

6 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 7: Laporan Faal Fix

Merujuk pada teori diatas maka penentuan jarak fokus lensa konvergen dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss dan berbantuan cermin datar.

i. Cara Gauss1. Mengambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali.

Isikan pada tabel data.2. Mengambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak fokusnya3. Meletakkan benda, lensa, dan tabir pada rel optik sehingga berbentuk

seperti gambar 1.4. Mengatur posisi benda, lensa dan tabir pada rel optik sehingga

terbantuk bayangan tajam diperkecil.5. Mengukur v,b, tinggi bayangan h’, dan posisi bayangan apakah tegak

atau terbalik. Mengisikan hasil ini pada tabel data.6. Menggeser lensa mendekati benda sejarak 2 cm dan mengatur posisi

tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. melakukan pengukuran seperti langkah 5.

7. mengulangi langkah 6 terus menerus selama masih mungkin.

ii. Cara Bessel1. Mengukur tinggi benda yang berbentuk anak panah dan mencatat

hasilnya. Mengulangi pengukuran ini sampai 5 kali.2. Menempatkan benda didepan lampu sorot.3. Menempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm dibelakang benda.4. Menempatkan lensa yang akan diukur jarak fokusnya diantara lensa

dan tabir. Susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.5. Menggeser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk

bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. Jika tidak terjadi anda mungkin perlu menaikkan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir.

6. Jika langkah 5 berhasil, mengaturlah posisi lensa secara halus untuk mendapatkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil.

7. Mencatat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan mencatat apakah bayangan terbalik atau tegak.

8. Mengisikan hasil hasil pengukuran ini pada tabel data.9. Mengulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. Pada setiap pengulangan

posisi lensa harus digeser-geser.

iii. Dengan bantuan Cermin datar1. Menempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan

seperti gambar 3.2. Menggeser posisi benda benda sehingga pada bidang benda terbentuk

bayangan yang sama besar dengan benda.3. Mencatat jarak benda ke lensa (lihat tabel data).4. Mengulangi percobaan ini sampai 5 kali.

B. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen1.Mengambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak

fokusnya.2. Menempatkan benda, lensa konvergen, dan tabir dibelakang lensa

7 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 8: Laporan Faal Fix

3. Mengatur posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir

4. Mencatat posisi benda, lensa dan tabir

5. Data Hasil PengamatanData Percobaan 1 : Lensa TipisHari/tanggal :

4-1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konfergen4-1-A. Cara Gauss

Tinggi benda (h) : 2 cmNo v

(cm)b (cm)

h’ (cm)

Tegak/terbalik

M1 = h’ h

M = - b v

1 33 53 3,5 Terbalik 3,5 = 1,75 2

-53 = -1,6 33

2 36 53 2,6 Terbalik 2, 6 = 1,3 2

-53 = -1,47 36

3 41 41 2 Terbalik 2 = 12

-41 = -1 41

4-2. Lensa DivergenNo v+ (cm) b+ (cm) v- (cm) d (cm) b- (cm) f- (cm)1 31 57 -11 46 29 -17,722 31 57 -19 38 21 -199,53 31 57 -24 33 24 ~

6. KesimpulanPada lensa konvergen, didapatkan bayangan nyata, terbalik, diperkecil. Sedangkan, pada lensa divergen didapatkan bayangan maya, tegak, diperbesar.

8 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 9: Laporan Faal Fix

PENGLIHATAN TUJUAN :Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:

1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco Ingersoll yang menirukan mata sebagai susunan optik

2. Mendemostrasi pelbagai keadaan dibawah ini dengan menggunakan model mata Cenco Ingersoll :a. Peristiwa aberasi sferis serta tindakkan koreksib. Mata emetrop tanpa atau dengan koreksic. Mata miop serta tindakkan koreksid. Mata hipermetrop serta tindakkan koreksie. Mata astigmat serta tindakkan koreksif. Mata afakia serta tindakkan koreksi

Alat yang diperlukan :1. Model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapan

TEORI DASAR Optotip Snellen

Pada tahun 1862 Hermann Snellen memperkenalkan obyek berupa huruf. Keputusan terbesarnya adalah pemberian nama obyek dengan nama optotipe dimana pembuatannya didasarkan pembuatan 25 buah kotak berbentuk bujur sangkar. Hal ini menjadi begitu penting karena memberikan standar dalam pembuatan obyek. Snellen juga memberikan rumusan “standar penglihatan ” dalam pembuatannya berupa sudut 5″ ( 5 menit ) dimana setiap huruf tersebut harus mewakili secara penuh bagian kotak dari 25 kotak yang tersedia .

Satuan yang biasa digunakan cukup bervariatif tergantung dari kebiasaan tiap negara. Di indonesia menggunakan satuan meter, tetapi tidak sedikit juga yang menggunakan satuan feet. Bilangan  6/60 dalam skala meter menunjukkan nilai pembilangnya adalah jarak orang yang tidak mampu melihat sebuah deretan obyek dengan sempurna dan nilai penyebutnya mewakili jarak orang normal yang masih dapat melihat obyek tersebut dengan baik.

Apabila didesimalkan, maka 6/60 = 0.1 dan bila dipersentasikan berarti 10% bermakna fungsi penglihatan individu yang diperiksa sebesar 10%, dan dia kehilangan 90% fungsi penglihatannya. Menurut batasan WHO( World Health Organisation ) dan telah di adopsi secara aklamasi di kalangan praktisi, batasan tajam penglihatan normal adalah berkisar 6/12 atau fungsi penglihatan yang dimiliki adalah 50%. Namun 6/6 adalah nilai dimana seseorang dianggap memiliki kemampuan penglihatan 100%. Semuanya tercakup dalam satuan meter sebagai acuan.

Selain objek berupa huruf yang dipopulerkan oleh Snellen, terdapat objek berupa angka yang diperkenalkan oleh Hess, huruf C dalam berbagai broken ring yang ditemukan oleh Landolt, serta huruf E dalam berbagai posisi dan gambar.

Gangguan Pada MataCahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-

paket individual energi seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut cara-cara gelombang. Gerakan ke depan suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal sebagai berkas cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya, refraksi, ketika suatu berkas berpindah dari suatu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu dengan medium yang berbeda.

9 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 10: Laporan Faal Fix

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawabayangan cahaya terfokus di retina agar penglihatan jelas. Apabila suatu bayangan sudah terfokus sebelum mencapai retina atau belum terfokus sewaktu mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata, daripada berkas-berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber sejajar yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai mata.

Mata normal (emetropi memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga di depan mata. Mata yang jangkauan penglihatannya tidak terdekat di titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga disebut cacat mata. Cacat mata dapat ditanggulangi dengan menggunakan kaca mata, lensa kontak, atau operasi.

Penderita miopi atau rabun jauh memiliki titik jauh terbatas di depan matanya sehingga tidak dapat melihat benda-benda yang jauh dengan jelas. Bayangan benda yang jauh pada miopi jatuh di depan retina. Cacat mata ini disebabkan karena mata terlalu cembung (jarak fokus lensa terlalu pendek). Agar bayangan benda jatuh tepat pada retina digunakan kaca mata berlensa negatif atau lensa cekung.

Penderita hipermetropi atau rabun dekat memiliki titik dekat lebih besar dari 25 cm di depan matanya sehingga tidak dapat melihat benda-benda yang dekat dengan jelas. Bayangan benda yang dekat pada mata hipermetropi jatuh di belakang retina. Hal ini disebabkan karena bola mata terlalu pipih (jarak fokus lensa terlalu panjang). Agar bayangan benda jatuh tepat pada retina digunakan kaca mata berlensa positif atau lensa cembung.

Gambar 3: Gangguan Mata Miopi

Gambar 4: gangguan mata hipermetropi

10 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 11: Laporan Faal Fix

Karena kelengkungan pada bidang vertikal lebih besar dari pada bidang horisontal, garis vertikal di objek akan tergambar pada I v lebih dekat ke lensa daripada gambar garis horisontal I h. Pada astigmatik perbedaan diwakili oleh D. Koreksi terdiri dalam penggunaan lensa tontonan silinder S tanpa kelengkungan dalam satu bidang datar dan lengkungan yang cukup di lain untuk menebus kekurangan kelengkungan L. Kombinasi tersebut kemudian setara dengan lensa bulat tunggal. Jika negatif lensa tontonan digunakan memiliki kelengkungan dalam bidang vertikal, gambar akan dikoreksi pada I h . Mata astigmatik melihat desain seperti Gambar 5 akan melihat satu set garis paralel lebih jelas daripada set lain.

Seorang siswa yang memakai kacamata untuk koreksi astigmatisme akan menemukannya instruktif untuk memeriksa Gambar 5 dengan dan tanpa kacamata mereka, dan untuk melihat pengaruh memutar lensa sebelum mereka mata.

TATA KERJAI. Mata sebagai Susunan Optik

11 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Gambar 4 : Astigmatisma. (a) Belum Dikoreksi (b) Telah Dikoreksi

Gambar 5 : Test chart untuk Astigmatisma

Page 12: Laporan Faal Fix

Pelajari model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapannya :1. Sebuah bejana yang berisi air hampir penuh

p-VI. 2.1. a. Apa fungsi dalam bejana ini?Sebagai pengganti bola mata serta cairan dalam bola mata untuk membiaskan cahaya.

b. Apa analogi air dalam bejana ini dengan cairan dalam mata?Aqueous Humour dan Vitreous Humour.

2. “Kornea”3. “Retina” yang diletakkan di 3 tempat yang berbeda

p-VI. 2.2. Mengapa disediakan tempat yang berbeda-beda untuk retina?Untuk mendemonstrasikan mata normal, rabun jauh, dan rabun dekat.

4. Kotak yang berisi :a. Irisb. 4 lensa sferis masing-masing berkekuatan : +2D, +7D, +20D, -1,75Dc. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan : +1,75D dan -5,5D

p-VI. 2.3. a. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis negative dengan lensa sferis positive?Lensa sferis negatif merupakan lensa konkaf (cekung) dan lensa sferis positif merupakan lensa konveks (cembung).

b. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis dengan lensa silindri?Lensa sferis berbentuk konveks ataupun konkaf, sedangkan lensa silindris berbentuk prisma.

c. Tahukah saudara cara yang lebih sempurna untuk menentukan jenis dan kekuatan lensa?Dengan menghitung kebalikan jarak fokus lensa. Jika hasilnya positif maka lensa tersebut sferis positif (konveks), sedangkan jika hasilnya negatif maka lensa tersebut sferis negatif (konkaf).

A. Lebar Pupil dan Aberasi Sferis1. Pada lensa sferis +2D di tempat lensa kristaline (di L)

p-VI. 2.4. Apakah fungsi lensa sferis +2D di sini? Untuk membiaskan cahaya agar lebih konvergen.

2. Pasang retina di R3. Arahkan model mata ke sebuah jendela yang jauhnya 7 meter atau lebih

p-VI. 2.5. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya? Rabun Jauh, karena bayangan jatuh di depan retina setelah retina dipasang di R.

4. Tempatkan sekarang iris di GI dan perhatikan perubahan bayangan yang terjadip-VI. 2.6. Mengapa bayangan menjadi lebih tajam setelah iris dipasang?

Karena iris berfungsi mengatur lebar pupil sehingga cahaya yang masuk dapat diatur dan terfokus.

B. HIPERMETROPIA1. Arahkan model mata tetap ke jendela dan tetap gunakan lensa sferis +7D sebagai lensa

krisralina2. Setelah diperoleh bayangan tegas (no.A ada) pindahkan retina di Rh.

Perhatikan bayangan menjadi kabur lagi.

12 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 13: Laporan Faal Fix

P-VI. 2.7 Mengapa bayangan menjadi kabur? Karena bayangan yg masuk ke mata difokuskan dibelakang retina

3. Koreksi kelainan ini dengan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81 atau 82 sebagai kacamata sehingga bayangan menjadi tegas kembali.P-VI.2.8. Lensa apa sebaiknya saudara gunakan untuk tindakan tersebut diatas? Lensa konvergen atau lensa cembung atau lensa positif

4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di 81 dan 82? Lensa konveks.

C. MIOPHIA1. Angkat lensa sferis positif dari 81 dan 82. Kembalikan retina ke R.

Perhatikan bayangan tetap tegas.2. Pindahkan retina ke Rm. Perhatikan bayangan menjadi kabur.

P-VI.2.9 Mengapa bayangan menjadi kabur? Karena bayangan yang masuk ke mata difokuskan di depan retina

3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81 atau 82 sebagai kaca mata sehingga bayangan menjadi tegas.P-VI.2.10. Lensa apa yang digunakan untuk koreksi keadaan ini? Lensa divergen atau lensa cekung atau lensa negatif

4. Catat jenis, kekuatan dan arah sumbu lensa yang saudara pasang di 81 dan 82.P-VI.2.11 Bagaimana menyatakan arah sumbu lensa silindrisCatatan : untuk percobaan S, C dan D model mata Cenco Ingersoll disusun sebagai mata dalam keadaan yang tidak berakomodasi (istirahat)

B. Astigmatismus1. Angkat lensa sferis negatif dari 81/82 dan pindahkan retina ke R.2. Lentakkan lensa silindris -5,5D di 82. Perhatikan sebagian bayangan menjadi

kabur.p-VI. 2.12. Sebutkan kelainan refraksi mata yang analog dengan keadaan ini.

Miophia3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81 atau 82 dan

mengatur arah sumbunya sehingga seluruh bayangan menjadi tegas.p-VI. 2.13. Lensa apa yang digunakan untuk koreksi keadaan ini?

Sferis silindris4. Catat jenis, kekuatan dan arah sumbu lensa yang saudara pasang di 81 atau 82.

p-VI. 2.14. Bagaimana menyatakan arah lensa sumbu silindris?Catatan : Untuk percobaan B, C dan D model mata Cenco Ingersoll disusun

sebagai mata dalam keadaan tidak berakomodasi (istirahat).

C. Akomodasi1. Angkat kedua lensa silindris yang dipasang di G2 dan 81 atau 82.2. Tanpa mengubah keadaan model mata Cenco Ingersoll tempatkan benda yang

bercahaya 25 cm di depan model mata tersebut. Perhatikan bayangan yang kabur.3. Ganti lensa sferis +7D (lensa kristalina) dengan sebuah lensa sferis lainnya yang

memberikan bayangan yang tegas pada retina.p-VI. 2.15. a. Jenis lensa apa yang saudara perlukan untuk tujuan tersebut

diatas?b. Terangkan alasan saudara.

13 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 14: Laporan Faal Fix

c. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya.4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara gunakan untuk menggantikan lensa

kristalina (+7D).D. Mata Afaksis

1. Buat susunan seperti yang didapatkan pada A ad.A.2. Angkat lensa kristalina sehingga terjadi mata afakia, yaitu mata tanpa lensa

kristalina.3. Perbaiki mata afakia ini dengan salah satu lensa sferis positif yang dipasang

sebagai kacamata di 81 atau 82 supaya bayangan menjadi lebih tajam.4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di 81 atau 82.

p-VI. 2.16. Jenis dan kekuatan lensa apakah yang dapat digunakan untuk mengoreksi mata afakia ini?

Hasil percobaan :Mata Kiri Mata Kanan

Salsa 6/12,2 -0,25 = 6/9,62 -0,25 = 6/9,62 -0,25 = 6/6,10

6/6,10

Kesimpulan Myopia -0,75 Emetrop

PENGLIHATAN I

Tujuan:

Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:

1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco Ingersoll yang

menirukan mata sebagai susunan optic

2. Mendemonstrasikan pelbagai keadaan dibawah ini dengan menggunkan model mata

Cenco Ingersoll:

a. Peristiwa aberasi sferis serta tindakan koreksi

b. Mata emetrop tanpa atau dengan koreksi

c. Mata miop serta tindakan koreksi

d. Mata Hipermetrop serta tindakan korekso

e. Mata astigmat serta tindakan koreksi

f. Mata afakia serta tindakan koreksi

Alat yang diperlukan:

1. Model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapan

14 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 15: Laporan Faal Fix

I. Mata Sebagai Susunan Optik

Pelajari model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapannya

1. Sebuah bejana yang berisi air hamper penuh. P-VI. 2.1

a. Apa fungsi dalam bejana ini?

b. Apa analogi air dalam bejana ini dengan cairan dalam mata

2. “Kornea”

3. “Retina” yang dapat diletakkan di 3 tempat berbeda

p-VI. 2.2 Mengapa disediakan tempat yang berbeda-beda untuk retina

4. Kotak yang berisi

a. Iris

b. 4 lensa sferis masing-masing berkekuatan: +2D, +7 D, +20D, -1,75 D

c. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan: +1,75D dan -5,5 D

p-VI 2.3

a. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis negative dengan

lensa sferis positif

b. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis dengan lensa

silindris

c. Tahukan saudara cara yng lebih sempurna untuk menentukan jenis

dan kekuatan lensa?

A. Lebar Pupil dan Aberasi Sferis

Pada lensa sferis +2D di tempat lensa kristalline (di L). p-VI.2.4 Apakah funsi lensa

sferis +70 disini?

Pasang retina di R

Arahkan midel mata kesebuah jendela yang jauhnya 7 meter atau lebih P-VI.2.5

Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya?

Tempatkan sekarang iris di GI dan perhatikan perubahan baingan yang terjadi.

P-VI.2.6 Mengapa baygan menjadi lebih tajam setelah iris dipasang?

15 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 16: Laporan Faal Fix

PRAKTIKUM FISIOLOGI IIPENGLIHATAN II

1. Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)Tujuan Praktikum

Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:3. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena

yangberhubungan dengan peristiwa tersebut4. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan

menggunakan perimeter.5. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanismenya.6. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung (konsensui) dengan refleks

pupil pada akomodasi7. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas.8. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri.

Alat yang diperlukan2. Perimeter + Formulir3. Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu

Teori DasarLapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat oleh sebuah mata

pada suatu jarak tertentu. Dibagi menjadi bagian nasal (medial) dan bagian temporal (lateral). Proses pemetaan lapang pandang disebut perimetri, dengan menggunakan alat yang disebut perimeter. Perimetri dilakukan dengan menutup satu mata, dengan mata lain melihat pada suatu titik sentral di depan matanya. Kemudian suatu bintik kecil cahaya atau benda kecil digerakkan ke arah titik sentral ini di seluruh lapangan pandang, ke arah nasal dan lateral serta ke atas dan ke bawah, dan orang yang diperiksa memberitahu jika bintik cahaya atau benda tersebut sudah terlihat dan bila tidak terlihat. Pada saat yang sama, dibuat peta lapang pandang mata yang diperiksa, yang menunjukkan area orang tersebut dapat atau tidak dapat melihat target. Dengan memperhatikan lokasi dimana target tidak terlihat dan menjadi terlihat lagi, bintik buta juga dapat dipetakan.

Di bagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat sebuah titik buta (blind spot). Titik buta di bagian lain lapangan pandang disebut skotoma. Pada retinitis pigmentosa, bagian-bagian retina mengalami degenerasi dan terjadi pengendapan berlebihan pigmen melanin dibagian-bagian ini. proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian meluas kearah tengah.

Salah satu kegunaan perimetri yang penting adalah untuk mengetahui lokalisasi lesi di jaras saraf penglihatan. Lesi pada saraf optik, kiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika menimbulkan pola daerah kebutaan lapang pandang yang berbeda. Kerusakan pada saraf optik menimbulkan kebutaan pada mata tersebut. Kerusakan kiasma optikum menghambat penjalaran impuls pada kedua retina bagian nasal yang berfungsi untuk melihat lapang pandang bagian temporal. Gangguan pada traktus optikus memutuskan persarafan separuh bagian tiap retina pada sisi yang sama dengan lesi. Akibatnya, kedua mata tidak dapat melihat objek pada sisi yang berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia homonim.

16 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 17: Laporan Faal Fix

Kerusakan pada radiasio optika atau pada korteks penglihatan juga akan menyebabkan hemianopsia homonim.

Tata Kerja1. Suruh o.p. duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter.2. Tutup mata o.p. dengan sapu tangan.3. Letakan dagu o.p. ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi

bawah mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu.4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter.

Sebagai berikut: a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas perimeter.b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan garis 0-180 piringan perimeter, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter

5. Suruh o.p. memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan op harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.

6. Gunakan benda yang dapat digeserpada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (±5mm) pada benda tersebut.

P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?

Dalam busur perimetri, sudah tersedia bulatan dengan beberapa ukuran diameter bulatan. Setiap bulatan terdiri dari beberapa warna berbeda, yaitu putih, merah, biru, kuning dan hijau. Kita hanya tinggal mencari diameter yang sesuai dan memutar warna sesuai yang kita inginkan. Dalam praktikum kali ini, kita menggunakan diameter sedang (±5mm) selanjutnya kita pilih warna, dengan cara memutar bulatan sampai menemukan warna yang sesuai. Sebagai contoh, kita ingin melalukan tes lapang pandang untuk mata kanan dengan warna merah. Maka kita putar bulatan tersebut hingga tampak warna merah pada bulatan.

7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri o.p. ketengah tepat saat o.p. melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.

8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?

Dalam busur perimetri sudah dilengkapi oleh ukuran derajat yang sesuai. Sehingga saat O.P. sudah tidak bisa melihat lagi warna pada bulatan, maka dititik itulah kita membaca sampai di derajat berapakah lapang pandang matanya, kemudian pindahkan kedalam tabel.

9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur.10. Ulangi tindakan no 7,8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30° sesuai arah jarum dari

pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu

dilakukan pencatatan lagi.12. Ulangi tindakan no 7,8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30° sesuai arah jarum dari

pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60° dari bidang horizontal.13. Periksa juga lapang o.p. untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru

17 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 18: Laporan Faal Fix

seperti cara diatas.14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan

berwarna putih.P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?

Pada pemeriksaan lapang pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu bats sampai dimana benda dapat dilihat jika mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang normal adalah memiliki bentuk tertentu, dan tidak sama kesemua arah. Ada 4 fotopigmen berbeda, 1 di sel batang dan masing masing di 3 sel kerucut rodopsin.Fotopigmen menyerap semua panjang gelombang cahaya, oleh karena itu sel batang hanya mendeteksi perbedaan intensitas, memberi bayangan abu-abu. Tanpa mendekripsikan perbedaan warna. Sedangkan foto pigmen diketiga jenis sel kerucut-kerucut merah,hijau,biruberespon selektif terhadap berbagai gelombang cahaya, sel kerucut inilah yang menyebabkan kita dapat membedakan berbagai warna.

18 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 19: Laporan Faal Fix

Hasil Praktikum

OP: Raesya Dwi Ananda (20 tahun)Hasil Mata kanan dan kiri

Sudut Putih HijauKanan Kiri Kanan Kiri

180° 70° 90° 60° 90°150° 70° 60° 60° 80°120° 70° 70° 60° 60°90° 60° 60° 50° 50°210° 70° 90° 80° 90°240° 70° 80° 80° 80°

Pembahasan Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai lapangan pandang pada meridian tertentu lebih rendah dari nilai normalnya. Namun beberapa meridian memiliki nilai lapangan pandang yang normal. Secara keseluruhan, diketahui bahwa total kumulatif luas lapangan pandang pada o.p. lebih rendah dari nilai normal. Kemungkinan hal ini disebabkan karena ada kesalahan selama proses percobaan, seperti misalnya posisi derajat busur yang kurang akurat atau karena bulatan putih yang warnanya sudah agak kusam (sehingga lebih sulit terlihat).

KesimpulanLapang pandang terjauh adalah ketika melihat bulatan berwana merah, hijau dan biru hal ini dikarenakan fotopigmen di ketiga sel kerucutmerah,biru,hijauberespon selektif terhadap berbagai panjang gelombang cahaya.

Pendengaran

Tujuan :

1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer (Pemeriksaan

Audiometer)

2. Menmbuat kesimpulan menegenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometer

sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas

normal atau tidak

Alat yang diperlukan :

19 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Lapangan Pandang NormalTemporal 85o

Temporal Bawah 85o

Bawah 65o

Nasal Bawah 50o

Nasal 60o

Nasal Atas 55o

Atas 45o

Temporal Atas 55o

Total 500o

Page 20: Laporan Faal Fix

1. Audiometer merek ADC lengkap dengan telepon telinga dan formulir

2. Penala berfrekuensi 256

3. Kapas untuk menyumbat telinga

TES PENALA

A. Tata Kerja

a. Cara Rinne

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung

jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang

keras.

2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.

3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di

telinga yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera memberi tanda bila

dengungan bunyi itu menghilang.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dan

kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga

yang sedang diperiksa itu.

5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :

Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

Negatif : Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

b. Cara Webber

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis median.

3. Tanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di

kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.

4. Bila pada o.p. tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi

secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi

pemeriksaan.

c. Cara Schwabach

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti no A.1.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga

o.p.

3. Suruhlah o.p. mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang.

20 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 21: Laporan Faal Fix

4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus

mastoideus o.p. ke processus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si

pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti

oleh o.p. masih dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah

Schwabach memendek.

5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. juga tidak dapat

didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal

atau Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan

pemeriksaan sebagai berikut :

Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus

mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian ujung tangkai

penala segera ditekankan ke processus mastoideus o.p.. bila dengungan (setelah

dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh o.p. hasil

pemeriksaan adalah Schwabach memanjang. Bila dengungan setelah dinyatakan

berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh o.p. maka hasil

pemeriksaan adalah Schwabach normal.

B. Hasil Pengamatan

Tabel Pengamatan Pemeriksaan Pendengaran

Orang

Percobaan

Cara Rinne

Cara

Webber

Cara

Schawabac

h

Telinga (penala

digetarkan pada

processus mastoideus)

Telinga (penala

digetarkan lewat

udara)

Kanan Kiri Kanan Kiri

Muhammad

Rezki

Saputra

+ + + + Tidak ada

lateralisasi

normal

C. Pembahasan

Pada percobaan rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan

hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Saat penala digetarkan pada

processus mastoideus, terdengar suara dengungan, baik ditelinga kiri maupun telinga

kanan, seluruh orang percobaan. Begitu pula saat penala digetarkan di udara ,tanpa

menyentuh processus mastoideus, suara dengungan terdengar jelas.

21 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 22: Laporan Faal Fix

Pada percobaan cara webber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang telinga

kiri dengan telinga kanan. Saat penala yang sudah digetarkan ditaruh pada dahi, semua

orang percobaan memperoleh hasil yang sama, yaitu lateralisasi pada telinga kanan dan

kiri. Hal ini, menandakan bahwa telinga semua orang percobaan normal terhadap

dengungan yang terjadi.

Pada percobaan schwabach, bertujuan membandingkan hantaran tulang orang yang

diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Saat dengungan penala suda

tidak terdengar lagi oleh orang percobaan juga tidak terdengar oleh si pemeriksa, begitu

pula sebaliknya. Hal ini berlaku pada semua orang percobaan dan pemeriksanya sehingga

hasil pemeriksaan tersebut adalah schwabach normal.

D. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa semua orang percobaan dapat

mendengar dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

telinga orang percobaan masih bekerja secara normal.

AUDIOMETRI

Keterangan teknis mengenai audiometer.

Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala yang berfungsi

sebagai berikut :

Tombol 1 (T) : Tombol utama.

Gunanya untuk menghidupkan atau mematikan alat

Tombol 2 (T2): Tombol frekwensi nada.

Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekwensi nada yang dapat

dibangkitkan oleh Alat. Frekwensi tersebut dapat dibaca pada skala (82)

yang dinayatakan dalam satuan hertz.

Tombol 3 (T3): Tombol kekuatan nada.

Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat

dibaca pada skala (51) yang dinyatakan dengan dB

Tombol 4 (T4): Tombol pemilih telepon telinga.

Bila tombol ini menunjukkan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan

ketelepon berwarna black. Bila tombol menunjuk ke “G” yang bekerja hanya

telepon grey.

22 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 23: Laporan Faal Fix

Tombol 5 (T5): Tombol penghubung nada.

Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila

tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi

A. Tata Kerja

1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut :

a. Memutar tombol utama T1 pada “off” 

b. Memutar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.

c. Memutar tombol kekuatan nada (T3) pada 10 Db.

p- VIA. 5 Apa arti fisiologis intensitas 0 dp pada a/at ?

2. Hubungkan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, S1

danS2 akan menyala, bila tidak demikian halnya maka melaporkan pada supervisor.

3. Menyuruh orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan memasang

telepon pada telingnya, sehingga telepon “black” ditelinga kiri.

4. Memberikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke

atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon danmen

urunkan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.

5. Menunggu 2 menit untuk “memanaskan” alat

6. Memutar T5 ke kiri dan mempertahankannya selama pemeriksaan

7. Memutar tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam

sampaiorang percobaan mengacungkan tangannya keatas.

8. Meneruskan memutar tombol tersebut sebesar 10 dB dan kemudian memutar

tombolT3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang

percobaa nmenurunkan tangannya. Mencatat angka dB pada saat itu

9. Mengulangi tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan mengambil angka terkecil sebagai

“hearing loss” orang percobaan pada frekuensi 125 Hz.

10. Selama percobaan ini T5 dilepaskan sekalikali pada waktu orang p

ercobaanmengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-

benar mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.

11. Mengukur “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula

padafrekuensi 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12.000 Hz dan mencatat data

hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.

12. Mengulangi seluruh pengukuran ini pada telinga yang lainnya.

13. Membuat audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan

data yang diperoleh pada pengukuran

23 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 24: Laporan Faal Fix

B. Pembahasan

Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus

penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat

dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000 Hz). Untuk telinga kiri

dipakai warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah.

Pada hasil pemeriksaan bertujuan untuk memberikan gambaran luar mengenai tingkat

kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon

terhadap rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi

rendah ke tinggi .

Pada awal, tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika

respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan

respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan

10 dB HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB

HL. Frekuensi yang diujikan berkisar 125-500 Hz.

Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang

suara yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang

menyempit dan kaku diujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung

helikotremanya. Berbagai daerah di membrana basilaris secara alamiah bergetar secara

maksimum pada frekuensi yang berbeda.Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar

maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema

bergetar maksimum pada nada-nada rendah

Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang

pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang

berpendengaran normal merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.

Derajat ketulian menurut ISO, yaitu :

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus

nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar

bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala

decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator

(bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL.

Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

24 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 25: Laporan Faal Fix

B. Menjawab Pertanyaan

1. Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?

Jawab: Audiometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran

seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometer, maka derajat

ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi

seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan

bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran. Untuk

mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah

memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

2. Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz?

Jawab:

Hertz merupakan satuan frekuensi yang menandakan banyakanya suatu gelombang

dalam 1 detik.

3. Apa yang dimaksud dengan satuan dB?

Jawab:

25 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 26: Laporan Faal Fix

Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen

dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena

merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.

Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio.

Rasio tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan

atau voltasi (voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga

dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan

kekerasan suara).

4. Apa yang dimaksud dengan pemutusan nada pada periksaan?

Jawab:

Maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada

tidak terdengar lagi untuk menguji apakah o.p benar-benar mendengar atau hanya

pura-pura mendengar.

5. Apa arti fisiologis intensitas 0 dB pada alat ?

Jawab:

Dalam fisika, 0 dB sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan

molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan

menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh

karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 Db

klinis atau 0 audioetrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan

gafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah intensitas bunyi terendah yang

dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi

1000Hz.

C. Kesimpulan

Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah. Bila

terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang

pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL. Dari hasil pemeriksaan

pendengaran didapatkan bahwa orang percobaan memberikan respon terhadap

rangsangan tone yang diberikan (dari frekuensi rendah ke tinggi). Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa fungsi pendengaran telinga orang percobaan masih tuli ringan “mild

hearing loss” pada saat AC telinga kanan (35dB), telinga kiri (30dB) sedangkan BC

telinga kiri (35dB) → (liat hasil pengamatan serta batas ambang pendengaran menurut

ISO).

26 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 27: Laporan Faal Fix

Sikap Dan Keseimbangan Badan

TUJUAN :

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan

kanalis semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan bada “setelah ekstriparsi labirin

2. Menyebutkan beberapa faktoer yang dapat mempengaruhi rekasi perubahan sikap

diatas.

3. Mendemomstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam

mempertahankan keseimbangan badan pada manusia.

4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :

a. Dengan kursi Barany terhadap :

- Gerakan bola mata

- Tes penyimpangan penunjukan tes jatuh kesan (sensasi)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN :

1. Katak

2. Papan fiksasi katak + ge;as beker

3. Ether + kapas + jarum pentul

4. Scalpel + gunting halus + pinset halus + bor halus

5. Kursi putar Barany

6. Tongkat atau statif yang panjang

7. Bak berisi air

PERCOBAAN PADA KATAKA. Cara Kerja

1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker

2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan

menggerakkan keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri.

3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak

a. Posisi kepala 

27 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 28: Laporan Faal Fix

b. Fleksi/ekstensi ekstermitas

4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan

sikapdan kedudukan kakinya.

5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakankaki

dan arah berenangnya.

6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :

a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah

dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan. 

b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan

jarum-jarum pentul pada kakinya.

c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka

mulut selebar-lebarnya.

d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai

dengan garis y pada gambar.

e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah

lateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.

f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang

membayang (= p pada gambar).

g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempatyang

diberikan tanda X secara hati-hatu sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor

telah menembus tulang yang keras)

h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender

ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanantelah dibuang.

7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no.5

8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan

demikian kedua alat keseimbangan telah dibuang.

9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5

10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.

B. Hasil Pengamatan

1. Sebelum digerakkan ke atas, bawah, kanan, kiri katak dalam keaadaan normal;

gerakan aktif

28 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 29: Laporan Faal Fix

2. Setelah dilakuakn gerakan ke atas-bawah, kanan-kiri dan dimasukkan kedalam air,

posisi kepala katak ekstensi, lalu pada ekstremitas kaki belakang fleksi dan kaki

depan ekstensi, arah berenang katak lurus

3. Setelah labirin sebelah kiri dipotong, otot ekstremitas sebelah kiri katak melemah saat

berenang.

C. Pembahasan

Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi

keseimbangan. Alat ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang

terletak dalam bagian petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal,

yang disebut labirin tulang. Di dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan

yang di sebut labirin membranosa yang merupakan bagian fungsional aparatus vestibular

Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi

pontin sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan

tersebut mengalami keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak

timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh

serta ekstensor tungkai.

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada

di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis,

utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem

labyrinthine.

Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan

sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika

melihat obyek yang bergerak.

Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang

berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke

serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular

formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor

neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot

proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem

vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh

dengan mengontrol otot-otot postural

29 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 30: Laporan Faal Fix

D. Menjawab Pertanyaan

1. Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?

Jawab:

Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke

kanan

2. Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?

Jawab:

Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan

tidak  begitu aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal),

ditusuk dengan jarum pentul tidak memberikan respons

E. Kesimpulan

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada

di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis,

utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem

labyrinthine

Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi

sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut

kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot

antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.

Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan

sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika

melihat obyek yang bergerak. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu

mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

PERCOBAAN PADA MANUSIA

A. Cara Kerja

Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:

1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka

dan sikap kepala dan badan yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia

mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.

2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup

3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:

30 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 31: Laporan Faal Fix

a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri

b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

B. Hasil Pengamatan dan Analisa Data

Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50%

yang paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi

pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan

kuat ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya

kecenderungan adanya deviasi kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar

tidak jatuh.

C. Menjawab Pertanyaan:

Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?

Jawab:

Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi

kepala, maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah

kepala miring dan diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala

supaya tidak jatuh,

D. Kesimpulan

Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.

31 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Perlakuan HasilJalan lurus ke depan jalan lurus, tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri

Terjadi sedikit deviasi ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri serta mata tertutup

Terjadi deviasi ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

Terjadi sedikit deviasi ke kiri

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan serta mata tertutup

Terjadi deviasi ke kiri

Page 32: Laporan Faal Fix

PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA

TUJUAN :

1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan

keseimbangan badan pada manusia.

2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :

a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

ALAT YANG DIPERLUKAN :

Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang

PERCOBAAN DENGAN KURSI BARANY 1

1. Tata Kerja

Nistagmus

a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya

memegang erat tangan kursi.

b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat

kedepan.

c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan

d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba

e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan

f. Perhatikan adanya nistagmus

Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut

2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

OP diputar ke kanan sebanyak 10 kali

Kepala dalam keaadaan menunduk 300 , nistagmus: sisi kiri, jatuh: (-), vertigo (-)

Pada keadaaan hiperextensi: nistagmus: (-), jatuh: ke kiri, vertigo: kanan

Pada kedaan kepala dimiringkan, nistagmus: vertikal, jatuh: ke belakang,

spinning: ke kanan

3. Menjawab Pertanyaan

1. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?

Jawab :

Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi

32 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 33: Laporan Faal Fix

2. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?

Jawab:

Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksisvisual.

Post-rotatory nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan

pasca pemutaran yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan

memilikiarah berlawanan.

4. Kesimpulan

Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis

menyebabkan, mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala.

Keadaan ini timbul akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan

fasikulus longitudinalis medial menuju nuklei okulomotor.

TES PENYIMPANGAN PENUNJUKKAN ( PAS POINTING TEST OF BARANY )

1. Tata Kerja

a. Suruh OP duduk tegak dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu

tangan

b. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan ke arah OP

c. Suruhlah OP menunjulurkan lengan kanannya ke depan sehingga dpt menyentuh jari

tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya

d. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat

menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4

merupakan persiapan untuk tes yang berikut :

e. Suruhlah sekarang OP dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi

f. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

OP diputar ke kanan 10 kali kemudian terjadi nistagmus dan OP masih bisa menunjuk

dengan deviasi ke kanan

3. Kesimpulan

Deviasi dari tes dapat terjadi namun belum tentu karena kelainan, namun karena

koordinasi yang salah

KESAN SENSASI

1. Tata Kerja

a. Gunakan o.p. yang lain

33 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 34: Laporan Faal Fix

b. Suruh o.p duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan

c. Putarlah kursi barany ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah

dan kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai

berhenti.

d. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar

1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah

2) sewaktu kecepatan menetap

3) sewaktu kecepatan dikurangi

4) segera setelah kursi dihentikan

e. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang

dirasakan o.p .

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah: perasaan berputar ke arah kanan

b. sewaktu kecepatan putar menetap: perasaan berputar ke arah kanan

c. sewaktu kecepatan putar dikurangi: perasaan berputar ke kiri

d. segera setelah kursi dihentikan: perasaaan berputar ke kanan

3. Kesimpulan

Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri,

namun jika konstan tidak terasa berputar, dan jika dihentikan mengikuti arah putaran.

PERCOBAAN SEDERHANA UNTUK KANALIS SEMISIRKULARIS

HORISONTALIS

1. Tata Kerja

a. Suruhlah o.p. dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o , berputar sambil

berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali

dalam 30 detik

b. Suruhlah o.p. berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka

c. Perhatikan apa yang terjadi

d. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah

jarum jam

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

a. OP berputar 10 kali dalam 30 detik searah jarum jam (kanan)

= hasilnya OP berjalan miring ke arah kanan

b. OP berputar 10 kali dalam 30 detik berlawanan arah jarum jam (kiri)

34 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 35: Laporan Faal Fix

= hasilnya OP berjalan miring ke arah kiri

3. Menjawab Pertanyaan

a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan luru ke muka setelah

berputar 10 kali searah dengan jarum jam?

Jawab:

OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan.

b. Bagaimana keterangannya?

Jawab:

Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketikaterdapat

penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputarantersebut.

4. KESIMPULAN

Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta

pergerakan cairan endolimph-perilimph.

35 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 36: Laporan Faal Fix

PRAKTIKUM FISIOLOGI IIISISTEM SENSORIK

I. TUJUAN

1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin

2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.

3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).

4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan

serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).

5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya

(afterimage).

6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:

a. Kekerasan permukaan

b. Bentuk

c. Bahan pakaian

7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.

8. Mengukur waktu reaksi.

9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.

II. ALAT YANG DIPERLUKAN

1. 3 waskom dengan air bersuhu 20o, 30o, dan 40oC2. Gelas beker dan termometer kimia3. Alkohol atau eter4. Es5. Kerucut kekuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan

jarum6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian7. Mistar pengukur reaksi

Teori dasar :Sistem sensorik pada dasarnya berperan untuk melindungi seseorang dengan cara mengenali perubahan yang terjadi di lingkungan. Perubahan lingkungan akan menjadi rangsangan yang memicu impuls saraf yang merambat menuju ke sistem saraf pusat melalui neuron sensorik (aferen). Berbagai rangsangan datang dari lingkungan luar dan dikenali pada atau dekat dengan permukaan tubuh. Ada pula rangsangan yang berasal dari dalam, misalnya dari organ-organ dalam tubuh (visera) yang membantu memelihara homeostasis.

36 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 37: Laporan Faal Fix

Dalam arti luas, 'sensasi' menggambarkan adanya kewaspadaan akan kondisi external dan internal tubuh. Sedang yang dimaksud dengan 'persepsi' adalah pencatatan secara sadar suatu rangsangan sensorik. Agar suatu sensasi berlangsung ada empat syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Adanya suatu rangsang (stimulus) atau perubahan di lingkungan yang mampu memicu tanggapan (respons) oleh siste, saraf

2. Suatu reseptor harus menerima dan mengubah (convert) rangsang menjadi impuls saraf

3. Impuls harus dijalankan (konduksi) sepanjang lintasan saraf dari reseptor sampai otak

4. Suatu daerah di otak harus menerjemahkan impuls menjadi sensasi. Reseptor bagi rangsangan-rangsangan tersebut mungkin tersebar luas pada permukaan tubuh (reseptor umum) seperti reseptor untuk nyeri, rabaan dan suhu, atau terkumpul pada suatu organ sensorik khusus (indera khusus). Akan tetapi rangsangan hanya akan dirasakan jika impuls saraf yang ditimbulkannya ditafsirkan oleh area khusus pada korteks serebri yang dituju.

Penggolongan penginderaan ada berbagai ragam, di antaranya mencakup:

1. penglihatan dari reseptor di dalam mata 2. pendengaran dari reseptor di dalam telinga 3. pengecapan dari reseptor pada lidah 4. pembauan dari reseptor pada bagian atas rongga

hidung 5. rabaan, tekanan, papas, dingin, dan nyeri dari kulit 6. posisi dan keseimbangan dari otot, sendi, dan saluran

setengah lingkaran (canalis semicircularis) di dalam telinga.

Sensasi somatis mengacu pada sensasi di permukaan kulit. Somato sensoris tampaknyahanya mengacu pada satu sistem saja, yaitu sistem peraba, namun sebenamya ia memiliki tigasistem yang berbeda namun saling berinteraksi satu sarna lain, yaitu:

1) Sistem Exteroceptive, yang mengindera stimulus ekstemal yang dirasakan kulit2) Sistem Proprioceptive, yang memonitor informasi tentang posisi tubuh berdasarkan

reseptor di otot, persendian, dan organ-organ keseimbangan3) SistemInteroceptive, yang mampu menyediakansemua informasitentang kondisi

tubuh (temperatur, tekanan darah)

37 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 38: Laporan Faal Fix

Pada bagian ini, akan dititikberatkanpada sistem exteroceptive yang mampu menginderastimulus eksternal yang dirasakan kulit.

1. Anatomi Organon TactusOrganon Tactus adalah alat yang berkaitan dengan indera peraba. Organon tactus meliputi kulit dan alat-alat tambahan.

Kulit adalah pelindung terhadap dunia luar, sebagai penghalang dari kerusakan dankuman. Kulit juga membantu membuang zat-zat yang tidak berguna dan mengatur suhu badan. Kulit terdiri dari 2 lapisan yaitu:a) Cutis, terdiri dari epidermis dan coriumb) Subcutis, mengandung banyak lemak terdiri dari Stratum Corneum dan Stratum

GemanaticumDi dalam kulit terdapat berbagai macam organ, yaitu:

a) Rambut, akarrambut tertanam dalam-dalam di dermis. Tiap helai rambut terdiri dari akar dan batang yang tumbuh melalui epidermis ke permukaan kulit. Akar rambut terpancang dalam liang yang disebut folikel dan mendapat suplai makanan dari darah melalui bagian kembang yang disebut papUa.

b) Kelenjar, terdiri dari:- Kelenjar Minyak, berhubungan dengan folikel rambut dan menghasilkan minyak

untuk melumasi kulit- Kelenjar Keringat, terletak pada dermis yang terbuka pada permukaan kulit, dan

melepaskan air serta sisa-sisa metabolisme tubuh.c) Panca Indera, terdiri dari:

- Inter Epithelial, merupakan jaringan-jaringan yang bersama-sama membentuk organ kulit, termasuk didalamnya jaringan saraf

- Jaringan Pengikat, mendukung dan membungkus sel-sel kulit dan memungkinkan makanan dari dalam darah masukke sel. Seljaringan ikat inijuga menyimpan lemak dan terutama terdapat di lapisan kulit yang terbawah dan di sekitar usus.

2. Reseptor Kulit dan Hantaran Impuls di Saraf PeriferKulit berfungsi sebagai:

a. Mekanoreseptor, berkaitan dengan indera raba, tekanan, getaran, dan kinestesib. Thermoreseptor, berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi panas dan

dinginc. Reseptor Nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi tubuh.

Pada glabrous atau kulit yang tidak memiliki rambut (seperti pada telapak tangan). Memiliki empat macam reseptor. Dua diantaranya sangat mudah beradaptasi dan merespon stimulasi taktil yang datang, yaitu Pacinian Corpuscle (Corpuscullus Lamellosum Paccini), reseptor terbesar dan letaknya paling dalam (pada subcutis); dan Meissner Corpuscle (Corpuscullus Tactus dari Meissner) yang terietak persis di bawah kulit terluar (epidermis).

Sebaliknya, reseptor Merkel dan Ruffini Corpuscle (Corpuscullus Ruffini) hanya akanmerespon terhadap stimulasi taktil yang lama. Seperti halnya pada kulit glabrous, kulit yang berambut juga memiliki corpuscullus Paccini, corpuscullus Ruffini, reseptor Merkel, tetapi ia tidak memiliki corpuscullus Meissner.

Sebagai gantinya, maka terdapat reseptor rambut yang terietak didekat pangkal akar rambut.Berdasarkan reseptor-reseptortadi, makaseseorang dapat mengidentifikasi objek melalui sentuhan (stereognosis).

38 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 39: Laporan Faal Fix

Modal peraba bagi tubuh adalah taktil, sakit atau nyeri, panas, dingin, dan tekanan. Reseptor taktil dan sakit adalah corpuscullus Tactus dari Meissner. Reseptor panas adalah corpuscuIIus Ruffini (di dekat subcutis dan corium), reseptor dingin adalah CorpuscuIIus Bulbo ldeakrauso (di dekat subcutis dan corium). Reseptor tekanan adalah corpuscuIIus LameIIosum Paccini yang terletak di subcutis.

Tata kerja :I. Perasaan subyektif panas dan dingin

1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20o, 30o, dan 40oC

2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20o dan tangan kanan ke dalam air bersuhu 40oC untuk ± 2 menit. Catat kesan apa yang saudara alami.

3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30oC. Catat kesan apa yang saudara alami.VII.1. Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara kedua tangan tersebut? Apa

sebabnya?Jawaban : Tangan kanan terasa lebih panas dibandingkan dengan tangan kiri,

karena perubahan suhu yang diterima oleh kulit.4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak ± 10 cm.5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan

kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan suhu pada sub. 4 dan 5.

6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter.VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke-3 hasil tindakan pada sub. 4, 5 dan 6? Apa

sebabnya?Jawaban : Ada, pada tangan yang di olesi alkohol dingin terasa lebih lama.

Hasil praktikum dan pembahasan OP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis Kelamin : Perempuan.

NO Suhu Perasaan Subjektif1. 20 derajat Tangan kanan : Dingin2. 40 derajat Tangan kiri : Panas3. 30 derajat Tangan kanan : Hangat

Tangan kiri : Semakin hangat

Hal ini terjadi karena pada saat waskom yang berisi air biasa ada pengurangan kalor pada tangan kiri (dari hangat sampai dingin) dan ada penambahan kalor pada tangan kanan (dari dingin sampai hangat). Pada kulit punggung tangan terasa lebih dingin setelah dibasahi dengan alcohol atau eter.

II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik garis pada

pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan

gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas.3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.

39 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 40: Laporan Faal Fix

4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kekuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kekuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50oC. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.

5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub. 4 dengan kerucut kekuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kekuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.

6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum.

7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas.VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang akan diperoleh bila titik dingin dirangsang

oleh kedua benda panas? Bagaimana keterangannya?Jawaban : Tidak terdapat reaksi karena pada titik tersebut hanya terdapat reseptor

dingin dimana reseptor tersebut bekerja bila diberikan rangsangan dingin.Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan

40 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 41: Laporan Faal Fix

Titik kiri atas merasa paling dingin diantara ketiga titik lainnya.Titik kanan bawah merasa paling nyeri dan ditekan diantara ketiga titik lainnya.Titik kanan atas meras paling panas dari ketika titik lainnya.

III. Lokalisasi taktil1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung

jarinya.2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi

dengan ujung sebuah pensil pula.3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,

telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh

bagian tubuh?Jawaban : Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh berbeda-beda.

Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk.

41 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 42: Laporan Faal Fix

VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?

Jawaban : Lokalisasi taktil/ TPL (Two Point Localization)Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan

Lokasi Sentuhan Kulit Hasil yang DidapatUjung Jari Sentuhan I = 0 cm

Sentuhan II = 0 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 0 cm

Telapak Tangan Sentuhan I = 0 cm Sentuhan II = 0 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 1,5 cm

Lengan Atas Sentuhan I = 1,5 cm Sentuhan II = 2 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0,5 cm Sentuhan V = 1 cm

Lengan Bawah Sentuhan I = 2 cm Sentuhan II = 1 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 1 cm

Tengkuk Sentuhan I = 0 cm Sentuhan II = 2 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 2 cm Sentuhan V = 0 cm

Rata-rata hasil :Lokalisasi taktil

Jarak titik di kulit ujung jari = 0 cmJarak titik di telapak tangan = 0,3 cmJarak titik di lengan atas = 1cmJarak titik di lengan bawah = 0,8 cmJarak titik di tengkuk = 0,8 cm

Dari data yang didapatkan lokalisasi taktil yang dilakukan normal. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.

IV. Diskriminasi taktil1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan

menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.

42 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 43: Laporan Faal Fix

2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dab kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.VII.6. Bagaimana caranya saudara mengetahui bahwa jarak antara ke 2 ujung

jangka dibawah ambang diskriminasi taktil?Jawaban :Ketajaman taktil relatif suatu bagian dapat ditentukan dengan uji ambang

diskriminasi 2 titik. Apabila 2 ujung dari jangka tersebut ditempelkan ke permukaan kulit dan merangsang 2 medan reseptif yang berbeda, maka dirasakan 2 titik terpisah. Namun jika kedua ujung jangka tersebut menempel di permukaan kulit dan merangsang medan reseptif yang sama, akan dirasakan sebagai 1 titik. Ambang 2 titik berkisar dari 2mm di ujung jari, dan 48mm di kulit betis yang diskriminasinya paling rendah.

3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.

4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).

5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi, dan lidah.

6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini, gerakan jangka itu dengan ujungnya pada kulit ke arah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.

7. Catat apa yang saudara alami.

Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan

Lokasi Diskriminasi Taktil (cm)

Ujung Jari 0,5Bibir 1,0Pipi 0,8

Tengkuk 0,3Lidah 0,8

Dari data yang didapatkan dari praktikum diskriminasi taktil, apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, pipi. Jarak tusuk 1 dan 2 tergantung waktu, jadi waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.

V. Perasaan iringan (After image)1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telingan dan biarkan di tempat selama

saudara melakukan percobaan VI.2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telingan saudara

dan apalah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?VII.7. Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?

43 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 44: Laporan Faal Fix

Jawaban : Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat beradaptasi. Karena cepatnya beradaptasi reseptor yang mencakup reseptor taktil ini, maka titik yang terus menerus diletakkan pensil atau menggunakan jam tangan, akan tidak dirasakan lagi karena sudah terbiasa dan karena adaptasi cepat reseptor ini.

Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : PerempuanOP dapat merasakan adanya pensil saat pensil pertama kali diletakkan di atas daun telinga, namun ketika setelah percobaan VI selesai, OP tidak merasa ada pensil yang sebelumnya diletakkan di daun telinganya. Namun, ketika pensil tersebut diangkat dari daun telinganya, Op merasakan kembali adanya pensil tersebut.Ketika pulpen atau pensil dilepas seperti ada yang hilang karena beratnya sudah konstan atau sudah biasa atau sudah kembali. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut.

VI. Daya membedakan berbagai sifat bendaA. Kekasaran permukaan benda

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang derajat kekasaran yang berbeda-beda

2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.

Jenis Ampelas Permukaan yang dirasakanAmpelas 1 – Ampelas baru Kasar bangetAmpelas 2 – Kain Tenun Kasar agak halusAmpelas 3 – Kain Halus

B. Bentuk benda1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda

kecil yang saudara berikan.2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

Dari 3 benda yang diberikan op dapat menyebutkan dan membedakan semua dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan bentuk benda pada op normal.

C. Bahan pakaian1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan

pakaian yang saudara berikan.2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.

VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?

Jawaban : Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan gangguannya disebut “agnosia”. Jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda disebut “agnosia visual”. Jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik sebut “agnosia taktil”.

Dari 3 kain yang diberikan op dapat menyebutkan jenis/benda yang diberikan dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan pada op normal.

44 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 45: Laporan Faal Fix

Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan

Percobaan HasilA Dapat membedakan sifat bendaB Dapat membedakan benda-benda kecil. Cth : pensil, mistar, penghapusC Dapat menyebutkan jenis dan bentuk bahan yang diberikan penguji

VII. Tafsiran sikap1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat kepalanya,

ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya

dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.5. Perhatikan apakah ada kesalahan.

VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?

Jawaban : Apabila pasien tidak mampu mengenali tubuh pasien sendiri disebut “autopagnosia”. Jika pasien tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam kekuatan, sensasi atau koordinasi motorik disebut “apraksia”, dan jika pasien dapat mendengar dan memahami perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik yang akan melakukan gerakan itu disebut “dispraksia”.

Hasil praktikum dan pembahasan Op : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : PerempuanOP dapat menyebutkan lokalisasi dimana lengannya di dekatkan dan dapat menunjuk dengan tepat dengan telunjukkan bagian-bagian dari kepala yang disebutkan oleh penguji. Sehingga dapat dikatakan bahwa OP memiliki tafsiran sikap yang normal dan bagus.

VIII. Waktu reaksi1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kananya di

tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit.2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan

menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan.

3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus menangkap selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali.

4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh).VII.10. Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?Jawaban : Waktu reaksi seseorang dipengaruhi kecepatan dalam merespon

rangsangan dari luar. Pada ujung ujung perifer, neuron aferen memiliki reseptor yang memberitahu SSP mengenai perubahan yang dapat di deteksi atau rangsangan baik dari dunia luar maupun lingkungan dalam dengan membangkitkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan.

Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan

45 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 46: Laporan Faal Fix

Percobaan Hasil waktu1 0,232 0,223 0,184 0,215 0,18

Rata – rata 0,204

Dari hasil data yang didapatkan terlihat gerak refleks berjalan sangat cepat dan

tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari

otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa

disadari terlebih dahulu.

Waktu Reaksi

A. Dasar Teori

Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan

sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu

reaksi ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang mempengaruhi performansi

kerja diantaranya tingkat kelelahan, kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan

kondisi psikologis manusia lainnya. Hal tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi

yang berbeda-beda antara satu kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi

tersebut dipengaruhi oleh lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur,

getaran, dll) maupun secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu

sendiri.

Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang waktu reaksi

dalam hubungannya dengan aktivitas kerja. Waktu reaksi menjadi hal yang sangat

penting dan signifikan dalam pengukuran performansi kerja. Dalam praktikum ini,

akan diteliti bagaimana perbandingan waktu reaksi sederhana sebelum dan sesudah

melakukan aktivitas fisik.

Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk

memberikan reaksi terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang

memberikan respon tentang sesuatu yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Ada

berbagai macam eksperimen waktu reaksi:

46 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 47: Laporan Faal Fix

Simple Reaction Time Experiment

Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi. Contohnya

percobaan waktu reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap bunyi pada lokasi yang

telah ditentukan dan tetap.

Recognition Reaction Time Experiment

Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus memberi respon

sedangkan ada beberapa yang subjek tidak boleh merespon. Ada 2 jenis, yaitu

symbol recognition (subjek menghafal lima buah huruf, kemudian subjek hanya

bereaksi pada huruf yang dihafal tersebut) dan tone/sound recognition (subjek

menghafal frekuensi dari bunyi, kemudian subjek hanya bereaksi pada frekuensi

yang dihafalkan).

Choice Reaction Time Experiment

Subjek harus merespon stimulus yang diberikan berupa huruf yang ditampilkan di

layar, kemudian menekan tombol huruf/keyboard yang sesuai dengan stimulus

yang diberikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi:

1. Arousal

Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah.

Waktu reaksi akan menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam

keadaan normal), dan akan melambat bila praktikan terlalu santai atau terlalu

tegang

2. Usia

Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah

pada usia 50-60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan

waktu reaksi pada orang dewasa mungkin disebabkan karena orang dewasa lebih

hati-hati merespon sebuah stimulus. Orang dewasa juga cenderung mencurahkan

pikirannya pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya.

3. Jenis kelamin

Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita.

4. Right handed vs left handed

Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak kanan banyak

digunakan untuk berpikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas,

dan hal-hal yang berkaitan dengan ruang (misal: membidik sasaran). Maka

47 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 48: Laporan Faal Fix

banyak peneliti bernaggapan bahwa orang kidal memiliki waktu reaksi yang lebih

cepat dibanding dengan orang yang tidak kidal.

5. Direct vs peripheral vision

Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek melihat tepat

pada titik stimulus (direct vision), dan dapat melambat bila stimulus diberikan

disekitar pandangan mata (peripheral vision).

6. Practice and errors

Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum pernah dilakukan

sebelumnya, maka waktu reaksinya akan lebih lambat bila dibandingkan dengan

subyek yang sudah terlatih atau efek pembelajaran.

7. Kelelahan

Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan.

8. Gangguan

Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi.

9. Peringatan akan stimulus

Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang diberikan

kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan.

10. Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.

11. Faktor lingkungan

Pencahayaan, temperatur, dll.

12. Faktor psikologi

Suasana hati, tekanan, dll.

B. Tata Kerja

1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di

tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit

2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan

menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang

percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan

3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan

harus mengangkat selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali

4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)

C. Hasil Pengamatan

Naracoba: Reza Ardi Wibowo

48 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 49: Laporan Faal Fix

NO. Waktu ReaksiI. 0,21II. 0,22III. 0,24IV. 0,20V. 0,20

Rata-rata 0,214Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa waktu reaksi o.p normal.

Karena rata-rata waktu reaksi manusia adalah 0,21

D. Menjawab Pertanyaan

Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?

Jawab:

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis

kelamin, suhu tubuh, kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat,

dan banyaknya reseptor yang distimuli.

E. Kesimpulan

Waktu reaksi seseorang dtentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya

49 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 50: Laporan Faal Fix

PRAKTIKUM FISIOLOGI 4

Pengecapan

A. Dasar Teori

Fungsi pengecapan pada lidah dilakukan oleh taste bud. Struktur khusus yang

tertanam di papilla lidah, juga ditemukan pada bagian belakang mulut dan palatum.

Setiap orang memiliki hingga 5.000-10.000 taste bud. Tastan adalah substansi yang

menstimulasi taste bud. Sinyal yang timbul setelah stimulasi oleh tastan merambat

melalui nervus cranialis menuju batang otak dan thalamus untuk berakhir di korteks

serebri sehingga dapat terjadi persepsi rasa tertentu.

B. Alat dan Bahan

4. Lima tabung kecil berisi :

a. Larutan asam cuka

b. Larutan NaCl 10%

c. Larutan kopi

d. Larutan gula 5%

e. Larutan Umami / MSG

5. Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya dikasih kapas)

6. Peta rasa

7. Kertas hisap atau saring

8. Aqua

PETA LIDAH

C. Tata Kerja

1. Meminta orang percobaan berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya dengan

kertas hisap

2. Mencelupkan aplikator dalam salah satu larutan yang diberikan. Membuang

larutan dengan menekan sisi tabung.

3. Menyentuh aplikator pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah, dan belakang

lidah orang percobaan

4. Menulis (+) pada daerah peta yang sesuai jika praktikan merasakan larutan

tersebut. Menulis (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tertentu

disentuh tidak sensitif terhadap larutan yang diuji.

50 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 51: Laporan Faal Fix

5. Mengulangi prosedur diatas dengan ke-empat larutan lainnya pada tempat yang

sama, beri waktu satu menit setelah berkumur untuk memulihkan lidah

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Naracoba: Widi Astuti Rosa

Bahan Ujung lidah

Sisi lidah depan

Sisi lidah belakang

Tengah lidah

Belakang lidah

Asam cuka - + - - -NaCl 10% - - + - -Kopi - - - - +Gula 5% + - - - -Umami - + + + +

Rasa klasik yang dapat dirasakan manusia (manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata

melakukan mekanisme transduksi yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang

berbeda pula. 2 dari mekanisme ini merupakan ionotrophic (rasa asin dan asam) dan

sisanya (rasa manis, umami dan pahit) merupakan metabrotropic

Tranduksi Rasa Manis

Rasa manis dimulai dengn melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal

ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada

membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan

enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP.

Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma

lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan

depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya

neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak.

Tranduksi Rasa Asin

Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya

saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls

bisa diterima oleh otak.

Tranduksi Rasa Pahit

51 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 52: Laporan Faal Fix

Transduksi pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ii akan

mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan

enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupan senyawa yang larut

daam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan

membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma.

Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps.

Tranduksi Rasa Asam

Tidak sepeti rasa manis dan pahit, ras asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion

H. Membran sanyat permeable terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat

depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps.

E. Menjawab Pertanyaan

Adakah bagian lidah yang tidak mampu menimbulkan sensasi pengecapan setelah

aplikasi tastan?

Jawab:

Ada, penderita Agesia tidak bisa membedakan modalitas pengecapan

PERSEPSI PENGECAPAN

A. Tata Kerja

1. Mintalah 10 ml larutan no.1 dan encerkan dengan menambahkan 10 ml

aquades dengan gelas ukur

2. Masukan daam tabung, ini adalah larutan no.6 (3mM)

3. Minta OP untuk berkumur dengan air yang telah disediakan

4. Menggunakan aplikator sentuhkan larutan no.1 pada tempat yang telah

ditentukan pada percobaan sebelumnya dan gunakan Visual Analog Scale

(VAS) : 9 point labelled scale (Modified Lickert) dibawah ini untuk menilai

sensasi yang dirasakan

5. Lakukan pada ujung lidah, sepanjang sisi, tengah, dan belakang lidah OP

6. Setelah larutan kina I, lakukan hal yang sama dengan larutan no.6

B. Hasil Pengamatan

52 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

How strong is taste of this solution? Extremely strong Very strong Strong Slightly strongo Neutral Slightly weak Weak Very weak Extremely weak

Page 53: Laporan Faal Fix

Kesimpulan Peta Lidah & Persepsi Pengecapan

Setelah melakukan percobaan tentang senssasi rasa pada reseptor pengecap dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah

2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan

menanggapi rangsangan dan diteruskan keotak sehingga akan dikenali rasanya.

3. Sel–sel reseptor untuk pengecapan adalah sel–sel ephitelium yang telah

termodifikasi yang diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar

di sejumlah bagian permukaan lidah dan mulut.

4. Dari tiap rasa makanan dan minuman otak mengintegrasikan input yang berbeda

dari kuncup pengecapan, dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks.

5. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada

tepi depan lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor

rasa pahit terletak di pangkal lidah.

C.

53 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 54: Laporan Faal Fix

Penghidu

A. Tujuan Percobaan

Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta

membedakan wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.

B. Dasar Teori

Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera

penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel

saraf yang berupa benang halus. Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat

berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul dalam suatu tulang menuju bagian

otak yang bertugas menerjemahkan sensasi dari indra penciuman. Serangkaian

proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari interaksi molekul dengan reseptor

sampai dihasilkannya sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan

menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor

(protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi

pembentukan cAMP, melalui pembentukan enzim adnylate cyclase III. cAMP

merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme

transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau”

molekul ke otak berupa sinyal listrik. Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa

campuran zat “berbau” yang akan menstimulasi reseptor. Kemudian dalam otak

terdapat suatu system pemetaan yang menerjemahkan sensai wangi ini. Itulah

sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel saraf penciuman, tapi kita dapat

mengenal 10000 jenis wewangian.

Indra penciuman akan cepat beradatasi. Sering kita merasa tidak lagi

mencium wangi parfum yang telah kita semprotkan, padahal orang lain yang baru

bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadinya fenomena ini dapat

dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion untuk pengiriman sinyal ke

otak, Memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein

calmodulin (CaM). Kompleks Ca2+/Ca Mini dapat mengaktifkan enzim PDE yang

selanjutnya dapat merusak molekul cAMP (molekul pembawa pesan yang dapat

mengaktifkan transfer ion dan bertanggung jawab dalam pengiriman sinyal ke otak),

akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa informasi sensasi wangi

terhenti. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau

54 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 55: Laporan Faal Fix

karena

memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh

prinsip-prinsip komposisi (komponen principle).

Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari

600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga

reseptornya disebut chemoreseptor. Sistem olfaction terdapat di hidung bagian atas

(concha nasal superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat ke saraf

olfactorius. Penciuman pada manusia secara umum dipengarui oleh :

1. Fisik : Lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka atau

lebih

sensitif

2. Psikologis : Wanita yang sedang PMS lebih sensitif

Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada :

1. Susunan rongga hidung : hidung mancung lebih baik dalam membaui

2. Variasi fisiologis : pada wanita PMS dan ibu hamil muda, penciumannya

lebih

peka

3. Spesies : anjing (karena kemampuan survive tergantung pada

pembauan jadi lebih peka pembauannya)

4. Konsentrasi bau : bau busuk akan lebih tercium

C. Alat dan Bahan

Empat buah zat :

1. Parfum

2. Tembakau

3. Kopi bubuk

4. Minyak kayu putih

5. Alkhohol

D. Cara Kerja

- Siapkan 5 jenis zat yang mempunyai bau yang berbeda

- Baui atau ciumkan ke empat zat tersebut satu persatu

- Catat hasilnya

E. Hasil Pengamatan

Naracoba: Widi Astuti Rosa

55 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 56: Laporan Faal Fix

Zat Pembau Respon PenciumanParfum +Tembakau +Kopi Bubuk +Minyak Kayu Putih +Alkhohol +

F. Pembahasan

Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara

atau air. Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian

yang disebut epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan

sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-

filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan

menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat. 

Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–

molekul larutan dalam cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya

interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa

sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan

reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G)

akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan

cAMP. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan

suatu mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai

“wangi/bau” molekul ke otak berupa sinyal listrik.

G. Menjawab Pertanyaan

Apa yang menyebabkan bau dapat tercium? Jelaskan mekanismenya!

Jawab:

Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul

larutan dalam cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor)

karena lintasan pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di

daerah proyeksi pada neocortex penciuman (Ganong, 1979).

Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical

ia melipat keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media.

Organon olfacus terdapat di dataran medical concha nasalis superior dan pada dataran

septumasi yang berhadapan dengan concha masalis superior. Saat seseorang menarik

nafas maka sesi bili rasa pembaunya akan lebih kuat karena letak organon olfacus

disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada konsentrasi penguapan, misalnya

56 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 57: Laporan Faal Fix

skatol (bau busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat maka baunya busuk (Guyton,

1983).

Impuls–impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan

cabang–cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral

meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di

dalam area. Pusat pembauan ada di uncus. Neurit – beurit sel mitral mempunyai cabang –

cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan sinaps di sinopsis axomatis.

Sebagian dari neurit – neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan berakhir dalam

uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis dan berakhir di dalam

area septialis ( Radiopoetro, 1986), (Ganong, 1979)

H. Kesimpulan

1. Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.

Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut

epitelium olfaktori. Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh

molekul–molekul larutan dalam cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena

adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak

berupa sinyal listrik.

2. Saraf cranial  (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena

memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh

prinsip-prinsip komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7

reseptor namun dapat membaui lebih dari 600 aroma

3. Impuls–impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan

cabang–cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral

meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir

di dalam area. Pusat pembauan ada di uncus. Neurit – beurit sel mitral mempunyai

cabang – cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan sinaps di sinopsis

axomatis. Sebagian dari neurit – neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan

berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis

dan berakhir di dalam area septialis.

57 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 58: Laporan Faal Fix

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . (2010). Lima Alat Indera . http://organisasi.org/. 21 Maret 2010. 22.00.

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit

Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-

Hill companies

Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier..

p663-6.

http://neurowww.cwru.edu/faculty/strowbridge/OlfactoryBulb/bulb1.htm

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf

Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530

Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc

Panji.2009.sistem syaraf perifer. http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer-

divisi-aferen.htm. tanggal akses 3-10-2009

Radiopoetro, R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi

UGM.

repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt – sabtu, 03 april 2010.

Sears, dan Zemansky. “Fisika untuk Universitas”, jilid III

Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal, Yogyakarta :

Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC

Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam:

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6.

Jakarta: FKUI. ; hal. 17-8

Sunny Kumar. 2011. The Neural Basis of Olfaction diunduh pada

http://www.yalescientific.org/2011/05/the-neural-basis-of-olfaction/

Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB

Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus.

58 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16

Page 59: Laporan Faal Fix

59 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA B-16